Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN RANGKA ALAT PEMANGGANG


KERUPUK OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER
ARDUINO UNO DENGAN SENSOR THERMOCOUPLE

DESIGN OF ARDUINO UNO MICROCONTROLLER BASED


AUTOMATIC CRACKER TOASTER FRAME WITH
THERMOCOUPLE CENCOR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Program Studi D-IV Gelar Sarjana Terapan Teknik
Program Studi Mekanik Industri Dan Desain Konsentrasi Mekatronik
Politeknik TEDC Bandung

Oleh :
Maulana Tegar Purnama
D321911009

PROGRAM STUDI MEKANIK INDUSTRI DAN DESAIN


KONSENTRASI MEKATRONIK
POLITEKNIK TEDC BANDUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

RANCANG BANGUN RANGKA ALAT


PEMANGGANG KERUPUK OTOMATIS BERBASIS
MIKROKONTROLER ARDUINO UNO DENGAN
SENSOR THERMOCOUPLE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Program Studi D-IV Gelar Sarjana Terapan Teknik
Program Studi Mekanik Industri Dan Desain Konsentrasi Mekatronik
Politeknik TEDC Bandung
Cimahi, Maret 2023
Maulana Tegar Purnama
D321911009

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

(………………..) (………………..)

Ketua Program Studi MID Pembimbing


Konsentrasi Mekatronik

Agus Saleh, M.T. Dr. Gerinata Ginting, M.M.


NIDN. 0407087804 NIDN. 0411128801
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul,
“Rancang Bangun Rangka Alat Pemanggang Kerupuk Otomatis Berbasis
Mikrokontroler Arduino Uno Dengan Sensor Thermocouple” yang diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kerja proyek dan seminar
Program Studi Mekanik Industri dan Desain, Program Pilihan Mekatronik,
Politeknik TEDC Bandung.
Proposal ini menjelaskan mengenai hal-hal yang diperlukan dalam
rancang bangun rangka alat pemanggang kerupuk otomatis berbasis
mikrokontroler arduino uno dengan sensor thermocouple. Walaupun telah
diupayakan semaksimal mungkin, penulis menyadari bahwa peyusunan
proposal ini tidak lepas dari kekurangan karena keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan penulis. Kemudian, penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan proposal tugas akhir ini, yaitu kepada :
1. Dr.Gerinata Ginting, M.M. selaku Direktur Politeknik TEDC Bandung
serta Pembimbing penulis yang telah melimpahkan waktu serta tenaga
selama penyusunan tugas akhir ini.
2. Agus Saleh, M.T. selaku Ketua Program Studi Mekanik Industri dan
Desain yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta waktu
yang diluangkan selama penyusunan proposal tugas akhir ini.
3. Kedua orang tua penulis yang tak henti-hentiya memberikan doa,
kepercayaan serta dukungan kepada penulis.
4. Seluruh sahabat seperjuangan yang selalu menyemangati dan membantu
penulis.

Cimahi, Juli 2022

Maulana Tegar Purnama

II
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................I
KATA PENGANTAR......................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR......................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................5
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................5
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................6
1.3. Batasan Masalah....................................................................................6
1.4. Tujuan Penelitian..................................................................................6
1.5. Manfaat Penelitian................................................................................7
1.6. Sistematika Penulisan............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................8
2.1.Mesin………………………………………………………………......8
2.2.Rangka………………………………………………………………...8
2.2. Material Rangka..................................................................................11
2.2.1. Besi Hollow.......................................................................................
2.2.2. Besi Siku 12
2.2.3. Plat Alumunium.................................................................................
2.2.4. Multiplek 15
2.2.5. Alumunium Bubble Foil....................................................................
2.2.6. Kawat Ram Anti Karat......................................................................
2.3. Perancangan 19
2.4. Metode Penyambungan.......................................................................19
2.4.1. Pengelasan.........................................................................................
2.4.2. Pemilihan Elektroda..........................................................................
2.4.3. Klasifikasi Sambungan Las...............................................................
2.4.3. Kekuatan Las.....................................................................................
2.4.4. Sambungan Mur dan Baut.................................................................

III
2.5. Faktor Keamanan................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................30
LAMPIRAN...................................................................................................31

IV
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Tumpuan Rol………………………………………………………...9


Gambar 2. 2 Tumpuan sendi....................................................................................9
Gambar 2. 3 Tumpuan jepit...................................................................................10
Gambar 2. 4 Besi hollow galvanis.........................................................................12
Gambar 2. 5 Plat alumunium.................................................................................15
Gambar 2. 6 Multiplek...........................................................................................16
Gambar 2. 7 Alumunium bubble foil.....................................................................17
Gambar 2. 8 Kawat ram anti karat.........................................................................18
Gambar 2. 9 Perpindahan logam cair pada pengelasan SMAW............................20
Gambar 2. 10 Spesifikasi Elektroda berdasarkan JIS............................................22
Gambar 2. 11 Spesifikasi elektroda oleh AWS......................................................23
Gambar 2. 12 Smbungan dasar..............................................................................24
Gambar 2. 13 Sambungan las tumpul....................................................................25
Gambar 2. 14 Sambungan las bentuk T................................................................26
Gambar 2. 15 Sambungan las sudut.......................................................................26
Gambar 2. 16 Bilangan kekuatan baut dan mur.....................................................28

V
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menurut Rudjito (2003), pengertian UMKM atau usaha mikro, kecil
dan menengah adalah usaha yang punya peranan penting dalam
perekonomian Negara Indonesia, baik dari sisi lapangan kerja yang tercipta
maupun dari sisi jumlah usahanya.
Salah satu jenis dari UMKM tersebut adalah UMKM yang bergerak
dibidang pangan, khususnya UMKM kerupuk. Dimana UMKM kerupuk
tersebut biasanya membeli bahan mentah dari produsen kerupuk, yaitu
berupa kerupuk mentah yang kemudian akan dikeringkan lagi sebelum
digoreng. Proses pengeringan tersebut berfungsi agar hasil penggorengan
kerupuk menjadi mekar dan tidak bantat.
Umumnya, UMKM kerupuk, hanya melakukan proses pengeringan
secara manual saja, yaitu melalui proses penjemuran dengan panas sinar
matahari ataupun dengan menggunakan alat pemanggangan sederhana.
Namun, proses pengeringan tersebut akan memakan waktu yang cukup lama
(bisa itu1 jam atau bahkan ±1 hari ) dan sangat bergantung pada cuaca bila
menggunakan proses pengeringan memakai cahaya matahari. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa metode tersebut kurang efektif dari segi waktu.
Dengan adanya permasalahan tersebut, penulis menjadi termotivasi
untuk memberikan solusi melalui penelitian Rancang Bangun Rangka Alat
Pemanggang Kerupuk Otomatis Berbasis Arduino Uno Dengan Sensor
Thermocouple. Dengan dibuatnya alat ini, maka penulis mengharapkan
bahwa proses produksi dari UMKM kerupuk tersebut dapat menjadi lebih
efektif dari segi waktu dan tidak bergantung pada kondisi cuaca lagi.

