TEKNIK PELEDAKAN
Oleh :
Nama : Raynata.A.Mofu
Nim :710017054
Kelas : 01
OLEH :
NAMA : Raynata.A.Mofu
NIM : 710017054
KELAS : 01
i
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
atas rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Resmi Praktikum Teknik Peledakan tepat pada waktunya. Penyusunan laporan
praktikum ini dibuat sebagai salah satu syarat mengikuti responsi akhir
praktikum Teknik Peledakan pada Program Studi Teknik Pertambangan Institut
Teknologi Nasional Yogyakarta.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum Teknik Peledakan ini penulis
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan inipenulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
Raynata.A.Mofu
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................ 2
iii
............................................................................................................................
22
3.2. Geometri Peledak menurut C.J Konya
............................................................................................................................
26
3.3. Fragmentasi Hasil Peledakan
............................................................................................................................
33
3.3.1. Perhitungan Tingkat Fragmentasi Hasil Peledakan
............................................................................................................................
33
3.4. Peledakan Tambang Bawah Tanah
............................................................................................................................
35
3.4.1. Lubang Kosong
............................................................................................................................
41
3.4.2. Perhitungan Burden dan Spasi
............................................................................................................................
42
BAB IV PENUTUP
............................................................................................................................
45
4.1. Kesimpulan
............................................................................................................................
45
4.2. Kritik dan Saran
............................................................................................................................
45
4.2.1. Kritik
............................................................................................................................
45
4.2.2. Saran
............................................................................................................................
45
iv
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................................
46
LAMPIRAN
............................................................................................................................
47
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
15
16
17
18
29
38
38
vi
.....................................................................................................................................
40
3.5. Gambar Pola Pemboran Burn Cut dengan “Tiga Cut Holes”
.....................................................................................................................................
40
41
43
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
21
27
3.2. Tabel Potensi yang terjadi akibat variasi stiffnes ratio (L/B)
............................................................................................................................
32
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Tugas 1
............................................................................................................................
47
Lampiran 2 Tugas 2
............................................................................................................................
53
Lampiran 3 Tugas 3 5
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya kegiatan praktikum peledakan adalah :
2
BAB II
DASAR TEORI
3
pembuatan parit.
4
campuran dari bahan bakar (fuel) dan oksida. Campuran bahan kimia
yang tidak termasuk atau tidak digolongkan sebagai bahan peledak yaitu
blasting agent.
5
pembuatan emulsi dibutuhkan (Droplets) atau campuran berupa fase
larutan oksidator yang berbentuk butiran yang sangat halus sekitar
0,001 mm dan dibutuhkan minyak sebesar 6% dan harus memiliki
berat butiran droplets yang menyelimuti emulsi sebesar 94%.
Pembuatan emulsi sangat sulit karena harus memperhatikan butiran
oksidator yang sangat halus. Bahan peledak emulsi ini disebut dengan
“air dalam minyak” (Water In Oil Emulsion) dalam mempertahankan
fase emulsi dibutuhkan tambahan berupa emulsifier.
6
kimia, masih ada jenis bahan peledak lain, yaitu bahan peledak mekanis
(mechanical explosive) dan nuklir (nuclear) seperti yang tercantum dalam
klasifikasi bahan peledak menurut Manon, 1976.
Tabel 2.1
Klasifikasi Metode Pemecahan Batuan
Bentuk Energi
Alat Atau Mesin Yang
Yang Metode
Dipergunakan
Dipergunakan
High explosives, blasting
7
cara dalam menyusun klasifikasi bahan peledak, antara lain :
8
a. Menurut Manon (1976), bahan peledak dibagi menjadi :
• Bahan peledak kimia
• Bahan peledak mekanis
• Bahan peledak nuklir
b. Menurut Mike Smith (Mining Magazine, Feb. 1988) bahan peledak
dibagi menjadi :
• Bahan peledak kuat (high explosives)
• Blasting agents
• Speciality explosives
• Explosive substitutes
Gambar 2.1
Klasifikasi Bahan Peledak Menurut Mike Smith
9
b. Menurut Anon (1977) bahan peledak kimia diklasifikasikan menjadi
:
• Bahan peledak lemah (low explosives)
• Bahan peledak kuat (high explosives)
• Blasting agents
Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa
kimia yang apabila dikenakan panas, benturan, gesekan atau kejutan
(shock) secara cepat dengan sendirinya akan bereaksi dan terurai
(exothermic decomposition). Penguraian ini menghasilkan produk yang
lebih stabil, umumnya berupa gas-gas bertekanan tinggi, karena gas-gas
tersebut mengembang pada suhu tinggi akibat panas yang dihasilkan
dari reaksi eksotermis.
