Oleh :
Maulana Tegar Purnama
D321911009
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
(………………..) (………………..)
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul,
“Rancang Bangun Rangka Alat Pemanggang Kerupuk Otomatis Berbasis
Mikrokontroler Arduino Uno Dengan Sensor Thermocouple” yang diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kerja proyek dan seminar
Program Studi Mekanik Industri dan Desain, Program Pilihan Mekatronik,
Politeknik TEDC Bandung.
Proposal ini menjelaskan mengenai hal-hal yang diperlukan dalam
rancang bangun rangka alat pemanggang kerupuk otomatis berbasis
mikrokontroler arduino uno dengan sensor thermocouple. Walaupun telah
diupayakan semaksimal mungkin, penulis menyadari bahwa peyusunan
proposal ini tidak lepas dari kekurangan karena keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan penulis. Kemudian, penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan proposal tugas akhir ini, yaitu kepada :
1. Dr.Gerinata Ginting, M.M. selaku Direktur Politeknik TEDC Bandung
serta Pembimbing penulis yang telah melimpahkan waktu serta tenaga
selama penyusunan tugas akhir ini.
2. Agus Saleh, M.T. selaku Ketua Program Studi Mekanik Industri dan
Desain yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta waktu
yang diluangkan selama penyusunan proposal tugas akhir ini.
3. Kedua orang tua penulis yang tak henti-hentiya memberikan doa,
kepercayaan serta dukungan kepada penulis.
4. Seluruh sahabat seperjuangan yang selalu menyemangati dan membantu
penulis.
II
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................I
KATA PENGANTAR......................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR......................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................5
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................5
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................6
1.3. Batasan Masalah....................................................................................6
1.4. Tujuan Penelitian..................................................................................6
1.5. Manfaat Penelitian................................................................................7
1.6. Sistematika Penulisan............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................8
2.1.Mesin………………………………………………………………......8
2.2.Rangka………………………………………………………………...8
2.2. Material Rangka..................................................................................11
2.2.1. Besi Hollow.......................................................................................
2.2.2. Besi Siku 12
2.2.3. Plat Alumunium.................................................................................
2.2.4. Multiplek 15
2.2.5. Alumunium Bubble Foil....................................................................
2.2.6. Kawat Ram Anti Karat......................................................................
2.3. Perancangan 19
2.4. Metode Penyambungan.......................................................................19
2.4.1. Pengelasan.........................................................................................
2.4.2. Pemilihan Elektroda..........................................................................
2.4.3. Klasifikasi Sambungan Las...............................................................
2.4.3. Kekuatan Las.....................................................................................
2.4.4. Sambungan Mur dan Baut.................................................................
III
2.5. Faktor Keamanan................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................30
LAMPIRAN...................................................................................................31
IV
DAFTAR GAMBAR
V
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menurut Rudjito (2003), pengertian UMKM atau usaha mikro, kecil
dan menengah adalah usaha yang punya peranan penting dalam
perekonomian Negara Indonesia, baik dari sisi lapangan kerja yang tercipta
maupun dari sisi jumlah usahanya.
Salah satu jenis dari UMKM tersebut adalah UMKM yang bergerak
dibidang pangan, khususnya UMKM kerupuk. Dimana UMKM kerupuk
tersebut biasanya membeli bahan mentah dari produsen kerupuk, yaitu
berupa kerupuk mentah yang kemudian akan dikeringkan lagi sebelum
digoreng. Proses pengeringan tersebut berfungsi agar hasil penggorengan
kerupuk menjadi mekar dan tidak bantat.
Umumnya, UMKM kerupuk, hanya melakukan proses pengeringan
secara manual saja, yaitu melalui proses penjemuran dengan panas sinar
matahari ataupun dengan menggunakan alat pemanggangan sederhana.
Namun, proses pengeringan tersebut akan memakan waktu yang cukup lama
(bisa itu1 jam atau bahkan ±1 hari ) dan sangat bergantung pada cuaca bila
menggunakan proses pengeringan memakai cahaya matahari. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa metode tersebut kurang efektif dari segi waktu.
Dengan adanya permasalahan tersebut, penulis menjadi termotivasi
untuk memberikan solusi melalui penelitian Rancang Bangun Rangka Alat
Pemanggang Kerupuk Otomatis Berbasis Arduino Uno Dengan Sensor
Thermocouple. Dengan dibuatnya alat ini, maka penulis mengharapkan
bahwa proses produksi dari UMKM kerupuk tersebut dapat menjadi lebih
efektif dari segi waktu dan tidak bergantung pada kondisi cuaca lagi.
