Anda di halaman 1dari 94

SEMINAR

DEKK 1261

Terminal Bus Dan Pasar Modern Terpadu

Nama : Andi Junjung


nim : DBB 114 068

Dosen Pembimbing: Ir.


SYAHROZI, MT

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ungkapkan pada Tuhan Yesus Kristus karena atas
berkat dan KasihNya lah penulis diberikan kemampuan untuk dapat
menyelesaikan penulisan laporan Seminar Arsitektur dengan judul “TERMINAL
BUS DAN PASAR MODERN TERPADU”. Sebagai salah satu persyaratan mata
kuliah di Jurusan Arsitektur - Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya.

Dalam proses penulisan Seminar ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai
pihak yang telah mengusulkan penyempurnaan kalimat, menunjukkan kesalahan
kesalahan dan menyarankan untuk pokok-pokok pembahasan yang perlu
dimasukkan atau dibuang serta data-data yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Indrabakti Sangalang, ST., MT. selaku dosen


koordinator mata kuliah seminar dan Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.
2. Bapak Ir. Syahrozi, MT selaku dosen pembimbing, atas segala arahan,
nasehat, serta bimbingannya.
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan do’a serta dukungan
moral dan materilnya selama ini.
4. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Palangka Raya angkatan 2014 serta Kakak
tingkat sudah membantu dalam penulisan.

Penulis sadar bahwa penulisan laporan Akhir Seminar Arsitektur ini masih
terdapat banyak kekurangan, karena keterbatasan ilmu dan referensi, maupun data
yang penulis miliki. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, semoga bisa membawa manfaat dalam ilmu
pengetahuan arsitektur dan bidang ilmu lainnya.

Palangka Raya, 22 Januari 2020

Penulis

i
ABSTRAK
Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan
kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas
(kendaraan, barang, dan sebagainya) diproses penuh sehingga dapat meneruskan
perjalanan dengan mempertimbangan keefektifan, kenyamanan, keamana, serta
estetika diharapkan usulan didesain nanti dapat menjadikan terminal menjadi
lebih bermanfaat bagi masyarakat dan meningkatan perekonomian dikota
palangka raya, Pasar modern merupakan suatu pasar atau tempat terjadinya
transaksi antara penjual dengan pembeli dengan kesepakatan harga pas
menjadikan tidak terjadi kegiatan tawar menawar pasar modern pertumbuhan
ekonomi yang ditandai dengan persaingan yang semakin ketat, menunjukan arah
yang semakin manjauh dari landasan palsapah pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam Undang-undang dasar 1945, dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia
berlandaskan pada ekonomi kerakyatan.

Terminal Bus Dan Pasar Modern Terpadu Di Kota Palangka Raya ini
merupakan jenis bangunan yang bersifat komesial, bersifat edukasi, serta
informative dalam skala kota. Proyek rancangan Terminal Bus Dan Pasar Modern
Terpadu Di Kota Palangka Raya mengambil konsep Arsitektur Tropis. Yang
dimaksud dengan konsep Arsitektur Tropis ialah bangunan yang tanggap iklim,
memberikan kenyamanan termal pada bangunan agar masyarakat yang
berkunjung merasa nyaman saat berpergian dan berbelanja.

Kata Kunci : Terminal Bus, Pasar Modern, Arsiterktur Tropis.

ii
DAFTAR
ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i


ABSTRAK ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1


1.1 Latar Belakang................................................ 1
1.2 Indentifikasi Permasalahan.............................. 3
1.3 Rumusan Permasalahan................................... 4
1.4 Batasan Permasalahan..................................... 4
1.5 Tujuan Dan Sasaran......................................... 4
1.5.1 tujuan.................................................. 4
1.5.2 Sasaran................................................ 5
1.6 Metodologi..................................................... 5
1.7 Sistematika Penulisan.................................... 6
1.8 Kerangka Pemikira...................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................ 8


2.1 Terminal Bus.......................................................... 8
2.1.1 Pengertian Terminal Bus.............................. 8
2.1.2 Klasifikasi Terminal Bus.............................. 9
2.1.3 Penentuan Lokasi Terminal.......................... 10
2.1.4 Persyaratan Lokasi Terminal........................ 10
2.1.5 FasilitasTerminal.......................................... 14

iii
2.2 Pasar Modern......................................................... 15
2.2.1 Pengertian Pasar Modern............................ 15
2.2.2 Fungsi Pasar modern.................................. 15
2.2.3 Lokasi Pasar Modern................................. 16
2.2.4 Ciri-ciri pasar modern................................. 17
2.2.5 Klasifikasi Pasar modern.............................. 18
2.2.6 Fasilitas pasar modern.................................. 18

2.3 Arsitektur Tropis.................................................... 20


2.3.1 Pengertian Arsitektur Tropis....................... 20
2.3.2 Iklim Tropis Lembab.................................... 23

2.4 Kenyaman Ternal Dalam Arsitertur Tropis........... 26


2.4.1 Suhu Nyaman Manusia Tropis.................... 27
2.4.2 Strategi Pencapaian Suhu Nyaman Pada
Arsitektur........................................................ 29

2.4 Kriteria Perencanaan Pada Iklim....................... 31

2.5.2. Gambaran Lanscape................................... 32


2.5.2. Tata Massa.................................................. 33
2.5.3. Orientasi Bangunan................................... 36
2.5.4. Bentuk Bangunan....................................... 39
2.5.5. Material Bangunan..................................... 40
2.5.6. Denah.......................................................... 40
2.5.7. Organisasi Ruang........................................ 41
2.5.8. Bukaan Bangunan...................................... 42
2.5.9. Kenyamanan Thernal.................................. 43
2.5.10. Ruang Luar............................................... 47

BAB III STUDI PRESEDEN

3.1 Bus Station in Osijek / Rechner................................. 48

iv
3.1.1 Data Bangunan................................................ 48
3.1.2 Deskriksi Tentang Bangunan.......................... 49
3.1.3 Pemanfaatan Fasade........................................ 55
3.1. 4 Kunci Diferensiasi Proyek.............................. 56
3.1.5 fasilitas............................................................. 57

3.2 Pasar Modern Ghara Raya............................................. 58

3.2.1 Data Bangunan................................................. 58


3.2.2 Deskriksi Tentang Bangunan........................... 59
3.2.3 Pemanfaatan Fasade......................................... 61
3.2. 4 Kunci Diferensiasi Proyek.............................. 62
3.2.5 fasilitas............................................................. 63

BAB IV ANALISIS PRESEDEN

4.1 Variabel Dan Kriteria Desain Terminal Bus............... 64


4.2 Variabel Dan Kriteria Desain Pasar Modern............... 65
4.3 Variabel Dan Kriteria Desain Arsitektur Tropis......... 66
4.4 Analisis Presesden...................................................... 68

4.1.1 Gambar Landscape......................................... 68


4.1.2 Tata Massa Design......................................... 69
4.1.3 Orientasi Banguna.......................................... 70
4.1.4 Bentuk Bangunan........................................... 71
4.1.5 Material Bangunan......................................... 72

v
4.1.6 Bentuk Dan Denah........................................ 73
4.1.7 Organisasi Ruang.......................................... 74
4.1.8 Bukaan Bangunan......................................... 75
4.1.9 Kenyamanan Thernal.................................... 76
4.1.10 Ruang Luar................................................. 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan....................................................... 78
5.2 Saran.............................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 83

vi
Daftar gambar

Gambar 2.1 Pemukiman Baduy, Rangkasbitung, Banten (Sumber:


https://www.google.com)

Gambar 2.2. Aula Barat ITB, Bandung (Sumber: Tri Harso Karyono)

Gambar. 2.3. Gedung S. Widjojo (Sumber: Tri Harso Karyono)

Gambar 2.4. Tanaman yang mempengaruhi arah angin (Sumber:


Suskiyatno, 1998: 60)

Gambar 2.8. Jarak antar bangunan (Sumber: Adam Hamimie, 2006: 19)

Gambar 2.5. Orientasi bangunan (bentuk memanjang) menghadap Utara-


Selatan

Gambar 2.6. Saran Zona Bukaan pada Bangunan (Sumber: Fisika Bangunan
-2008)

Gambar 2.7. Faktor-faktor kenyamanan Thermal pada tubuh manusia (Sumber:


Egan, 1975: 13)

Gambar 2.8. Kenyamanan menurut Olgyay (Sumber:


Lippsmeier,1994:37)

Gambar : 3.1 Lokasi Bus Station in Osijek

Gambar : 3.2 Bus Station in Osijek

Gambar : 3.3 Belakang Bus Station in Osijek

Gambar : 3.4 Galeri Bus Station in Osijek

Gambar : 3.5 Perspektik Bus Station in Osijek

Gambar : 3.6 Site Plan Bus Station in Osijek

Gambar : 3.7 Denah Bus Station in Osijek

Gambar : 3.8 Tampak Bus Station in Osijek

Gambar : 3.9 Tampak Samping Bus Station in Osijek

vii
Gambar : 3.10 Ruang antri Bus Station in Osijek

Gambar : 3.11 Koridor Bus Station in Osijek

Gambar : 3.12 Atap Bus Station in Osijek

Gambar : 3.13 Struktur Bus Station in Osijek

Gambar : 3.14 Teras Bus Station in Osijek

Gambar : 3.15 cahaya buatan Bus Station in Osijek

Gambar : 3.16 fasilitas Bus Station in Osijek

Gambar : 3.17 Lokasi Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 3.18 Tampak depan Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 3.19 Site Plan Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 3.20 Denah Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 3.21 tampak Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 3.22 Denah typikal Pasar Modern Graha raya

Gambar : 3.23 fasad Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.1 site Bus Station in Osijek

