HALAMAN JUDUL
LAPORAN PERANCANGAN
OLEH :
FAJERIA AJERULLAH
NIM : 1902315020
PROGRAM KERJASAMA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA – PT SOLUSI BANGUN INDONESIA
JURUSAN TEKNIK MESIN – PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN
CILACAP, 2021
PERANCANGAN MESIN PENGUPAS SABUT KELAPA
Fajeria Ajerullah, Drs. Mochammad Sholeh, ST, MT.
fajeriaajerullah.eve15@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan utama dari pembuatan mesin pengupas sabut kelapa ini adalah untuk
meringankan pekerjaan dalam pengupasan sabut kelapa. Selain itu, dengan alat ini
diharapkan dapat mengpercepat proses pengupasan sabut kelapa dengan jumlah
yang kebih banyak dan dalam waktu yang singkat.
Hasil perancangan menghasilkan mesin pengupas sabut kelapa dengan
spesifikasi ukuran panjang 1363, lebar 698, dan tinggi 1405 mm. Kapasitas
produksi mesin pengupas sabut kelapa adalah 12 cm/detik. Sumber penggerak
mesin adalah gearmotor listrik 2 HP/1,5 kw dengan dengan ratio 1: 20. Sistem
transmisi menggunakan V-belt dengan poros penggerak berdiameter 30 mm.
Kontruksi rangka terbuat dari profil siku 40x40x4 mm dengan dan Casing
menggunakan plat stainless steel dengan tebal 2 mm.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah
dan rahmat-Nya laporan perancangan mesin pemeras jahe dapat diselesaikan.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
perancangan semester V Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin
Bidang Rekayasa Industri di Politeknik Negeri Jakarta.
Laporan ini juga dapat terselesaikan atas bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Drs. Mochammad Sholeh, ST, MT. selaku dosen mata kuliah perancangan
dan pembimbing dalam penyusunan laporan ini, sehingga penulis sangat terbantu
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa laporan perancangan tentang mesin pengupas sabut
kelapa ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun agar penyusunan laporan berikutnya
menjadi lebih baik. Penulis juga berharap dengan penyusunan laporan ini dapat
memberikan wawasan kepada para pembaca terkait tentang mesin pengupas sabut
kelapa.
Semoga laporan ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca dan
berguna untuk pembangunan ilmu di masa mendatang.
Penulis,
Fajeria Ajerullah
ii
DAFTAR ISI
iii
3.3.1 Konsep Design 1 ............................................................................. 27
3.3.2 Konsep Design 2 ............................................................................. 28
3.3.3 Konsep Design 3 ............................................................................. 30
3.4 Pemilihan design .................................................................................... 31
3.4.1 Consept Screening Matrix ............................................................... 31
3.4.2 Concept Scoring Matrix .................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN ANALISA ........................................................................ 33
4.1 Analisa dan Perhitungan ......................................................................... 33
4.1.1 Perencanaan Putaran ....................................................................... 33
4.1.2 Perencanaan torsi pengupasan......................................................... 34
4.1.3 Perencanaan Transmisi.................................................................... 34
4.1.4 Perencanaan Poros .......................................................................... 41
4.1.5 Perencanaan Pasak .......................................................................... 45
4.1.6 Perencanaan Spur Gear ................................................................... 46
4.1.7 Perencanaan Bantalan ..................................................................... 52
4.1.8 Perhitungan Rangka ........................................................................ 52
4.1.9 Perhitungan Las ............................................................................... 58
4.2 Pemilihan Jenis Sambungan ................................................................... 59
4.2.1 Pengelasan ....................................................................................... 59
4.2.2 Mur dan Baut .................................................................................. 59
4.3 Pemilihan Material ................................................................................. 60
4.3.1 Material Rangka .............................................................................. 60
4.3.2 Material Poros ................................................................................. 60
4.3.3 Material Roller Blade ...................................................................... 61
4.3.4 Material Casing Hopper dan Chute Outlet ...................................... 61
BAB V PENDAHULUAN ................................................................................... 62
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 62
5.2 Rekomendasi .......................................................................................... 62
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Consept Screening Matrix.................................................................... 32
Tabel 3. 2 Concept Scoring Matrix ....................................................................... 32
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia Negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang
melimpah. Khususnya bidang pertanian seperti perkebunan kelapa. Saat ini
komuditi pertanian Indonesia cukup dikenal dan permintaannya meningkat
dari berbagai negara sejalan dengan perkembangan teknologi (Nursyam,
2013). Menurut Winarno (2014) Kelapa Cocos nucifera merupakan salah satu
tanaman Perkebunan yang memiliki arti strategi bagi bangsa Indonesia. Pada
dasarnya tanaman kelapa tergolong salah satu jenis tanaman tahunan yang
paling bermanfaat karena mulai dari daunnya, daging buahnya, batang hingga
akarnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Karena manfaatnya yang
beraneka ragam Benzoon dan Valesco menamakan kelapa sebagai pohon
kehidupan (the tree of life).
Bagi masyarakat khususnya daerah pesisir kelapa dianggap sebagai
tumbuhan serbaguna karena tanaman kelapa dimanfaatkan dan digunakan
dengan baik untuk keperluan pangan maupun non pangan. Setiap bagian dari
tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari
karena kelapa mempunyai nilai ekonomi, sosial dan budaya yang cukup
tinggi (Jumiati, dkk,2013).
Pemanfaatan tanaman kelapa oleh etnis masyarakat secara tradisional
sangat penting karena akan menambah sumber nabati yang bermanfaat serta
dapat membantu pelestarian tanaman kelapa yang ada disekitar lingkungan
(Erawan, dkk, 2008).
Riau merupakan daerah penghasil kelapa terbesar di Indonesia pada 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi kelapa di provinsi tersebut
mencapai 387,9 ribu ton pada tahun lalu. Posisi selanjutnya ditempati oleh
Sulawesi Utara dengan produksi kelapa sebesar 262,9 ribu ton, Jawa Timur
250,7 ribu ton, Maluku Utara 207,8 ribu ton, Sulawesi Tengah 191,8 ribu ton.
Menurut Kementerian Pertanian, estimasi luas areal perkebunan kelapa di
Riau sebesar 418.270 hektare pada 2020. Daerah penghasil kelapa terbesar di
Riau terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir yang berbatasan dengan provinsi
Jambi. Kabupaten ini menjadi satu-satunya di Indonesia yang menerapkan
usaha tani kelapa hibrida Pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sebagai usaha
peningkatan produksi, pendapatan, dan kesejahteraan rakyat.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan
masalah yang harus diselesaikan adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
1. Menentukan alternative design alat pengupas sabut kelapa yang tepat
sesuai dengan kebutuhan industrial kecil skala menengah ke bawah.