5
6

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
penulis angkat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana analisis rangka alat pemanggang kerupuk otomatis?
2. Bagaimana perancangan rangka alat pemanggang kerupuk otomatis?
3. Bagaimana pembuatan rangka alat pemanggang kerupuk otomatis berbasis
mikrokontroler arduino uno dengan sensor thermocouple?
4. Bagaimana pengujian rangka alat pemanggang kerupuk otomatis berbasis
mikrokontroler arduino uno dengan sensor thermocouple?
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini spesifik dan terfokus, penulis membuat batasan
masalah yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian ini dibatasi pada rangka alat pemanggang kerupuk otomatis
saja.
2. Alat pemanggang kerupuk otomatis ini memiliki kapasitas 15 kg dengan
dimensi 100 x 50 x 90 cm.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
merancang bangun rangka alat pemanggang kerupuk otomatis berbasis
mikrokontroler arduino uno dengan sensor thermocouple.
2. Tujuan khusus
1. Untuk menganalisis rangka alat pemanggang kerupuk otomatis.
2. Untuk merancang rangka alat pemanggang kerupuk otomatis.
3. Untuk membuat rangka alat pemanggang kerupuk otomatis berbasis
mikrokontroler arduino uno dengan sensor thermocouple.
4. Untuk menguji rangka alat pemanggang kerupuk otomatis berbasis
mikrokontroler arduino uno dengan sensor thermocouple.
7

1.5. Manfaat Penelitian


1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dengan
memberikan gagasan dan sumbangan pemikiran mengenai pengembangan
dalam rancang bangun alat pemanggang kerupuk otomatis berbasis
mikrokontroller arduino uno dengan sensor suhu, sehingga dapat menjadi
referensi yang rasional bagi pihak manapun.
2. Manfaat praktis
a. Bagi UMKM, dapat membantu proses produksi kerupuk dengan lebih
efektif dari segi waktu.
b. Bagi Penulis, dapat menambah pengalaman langsung dari teori yang
didapat dengan kenyataan yang ada dalam penelitian ilmiah.
1.6. Sistematika Penulisan
a. BAB I PENDAHULUAN, menjelaskan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
serta sistematika penulisan.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, menjelaskan tentang teori-teori yang
berkaitan dengan rancang bangun rangka alat pemanggang kerupuk
otomatis berbasis mikrokontroler arduino uno dengan sensor
thermocouple.
c. BAB III METODE PENELITIAN, menjelaskan tentang jenis metode
penelitian yang digunakan didalam penelitian.
d. BAB IV PEMBAHASAN, menjelaskan tentang hasil analisis,
perancangan, pembuatan serta pengujian pada alat yang diteliti pada
penelitian ini.
e. BAB V KESIMPULAN, menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian
ini dan saran yang berguna sebagai masukan serta perbaikan bagi
penelitian ini kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mesin
Didalam memenuhi kebutuhannya, manusia memerlukan banyak factor
yang dapat mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan tersebut. Untuk
mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, manusia
menggunakan banyak variasi daripada alat, yaitu mesin guna membantu
manusia mengolah suatu bahan mentah menjadi bahan jadi. Sebagaimana di
sampaikan oleh Assauri(2004) bahwa mesin adalah suatu peralatan yang
digerakkan oleh suatu kekuatan atau tenaga yang dipergunakan untuk
membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian-bagian produk
tertentu.
Suatu mesin itu sendiri, dapat dikelompokan lagi menjadi dua kategori,
yaitu :
1. Mesin serba guna (General purpose machine), mesin ini bersifat umum
serta dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan pada beragam
produk. Salah satu contohnya adalah mesin bor, dimana mesin bor
umumnya dapat diaplikasian pada beragam material dengan ukuran mata
bor yang variatif.
2. Mesin khusus (Special purpose machine), mesin dengan tipe ini,
dikhususkan untuk melakukan satu atau beberapa pekerjaan saja pada
suatu produk. Salah satu contohnya adalah alat pemanggang kerupuk
otomatis dalam penelitian ini, dimana alat pemanggang kerupuk otomatis
ini dikhususkan untuk melakukan proses pemanggangan kerupuk saja.
2.2. Rangka
Rangka adalah suatu struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-
batang yang saling disambungkan pada ujungnya sehingga membentuk suatu
rangka yang kokoh. Fungsi utama rangka adalah untuk mendukung beban
atau gaya yang bekerja pada suatu system. Dimana, untuk menjalankan
tugasnya dengan baik, beban tersebut harus diletakkan atau disambungkan
pada suatu tumpuan dengan posisi yang tepat. Beberapa jenis tumpuan

8
9

tersebut meliputi :

1. Tumpuan rol
Tumpuan rol adalah jenis tumpuan yang mampu menahan gaya tekan
dengan arah tegak lurus terhadap bidang tumpuannya (secara vertical atau
sumbu Y ) Namun, tumpuan rol tidak dapat menahan gaya yang arahnya
sejajar dengan bidang tumpuannya (secara horizontal atau sumbu X) serta
tidak dapat menahan momen.