Gambar : 4.2 Site Pasar Modern Graha Raya


Gambar : 4.3 Tata massa Bus Station in Osijek

Gambar : 4.4 Tata massa Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.5 Oriantasi Bus Station in Osijek

Gambar : 4.6 Oriantasi Pasar Modern Graha raya

Gambar : 4.7 Bentuk Bus Station in Osijek

Gambar : 4.8 Bentuk Pasar Modern Graha Raya


Gambar : 4.9 Material Bus Station in Osijek

Gambar : 4.10 Material Pasar Modern Graha Raya


Gambar : 4.11 Denah Bus Station in Osijek

Gambar : 4.12 Denah Pasar Modern Graha Raya

viii
Gambar : 4.13 Orietasi ruang Bus Station in Osijek

Gambar : 4.14 Orietasi ruang Pasar Modern Graha Raya


Gambar : 4.15 Bukaan Bus Station in Osijek

Gambar : 4.16 Bukaan Pasar Modern Graha Raya


Gambar : 4.17 Kenyaman Bus Station in Osijek

Gambar : 4.18 Kenyaman Pasar Modern Graha raya

Gambar : 4.19 Ruang Luar Bus Station in Osijek

Gambar : 4.20 Ruang Luar Pasar Modern Graha

ix
Daftar tabel

Tabel 2.1. Klasifikasi Fungsional dan Klasifikasi jalan Kota Tipe I

Tabel 2.2. Klasifikasi Fungsional dan Klasifikasi jalan Kota Tipe II

Table 2.3. Faktor-faktor kenyamanan thermal


Table 2.4. Batas kenyamanan thermal

Table 4.1 Variabel Dan Kriteria Desain Terminal Bus

Tabel 4.2 Variabel Dan Kriteria Desain Pasar Modern

Tabel 4.3 Variabel Dan Kriteria Desain Arsitektur Tropis

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota palangka raya merupakan salah satu kota besar yang ada di
kalimantan, dengan tujuan pendidikan maupun mencari kerjaan dari desa atau
dari luar daerah kota palangka raya. Dengan keadaan tersebut mobilitas
penduduk sangat tinggi karena perpindahan dari satu tempat ke tempat
lainnya. Untuk mendukung perpindahan tersebut diperlukan sebuah wadah
untuk menampung aktifitas, dalam hal ini adalah terminal.
Permasalahan utama yang di hadapi oleh kota pertambahan penduduk
dan pertumbuhan ekonomi adalah masalah tranfortasi,sehingga dituntutnya
adanya sistem pelayanan tranfortasi yang baik dan menunjang kelacaran
pertumbuhan pembangunan kota itu sendiri,sehingga untuk mengatisipasi
masalah tersebut perlu adanya suatu fasilitas yang melayani sistem
tranformasimassal dengan efektif dan efesien
Hal ini setelah program pembangunan terminal bus kelas 2 telah
diusulkan dan dibahas melalui rapat koordinasi teknis pembangunan
(Rakortekbang) di Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah 26 Maret
2019.Kemudian usulan program ini oleh Bappeda Kalimantan Tengah
diusulkan ke Kementerian Perhubungan dan harapannya pada 2020 bisa
direalisasikan. Kepala Dinas Perhubungan Kota Palangka Raya, program
usulannya ini nanti merupakan salah satu proyek stretegis nasional oleh
Kementerian Perhubungan.
berharap Kota Palangka Raya segera memiliki terminal bus kelas 2,
sehingga semua barang dari luar kota bisa ditampung di terminal, karena
kondisi jalan dalam kota tidak mampu jika dilalui kendaraan pada jam
tertentu. (MC. Isen Mulang)

Untuk menghasilkan sistem tranfortasi yang efektif dan efesien perlu ada
suatu perancanaan yang dilaksanakan secara terpadu,terkodinasi dan sesuai
dengan perkembangan dan tuntunan pembangunan yang ada.terminal sabagai

1
salah satu komponen sistem tranfortasi juga memiliki peran yang sangat
penting dalam menunjang kinerja sistem transfortasi jalan raya,karena sistem
ada segala aktivitas harus menggunakan ternologi agan dapat berjalan
cepat,efektif dan efesian,selain itu tema ini digunakan untuk memperkuat
karakter bangunan dengan desain tidak lazim di kalangan masyarakat bisa
menjadi daya tarik tersendiri.

Dengan mempertimbangan keefektifan, kenyamanan, keamana, serta


estetika diharapkan usulan didesain nanti dapat menjadikan terminal menjadi
lebih bermanfaat bagi masyarakat dan meningkatan perekonomian dikota
palangka raya, serta menjadikan ikon baru bagi kota palangka raya. Dengan
adanya perencanaan terminal terpadu tersebut diharapkan dapat mewujudkan
suatu sistem jaringan transportasi di Kota palangka raya yang mampu
mengintegrasikan seluruh pusat kegiatan dalam konteks regional, disamping
2 dapat pula meningkatkan interaksi daerah yang berada dalam lingkup
pelayanan guna menghasilkan suatu dinamika kehidupan yang bersinergi.

Pasar modern Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan persaingan


yang semakin ketat, menunjukan arah yang semakin manjauh dari landasan
palsapah pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam Undang-undang dasar 1945,
dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia berlandaskan pada ekonomi
kerakyatan. Artinya bahwa, perekonomian harus dibangun atas dasar
kepentingan orang banyak dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
untuk kesejahteraan rakyat.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag)


menggandeng Program Pasar Rakyat School dari Sinar Mas Land (SML)
untuk membantu meningkatkan kualitas pengelolaan pasar rakyat dan
mendorong pembangunan kesejahteraan pedagang kecil/UMKM di seluruh
provinsi Indonesia.

SML pada acara FGD Pasar Rakyat yang diselenggarakan oleh


Kemendag. Pembangunan tiap daerah di Lampung, Banda Aceh, Jambi, dan
Palangkaraya. (Sinar Mas Land)

2
Perda No 11 tahun 2011 tentang Perijinan Pasar Modern, dalam
tataran operasional masih terjadi tarik ulur antara pemangku kepentingan.
Pengusaha di satu sisi menginginkan kebebasan berusaha tanpa ada
pembatasan. Landasannya, bahwa pemerintah telah meratifikasi pesar global.

Adanya terminal merupakan salah satu dukungan dalam segi


transportasi. Untuk mewujudkan perkembangan didaerah ini dibutuhkan
hubungan antara pasar dan terminal sehingga dapat menarik pengunjung dan
saling dukung antara kawasan pasar dan terminal

Memberi kemudahan, keamanan, serta kenyamanan bagi pengunjung


terminal bus dan pasar moder yang datang atau keluar dari kawasan palangka
raya. Menghidupkan kembali.perdagangan melalui kompleks pasar yang
terhubung langsung dengan terminal bus dan pasar modern. Mengkoneksi
infrastruktur kota palangka raya khususnya di bidang perdagangan dan
transportasi angkutan darat.

1.2. Indentikasi Masalah

Seiring bertambah penduduk di kota palangka raya dsebabkan oleh


banyak faktor, mulai padatnya jalan di perlukan tranfortasi umum untuk
mengakses, angar masyrakat beralih ke tranfortasi umum

Pasar modern saekarang banyak di mininati banyak orang tetapi di


kota palangka raya masih kurangnya pasar modern oleh karena itu banyak
masyrakat yang masih mengatri berbelanja di pasar modern,oleh faktor
kebutuhan

Perubahan iklim telah di rasakan di Kota Palangka Raya, ditandai


dengan adanya peningkatan suhu dalam beberapa tahun terahir

Terminal dan pasar modern modern tempat berkumpul banyak


orang dari kalangan bawah sampai menengah karena itu perlukan
perancaan terminal dan pasar modern yang nyaman dengan menggunakan
pendekatan arsitektur tropis

3
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang
menjadi pokok pembahasan dari pembangunan terminal bus dan pasar
modern adalah bagaimana nantinya pusat bisnis ini bisa menjadi wadah
bagi perekonomian yang memadai dan terpadu di kota palangka raya

1.3. Rumus Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,dapat di


ambil rumusan masalah masalah sebagai berikut :

Bagaimana menemukan variabel dan kriteria design terminal bus dan


pasar modern terpadu yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di kota
palangka raya dengan pendekatan arsitektur tropis?

1.4. Batasan Permasalahan

Adanya batasan yang akan dibahas dalam masalah ini agar


pembahasan tidak melebar jauh, maka penulis hanya membahas tentang
terminal bus kelas 2 dan sistem pasar modern secara variabel dan kreteria
tentang arsitektur tropis secara khusus.

1.5. Tujuan dan Sasaran

1.5.1. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk menemukan


variabel dan kreteria terminal bus dan pasar modern yang dapat
menampung masyarakat yang bepergian dan belanja dengan
membuat penghuninya merasa nyaman.

1.5.2. Sasaran

 Mengindifikasi kebutuhan terminal bus dan pasal modern di kota


palangka raya
 Mengindifikasi terminal kelas B
 Mengindifikasi pasar modern
 Mengindifikasi lokasi terminal bus dan pasar modern terpadu

4
 Mengindentifikasi definisi, latar belakang serta karakteristik
terminal bus dan pasar modern terpadu
 Mengindentifikasi kenyamanan termal serta semua hal
tentang arsitektur tropis
 Menganalisis studi kasus atau studi preseden yang
menggunakan penekanan pada arsitektur tropis.
 Mengaplikasikan pada pendekatan arsitektur tropis pada terminal
bus dan pasar modern

1.6. Metodologi
1.6.1. Teknik Pengumpulan Data
• Studi Literatur
Mencari data maupun informasi baik yang berasal dari
buku literatur, maupun sumber internet yang menerangkan
landasan teori dan standar-standar mengenai terminal bus dan pasar
modern terpadu, serta tata ruang dalam maupun luar khususnya
yang berhubungan dengan perancangan bangunan terminal bus dan
pasar modern terpadu.

