Disusun Oleh:
Pinandita Faiz R
23-2014-082
NIM : 23-2014-082
Pembimbing
Disahkan Oleh:
FTSP – ITENAS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas selesainya laporan praktik kerja
ini pada semester ganjil tahun akademik 2017/2018. Laporan praktik kerja ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah praktik kerja
program pendidikan strata satu Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Itenas.
Disadari bahwa dalam proses pelaksanaan praktik kerja ini telah melibatkan
banyak pihak terkait, untuk itu saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Dr. Soni Darmawan, S.T., M.T. dan Rinaldy, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan
dan Kepala program studi Teknik Geodesi Itenas.
2. Hary Nugroho, Ir., M.T. selaku dosen pembimbing, terimakasih atas segala
koreksi, masukan, dan bimbingannya dalam laporan praktik kerja.
3. Dewi Kania Sari, Ir., M.T., DR. selaku Dosen wali yang selalu memberikan
dukungan.
4. Dr.rer.nat, Dian Noor Handiani S.Si, M.T., selaku Koordinator Praktik Kerja
Jurusan Teknik Geodesi FTSP, Institut Teknologi Nasional Bandung.
5. Kedua Orangtua serta Keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan
materil dalam menyelesaikan laporan praktik kerja ini.
6. Rekan – rekan dan saudara/i Teknik Geodesi angkatan 2014 dan seluruh
anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Geodesi (HMGD) Itenas.
7. Saiful Rahmat, S.T., Bennedictus Bagasi Making, S.T., Okeu Mustiadji, S.T.
yang telah membimbing dalam melaksanakan kerja praktik selama di lapangan,
serta rekan – rekan kerja lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Atas segala bantuan yang diberikan sehingga laporan ini dapat tersusun dan
terselesaikan dengan baik. Penulis mengharapkan semoga laporan laporan praktik
kerja ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dan membutuhkan.
Pinandita Faiz R
NRP. 232014082
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
1.5 Tempat, Waktu, dan Struktur Organisasi Pelaksanaan Praktik Kerja ........... 7
LAMPIRAN ......................................................................................................... 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Metodologi Pekerjaan ......................................................................... 6
Gambar 4.1 Profil Memanjang Tower SUTT 150 kV yang Terdampak KCIC .... 55
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja .......................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
memiliki kriteria tertentu seperti ruang bebas dan jarak bebas dari jalur Kereta
Cepat Indonesia China (KCIC). Hasil dari pengukuran dan pemetaan fotogrametri
adalah peta, gambar atau model 3D dari beberapa objek di permukaan bumi yang
telah ditentukan sebelumnya.
UAV adalah pesawat yang terbang tanpa operator didalamnya dan dapat
terbang secara autonomous. UAV dapat dikendalikan secara manual melalui radio
kontrol atau secara otomatis dengan mengolah data sensor sehingga dapat terbang
sesuai dengan keperluan pengguna. Pemetaan ini dilakukan untuk menggambarkan
permukaan tanah atau DTM (Digital Terrain Model) yang akan dijadikan tempat
dan jalur tower SUTT. Sehingga dapat memberikan informasi kepada PT. PLN
(Persero) dan juga dapat memberikan gambaran jalur SUTT yang dibuat dalam
bentuk peta secara langsung di lapangan.
iv. Hasil dari pekerjaan yaitu berupa peta orthofoto dan peta profil memanjang.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Orientasi Lapangan
Proses Pengungukarn
3
GPS
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Laporan
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Fotogrametri
Fotogrametri adalah suatu ilmu dan teknologi untuk mendapatkan ukuran
yang terpercaya dari foto udara. Hal ini telah memberikan arti bahwa semua ukuran
objek fisik yang dihasilkan secara fotogrametris harus dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, sehingga menghasilkan data dan informasi
yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Sebagaimana disiplin ilmu lain, untuk
keperluan menunjukkan jati diri sebagai suatu disiplin ilmu yang berbeda dari yang
lain dan cakupan aspek yang dipelajarinya maka para ilmuwan fotogrametri
mengajukan beberapa definisi fotogrametri (Hadi, 2007).
Definisi fotogrametri yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah:
1. Fotogrametri adalah seni atau ilmu untuk memperoleh keterangan
kuantitatif yang dapat dipercaya dari foto udara (ASP dalam Paine, 1993).
