Menyetujui :
NIDN.1231087301
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke Hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, Atas Hikmat serta
Rahmat-Nya sehingga penyusunan laporan Kerja Praktek dengan judul “Proyek
Pembangunan Gedung Majelis Rakyat Papua (MRP). Kami menyadari bahwa
penyusunan laporan kerja praktik ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Anggia R. Rumaningtyas, M.Sc selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan
2. Ibu Ajeng Dewi Rani, ST selaku Dosen Pembimbing dan juga selaku
Dosen Wali kami angkatan 2017 dalam Program Studi Teknik Sipil
3. PT. PP (Persero) Tbk. selaku kontraktor yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang penulis perlukan,
4. Orang Tua dan Keluarga kami yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral,
5. Serta semua teman yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan kerja praktik ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna karena
adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua
kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Penulis berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
2.1.1 Sejarah.......................................................................................7
iii
2.1.3 Kebijakan SHE (Safety, Health and Environment) PT.
Wijaya Karya (Persero) Tbk.....................................................8
iv
2.4.6 Manajer Konstruksi...................................................................17
3.1 Perencanaan.........................................................................................18
v
4.3.2 Pelaksanaan Pekerjaan Pre-Boring...........................................34
5.1 Kesimpulan..........................................................................................46
5.2 Saran....................................................................................................47
DAFTAR
PUSTAKA
vi
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4.17 Instalasi Tulangan............................................................................40
ix
DAFTAR TABEL
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan Bebas Hambatan atau yang sering kita sebut dengan Jalan Tol
merupakan salah satu jenis dari infrastuktur jalan dan jembatan yang akhir-akhir
ini sangat banyak pembangunannya. Jalan Bebas Hambatan (Highway) sendiri
merupakan jalan raya yang dibelah oleh median jalan atau pemisah jalan dan
merupakan jalan dengan akses terbatas. Keuntungan dari dibangunnya Jalan Tol
menurut Badan Pengatur Jalan Tol Kementrian PUPR Republik Indonesia adalah
akan terjadi peningkatan pada sektor ekonomi dan bisnis di wilayah Indonesia,
meningkatnya mobilitas dan aksesbilitas pengguna jalan dan barang, terjadi
penghematan biaya operasi kendaraan dan waktu tempuh bagi pengguna jalan,
serta pengembalian investasi melalui pendapatan tol berdasarkan ketetapan tarif
tol.
Topik yang penulis ambil dalam laporan kerja praktek ini yaitu Pelaksanaan
Pondasi Bore Pile pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Cengkareng -Batu Ceper
– Kunciran pada seksi III (STA 27 + 650 sampai dengan STA 34 + 255). Penulis
mengambil judul tersebut karena pondasi Bore Pile sangat sering digunakan pada
pembangunan jembatan di proyek Pembangunan jalan Tol.
1
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada laporan kegiatan kerja praktek ini antara lain:
a. Tujuan dari kerja praktek ini yaitu untuk mengetahui penerapan atau
aplikasi dari teori yang telah didapatkan selama masa perkuliahan.
2
1.5 Rumusan Masalah
3
1.8 Sistematika Penulisan
4
BAB II
Sumber : http://www.wika.co.id/pages/company-logo
5
Seiring berjalannya waktu, berbagai tahap pengembangan kerap kali
dilakukan untuk terus tumbuh serta menjadi bagian dari pengabdian WIKA bagi
perkembangan bangsa melalui jasa-jasa jonstruksi yang tersebar di berbagai
penjuru negeri pada tahun 1960 dan berubah bentuk menjadi persero pada tahun
1972.
Sejak 1972, status hukum Wijaya Karya telah diubah menjadi “Persero” PT.
Wijaya Karya, yang lebih familiar dipanggil dengan sebutan “WIKA”. Sejak saat
itu, perusahaan mulai mengembangkan usahanya sebagai kontraktor umum dan
terlibat dalam jangkauan yang lebih luas dalam kegiatan konstruksi termasuk jalan
raya, jembatan, pelabuhan, bandara, bangunan, tanaman pembuangan limbah,
pabrik semen, pabrik dan fasilitas industri lainnya.