• Studi Kasus
Dilakukan dengan mempelajari dan mengenal lebih detail
terhadap bangunan yang menerapkan pendekatan arsitektur tropis
yang ada untuk mendapatkan masukan, yang berguna sebagai
gambaran dan asumsi arah perencanaan dari proyek yang akan
dibangun ini.
1.6.2. Teknik Analisis
Melakukan analisa dari bahan-bahan (input) yang sudah
didapat melalui studi literatur, studi kasus. Kemudian mengambil
prinsip-prinsip, persyaratan bangunan, standar-standar dengan hasil
analisa.

5
1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pembahasan secara garis besar adalah


mengelola data kemudian dilanjutkan dengan analisis untuk mendapatkan
sebuah kesimpulan desain. Adapun sistematika penulisan yang digunakan
adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang permasalahan, identifikasi masalah,


rumusan permasalah, batasan permasalahan, tujuan dan
sasaran terkait dengan hal-hal perancangan, metodologi penulisan,
sistematika pembahasan, dan kerangka pemikiran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang kumpulan teori-teori yang berkaitan dengan studi


penelitian yaitu tentang terminal bus dan pasar modern, serta
teori tentang arsitektur tropis.

BAB III STUDI BANDING/ PRESEDEN

Berisi uraian tentang bangunan yang menerapkan pendekatan


konsep perencanaan dan perancangan arsitektur tropis yang sesuai
kefungsiannya dengan karya ilmiah perancangan yang sedang
dikerjakan.

BAB IV HASIL ANALISA

Berisi tentang analisis variabel dan indikator desain yang akan


diterapkan pada terminal bus dan pasar modern.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan


hasil analisa pada bab sebelumnya.

6
1.8 Kerangka Berpikir

JUDUL

TERMINAL BUS DAN PASAR MODERN TERPADU


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS

LATAR BELAKANG
INDENTIKASI MASALAH
RUMUSAN PERMASALAHAN
BATASAN PERMASALAHAN
TUJUAN DAN SARAN

PENGUMPULAN DATA DATA


TEORI
- Studi Literatur - Fisik
Terminal Bus
- Studi Kasus - Non - fisik
 Pengertian terminal
 Klasifikasi Terminal Bus
 Penentuan Lokasi Terminal
 Persyaratan Lokasi Terminal
ARSTEKTUR TROFIS ANALISIS  FasilitasTerminal
LEMBAB Pasar modern
 Pengertian Pasar Modern
Kenyaman Thermal  Fungsi Pasar modern
- Gambaran  Lokasi Pasar Modern
Lanscape  Ciri-ciri Pasar Modern
- Tata Massa  Klasifikasi Pasar modern
- Orientasi  Fasilitas pasar modern
Bangunan
- Bentuk Bangunan
Arsitektur Tropis
- Material Bangunan  Pengertian Arsitektur Tropis
- Denah  Iklim Tropis Lembab
- Organisasi Ruang Kenyaman Ternal Dalam
- Bukaan Bangunan Arsitertur Tropis
- Ruang Luar  Suhu Nyaman Manusia Tropis
 Strategi Pencapaian Suhu
Nyaman Pada Arsitektur

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian Terminal Bus

Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan


kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas
(kendaraan, barang, dan sebagainya) diproses penuh sehingga dapat
meneruskan perjalanan. Terminal adalah suatau fasilitas yang sangat kompleks,
banyak kegiatan tertentu yang dilakukan disana, terkadang secara bersamaan
secara paralel sering terjadi kemacetan yang cukup mengganggu. Terminal
adalah titik pertemuan antara penumpang dan barang yang memasuki serta
meninggalkan suatu sistem transportasi. Terminal bukan saja merupakan
komponen fungsional utama dari sistem transportasi tetapi juga merupakan
prasarana yang merupakan biaya yang besar dan titik kemacetan yang terjadi
(Morlok E.K, 1995).

Direktur Jendral Perhubungan Darat (1995) menyatakan bahwa terminal


angkutan umum merupakan titik simpul dalam sistem jaringan transportasi
jalan tempat terjadinya putus arus yang merupakan prasarana angkutan yang
berfungsi pokok sebagai pelayanan umum, berupa tempat kendaraan umum
menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau barang , bongkar muat
barang, sebagai tempat berpindahnya penumpang baik intra maupun antar
moda transportasi yang terjadi sebagai akibat adanya arus pergerakan manusia
dan barang serta adanya tuntutan efisiensi transportasi.

Berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat No.31


Tahun 1993 tentang terminal transportasi jalan, terminal berfungsi sebagai
berikut :

1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu,


kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan yang satu ke moda
atau kendaraan yang lain, tempat tersedianya fasilitas-fasilitas dan informasi

8
(pelataran parkir, ruang tunggu, papan informasi, toilet, toko, loket, dll) serta
fasilitas parkir bagi kendaraan pribadi atau kendaraan penumpang.

2. Fungsi terminal bagi pemerintah, antara lain adalah dari segi perencanaan dan
manajemen lalu lintas dan menghindari kemacetan, sebagai sumber
pemungutan restribusi dan sebagai pengendali arus kendaraan.

3. Fungsi terminal bagi operator / pengusaha jasa angkutan adalah untuk


pengaturan pelayanan operasi bus, menyediakan fasilitas istirahat dan
informasi awak bus dan fasilitas pangkalan. (e-journal.uajy.ac.id )

2.1.2. Klasifikasi Terminal

Dalam rancangan Peraturan Pemerintah Pedoman Teknis Pembangunan dan


Penyelenggaraan Terminal Angkutan Penumpang dan Barang No.43 Tahun
1993, terminal menurut jenis angkutan diklasifikasikan menjadi :

1. Terminal Penumpang, yaitu tempat melayani pergantian moda


angkutan penumpang ditambah barang bawaan untuk perjalanan
antar kota dan dalam kota.
2. Terminal barang, yaitu tempat bergantinya moda angkutan bagi
barang pada jenis terminal tertentu, sekaligus sebagai terminal
barang dan terminal penumpang

Berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat No.31 Tahun


1993, mengklasifikasikan terminal menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

1. Terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum


untuk Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP), dan atau angkutan
lalu lintas batas antar Negara, Angkutan Kota Dalam Propinsi
(AKDP), Angkutan Antar Kota (Angkot), dan Angkutan Pedesaan
(Ades).

9
2. Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum
untuk Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), Angkutan
Kota (Angkot), dan atau Angkutan Pedesaan (Ades).
3. Terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum
untuk Angutan Pedesaan (Ades).

2.1.3. Penentuan Lokasi Terminal

Menurut Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1993 penetapan


lokasi terminal angkutan penumpang perlu mempertimbangkan :

1. Rencana umum tata ruang.


2. Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan disekitar terminal.

2.1.4. Persyaratan Lokasi Terminal

Berdasarkan area pelayananya, maka disarankan terminal tipe


A mempunyai akses ke jalan arteri , terminal tipe B mempunyai akses
jalan arteri dan kolektor dan terminal tipe C mempunyai akses ke jalan
kolektor atau lokal (Manajemen Jalan Raya, 2005).

Persyaratan lokasi terminal tipe A adalah sebagai berikut :

1. Terletak di Ibu kota propinsi, kotamadya / kabupaten dalam jaringan


trayek bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), Antar Kota Dalam
Propinsi (AKDP) dan Angkutan Lintas Batas Negara.
2. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III
A.
3. Jarak antar dua terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya 20
km di pulau Jawa, 30 km di pulau Sumatra, dan 50 km di pulau
lainnya.
4. Tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 5 Ha untuk terminal di pulau
Jawa dan Sumatra dan 3 Ha di pulau lainnya.
5. Mempunyai jalan akses ke dan dari terminal sekurang-kurangnya
berjarak 100 meter di pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya.

10
Persyaratan lokasi terminal tipe B adalah sebagai berikut :

1. Terletak di kotamadya / kabupaten dalam jaringan trayek angkutan


kota dalam propinsi.
2. Terletak di jalan arteri / kolektor dan kelas jalan sekurang-kurangnya
kelas III B.
Jalan antar dua terminal penumpang tipe B / dengan terminal tipe A
sekurang-kurangnya 15 km di pulau Jawa, 30 km di pulau lainnya.

4. Tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal di pulau


Jawa dan Sumatra dan 2 Ha di pulau lainnya.
5. Mempunyai jalan akses masuk / jalan keluar ke dan dari terminal
sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di pulau Jawa dan 30 meter di
pulau lainnya.

Persyaratan lokasi terminal tipe C adalah sebagai berikut :

1. Terletak di dalam wilayah kabupaten dalam jaringan trayek angkutan


pedesaan.
2. Terletak di jalan kolektor / lokal paling tinggi kelas III A.
3. Tersedia yang sesuai dengan permintaan angkutan.
4. Mempunyai jalan akses masuk / keluar kendaraan dari terminal sesuai
dengan

kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas disekitar terminal.

Berikut ini disajikan tabel klasifikasi fungsional dan teknis jalan kota :

11
Tabel 2.1. Klasifikasi Fungsional dan Klasifikasi jalan Kota
Tipe I

Fungsi
LHR KelasTeknis Kecepatan Keterangan

(spm/jam) (smp/jam)

Primer Arteri - I 80-100 Standar tertinggi antar

wilayah/kota.