2. Fotogrametri adalah ilmu, seni, dan teknologi untuk memperoleh ukuran
terpercaya dan peta dari foto (Lillesand and Kiefer, 1990).
3. Fotogrametri adalah seni, ilmu, dan teknologi untuk memperoleh informasi
terpercaya tentang objek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman,
pengukuran, dan interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi energi
elektromagnetik yang terekam (Wolf, 1989).
4. Fotogrametri adalah suatu kegiatan dimana aspek-aspek geometrik dari foto
udara, seperti sudut, jarak, koordinat, dan sebagainya merupakan faktor
utama (Ligterink, 1987).
5. Fotogrametri didefinisikan sebagai proses pemerolehan informasi metrik
mengenai suatu objek melalui pengukuran pada foto (Tao, 2002).
Dari beberapa pengertian tersebut, terdapat dua aspek penting, yakni ukuran
objek (kuantitatif) dan jenis objek (kualitatif). Kedua aspek tersebut yang kemudian
berkembang menjadi cabang fotogramteri, yakni fotogrametri metrik dan
fotogrametri interpretatif. (Hadi, 2007)
1. Fotogrametri Metrik
Fotogrametri Metrik mempelajari pengukuran cermat berdasarkan foto dan
sumber informasi lain yang pada umumnya digunakan untuk menentukan
lokasi relatif titik-titik (sehingga dapat diperoleh ukuran jarak, sudut, luas,
volume, elevasi, ukuran, dan bentuk objek). Pemanfaatan fotogrametri
metrik yang paling banyak digunakan adalah untuk menyusun peta
planimetrik dan peta topografi, disamping untuk pemetaan geologi,
kehutanan, pertanian, keteknikan, pertanahan, dan lain-lain.
2. Fotogrametri Interpretatif
Fotogrametri interpretatif terutama mempelajari pengenalan dan identifikasi
objek serta menilai arti pentingnya objek tersebut melalui suatu analisis
sistematik dan cermat. Fotogrametri interpretatif meliputi cabang ilmu
interpretasi foto udara dan penginderaan jauh.
Dalam perkembangannya seiring dengan perkembangan teknologi
pencitraan (imaging) dan komputer, fotogrametri juga dibedakan menjadi dua,
yakni fotogrametri analitik dan fotogrametri digital. Perbedaan keduanya terletak
pada jenis data foto yang digunakan. Fotogrametri analitik menggunakan foto udara
analog dengan analisis manual, sementara fotogrametri digital memanfaatkan foto
digital sebagai sumber datanya dan pengukuran-pengukuran objek pada foto
dilakukan secara digital dengan bantuan komputer (Hadi, 2007).
2.2 SUTET dan SUTT (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dan
Saluran Udara Tegangan Tinggi)
2.2.1 Definisi SUTET dan SUTT
SUTET dan SUTT adalah saluran transmisi, merupakan media yang
digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari generator station/ pembangkit
listrik sampai distribution station hingga sampai pada konsumen pengguna listrik.
Pinandita Faiz R - 232014082 12
BAB II DASAR TEORI
Tenaga listrik ditransmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan tipe
saluran transmisi listrik. Transmisi tenaga listrik sebenarnya tidak hanya
penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran
udara (overhead line), namun transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari
satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra
Tinggi/Ultra High Voltage (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi/Extra High Voltage
(EHV), Tegangan Tinggi/High Voltage (HV), Tegangan Menengah/Medium High
Voltage (MHV), dan Tegangan Rendah/Low Voltage (LV). Sedangkan Transmisi
Tegangan Tinggi berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu (substation)
induk ke gardu induk lainnya. Saluran terdiri dari konduktor yang direntangkan
antara tiang (tower) melalui isolator, dengan sistem tegangan tinggi. Standar
tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah 30kV, 70kV dan 150kV
(Curryonaldo, 2015).
Ditinjau dari klasifikasi tegangannya, transmisi listrik dibagi menjadi
(Curryonaldo, 2015):
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kV
Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit
dengan kapasitas 500 kV. Tujuannya adalah agar drop tegangan dari
penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh
operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi terdapat permasalahan
mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower) yang
besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang
banyak, sehingga memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam
pembangunan SUTET adalah masalah sosial yang akhirnya berdampak
pada masalah pembiayaan.
