SEMINAR INDUSTRI
Oleh :
FRANSISCUS SAFERIUS
NIM : 710017033
SEMINAR INDUSTRI
Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kurikulum Seminar Industri
Pada Program Studi S1 Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta
Oleh :
FRANSISCUS SAFERIUS
NIM : 710017033
ii
KATA PENGANTAR
Dengan puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Seminar
Tambang dengan judul “Estimasi Sumberdaya Bauksit Dengan Metode Inverse
Distance Weighted” tepat pada waktunya. Penyusunan laporan seminar ini dibuat
sebagai salah satu syarat menyelesaikan kurikulum Seminar Tambang pada
Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Dalam penyusunan seminar ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H Ircham, M.T., selaku Rektor Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Mineral Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
3. Bapak Bayurohman Pangacella Putra, S.T., M.T., selaku Ketua Program
Studi S1 Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
4. Bapak Rizqi Prasowo, S. Pd., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Seminar
Tambang Pada Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi
Nasional Yogyakarta.
5. Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan laporan seminar ini.
Penulis mengerti bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mohon kritik dan saran guna kemajuan dalam
pembuatan tugas selanjutnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3 Perhitungan Sumberdaya ..................................................................... 20
4 BAB IV PENUTUP .................................................................................... 24
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 24
4.2 Saran ................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 26
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sumberdaya dan cadangan bauksit dunia, 2013 ( sumber: Mineral
Information Institute, 2013) ................................................................................. 2
Gambar 2.1 Endapan Laterit (sumber : goeloginesia) ........................................... 5
Gambar 2.2 Alumunium (sumber : goeloginesia) ................................................. 8
Gambar 2.3 Abrasive (sumber : goeloginesia) ...................................................... 9
Gambar 2.4 Proppant (sumber : goeloginesia) .................................................... 10
Gambar 2.5 Sketsa Perhitungan volume Endapan dengan Metode Polygon ........ 11
Gambar 2.6 Metode Cross Section Pedoman Rule of Gradual Changes (sumber :
Isaaks dkk, 1989) ............................................................................................... 13
Gambar 3.2 Block Model (sumber : Elsa Megawati dkk,2018) ........................... 19
Gambar 3.3 Block Model COG 35% (sumber : Elsa Megawati Dkk,2018) ......... 20
vi
1 BAB I
PENDAHULUAN
Ukuran pasar bauksit global bernilai USD 9,90 miliar pada tahun 2019 dan
diperkirakan akan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR)
sebesar 3,3% dari tahun 2020 hingga 2027. Pertumbuhan pasar sebagian besar
disebabkan oleh meningkatnya permintaan aluminium dari berbagai sektor
penggunaan akhir, termasuk konstruksi, otomotif, pengemasan, kelistrikan dan
elektronik. Bauksit terutama digunakan sebagai bahan mentah untuk produksi
alumina, yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi
aluminium, dan oleh karena itu pasar terutama didorong oleh produksi aluminium
di seluruh dunia. Industri ini sedang mengalami perubahan transformasional yang
signifikan, didorong oleh permintaan yang kuat dari China. China mendominasi
industri bauksit global dengan bagi hasil besar-besaran 58,0% pada 2019. Sesuai
dengan statistik yang diberikan oleh International Aluminium Institute, China
adalah produsen aluminium primer terbesar dan memproduksi sekitar 58% di 2019
Sumber daya bauksit yang dimiliki Indonesia cukup besar dengan total
keseluruhan sebesar 941,24 juta ton dan cadangan 381,35 juta ton dengan kadar
Al2O3 berkisar 27-55%, yang tersebar di Kepulauan Riau, Bangka Belitung,
Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah (Pusat Sumber Daya Geologi, 2013).
Dengan jumlah tersebut Indonesia menempati urutan ke 8 terbesar dunia dengan
persentase (2,96%), sedangkan negara terbesar adalah Guinea (26,4%), Australia
(21,4%), Brasil (9,3%), Vietnam (7,5%), Jamaika (7,1%) , Cina (5,25%), dan India
1
(3,19%) (Mineral Information Institute, 2013).
2
biasanya digunakan dalam industri pertambangan karena mudah untuk digunakan.