Kolektor - II 60-80 Standar tertinggi antar

wilayah atau dalam

dalam metropolitan

Sekunder Arteri III 60-80 Idem untuk kelas II

Sumber : Direktorat Bina Jalan Kota, 1996

Tabel 2.2. Klasifikasi Fungsional dan Klasifikasi jalan Kota


Tipe II

Fungsi LHR Kelas Kecepatan Keterangan

(smp/jam) Teknis (km/jam)

Arteri I 80-100
Standar

tertinggi 4

lajur

Primer Kolektor >10.000 I 60-80


Idem untuk

kelas

<10.000 II 60-80
Standar

tertinggi 2

12
lajur

antar/dalam

kota/distrik

Arteri >20.000 I 60
Idem untuk

kelas I

>20.000 II 50-60
Idem untuk

kelas II

Sekunder Kolektor >6.000 II 50-60


Idem untuk

kelas

>8.000 III 30-40


Standar

sedang 2

lajur antar

distrik antar

distrik

Lokal >500 III 30-40


Idem utuk

kelas III

<500 IV 20-30
Standar

rendah untuk

I lajur, akses

kepemilikan

tanah disisi

jalan.

Sumber : Direktorat Bina Jalan Kota, 1996

13
2.1.5. Fasilitas Terminal

Sesuai Peraturan Pemerintah No.43 tahun 1993 tentang Terminal


Transportasi Jalan dan Pedoman Teknis Pembangunan Terminal
Angkutan Penumpang, Terminal Leuwi Panjang Bandung termasuk
dalam kategori terminal tipe A yang mempunyai fasilitas diantaranya b

1. Fasilitas utama, merupakan fasilitas yang mutlak dimiliki dalam suatu


terminal meliputi :
a. Jalur keberangkatan angkutan umum.
b. Jalur kedatangan kendaraan umum.
c. Areal menunggu.
d. Jalur lintas.
e. Tempat tunggu penumpang.
f. Bangunan kantor terminal.
g. Pos pemeriksaan KPS.
h. Loket penjualan tiket.
i. Rambu-rambu dan petunjuk informasi yang berupa petunjuk
jurusan, tarif dan jadwal perjalanan.
j. Pelataran kendaraan pengantar dan taksi.
k. Menara pengawas.

2. Fasilitas penunjang, yaitu sebagai fasilitas pelengkap meliputi :


a. Ruang pengobatan.
b. Kios / kantin.
c. Mushola.
d. Ruang informasi dan pengaduan.
e. Wartel.
f. Kamar mandi / WC.
g. Taman
(e-journal.uajy.ac.id)

14
2.2.1 Pengertian Pasar Modern

Pasar modern merupakan suatu pasar atau tempat terjadinya transaksi


antara penjual dengan pembeli dengan kesepakatan harga pas menjadikan
tidak terjadi kegiatan tawar menawar. Di pasar modern, barang yang
diperjual belikan mempunyai kualitas yang baik dan kondisi pasar yang
bersih dan nyaman.
Pengertian pasar modern menurut para ahli adalah suatu pasar yang
mana pembeli dan penjual tidak melakukan transaksi secara langsung.
Pembeli hanya melihat label harga di suatu kemasan produk dan pembelinya
dilayani secara mandiri oleh pramuniaga.
Seringkali pasar modern berada di daerah perkotaan. Pada pasar
modern tidak terjadi transaksi secara langsung antara penjual dan pembeli
(konsumen), tetapi konsumen memilih barang yang ingin dibeli dan harga di
barang yang sudah tertera di labelnya. Apabila sudah barulah dilakukan
pembayaran. Contoh pasar modern antara lain mall, swalayan, minmarket
(Hutabarat,2019)

2.2.2 Fungsi Pasar modern

Fungsi pasar dalam sistem ekonomi, pasar mempunyai fungsi-


fungsinya sendiri, yang mana dalam fungsi tersebut bertujuan untuk
memuaskan perekonomian pasar. Dalam Islam fungsi pasar bertujuan agar
dapat mencapai kejayaan di dunia dan di akhirat. Pasar mempunyai lima
fungsi utama yakni :

Pertama, fungsi pasar adalah menetapkan nilai-nilai harga dalam


pasar, karena harga merupakan alat ukur suatu nilai dalam pasar. Dan disini
fungsi permintaan konsumen bukanlah segalanya, tetapi uang juga menjadi
faktor terpenting dalam mendukung suatu permintaan. Karena jika seorang
konsumen ingin membeli suatu barang maka tersedianya dana adalah faktor
terpenting yang harus diperhitungkan.

15
Kedua, pasar menyimpulkan semua produksi itu melalui faktor biaya.
Dan dalam teori harga diasumsikan bahwa, seorang pengusaha akan
memaksimumkan output dengan input yang semuanya diukur dengan uang.
Dan dari fungsi inilah asal bagaimana cara menghasilkan barang dan jasa.

Ketiga, pasar mendistribusikan suatu produk itu bersangkut-paut


dengan masalah untuk siapa barang dihasilkan. Karena siapa yang
menghasilkan paling banyak produk maka akan menerima pembayaran yang
paling banyak pula. Suatu tenaga dan sumber daya lain akan dibayar sesuai
dengan apa yang dihasilkannya. Jadi tenaga kerja yang paling produktif
akan mendapatkan imbalan yang terbesar.

Keempat, pasar melakukan pembatasan, yang ini merupakan inti dari


penentuan harga, karena pasar akan membatasi tingkat konsumsi yang
berlaku dari produksi yang tersedia dengan tujuan agar terjadi
keseimbangan suatu harga.

Kelima, pasar juga menyediakan barang dan jasa untuk keperluan di


masa akan datang. Tabungan dan investasi adalah salah satu alat untuk
mempertahankan sistem dan menghasilkan kemajuan ekonom.

Semua fungsi tersebut haruslah meyakinkan setiap orang bahwa pasar


dapat memecahkan berbagai masalah. Jadi dalam hal ini beberapa ekonom
percaya bahwa ekonomi dalam pasar bekerja dengan efisien dan mereka
juga percaya bahwa pasar dapat melaksanakan fungsinya dengan
memuaskan, tetapi terkadang pasar juga masih membutuhkan adanya
campur tangan pemerintah dalam mekanisme pasar, karena dengan adanya
campur tangan pemerintah maka kesejahteraan masyarakat akan terpenuhi.

2.2.3 Lokasi Pasar Modern

Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar moderen saaat ini


sudah menjadi tuntutan dan kosekuensi dari gaya hidup modern yang
berkembang di masyarakat. Tidak hanya di kota besar tetapi sudah

16
merambah sampai kota kecil ditanah air. Sangat mudah menemukan
minimarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut
menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah
menariknya. Tempat berbelanja yang nyaman dan memberikan pelayanan
memuaskan ditambah dengan fasilitas yang memadai sehingga menarik para
konsumen untuk berkunjung ke minimarket. Ini yang mengakibatkan
minimarket atau pasar moderen mempunyai tempat lebih di hati para
konsumen. Pasar moderen yang dikelola dan dikuasi oleh pihak swasta
mengakibatkan pasar moderen memiliki managemen yang baik dan sistem
yang sangat moderen. Hukum yang ada untuk mengatur persaingan antara
pasar moderen dengan pasar tradisional masih sangat lemah. Perijinan
pendirian pasar moderen juga sangat mudah. Sehingga pertumbuhan pasar
moderen dapat terus berkembang dan bertambah.

2. 2.4 Ciri-ciri pasar modern

Berikut ini ciri dari pasar modern diantaranya seperti:

 Tidak bisa tawar-menawar harga.


 Harga sudah tertera di barang yang dijual dan umumnya diberi barcode.
 Barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki kualitas yang
baik.
 Berada dalam bangunan atau ruangan dan pelayanannya dilakukan sendiri
(swalayan).
 Layanan yang baik dan biasanya memuaskan.
 Tempatnya bersih dan nyaman, ruangan ber-AC.
 Tata tempat yang rapi supaya konsumen atau pembeli dapat dengan mudah
menemukan barang yang akan di belinya.
 Pembayarannya dilakukan dengan membawa barang ke Kasir dan tentunya
tidak ada tawar-menawar lagi.

17
2. 2.5 Klasifikasi Pasar

Pasar modern biasanya hadir dalam tempat yang lebih futuristik


dan juga lebih menunjang kenyamanan pembeli. Contohnya, seperti
supermarket yang lebih bersih.

Barang-barang dalam bentuk mentah, seperti daging mentah,


biasanya tidak diletakkan begitu saja, tetapi dikemas khusus sehingga tidak
mengotori ruangan.

Pasar modern juga menerima pembayaran elektronik, seperti


dengan kartu kredit atau debit. Bahkan, pasar modern era kini bisa
menerima pembayaran dalam bentuk dompet digital.

Setiap pasar memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-


masing. Yang jelas, bagi masyarakat modern, keduanya tidak bisa
dilepaskan. Pasar modern bisa menjadi tempat untuk membeli kebutuhan
sehari-hari yang nyaman.

2.2.6 Fasilitas pasar modern

 Ruko
 Kios Retail
 Kios Sembako
 Lapak Daging, Ikan dan Sayur
 Exhibition Area
 Food Plaza
 Tempat Potong Unggas
 Tempat Penyimpanan Es Balok
 Eskalator dan Lift
 ATM Centre
 Tempat Pembuangan Sampah(TPS)
 Tempat Cuci dan Toilet
 Loading Dock (Bongkar Muat)

18
 Musholla
 Area Parkir Yang Luas
 Sistem Keamanan 24 Jam

19
2.3 Arsitektur Tropis

2.3.1. Definisi Arsitektur Tropis

Salah satu alasan penting mengapa manusia membuat bangunan


adalah karena kondisi alam atau ikilim, dimana manusia berada
tidak selalu sesuai untuk dapat menunjang aktivitas yang dilakukan nya.
Cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat
diselenggarakan akibat

ketidaksesuaian dengan kondisi iklim luar. Untuk itu manusia


membuatbangunan. Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang
tidak sesuai untuk menunujang aktivitas manusia dapat dimodifikasi,
diubah menjadi iklim didalam (bangunan) yang lebih sesuai
untuk pemenuhan kenyamanan fisik manusia.