Besarnya tenaga yang dihasilkan suatu bahan peledak terutama
tergantung pada jumlah panas yang dihasilkan selama peledakan. Ada
dua macam istilah untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak kimia,
yaitu detonation dan deflagration. Detonation menunjukkan reaksi kimia
yang terjadi pada bahan peledak dengan kecepatan yang lebih cepat
daripada kecepatan suara dan menyebabkan shattering effects sedangkan
deflagration menunjukkan reaksi kimia yang lebih lambat daripada
kecepatan suara dan menyebabkan heaving effect.
Tabel 2.2
Klasifikasi Bahan Peledak Menurut Anon
Macam Reaksi Contoh
Low explosives Deflagrate (terbakar) Black Powder
Nitro Glycerin(NG) ,
High explosives Detonate (meledak)
Dynamite
Blasting agents Detonate (meledak) ANFO, Slurry
10
Bahan peledak lemah adalah campuran dari potasium nitrat atau
sodium nitrat, sulphur, dan charcoal yang biasa disebut black powder.
Black powder diproduksi dalam dua bentuk, yaitu:
a. Granular atau black blasting powder yang berbentuk butiran kecil;
biasanya dikemas dalam tong seberat 25 pound.
b. Pelleted atau pellet powder yang berbentuk silinder. Ada dua macam
black blasting powder yaitu :
• Grade A adalah black blasting powder yang mengandung salpeter
atau potassium nitrat. Bahan peledak ini lebih cepat reaksinya,
sedikit lebih berat dan kurang higroskopis dibandingkan dengan
grade B.
• Grade B adalah black blasting powder yang mengandung sodium
nitrate. Kecepatan pembakaran (burning speed) dari black
blasting powder dikontrol oleh ukuran butir. Semakin kecil
ukuran butirannya akan semakin cepat pembakaran atau reaksi
kimianya.
11
apabila dikenakan panas yang tinggi atau kejutan (shock) akan terurai
menjadi produk yang berupa gas-gas disertai pelepasan atau pembebasan
energi panas yang besar.
Combustibles dan oxygen carriers ditambahkan dalam suatu bahan
peledak untuk mendapatkan oxygen balance yang baik ataumenghindari
terbentuknya NO2 (nitrogen oxide) atau CO (carbon monoxide). Antacid
ditambahkan dalam campuran suatu bahan peledak untuk menambah
stabilitas pada waktu penyimpanan dan absorbent digunakan apabila
diperlukan untuk menyerap bahan peledak dasar yang berbentuk cairan.
12
Komponen Operasi dari system pemoboran adalah sebagai berikut
Sistem tenaga dalam suatu operasi pemboran terdiri dari dua sub
komponen utama, yaitu:
b. Distribution (Transmission)
Beban vertikal yang dialami berasal dari beban menara itu sendiri,
13
beban drill string, casing string, tegangan dari fast line, beban karena
tegangan deadline serta beban dari blok-blok. Sedangkan beban
horizontal berasal dari tiupan angin yang mana hal ini sangat terasa
mempengaruhi beban sistim pengangkatan pada pemboran di lepas pantai
(offshore).
Sistim pemutar ini terdiri dari tiga sub komponen utama, yaitu : ·
Mata bor merupakan ujung paling bawah dari rangkaian pipa bor
yang secara langsung bersentuhan dengan lapisan formasi. Mata bor
14
berfungsi untuk menghancurkan batuan dan menembus formasi
sampai pada kedalaman yang diinginkan.
15
Kriteria Penggalian
Macam – macam metode kriteria penggalian sebagai berikut :
a. Kriteria Penggalian metode RMR
Kemampuan untuk menaksir kemampugalian suatu massa batuan
sangatlah penting, apalagi bila akan menggunakan alat gali mekanis
kontinu. Fowell & Johnson (1982) menunjukkan hubungan yang erat
antara kinerja (produksi) Road Header kelas berat (>50 ton) dengan
RMR. Selanjutnya, pada tahun 1991 mereka melaporkan bahwa
hubungan tersebut dapat dibagi menjadi 3 zona penggalian, yaitu :
• Zone kerja l : Kinerja penggalian sangat ditentukan oleh sifat - sifat
batuan utuh
• Zone kerja 2 : Keberhasilan kerja penggalian dibantu oleh kehadiran
struktur massa batuan. Pengaruh sifarsi batuan utuh menurun dengan
memburuknya kualitas massa batuan.