5
6
8
9
tersebut meliputi :
1. Tumpuan rol
Tumpuan rol adalah jenis tumpuan yang mampu menahan gaya tekan
dengan arah tegak lurus terhadap bidang tumpuannya (secara vertical atau
sumbu Y ) Namun, tumpuan rol tidak dapat menahan gaya yang arahnya
sejajar dengan bidang tumpuannya (secara horizontal atau sumbu X) serta
tidak dapat menahan momen.
besi siku juga merupakan sifat mekanis penting. Kekuatan lentur menjelaskan
kemampuan besi siku untuk menahan beban yang diterapkan secara
melintang terhadap bidang siku, sedangkan kekerasan mengukur resistensi
besi siku terhadap penetrasi atau goresan..
Besi siku ukuran 30 x 30 x 2 mm memiliki kelebihan dan kekurangan
yang perlu dipertimbangkan, antara lain adalah :
Kelebihan:
1. Kekuatan structural : Besi siku memiliki kekuatan yang baik dalam
menahan beban tekan dan beban lentur,
2. Keamanan dan kestabilan : Besi siku memiliki bentuk segitiga yang
memberikan kestabilan tambahan dan meminimalkan kemungkinan
pergeseran atau deformasi saat diterapkan pada struktur.
Kekurangan:
1. Ketahanan terhadap korosi : Jika tidak dilindungi dengan lapisan
pelindung seperti pelapisan galvanis, besi siku akan rentan terhadap
korosi.
2. Berat : besi siku memiliki densitas yang relatif tinggi, sehingga
massanya lebih berat.
2.3.3. Plat Alumunium
Plat alumunium yang penulis pilih adalah plat alumunium dengan
ketebalan 1 mm. Plat aluminium dengan ketebalan 1 mm memiliki sejumlah
kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan, antara lain adalah :
Kelebihan :
1. Ringan : Plat aluminium memiliki densitas yang rendah, sehingga
sangat ringan dibandingkan dengan logam lainnya seperti baja. Hal ini
membuatnya cocok untuk diaplikasian di bagian pintu alat pemanggang
kerupuk otomatis.
2. Kekuatan tinggi : Meskipun ringan, plat aluminium memiliki kekuatan
yang cukup tinggi. Sehingga sangat cocok untuk diaplikasikan pada
bagian rangka yang memerlukan kombinasi kekuatan dan keringanan
dari suatu material.
15
Kelebihan :
1. Kekuatan dan stabilitas : Multiplek dengan ketebalan 6 mm memiliki
kekuatan yang baik untuk ukuran dan ketebalannya. Lapisan-lapisan
kayu yang saling melintang memberikan kekuatan tambahan dan
mencegah kemungkinan terjadinya deformasi permanen (patah).
2. Ketahanan terhadap perubahan suhu : Multiplek dengan ketebalan 6
mm memiliki ketahanan yang baik terhadap fluktuasi suhu dan
kelembaban. Struktur lapisan kayu yang saling melintang membantu
mengurangi kemungkinan perubahan dimensi dan distorsi akibat
perubahan suhum, sehingga multiplek sangat baik jika digunakan
sebagai lapisan isolator peredam panas.
Kekurangan :
1. Rentan terhadap air : Meskipun multiplek memiliki tingkat ketahanan
terhadap kelembaban yang baik, jika terkena air secara langsung dalam
jangka waktu yang lama, multiplek dapat mengalami kerusakan atau
pembengkakan.
2. Lapisan luar yang rapuh : Meskipun lapisan didalamnya cukup kokoh,
lapisan kulit luarnya cukup mudah terkelupas.
3. Drawing
Memungkinkan pembuatan gambar teknik 2d dari model 3d dengan
otomatisasi yang efisien menggunakan fitur-fitur drawing seperti anotasi
dan dimensi.
4. Simulasi dan analisis
Memungkinkan simulasi struktural untuk memeriksa kekuatan dan
kestabilan desain produk, serta simulasi dinamis untuk menguji gerakan
dan dinamika produk dalam berbagai kondisi beban.