Secara definisi, arsitektur tropis adalah suatu karya arsitektur


yang mampu mengantisipasi problematik yang ditimbulkan iklim tropis.
Bagaimana problematik yang ditimbulkan iklim tropis tersebut dapat
dijawab melalui desain atau rancangan arsitektur? Jawabanmya adalah
dengan rancangan arsitektur tropis.

Arsitektur dirancang secara fungsional menjawab iklim setempat dengan


bentuk dan dimensi sesuai kebutuhan hidup penghuni secara mendasar.
Material bangunan merupakan material terbarukan, berasal dari
tumbuhan yang ada di sekitar lokasi bangunan.

Gambar 2.1 Pemukiman Baduy, Rangkasbitung, Banten (Sumber:


https://www.google.com)

20
Rancangan arsitektur tropis, sebagaimana halnya pada arsitektur
sub-tropis, dapat bercorak seperti modern, pasca-modern, dekonstruksi,
high-tech, dan lainnya. Yang yang penting dalam arsitektur tropis adalah,
bahwa rancangan tersebut harus sanggup mengatasi problematik yang
ditimbulkan iklim tropis, seperti hujan deras, terik matahari, suhu udara
tinggi, kelembapan tinggi (untuk tropis basah) ataupun kecepatan angin
yang umumnya rendah

Gambar 2.2. Aula Barat ITB, Bandung (Sumber: Tri Harso


Karyono)

Rancangan arsitek Belanda yang mencoba mengambil


jiwa arsitektur tradisional Indonesia untuk diwujudkan ke dalam
suatu bangunan modern. Dengan demikian, pemahaman arsitektur tropis
yang beratap lebar, derteras, dan lainnya menjadi tidak mutlak lagi.
Bangunan beratap lebar mungkin hanya mampu mencegah air hujan agar
tidak masuk ke dalam bangunan, namun permasalahan suhu udara tinggi
belum tentu dapat diselesaikan hanya dengan rancangan atap semacam
itu. Diperlukan solusi rancangan lain diluar itu (gambar 2.6.)

Dengan pemahaman semacam ini pula kriteria arsitektur


tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekedar ‘bentuk’ atau estetika
bentuk beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik
ruang yang ada di dalamnya, yaitu suhu ruang yang rendah, kelembapan

21
tidak terlalu tinggi, pencahayaan alami cukup, pergerakan udara (angin)
memadai, terhindar dari hujan dan terik matahari.

Gambar.2.3. Gedung S. Widjojo (Sumber: Tri Harso Karyono)

Penerapan konsep arsitektur tropis ke dalam bangunan


modern. Bangunan mencoba mengantisipasi permasalahan radiasi
panas tinggi untuk tidak masuk ke dalam bangunan dengan
meletakkan dinding ganda yang berupa kisi-kisi penghalang sinar
matahari langsung.

Di luar estetika bangunan, penilaian terhadap baik atau


buruknya sebuaj karya arsitektur tropis harus di ukur secara
kuantitatif berdasrkan parameter-parameter iklim: fluktasi suhu
ruang (°C), fluktasi kelembapan (%), intensitas cahaya (lux), aliran
atau kecepatan udara (m/s), termasuk didalamnya terkait dengan
kemungkinan adanya air hujan yang masuk kedalam bangunan,
serta kemungkinan masuknya terik radiasi matahari kedalam
bangunan sehingga dapat mengganggu pengguna bangunan.
Bangunan yang dirancang menurut kriteria tropis semacam ini
dituntut untuk mampu memberikan kondisi fisik yang lebih
nyaman dibanding kondisi fisik di luar bangunan.

22
2.3.2. Iklim Tropis Lembab

Untuk pengertian arsitektur tropis ini, lebih mengacu pada


daerah tropis basah sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia.
Adapun batasan pengertian iklim tropis lembab diantaranya yaitu:

- Tropis dari segi geografis dapat didefinisikan sebagai


daerah sepanjang khatulistiwa, yang dibatasi garis 23,5°
LU (garis cancer) dan 23,5° LS (garis capricorn).

- Selain tropis dipandang dari faktor suhu didefinisikan


sebagai daerah sepanjang khatulistiwa yang mempunyai
suhu minimum 20° C. Garis yang menunjukkan batas
daerah tersebut tidak berupa garis lurus yang berhimpit
dengan garis 23,5° LU/LS. Akan tetapi berupa garis yang
tidak beraturan disebabkan suhuh mempunyai pertalian
dengan kondisi laut dan daratan.

- Iklim tropis lembab terletak di daerah-daerah sepanjang


atau dekat dengan khatulistiwa (Indonesia, Malaysia,
India). Beberapa ciri tropis lembab adalah: suhu rata-rata
32,2° C., langit umumnya cerah tetapi menyilaukan.
Rumah-rumah di daerah tropis lembab mempunyai
bukaan-bukaan yang cukup banyak untuk mensirkulasikan
udara lembab di dalam ruangan keluar, teras yang luas
serta plafond yang tinggi menjadi ciri khas.

Iklim tropis basah sendiri di cirikan oleh beberapa faktor


iklim

(climate factors) sebagai berikut:18

- Curah hujan relati tinggi (dan tidak merata sepanjang tahun)


sekitar

23
2000-3000 mm/tahun (Jakarta ±2000 mm/th atau rata-
rata ±160 mm/bulan)

- Radiasi matahari relatif tinggi sekitar 1500

hingga 2500 kWh/m2/tahun (Jakarta 1800

kWh/m2/tahun)

- Suhu udara relatif tinggi (Jakarta antara 23° hingga 33° C)

- Kelembaban tinggi Jakarta antara 60 % hingga 95 %)

- Kecepatan angin relatif rendah (dalam kota jakarta


rata-rata dibawah 5 m/s).

Elemen-elemen iklim tropis lembab:

1. Matahari

Radiasi sinar matahari adalah elemen penting yang


mempengaruhi keadaan iklim dan cuaca. Sinar matahari
dipancarkan berupa gelombang-gelombang yang pendek yang
kemudian dipantulkan kembali ke permukaan bumi berupa
radiasi gelombang panjang yang panas. Faktor-faktor yang
menyebabkan sinar matahari mempengaruhi keadaan permukaan
bumi adalah:

- Keadaan topografi
- Adanya bidang air yang luas
- Ketinggian terhadap permukaan laut, setiap kenaikan 100
m terjadi kenaikan suhu sebesar 0,57 °C
- Kelembaban relatif udara, keadaana wan dan arus angin
- Jenis elemen alam dalam penyerapan dan pemantulan yang
berbeda.

24
2. Angin

Adalah udara yang bergerak. Gerakan tersebut disebabkan


karena bagian yang didorong di daerah bertekanan tinggi ke
daerah bertekanan rendah. Daerah tersebut ada yang bersifat
makro yang mempunyai daerah sebab musabab antar benua dan
samudra, jadi bergerak sangat luas. Lainnya disebut angin mikro
ayau angin lokal karena merupakan angin setempat yang
berlaku pada suatu lokasi tertentu. Relatif agak kuat namun
dapat berubah dalam waktu yang singkat. Angin makro atau
angin benua adalah penyebab utama adanya siklus musim
kemarau dan musim hujan. Di bulan April sampai Agustus
angin bergerak dari arah barat laut ke tenggara dan
menyebabkan musim hujan.

- Angin mikro misalnya angin pantai disebabkan


oleh perbedaan suhu dan tekanan antara daratan dan
lautan. Kecepatan angin laut di Jakarta umumnya agak
rendah antara 1-4 m/s.

3. Hujan

Hujan timbul apabila awan mengandung titik-titik uap


yang turun suhunya sampai menjadi lebih rendah daripada
titik jenuh, dan mencair menjadi air. Hujan banyak terjadi
didaerah tropis lembab akibat udara yang mengandung uap
panas yang merambat ke atas. Sehingga hujan dapat terjadi
sepanjang tahun.

4. Kelembaban

Kelembaban udara yang ada di atmosfir menunjukkan uap


air yang terkandung didalamnya yang diperoleh dari penguapan
permukaan air yang terbuka (lautan), tanah lembab dan
pepohonan. Pada daerah tropis lembab, kelembaban harus

25
mendapatkan banyak perhatian karena dapat membawa
kerugian terhadap bangunan yaitu menunjang timbulnya jamur
dan organisme-organisme pembusuk kayu, perkaratan logam-
logam, pengembangan dan penyusutan masa panel-panel, dll.
Kelembaban pada daerah tropis basah antar 55-100%, biasanya
di atas 75%.

2.4. Kenyamanan Termal Dalam Arsitektur Tropis

Pengertian arsitektur tropis (lembap) pada umumnya mengarah


pada dominasi bentuk atap yang lebar yang berfungsi sebagai penahan
cucuran hujan dan radiasi langsung sinar matahari, di mana keduanya
dianggap sebagai faktor- faktor dominan iklim tropis lembap. Pemikiran
semacam ini tidaklah terlalu keliru meskipun belum cukup
memberikan pengertian menyeluruh tentang arsitektur tropis.