2. Mengetahui cara kerja dari mesin pengupas sabut kelapa.
3. Mampu menghitung gaya dan daya pada mesin pengupas sabut kelapa.
4. Menentukan metode fabrikasi yang digunakan dalam pembuatan mesin
pengupas sabut kelapa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa
Menurut Rukmana dan Yudirachman (2016), Taksonomi tanaman
kelapa diklasifikasikan kedalam Kingdom (Plantae), Subkingdom
(Tracheobionta), Super Divisi (Spermatophyta), Kelas (Liliopsida), Sub
Kelas (Arecidae), Ordo (Palmales), Famili (Palmae), Genus (Cocos) dan
dengan nama Spesies (Cocos nucifera L).
a. Varietas Dalam
3
per tahun. Buah yang dihasilkan dapat berwarna hijau, coklat,
merah, dan lain-lain, dengan ukuran yang besar (2 kg- 2,5kg), daging
buah 0,5 kg, dan air 0,5 liter. Setiap butir buah dapat menghasilkan
kopra sekitar 200 g300 g dan minyak sekitar 132 g. Ukuran batang
tanaman kelapa cukup tinggi sekitar 30-35 m, tumbuh lurus keatas
seperti tiang, dan agak membesar pada pangkalnya. Tanaman kelapa
yang termasuk golongan kelapa dalam (tall coconut) misalnya
kelapa hijau (C, veridis), kelapa merah (C, rubesoens), kelapa bali
(macrocarya), kelapa manis (sakarina), kelapa nias.
b. Varietas Genjah
c. Varietas Hibrida
4
dimiliki kelapa hibrida adalah: Lebih cepat berbuah, sekitar 3-4
tahun setelah tanam, Produksi kopra tinggi, sekitar 6-7 ton/ha/ tahun
pada umur 10 tahun, Produktivitas Sekitar 140 tahun/pohon/tahun,
Daging tebal, keras dan kandungan minyak tinggi, Produktifitas
tandan buah sekitar 12 tandan yang berisi 10-20 butir buah kelapa.
Tebal daging buah sekitar 1,5 cm. Menurut Rukmana dan
Yudirachman (2016) dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua
bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Manfaat tanaman kelapa berdasarkan kegunaan nya
yaitu.
1. Daun Kelapa
2. Bunga Kelapa
3. Buah
5
berbeda-beda, seperti hijau, kuning, maupun coklat. Buah kelapa
kaya akan vitamin, mineral dan anti oksidan. Buah kelapa
dimanfaatkan daging buahnya dan air kelapanya.
4. Sabut
5. Tempurung kelapa
7. Air kelapa
6
sebagai pembuatan minuman, jelly, alkohol, cuka, dan nata de coco.
Indonesia, air kelapa dimanfaatkan sebagai minuman, gula merah
dan media pembuatan nata de coco.
8. Batang
9. Akar
7
seporos dengan Puli 2. Meski terkesan memiliki fungsi yang sederhana
namun mesin ini berperan cukup besar dalam proses pemerasan jahe. Mesin
pemeras jahe ini terdapat beberapa bagian utama seperti; motor penggerak,
poros, casing, sistem transmisi, screw press dan penyaring.
1. Berat
a. Menyatakan besarnya gaya tarik gravitasi bumi yang bekerja
pada suatu benda
b. Besarnya berubah-ubah sesuai kedudukannya (tergantung
pada percepatan gravitasi di tempat tersebut). Semakin jauh
dari pusat bumi berat suatu benda semakin berkurang.
Demikian juga berat benda di kutub akan lebih besar
dibandingkan berat benda di khatulistiwa.
c. Termasuk besaran vektor (besaran yang memiliki besar dan
arah)
d. Satuan dalam internasional (SI) adalah newton
e. Diukur dengan menggunakan neraca pegas (dinamometer).
2. Massa
a. Menyatakan banyaknya materi yang terkandung pada suatu
benda.
8
b. Besarnya di mana-mana tetap
c. Termasuk besaran skalar (besaran yang hanya memiliki besar
saja, tidak memperhitungkan arah)
d. Satuan dalam internasional (SI) adalah kilogram
e. Diukur dengan menggunakan neraca Ohauss.
W = m.g atau m = W / g
𝜌 = 𝑚/𝑣
Keterangan :
9
2.3.3 Hukum Newton
Hukun Newton menghubungkan percepatan sebuah benda
dengan massanya dan gaya-gaya yang bekerja padanya. Ada tiga
hukum Newton tentang gerak, yaitu Hukum I Newton, Hukum II
Newton, dan Hukum III Newton.
• Hukum Newton 1
Bunyinya “Sebuah benda tetap pada keadaan awalnya yang
diam atau bergerak dengan kecepatan tetap kecuali ia dipengaruhi
oleh suatu gaya tidak seimbang atau gaya eksternal neto (Gaya neto
= gaya resultan)”.
10
gaya yang bekerja (misal gaya pegas, gaya tarik gravitasi, gaya
listrik, dll).
• Hukum Newton 2
Bunyinya “Percepatan sebuah benda berbanding terbalik
dengan massanya dan sebanding dengan gaya eksternal neto yang
bekerja padanya”.
• Hukum Newton 3
Setiap gaya mekanik selalu muncul berpasangan sebagai
akibat saling tindak antara dua benda. Bila benda A dikenai gaya
oleh gaya B, maka benda B akan dikenai gaya oleh benda A.
Pasangan gaya ini dikenal sebagai pasangan aksi-reaksi. Setiap
gaya mekanik selalu muncul berpasangan, yang satu disebut aksi
dan yang lain disebut reaksi, sedemikian rupa sehingga aksi = -
reaksi. Yang mana disebut aksi dan yang mana yang disebut reaksi
tidaklah penting, yang penting kedua-duanya ada.
Sifat pasangan gaya aksi-reaksi adalah sebagai berikut :
a. Sama besar;
b. Arahnya berlawanan, dan;
c. Bekerja pada benda yang berlainan
d. Terletak pada satu garis lurus (merupakan sifat tambahan).
11
Gambar 2. 3 pasang gaya aksi-reaksi
2.3.4 Gaya
Ini merupakan faktor penting dalam bidang ilmu Teknik, yang
dapat didefinisikan sebagai agen, yang memproduksi atau cenderung
menghasilkan, menghancurkan atau cenderung merusak gerak.
Menurut Hukum Kedua Newton Motion, gaya yang diterapkan atau
kekuatan terkesan langsung sebanding dengan laju perubahan
momentum.
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡𝑢𝑚 = 𝑚𝑣 − 𝑚𝑢
-a: percepatan
12
percepatan 1 m/s2 di arah di mana ia bertindak. Demikian : 1N = 1kg ×
1m /s2 = 1kg-m/s2
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑔𝑎𝑦𝑎 = 𝐹 × 𝑙
l = tegak lurus jarak titik dan garis aksi gaya (F) seperti ditunjukkan.
