Anda di halaman 1dari 33

ESTIMASI SUMBERDAYA BAUKSIT DENGAN

METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTED

SEMINAR INDUSTRI

Oleh :
FRANSISCUS SAFERIUS
NIM : 710017033

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN S1


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2020
ESTIMASI SUMBERDAYA BAUKSIT DENGAN

METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTED

SEMINAR INDUSTRI

Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kurikulum Seminar Industri
Pada Program Studi S1 Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta

Oleh :
FRANSISCUS SAFERIUS
NIM : 710017033

Yogyakarta, Desember 2020


Mengetahui Menyetujui
Ketua Prodi Teknik Pertambangan Dosen Pembimbing

(Bayurohman Pangacella Putra, S.T., M.T) (Rizqi Prasowo, S. Pd., M.Sc)


NIK. 1973 0296 NIK. 1973 0306

ii
KATA PENGANTAR

Dengan puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Seminar
Tambang dengan judul “Estimasi Sumberdaya Bauksit Dengan Metode Inverse
Distance Weighted” tepat pada waktunya. Penyusunan laporan seminar ini dibuat
sebagai salah satu syarat menyelesaikan kurikulum Seminar Tambang pada
Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Dalam penyusunan seminar ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H Ircham, M.T., selaku Rektor Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Mineral Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
3. Bapak Bayurohman Pangacella Putra, S.T., M.T., selaku Ketua Program
Studi S1 Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
4. Bapak Rizqi Prasowo, S. Pd., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Seminar
Tambang Pada Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi
Nasional Yogyakarta.
5. Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan laporan seminar ini.
Penulis mengerti bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mohon kritik dan saran guna kemajuan dalam
pembuatan tugas selanjutnya.

Yogyakarta, Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ESTIMASI SUMBERDAYA BAUKSIT DENGAN METODE INVERSE


DISTANCE WEIGHTED .................................................................................... 1
ESTIMASI SUMBERDAYA BAUKSIT DENGAN METODE INVERSE
DISTANCE WEIGHTED .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
1 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah .................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penulisan ................................................................................... 3
1.5 Metode Penulisan .................................................................................. 4
1.6 Manfaat Penulisan ................................................................................. 4
2 BAB II DASAR TEORI ............................................................................... 5
2.1 Pengertian Bauksit Secara Umum .......................................................... 5
2.2 Genesa Bauksit ...................................................................................... 6
2.3 Kegunaan Bauksit .................................................................................. 7
2.3.1 Bauksit Digunakan untuk Produksi Aluminium .............................. 7
2.3.2 Penggunaan Bauksit sebagai Bahan Abrasive ................................. 8
2.3.3 Penggunaan Bauksit sebagai Proppant ............................................ 9
2.4 Metode Estimasi Bauksit ..................................................................... 10
2.4.1 Polygon ........................................................................................ 11
2.4.2 Sayatan Penampang (Cross Section) ............................................ 12
2.4.3 Inverse Distance Weigthing .......................................................... 14
3 BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 16
3.1 Inverse Distance Weighted................................................................... 16
3.1.1 Rumus Perhitungan Inverse Distance Weighted ............................ 16
3.2 Pembuatan Block Model ...................................................................... 18

iv
3.3 Perhitungan Sumberdaya ..................................................................... 20
4 BAB IV PENUTUP .................................................................................... 24
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 24
4.2 Saran ................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 26

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sumberdaya dan cadangan bauksit dunia, 2013 ( sumber: Mineral
Information Institute, 2013) ................................................................................. 2
Gambar 2.1 Endapan Laterit (sumber : goeloginesia) ........................................... 5
Gambar 2.2 Alumunium (sumber : goeloginesia) ................................................. 8
Gambar 2.3 Abrasive (sumber : goeloginesia) ...................................................... 9
Gambar 2.4 Proppant (sumber : goeloginesia) .................................................... 10
Gambar 2.5 Sketsa Perhitungan volume Endapan dengan Metode Polygon ........ 11
Gambar 2.6 Metode Cross Section Pedoman Rule of Gradual Changes (sumber :
Isaaks dkk, 1989) ............................................................................................... 13
Gambar 3.2 Block Model (sumber : Elsa Megawati dkk,2018) ........................... 19
Gambar 3.3 Block Model COG 35% (sumber : Elsa Megawati Dkk,2018) ......... 20

vi
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ukuran pasar bauksit global bernilai USD 9,90 miliar pada tahun 2019 dan
diperkirakan akan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR)
sebesar 3,3% dari tahun 2020 hingga 2027. Pertumbuhan pasar sebagian besar
disebabkan oleh meningkatnya permintaan aluminium dari berbagai sektor
penggunaan akhir, termasuk konstruksi, otomotif, pengemasan, kelistrikan dan
elektronik. Bauksit terutama digunakan sebagai bahan mentah untuk produksi
alumina, yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi
aluminium, dan oleh karena itu pasar terutama didorong oleh produksi aluminium
di seluruh dunia. Industri ini sedang mengalami perubahan transformasional yang
signifikan, didorong oleh permintaan yang kuat dari China. China mendominasi
industri bauksit global dengan bagi hasil besar-besaran 58,0% pada 2019. Sesuai
dengan statistik yang diberikan oleh International Aluminium Institute, China
adalah produsen aluminium primer terbesar dan memproduksi sekitar 58% di 2019