Gambar 2. 1 Tumpuan Rol https://docplayer.info/45997574-Bab-ii-


dasar-teori-2-1-pengertian-rangka.html
2. Tumpuan sendi
Tumpuan sendi adalah jenis tumpuan yang mampu menahan gaya
dengan arah yang sembarang pada bidang tumpuannya, dimana tumpuan
sendi dapat menahan gaya yang arahnya tegak lurus (secara vertical atau
sumbu Y ) maupun sejajar dengan bidang tumpuan tersebut (secara
horizontal atau sumbu X), namun tidak dapat menahan momen.

Gambar 2. 2 Tumpuan sendi


3. Tumpuan jepit
Tumpuan jepit adalah jenis tumpuan yang mamou untuk menahan gaya dalam
segala arah, baik itu vertikal(sumbu Y) maupun horizontal (sumbu X) serta
dapat menahan momen.
10

Gambar 2. 3 Tumpuan jepit


Pada penelitian ini, rangka alat pemanggang kerupuk otomatis akan
dibebani beban sebesar 15 kg. Oleh karena itu, Untuk melakukan
perancangan rangka yang dapat menahan beban sebesar 15 kg tersebut,
diperlukan beberapa informasi tambahan, seperti dimensi dan bentuk rangka
yang diinginkan, jenis bahan yang digunakan serta metode penyambunagn
yang akan dipilih.
Secara runtut, langkah-langkah tersebut dapat dijabarkan dalam
beberapa poin berikut :
1. Menentukan konfigurasi rangka : memilih batang untuk rangka yang
sesuai dengan kebutuhan, baik itu besi hollow ataupun siku.
2. Menentukan material batang yang tepat : berdasarkan kekuatan yang
dibutuhkan, maka material batang yang dipilih harus memiliki kekuatan
yang cukup untuk menahan beban 15 kg.
3. Menghitung tegangan dan deformasi: menggunakan prinsip-prinsip
mekanika struktur untuk menghitung tegangan dan deformasi yang terjadi
pada rangka. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain gaya
yang bekerja pada rangka, panjang dan luas penampang batang, serta
modul elastisitas bahan.
4. Memeriksaa kestabilan: memastikan rangka memiliki kestabilan yang
memadai untuk menahan beban. Hal ini melibatkan pemeriksaan pada
kekakuan dan faktor-faktor stabilitas seperti momen lentur.
5. Simulasi serta evaluasi: menggunakan perangkat lunak simulasi seperti
stress test pada Autocad Inventor untuk memodelkan rangka serta
menganalisis responsnya terhadap beban.
11

6. Koreksi dan optimalisasi: jika hasil analisis menunjukkan kekurangan


dalam kekuatan atau kestabilan rangka, maka melakukan perubahan desain
atau perhitungan ulang untuk memperbaiki masalah tersebut perlu
dilakukan.
Sedangkan menurut Andriani, dkk (2017) Proses perancangan,
khususnya perancangan rangka adalah serangkaian tahapan umum dalam
teknik perancangan yang dikenal dengan singkatan NIDA, yaitu kebutuhan
(need), gagasan (ideal), keputusan (decision), dan tindakan (action). Dimana
need adalah tahapan identifikasi kebutuhan, ideal adalah tahapan
pengembangan ide untuk memenuhi kebutuhan tersebut, decision adalah
tahapan penetapan ide terbaik sebagai alternatif yang akan diaplikasian.
Terakhir action adalah tahap dimana proses pembuatan dilakukan.
2.3. Material Rangka
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, konstruksi rangka harus
bisa menahan beban sebesar 15 kg. Maka dari itu material yang dipilih adalah
:
2.3.1. Besi Hollow
Jenis batang yang penulis pilih adalah besi hollow galvanis dengan
ukuran 40 x 20 x 1.2 mm. Dimana besi hollow galvanis adalah besi hollow
yang telah dilapisi dengan lapisan seng melalui proses galvanisasi. Secara
umum, besi hollow galvanis memiliki beberapa sifat mekanis yang dapat
diharapkan. Lapisan seng yang menutupi permukaan besi dapat memberikan
perlindungan terhadap korosi, meningkatkan ketahanan terhadap cuaca, dan
memperpanjang umur pakai besi tersebut. Besi hollow galvanis juga memiliki
kekuatan dan kekakuan yang baik, membuatnya cocok untuk digunakan
dalam berbagai aplikasi struktural atau konstruksi. Selain kelebihan tersebut,
besi hollow galvanis juga memiliki dua kelemahan utama, yaitu besi hollow
galvanis dapat memiliki biaya lebih tinggi dibandingkan dengan besi hollow
biasa serta proses galvanisasi dapat sedikit mempengaruhi dimensi besi
hollow, dimana lapisan galvanis yang diterapkan dapat menyebabkan
penambahan ketebalan besi hollow galvanis tersebut.
12

Untuk spesifikasi teknis besi hollow galvanis dengan ukuran 40 x 20 x


1.2 mm yang mengacu pada standar SNI (Standar Nasional Indonesia),
spesifikasi umumnya adalah sebagai berikut:
1. Dimensi: 40 x 20 mm (panjang x lebar) dengan ketebalan dinding 1.2 mm.
2. Material: baja karbon atau baja struktural berkualitas tinggi sesuai dengan
standar sni.
3. Pelapisan galvanis: dilapisi dengan lapisan seng melalui proses hot-dip
galvanizing sesuai dengan standar sni yang berlaku untuk besi hollow
galvanis.
4. Perlindungan korosi: lapisan seng pada besi hollow yang galvanis sesuai
dengan standar sni dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap
korosi dan memperpanjang masa pakai besi hollow dalam berbagai kondisi
lingkungan.