2.3.7 Tegangan
Ketika beberapa sistem eksternal dari kekuatan atau beban
bertindak pada tubuh, kekuatan internal (sama dan berlawanan)
ditetapkan di berbagai bagian tubuh, yang menahan kekuatan eksternal.
13
internal ini gaya per satuan luas pada setiap bagian dari tubuh dikenal
sebagai satuan stres atau hanya stres. Hal ini dilambangkan oleh surat
sigma Yunani (σ). Secara Matematis :
Stres : 𝜎 = 𝑃⁄𝐴
Dimana :
• Tegangan Geser
Tegangan geser merupakan tegangan yang bekerja sejajar atau
menyinggung permukaan. Perjanjian tanda untuk tegangan geser
sebagai berikut: Tegangan geser yang bekerja pada permukaan
positif suatu elemen adalah positif apabila bekerja dalam arah
positif dari salah satu sumbu-sumbu positif dan negatif apabila
bekerja dalam arah negatif dari sumbu-sumbu. Tegangan geser
yang bekerja pada permukaan negatif suatu elemen adalah positif
apabila bekerja dalam arah negatif sumbu dan negatif apabila
bekerja dalam arah positif.
Sifat-sifat suatu bahan dalam keadaan geser dapat ditentukan
secara eksperimental dari uji-uji geser langsung (direct shear) atau
puntiran (torsion). Uji-uji yang kemudian dilakukan dengan
memuntir pipa-pipa berongga, sehingga menghasilkan suatu
keadaan geser murni.
14
Sebagai suatu contoh dapat dilihat pada sambungan baut.
Tegangan geser pada baut diciptakan olah aksi langsung dari gaya-
gaya yang mencoba mengiris bahan. Tegangan geser dapat
diperoleh dengan membagi gaya geser terhadap luas.
𝜎 = 𝐹⁄𝐴
Dimana,
F = Gaya geser (N)
A = luas bidang geser (mm)
• Tegangan Bengkok
Tegangan bengkok adalah besar tegangan di sebarang titik di
ketinggian y terhadap garis netral.
𝑀. 𝑦
𝑓𝑏 =
𝐼𝑋
Dimana :
M = momen lentur penampang
y = jarak tegak lurus garis netral ke titik/serat yang ditinjau.
Ix = momen inersia terhadap arah momen yang berlaku
• Tegangan Puntir
Tegangan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan
batang-batang torsi pada mobil, juga saat melakukan pengeboran.
Jadi, merupakan tegangan trangensial.
Rumus:
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑢𝑛𝑡𝑖𝑟/𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖(𝑇)
𝜏𝑝𝑡 =
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑛𝑡𝑖𝑟(𝑊𝑝𝑡 )
15
Gambar 2. 6 Tegangan Puntir
• Tegangan Kombinasi
Tegangan kombinasi adalah bila pada suatu batang menerima
atau menahan dua jenis tegangan. Tegangan yg diterima pada
16
batang yg sama berupa kombinasi antara tegangan normal dengan
tegangan tangensial.
2.3.8 Bending
Dalam praktek teknik, bagian-bagian mesin dari struktur dapat
dikenakan beban statis atau dinamis yang menyebabkan tegangan
tekuk di bagian tersebut selain jenis tegangan lain seperti tegangan
tarik, tekan dan geser.
𝑀 𝜎 𝐸
= =
𝐼 𝑦 𝑟
Dimana :
M = Bending moment
σ = Bending Stress
17
I = Momen inersia penampang pada sumbu netral
y = Jarak dari sumbu netral ke serat ekstrim,
E = modulus Young dari bahan balok, dan
R = Radius kelengkungan balok
2.3.9 Torsi
Ketika bagian mesin dikenai aksi dua pasangan yang sama dan
berlawanan yang bekerja dalam bidang paralel (atau torsi atau momen
puntir), anggota mesin tersebut dikatakan mengalami torsi. Tegangan
yang dibuat oleh torsi dikenal sebagai tegangan geser torsi. Ini adalah
nol pada sumbu sentroidal dan maksimum di permukaan luar.
18
Sebagai hasil dari torsi ini, setiap penampang batang mengalami
tegangan geser torsi. Kita telah membahas di atas bahwa tegangan geser
torsi adalah nol pada sumbu sentroidal dan maksimum pada permukaan
luar. Tegangan geser torsi maksimum pada permukaan luar poros dapat
diperoleh dari persamaan berikut:
𝜏 𝑇 𝐶. 𝜃
= = (𝑖)
𝑟 𝐽 𝐼
Dimana :
r = Radius poros,
19
Catatan: Karena tegangan geser torsi pada setiap penampang normal
terhadap sumbu berbanding lurus dengan jarak dari pusat sumbu, maka
tegangan geser torsi pada jarak x dari pusat poros dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
𝜏𝑥 𝜏
=
𝑥 𝑟
𝑇 𝜏 𝐽
= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇=𝜏×
𝐽 𝑟 𝑟
Untuk solid shaft dengan diameter (d), polar momen inertia ditentukan
dengan persamaan berikut :
𝐽 = 𝐼𝑥𝑥 + 𝐼𝑦𝑦
𝜋 𝜋
= × 𝑑4 + × 𝑑4
64 64
𝜋
= × 𝑑4
32
𝜋 2
𝑇=𝜏× × 𝑑4 ×
32 𝑑
𝜋
= × 𝜏 × 𝑑3
16
2𝜋𝑁
𝑃=
60
= 𝑇. 𝜔
Dimana :
T = Torsi (Nm)
20
ω = Kecepatan sudut (rad/s)
2.3.10 Buckling
Buckling merupakan suatu jenis dari kegagalan struktur yang
terjadi pada struktur kolom atau juga berbentuk tiang. Hal ini terjadi
akibat pembebanan secara aksial pada struktur tersebut, jika suatu
tiang yang tipis diberi tekanan maka tiang tersebut akan
membengkok dan terdeteksi secara lateral sehingga dapat dikatakan
struktur tersebut mengalami Buckling. Dengan bertambahnya beban
aksial pada struktur kolom maka defleksi lateral juga akan
bertambah dan pada akhirnya kolom akan benar-benar terdeformasi
plastis.