Arsitektur tropis harus diartikan sebagai rancangan spesifik suatu


karya arsitektur yang mengarah pada pemecahan problematik iklim
tropis. Iklim tropis sendiri dicirikan oleh berbagai karakteristik, misalnya
kelembapan udara yang tinggi, dapat mencapai angka di atas 90%, suhu
udara relatif tinggi, antara 15 hingga 35°C, radiasi matahari yang
menyengat dan mengganggu, serta curah hujan tinggi yang dapat
mencapai angka di atas 3000 mm/tahun. Faktor-faktor iklim tersebut
berpengaruh sangat besar terhadap aspek kenyamanan fisik manusia
terutama aspek kenyamanan termal (termis).

Produktivitas manusia cenderung menurun atau rendah pada


kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau
terlalu panas. Penelitian Idealistina memperlihatkan femomena
semacam itu, bahwa produktivitas manusia meningkat pada kondisi suhu
(termal) yang nyaman.

Arsitektur tropis diharapkan mampu menjawab seluruh persoalan


iklim tersebut dengan bentuk rancangan yang hampir tanpa batas. Bukan
sebatas pada penyelesaian atap yang lebar saja. Aspek kenyamanan

26
visual (pencahayaan) serta kenyamanan termal (termis) merupakan dua
hal dominan yang perlu dipecahkan agar penghuni bangunan tropis
dapat mencapai kebutuhan kenyamanan secara fisik. Atap lebar memang
diperlukan pada bangunan tropis berlantai rendah. Namun, rancangan ini
tidak merupakan jaminan bahwa penghuni akan mampu mencapai
kenyamanan fisik secara visual dan termal sebagaiman diharapkan
seperti di atas.

Tidak tersedianya bukaan-bukaan sebagai sarana ventilasi dalam


bangunan secara memadai, mengakibatkan ruang dalam bangunan
tropis panas. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya radiasi dinding atau
langit-langit, atau disebabkan oleh meningkatnya kelembapan dalam
ruang tersebut akibat minimnya aliran udara. Banyak faktor lain yang
dapat menghambat pencapaian kenyamanan fisik bagi pengguna
bangunan yang pada umumnya disebabkan oleh rancangan arsitektur
yang tidak tepat dimana kondisi iklim setempat (tropis) tidak
diperhitungkan dalam proses perancangan.

2.4.1 Suhu Nyaman Manusia Tropis

Disadari atau tidak, aspek ‘kenyamanan termal’


sesungguhnya telah mendominasi kehidupan manusia dalam rangka
berinteraksi dengan lingkungan fisiknya. Hampir pada setiap
kesempatan manusia selalu membicarakan masalah sensasi termisnya
terhadap udara di sekitarnya, seperti misalnya ‘terlau panas’ atau
‘terlalu dingin’, atau sekedar mengatakan bahwa pada saat
tertentu mereka merasa ‘kepanasan’,

‘kedinginan’, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa aspek


kenyamanan termal sangat berpengaruh terhadap kehidupan
manusia sehari-hari.

Dalam teori kenyamanan termal dinyatakan bahwa rasa panas


atau dingin yang dirasakan oleh tubuh manusia sesungguhnya
merupakan wujud respons dari sensor perasa yang terdapat pada kulit

27
terhadap stimuli suhu yang ada di sekitarnya. Sensor perasa berperan
menyampaikan informasi rangsangan rasa kepada otak di mana otak
akan memberikan perintah kepada bagian-bagian tubuh tertentu agar
melakukan antisipasi guna mempertahankan suhu tubuh agar tetap
berada pada sekitar 37°C, di mana hal ini diperlukan agar organ dalam
tubuh dapat menjalankan fungsinya secara baik.

Standar Internasional (ISO 7730:1994) menyatakan bahwa


sensasi termis yang dialami manusia merupakan fungsi dari empat
faktor iklim yakni, suhu udara, suhu radiasi, kelembapan udara,
kecepatan angin, serta dua faktor individu yakni, tingkat aktivitas
yang berkaitan dengan laju metabolisme tubuh, serta jenis pakaian
yang dikenakan. Standar ISO 7730 menyatakan bahwa kenyaman
termal tidak dipengaruhi secara nyata oleh hal-hal lain misalnya,
perbedaan jenis kelamin, tingkat kegemukan, faktor usia, suku bangsa,
adaptasi, tempat tinggal geografis, faktor kepadatan, warna, dan
sebagainya.

Salah satu hal menonjol dari teori Fanger adalah dihasilkannya


suatu rumusan bahwa ‘kenyamanan termal’ merupakan fungsi dari
empat faktor iklim (climatic factors) yakni: suhu udara (°C), suhu
radiasi (°C), kelembaban udara (%) dan kecepatan angin (m/s), serta
fungsi dari 2 (dua) faktor individu yakni: jenis aktivitas (yang
dinyatakan dengan laju metabolisme tubuh, met) serta jenis pakaian
(yang dinyatakan dalam unit clo) yang dikenakan seseorang.

Di dalam buku Standar Tata Cara Perencanaan Teknis


Konservasi Energi pada Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh
Yayasan LPMB–PU dinyatakan bahwa suhu nyaman untuk orang
Indonesia adalah sebagai berikut:

- Sejuk nyaman antara 20,5 – 22,8°C ET (suhu efektif)


- Suhu nyaman optimal antara 22,8 – 25,8°C ET
- Hangat nyaman antara 25,8 – 27,1°C ET

28
Sedangkan hasil penelitian Karyono di Jakarta
memperlihatkan angka suhu nyaman optimal atau suhu netral pada
25,3°CTeq (suhu ekuivalen), di mana sekitar 95% responden
diperkirakan nyaman. Sedangkan rentang suhu nyaman, yakni
antara ‘sejuk nyaman’ hingga

‘hangat nyaman’ adalah antara 23,6 hingga 27,0°CTeq. Seandainya


digunakan parameter lain, yakni suhu udara (Ta) sebagai unit skala,
suhu nyaman optimal (netral) tersebut menjadi 26,7°C Ta, sedangkan
rentang antara ‘sejuk nyaman’ hingga ‘hangat nyaman’ adalah antara
25,1 hingga

28,3°C.

2.4.2 Strategi Pencapaian Suhu Nyaman Pada Arsitektur Tropis

Masalah yang harus dipecahkan di wilayah iklim tropis


seperti Indonesia adalah bagaiman menciptakan suhu ruang agar
berada di bawah 28,3°C, yakni batas atas untuk sensasi hangat
nyaman, ketika suhu udara luar siang hari berkisar 23°C. Secara
sederhana ada dua strategi pencapaian suhu nyaman di dalam
bangunan, pertama, dengan pengondisian udara mekanis, kedua,
dengan perancangan pasif memanfaatkan secara optimal ventilasi
alamiah.

Penghawaan mesin mengondisian udara mekanis, AC,


memudahkan pencapaian suhu ruang dibawah 28,3°C, dimana
kenyamanan akan dicapai. Penggunaan AC mengecilkan peran arsitek
dalam perancangan, karena dengan rancangan apa pun, ruang dapat
dibuat nyaman dengan penempatan mesim AC. Modifikasi iklim luar
yang tidak nyaman menjadi nyaman dengan cara mekanis lebih
merupakan tugas para engineer dibanding arsitek.

Pencapaian kenyamanan dengan mengoptimalkan


pengondisian udara secara alamiah merupakan tantangan bagi arsitek.

29
Bagaimana arsitek melalui karya arsitektur mampu memodifikasi
udara luar yang tidak nyaman, dengan suhu sekitar 32°C, menjadi
nyaman dengan suhu di bawah 28,3°C.

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam


kaitannya dengan modifikasi iklim secara alamiah adalah sebagai
berikut:

a. Penanaman pohon

Penanaman pohon lindung di sekitar bangunan sebagai


upaya menghalangi radiasi matahari langsung pada material
keras seperti halnya atap, dinding, halaman parkir atau halaman
yang ditutup dengan material keras, seperti beton dan aspal,
akan sangat membantu untuk menurunkan suhu lingkungan.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan, di antaranya oleh
Akbari dan Parker memperlihatkan bahwa penurunan suhu
hingga 3°C bukan merupakan suatu hal mustahil dapat
dicapai dengan cara penanaman pohon lindung di sekitar
bagunan.

b. Pendinginan malam hari

Simulasi komputer terhadap efek pendinginan malam


hari (night passive cooling) yang dilakukan oleh Cambridge
Architectural Research Limited memperlihatkan bahwa
penurunan suhu hingga

3°C (pada siang hari) dapat dicapai pada bangunan yang


menggunakan material dengan massa berat (beton, bata) apabila
perbedaan suhu antara siang dan malam tidak kurang dari 8°C
(perbedaan suhu siang dan malam di kota-kota di Indonesia
umumnya berkisar antara 10°C.

c. Meminimalkan perolehan panas (heat gain) dari radiasi matahari


pada bangunan

30
Hal ini dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,
menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding-dinding
transparan yang dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah
kaca, yang berarti akan menaikkan suhu dalam bangunan.
Kedua, mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding masif
yang terkena radiasi matahari langsung, dengan melakukan
penyelesaian rancangan tertentu, diantaranya:

1) Membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi


pada rongganya;

2) Menempatkan ruang-ruang service ( tangga, toilet,


pantry, gudang, dsb) pada sisi-sisi jatuhnya radiasi
matahari langsung (sisi timur dan barat);

3) Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-


langit (pada bangunan rendah) agar tidak terjadi
akumulasi panas pada ruang tersebut. Seandainya
tidak, panas yang terkumpul pada ruang ini akan
ditransmisikan ke bawah, ke dalam ruang di bawahnya.
Ventilasi atap ini sangat berarti untuk pencapaian suhu
ruang yang rendah.

d. Memaksimalkan pelepasan panas dalam bangunan

Hal ini dapat dilakukan dengan pemecahan rancangan


arsitektur yang memungkinkan terjadinya aliran udara
silang secara maksimum di dalam bangunan. Aliran udara
sangat berpengaruh dalam menciptakan ‘efek dingin’ pada
tubuh manusia, sehingga sangat membantu pencapaian
kenyamanan termal.