• Zone kerja 3 : Kinerja penggalian semata - mata dipengaruhi oleh
struktur massa batuan.
16
yang menggunakan mekanisme potong, rupanya dapat menggantikan
operasi peledakan.
Gambar 2.2
Metoda Kecepatan Seismik untuk Penentuan Penggalian
(Atkinson,1971)
17
Gambar 2.3
Kriteria indeks kekuatan batu (Franklin, dkk., 1971)
18
Gambar 2.4
Grafik Kriteria Kemampugaruan (Pettifer & Fookes, 1994)
keterangan :
P = Beban Maksimum (kN)
D = Jarak antara dua conus (cm)
Is = Poin load strenght indek (Mpa)
F = Faktor Koreksi Ukuran
19
Gambar 2.5
Kriteria Penggalian Menurut Kolleth (1990)
Alat Bor
Bedangkan berdasarkan prinsip kerjanya, alat bor dibagi menjadi
dua golongan yaitu:
• Manual driven
• Mechanic driven
2. Rotary drill: hydraulic drill, diamond drill, chiled shot drill, turbo drill
dan jet pierce drill
20
Pada pemboran ini energi dari mesin bor (rock drill) diteruskan oleh
batang bor dan mata bor untuk meremukan batuan. Komponen utama dari
mesin bor ini ialah piston yang mendorong dan menarik tangkai (shank)
batang bor. Energi kinetik piston diteruskan ke batang bor dalam bentuk
gelombang kejut (shock wave) yang bergerak sepanjang batang bor dengan
kecepatan ± 5000 m/detik (setara kecepatan suara pada baja).
a. Top Hammer
21
tumbukannya, metode ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
Hydrolic Top Hammer dan Pneumatic Top Hammer.
Tabel 2.3
Peralatan Dan Perlengkapan Dalam Setiap Metode Peledakan
21
BAB III
PEMBAHASAN
22
R.L.Ash (1967) membuat suatu pedoman perhitungan geometri
peledakan jenjang berdasarkan pengalaman empirik yang diperoleh di
berbagai tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda.
Sehingga R.L. Ash berhasil mengajukan rumusan-rumusan empirik yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam rancangan awal suatu peledakan
batuan.
1. Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang tembak dengan bidang bebas
yang panjangnya tergantung pada karakteristik batuan. Menentukan ukuran
burden merupakan langkah awal agar fragmentasi batuan hasil peledakan,
vibrasi, airblast dapat memuaskan. Burden diturunkan berdasarkan diameter
lubang tembak atau diameter mata bor atau diameter dodol bahan peledak.
Untuk menentukan burden, R.L. Ash (1967) mendasarkan pada acuan yang
dibuat secara empirik, yaitu adanya batuan standar dan bahan peledak standar.
a. Batuan standar adalah batuan yang mempunyai berat jenis atau densitas
160 lb/cuft (2,00 ton/m3 ), tidak lain dari densitas batuan rata-rata.
b. Bahan peledak standar adalah bahan peledak yang mempunyai berat jenis
(SG) 1,2 dan kecepatan detonasi (Ve) 12.000 fps (4.000 m/det). Apabila
batuan yang akan diledakkan sama dengan batuan standar dan bahan
peledak yang dipakai ialah bahan peledak standar, maka digunakan burden
ratio (Kb) yaitu 30. Tetapi bila batuan yang akan diledakkan tidak sama
dengan batuan standar dan bahan peledak yang digunakan bukan pula
bahan peledak standar, maka harga Kb-standar itu harus dikoreksi
menggunakan faktor penyesuaian (adjustment factor).
B= ft
23
Atau
B= m
Jika :
B = burden
Kb = burden ratio
Keterangan :
Bahan peledak :
SG std = 1,2
Kbstandard = 30
2. Spacing
Spacing adalah jarak antar lubang tembak dirangkai dalam satu baris dan
diukur sejajar terhadap bidang bebas.