21
Macam-macam bukling antara lain :
22
• λ> λO berlaku EULER
• 30<λ< λO TETMAYER
• Kurang dari 30 Tekan murni
23
b. Milling
Milling dilakukan untuk pembuatan bagian siku dan
rata, pembuatan radius pada joint atas dan bawah, perataan dan
pengsikuan support dll. Metode ini digunakan karena factor
kecocokan pengerjaan (effektife dan Effisien). Metode ini juga
mudah untuk dilakukan.
c. Pembubutan
Membubut adalah proses pembuatan benda kerja yang
umumnya berbentuk silinder. Dalam proses pembuatan mesin
penanam padi, pembubutan dibutuhkan untuk pembuatan
poros penggerak, pembuatan pulley dan juga untuk melakukan
pembuatan lubang yang memiliki toleransi khusus.
d. Pengelasan
Mengelas adalah menyambung dua bagian logam
dengan cara memanaskan sampai suhu lebur dengan memakai
bahan pengisi atau tanpa bahan pengisi. Sistem sambungan las
ini termasuk jenis sambungan tetap dimana pada konstruksi
dan alat permesinan, sambungan las ini sangat banyak
digunakan. Pemilihan welding proses didasarkan pada proses
yang mudah dilakukan, waktu yang cepat, dan hasil yang kuat.
Sehingga penggunaan metode ini sangatlah diperuntukan.
24
BAB III
METODOLOGI
25
3.2 Uraian Proses Kebutuhan
3.2.1 Analisa Kebutuhan
Kebutuhan alat yang dibutuhkan oleh konsumen antara lain:
1. Alat mudah digunakan untuk mengupas sabut kelapa
2. Proses pengupasan sabut kelapa lebih cepat
3. Hasil pengupasan lebih bersih
4. Tidak mengeluarkan banyak tenaga untuk mengoperasikanya
5. Aman digunakan
6. Mudah dalam perawatan
7. Awet atau dapat digunakan dalam waktu yang lama
8. Efisien dan sangat Efektif dalam penggunaannya.
26
6. Mampu meningkatkan kapasitas hasil produksi.
7. Mempunyai ukuran dan bentuk yang sesuai dengan ruang industri
yang kecil serta mudah dipindah tempatkan.
BLADE
ROLLER
FRAME
CHAIN
SPROCKET
MOTOR
GEARBOX
V-BELT
PULLEY
A. Uraian Komponen
1. Casing : berfungsi untuk menutup proses pengupasan.
2. Frame : sebagai penopang utama seluruh komponen mesin.
3. Corong keluar : sebagai jalur keluar hasil pengupasan.
4. Roller : berfungsi sebagai tempat dudukan blade dan sekaligus
media pengupas.
5. Blade : berfungsi sebagai pisau pengupas dan terletak pada
roller.
6. Bearing : berfungsi sebagai tempat roller berputar pada
porosnya.
7. Speed reducer : menerima transmisi daya dari motor drive dan
mereduce transmisi daya yang diberikan oleh motor drive kearah
sprocket.
8. Spur Gear: Berfungsi menggerakkan roller yang akan berputar
berlawan arah.
27
9. V-belt :media yang menyalurkan daya motor kearah speed
reducer.
10. Chain : media yang menyalurkan transmisi daya dari speed
reducer kearah roller.
11. Sprocket : mentransmisikan gaya putar antara dua poros.
12. Pulley Motor : Menempel pada poros motor dan berfungsi
sebagai penerus gerak rotasi/transmisi daya.
B. Cara kerja Mesin
1. Saat motor dinyalakan, putaran akan diteruskan ke dua buah
roller blade melalui pulley V-belt, Speed Rudecer, Chain dan
Sprocket.
2. Kelapa yang akan dikupas diletakkan ditengah-tengah kedua
buah roller blade.
3. Kemudian Roller Blade akan berputar untuk mengupas sabut
kelapa hingga bersih.
4. Blade yang terletak pada roller disusun sedemikian rupa agar
dapat mengupas sabut kelapa.
5. Pada mesin terdapat Casing yang berfungsi untuk melindungi
Kelapa agar tidak terhempas keluar pada saat beroperasi dan
sebagai safety agar badan operator tidak terkena roller blade atau
tertarik olehnya.
6. Sabut kelapa yang telah terkupas dari kelapa akan keluar melalui
corong keluar.
Gambar 3. 3 Konsep 2
28
A. Uraian Komponen
1. Casing : berfungsi untuk menutup proses pengupasan.
2. Frame : sebagai penopang utama seluruh komponen mesin.
3. Corong keluar : sebagai jalur keluar hasil pengupasan.
4. Handle : berfungsi sebagai memposisikan kelapa pas ditengah
dua buah roller pada saat pengupasan sabut kelapa.
5. Roller : berfungsi sebagai tempat dudukan blade dan sekaligus
media pengupas.
6. Blade : berfungsi sebagai pisau pengupas dan terletak pada
roller.
7. Bearing : berfungsi sebagai tempat roller berputar pada
porosnya.
8. Gear : Berfungsi menggerakkan roller yang akan berputar
berlawan arah.
9. V-belt :media yang menyalurkan daya motor kearah speed
reducer.
10. Pulley Motor : Menempel pada poros motor dan berfungsi
sebagai penerus gerak rotasi/transmisi daya.
29
3.3.3 Konsep Design 3
Gambar 3. 4 Konsep 3
A. Uraian Komponen
1. Casing : berfungsi untuk menutup proses pengupasan.
2. Frame : sebagai penopang utama seluruh komponen mesin.
3. Corong keluar : sebagai jalur keluar hasil pengupasan.
4. Handle : berfungsi sebagai memposisikan kelapa pas ditengah
dua buah roller pada saat pengupasan sabut kelapa.
5. Roller : berfungsi sebagai tempat dudukan blade dan sekaligus
media pengupas.
6. Blade : berfungsi sebagai pisau pengupas dan terletak pada
roller.
7. Bearing : berfungsi sebagai tempat roller berputar pada
porosnya.
8. Gear : Berfungsi menggerakkan roller yang akan berputar
berlawan arah.
9. V-belt :media yang menyalurkan daya motor kearah speed
reducer.
10. Pulley Motor : Menempel pada poros motor dan berfungsi
sebagai penerus gerak rotasi/transmisi daya.
30
B. Cara Kerja Mesin
1. Pada saat motor dinyalakan, putaran dari motor akan diteruskan
ke dua buah roller blade melalui Chain dan Sprocket yang
terhubung pada motor drive dan juga salah satu roller.
2. Kelapa yang akan dikupas diletakkan ditengah-tengah kedua
buah roller blade, dan diposisikan menggunakan handle.
3. Kemudian Roller Blade akan berputar dengan berlawanan arah
untuk mengupas sabut kelapa hingga bersih.
4. Blade yang terletak pada roller disusun sedemikian rupa agar
dapat mengupas sabut kelapa.
5. Lalu sabut kelapa yang telah terkupas dari kelapa akan keluar
dengan sendirinya melalui corong keluar tanpa harus ditarik
keluar oleh operator.
6. Pada mesin juga terdapat Casing yang berfungsi untuk
melindungi Kelapa agar tidak terhempas keluar pada saat
beroperasi dan juga berfumgsi sebagai safety agar badan
operator tidak terkena roller blade atau tertarik roller blade pada
saat mesin bekerja.