Pada tahun 1972, WIKA mulai menanggai berbagai proyek penting seperti
pemasangan jaringan listrik di Asahan dan Proyek Pembangunan Irigasi di
Jatiluhur.
Memasuki tahun 1982, WIKA melakukan perluasan divisi dengan
dibentuknya beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan
Gedung, Divisi Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi
Industri, Divisi Energy, dan Divisi Perdagangan. Proyek yang ditanggani saat itu
diantaranya ialah gedung LIPI, Gedung Bukopin, dan Proyek Bangunan dan
Irigasi. Selain itu, semakin berkembangnya anak-anak perusahaan di sektor
industri konstruksi membuat WIKA menjadi perusahaan infrastruktur yang
terintegrasi dan bersinergi. Pada tahun 1997, WIKA mendirikan anak
perusahaannya yang pertama, yaitu PT. Wijaya Karya Beton yang mencerminkan
pesatnya perkembangan Divisi
Produk Beton WIKA saat itu,.
Kegiatan PT. Wijaya Karya Beton saat itu diantaranya ialah pengadaan
bantalan jalan rel kereta api untuk pembangunan jalur doulbe-track Manggarai,
Jakarta, dan pembangunan PLTGU Grati serta Jembatan Cable Stayed Barelang di
Batam. Langkah PT. Wijaya Karya Beton kemudian diikuti dengan pendirian PT.
Wijaya Karya Reality pada tahun 2000 sebagai pengembangan Divisi Realty.
Pada tahun yang sama didirikan pula PT. Wijaya Karya Intrade sebagai
pengembangan Divisi Industri dan Perdagangan.
6
2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
2.1.3 Kebijakan SHE (Safety, Health and Environment) PT. Wijaya Karya
(Persero) Tbk.
7
Wika melakukan peningkatan Sistem Manajemen SHE secara
berkesinambungan melalui pembelajaran dari praktek-praktek Sistem Manajemen
SHE terbaik di Indonesia maupun di Asia Tenggara serta mengikuti
perkembangan pengetahuan terkini di bidang SHE.
8
Manajemen Risiko merupakan budaya perusahaan yang dilaksanakan pada
semua aktivitas dan pengambilan keputusan. Proses manajemen risiko dilakukan
secara terstruktur, diarahkan untuk mengelola manajemen yang tepat guna,
terhadap peluang yang potensial dan dampak merugikan.
Dewan komisaris, Direksi dan seluruh Unit Kerja Perusahaan dan Entitas
Anak PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. wajib menerapkan Manajemen Risiko
secara terpadu. Kebijakan tersebut akan ditingkatkan secara berkelanjutan
berlandaskan pada prinsiup-prinsip Good Corporate Governance, peraturan
perundang- undangan dan persyaratan lainnya yang berlaku.
PT Wijaya Karya (Persero) tbk. saat ini dalam pembangunan Ruas Jalan Tol
Kunciran – Cengkareng beserta Ruas Jalan Tol JORR lainnya diharapkan dapat
memberikan konstribusi yang signifikan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas
dari kawasan Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Bodatabek) pada jalan arteri yang
menuju pusat kota Jakarta, serta memperhatikan kebutuhan untuk meningkatkan
aksebilitas dari dan ke Bandara Internasional Soekarno – Hatta dan menghindari
terputusnya akses utama ke Bandara akibat banjir.