S = Ks x B
Keterangan :
B = burden (m)
Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan
hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan
akan menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stump)
24
diantara dua lubang tembak setelah peledakan.
• Peledakan serentak, S = 2 B
• Jika terdapat kekar yang saling tidak tegak lurus, S antara 1,2 B - 1,8 B
• Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang tembak dalam
baris yang sama, S = 1,15 B
3. Stemming (T)
Stemming merupakan panjang isian lubang ledak yang tidak diisi bahan
peledak, tetapi diisi material seperti tanah liat atau material hasil pemboran
(cutting).
T = Kt . B
Keterangan :
T = Stemming (m)
25
B = Burden (m)
4. Subdrilling (J)
J = Kj . B
Keterangan :
J = Subdilling (m)
B = Burden (m)
H = Kh . B
26
Keterangan :
B = Burden (m)
Persamaan :
PC = H – T
Keterangan :
= Stemming (m)
1. Burden (B)
27
Pada penentuan jarak burden, ada beberapa faktor yang harus
diperhitungkan seperti diameter lubang ledak, bobot isi batuan dan
struktur geologi dari batuan tersebut. Semakin besar diameter lubang
ledak maka akan semakin besar jarak burden, karena dengan diameter
lubang ledak yang semakin besar maka bahan peledak yang digunakan
akan semakin banyak pada setiap lubangnya sehingga akan
menghasilkan energi ledakan yang semakin besar. Sedangkan apabila
densitas batuannya yang semakin besar, maka agar energi ledakan
berkontraksi maksimal dilakukan dengan memperkecil ukuran burden,
sehingga fragmentasi batuan yang dihasilkan akan baik. Sedangkan
struktur geologi batuan digunakan sebagai faktor koreksi pada
penentuan burden. Untuk faktor koreksi berdasarkan geologi batuan
dapat dibagi kedalam 2 konstanta yaitu Kd yang merupakan koreksi
terhadap posisi lapisan batuan dan Ks yaitu koreksi terhadap struktur
geologi batuan dilihat pada tabel.
Tabel 3.1
Koreksi posisi lapisan batuan dan struktur geologi
28
B=[
0,33
B = 3.15 De
0,33
B = 0,67 De
dengan keterangan :
B1 = Burden (m)
B2 = Kd x Ks x Kr x B1
dengan :
2. Spasi (S)
29
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan
di dalam satu baris (row). Apabila jarak spasi terlalu kecil akan
menyebabkan batuan hancur menjadi halus, disebabkan karena energi
yang menekan terlalu kuat, sedangkan bila spasi terlalu besar akan
menyebabkan banyak bongkah atau bahkan batuan hanya mengalami
keretakan dan menimbulkan tonjolan diantara dua lubang ledak setelah
diledakkan, hal ini disebabkan karena energi ledakan dari lubang yang
satu tidak mampu berinteraksi dengan energi dari lubang lainnya.
Gambar 3.1
Pengaruh Perbandingan Spasi/burden Terhadap Fragmentasi
30
3. Stemming (T)
T = 0,7 x B
dengan :
T = Stemming (m)
B = Burden (m)
4. Subdrilling (J)
J = 0,3 x B
31
dengan :
J = Subdrilling (m)
B = Burden (m)
H = L+ J
dengan:
H = Kedalaman lubang ledak (m)
L = Tinggi jenjang (m)
J = Subdrilling (m)
PC = H – T
dengan :
T = Stemming (meter)
32
7. Tinggi Jenjang (L)
L = 5 x De
dengan :
L = Tinggi jenjang minimum (ft)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
33
3.3. Fragmentasi Hasil Peledakan
Peledakan merupakan proses pemberaian batuan dalam volume yang
besar dengan menggunakan bahan peledak agar massa batuan mudah digali
dan diangkut. salah satu faktor yang mempengatuhi keberhasilan peledakan
adalah geometri peledakan. Geometri peledakan akan mempengaruhi
ukuran fragmentasi dan keberhasilan peledakan. Fragmentasi adalah ukuran
yang menunjukkan tiap bongkah batuan hasil peledakan. Fragmentasi
material hasil peledakan harus disesuaikan dengan ukuranbucket alat gali
yang digunakan oleh perusahaan sehingga digging time material bisa sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dalam menggunakan
metode ini adalah data geometri peledakan, karakteristik batuan dan
spesifikasi bahan peledak.