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai
150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit,
dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya
3 kawat dan penghantar netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran
kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar
pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Doublepole
pengukuran ini menunjukkan beban angin pada struktur dengan beban horisontal
pada struktur yang setengah beban angin dari rentang belakang dan setengah beban
angin dari bentang depan. Rentang bobot adalah jarak antara titik rendah direntang
belakang dan titik rendah dibentang depan (rentang kurva catenary mungkin perlu
diperpanjang di luar struktur depan dan belakang jika titik rendah tidak dalam
rentang). Idenya yaitu jarak antara titik-titik rendah ini mewakili beban vertikal
yang dilihat oleh struktur. Jika struktur rentang angin yang diukur kurang dari
rentang angin yang diijinkan dan rentang beratnya yang terukur kurang dari rentang
berat yang diijinkan maka struktur dianggap memiliki kekuatan yang memadai.
Implikasinya bahwa kekuatan struktur sepenuhnya ditentukan oleh dua nomor
rentang angin yang diijinkan dan rentang berat yang diijinkan. Masalahnya adalah
nilai-nilai yang diijinkan tidak bersifat intrinsik dari struktur dalam bahwa mereka
bergantung pada rentang putusan, kabel yang terpasang dan keselamatan atau
struktur kode yang digunakan (Power Line Systems, Inc., 2000).
Weight Span (WT) dan Wind Span (WD) yang timbul tidak boleh melebihi
persyaratan yang diijinkan (SPLN T5 004 2010):
Z atau Lintang Bujur dan ketinggian dari setiap GCP diukur dengan menggunakan
GPS geodetik berketelitian sub-meter (aerogeosurvey.com, 2016).
secara absolut (satu receiver GPS) ataupun diferensial (dua receiver GPS), yaitu
(Abidin, 2002):
1. Pengukuran GPS Statik. Pengukuran metode ini dilakukan pada beberapa
epoch pengamatan. Menggunakan receiver jenis geodetik atau mapping
yang diam di satu titik dan objek titik lainnya juga dalam keadaan diam.
2. Pengukuran GPS Real Time Kinematic (RTK). Pengukuran metode ini
dilakukan pada titik-titik yang bergerak, cukup hanya dengan interval data
yang pendek, dan hasil pengamatannya dapat diperoleh pada saat
pengamatan (real time).
2.3.4 Premark
Sebagai tahap awal dalam melakukan kegiatan foto udara, diperlukan
pembuatan premark dan data koordinat titik premark yang diukur menggunakan
GPS Geodetic di area yang akan difoto. Premark dibuat dengan bentuk tanda silang
dengan titik premark berada tepat pada potongan tanda tersebut. Warna premark
dipilih warna oranye mencolok agar terlihat pada saat pengolahan foto di studio.
Sebelum dilakukan pemotretan pada setiap titik kontrol tanah yang ada harus diberi
tanda (premark). Hal ini dimaksudkan supaya pada foto udara hasil pemotretan
nantinya akan dapat ditemukan titik-titik kontrol tanah tersebut. Hal ini sangat
penting artinya dalam pekerjaan triangulasi udara
2.4 Orthophoto
Orthophoto atau foto orto ialah foto yang menyajikan gambaran objek pada
posisi ortografik yang benar. Oleh karena itu foto orto secara geometrik ekivalen
terhadap peta garis konvensional dan peta simbol planimetrik yang juga menyajikan
Pinandita Faiz R - 232014082 19
BAB II DASAR TEORI
posisi ortografik objek secara benar. Beda utama antara foto orto dan peta ialah
bahwa foto orto terbentuk oleh gambar kenampakan, sedang peta menggunakan
garis dan simbol yang digambarkan sesuai dengan skala untuk mencermikan
kenampakan (Wolf, 1993).
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Alur pelaksanaan pekerjaan pemetaan re-design tower SUTT dan SUTET.
Pekerjaan ini dilaksanakan di PT. Synerga Tata Indonesia dan lokasi pekerjaan
berada di Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat.
3.2.2 Orientasi
Tahap orientasi dimulai dengan melakukan survey pendahuluan. Survey
pendahuluan dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada warga setempat yang
kemungkinan akan terkena dampak dari re-design SUTET dan SUTT. Selain itu
dilakukan survey mengenai tempat SUTET dan SUTT yang akan di re-design.