Pemilihan nilai pada power sangat mempengaruhi hasil interpolasi. Nilai power
yang tinggi akan memberikan hasil seperti menggunakan interpolasi nearest
neighbor dimana nilai yang didapatkan merupakan nilai dari data point terdekat
(NCGIA, 2007). Kelebihan dari metode IDW adalah karakteristik interpolasi dapat
dikontrol dengan membatasi titik-titik masukan yang digunakan dalam proses
interpolasi. Titik-titik yang terletak jauh dari titik sampel dan yang diperkirakan
memiliki korelasi spasial dapat dihapus dari perhitungan. Titik-titik yang digunakan
dapat ditentukan langsung, atau ditentukan berdasarkan jarak yang ingin di
interpolasi.
Kerugian dari metode IDW adalah nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai
yang ada pada data sampel. Pengaruh dari data sampel terhadap hasil interpolasi
disebut sebagi isotropic. Dengan kata lain, karena metode ini menggunakan rata-
ratadari data sampel sehingga nilainya tidak bisa lebih kecil dari minimum atau
lebih besar dari data sampel. Jadi, puncak bukit atau lembah terdalam tidak dapat
ditampilkan dari hasil interpolasi model ini (Watson & Philip, 1985).
3
1.5 Metode Penulisan
Studi ini didapat dari pencarian bahan-bahan pustaka yang diperoleh dari :
a. Perpusatakaan.
b. Bulletin, brosur-brosur.
d. Jurnal
e. Internet
Diharapkan dari hasil penulisan ini dapat bermanfaat untuk pengetahuan bagi
pembaca tentang masa depan sumberdaya bauksti di Indonesia, Serta manfaat dari
metode Inverse Distance Weighted
4
2 BAB II
DASAR TEORI
5
bergantian. Iklim berpengaruh terhadap vegetasi yang pada akhirnya menghasilkan
asam organik. Asam organik yang terbawa oleh air akan membantu melarutkan
batuan asal bauksit saat air meresap ke pori-pori batuan
Air yang terus bergerak akan membawa lebih banyak komponen terlarut
dari batuan, dan pada suatu saat hanya menyisakan ion aluminium dan besi, proses
ini dikenal sebagai proses lateritisasi. Karenanya, bauksit adalah laterit yang kaya
akan aluminium. Bauksit biasanya ditemukan di lapisan tanah bagian atas yang
terbentuk di berbagai daerah tropis dan subtropis. Bauksit diperoleh melalui
tambang permukaan.
6
Menurut (Zarasyandi, 1984). proses-proses yang dapat membentuk endapan
bauksit dijelaskan sebagai berikut :
7
Gambar 2.2 Alumunium
(sumber : goeloginesia)
Aluminium dilebur dari alumina menggunakan Proses Hall-Heroult. Dalam
Proses Hall-Heroult, alumina dilarutkan dalam bak cair kriolit (Na3AlF6).
Aluminium cair dikeluarkan dari larutan dengan elektrolisis. Proses ini
menggunakan listrik yang sangat besar. Aluminium biasanya diproduksi di mana
biaya listrik sangat rendah. Sebagian besar aluminium yang digunakan di Amerika
Serikat diproduksi di Kanada dengan menggunakan tenaga air.
8
Gambar 2.3 Abrasive
(sumber : goeloginesia)
Bauksit sinter sering digunakan sebagai bahan abrasif peledakan pasir. Ini
diproduksi dengan menghancurkan bauksit menjadi bubuk dan kemudian
menggabungkannya menjadi manik-manik bola pada suhu yang sangat tinggi.
Manik-manik ini sangat keras dan sangat tahan lama. Manik-manik tersebut
kemudian diurutkan berdasarkan ukurannya untuk digunakan dalam berbagai jenis
peralatan peledakan pasir dan untuk aplikasi peledakan pasir yang berbeda.
Bentuknya yang bulat mengurangi keausan pada peralatan pengiriman.
9
keluar dari batuan dan masuk ke dalam sumur. Proses ini dikenal sebagai rekahan
hidrolik.