34
berati relatif (E) sebesar 100. Hasil perhitungan ukuran rata-rata
fragmentasi menggunakan metode Kuz-Ram dari ketiga geometri
peledakan berturut-turut sebesar 39,31 cm, 42,37 cm dan 46,70
cm Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar dimensi
geometri peledakan maka semakin besar ukuran rata- rata
fragmentasi yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya.
Tabel 3.3
Digging Time Material Blasting
35
• Analisis Keberhasilan Peledakan
36
• Peledakan bawah tanah dilakukan ke arah 1 bidang bebas (free face),
sedangkan peledakan di permukaan dilakukan ke arah 2 bidang atau
lebih.
• Tempat peledakan atau ruang bawah tanah lebih terbatas. Oleh karena
itu perlu dibuat suatu bidang bebas ( secondary free face )
• Tipe ledakan
37
pengembangan dari burn cut diman cut hole dibuat tegak lurus terhadap
permukaan terowongan, V-cut adalah cut hole yang ujung lubang bor saling
bertemu tetapi tidak pada satu titik, dan fan cut adalah cut holes yang
berbentuk kipas.
Cut yang dipergunakan untuk terowongan pada umumnya adalah
parallel hole cut yang merupakan lubang cut yang berbentuk burn cut yang
mempunyai lubang kosong lebih dari satu. Penempatan cut dapat dilakukan
di sembarang tempat, tetapi cut mempengaruhi arah lemparan, konsumsi
bahan peledak, dan jumlah lubang dalam setiap round, oleh karena itu cut
diletakkan di tengah penampang dan agak ke bawah, cut diposisikan tinggi
untuk memudahkan pemuatan hasli peledakan, dan umumnya posisi cut di
deretan lubang tembak pertama di atas terowongan.Peledakan khusunya
peledakan bawah tanah, sebelum dilakukan peledakan haru diperhatikan
beberapa hal yaitu :
• Tegangan insitu
• Air tanah
• Look out
• Pemboran
• Pemuatan
• Peledakan
38
• Pembersihan asap (ventilasi)
Gambar 3.2
Cut Lubang Tembak Bawah Tanah
39
Gambar 3.3
Look out 10 cm + x h . 0,03
Large hole cut adalah jenis cut dimana jumah cut hanya 1 dengandiameter
yang besar. Umumnya large hole cut dipakai terdiri dari satu atau lebih
lubang kosong yang berdiameter besar dikelilingi oleh lubang – lubang
berdiameter kecil yang berisi muatan bahan peledak. Ukuran lubang cut
juga mempengaruhi keberhasilan suatu peledakan round semakin besar dan
semakin dalam lubang kosong maka kemajuan makin besar.Bila
menggunakan beberapa lubang kosong, maka dihitung terlebih dahulu
lubang samarannya ( fictious diameter).
D = d√n
Keterangan:
D = Diameter lubang samara
d = Diameter lubang kosong
n = Jumlah lubang
Agar peledakan berhasil dengan baik (cleaned blast) maka jarak antar
lubang ledak dengan lubang kosong, tidak boleh lebih besar daripada 1,5kali
diameter lubang kosong. Apabila jaraknya lebih besar hanya akan
menimbulkan kerusakan (breakage) dan apabila jaraknya terlalu dekat ada
kemungkinan lubang ledak bertemu dengan lubang besar kosong.
a = 1.5 Φ
a = 1.5 D
40
keterangan :
a = jarak antara titik pusat lingkaran lubang besar dengan lubang
tembak
Φ = diameter lubang besar
D = diameter samaran
Gambar 3.4
Posisi Penempatan Cut Holes
Gambar 3.5
Pada peledakan bawah tanah pada umunya pola lubang ledaknya berupa
41
bujursangkar. Pemuatan lubang tembak dalam bujur sangkar pertama harus
sesuai dengan round yang akan diledakkan. Apabila muatan bahan peledak
(harge concentration) sedikit, maka batuan tidak akan terbongkar. Apabila
muatan bahan peledak banyak tidak akan terjadi blow outmelalui lubang
kosong sehingga terjadi pemadatan kembali batuan yang telah terpecahkan
dan efisiensi kemajuan rendah. Kebutuhan muatan bahan peledak untuk
berbagai jarak C –C (pusat ke pusat) antara lubang kosong dan lubang
tembak terdekat dapat dihitung sebagai berikut :
Gambar 3.6
Geometri Bujursangkar
Stemming cut adalah kolom pada lubang tembak yang berisi material
penutup bahan peledak, steming pada umumnya adalah material hasil
pemboran lubang ledak
42
tambang bawah tanah dikarenakan hanya ada satu free face pada
tambang bawah tanah. Biasanya dipakai dua atau lebih lubang kosong
(diameter lebih kecil) dalam cut sebagai pengganti satu lubang kosong.