Sumber daya bauksit yang dimiliki Indonesia cukup besar dengan total
keseluruhan sebesar 941,24 juta ton dan cadangan 381,35 juta ton dengan kadar
Al2O3 berkisar 27-55%, yang tersebar di Kepulauan Riau, Bangka Belitung,
Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah (Pusat Sumber Daya Geologi, 2013).
Dengan jumlah tersebut Indonesia menempati urutan ke 8 terbesar dunia dengan
persentase (2,96%), sedangkan negara terbesar adalah Guinea (26,4%), Australia
(21,4%), Brasil (9,3%), Vietnam (7,5%), Jamaika (7,1%) , Cina (5,25%), dan India

1
(3,19%) (Mineral Information Institute, 2013).

Gambar 1.1 Sumberdaya dan cadangan bauksit dunia, 2013


( sumber: Mineral Information Institute, 2013)
Maka dari itu untuk menjaga ketersediaan sumberdaya dan cadangan bauksit
maka perlu adanya upaya eksplorasi lebih lanjut. Dengan adanya eksplorasi lebih
lanjut sehingga dapat diketahui daerah mana yang mempunyai potensi sumberdaya
bauksit yang besar dan diketahui juga kadar dari sumberdaya tersebut sehingga
memudahkan menentukan harga komoditi dan dalam penentuan cadangan. Salah
satu cara eksplorasi dilakukan dengan metode tes pit pada daerah penelitian
menunjukkan sebaran titik informasi.

Selain dilakukannya kegiatan eksplorasi perlu juga dilakukan kegiatan


perhitungan sumberdaya yang dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya ordinary krigging,sayatan penampang, polygon dan inverse distance
weighted. Metode Inverse Distance Weigthing adalah salah satu dari metode
penaksiran dengan pendekatan blok model yang sederhana dengan
mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai
interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh.
Bobot (weight) akan berubah secara linier sesuai dengan jaraknya dengan data
sampel. Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel. Metode ini

2
biasanya digunakan dalam industri pertambangan karena mudah untuk digunakan.
Pemilihan nilai pada power sangat mempengaruhi hasil interpolasi. Nilai power
yang tinggi akan memberikan hasil seperti menggunakan interpolasi nearest
neighbor dimana nilai yang didapatkan merupakan nilai dari data point terdekat
(NCGIA, 2007). Kelebihan dari metode IDW adalah karakteristik interpolasi dapat
dikontrol dengan membatasi titik-titik masukan yang digunakan dalam proses
interpolasi. Titik-titik yang terletak jauh dari titik sampel dan yang diperkirakan
memiliki korelasi spasial dapat dihapus dari perhitungan. Titik-titik yang digunakan
dapat ditentukan langsung, atau ditentukan berdasarkan jarak yang ingin di
interpolasi.

Kerugian dari metode IDW adalah nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai
yang ada pada data sampel. Pengaruh dari data sampel terhadap hasil interpolasi
disebut sebagi isotropic. Dengan kata lain, karena metode ini menggunakan rata-
ratadari data sampel sehingga nilainya tidak bisa lebih kecil dari minimum atau
lebih besar dari data sampel. Jadi, puncak bukit atau lembah terdalam tidak dapat
ditampilkan dari hasil interpolasi model ini (Watson & Philip, 1985).

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana cara perhitungan


sumberdaya bauksit menggunakan metode Inverse Distance Weighted dalam upaya
mengetahui total sumberdaya bauksit.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan seminar ini hanya membahas mengenai


perhitungan sumberdaya hanya dengan metode Inverse Distance Weighted dan
tidak membahas tentang perhitungan cadangan.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah mengtahui perhitungan estimasi dengan metode


Inverse Distance Weighted dalam upaya mengetahui total sumberdaya bauksit di
Indonesia.

3
1.5 Metode Penulisan

Metode yang diterapkan didalam penyusunan seminar ini adalah studi


litelatur, merupakan metode pengumpulan data terhadap litelatur-litelatur yang
berkaitan dengan materi yang dibahas dan mencari data sekunder antara lain:

1. Kegiatan Penambangan yang terkait dengan pembahasan penulisan

2. Artikel yang membahas mengenai metode Inverse Distance Weighted

Studi ini didapat dari pencarian bahan-bahan pustaka yang diperoleh dari :

a. Perpusatakaan.

b. Bulletin, brosur-brosur.

c. Gambar dan Tabel

d. Jurnal

e. Internet

Metode Download data merupakan metode yang dilakukan untuk pengumpulan


data. Dengan memanfaatkan internet untuk mendapatkan file atau data yang
berhubungan dengan materi yang dibahas.