10
pada interpretasi atas informasi yang terbatas mengenai lokasi, bentuk dan
kemenerusan dari keterjadian mineral dan hasil analisa conto yang tersedia.
Pelaporan mengenai gambaran tonase dan kadar harus mencerminkan
ketidakpastian relatif atas estimasi dengan cara pembulatan sampai kepada
gambaran tonase dan kadar yang tepat, dan dalam kasus Sumberdaya Mineral
Tereka, adalah dengan menggunakan istilah tertentu seperti ”kira-kira”.
Ada beberapa metode yang digunkan dalam estimasi sumber daya bauksit
diantaranya
2.4.1 Polygon
11
Bila diketahui ketebalan endapan pada titik 1 adalah T1, dan diketahui pila
bahwa luas poligon untuk area 1 adalah L1, maka volume endapan batubara pada
area tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut :
V1 = A1 × T1
Dengan :
A1 : Luas poligon 1 (m2)
T1 : Tebal poligon 1 (m)
V1 : Volume endapan pada poligon 1 (m3)
12
bertahap dari satu sayatan ke sayatan lain) dengan menghubungkan 2 titik antar
pengamatan terluar. Sehingga untuk mencari satu volume dibutuhkan dua
penampang
Jumlah tonase bahan galian yang terdapat di daerah penelitian dengan rumus
berikut:
T = (P1 + P2) x L1,2 x ρ (Ton)
2
Keterangan:
T = Tonase bahan galian (ton)
P1= Luas sayatan penampang 1 (m2)
P2= Luas sayatan Penampang 2 (m2)
L1,2= Jarak antar sayatan penampang 1 dan penampang 2 (m)
ρ = Bobot isi bahan galian (ton/m3)
Untuk perhitungan volume overburden menggunakan rumus sebagai berikut:
V = (P1 + P2) x L1,2 (M3)
2
Keterangan:
V = Volume Overburden (m3)
P1 = Luas sayatan penampang 1 (m2)
13
P2 = Luas sayatan Penampang 2 (m2)
V = (P1 + P2) x L1
2
Keterangan:
Keterangan :
14
di = Jarak antar grid i dengan grid yang ditaksir (m)
n = Faktor eksponen
15
3 BAB III
PEMBAHASAN
Keterangan :
n = Faktor eksponen
16
4. Untuk Pangkat satu (inverse distance)
𝑧𝑖 1
𝑤𝑖 = ∑ 𝑛 ( )/∑𝑛( )
𝐷𝑖 𝐷𝑡
𝑖=1 𝑖=1
START
Pengumpulan Data
Wi
Block Model
SELESAI
17
dalam meter (m) dan yang terakhir adalah factor eksponen yang digunakan. Untuk
perhitungan salah satu block model disimulasikan sebagai berikut
A B
Wi
C D
Diketahui nilai kadar A sebesar 38%, nilai kadar B 40% nilai kadar C 55% dan nilai
kadar D sebesar 60% dengan jarak yang sama yaitu 25 meter maka perhitungan
IDW sebagai berikut :
1 1 1 1
𝑍𝑎× 2 +𝑍𝑏× 2 +𝑍𝑐× 2 +𝑍𝑑×
(𝑑𝑎) (𝑑𝑏) (𝑑𝑐) (𝑑𝑑)2
Wi = 1 1 1 1
+ + +
(𝑑𝑎)2 (𝑑𝑏)2 (𝑑𝑐)2 (𝑑𝑑)2
1 1 1 1
38%× +40%× +55%× +60%×
(25)2 (25)2 (25)2 (25)2
Wi = 1 1 1 1
+ + +
(25)2 (25)2 (25)2 (25)2
Wi =48%
18
laterit, latitude minimum dan maksimum, longitude minimum dan maksimum, dan
elevasi minimum dan maksimum bauksit laterit.