Gambar 2. 4 Besi hollow galvanis


https://m.indotrading.com/cahayarizqi/plat-galvanis-hollow-untuk-pagar-
kanopi-p977389.aspx
2.3.2. Besi Siku
Besi siku yang penulis pilih adalah besi siku dengan ukuran 30 x 30 x
1.2 mm. Dimana Besi siku ukuran 30 x 30 x 2 mm memiliki sifat mekanis
yang signifikan untuk memahami kekuatan dan kinerja bahan tersebut.
13

Kekuatan tarik adalah salah satu sifat mekanis penting yang


menggambarkan seberapa besar tekanan yang bisa ditahan oleh besi siku
tersebut sebelum mengalami deformasi permanen. Umumnya, besi siku
dengan ukuran ini memiliki kekuatan tarik minimal sekitar 400-550 MPa,
bergantung pada kualitas dan jenis baja yang digunakan. Batas elastisitas
adalah titik dimana besi siku mulai mengalami deformasi elastis dan kembali
ke bentuk semula setelah beban diberhentikan. Batas elastisitas besi siku
dapat berkisar antara 240-350 MPa. Selain itu, kekuatan lentur dan kekerasan
14

besi siku juga merupakan sifat mekanis penting. Kekuatan lentur menjelaskan
kemampuan besi siku untuk menahan beban yang diterapkan secara
melintang terhadap bidang siku, sedangkan kekerasan mengukur resistensi
besi siku terhadap penetrasi atau goresan..
Besi siku ukuran 30 x 30 x 2 mm memiliki kelebihan dan kekurangan
yang perlu dipertimbangkan, antara lain adalah :
 Kelebihan:
1. Kekuatan structural : Besi siku memiliki kekuatan yang baik dalam
menahan beban tekan dan beban lentur,
2. Keamanan dan kestabilan : Besi siku memiliki bentuk segitiga yang
memberikan kestabilan tambahan dan meminimalkan kemungkinan
pergeseran atau deformasi saat diterapkan pada struktur.
 Kekurangan:
1. Ketahanan terhadap korosi : Jika tidak dilindungi dengan lapisan
pelindung seperti pelapisan galvanis, besi siku akan rentan terhadap
korosi.
2. Berat : besi siku memiliki densitas yang relatif tinggi, sehingga
massanya lebih berat.
2.3.3. Plat Alumunium
Plat alumunium yang penulis pilih adalah plat alumunium dengan
ketebalan 1 mm. Plat aluminium dengan ketebalan 1 mm memiliki sejumlah
kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan, antara lain adalah :
 Kelebihan :
1. Ringan : Plat aluminium memiliki densitas yang rendah, sehingga
sangat ringan dibandingkan dengan logam lainnya seperti baja. Hal ini
membuatnya cocok untuk diaplikasian di bagian pintu alat pemanggang
kerupuk otomatis.
2. Kekuatan tinggi : Meskipun ringan, plat aluminium memiliki kekuatan
yang cukup tinggi. Sehingga sangat cocok untuk diaplikasikan pada
bagian rangka yang memerlukan kombinasi kekuatan dan keringanan
dari suatu material.
15

3. Ketahanan terhadap korosi: Aluminium memiliki sifat alami yang tahan


terhadap korosi. Ketika terkena udara, aluminium akan membentuk
lapisan oksida yang melindungi permukaannya dari korosi, sehingga
membuatnya cocok untuk digunakan di lingkungan yang lembab.
 Kekurangan :
1. Ketahanan terhadap benturan: Meskipun aluminium memiliki kekuatan
yang baik, alumunium juga memiliki sifat material yang lebih lembut
dibandingkan dengan logam lain seperti baja. Oleh karena itu, plat
aluminium dapat lebih rentan terhadap benturan atau deformasi
permanen.
2. Biaya: Plat aluminium harganya sangat mahal.

Gambar 2. 5 Plat alumunium


https://www.rrsentosajaya.com/2021/12/02/plat-alumunium-7075/
2.3.4. Multiplek
Multiplek atau plywood yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah Multiplek dengan ketebalan 6 mm, dimana penggunaan multiplek ini
ditujukan sebagai material isolator peredam panas kedua. Multiplek dengan
ketebalan 6 mm adalah jenis multiplek yang terdiri dari beberapa lapisan tipis
kayu yang disatukan bersama. Setiap lapisan kayu, yang disebut veneer,
ditempatkan secara bergantian dengan arah serat yang saling melintang satu
sama lain. Proses ini memberikan kekuatan, stabilitas, dan ketahanan
tambahan pada multiplek.
16

 Kelebihan :
1. Kekuatan dan stabilitas : Multiplek dengan ketebalan 6 mm memiliki
kekuatan yang baik untuk ukuran dan ketebalannya. Lapisan-lapisan
kayu yang saling melintang memberikan kekuatan tambahan dan
mencegah kemungkinan terjadinya deformasi permanen (patah).
2. Ketahanan terhadap perubahan suhu : Multiplek dengan ketebalan 6
mm memiliki ketahanan yang baik terhadap fluktuasi suhu dan
kelembaban. Struktur lapisan kayu yang saling melintang membantu
mengurangi kemungkinan perubahan dimensi dan distorsi akibat
perubahan suhum, sehingga multiplek sangat baik jika digunakan
sebagai lapisan isolator peredam panas.
 Kekurangan :
1. Rentan terhadap air : Meskipun multiplek memiliki tingkat ketahanan
terhadap kelembaban yang baik, jika terkena air secara langsung dalam
jangka waktu yang lama, multiplek dapat mengalami kerusakan atau
pembengkakan.
2. Lapisan luar yang rapuh : Meskipun lapisan didalamnya cukup kokoh,
lapisan kulit luarnya cukup mudah terkelupas.

Gambar 2. 6 Multiplek https://siplahtelkom.com/product/material-


bangunan/4057039-multiplek
2.3.5. Alumunium Bubble Foil
Alumunium bubble foil yang penulis pilih adalah alumunium foil
dengan ketebalan 4 mm. Aluminium bubble foil dengan ketebalan 4 mm
adalah bahan isolasi termal yang terdiri dari lapisan aluminium foil yang
dilapisi dengan gelembung udara di antara dua lapisan foil. Struktur ini
17

menciptakan rongga-rongga udara yang terperangkap di dalam gelembung-


gelembung tersebut. Sehingga material ini sangat cocok untuk digunakan
sebagai lapisan isolator peredam panas utama.
 Kelebihan :
1. Lapisan isolator yang efisien: rongga-rongga udara di dalam
gelembung-gelembung aluminium bubble foil berfungsi sebagai lapisan
isolasi yang efektif. Ini membantu meminimalkan transfer panas dan
menjaga suhu ruangan yang nyaman. Aluminium foil pada kedua sisi
membantu memantulkan panas yang dihasilkan oleh heater sehingga
sangat cocok untuk digunakan dibagian kamar pemanggangan alat
pemanggang kerupuk otomatis.
2. Lapisan pelindung anti kelembapan: lapisan aluminium foil pada
aluminium bubble foil memberikan perlindungan yang baik terhadap
kelembapan dan uap air.
3. Mudah diaplikasikan : aluminium bubble foil dapat dipasang dengan
mudah dan cepat.
 Kekurangan :
1. Ketahanan fisik yang rendah atau mudah rusak : aluminium bubble foil
dengan ketebalan 4 mm tidak memiliki kekuatan fisik yang sama
dengan bahan konstruksi lainnya seperti logam, sehingga proses
aplikasi serta pengunaan kedepannya harus dilakukan dengan ekstra
hati-hati.
18