3.4 Pemilihan design
Pemilihan Desain dilakukan dengan menggunakan metode concept
sceening matrix dan Concept Scoring Matrix sebagai berikut :
31
Tabel 3. 1 Consept Screening Matrix
32
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
Dan dikarenakan pada satu buah roller memiliki 4 buah mata pisau maka,
21
= 5,25 ≈ 6 kali putaran
4
6 𝑥 12 𝑐𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
n= 62,8 𝑐𝑚
n = 1,146 putaran/detik
n = 1,146 putaran/detik x 60 detik
n = 68,76 putaran/menit ≈ 70 putaran/menit
33
4.1.2 Perencanaan torsi pengupasan
Dari beberpa sumber jurnal, gaya atau torsi untuk mengupas sabut
kelapa adalah sebesar 22,1 kg maka,
22,1 kg x 9,8 m/s2 = 216,58 N
Beban atau gaya kupas (F) = 216,58 N
½ diameter roller (r) = 76.2 mm → 0,0762 m
Jumlah pisau pengupas =8
Torsi yang bekerja pada saat pengupasan
T=Fxrx8
T = 216,58 x 0,0762 x 8
T = 132 Nm
34
Gambar 4. 2 torsi yang terjadi
Direncanakan :
n2 = 70 rpm
P=Tx𝜔
𝑇 𝑥 2𝜋 𝑥 𝑛
P= 60
132 𝑁𝑚 𝑥 2𝜋 𝑥 70
P= 60
P = 967,12 watt
P = 0,96712 kw
𝑃𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠
Poutput = η v belt
35
0,,96712
Poutput = 0.9
Poutput = 1,07 kw
1,07
Pinput = 0,8
Pinput = 1,3375 kw
𝑃𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
Pmotor = η v belt
1,33
Pmotor = 0,9
Pmotor = 1,5 kw
• Daya : 2 Hp/1,5 kw
• Putaran : variable up to 1400 rpm ratio 1:20 (sudah memenuhi rpm
yang dibutuhkan yaitu 70 rpm).
36
Tabel 4. 2 Dimensi standard V-grooved Pulley menurut IS 2974-1974
P : 1,5 kw
d1 : 0,075 m
d2 : 0,150 m
x : 0,5 m
37
Massa belt per meter = 1,06 N / 9,8 m/s2
= 0,1 kg/m
38
𝑇𝑐 = 3,02 𝑁
d. Maximum tension
Tegangan tarik belt yang diizinkan adalah 2,0 Mpa / 2,0 N/mm2
(bahanV belt yang direncanakan adalah campuran rubber, fabric,
cords).
39
f. Tegangan pada sisi kendur belt
Koefisien gesek = 0,3
2𝛽 = 32°, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝛽 = 16°
𝑇1
2,3 log ( ) = 𝜇. 𝜃 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐𝛽
𝑇2
𝑇1
2,3 log ( ) = 0,3 . 3,02 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐16°
𝑇2
𝑇1
2,3 log ( ) = 0,3 . 3,02 . 3,63
𝑇2
𝑇1
2,3 log ( ) = 3,29
𝑇2
𝑇1 3,29
log ( ) =
𝑇2 2,3
𝑇1
log ( ) = 1,43
𝑇2
𝑇1
( ) = 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 1,43
𝑇2
𝑇1
( ) = 26,91
𝑇2
168,18
𝑇2 =
26,91
𝑇2 = 6,25 𝑁
g. Jumlah v-belt yang dipakai
Daya yang di transmisikan oleh 1 sabuk V belt adalah
= (𝑇1 − 𝑇2)𝑣
= (168,18 − 6,25)5,497
= 890,130 𝑤𝑎𝑡𝑡 = 0,890𝑘𝑤
Jumlah v-belt
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑
=
𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑙𝑡
1,5 𝑘𝑤
=
0,890 𝑘𝑤
= 1,68
Jadi, V-belt yang dipakai adalah 2 V-belt.
40
Tabel 4. 5 Dimensi standard pitch length V-belt menurut IS 2974-1974
T = T1 + T2
T = 168,18 N + 6.25 N
T = 174,43 N
41
Gaya kupas roller = 216,58 N
a. Total gaya F1
F1 = Gaya potong roller – Berat roller
F1 = 216,58 N − 58,8 N
F1 = 157,78 N ( keatas )
b. Total gaya F2
F2 = Jumlah Pulley ( Gaya tarik pulley + Berat Pulley )
F2 = 2 ( 174,43 N + 0,9 kg x m/s2 )
F2 = 2 x 183,259
F2 = 366,518 ( kebawah )
c. Pembebanan poros
Jenis beban yang ada pada poros adalah beban kombinasi punter
dan bengkok.
1. Beban roller pengupas
Massa roller pengupas = 6 kg
𝐹 = 6 × 9,8 = 58,8𝑁
2. Beban Pulley
42
58,8N 31,36N
A
C B D
300 300 50
• Reaksi Tumpuan
ΣMA = 0
58,8 × 300 + 31,36 × 650 − 𝑅𝐵 × 600 = 0
17640 + 20384 = 600𝑅𝐵
30024
𝑅𝐵 =
600
𝑅𝐵 = 63,37 𝑁
Berdasarkan equilibrium poros, maka didapat:
58,8 𝑁 + 31,36 𝑁 = 𝑅𝐴 + 𝑅𝐵
58,8 𝑁 + 31,36 𝑁 = 𝑅𝐴 + 63,37 N
𝑅𝐴 = 26,79 𝑁
• Momen-momen bending
𝑀𝐶 = 𝑅𝐴 × 50
𝑀𝐶 = 26,79 𝑁 × 300 𝑚𝑚
𝑀𝐶 = 8037 𝑁𝑚𝑚
𝑀𝐷 = 31,36 × 50
𝑀𝐷 = 1568 𝑁𝑚𝑚
43
• Tegangan geser yang diizinkan
𝜎𝑏
𝜏=
𝑣
646 𝑁/𝑚𝑚,
𝜏=
8
𝜏 = 80,75
Te = √9843496 + 39204000000
Te = √39213834496
Te = 198024,85
• Moment punter equivalent
𝜋
Te = 16 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑 3
𝜋
198024,85 = 𝑥 80,75 𝑥 𝑑 3
16
198024,75 = 15,85 x d3
198024,85
d3 = 15,85
d3 = 12493,68
d = 29,2 mm
44
4.1.5 Perencanaan Pasak
𝐹 = 1389,574 𝑘𝑔
d. Penampang pasak
Berdasarkan tabel di atas dengan diameter poros 30 mm, didapat
penampang pasak 8 x 7 (mm).