Hal ini disebabkan karena alat bor yang digunakan tidak mampu
melaksanakan pengeboran dengan diameter lebih besar. Umumnya,
semakin banyak lubang kosong maka kemajuan lubang bukaan yang
diperoleh akan semakin besar. Harus dihitung diameter lubang
samaran dalam keadaan tersebut, bila digunakan beberapa lubang
kosong
1. Karakteristik batuan yaitu sifat yang dimiliki oleh batuan seperti adanya
bidang-bidang lemah seperti retakan atau rekahan (discontinue ).
2. Jenis bahan peledak yang digunakan yaitu bahan peledak yang berupa
ANFO dengan karakteristik menghasilkan banyak gas adalah cocok
digunakan untuk jenis batuan yang memiliki retakan untukmemindahkan
material.
43
Dimana :
De = Diameter lubang bor ( mm )
H = Kedalam lubang ( m )
Gambar3.7
Geometri Peledakan
Keterangan :
B = Burden
S = Spacing
H = Kedalaman lubang tembak
L = Tinggi jenjang
PC= Tinggi isian bahan peledak
J = Sub drilling
T = Stemming
Spacing
Spacing adalah jarak antara lubang-lubang bor dirangkai dalam
satu baris (row) dan diukur sejajar terhadap pit wall, biasanya
spacing tergantung pada burden, kedalaman lubang bor, letak primer,
dan delay. Besarnya spacing dapat digunakan persamaan sebagai
44
berikut :
S = 1,25 B
- Short periode Ks = 1 – 2
45
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material(batuan)
dengan menggunakan bahan peledak atau Proses terjadinya ledakan. Suatu
operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan
dan peralatan yang dipakai sesuai dengan metode peledakan yang
diterapkan.
Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau
46
campuran berbentuk padat, cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai
suatu aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awalakan mengalami suatu
reaksi kimia eksotermis sangat cepatyang hasil reaksinya sebagian atau
seluruhnya berbentuk gas dan disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang
secara kimia lebih stabil.
Tujuan pekerjaan peledakan dalam dunia pertambangan itu sendiri yaitu
memecah atau membongkar batuan padat atau material berharga atau endapan bijih
yang bersifat kompak atau masive dari batuan induknya menjadi material yang
cocok untuk dikerjakan dalam proses produksi berikutnya.
4.2.2. Saran
Dalam pembuatan laporan ini sebaiknya mahasiswa di berikan
buku panduan yang berisi materi-materi terkait dengan tugas-tugas
yang di berikan. Serta sebaiknya di lakukan asistensi kepada praktikan
agar bisa lebih memahami cara pembuatan tugas-tugas yang di
berikan. Dan semoga bisa dilaksanakan secara offline.
DAFTAR PUSTAKA
http://segalailm.blogspot.com/2014/02/istilah-istilah-
pemboranpeledakan_27.html
15513481444_Pengenalan_bahan_peledak_-_studi_kasus_batubara.pdf
http://migasnet04-manto8040.blogspot.com/2010/01/komponen-operasi-
47
darisistem-pemboran.html
http://migasnet04-manto8040.blogspot.com/2010/01/komponen-operasi-dari
sistem-pemboran.html
21-Article Text-91-1-10-20180105.pdf
https://id.scribd.com/doc/264529865/Beberapa-Istilah-Dalam-Peledakan
https://id.scribd.com/doc/264529865/Beberapa-Istilah-Dalam-Peledakan
https://cot.unhas.ac.id/journals/index.php/jpe/article/download/21/34
LAMPIRAN
48
LAMPIRAN 1 TUGAS 1
49
50
51
52
53
LAMPIRAN 2 TUGAS 2
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
LAMPIRAN 3 TUGAS 3
65
66
67
68
69
70
71
72