Gambar 2. 7 Alumunium bubble foil https://www.blibli.com/p/protect-foil-


aluminium-foil-bubble-peredam-panas-atap/ps--INS-60123-00005
2.2.6. Kawat Ram Anti Karat
Kawat ram anti karat, juga dikenal sebagai kawat baja tahan karat,
adalah jenis kawat yang dilapisi dengan lapisan pelindung untuk mencegah
korosi atau karat. Lapisan pelindung ini umumnya terbuat dari bahan seperti
seng, aluminium, atau PVC (Polyvinyl Chloride) yang membentuk lapisan
penghalang antara kawat dan lingkungan yang berpotensi menyebabkan
korosi.
 Kelebihan :
1. Ketahanan terhadap korosi : Lapisan pelindung pada kawat ram anti
karat memberikan perlindungan yang baik terhadap korosi. Ini
menjadikannya pilihan yang bagus untuk diaplikasikan pada rangka
dudukan kerupuk, yang akan sering terkena uap air akibat proses
pemanggangan kerupuk.
2. Stabilitas structural : Kawat ram anti karat tetap menjaga kekuatan dan
stabilitas strukturalnya meskipun terpapar lingkungan yang korosif. Ini
membuatnya cocok untuk aplikasi struktural yang membutuhkan daya
tahan terhadap beban atau gaya eksternal yang ditimbulkan oleh
kerupuk.
 Kekurangan :
19

1. Kerentanan pada lapisan pelindung : Meskipun lapisan pelindung


memberikan perlindungan terhadap korosi, kerusakan atau cacat pada
lapisan tersebut dapat mengurangi efektivitas pelindungan.
2. Tak mampu menahan beban pada 1 titik berat tertentu : kawat ram anti
karat hanya mampu menahan beban secara merata di luas
penampangnya, bila dihadapkan pada pembebanan yang terpusat, maka
akan merusak struktur kawat ram tersebut.

Gambar 2. 8 Kawat ram anti karat https://berita.99.co/tipe-dan-harga-


kawat-ram/
2.4. Perancangan
Menurut Rosita Cahyaningtias dan Siska Iriyani (2015) Perancangan
adalah suatu proses pemilihan dan pemikiran yang menghubungkan fakta-
fakta berdasarkan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan- kegiatan tertentu yang diyakini
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan menguraikan
bagaimana pencapaiannya.
Perancangan melibatkan suatu ussaha evaluasi, interpretasi, dan asumsi
untuk menciptakan skenario masa depan yang melibatkan berbagai elemen
seperti tren pasar, teknologi, sosial, dan politik. Dimana, langkah selanjutnya
dalam suatu proses perancangan adalah merumuskan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, yang didasarkan pada pengetahuan,
pengalaman masa lalu, dan prediksi masa depan serta mempertimbangkan
cara pengelolaan sumber daya dalam mengatasi hambatan yang ada.
Perancangan juga mempertimbangkan cara mengukur dan memantau
pencapaian tujuan melalui metrik dan sistem monitoring. Melalui metrik dan
sistem monitoring, kita dapat mengukur dan memantau kinerja suatu proses,
20

proyek, atau aktivitas untuk mengevaluasi pencapaian tujuan yang telah


ditetapkan.
Metrik adalah alat ukur berupa data yang terukur, seperti tingkat
penjualan, waktu penyelesaian proyek, jumlah pelanggan baru, atau efisiensi
sumber daya. Dengan metrik ini, kita bisa objektif menilai sejauh mana tujuan
telah tercapai. Sementara itu, sistem monitoring adalah proses pemantauan
berkala terhadap indikator kinerja atau metrik yang telah ditentukan. Dengan
sistem ini, tim dapat memantau perkembangan dan hasil kegiatan secara real-
time serta mengidentifikasi masalah atau hambatan yang perlu ditangani.

Hal ini membantu mengidentifikasi apakah strategi dan kegiatan yang


dirancang berjalan sesuai rencana atau perlu penyesuaian. Oleh karena itu,
secara keseluruhan, perancangan adalah proses terstruktur, strategis, dan
fokus pada masa depan. Ini melibatkan pemilihan, pemikiran,
menghubungkan fakta dan asumsi, serta merumuskan kegiatan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
2.4.1. Computer aided design
Computer-aided design (cad) atau perancangan berbantuan komputer
adalah sebuah teknologi yang digunakan untuk menciptakan, mengubah, dan
menganalisis gambar dan model 2d atau 3d secara digital. CAD telah menjadi
alat penting dalam industri rekayasa, arsitektur, desain produk, dan banyak
bidang lainnya yang memerlukan pembuatan gambar dan model yang akurat
dan presisi. CAD digunakan melalui proses teknik dari perancangan
konseptual dan layout, melalui rekayasa dan analisis komponen untuk
mendefinisikan metode manufaktur. (dewi handayani, 2005)
Penggunaan CAD meliputi berbagai bidang seperti arsitektur, teknik,
dan konstruksi. Dalam konteks mekanik, cad digunakan dalam industri
21

otomotif, penerbangan, barang konsumen, pembuatan mesin, dan konstruksi


kapal. Selain itu, teknologi ini juga diterapkan dalam bidang elektronika dan
listrik, perencanaan proses manufaktur, rancangan rangkaian digital, serta
berbagai aplikasi perangkat lunak lainnya.
Beberapa kemampuan sistem computer aided design menurut dewi
handayani, (2005) meliputi :
1. Pembuatan frame kabel geometri
2. Fitur parametrik 3D berdasarkan pemodelan
3. Pemodelan permukaan dengan bentuk bebas
4. Perancangan perakitan otomatis. yang mengumpulkan bagian-bagian
komponen dan/atau perakitan lain.
5. Membuat gambar teknik dari model-model yang solid. Pemakaian ulang
rancangan komponen-komponen