Diketahui:
Material Poros : stainlees steel 304
𝜎B : 646 N/mm2 = 65,874 kg/mm2
Material pasak : Stainless Steel 201
𝜎b : 580 N/mm2 = 58,1435 kg/mm2
Safety Factor (Sf) :4
45
Tegangan tekan maksimum
𝜎𝐵
𝜏𝑚𝑎𝑥 =
2 × 𝑠𝑓
65,874 𝑘𝑔
𝜏𝑚𝑎𝑥 = = 8,234 ⁄𝑚𝑚2
2×4
Tegangan geser pasak yang diizinkan
𝜎𝑏
𝜏𝑘𝑎 =
2 × 𝑠𝑓
58,1435 𝑘𝑔
𝜏𝑘𝑎 = = 7,268 ⁄𝑚𝑚2
2×4
Menghitung panjang minimum pasak dengan menggunakan dasar
tegangan geser.
𝑑
𝑇 = 𝑙 × 𝑤 × 𝜏𝑘 ×
2
𝑘𝑔⁄ 30
34250.839 kgmm = 𝑙 × 8 × 7,268 𝑚𝑚2 × 2
𝑙 = 39,271𝑚𝑚
Menghitung panjang minimum pasak dengan menggunakan dasar
tegangan tekan.
ℎ 𝑑
𝑇=𝑙× × 𝜏𝑚𝑎𝑥 ×
2 2
7 30
34250.839 = 𝑙 × × 8,234 ×
2 2
𝑙 = 79,232 𝑚𝑚
46
• Perbandingan putaran (i)
𝑛1 𝑧2
𝑖= =
𝑛2 𝑧1
𝑛1 𝑧2
= =𝑖
𝑛2 𝑧1
𝑧2 25
𝑖= = =1
𝑧1 25
𝑖 > 𝑙 = 𝑅𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
2 .(155)
𝑑1 = 1 +1
𝑑1 = 155
2𝑎
- 𝑑2 = (1+𝑖)
2 . (155)
𝑑2 =
1 +1
𝑑2 = 141,6
- 𝑑1 = 𝑑2
𝑑1
𝑚=
𝑧1
155
𝑚=
25
𝑚 = 6,2
• Jarak sumbu poros
𝑚 (𝑧1 + 𝑧2)
𝑎=
2
6,2 (25 + 25)
𝑎=
2
𝑎 = 155𝑚𝑚
47
• Diameter jarak bagi sebenernya
• Untuk diameter pinion :
𝑑01 = 𝑚 𝑥 𝑧1
𝑑01 = 6,2 𝑥 25
𝑑01 = 155 𝑚𝑚
• Untuk diameter roda gigi
𝑑02 = 𝑚 𝑥 𝑧2
𝑑02 = 46,2 𝑥 25
𝑑02 = 155 𝑚𝑚
• Diameter kepala (Dk)
• Untuk diameter kepala pinion :
𝐷𝑘1 = ( 𝑧1 + 2)𝑚
𝐷𝑘1 = (25 + 2)6,2
𝐷𝑘1 = 167,4 𝑚𝑚
• Untuk diameter kepala roda gigi :
𝐷𝑘02 = (𝑧2 + 2)𝑚
𝐷𝑘02 = (25 + 2)6,2
𝐷𝑘02 = 164,4 𝑚𝑚
• Diamter kaki
𝐶𝑘 = 0,25 𝑥 𝑚
𝐶𝑘 = 0,25 𝑥 6,2
𝐶𝑘 = 1,55
- Untuk diameter kaki pinion :
𝑑𝑓1 = (𝑧1 − 2)𝑚 − 2𝐶𝑘
𝑑𝑓1 = (25 − 2)6,2 − 2 𝑥 1,55
𝑑𝑓1 = 139,46 𝑚𝑚
- Untuk diameter kaki roda gigi :
𝑑𝑓2 = (𝑧2 − 2)𝑚 − 2𝐶𝑘
𝑑𝑓2 = (25 − 2)6,2 − 2 𝑥 1,55
𝑑𝑓2 = 139,46 𝑚𝑚
• Tinggi roda gigi
• Tinggi gigi pada roda gigi :
48
𝐻 = 2𝑚 + 𝐶𝑘
𝐻 = 2 𝑥 6,2 + 1,55
𝐻 = 13,95 𝑚𝑚
• Tinggi kepala (ha)
ℎ𝑘 = 𝑘 𝑥 𝑚
ℎ𝑘 = 1 𝑥 6,2
ℎ𝑎 = 6,2 𝑚𝑚
• Tinggi kaki roda gigi (hf)
ℎ𝑓 = 𝑘 𝑥 𝑚 𝑥 𝐶𝑘
ℎ𝑓 = 1 𝑥 6,2 𝑥 1,55
ℎ𝑓 = 9,61 𝑚𝑚
49
𝜋 𝑥 155 𝑥 70
𝑉=
60 𝑥 1000
𝑉 = 0,562 𝑚/𝑠
Maka :
3
𝑓𝑣 =
3+𝑉
3
𝑓𝑣 =
3 + 0,562
𝑓𝑣 = 0,8842
50
• Beban lentur yang diizinkan (F`b)
𝐹`𝑏1 = 𝜎𝑎 𝑥 𝑚 𝑥 𝑦1 𝑥 𝑓𝑣
𝐹`𝑏1 = 42.5 𝑥 6,2 𝑥 0,339 𝑥 0,8842
𝐹`𝑏1 = 78,98 𝑘𝑔𝑓.
Untuk nilai F`b1 sama dengan F`b2
𝐹`𝑏1 = 𝐹`𝑏2
51
4.1.7 Perencanaan Bantalan
Untuk menopang poros, direncanakan menggunakan pillow block
bearing, dengan tipe single row deep groove, dipilih diameter dalam
bearing 30 mm SY 30 TF SKF UCP 206 disesuaikan dengan diameter
poros.
Dimensi:
Tebal plat = 2 mm
Mencari luas
▪ Plat persegi panjang
Panjang= 750 mm
Lebar = 500 mm
Luas = jumlah x panjang x lebar
Luas = 2 x 750 x 500 = 750000 mm2
▪ Luas bagian samping kiri dan kanan
150
200
100
500
52
𝐿 = 90000𝑚𝑚2
Luas bagian sisi kiri dan kanan casing hopper = 90000 mm2
Plat yang digunakan yaitu stainless steel dengan massa jenis 8000
kg/m3 dan tebal 2mm.
• Saluran Outlet
▪ Outlet sabut kelapa
53
▪ Outlet sabut kelapa I
1
𝐿1 = 2 × × 420 × 423 = 177660 𝑚𝑚2
2
𝐿2 = 516 × 423 = 218268 𝑚𝑚2
𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 395928 𝑚𝑚2
▪ Outlet sabut kelapa II
1
𝐿1 = 2 × × 230 × 429 = 98670 𝑚𝑚2
2
𝐿2 = 516 × 230 = 118680 𝑚𝑚2
𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 217350 𝑚𝑚2
Plat yang digunakan yaitu stainless steel dengan massa jenis 8000
kg/m3 dan tebal 2mm.