9
2.2.3 Deskripsi Umum Proyek
Ruas Jalan Tol Kunciran – Bandara atau STA 24+779 sampai dengan STA
39+995, secara geografis terletak antara 6° 13’ 30” BT dan 6° 17’ 00” LS, 106°
41’ 30” BT secara administrasi terletak di Kota Tangerang, mempunyai panjang ±
15,2 KM, dengan kondisi topografi yang terdiri dari daerah dataran yang berada
pada ketinggian antara 1,0 meter sampai 20 meter di atas permukaan laut dan
dengan kemiringan lereng rata-rata 0 % sampai dengan 2 %. Tata guna lahan yang
di dominasi oleh kawasan pemukiman, sebagian kecil persawahan dan kawasan
industri sesuai dengan posisi Tangerang yang merupakan daerah penyangga
Ibukota Jakarta, Rencana Jalan Tol melalui beberapa kelurahan, antara lain:
10
Tabel 2.1 Wilayah Pekerjaan Jalan Tol
11
2.2.3.3 Iklim dan Cuaca
12
2.2.3.5 Peranan Pemerintah Pusat
Manajer Proyek
Novial Yudhi Korna
Manajer SHE
Qobus
Manajer Pengadaan
Nurhamidar Dahlan
Manajer QA & QC
Fadli Al-Mansur
Manajer Keuangan
Wahid
13
2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Masing-masing Bagian dari Struktur
Organisasi
Project manager adalah wakil dari perusahaan atau kontraktor utama yang
memimpin sebuah proyek. Project manager mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut :
14
Memberi masukan ke jajaran para manajer dan supervisor tentang
permasalahan SHE.
Meninjau ulang laporan SHE dan instruksi untuk tindakan korektif setiap
minggu yang dipersiapkan oleh SHE supervisor.
15
serta mengaplikasikan software (animasi) sebagai alat bantu presentasi
(memperjelas urutan/sekuen konstruksi).
Menciptakan hal-hal baru dari yang sudah ada menjadi lebih efektif dan
efisien
16
Menguasai instalasi software-software aplikasi utama untuk bisnis : Office
Suite, Project Management, Publishing, dan Flowcharting.
Melakukan pembayaran atas upah pekerja, pembelian bahan, alat dan uang
makan seluruh pegawai proyek. Membukukan seluruh pengeluaran proyek
secara periodik. Menyusun administrasi penagihan proyek dan membuat
purchase order (PO) kepada supplier.
17
BAB III
3.1 Perencanaan
Kerja praktek merupakan salah satu matakuliah wajib yang menjadi syarat
utama dalam proses pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa diwajibkan untuk
melakukan kerja praktek di suatu perusahaan sebelum mendapatkan gelar sarjana
dan mendapatkan pengetahuan informal yang tidak didapatkan di bangku
perkuliah serta masalah-masalah yang terjadi baik dari pekerjaan struktur maupun
nonstruktur beserta solusinya. Sehingga mahasiswa dapat memiliki gambaran
serta memahami situasi nyata di lapangan. Proses kerja praktek adalah sebagai
berikut:
18
3.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
19
Ikut serta membantu proses pekerjaan seperti pengecekan tulangan,
memantau pekerjaan pengeboran, pembesian, uji Slump sebelum
pengecoran, dan lain-lain. Secara garis besar segala kegiatan Kerja Praktek
yang dilaksanakan dan dipelajari di lapangan mencakup beberapa kegiatan
yang di tulis dalam lembar pelaksanaan Kerja Praktek sebagai lampiran.
20
Pada saat pengecoran terdapat air tanah yang cukup banyak yang dapat
melemahkan tanah atas apabila air yang keluar dibiarkan tergenang.
Solusinya dibuat semacam saluran pembuang agar air yang keluar
langsung dialirkan menjauhi lubang bore pile yang sedang dicor.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Excavacator
Excavator adalah alat yang biasa digunakan dalam industri konstruksi,
pertanian atau perhutanan. Dimana excavator sendiri mempunyai belalai yang
terdiri dari dua tungkai; yang terdekat dengan body disebut boom dan yang
mempunyai bucket (ember keruk) disebut dipper. Sedangkan ruang pengemudi
disebut House yang terletak diatas roda (trackshoe), dan bisa berputar 360 derajat.