6. Validasi/verifikasi perancangan terhadap aturan spesifikasi dan


perancangan.
7. Menghitung bagian-bagian properti secara masal dan perakitan.
8. Simulasi perancangan tanpa membangun satu prototipe fisik.
9. Keluaran dokumentasi fisik, seperti gambar manufaktur, dan pembayaran
material yang menggambarkan kebutuhan untuk membangun produk.
Untuk jenis computer aided design yang penulis gunakan sendiri adalah
autocad inventor tahun 2022, dimana autocad inventor 2022 adalah perangkat
lunak cad yang dikembangkan oleh autodesk. Autocad inventor merupakan
perangkat lunak yang kuat untuk desain produk dan rekayasa mekanik.
Dengan menggunakan inventor, para insinyur dan desainer dapat
menciptakan model 3d yang akurat dan lengkap dari produk, mulai dari
komponen sederhana hingga sistem yang kompleks.
Fitur utama dari autocad inventor 2022 mencakup berbagai alat desain
yang intuitif dan canggih, kemampuan untuk membuat simulasi dan analisis
struktural, serta integrasi yang erat dengan berbagai alat dan layanan lainnya
dari autodesk. Dengan fitur-fitur ini, pengguna dapat dengan mudah
22

memodelkan, merancang, dan memvalidasi produk mereka sebelum produksi,


menghemat waktu dan biaya dalam proses pengembangan produk.
Berikut adalah beberapa fitur utama yang meliputi part, assembly, dan
drawing dalam autocad inventor 2022:
1. Part modeling
Memungkinkan pembuatan model 3d yang fleksibel dengan
parameter dan dimensi yang mudah diubah menggunakan alat pemodelan
yang menyediakan berbagai alat untuk membuat bentuk geometris.
2. Assembly
Memungkinkan penyusunan berbagai part menjadi suatu part
assembly. Dimana fitur ini meliputi interaksi dan interferensi antara
komponen dalam assembly. Selain itu, fitur ini juga memungkinkan
simulasi gerak yang menampilkan simulasi gerakan dan mekanisme untuk
memeriksa kinerja produk dalam berbagai kondisi.

3. Drawing
Memungkinkan pembuatan gambar teknik 2d dari model 3d dengan
otomatisasi yang efisien menggunakan fitur-fitur drawing seperti anotasi
dan dimensi.
4. Simulasi dan analisis
Memungkinkan simulasi struktural untuk memeriksa kekuatan dan
kestabilan desain produk, serta simulasi dinamis untuk menguji gerakan
dan dinamika produk dalam berbagai kondisi beban.
2.4.2. Computer Aided Engineering
Computer-Aided Engineering (CAE) atau Rekayasa Berbantuan
Komputer adalah sebuah teknologi yang menggunakan perangkat lunak
komputer untuk melakukan simulasi, analisis, dan perencanaan dalam
berbagai bidang rekayasa. CAE memungkinkan pengguna untuk memprediksi
dan memahami perilaku dan kinerja suatu produk atau sistem sebelum dibuat
secara fisik.
23

Dalam CAE, berbagai jenis analisis dan simulasi dapat dilakukan,


termasuk analisis struktural, analisis fluida, analisis termal, analisis dinamis,
dan banyak lagi. Misalnya, dengan menggunakan CAE, pengguna dapat
memprediksi bagaimana sebuah struktur akan bereaksi terhadap beban
tertentu, seperti kekuatan, kekakuan, dan deformasi pada sebuah jembatan
atau bangunan.
Ada tiga jenis persoalan engineering yang sering dianalisa dengan
bantuan CAE, yaitu:
1. Finite Elements Analysis (FEA)
FEA ini biasa digunakan untuk menganalisa batas maksimal
ketahanan suatu bagian dari produk atau material (Stress analysis)
terhadap gaya yang akan dibebankan pada produk tersebut.
2. Computational Flow Dynamics (CFD)
CFD seringkali digunakan untuk melakukan analisa suatu material
yang memiliki saluran atau aliran. Fungsinya adalah mencari ketahanan,
kecepatan, dan lainnya tergantung jenis aliran yang akan disalurkan
melalui produk atau material tersebut.
3. Multibody Dynamics (MBD)
MBD ini berfungsi untuk menganalisa suatu produk secara
keseluruhan, tidak seperti FEA yang hanya Sebagian saja.
Tahapan- tahapan yang umum dilakukan dalam CAE meliputi :
1. Pre – Processing, pemodelan elemen dan nodes berdasarkan bentuk
geomteri yang ada.
2. Analisis, perhitungan secara metode elemen hingga yang dilakukan oleh
program CAE tersebut.
3. Post – Processing, untuk melihat hasil Analisa baik dalam bentuk plot
diagram X – Y dan struktur Deformasi – Kontur.
2.5. Metode Penyambungan
Dalam penelitian ini, metode penyambungan rangka yang digunakan
melibatkan metode pengelasan serta penggunaan mur dan baud. Dimana,
kedua metode penyambungan tersebut umum digunakan dalam konstruksi
24