𝒎 = 𝟏𝟒, 𝟓𝟓 𝒌𝒈
54
• Massa roller blade = 6 kg
• Massa poros
Diameter poros = 30 mm
Panjang poros A = 871 mm
Panjang poros B = 777 mm
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝐴 = 𝜋𝑟 2 𝑝
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝐴 = 𝜋152 × 871 = 615361,5 𝑚𝑚3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝐵 = 𝜋𝑟 2 𝑝
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝐵 = 𝜋152 × 777 = 548950,5 𝑚𝑚3
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝐴 + 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 = 615361,5 + 548950,5
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 = 1164312 mm3
Poros terbuat dari bahan stainless steel 304 dengan massa jenis 8000
kg/m3.
10−6 𝑘𝑔
𝑚 = 8× × 1164312 𝑚𝑚3
𝑚𝑚3
𝒎 = 𝟗, 𝟑𝟏 𝒌𝒈
Jadi total massa yang membebani rangka bawah mesin adalah 97 kg.
55
B. Perencanaan Rangka
• Buckling pada tiang utama
Material = 40 × 40 × 4𝑚𝑚
Panjang (L) = 800 𝑚𝑚
Modulus Elastisitas (E) = 200.000 𝑁⁄𝑚𝑚2
56
Gambar 4. 6 Berbagai kasus pembebanan pada buckling
𝑙𝑏𝑢 = 2 × 𝑙
𝑙𝑏𝑢 = 2 × 800
𝑙𝑏𝑢 = 1600
𝜋 2 . 𝐸. 𝐼
𝐹𝑏𝑢 𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤 =
𝑙2. 𝑣
𝜋 2 . 200000 𝑁⁄𝑚𝑚2 . 44700𝑚𝑚4
𝐹𝑏𝑢 𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤 =
16002 𝑚𝑚2 . 4
57
Momen bending
𝐹×𝑙
𝑀𝑏 =
4
950,6 N × 641
𝑀𝑏 =
4
𝑀𝑏 = 609334,6 𝑁𝑚𝑚
Bending stress
𝑀𝑏
𝜎𝑏 =
𝑊
609334,6 𝑁𝑚𝑚
𝜎𝑏 =
15500 𝑚𝑚3
𝜎𝑏 = 39,311 𝑁⁄𝑚𝑚2
Panjang pengelasan = 80 mm
𝜎𝑚𝑖𝑛
𝜎𝑡𝑔 =
𝑣
413,985 𝑁⁄𝑚𝑚2
𝜎𝑡𝑔 = = 103,4963 𝑁⁄𝑚𝑚2
4
𝐹
𝜎𝑡𝑔 =
𝐴
58
1981,148N
103,4963 𝑁⁄𝑚𝑚2 =
𝐴
1981,148N
𝐴= = 19,142𝑚𝑚2
𝑁
103,4963 ⁄𝑚𝑚2
𝐴 = 𝑡 × 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛
19,142 𝑚𝑚2
𝑡= = 0,2392 𝑚𝑚
80 𝑚𝑚
1
𝑡 = √2. 𝑠
2
1
0,2392 = √2. 𝑠
2
𝑠 = 0,338 𝑚𝑚, jadi tebal minimal las adalah 0,338 mm.
59
Sambungan mur dan baut dipilih karena sambungan yang
berkaitan bersifat non-permanen sehingga mempermudah dalam proses
maintenance dan perbaikan ketika terjadi trouble pada alat. Sambungan
ini juga tergolong sambungan dengan kekuatan yang tinggi karena
menggunakan prinsip kontra pada mur baut sehingga didapatkan
sambungan mur dan baut yang tidak mudah lepas. Faktor pendukung
dipilihnya sambungan baut ini yaitu karena mur dan baut sangat mudah
ditemukan dipasaran dengan harga yang terjangkau.
60
4.3.3 Material Roller Blade
Roller Blade adalah bagian terpenting dalam mesin pengupas
sabut kelapa. Roller Blade ini terbuat dari bahan stainlees steel 304
yang merupakan material yang cocok untuk proses pengupasan dan
tahan karat. Selain itu material ini juga mudah untuk dilakukan
permesinan seperti dilas serta memiliki kekuatan dan ketahanan pada
suhu (baik suhu tinggi maupun suhu rendah).
61
BAB V PENDAHULUAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perancangan mesin pemeras jahe ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
5.2 Rekomendasi
Saran yang dapat penulis berikan adalah dalam pembuatan mesin ini
selalu mengutamakan keselamatan dan perhatikan factor safety nya. Selain
itu juga lakukan maintenance rutin agar lifetime dari mesin ini lama.
62
DAFTAR PUSTAKA
[1] Khurmi R.S. dan J.K. Gupta. 2005. “Machine Desain”. New Delhi
[2] Sularso dan Kiyokatsu Suga. 2004. "Dasar Perencanaan Dan Pemilihan
Elemen Mesin”. Jakarta: Pradnya Paramita.
[3] Fischer, Ulrich, dkk. 2006. Mechanical and Metal Trades Handbook.
HaanGruiten: Verlag Europa Lehrmittel
[4] Deutschman, dkk. 1975. “Machine Desain; Theory and Practice”. Macmillan
[5] http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1141470&val=54
49&title=Design%20of%20Coconut%20Paring%20Machine
[6] http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/11408/1/158700005%20-
%20Muthia%20Sari%20Ningrum%20-%20Fulltext.pdf
[7] https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/03/12/riau-provinsi-
penghasil-kelapa-terbesar-nasional
63
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Part
64
Lampiran 2 : Rencana langkah dan waktu pengerjaan
Plan
No Work to Do (Day)
1 Getting Information
Mencari data kebutuhan konsumen 1
2 Planning
Merencanakan mekanisme kerja mesin 1
Membuat konsep desain 1
Membuat alternatif desain 1
Membuat concept screening dan scoring matrix 1
Memilih desain yang akan di develop 1
Melakukan perhitungan pada desain 4
Menentukan material dan membuat bill of material 1
Menggambar desain dan worksheet 4
3 Execution
A Rangka
Cutting Material and Chamfering dengan gerinda 1
Drilling part dudukan pillow block dan motor 1
B Poros
Cutting Material and Chamfering 1
Pembubutan 2
C Semua Chute dan Housing
Cutting Material and Chamfering 1
Bending 1
Assembling dan Spot Welding 1
D Pasak
Cutting Material and Chamfering 1
Pengefraisan dengan ukuran yang ditentukan 1
ASSEMBLY 2
PAINTING 2
Finish
Quality Control 1
Evaluation 1
65
Lampiran 3 : Uraian Rencana Pengerjaan
Dalam pembuatan mesin pemeras jahe, penulis menyarankan untuk mengikuti
Langkah pengerjaan dibawah ini :
1. Cutting Material
Cutting/pemotongan material dilakukan pertama kali sebelum proses
fabrikasi berikutnya, pemotongan material ini harus diperhitungkan sebaik
mungkin dan dilakukan dengan penuh ketelitian supaya tidak ada waste
material yang berlebih.
a. Cutting Material Rangka
PPE required : Wearpack, safety shoes, safety glasses, hand glove.