2.5 Kriteria Perencanaan Pada Iklim Tropis Lembab

Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat


khusus dalam perancangan bangunan dan lingkungan binaan,

31
mengingat ada beberapa faktorfaktor spesifik yang hanya dijumpai
secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur,
komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan, dan nilai-
nilai estetika bangunan yang terbentuk akan sangat berbeda dengan
kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya.

2.5.1 Gambaran Landscape

Lantai bawah bangunan tropis seharusnya lebih terbuka


keluar dan menggunakan ventilasi yang alami karena hubungan
lantai dasar dengan jalan juga penting. Ada empat hal yang sangat
erat kaitannya dengan landscape, yaitu:.

a. Vegetasi

Kelembaban yang mendekati angka kenyamanan terdapat


pada bagian pohon dengan kerapatan daun yang rendah.
Dengan demikian untuk menciptakan kelembaban iklim mikro
yang nyaman, dapat dipilih tanaman-tanaman dengan ketinggian
dahan terbawah berada pada skala manusia ketika tanaman
tersebut dewasa. Untuk mengendalikan kecepatan angin, dipilih
tanaman dengan kerapatan daun sedang. Kondisi angin musim dan
angin iklim mikro dapat diarahkan masuk ke dalam bangunan
dengan menanam tanaman pengarah atau mengatur posisi
bangunan.

Gambar 2.4. Tanaman yang mempengaruhi arah angin


(Sumber: Suskiyatno, 1998: 60)

32
b. Kepadatan bangunan

Kepadatan bangunan adalah jarak antara bangunan di suatu


area yang akan membentuk temperatur lingkungan. Area dengan
kepadatan tinggi secara umum akan memiliki temperatur lebih
tinggi daripada area yang kurang padat. Meskipun demikian, juga
harus diperhatikan kondisi lainnya seperti kecepatan angin, jenis
dan kerapatan vegetasi, ketinggian dari laut, serta posisinya
terhadap garis edar matahari.

c. Geometri tatanan

Bentukan dan keteraturan tatanan lingkungan akan banyak


berpengaruh pada kecepatan angin. Apabila belokan semakin
banyak, kecepatan angin berkurang dengan drastis. Dalam hal ini
perlu dipertimbangkan apakah angin diperlukan untuk berhembus
lebih kuat ataukan sebaiknya angin harus dikurangi kecepatannya.

d. Kekasaran permukaan

Perbedaan tinggi rendahnya bangunan akan


membentuk suatu kekasaran permukaan di kawasan tersebut.
Hal ini akan berpengaruh pada jalannya arah dan kecepatan
angin.

2.5.2 Tata Massa

Tatanan massa adalah perletakan massa bangunan


majemuk pada suatu site, yang ditata berdasarkan zona
dan tuntutan. Massa sebagai elemen site dapat tersusun
dari massa berbentuk bangunan dan vegetasi. Kedua–
duanya baik secara individual maupun kelompok menjadi
unsur pembentuk ruang out door.

33
Tatanan massa permukiman tradisional secara
umum diklasifikasikan dalam dua golongan, yaitu
menyebar dan linier (Rappoport, 1996). Pada
lingkungan permukiman terpusat terdapat dua tipe
permukiman. Pada tipe pertama, keseluruhan permukiman
dianggap sebagai setting kehidupan dan rumah tinggal
hanya sebagai bagian yang lebih privat, tertutup, dan
terlindungi. Pada tipe kedua, rumah tinggal dianggap
sebagai totalitas setting kehidupan dan permukiman
“connective tissue” atau lapisan penghubung antarrumah
tinggal.

Tiga faktor utama (Lippsmeier, 1994: 101) yang


menentukan perletakan bangunan tropis lembab adalah:

a. Radiasi matahari

Bangunan dibuat tipis dan memanjang untuk


memaksimalkan area bangunan yang menghadap ke arah
selatah dan utara. Pada bangunan berbentuk tipis
memanjang, orientasinya terhadap sinar matahari lebih
menentukan dibandingkan dengan bujur sangkar karena
setiap pasangan fasad menerima beban utama radiasi
matahari yang berarti pemanasan. Orientasi bangunan
terhadap sinar matahari yang paling cocok dan
menguntungkan adalah mengarah dari timur ke barat
sehingga bagian utara-selatan dapat menerima cahaya
tanpa kesulitan (Frick & Suskiyatno,

1998:56).

Sudut jatuh sinar matahari juga perlu diperhatikan.


Semakin curam, semakin besar penerimaan energi panas.Ini
berarti bahwa fasad selatan dan utara menerima lebih sedikit
panas dibandingkan dengan fasad barat dan timur. Oleh karena

34
itu, sisi bangunan yang sempit harus diarahkan pada posisi
matahari rendah, berarti arah barat dan timur tidak dapat
dihindari. Dengan demikian, pandangan bebas melalui
jendela pada sisi ini juga harus dicegah.

Posisi massa bangunan harus berada dalam jarak


tertentu agar tidak menghalangi cahaya yang masuk terhadap
bagian massa yang lainnya. Sudut penjarakan minimal agar
cahaya dapat tetap masuk dengan baik ke dalam bangunan
adalah 40º- 45º (Brown, 1990:72).

Gambar2.8.Jarak antar bangunan (Sumber: Adam Hamimie, 2006:


19)

b. Arah dan kekuatan angin

Ventilasi silang merupakan faktor yang sangat penting


bagi kenyamanan ruang. Oleh karena itu, pada daerah iklim
tropika basah, posisi bangunan yang melintang terhadap arah
angin utama lebih penting dibandingkan dengan perlindungan
terhadap sinar matahari.

c. Topografi

Pemanasan tanah dan intensitas pemantulan dapat


dikurangi dengan pemilihan lokasi yang sudut miringnya sekecil
mungkin terhadap cahaya matahari. Akan tetapi, pengubahan

35
topografi yang ada, bila mungkin, akan memakan biaya yang
besar, sehingga perbaikan iklim ini hanya dapat dilakukan pada
pemilihan lokasi bangunan. Sifat permukaan di dekat bangunan
sangat mempengaruhi iklim mikro.

2.5.3. Orientasi Bangunan

Faktor matahari dan angin ini sangat erat


hubungannya dengan tata letak orientasi bangunan yang
akan direncanakan. Bagunan di dataran rendah harus
memperhatikan sifat angin yang kadang-kadang sangat
kencang dan hal ini perlu dihindari. Jadi, kecuali
mempelajari cepat dan lambatnya gerakan angin di suatu
daerah, perlu juga diketahui arah dari angin setempat.

Gambar 2.5. Orientasi bangunan (bentuk memanjang) menghadap


Utara- Selatan

Perancangan-perancangan sinar matahari baik yang


langsung maupun tidak langsung memanaskan badan
bangunan. Panas dari luar tersebut dihantarkan terus sampai
ke dalam ruangan-ruangan yang ada di dalamnya. Dalam
hubungan dengan orientasi, perlu diperhatikan jalannya
matahari dari arah timur ke barat sehingga akan terciptalah
suatu orientasi yang diinginkan. Pada praktiknya, sangat

36
sukar dicapai suatu orientasi bangunan yang ideal
sempurna, tetapi seringkali diperlukan suatu jalan
kompromi antara arah angin yang ideal dengan jalannya
matahari yang ideal pula.

Orientasi bangunan harus sesuai dengan faktor-


faktor lain agar memperoleh keuntungan yang sebanyak-
banyaknya dari teknik pemanasan dan penyejukan alami.
Menurut Soetiadji (1986) orientasi adalah “suatu” posisi
relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah mata angin,
atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya”.
Dengan berorientasi dan kemudian mengadaptasikan situasi
dan kondisi setempat, bangunan kita akan menjadi milik
lingkungan.

Jenis orientasi menurut Soetiadji


(1986) adalah:

a) Orientasi terhadap garis edar matahari yang merupakan


suatu bagian dari elemen penerangan alami. Namun,
pada daerah beriklim tropis penyinaran dalam jumlah yang
berlebihan akan menimbulkan suatu masalah, sehingga
diusahakan adanya elemen- elemen yang dapat mengurangi
efek terik matahari.

b) Orientasi pada potensi-potensi terdekat, merupakan suatu


orientasi yang lebih bernilai pada sesuatu. Bangunan dapat
mengarah pada suatu tempat atau bangunan tertentu atau cukup
dengan suatu nilai orientasi positif yang cukup membuat
hubungan filosofisnya saja.

c) Orientasi pada arah pandang tertentu, yang biasanya


mengarah pada potensipotensiyang relatif jauh, misalnya arah
laut atau pemandangan alam.

37
Adanya pengaruh orientasi terhadap sesuatu
menyebabkan bangunan harus dapat mengantisipasi hal-hal
negatif yang berkaitan dengan masalah fisika bangunan, antara
lain masalah thermal, tempias air hujan, silau, dan lain
sebagainya. Matahari menimbulkan gangguan dari panas dan
silau cahayanya (Wijaya, 1988). Ada beberapa cara
perlindungan yang dapat dilakukan sebagai antisipasi
atas masalah tersebut, antara lain dengan cara prinsip-prinsip
pembayangan dan filterasi/penyaringan cahaya. Cara
pematahan sinar matahari dengan sistem pembayangan
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

a) Garis edar matahari


b) Kondisi lingkungan setempat
c) Bentuk bangunan
d) Fungsi bangunan.
Namun, fungsi bayangan itu sendiri di dalam
arsitektur tidak hanya sebagai cara antisipasi terhadap
matahari, tetapi juga merupakan upaya untuk

a) Membentuk suatu karakteristik bangunan

b) Komunikasi visual

c) Menimbulkan efek psikologis.