rangka. Baik pengelasan maupun metode penyambungan dengan mur dan


baud memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan
tergantung pada pengaplikasiannya.
Pemilihan metode penyambungan rangka yang tepat tergantung pada
berbagai faktor seperti kekuatan yang dibutuhkan, desain struktur, biaya, dan
kemudahan perakitan. Pengelasan sering digunakan dalam aplikasi yang
membutuhkan sambungan yang kuat dan tahan terhadap beban yang berat,
seperti konstruksi baja atau mesin industri. Sementara itu, metode
penyambungan dengan mur dan baud sering digunakan dalam aplikasi yang
membutuhkan perakitan yang cepat dan sambungan yang dapat disesuaikan,
seperti pembuatan furnitur atau rangka konstruksi ringan.
2.5.1. Pengelasan
Berdasarkan definisi dari Dutche Industrie Normen (DIN) las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka pengelasan adalah suatu metode penyambungan rangka yang
melibatkan pemanasan bahan logam hingga mencapai suhu cair atau
setidaknya suhu plastis, kemudian menyatukan dua atau lebih bahan logam
tersebut menjadi satu. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) atau yang juga dikenal
sebagai las busur listrik dengan elektroda terlindung.
Pengelasan SMAW adalah salah satu metode pengelasan yang umum
digunakan dalam industri dan konstruksi. Metode ini melibatkan penggunaan
busur listrik yang terjadi antara elektroda terlindung dan bahan kerja untuk
melelehkan dan menggabungkan logam.
Menurut Wayan Ratnata dan Budijanto Slamet (Teknologi Pengelasan
Logam, 9), cara pengelasan SMAW digunakan kawat elektroda logam yang
dibungkus dengan fluks. Dalam Gbr. 2.9 dapat dilihat dengan jelas bahwa
busur listrik terbentuk di antara logam induk dan ujung elektroda. Karena
panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair
dan kemudian membeku bersama. Proses perpindahan logam elektroda terjadi
25

ketika ujung elektroda melebur dan membentuk partikel yang terbawa oleh
arus busur listrik yang terjadi. Ketika arus listrik yang besar digunakan,
partikel logam cair yang dibawa menjadi halus

Gambar 2. 9 Perpindahan logam cair pada pengelasan SMAW (Teknologi


Pengelasan Logam)
Selama proses las SMAW, operator harus menjaga panas dan kecepatan
gerakan yang tepat untuk menghasilkan sambungan yang kuat. Arus listrik
yang digunakan dalam las SMAW dapat disesuaikan untuk mengontrol
tingkat kekuatan dan penetrasi sambungan. Kecepatan gerakan elektroda juga
penting untuk menghindari kelebihan atau kekurangan pengisian logam pada
sambungan. Setelah sambungan terbentuk, pekerjaan las harus dibiarkan
mendingin secara perlahan untuk mengurangi tegangan dan mencegah
deformasi yang tidak diinginkan.
2.5.2. Pemilihan Elektroda
Standarisasi elektroda, baik dalam JIS maupun ASTM, didasarkan pada
jenis fluks, posisi pengelasan, dan arus las. Meskipun ada perbedaan dalam
pemberian simbol antara kedua sistem standar tersebut, namun pada dasarnya
prinsipnya sama.
Elektroda las yang tersedia di pasaran umumnya dilapisi dengan
berbagai campuran fluks yang sesuai dengan penggunaannya. Meskipun ada
banyak jenis elektroda yang tersedia, secara umum, elektroda dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas berdasarkan jenis fluks yang
melapisi elektroda tersebut.
Berikut adalah beberapa klasifikasi fluks :
26

1. Elektroda dengan jenis oksida titan, juga dikenal sebagai rutil atau titania,
mengandung konsentrasi tinggi TiO2. Busur yang dihasilkan dari
elektroda yang dilapisi dengan fluks jenis ini memiliki kekuatan yang tidak
terlalu tinggi dan penetrasi yang dangkal, menghasilkan manik las yang
halus. Oleh karena itu, jenis ini sangat cocok untuk pengelasan plat baja
tipis.
2. Elektroda dengan jenis titania kapur, selain mengandung rutil, juga
mengandung kapur. Selain memiliki sifat-sifat seperti elektroda oksida
titan, jenis ini memiliki keunggulan lain yaitu kemampuan untuk
menghasilkan sifat mekanik yang baik. Meskipun penetrasi yang
dihasilkan masih dangkal, elektroda ini mampu menghasilkan manik las
yang cukup halus. Jenis ini cocok untuk hampir semua posisi pengelasan,
terutama posisi tegak dan posisi atas kepala.
3. Tipe ilmenit terletak di antara tipe oksida titan dan tipe oksida besi. Bahan
fluks utamanya adalah ilmenit atau FeTiO3. Busur yang dihasilkan cukup
kuat dan memberikan penetrasi yang cukup dalam. Terak yang terbentuk
memiliki tingkat fluiditas yang tinggi. Dengan sifat-sifat tersebut, jenis
elektroda ini dapat menghasilkan sambungan dengan sifat mekanik yang
tinggi. Karena fleksibilitasnya yang mencakup berbagai kegunaan,
elektroda yang dilapisi dengan jenis fluks ini dianggap serbaguna.
Menurut Wayan Ratnata dan Budijanto Slamet (Teknologi Pengelasan
Logam, 9), menyatakan bahwa huruf D dalam JIS (Tabel 2.10) dan huruf E
dalam ASTM (Tabel 2.11), keduanya berarti bahwa elektroda yang dimaksud
adalah elektroda terbungkus. dua angka yang pertama baik dalam JIS maupun
dalam ASTM menunjukkan kekuatan terendah dari logam las hanya saja
dalam JIS satuannya adalah (kg/mm2) sedangkan dalam ASTM satuannya
adalah (psi). Dua angka terakhir dalam kedua sistem standar tersebut
menunjukkan jenis fluks dan posisi pengelasan.
27

Gambar 2. 10 Spesifikasi Elektroda berdasarkan JIS


28

Gambar 2. 11 Spesifikasi elektroda oleh AWS


Maka dari itu, elektroda yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(misal) elektroda dari kelompok E60, dimana kekuatan Tarik terendah dari
kelompok E60 setelah dilaskan adalah 42,2 kg/mm^2
29

2.5.3. Klasifikasi Sambungan Las


Klasifikasi sambungan las berdasarkan jenis sambungan dan bentuk
alur adalah sebagai berikut :
1. Sambungan las dasar
Sambungan las dalam konstruksi baja pada dasarnya dibagi dalam
sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan
tumpang. Jenis-jenis sambungan tersebut, kemudian di kembangkan lagi
menjadi sambungan silang, sambungan dengan penguat dan sambungan
sisi.