22
pekerjaan bore pile untuk menghindari terjadinya longsor. Setelah dikumpulkan
excavator memindahkan tanah tersebut ke dalam dump truck untuk dibuang ke
tempat yang telah ditentukan. Selain itu, excavator juga digunakan untuk
memindahkan plat baja untuk dijadikan sleeper.
Dump Truck
Selain itu, dump truck juga digunakan untuk mengangkut bahan dan
peralatan lain seperti genset, tulangan dan plat baja. Dump truck ini memiliki
kapasitas bucket sebesar 4,76 m3.
23
Gambar 4.2 Dump Truck
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Crane Service
Crane Service/Crawler Crane merupakan sebuah mesin yang mempunyai
struktur lengkap sebuah crane yaitu untuk memindahkan sesuatu; dan juga dapat
berpindah posisi dengan mudah karena dukungan roda penggerak. Pada crane
service, roda penggerak ialah berupa rantai sehingga kapasitas pengangkatannya
lebih besar dibandingkan dengan crane yang beroda.
Dalam pekerjaan bore pile, crane service digunakan untuk memasang dan
mengangkat casing, instalasi tulangan, dan mengangkat corong dan pipa tremie
pada saat proses pengecoran.
24
Gambar 4.3 Crane Service
Sumber: Dokumentasi Pribadi
25
Truck Mixer
Truck Mixer adalah alat pengangkut beton (ready mix) dari batching plant
ke lokasi proyek. Saat sampai proyek campuran beton dalam truck mixer terlebih
dulu dilakukan slump test dan dibuat sampel untuk uji tekan. Selanjutnya truck
mixer diarahkan ke arah lubang bore pile yang akan dilakukan pengecoran. Truck
mixer ini sendiri memiliki kapasitas sebesar 7 m3 sekali angkut.
26
Gambar 4.6 Total Station
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Alat Pengelasan
Pada pekerjaan bore pile, tahapan pengelasan tulangan selain untuk
merakit tulangan diperlukan juga guna untuk menyambungkan tulangan bottom
dengan middle. Hal tersebut dilakukan karena panjang pabrikasi tulangan hanya
12 meter sedangkan kedalaman bore pile 22 meter.
Alat yang digunakan pada pekerjaan penyambungan tiang ini terdiri dari
beberapa alat. yaitu genset, kabel las, dan kawat las. Spesifikasi dari kawat las
yang digunakan pada bore pile ini ialah AWS A.5.1. E6013 NIKKO Steel
RB26/RD 260 sesuai dengan ANSI/AWS D1.1-900.
Gambar 4.7 (a) Genset dan kabel las (b) kawat las
Sumber: Dokumentasi Pribadi
27
Casing
Casing dibuat dari bahan besi dengan panjang 6 meter dan lebar 1,2 meter
yang mana pada ujung bagian atas terdapat penahan agar casing tidak jatuh saat
dilakukan pengecoran. Peletakan casing dilakukan setelah pre-boring kemudian
pengangkatan casing dilakukan setelah pengecoran selesai.
Mata Bor
Dalam proses pengeboran digunakan dua jenis mata bor yaitu auger dan
bucket. Auger digunakan pada saat pre-boring yaitu sedalam 6 meter pertama.
Selanjutnya, digunakan mata bor bucket untuk kedalaman 6-22 meter.
28
Gambar 4.10 Mata Bor Bucket
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Plat Dudukan
Untuk menjaga kestabilan alat berat yang bekerja digunakan plat duduk.
Plat dudukan ini terbuat dari bahan baja. Digunakannya plat ini dikarenakan
29
permukaan tanah yang tidak mampu menahan beban alat berat seperti rotary
drilling rig dan truck mixer. Plat dudukan ini dimobilisasi menggunakan crane
service.
30
dan uji lengkung statis BJTS. Setelah sampel diuji dan diterima untuk digunakan
dalam proyek pembangunan Jalan Tol Kunciran – Cengkareng dilakukan inspeksi
mendadak secara berkala.