1.6 Manfaat Penulisan

Diharapkan dari hasil penulisan ini dapat bermanfaat untuk pengetahuan bagi
pembaca tentang masa depan sumberdaya bauksti di Indonesia, Serta manfaat dari
metode Inverse Distance Weighted

4
2 BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Bauksit Secara Umum


Bauksit adalah batuan yang terbentuk karena proses lateritisasi batuan induk
yang kaya unsur alumina tetapi rendah unsur Si dan Fe. Bauksit terdiri dari 3
dominan mineral aluminium hidrat yaitu boehmite, gibsit, serta diaspora. Ketiga
mineral tersebut sering berasosi (Zarasyandi, 1984)asi dengan mineral kuarsa,
lempung (kaolin), bijih Fe-Ti, dan beberapa mineral lainnya.

Gambar 2.1 Endapan Laterit


(sumber : goeloginesia)
Rumus kima bauksit adalah Al(OH)3 dengan kemungkinan terjadi
penambahan unsur Al dan (OH), contohnya AlO(OH) serta AlO(OH). Bauksit
merupakan bijih utama dari aluminium, jadi perlu dipahami disini bahwa bauksit
adalah batuan, bukan mineral. Bauksit adalah hasil dari "leaching" intens batuan di
iklim yang panas dan lembab, dimana musim hujan dan kemarau terjadi secara

5
bergantian. Iklim berpengaruh terhadap vegetasi yang pada akhirnya menghasilkan
asam organik. Asam organik yang terbawa oleh air akan membantu melarutkan
batuan asal bauksit saat air meresap ke pori-pori batuan
Air yang terus bergerak akan membawa lebih banyak komponen terlarut
dari batuan, dan pada suatu saat hanya menyisakan ion aluminium dan besi, proses
ini dikenal sebagai proses lateritisasi. Karenanya, bauksit adalah laterit yang kaya
akan aluminium. Bauksit biasanya ditemukan di lapisan tanah bagian atas yang
terbentuk di berbagai daerah tropis dan subtropis. Bauksit diperoleh melalui
tambang permukaan.

2.2 Genesa Bauksit


Bauksit(Al2O3.2H2O) memiliki sistem kristal oktahedral,terdiri dari 35-65%
Al2O3, 2-10% SiO2, 2-20% Fe2O3, 1-3% TiO2dan 10-30% H2O. Sebagai bijih
alumina, bauksit mengandung sedikitnya35% Al2O3, 5% SiO2, 6% Fe2O3, dan
3% TiO2.Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar aluminium tinggi,
kadar besirendah dan sedikit kadar kuarsa bebas. Pada saat batuan mengalami
pelapukan kimiawi unsur kimia silika (Si) terlarut dan terlepas dari ikatan
kristalbegitu juga sebagian unsur besi. Alumina, Titanium dan mineral
oksidasiterkonsentrasi sebagai endapan residu.Batuan yang dapat memenuhi
persyaratan itu antara lain nephelin sienit, batuan lempung/serpih. Batuan itu akan
mengalami proses lateritisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus
sehingga batuan mengalami pelapukan). Secara komersial bauksit terjadi dalam tiga
bentuk, yaitu(Valeton ,1972):

1. Pissoliticatau oolitic disebut pula “kemel” yang berukuran diameter dari


sentimeter, sebagai amorfous trihydrate.
2. Sponge ore(Arkansas), porous, merupakan sisa dari batuan asal dengan
komposisi utama mineral gibsit.
3. Amorphousatau bijih lempung.

6
Menurut (Zarasyandi, 1984). proses-proses yang dapat membentuk endapan
bauksit dijelaskan sebagai berikut :

1. Proses MagmatikAlumina yang bersumber dari proses magmatik dijumpai


dalam bentuk batuan yang kaya akan kandungan alumina yang disebut
dengan alumina-rich rock.
2. Proses HidrothermalAlumina produk alterasi hidrothennal dari trasit
(trachyte) dan riolit (rhyolite).
3. Proses MetamorfosaAlumina yang bersumber dari proses metamorfosa
adalah sumber alumina yang tidak ekonomis.
4. Proses PelapukanAlumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai
sebagai cebakan residual dan disebut sebagai bauksit

2.3 Kegunaan Bauksit


Adapun kegunaan bauksit dalam bidang industri banyak digunakan dalam
banyak hal diantaranya digunkan untuk pembentukan aluminium, sebagai bahan
abrasive , dan sebagai proppant.

2.3.1 Bauksit Digunakan untuk Produksi Aluminium

Bauksit adalah bijih utama aluminium. Langkah pertama dalam


memproduksi aluminium adalah menghancurkan bauksit dan memurnikannya
menggunakan Proses Bayer. Dalam Proses Bayer, bauksit dicuci dalam larutan
natrium hidroksida panas, yang melepaskan aluminium dari bauksit. Aluminium
diendapkan dari larutan dalam bentuk aluminium hidroksida, Al(OH) 3. Aluminium
hidroksida kemudian dikalsinasi untuk membentuk alumina, Al2O3.

7
Gambar 2.2 Alumunium
(sumber : goeloginesia)
Aluminium dilebur dari alumina menggunakan Proses Hall-Heroult. Dalam
Proses Hall-Heroult, alumina dilarutkan dalam bak cair kriolit (Na3AlF6).
Aluminium cair dikeluarkan dari larutan dengan elektrolisis. Proses ini
menggunakan listrik yang sangat besar. Aluminium biasanya diproduksi di mana
biaya listrik sangat rendah. Sebagian besar aluminium yang digunakan di Amerika
Serikat diproduksi di Kanada dengan menggunakan tenaga air.