19
Gambar 3.2 Block Model COG 35%
(sumber : Elsa Megawati Dkk,2018)
Segment 1
Al2O3 Volume Vol Ob Al2O3 SiO2 Fe2O3
35.0 -> 40.0 17188 6443.22 38.99 4.82 28.13
40.0 -> 45.0 214375 39481.07 43.48 3.55 24.10
45.0 -> 50.0 1028125 209264.63 47.78 3.24 19.79
50.0 -> 55.0 171875 36150.84 51.30 3.51 15.95
55.0 -> 60.0 1875 1437.64 57.19 5.50 7.18
60.0 -> 65.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00
65.0 -> 70.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00
Segment Total 1433438 292777.40 47.46 3.34 20.06
Segment 2
20
40.0 -> 45.0 1563 2716.45 44.77 19.92 10.48
Segment 3
Rumus yang digunakan dalam perhitungan block model sama dengan rumus
perhitungan balok yaitu :
V=XxYxZ
Dimana :
X= Panjang dari block model (m)
Y= Lebar dari block model (m)
21
Z= Tebal dari block (m)
Untuk mencari Tonnase dari perhitungan block model tersebut menggunakan
rumus :
Tonasse = V x D
Dimana :
V= Volume (m3)
D= Densitas (ton/m3)
Berdasarkan gambar 3.3 Block model dengan COG 35% terbagi menjadi 3
segment, segment yang dimaksud disini adalah area permodelan block model yang
terpisah maka otomatis pada tabel otomatis data yang muncul menjadi 3 segment
Perhitungan sumberdaya terlebih dahulu harus mengetahui parameter-
parameter penting yang akan digunakan dalam estimasi sehingga estimasi yang
dilakukan akan lebih akurat hasilnya. Adapun parameter- parameter penting yang
digunakan dalam estimasi diantaranya yaitu densitas material. Densitas material
sangat berperan penting dalam melakukan estimasi, hal ini disebabkan karena
densitas material adalah suatu parameter yang digunakan untuk mendapatkan angka
tonase dari suatu cadangan yang didapatkan dari hasil kali volume dengan densitas
material itu sendiri. Adapun densitas material bijih bauksit pada PT. Pusaka Jaman
Raja adalah sebesar 1.6 ton/m3.
Selain itu untuk mengestimasi bijih,tentunya ada kadar batas penambangan
yang dilakukan sehingga klasifikasi bijih bauksit berbeda. Dari data perusahaan
didapatkan parameter klasifikasi
Bijih bauksit dengan cut off grade Al ≥ 35%. Dari parameter- parameter
yang disebutkan sebelumnya, estimasi sumberdaya dengan metode inverse
distance dengan menggunakan Software Gemcom Surpac 6.3.2 dapat kita
lakukan.
Interpolasi untuk data kadar Al2O3, SiO3 dan Fe2O3 pada cell yang belum
diketahui kadarnya dilakukan berdasarkan data kadar Al2O3, SiO3 dan Fe2O2 hasil
data assay (analisis kadar) pada tiap meter kedalaman lubang bor disekitarnya.
Metode estimasi digunakan untuk menghitung daerah perngaruh lubang bor yang
22
diperkirakan terdapat endapan bauksit laterit namun tidak diketahui besaran dan
tebal kadar yang ada pada daerah pengaruh tersebut. Pada penelitan ini digunakan
metode estimasi Inverse Distance Weigthing.
23
4 BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, adapun kesimpulan yang dapat
ditarik adalah sebagai berikut :
1. Permodelan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Model Block Reguler
dengan ukuran block 25x25x0.5 bantuan Aplikasi Surpac 6.3.2.
2. Estimasi tebal dan kadar bijih besi pada Block Model menggunakan metode
Inverse Distance Weigthing power 2.
Jumlah keseluruhan sumberdaya bauksit laterit dengan kadar Al2O3 rata-rata 8,71
% adalah sebesar 3.230.313 m3.
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
24
2. Dari hasil perhitungan sumberdaya yang dilakukan pada PT. Pusaka Jaman Raja
diharapkan dapat dijadikan bahan lanjutan untuk perhitungan cadangan bauksit.
25
DAFTAR PUSTAKA
ArifNursida. (2019). Studi Komparasi Kriging dan IDW untuk Estimasi Spasial
Bahan Organik Tanah . Geomedia, 83-87.
26
Watsonand PhilipD.F. (1985). Watsonand PhilipD.F., A Refinement of Inverse
Distance Weighted Interpolation. Geoprocessing ( 315-327).
27