Mutu dari besi tulangan yang digunakan ialah mengacu dan sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia mengenai Baja Tulangan Beton yaitu SNI 07-2052-
2002 yang kewajiban penggunaannya diatur oleh Peraturan Menteri Perindustrian
no. 37/2012 tentang pemberlakuan SNI Baja Tulangan Beton secara wajib.
Berikut spesifikasi besi tulangan produksi PT. The Master Steel Mfg:
Tabel 4.1 Spesifikasi Pabrikasi Tulangan PT. The Masteer Steel Mfg
Sumber: https://www.themastersteel.com/products_detail.php?id=8
31
Gambar 4.13 Hasil Uji Slump
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Spesifikasi mutu beserta proporsi campuran beton dapat dilihat pada tabel berikut:
32
Catatan :
33
Pada pekerjaan pondasi bore pile ini, alat berat baik crane service atau
rotary drilling rig yang sudah didatangkan ke proyek kemudian di-setting terlebih
dahulu dan dilakukan pengecekan kelayakan dalam pengoperasian. Setelah
dilakukan penyetelan dan pengecekan kelayakan dilakukan, maka alat siap untuk
dioperasikan.
Alat berat yang didatangkan berjumlah 1 buah crane service dan 1 rotary
drilling rig.
Pada pekerjaan Pekerjaan pondasi bore pile, lahannya adalah rumah padat
penduduk. Oleh karena itu diperlukan perlatan untuk membersikan lahan tersebut.
Peralatan yang dipakai antara lain ialah excavator dan dump truck.
34
gambar kerja, dan lain-lain. Pekerjaan pengeboran akan dilakukan berdasarkan
jadwal rencana pengeboran yang telah disetujui.
Ketika alat bor sudah dirakit dan titik bore pile sudah disiapkan, maka
segera dapat dilakukan pekerjaan pengeboran. Mula-mula mesin bor ditempatkan
pada lokasi yang akan dibor, lalu tepatkan mata auger pada titik bore pile. Check
verticality dari pada ladder atau Kelly bar, agar diperoleh tiang yang vertikal.
Kemudian segera dilakukan pekerjaan pre-boring dengan jalan memutar Kelly bar
pada rotary yang selanjutnya Kelly bar diturunkan atau ditekan dengan jack
secara perlahan. Pre-boring dilakukan sampai kedalaman 6 m.
35
kondisi aktual di lapangan. Pemasangan single walled (s/w) casing biasanya
menggunakan vibrating hammer atau rotational turntable yang dikendalikan
menggunakan boring rig. Kelurusan dari casing akan dicek menggunakan
waterpass yang ditempatkan pada kedua sisi casing.
Apabila suatu ketika alat bor tidak dapat menembus hingga kedalaman yang
telah ditentukan, maka perwakilan klien akan memverifikasi kejadian tersebut dan
36
mengkonfirmasi pengurangan kedalaman akhir (tanah keras). Untuk pengeboran
lapisan batu akan digunakan rock-drilling tools. Alat ini berupa rock augers, core
barrels, (round shank, stollen, roller bit), cross cutters, dan chisels jika
dibutuhkan.
Apabila ditemukan batu keras pada elevasi tertentu pada saat pengeboran,
maka akan dicatat dan disetujui sebelum melakukan pengeboran. Tipe alat
pengeboran dan penambahan kedalaman pengeboran batu keras akan dicatat.
Kedalaman akhir juga akan dicatat dan disetujui sebelum pemasangan besi
tulangan.
37
4.3.6 Pembersihan Lubang Pengeboran
38
Gambar 4.16 Perakitan Tulangan Bore Pile
Besi tulangan yang diperlukan untuk dibuat dengan panjang lebih dari 12
meter, jika memang dibutuhkan perlu ditangani menggunakan spreader beam
(balok angkat), yang akan digunakan pada saat pengangkatan rangka besi tulangan
secara vertikal.