2.3.2 Penggunaan Bauksit sebagai Bahan Abrasive

Alumina terkalsinasi adalah korundum sintetis, yang merupakan bahan


yang sangat keras (9 Skala Kekerasan Mohs). Alumina yang telah dikalsinasi
dihancurkan, dipisahkan menurut ukurannya, dan digunakan sebagai bahan abrasif.
Amplas aluminium oksida, bubuk pemoles, dan suspensi pemoles dibuat dari
alumina terkalsinasi.

8
Gambar 2.3 Abrasive
(sumber : goeloginesia)
Bauksit sinter sering digunakan sebagai bahan abrasif peledakan pasir. Ini
diproduksi dengan menghancurkan bauksit menjadi bubuk dan kemudian
menggabungkannya menjadi manik-manik bola pada suhu yang sangat tinggi.
Manik-manik ini sangat keras dan sangat tahan lama. Manik-manik tersebut
kemudian diurutkan berdasarkan ukurannya untuk digunakan dalam berbagai jenis
peralatan peledakan pasir dan untuk aplikasi peledakan pasir yang berbeda.
Bentuknya yang bulat mengurangi keausan pada peralatan pengiriman.

2.3.3 Penggunaan Bauksit sebagai Proppant

Bauksit sinter juga digunakan sebagai proppant ladang minyak. Dalam


pengeboran minyak dan gas alam, batuan reservoir sering retak dengan cara
memompa fluida ke dalam sumur dengan tekanan yang sangat tinggi. Tekanan
meningkat hingga tingkat yang sangat tinggi yang menyebabkan batuan reservoir
serpih patah. Ketika rekahan terjadi, air dan partikel tersuspensi yang dikenal
sebagai "proppants" bergegas ke rekahan dan mendorongnya hingga terbuka.
Ketika pompa dimatikan, rekahan menutup, menjebak partikel proppant di
reservoir. Jika jumlah partikel tahan hancuran yang cukup tetap di reservoir,
rekahan akan "disangga" terbuka, memungkinkan aliran minyak atau gas alam

9
keluar dari batuan dan masuk ke dalam sumur. Proses ini dikenal sebagai rekahan
hidrolik.

Gambar 2.4 Proppant


(sumber : goeloginesia)
Bauksit bubuk dapat melebur menjadi manik-manik kecil pada suhu yang
sangat tinggi. Manik-manik ini memiliki ketahanan yang sangat tinggi terhadap
benturan, dan itu membuatnya cocok sebagai penyangga. Mereka dapat diproduksi
dalam hampir semua ukuran dan dalam kisaran berat jenis. Berat jenis manik-manik
dan ukurannya dapat disesuaikan dengan viskositas fluida rekahan hidrolik dan
dengan ukuran rekahan yang diharapkan berkembang di batuan. Proppant yang
diproduksi menyediakan berbagai pilihan ukuran butir dan berat jenis dibandingkan
dengan proppant alami yang disebut pasir frac.

2.4 Metode Estimasi Bauksit


Estimasi sumberdaya adalah estimasi potensi dari endapan mineral bijih yang
terletak di permukan bumi untuk mengetahui apakah endapan tersebut layak untuk
dilanjutkan ke proses penambangan selanjutnya yaitu perhitungan cadangan.
Estimasi Sumberdaya Mineral bukanlah hasil kalkulasi yang presisi, bergantung

10
pada interpretasi atas informasi yang terbatas mengenai lokasi, bentuk dan
kemenerusan dari keterjadian mineral dan hasil analisa conto yang tersedia.
Pelaporan mengenai gambaran tonase dan kadar harus mencerminkan
ketidakpastian relatif atas estimasi dengan cara pembulatan sampai kepada
gambaran tonase dan kadar yang tepat, dan dalam kasus Sumberdaya Mineral
Tereka, adalah dengan menggunakan istilah tertentu seperti ”kira-kira”.

Ada beberapa metode yang digunkan dalam estimasi sumber daya bauksit
diantaranya

2.4.1 Polygon

Menurut (Anggayana,2005), Metode poligon merupakan metode


penaksiran yang konvensional, Metode ini umum di terapkan pada endapan-
endapan yang relatif homogen dan mempunyai geometri yang sederhana. Kadar
pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang berada di
tengah-tengah poligon sehingga metode ini sering disebut dengan metode poligon
daerah pengaruh (area of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua
jarak antara dua titik conto dengan satu garis sumbu. Dalam kerangka model blok,
dikenal jenis penaksiran poligon dengan jarak titik terdekat (rule of nearest point),
yaitu nilai hasil penaksiran hanya dipengaruhi oleh nilai conto yang terdekat, atau
dengan kata lain titik (blok) terdekat memberikan nilai pembobotan satu untuk titik

Gambar 2.5 Sketsa Perhitungan volume


Endapan dengan Metode Polygon
(Sumber : Anggayana,2005)
yang ditaksir, sedangkan titik (blok) yang lebih jauh memberikan nilai pembobotan
nol (tidak mempunyai pengaruh).