2.4.2. Computer Aided Engineering
Computer-Aided Engineering (CAE) atau Rekayasa Berbantuan
Komputer adalah sebuah teknologi yang menggunakan perangkat lunak
komputer untuk melakukan simulasi, analisis, dan perencanaan dalam
berbagai bidang rekayasa. CAE memungkinkan pengguna untuk memprediksi
dan memahami perilaku dan kinerja suatu produk atau sistem sebelum dibuat
secara fisik.
23
ketika ujung elektroda melebur dan membentuk partikel yang terbawa oleh
arus busur listrik yang terjadi. Ketika arus listrik yang besar digunakan,
partikel logam cair yang dibawa menjadi halus
1. Elektroda dengan jenis oksida titan, juga dikenal sebagai rutil atau titania,
mengandung konsentrasi tinggi TiO2. Busur yang dihasilkan dari
elektroda yang dilapisi dengan fluks jenis ini memiliki kekuatan yang tidak
terlalu tinggi dan penetrasi yang dangkal, menghasilkan manik las yang
halus. Oleh karena itu, jenis ini sangat cocok untuk pengelasan plat baja
tipis.
2. Elektroda dengan jenis titania kapur, selain mengandung rutil, juga
mengandung kapur. Selain memiliki sifat-sifat seperti elektroda oksida
titan, jenis ini memiliki keunggulan lain yaitu kemampuan untuk
menghasilkan sifat mekanik yang baik. Meskipun penetrasi yang
dihasilkan masih dangkal, elektroda ini mampu menghasilkan manik las
yang cukup halus. Jenis ini cocok untuk hampir semua posisi pengelasan,
terutama posisi tegak dan posisi atas kepala.
3. Tipe ilmenit terletak di antara tipe oksida titan dan tipe oksida besi. Bahan
fluks utamanya adalah ilmenit atau FeTiO3. Busur yang dihasilkan cukup
kuat dan memberikan penetrasi yang cukup dalam. Terak yang terbentuk
memiliki tingkat fluiditas yang tinggi. Dengan sifat-sifat tersebut, jenis
elektroda ini dapat menghasilkan sambungan dengan sifat mekanik yang
tinggi. Karena fleksibilitasnya yang mencakup berbagai kegunaan,
elektroda yang dilapisi dengan jenis fluks ini dianggap serbaguna.
Menurut Wayan Ratnata dan Budijanto Slamet (Teknologi Pengelasan
Logam, 9), menyatakan bahwa huruf D dalam JIS (Tabel 2.10) dan huruf E
dalam ASTM (Tabel 2.11), keduanya berarti bahwa elektroda yang dimaksud
adalah elektroda terbungkus. dua angka yang pertama baik dalam JIS maupun
dalam ASTM menunjukkan kekuatan terendah dari logam las hanya saja
dalam JIS satuannya adalah (kg/mm2) sedangkan dalam ASTM satuannya
adalah (psi). Dua angka terakhir dalam kedua sistem standar tersebut
menunjukkan jenis fluks dan posisi pengelasan.
27
sambungan datar ini sudah banyak distandarkan dalam standar AWS, BS,
DIN, dll.
6. Sambungan sudut
Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusutan dalam arah tebal
pelat yang dapat menyebabkan terjadinya retak lamel. Hal ini dapat
dihindari dengan mambuat alur pada pelat tegak.
ganda hingga ulir tripel. Ulir disebut tunggal jika hanya ada satu jaluryang
meililit silinder dan disebut ganda atau tripel bila dada dua hingga tingga jalur
dalam satu silinder. Ulir juga dapat berupa ulir kanan dan ulir kiri, dimana
ulir kanan akan begerak maju bila diputar searah jarum jam dan ulir kiri akan
bergerak maju bila diputar berlawanan arah jarum jam.
Ulir dapat digolongkan menurut bentuk profil penampangnya, yaitu ulir
segitiga, ulir segi empat, ulir trapezium, ulir gigi gergaji, dan ulir bulat. Jenis
ulir yang paling sering dipakai umumnya adalah ulir kasar, yang mana sering
dijumpai pada mur dan baut.
Penggolongan ulir menurut kekuatannnya distandarkan dalam JIS,
sebagaimana dijelaskan pada table dibawah. Brdasarkan tabel tersebut, maka
penulis baut yang dipilih seitdaknya harus ada pada kelas 3.6 ukuran M6
dengan kekuatan tarik minimum 34 kg/mm^2 serta kekuatan tarik
maksimumnya 49 kg/mm^2 karena beban yang akan ditahan oleh sambungan
baut tersebut sebesar 15 kg dengan asumsi faktor keamananya yaitu 2.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
38