39
Gambar 4.17 Instalasi Tulangan
40
Posisi pipa tremie akan berada di tengah-tengah lubang dan akan diturunkan
sampai bagian bawah lubang sebelum proses pengecoran. Bola plastik akan
diletakkan kedalam ujung tremie sebelum menuangkan beton pertama. Bagian
bawah dari pipa tremie harus dijaga agar di atas dari dasar lubang bor setidaknya
1,5 m sebelum dimulai proses pengecoran. Mulai penuangan beton langsung ke
concrete hopper.
Pada pemakaian tremie, setelah concrete keluar dari ujung bawah tremie
maka akan mendorong air, lumpur dan tanah ke atas. Lakukan pengecoran secara
continue, dan pada pemakaian tremie apabila dalam corong sudah penuh concrete,
maka tremie dapat dikocok-kocok atau ditarik naik turun sehingga concrete dapat
keluar dengan lancar. Jika menggunakan sectional tremies, pipa tremie harus
dipisahkan dalam interval tertentu untuk mencegah aliran beton yang tidak
memadai ke dalam lubang. Apabila sudah terlalu berat atau panjang, maka pipa
tremie dapat dipotong per segmen. Pada pemotongan tremie ini harus diperhatikan
agar ujung paling bawah tremie tetap tenggelam dalam concrete antara 1,5 - 2
meter.
Pipa casing yang tertanam akan dicabut pada saat beton telah mengalami
proses pengerasan. Pencabutan casing dilakukan dengan bantuan service crane
secara perlahan. Casing yang telah tercabut kemudian dipindahkan dari area
pengeboran.
41
4.3.12 Pembuangan Tanah
Untuk menjaga mutu pada pekerjaan pondasi bore pile dilakukan pengujian
pada struktur pondasi. Pengujian tersebut adalah PDA Test dan PIT Test. PDA
Test dilakukan untuk mengetahui apakah pondasi bore pile yang telah jadi
tersebut memiliki daya dukung yang sama dengan perencanaan atau tidak.
Sedangkan PIT Test dilakukan untuk mengetahui apakah beton pada pondasi bore
pile terbentuk dengan baik sesuai dengan dimensi pada gambar atau terjadi
kerusakan pada lubang bore pile yang mengakibatkan bentuk pilenya menjadi
rusak.
42
Tiang uji diharapkan dalam kondisi rata dipermukaannya (digrouting
dengan sika grout/ combextra tebal ± 2 cm). Sebelum meletakan hammer,
letakan multiplek diatas kepala tiang sebagai peredam. Pada dua sisi tiang
dengan jarak 1.5 diameter (D) dari kepala tiang ditempatkan masing-
masing sepasang strain transducer dan accelerometer yang kemudian
dihubungkan dengan kabel koneksi ataupun secara wireless dengan
koneksi bluetooth ke alat perekam digital PDA•PAX/8G.
Setelah semua peralatan untuk pengujian terpasang termasuk hammer
sebagai beban, pengujian dapat dilakukan dengan melakukan tumbukan
pada kepala tiang dengan menggunakan hammer dengan berat minimal 1
%-2% dari daya dukung ultimit yang dapat menghasilkan energi untuk
memobilisasi tahanan tiang. Pukulan tersebut diharapkan tidak melampaui
batas kuat tekan agar tidak terjadi kerusakan pada kepala tiang saat
pengujian berlangsung. Hal ini akan dikontrol dari besar tegangan yang
terjadi pada saat pengujian oleh testing engineer. Pukulan dilakukan secara
parsial dengan interval beban yang telah ditentukan. Penumbukan
dihentikan jika telah diperoleh mutu rekaman pada komputer yang cukup
baik dan energi tumbukan (EMX) yang relative cukup tinggi. Nilai EMX
tergantung dari nilai efisiensi hidrolik yang dipakai. Penentuan daya
dukung aksial tiang diperoleh dari pantulan gelombang yang merambat
dari kepala tiang hingga ke ujung tiang melalui tahanan yang diberikan
oleh reaksi tanah sekitamya yang kemudian dicatat dengan strain
transducer dan accelerometer yang ditempatkan pada posisi ±1.5 x
diameter tiang uji. Keutuhan tiang dan keseragaman penampang juga
merupakan salah satu output dari uji PDA. Berdasarkan kurva percepatan
yang terjadi sepanjang tiang, maka lokasi kerusakan dapat dideteksi dan
luas penampang sisa dapat diperkirakan.