11
Bila diketahui ketebalan endapan pada titik 1 adalah T1, dan diketahui pila
bahwa luas poligon untuk area 1 adalah L1, maka volume endapan batubara pada
area tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut :
V1 = A1 × T1
Dengan :
A1 : Luas poligon 1 (m2)
T1 : Tebal poligon 1 (m)
V1 : Volume endapan pada poligon 1 (m3)

Metode polygon memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya kelebihan


metode polygon ialah metode ini mudah untuk digunakan karena merupakan
metode konvensional dan kekurangan dari metode ini adalah tingkat kepastian yang
kurang tinggi dikarenakan banyaknya penaksiran yang dilakukan secara manual. Ft
Unmul, 2019

2.4.2 Sayatan Penampang (Cross Section)

Menurut (Sudarto dkk,2005) dalam proses perhitungan sumberdaya atau


cadangan ada beberapa metode yang dapat digunakan, metode yang digunakan
yaitu metode konvensional dan metode non konvensional. Metode konvensional
menggunakan pendekatan penaksiran dan perhitungan yang sederhana, sedangkan
metode non-konvensional menggunakan pendekatan geostatistik.

Metode Penampang (Cross Section) adalah salah satu metode estimasi


sumberdaya secara konvensional, Metode penampang atau cross section dibuat
dengan tujuan untuk mengetahui profil batubara pada setiap section (Suhandojo,
1998), melalui cross section dapat juga diketahui kemiringan lapisan batubara
(dip). Prinsip dari metode penampang adalah membuat garis sayatan yang
memotong lapisan tanah penutup, kemudian dihitung luas masing- masing sayatan
dan akhirnya dapat ditentukan volume dengan menggunakan jarak antar sayatan.

Metode ini adalah salah satu metode perhitungan sumberdaya secara


konvensional.Mengikuti pedoman rule of gradual changes (berpindah secar

12
bertahap dari satu sayatan ke sayatan lain) dengan menghubungkan 2 titik antar
pengamatan terluar. Sehingga untuk mencari satu volume dibutuhkan dua
penampang

Gambar 2.6 Metode Cross Section Pedoman Rule of Gradual Changes


(sumber : Isaaks dkk, 1989)

Jumlah tonase bahan galian yang terdapat di daerah penelitian dengan rumus
berikut:
T = (P1 + P2) x L1,2 x ρ (Ton)
2
Keterangan:
T = Tonase bahan galian (ton)
P1= Luas sayatan penampang 1 (m2)
P2= Luas sayatan Penampang 2 (m2)
L1,2= Jarak antar sayatan penampang 1 dan penampang 2 (m)
ρ = Bobot isi bahan galian (ton/m3)
Untuk perhitungan volume overburden menggunakan rumus sebagai berikut:
V = (P1 + P2) x L1,2 (M3)
2

Keterangan:
V = Volume Overburden (m3)
P1 = Luas sayatan penampang 1 (m2)

13
P2 = Luas sayatan Penampang 2 (m2)

L1,2 = Jarak antar sayatan penampang 1 dan penampang 2 (m)

Perhitungan volume pada pedoman rule of gradual changes menggunakan


persamaan mean area Persamaan ini digunakan apabila terdapat 2 buah penampang
dengan luas penampang P1 dan penampang P2 relatif sama atau (P1/P2) lebih besar
0,5 sampai mendekati 1. Persamaan mean area adalah sebagai berikut:

V = (P1 + P2) x L1
2
Keterangan:

L1 = Jarak antar penampang (m).

P1, P2 = Luas setiap penampang (m2).

Apabila luas penampang seperti kerucut terpancung maka menggunakan


persamaan frustum. Persamaan ini digunakan apabila luas penampang mempunyai
bentuk seperti kerucut terpancung, dengan P1/P2 ada lebih kecil setengah (0,5).

2.4.3 Inverse Distance Weigthing

Metode Inverse Distance Weigthing adalah salah satu dari metode


penaksiran dengan pendekatan blok model yang sederhana dengan
mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai
interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh.
Bobot (weight) akan berubah secara linier sesuai dengan jaraknya dengan data
sampel. Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel. Metode
Inverse Distance Weigthing dapat dapat dijelaskan pada rumus berikut. Dimana jika
d adalah jarak titik yang ditaksir, z, dengan titik data, maka faktor pembobotan w
adalah (NCGIA, 2007):

Keterangan :

Wi = Faktor bobot data grid i ( grid penaksir )

14
di = Jarak antar grid i dengan grid yang ditaksir (m)

n = Faktor eksponen

zi= Kadar (%)

1. Untuk Pangkat satu (inverse distance)


𝑧𝑖 1
𝑤𝑖 = ∑ 𝑛 ( )/∑𝑛( )
𝐷𝑖 𝐷𝑡
𝑖=1 𝑖=1

2. Untuk pangkat dua (Inverse Distance Square)


𝑧𝑖 1
𝑤𝑖 = ∑ 𝑛 ( )/∑𝑛( )
𝐷𝑡 𝐷𝑡
𝑖=2 𝑖=2

3. Untuk Pangkat Tiga (Inverse Distance Cubic)


𝑧𝑖 1
𝑤𝑖 = ∑ 𝑛 ( )/∑𝑛( )
𝐷𝑖 𝐷𝑡
𝑖=3 𝑖=3

15
3 BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Inverse Distance Weighted


Metode Inverse Distance Weigthed adalah salah satu dari metode penaksiran
dengan pendekatan blok model yang sederhana dengan mempertimbangkan titik
disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada
data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah
secara linier sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Bobot ini tidak akan
dipengaruhi oleh letak dari data sampel.