Gambar 2. 12 Smbungan dasar (Teknologi Pengelasan Baja)


4. Sambungan tumpul
Sambungan tumpul adalah jenis sambungan yang paling efisien.
Sambungan ini dibagi lagi menjadi dua yaitu sambungan penetrasi penuh
dan sambungan penetrasi sebagian . Sambungan penetrasi penuh dibagi
lebih lanjut menjadi sambungan tanpa pelat pembantu dan sambungan
dengan pelat pembantu yang masih dibagi lagi dalam pelat pembantu yang
turut menjadi bagian dari konstruksi dan pelat pembantu yang hanya
sebagai penolong pada waktu proses pengelasan saja.
Bentuk alur dalam sambungan tumpul sangat mempengaruhi
efisiensi pengerjaan, efisiensi sambungan dan jaminan sambungan. Karena
itu pemilihan bentuk alur sangat penting. Bentuk dan ukuran alur
30

sambungan datar ini sudah banyak distandarkan dalam standar AWS, BS,
DIN, dll.

Gambar 2. 13 Sambungan las tumpul


31

5. Sambungan bentuk T dan bentuk silang


Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis
yaitu jenis las dengan alur dan jenis las sudut. Hal-hal yang dijelaskan
untuk sambungan tumpul sebelumnya juga berlaku untuk sambungan jenis
ini. Dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada bagian batang yang
menghalangi yang dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut
alur.

Gambar 2. 14 Sambungan las bentuk T


32

6. Sambungan sudut
Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusutan dalam arah tebal
pelat yang dapat menyebabkan terjadinya retak lamel. Hal ini dapat
dihindari dengan mambuat alur pada pelat tegak.

Gambar 2. 15 Sambungan las sudut


Jenis sambungan las yang penulis aplikasikan sendiri adalah mainly
jenis sambungan tumpul dan sambungan sudut, dimana sambungan tumpul
memiliki kenderungan hasil pengelasan yang efisien.
2.5.3. Kekuatan Las

2.5.4. Sambungan Mur dan Baut


Sambungan mur dan baut adalah proses penghubungan dua komponen
menggunakan kombinasi mur (nut) dan baut (bolt) melalui suatu bentuk ulir.
Dalam pemakaiannya, ulir selalu bekerja secara berpasangan yaitu antara ulir
luar dan ulir dalam. Ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil
penampang berbentuk segitiga sama kaki.
Ada beberapa jenis ulir yang bisa ditemui, mulai dari ulir tunggal, ulir
33

ganda hingga ulir tripel. Ulir disebut tunggal jika hanya ada satu jaluryang
meililit silinder dan disebut ganda atau tripel bila dada dua hingga tingga jalur
dalam satu silinder. Ulir juga dapat berupa ulir kanan dan ulir kiri, dimana
ulir kanan akan begerak maju bila diputar searah jarum jam dan ulir kiri akan
bergerak maju bila diputar berlawanan arah jarum jam.
Ulir dapat digolongkan menurut bentuk profil penampangnya, yaitu ulir
segitiga, ulir segi empat, ulir trapezium, ulir gigi gergaji, dan ulir bulat. Jenis
ulir yang paling sering dipakai umumnya adalah ulir kasar, yang mana sering
dijumpai pada mur dan baut.
Penggolongan ulir menurut kekuatannnya distandarkan dalam JIS,
sebagaimana dijelaskan pada table dibawah. Brdasarkan tabel tersebut, maka
penulis baut yang dipilih seitdaknya harus ada pada kelas 3.6 ukuran M6
dengan kekuatan tarik minimum 34 kg/mm^2 serta kekuatan tarik
maksimumnya 49 kg/mm^2 karena beban yang akan ditahan oleh sambungan
baut tersebut sebesar 15 kg dengan asumsi faktor keamananya yaitu 2.

Gambar 2. 16 Bilangan kekuatan baut dan mur


2.6. Faktor Keamanan
Faktor keamanan adalah faktor yang menunjukkan tingkat kemampuan
suatu bahan teknik menerima beban dari luar, yaitu beban tekan maupun
tarik. Faktor ini identik dengan perbandingan antara tegangan ijin (allowable
stress) dengan tegangan terbesar (maxsimum stress) yang terjadi. (Mulyatno,
Imam Pujo, dkk, 2014)
Faktor keamanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
34

1. Variasi sifat-sifat bahan


2. Pengaruh ukuran dari bahan yang diuji kekuatan
3. Jenis beban
4. Pengaruh permesinan dan proses pembentukan
5. Pengaruh perlakuan panas terhadap sifat fisis dari material
6. Pengaruh pelumasan dan umur dari elemen mesin
7. Pengaruh waktu dan lingkungan dimana peralatan tersebut dioperasikan
8. Syarat-syarat khusus terhadap umur dan ketahanan uji mesin 9. Keamanan
manusia secara keseluruhan harus diperhatikan
Joseph P. Vidosic memberikan angka faktor keamanan yang sesuai,
berdasarkan tegangan luluh yaitu:
1. N = 1.25 ÷ 1.5 : Untuk bahan yang sesuai dengan penggunaan pada
kondisi terkontrol dan beban tegangan yang bekerja dapat ditentukan
dengan pasti.
2. N = 1,5 ÷ 2,0 : Untuk bahan yang sudah diketahui dan pada kondisi
lingkungan beban dan tegangan yang tetap dan dapat ditentukan dengan
mudah.
3. N = 2,0 ÷ 2,5 : Untuk bahan yang beroperasi pada lingkungan biasa dan
beban serta tegangan dapat ditentukan.
4. N = 2.5 ÷ 3.0 : Untuk bahan getas dibawah kondisi, lingkungan beban dan
tegangan rata-rata.
5. N = 3,0 ÷ 4,0 : Untuk bahan belum diuji yang digunakan pada kondisi
lingkungan, beban dan tegangan rata-rata atau untuk bahan yang sudah
diketahui baik yang bekerja pada tegangan yang tidak pasti.
6. Beban berulang : Faktor-faktor seperti yang ditetapkan pada nomor 1
sampai 6 yang sesuai, tetapi harus disalurkan pada batas ketahanan lelah
daripada kekuatan luluh bahan.
7. Gaya kejut : Faktor yang sesuai pada nomor 3 sampai 5,tetapi faktor kejut
termasuk dalam beban kejut.
8. Beban getar
Dimana tegangan maksimum digunakan secara teoritis, harga faktor
35

keamanan dipresentasikan pada nomor 1 5 yang - diperkirakan 2 kalinya


BAB III
METODE PENELITIAN

36
DAFTAR PUSTAKA

37
38

Anda mungkin juga menyukai