Hasil pengujian dinamis dengan PDA Test dianalisa lebih lanjut dengan
analisis CAPWAP untuk mendapatkan perbandingan kekuatan daya
dukung termasuk distribusi kekuatan friksi tanah di setiap lapisan. Contoh
hasil CAPWAP Analysis dapat dilihat pada lampiran.
43
Gambar 4.18 Pengujian PDA Test
44
4.5 Traffic Management
Traffic management atau manajemen lalu lintas dilaksanakan sesuai dengan
keperluan dan disesuaikan dengan lokasi dan jenis pekerjaan. Dalam
melaksanakan manajemen lalu lintas yang harus dilakukan antara lain:
Khusus untuk keluar masuk material dalam jumlah besar disiagakan flagman
sesuai dengan kebutuhan.
SHE Plan atau rencana K3 saat pekerjaan antara lain untuk mencegah dan
meminimalisir dampak terhadap lingkungan. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk
mencegah dan mengurangi dampak dalam hal aspek K3 antara lain:
45
BAB V
5.1 Kesimpulan
Pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan selama satu bulan di Proyek
Pembangunan Jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran telah banyak
memberikan manfaat yang dapat digunakan sebagai edukasi bagi penulis untuk
menyusun laporan kerja praktek. Dari pelaksanaan kerja praktek dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Dari aspek mutu pihak kontraktor PT. Wijaya Karya (persero) tbk. telah
melakukan pengendalian dengan baik. Antara lain menggunakan ketentuan
SNI untuk melakukan slump test pada setiap truck mixer yang datang ke
lokasi proyek dan melakukan pengecekan pada material yang akan
didatangkan ke lokasi proyek.
Dari penyusunan laporan kerja praktek ini penulis dapat mengetahui
bagaimana proses pekerjaan pondasi bore pile. Tahapannya antara lain :
a. Pekerjaan Persiapan, didalam pekerjaan ini meliputi pekerjaan
clearing/stripping, mobilisasi sumber daya, dan pekerjaan
surveying/pengukuran.
b. Pekerjaan pre-boring menggunakan mata bor auger dengan kedalaman 6
meter.
c. Pekerjaan pemasangan casing, pekerjaan ini menggunakan service crane
untuk mengangkat dan memasukkan casing ke lubang bore pile.
d. Pekerjaan pengeboran (boring), pekerjaan ini menggunakan alat berat
yaitu rotary drilling rig dengan mata bor bucket. Pekerjaan ini dilakukan
dari kedalaman 6 sampai 22 meter.
e. Pekerjaan instalasi tulangan, pekerjaan ini meliputi perakitan tulangan dan
pemasangan tulangan ke dalam lubang bore pile. Saat pengangkatan
tulangan digunakan crane service.
46
f. Pekerjaan pengecoran dilakukan setelah tulangan telah dimasukkan.
Dalam proyek ini campuran beton yang digunakan adalah mutu kelas B
dengan nilai slump 18 ± 2.
Dari aspek K3 dan lingkungan, pihak kontraktor PT. Wijaya Karya (Persero)
Tbk. telah melakukan pencegahan risiko dan kecelakaan dengan baik. Hal
tersebut dibuktikan dengan tidak pernah terjadi kecelakaan besar (major) atau
kerusakan lingkungan serius pada Proyek Pembangunan Jalan Tol
Cengkareng
– Batu Ceper – Kunciran ini.
5.2 Saran
Saran yang diberikan oleh penulis setelah mengikuti kegiatan kerja praktek
pada pekerjaan pondasi bore pile adalah sebagai berikut :
47