Metode ini biasanya digunakan dalam industri pertambangan karena mudah


untuk digunakan. Pemilihan nilai pada power sangat mempengaruhi hasil
interpolasi. Nilai power yang tinggi akan memberikan hasil seperti menggunakan
interpolasi nearest neighbor dimana nilai yang didapatkan merupakan nilai dari data
point terdekat (NCGIA, 2007).

3.1.1 Rumus Perhitungan Inverse Distance Weighted

Metode Inverse Distance Weigthing dapat dapat dijelaskan pada rumus


berikut. Dimana jika d adalah jarak titik yang ditaksir, z, dengan titik data, maka
faktor pembobotan w adalah :

Keterangan :

Wi = Faktor bobot data grid i ( grid penaksir )

di = Jarak antar grid i dengan grid yang ditaksir (m)

n = Faktor eksponen

zi= Kadar (%)

16
4. Untuk Pangkat satu (inverse distance)
𝑧𝑖 1
𝑤𝑖 = ∑ 𝑛 ( )/∑𝑛( )
𝐷𝑖 𝐷𝑡
𝑖=1 𝑖=1

5. Untuk pangkat dua (Inverse Distance Square)


𝑧𝑖 1
𝑤𝑖 = ∑ 𝑛 ( )/∑𝑛( )
𝐷𝑡 𝐷𝑡
𝑖=2 𝑖=2

6. Untuk Pangkat Tiga (Inverse Distance Cubic)


𝑧𝑖 1
𝑤𝑖 = ∑ 𝑛 ( )/∑𝑛( )
𝐷𝑖 𝐷𝑡
𝑖=3 𝑖=3

START

Pengumpulan Data

Di= Jarak Antar Grid


n= Faktor eksponen
zi = kadar

Wi

Block Model

SELESAI

Dapat dilihat dari flowchart diatas pada perhitungan inverse distance


weigthed langkah pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data berupa data
factor bobot atau kadar dalam bauksit digunakan Persentase (%) , Jarak antar grid

17
dalam meter (m) dan yang terakhir adalah factor eksponen yang digunakan. Untuk
perhitungan salah satu block model disimulasikan sebagai berikut

A B

Wi

C D

Diketahui nilai kadar A sebesar 38%, nilai kadar B 40% nilai kadar C 55% dan nilai
kadar D sebesar 60% dengan jarak yang sama yaitu 25 meter maka perhitungan
IDW sebagai berikut :

1 1 1 1
𝑍𝑎× 2 +𝑍𝑏× 2 +𝑍𝑐× 2 +𝑍𝑑×
(𝑑𝑎) (𝑑𝑏) (𝑑𝑐) (𝑑𝑑)2
Wi = 1 1 1 1
+ + +
(𝑑𝑎)2 (𝑑𝑏)2 (𝑑𝑐)2 (𝑑𝑑)2

1 1 1 1
38%× +40%× +55%× +60%×
(25)2 (25)2 (25)2 (25)2
Wi = 1 1 1 1
+ + +
(25)2 (25)2 (25)2 (25)2

Wi =48%

Maka pembobotan dari block model tersebut adalah 48%

3.2 Pembuatan Block Model


Block model merupakan bentuk permukaan bauksit daerah IUP dengan
bentuk tiga dimensi yang tersusun dari kombinasi beberapa block yang tersusun
dalam sebuah bentuk 3D. Terlebih dahulu, dalam membuat block model, harus
mempunyai block dasar yang nantinya akan di buat menjadi constrain bauksit baru.
Selanjutnya, dalam membuat lapisan geologi bauksit laterit, baik lapisan limonit
dan saprolit bauksit laterit, dapat menggunakan data batas layer bauksit laterit yang
telah dibuat DTM untuk dari hasil digitasi bauksit laterit. Terlebih dahulu dalam
membuat block model bauksit laterit, terlebih dahulu diketahui batas block bauksit

18
laterit, latitude minimum dan maksimum, longitude minimum dan maksimum, dan
elevasi minimum dan maksimum bauksit laterit.

Gambar 3.1 Block Model


(sumber : Elsa Megawati dkk,2018)
Estimasi sumberdaya pada penelitian ini dilakukan dengan metode
inverse distanse dengan rata-rata kadar yang layak ditambang atau biasa disebut
Cut Off Grade(COG) yaitu 35 % Al. Metode ini didasarkan pada estimasi titik
dan tidak bergantung pada ukuran blok serta hanya memperhatikan jarak dan
belum memperhatikan efek pengelompokkan data sehingga data dengan jarak
yang sama namun mempunyai pola sebaran yang berbeda masih akan
memberikan hasil yang sama. Dapat dilihat gambar 3.2 yang merupakan block
model yang telah diestimasi dengan menggunakan motede Inverse Distance
Weigthing, dimana warna-warna yang berbeda tersebut merupakan hasil
estimasi kadar dan tebal yang dipengaruhi oleh jarak.