Tools needed : Meteran, marker, penyiku, gerinda.
Langkah pengerjaan :
1) Pastikan sudah menggunakan PPE dan pastikan lingkungan kerja
aman.
2) Ukur material yang akan di potong dan tandai menggunakan marker.
3) Potong material satu per satu menggunakan bandsaw, pastikan hasil
potongan siku.
4) Jika dibutuhkan part yang memiliki sudut, atur ragum bandsaw sesuai
sudut yang diingkan dengan presisi.
5) Chamfer bekas potongan menggunakan gerinda.
b. Cutting material round bar poros
PPE required : Wearpack, safety shoes, safety glasses, hand glove.
Tools needed : Meteran, marker, penyiku, bandsaw, gerinda.
Langkah pengerjaan :
1) Pastikan sudah menggunakan PPE dan pastikan lingkungan kerja
aman.
2) Ukur material yang akan di potong dan tandai menggunakan marker.
3) Potong material satu per satu menggunakan bendsaw, pastikan hasil
potongan siku.
4) Chamfer bekas potongan menggunakan gerinda.
c. Cutting material roller blade, casing, chute
PPE required : Wearpack, safety shoes, safety glasses, hand glove.
66
Tools needed : Meteran, marker, penyiku, bandsaw, gerinda.
Langkah pengerjaan :
1) Pastikan sudah menggunakan PPE dan pastikan lingkungan kerja
aman.
2) Ukur material yang akan di potong dan tandai menggunakan
marker.
3) Potong material satu per satu menggunakan bendsaw, pastikan
hasil potongan siku.
4) Chamfer bekas potongan menggunakan gerinda.
2. Turning
Part yang memerlukan proses pengerjaan Turning poros untuk screw.
PPE required : Wearpack, safety shoes, lathe mask (full face).
Tools needed : Vernier caliper, micrometer outside.
Langkah pengerjaan :
1. Pastikan sudah menggunakan PPE dan pastikan lingkungan kerja aman.
2. Lakukan pengerjaan pembubutan sesuai dengan gambar kerja dan
pastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan SOP.
3. Pastikan tempat kerja bersih dan rapi setelah bekerja.
3. Milling
Part yang memerlukan proses pengerjaan Milling poros dan pasak
PPE required : Wearpack, safety shoes, safety glasses.
Tools needed : Vernier caliper, micrometer outside.
Langkah pengerjaan :
1. Pastikan sudah menggunakan PPE dan pastikan lingkungan kerja aman.
2. Lakukan pengerjaan pengefraisan pada poros untuk pembuatan alur
pasak sesuai dengan gambar kerja dan pastikan bahwa pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan SOP.
3. Lakukan pengerjaan pengefraisanuntuk membuat pasak sesuai dengan
gambar kerja dan pastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan SOP.
4. Pastikan tempat kerja bersih dan rapi setelah bekerja.
67
4. Drilling
Drilling dilakukan untuk pembuatan lubang pada frame yang akan
disambungkan ke pillow menggunakan mur dan baut serta lubang pada
dudukan motor.
PPE required : Wearpack, safety shoes, clear glasses
Tools needed : Drill bit, center drill, clamp, cooler, vice.
Langkah pengerjaan :
1. Pastikan sudah menggunakan PPE dan pastikan lingkungan kerja aman.
2. Tandai titik yang akan di drill.
3. Cekam L beam yang akan di drill, posisikan pada titik yang akan di drill.
4. Awali drill menggunakan center drill.
5. Drill menggunakan ukuran sesuai dengan worksheet.
6. Gunakan pendingin (dromus) ketika Drilling.
7. Pastikan tempat kerja bersih dan rapi setelah bekerja.
5. Welding
Welding dilakukan untuk menggabungkan anatar part frame dan Casing,
proses welding ini menggunakan elektroda RD-260.
PPE required : Wearpack, safety shoes, welding mask, welding glove.
Tools needed : welding machine, electrode, slag hammer.
Langkah pengerjaan :
1. Pastikan sudah menggunakan PPE dan pastikan lingkungan kerja aman.
Lakukan pengerjaan welding sesuai dengan gambar kerja dan pastikan
bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan SOP.
68
Lampiran 4 : Prosedur Perawatan
Mesin pemeras jahe ini memiliki perawatan yang dilakukan agar memiliki lifetime
yang lama dan tidak membahayakan bagi pengguna. Beberapa perawatan yang ada
adalah sebgai berikut :
6. Setelah digunakan pastikan mesin dalam kondisi off seutuhnya.
7. Lakukan lubrikasi rutin pada bagian yang berputar seperti pada bearing.
8. Lakukan pengecekan keausan berkala pada pisau dan V-belt.
Bersihkan mesin secara rutin.
69
Lampiran : Kebutuhan Bahan
Mesin pengupas sabut kelapa membutuhkan material sebagai berikut :
70
Lampiran 6 : Perhitungan Biaya
Berdasarkan kebutuhan material diatas dapat dihitung biaya pembuatan mesin
pencacah pakan ternak sebagai berikut :
No. Material Dibeli Harga
12,5 meter
1 L beam Rp.300.000
(2 batang)
Roundbar
2 0,5 m Rp.300.000
Stainless Steel
Tebal 4
3 Plat Mild Steel Rp.400.000
mm
4 Pisau 8 pcs Rp.600.000
5 Pillow Block 4 unit Rp.300.000
7 Motor Listrik 2 pcs Rp.1.500.000
8 V-belt 1 pcs Rp.100.000
9 Puli 1 pcs Rp.130.000
10 Puli 1 pcs Rp.135.000
11 Electrode 2 pcs Rp.135.000
12 Mur M11 1 pcs Rp.3.000
13 Baut M11 x 40 4 pcs Rp.12.000
14 Mur M14 4 pcs Rp.12.000
15 Baut M14 x 40 4 pcs Rp.12.000
Pipa besi 4
15 2 pcs Rp.150.000
inci
16 Pipa besi 20 1 Kaleng Rp.40.000
17 Pipa besi 18 1 Kaleng Rp.38.000
18 Spur gear 2 pcs Rp.800.000
Cat Avian
19 1 Kaleng Rp.45.000
Abu-abu
Cat Avian
20 Rp.45.000
Biru 1 Kaleng
Cat Avian
Rp.45.000
21 Kuning 1 Kaleng
22 Thinner 3 Kaleng Rp.40.000
Rp.
Total
5.007.000
71
72
73
74
75
76