5. Berikut ini hasil baseline yang sudah di olah dengan memotong sinyal.
3.4.2.1 Digitasi
Digitasi dilakukan untuk memberikan informasi jalur (ROW) tower SUTT
yang didesain ulang untuk keperluan pembangunan jalur kereta cepat. Software
yang digunakan ArcGis 10.5.
6. Hasil digitasi.
1. Langkah pertama yaitu input surface berupa data DEM yang berbentuk
GEOTIFF.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Re-Design Tower SUTET dan SUTT yang Terdampak Jalur Kereta Cepat
Indonesia China (KCIC) merupakan pekerjaan yang dibutuhkan guna
menyelesaikan proyek jalur kereta cepat. Titik-titik tower SUTET dan SUTT yang
terdampak kereta cepat akan didesain ulang, hal ini dikarenakan terdapat ruang
bebas horisontal dan vertikal dari setiap tower yang diatur oleh Kementerian Energi
Sumber Daya Mineral no. 18 Tahun 2015.
4.1 Hasil
Hasil dari pelaksanaan praktik kerja di PT. Synerga Tata Internasional
berupa peta foto dan desain menara SUTT 150 kV di atas profil memanjang. Hasil
data berupa profil memanjang akan digunakan oleh pihak kontraktor demi
melaksanakan re-design tower SUTT 150 kV yang terdampak jalur KCIC.
Gambar 4.1 Profil Memanjang Tower SUTT 150 kV yang Terdampak KCIC
4.2 Pembahasan
Terkait kegiatan praktik kerja yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa
pembahasan diantaranya adalah akuisisi data, data yang didapatkan, pengolahan
data, dan hasil pekerjaan re-design tower SUTT menggunakan metode foto udara.
4.2.2 Data
Data yang didapatkan dari pekerjaan re-design tower SUTT ini adalah
berupa data foto udara yang diambil menggunakan UAV dan data GCP yang
dilakukan dengan pengamatan GPS geodetik. Untuk data foto udara hasil geometrik
foto sudah sesuai karena lokasi pengambilan data relatif memiliki angin yang tidak
terlalu kencang. Serta untuk lokasi pengamatan GPS dilakukan di area terbuka
tanpa ada halangan di atasnya.
Survey Data
NILAI PERTAMPALAN:
Camera Calibration
Camera Location
LOKASI KAMERA:
ESTIMASI KESALAHAN:
ELEVASI:
Proccesing Parameter
terdampak kereta cepat. Penyesuaian tersebut dilakukan agar tidak terjadi beban
uplift yang berlebihan pada tower yang tidak terdampak. Tahap selanjutnya
dilakukan perhitungan rasio wind span dan weight span yang tidak lebih dari nilai
1,5. Terdapat tower yang ditiadakan karena tempat dimana berdiri tower tersebut
akan dibangun jalur kereta cepat, ID tower tersebut adalah T53 jenis tower yaitu
Tower Suspension. Berikut ini terdapat jarak andongan dari tower ke tower pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jarak Andongan
NO. Keterangan Jarak Span (m) Jarak Andongan (m)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam pekerjaan ini adalah;
1. Peta foto udara dari UAV yang dihasilkan sudah dapat memenuhi ketentuan
yang dianjurkan sebagai peta desain tower SUTT 150kV yang terdampak
KCIC.
2. Pada saat pengambilan foto udara terdapat kesalahan yaitu adanya gap pada
line/jalur dari misi terbang. Hal ini dapat diatasi, karena pada saat
pengambilan data foto udara diatur overlap nya 80%. Sehingga hasil dari
mosaik foto udara masih ter-cover dari foto-foto sekitar gap tersebut, dapat
dilihat pada gambar 4.3 lokasi kamera dan pertampalan foto udara.
3. Standar ketelitian foto udara yang harus dicapai untuk posisi horizontalnya
10 – 20 cm dan posisi vertikalnya 1 – 1,5 m. Sedangkan hasil pengolahan
data foto udara memiliki ketelitian posisi horisontalnya 6,99854 mm dan
posisi vertikalnya 5,69396 mm. Hal ini menandakan hasil dari pengolahan
foto udara telah memenuhi standar pekerjaan yang telah ditetapkan.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran dari setiap hal yang telah tercapai sampai dengan
penulisan laporan praktik kerja ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses pengolahan data foto udara, dan pengolahan data GCP,
perangkat komputer yang digunakan harus sesuai dengan besarnya data foto
udara dan besar data GCP, karena ketidakcukupan memori dan prosesor
pada perangkat dapat mengakibatkan pekerjaan terhambat.