19
Gambar 3.2 Block Model COG 35%
(sumber : Elsa Megawati Dkk,2018)

3.3 Perhitungan Sumberdaya


Perhitungan volume bauksit laterit dilakukan dengan menghitung
masing-masing ketebalan blok bauksit. Jumlah volume bauksit laterit tersebut
kemudian dikalikan dengan densitas material yaitu 1,6 ton/m 3 untuk
mendapatkan nilai tonase dari endapan. Jumlah tonase bauksit laterit inilah
yang terhitung sebagai sumberdaya. Adapun hasil perhitungan sumberdaya
bauksit laterit dengan metode inverse distance dapat dilihat pada tabel dibawah.

Segment 1
Al2O3 Volume Vol Ob Al2O3 SiO2 Fe2O3
35.0 -> 40.0 17188 6443.22 38.99 4.82 28.13
40.0 -> 45.0 214375 39481.07 43.48 3.55 24.10
45.0 -> 50.0 1028125 209264.63 47.78 3.24 19.79
50.0 -> 55.0 171875 36150.84 51.30 3.51 15.95
55.0 -> 60.0 1875 1437.64 57.19 5.50 7.18
60.0 -> 65.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00
65.0 -> 70.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00
Segment Total 1433438 292777.40 47.46 3.34 20.06

Segment 2

20
40.0 -> 45.0 1563 2716.45 44.77 19.92 10.48

45.0 -> 50.0 33750 30948.64 48.16 17.21 8.64

50.0 -> 55.0 140938 162804.60 53.43 9.25 9.25

55.0 -> 60.0 110625 154866.83 56.60 6.87 7.71

60.0 -> 65.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00

65.0 -> 70.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00

Segment Total 286875 351336.52 53.98 9.33 8.59

Segment 3

40.0 -> 45.0 218750 340525.16 42.60 28.79 5.49

45.0 -> 50.0 306250 578368.56 47.44 21.49 5.93

50.0 -> 55.0 525625 850112.67 52.59 14.63 5.51

55.0 -> 60.0 262813 504501.21 56.65 11.22 4.16

60.0 -> 65.0 3438 7020.04 60.40 8.90 2.51

65.0 -> 70.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00

Segment Total 1510000 2537684.44 48.90 20.53 5.06

Grand Total 3230313 3181798.36 48.71 11.91 12.03

Rumus yang digunakan dalam perhitungan block model sama dengan rumus
perhitungan balok yaitu :
V=XxYxZ
Dimana :
X= Panjang dari block model (m)
Y= Lebar dari block model (m)

21
Z= Tebal dari block (m)
Untuk mencari Tonnase dari perhitungan block model tersebut menggunakan
rumus :
Tonasse = V x D
Dimana :
V= Volume (m3)
D= Densitas (ton/m3)

Berdasarkan gambar 3.3 Block model dengan COG 35% terbagi menjadi 3
segment, segment yang dimaksud disini adalah area permodelan block model yang
terpisah maka otomatis pada tabel otomatis data yang muncul menjadi 3 segment
Perhitungan sumberdaya terlebih dahulu harus mengetahui parameter-
parameter penting yang akan digunakan dalam estimasi sehingga estimasi yang
dilakukan akan lebih akurat hasilnya. Adapun parameter- parameter penting yang
digunakan dalam estimasi diantaranya yaitu densitas material. Densitas material
sangat berperan penting dalam melakukan estimasi, hal ini disebabkan karena
densitas material adalah suatu parameter yang digunakan untuk mendapatkan angka
tonase dari suatu cadangan yang didapatkan dari hasil kali volume dengan densitas
material itu sendiri. Adapun densitas material bijih bauksit pada PT. Pusaka Jaman
Raja adalah sebesar 1.6 ton/m3.
Selain itu untuk mengestimasi bijih,tentunya ada kadar batas penambangan
yang dilakukan sehingga klasifikasi bijih bauksit berbeda. Dari data perusahaan
didapatkan parameter klasifikasi

Bijih bauksit dengan cut off grade Al ≥ 35%. Dari parameter- parameter
yang disebutkan sebelumnya, estimasi sumberdaya dengan metode inverse
distance dengan menggunakan Software Gemcom Surpac 6.3.2 dapat kita
lakukan.
Interpolasi untuk data kadar Al2O3, SiO3 dan Fe2O3 pada cell yang belum
diketahui kadarnya dilakukan berdasarkan data kadar Al2O3, SiO3 dan Fe2O2 hasil
data assay (analisis kadar) pada tiap meter kedalaman lubang bor disekitarnya.
Metode estimasi digunakan untuk menghitung daerah perngaruh lubang bor yang

22
diperkirakan terdapat endapan bauksit laterit namun tidak diketahui besaran dan
tebal kadar yang ada pada daerah pengaruh tersebut. Pada penelitan ini digunakan
metode estimasi Inverse Distance Weigthing.