2. Sebelum melakukan pekerjaan harus mengetahui kondisi di lapangan,
karena pada pekerjaan terdapat kendala yaitu sulitnya menemukan titik
referensi dari BIG (Badan Informasi Geospasial) di lokasi terdekat. Hal ini
mengakibatkan terganggunya time schedule dari pekerjaan.
3. Pada saat pengambilan data foto udara menggunakan UAV perlu
mempertimbangkan angin di daerah tersebut. Hal ini dikarenakan angin
dapat mempengaruhi data foto udara dan UAV dapat mengalami drift atau
melebar dari line/jalur misi yang sudah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2002. Survey dengan GPS, Edisi II, PT, Pradnya Paramitha, Jakarta
Anonim-1. 2015. Perbedaan DEM, DTM dan DSM. (www.indoatlas.net diakses
19 Agustus 2018)
Anonim-2. 2016. Apa itu Ground Control Point.
(http://aerogeosurvey.com/2016/09/08/apa-itu-ground-control-point-gcp/
diakses 2 November 2018)
ASPRS. 1987. Digital Photogrammetry : An Addendum to the Manual of
Photogrammetry, American Society for Photogrammetry And Remote Sensing,
Maryland USA.
Bambang Syaeful Hadi. 2007. Dasar-Dasar Fotogrametri. UNY
Bang, K.I. 2007. Comparative Analysis of Alternative Methodologies for True
Ortho-photo Generation from High Resolution Satellite Imagery.
Doyle, F.J. 1978. “Digital Terain Model : An Overview”. Photogrammetric
Engineering and Remote Sensing . Vol 44, no 12, pp 1481-1485.
Habibi, Wildan. 2011. Pembangunan Sistem Pelacakan dan Penelusuran Device
Software Berbasis Global Positioning Sistem (GPS) pada Platform Software
Google.
Hakim, Dudung Muhally., dkk. The Identifcation of Fishing Ground Area with
MODIS Satellite Image (Case Study: South Coast of West Jawa).
Harintaka. 2008. Pemodelan Virtual Bangunan Arkeologi Candi Kelir di Taman
Wisata Candi Prambanan Menggunakan Kamera Amatir Digital, Media
Teknik Nomor 4 Tahun XXX Edisi Nopember 2008. ISSN 0216- 3012.
Isnasatrianto, Agree. 2018. Aplikasi UAV (Unmanned Aerial Vechile) Fotogrametri
untuk Perencanaan Pengembangan Jalur Transmisi Sutet 500 kv (Studi Kasus:
Kec. Ambarawa, Kab. Semarang).
Ligterink G.H. 1987. Dasar-Dasar Fotogrametri Interpretasi Foto Udara.
Penterjemah : Boesriati Boerman, UI-Press.
Lillesand/ Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Mogal, J. 1993. “VR Technologies: Full immersion”. Iris Universe, 25, 29-32.
Pinandita Faiz R – 232014082 68
DAFTAR PUSTAKA
Paine, David P. 1993. Fotografi Udara dan Penafsiran Citra Untuk Pengelolaan
Sumberdaya Edisi ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Terjemahan Imam Abdurahman. Buku Asli : Aerial Photography and Image
Interpretation For Resource Managament, John Wiley & Sons.
Paul R. W. 1989. Elemen Fotogrametri
Perusahaan Listrik Negara. 2010. Kriteria Desain Rangka Baja (LATTICE STELL
TOWER) Untuk Saluran Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi. PT. PLN (persero). Jakarta.
Power Line System. 2018. Wind Span and Weight Span . (www.powline.com
diakses Oktober 2018).
Raber, George T. 2007. Impact of LiDAR nominal post-spacing on DEM accuracy
and flood zone delineation. Photogrammetric Engineering and Remote Sensing
. Vol 73, no 7, pp 793-804.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
18 tahun 2015 tentang Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum Pada Saluran
Udara Tegangan Tinggi, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, dan Saluran
Udara Tegangan Tinggi Searah Untuk Penyaluran Tenaga Listrik.
LAMPIRAN