Prinsip dasar metode ini yaitu dengan mempertimbangkan data titik


sekitarnya, dengan asumsi nilai blok akan lebih mirip dengan data titik bor yang
lebih dekat daripada yang jaraknya lebih jauh. Nilai pangkat pada estimasi Inverse
Distance Weigthing ditunjukkan dengan square, cubic dan seterusnya yang
merupakan nilai power. Semakin tinggi power pada estimasi ini maka nilai blok
yang didapat akan mendekati nilai titik bor yang ada didekatnya. Sehingga
pemilihan nilai power dilakukan dengan cermat, karena sangat mempengaruhi hasil
interpolasinya.

Dimana estimasi dengan metode Inverse Distance Weighting ini jumlah


maksimum data yang digunakan sebanyak 15 data dengan jumlah data minimum
sebanyak 3 data. Area pencarian data (search area) berbentuk lingkaran dengan
radius horizontal pencarian data sebesar 50 meter. Parameter power yang digunakan
bernilai 2. Jadi, hasil dari perhitungan sumberdaya bauksit laterit di daerah
penelitian ini dengan block model menggunakan estimasi Inverse Distance
Weigthing adalah sebesar 3.230.313 m³ dengan kadar 48.71 %.

23
4 BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, adapun kesimpulan yang dapat
ditarik adalah sebagai berikut :

1. Permodelan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Model Block Reguler
dengan ukuran block 25x25x0.5 bantuan Aplikasi Surpac 6.3.2.

2. Estimasi tebal dan kadar bijih besi pada Block Model menggunakan metode
Inverse Distance Weigthing power 2.

3. Berdasarkan hasil permodelan menggunakan block model regular yang


diestimasi dengan metode Inverse Distance Weigthing Power 2, maka didapatkan
jumlah sumberdaya pada bauksit laterit (Al2O3) :

 35%-40% sebesar 210.313 m3


 40%-45% sebesar 434.688 m3
 45%-50% sebesar 1.368.125 m3
 50%-55% sebesar 838.438 m3
 55%-60% sebesar 375.313 m3
 60%-65% sebesar 3.438 m3

Jumlah keseluruhan sumberdaya bauksit laterit dengan kadar Al2O3 rata-rata 8,71
% adalah sebesar 3.230.313 m3.

4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan sumberdaya dengan Pemodelan Block Model Regular yang


diestimasi dengan metode Inverse Distance Weigthing Power 2 di PT. Pusaka
Jaman Raja dapat dijadikan bahan lanjutan untuk perhitungan sumberdaya
menggunakan Geostatistika (Kriging).

24
2. Dari hasil perhitungan sumberdaya yang dilakukan pada PT. Pusaka Jaman Raja
diharapkan dapat dijadikan bahan lanjutan untuk perhitungan cadangan bauksit.

25
DAFTAR PUSTAKA

NCGIA, (2007). Interpolation: Inverse Distance Weighting.


http://www.ncgia.ucsb.edu/pubs/spherekit/inverse.html/

Valeton(1972)., Bauxites, Volume 1 ( 225).

Anggayana. (2005). Genesa Batubara. Departemen Teknik Pertambangan,.


Bandung: Institut Teknologi Bandung.

ArifNursida. (2019). Studi Komparasi Kriging dan IDW untuk Estimasi Spasial
Bahan Organik Tanah . Geomedia, 83-87.

GeologiSumberdayaPusat. (2013). Sumber daya mineral dan batubara di Indonesia.


Bandung.

Haryadiharta. (2016). Analisis Lost Opportunity (Lo) Bauksit Indonesia. Jurnal


Teknologi Mineral dan Batubara, 45-57.

InstituteInformationMineral. (2013). World bauxite producers.

Isman SalehHasan, Tommy TridesHarjuni. (2017). Estimasi Sumber Daya Aspal


Batu Buton (Asbuton) Berdasarkan Penaksiran Kadar Bitumen Dengan
Metode Invers Distance Weighting (Idw) Pada Blok C Pt Wijaya Karya
Bitumen Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.
Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL,, 51-56.

MegawatiElsa. (2018). Perhitungan Sumberdaya Bauksit Dengan Block Model.


Jurnal Universitas Tanjung Pura, 55-65.

Saparnas Roni*Inung Arie Adnyano, Ag. IsjudartoA.A. (2020). Penaksiran Kadar


Al2O3 Pada Endapan Bauksit Laterit Dengan Metode Ordinary Kriging
(OK) Dan Inverse Distance Weighting (IDW) Untuk Estimasi Jumlah
Sumberdaya Bauksit (Al2O3) Di PT Sandai Kemakmuran Utama
Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. ISSN 2443-2083, 59-73.

26
Watsonand PhilipD.F. (1985). Watsonand PhilipD.F., A Refinement of Inverse
Distance Weighted Interpolation. Geoprocessing ( 315-327).

Zarasyandi. (1984). Proses Pembentukan Endapan Bauksit.

geologinesia. (2020, 2 Desember). Inilah Manfaat Bauksit Yang Sebenarnya.


Diakses pada 2 Desember 2020, dari
https://www.geologinesia.com/2016/11/inilah-manfaat-bauksit-yang-
sebenarnya.html

27

Anda mungkin juga menyukai