Orientasi banguan yang paling optimal di semua


daerah iklim adalah memanjang dari arah timur ke barat
dan untuk daerah tropis lembab proporsi yang optimal
antara lebar dan panjang.

38
2.5.4. Bentuk Bangunan

Bentuk arsitektur dipengaruhi beberapa aspek


yang saling berkaitan. Rappoport (1996) mengemukakan
bahwa faktor pembentuk lingkungan dibedakan dalam dua
golongan yaitu faktor primer dan faktor peubah. Faktor primer
meliputi aspek sosial budaya sedangkan faktor peubah
meliputi faktor iklim, konstruksi, material, dan
teknologi. Meskipun dianggap hanya sebagai faktor peubah,
faktor iklim mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
membentuk lingkungan.

Lingkungan pemukiman merupakan kumpulan


berbagai artefak yang merupakan gabungan antara tapak (site),
peristiwa (event), dan tanda (sign) dari jalan, ruang terbuka,
kumpulan berbagai macam bangunan, dan elemen fisik lainnya
yang dapat dijadikan ciri suatu lingkungan permukiman
(Sarjono, 1996). Sebab itulah, bagunan rumah tradisional
tidak bisa dilihat sebagai bentuk yang terpisah dari lingkungan
permukimannya, tetapi harus dilihat sebagai bagian dari sistem
sosial dan sistem ruang (Rappoport, 1996).

Bentukan bagunan tradisional lebih merupakan


keinginan dari sebuah kelompok daripada keinginan individual
tentang lingkungan yang ideal (Rappoport, 1996). Dengan
demikian, terdapat hubungan yang erat antara kondisi
lingkungan dengan bentukan fisik rumah. Kondisi lingkungan
akan mempengaruhi bentukan fisik rumah, sedangkan kondisi

lingkungan dipengaruhi oleh kondisi lokasi dan kelompok


masyarakat dengan budayanya (Rappoport, 1993).

39
2.5.5. Material Bangunan

Atap dan dinding pada bangunan adalah bagian-bagian


yang paling banyak menerima radiasi matahari secara
langsung. Radiasi tersebut melalui peroses refleksi atau
transmisi dihantarkan masuk ke dalam ruang- ruang. Atap,
sampai sejauh ini, merupakan elemen yang sangat penting
pada bangunan karena menerima radiasi terbesar. Sisi timur
dan khususnya dinding barat sebaiknya masif. Dinding utara
dan selatan tidak menerima banyak radiasi karena itu mungkin
saja berupa konstruksi ringan. Pada kenyaman bagunan yang
berkesinambungan/menerus, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi besarnya pengaruh radiasi
terhadap bangunan. Seluruh permukaan bangunan harus
terlindungi dari sinar matahari secara langsung. Dinding dapat
dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas
atau penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan
untuk mencegah panas dari atap merambat langsung ke bawah
(Satwiko, 2005).

2.5.6. Bentuk dan Denah

Bentuk bangunan yang tepat adalah bentuk yang


mampu mendapatkan matahari pagi dan menghindari
panas siang hari. Bentuk tersebut bisa juga berpengaruh
pada jalannya angin untuk mendapatkan pergantian udara
yang diperlukan. Denah bangunan kompak dan menyatu
untuk menolong memperlambat tanggapan terhadap kondisi
perubahan cuaca. Hal ini akan mengurangi perolehan panas
siang hari dan kehilangan panas malam hari.

Jendela dan bukaan-bukaan akan memberi


perlindungan dari radiasi matahari. Orientasi bangunan
sebagian besar bukan bisa memberi pengaruh besar pada

40
perolehan panas. Oleh karena itu, harus dipertimbangkan
dengan hati-hati. Dinding vertikal menghadap utara dan
selatan menerima paling sedikit radiasi. Dinding sisi timur,
tenggara, dan barat daya menerima jumlah radiasi yang
hampir sama. Dinding barat menerima radiasi paling
banyak.

Pada dasarnya, dengan bentuk denah empat


persegi panjang, dinding yang lebih panjang seharusnya
menghadap utara atau selatan, dan sebagian besar
bukaan ditempatkan pada dinding ini. Jendela-jendela
di sisi timur bisa memasukkan matahari, namun ketika
suhu udara masih sangat rendah. Jendelajendela di sisi
barat sebaiknya sedapat mungkin dihindari karena
perolehan panas matahari melalui bidang ini disertai
suhu udara yang tinggi.

2.5.7. Organisasi Ruang

Untuk merancang suatu tata ruang bangunan,


perlu dipikirkan suatu organisasi dan pola
perletakan ruang yang mengikuti pola pergerakan
pemakai yang selalu bersambung (continous space),
sehingga di samping melancarkan arus sirkulasi
pergerakan, juga memperlancar sirkulasi udara di dalam
ruang.

Tata letak ruang disusun dengan pertimbangan


karakteristik dan persyaratan yang dibutuhkan oleh
sebuah ruang. Ruang-ruang yang memiliki tingkat
kebutuhan pencahayaan yang tinggi, diletakkan pada
bagian tepi bangunan, sedangkan yang tidak begitu
membutuhan pencahayaan, diletakan di tengah
bangunan. Di samping itu, peletakan ruang perlu

41
diperhatikan untuk mendukung sistem ventilasi silang
agar penghawaan alami di dalam ruang bisa tercapai.

2.5.8. Bukaan Bangunan

Tidak dapat disangkal lagi bahwa dalam usaha


untuk menghasilkan suatu perencanaan yang baik,
bukan saja luas dan sisi ruangan harus mendapat
perhatian, tetapi juga penempatan serta ukuran yang
tepat dari bukaan-bukaan(jendela, pintu, dan lubang-
lubang ventilasi lainnya) perlu mendapat kajian yang
teliti demi tercapainya kenyamanan.

Jika kelebihan panas terjadi, ventilasi siang perlu


diberikan. Akan tetapi, pada beberapa bagian waktu, hal ini
turut meyumbang pada rasa dingin yang tidak nyaman
sehingga perlu disiapkan penutup bukaan- bukaan, jendela,
dan pintu. Di sisi lain, jika tidak ada angin yang kuat yang
perlu dihindari, orientasi bukaan tidak memperhatikan
perlunya angin langsung sehingga perolehan panas
matahari menjadi satu-satunya faktor dalam pengaturan
orientasi jendela.

a. Jendela

Dari sisi selatan dan utara paling sedikit menerima


sinar matahari, sehingga harus banyak adanya bukaan.
Penempatan bukaan juga dibuat pada sisi yang paling
mudah untuk membuka dan menutup. Untuk ventilasi
dan penerangan alami, dalam banyak kasus, suatu jendela
berupa

20 % luasan dinding telah mencukupi (Koenigsberger,


1973).

42
b. Pintu

Pada dinding yang padat, masif, dan tertutup


diperlukan bukaan yang lebih baik, lebih lebar. Bukaan-
bukaan diperlukan yang bisa dibuka untuk ventilasi sekali-
kali bila diperlukan pada musim kemarau yang lembab atau
sore yang panas kering. Pada dinding yang
berdekatan/berbatasan, jika ada jendela sebaiknya tidak
lebih dari 25 % luasan ruang. (Koenigsberger, 1973: 225).

Gambar 2.6. Saran Zona Bukaan pada Bangunan


(Sumber: Fisika Bangunan -2008)

2.5.9. Kenyamanan Thermal

Menurut Peter Hoppe pendekatan kenyamanan


thermal ada tiga macam, yaitu pendekatan
thermophysiological, pendekatan heat balance, dan
pendekatan psikologis (Sugini, 2004: 6), sedangkan menurut
Karyono (2001: 14) kenyamanan thermal adalah sensasi
panas atau dingin sebagai wujud respon dari sensor perasa
kulit terhadap stimulus suhu di sekitarnya.

Penelitian dan argumentasi mengenai kenyamanan thermal


telah berjalan cukup lama, dan tidak disepakati suatu
besaran yang sama. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh

43
Szokolay (1980: 1). Hal ini dapat dijelaskan dengan
memperhatikan faktor-faktor yang mendukung
kenyamanan thermal sebagaimana dikemukakan oleh
Hardiman (1992: 3) pada tabel 2 dan juga oleh Egan (1975:
21) dalam bukunya, Concept in Thermal Comfort.

Table 2.3. Faktor-faktor kenyamanan thermal

(Sumber Hardiman, 1992:3)

Dalam Egan (1975: 13) dinyatakan bahwa


kehilangan panas pada manusia disebabkan oleh konveksi,
evavorasi dan radiasi, konveksi memberi kontribusi berkisar
40% penguapan yaitu sekitar 20%, radiasi matahari hampir
setara dengan konveksi yaitu sekitar 40% dan yang paling
kecil adalah konduksi biasanya sangat kecil. Jumlah
kehilangan panas ini akan menentukan respons seseorang
terhadap lingkungan sekitar sehingga ia akan mampu
merasakan kenyamanan atau ketidaknyamanan. Faktor
kenyamanan thermal didukung oleh temperatur udara,
radiasi, pergerakan udara, dan kelembaban relatif.
Keempat faktor ini dalam kombinasi tertentu akan
menghasilkan suatu kenyamanan thermal tertentu. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada diagram berikut.

44
Gambar 2.7. Faktor-faktor kenyamanan Thermal pada tubuh
manusia (Sumber: Egan, 1975: 13)

Menurut Givoni (1976) dan Szokolay (1980) tingkat


kenyamanan thermal secara alamiah sulit dan tidak akan mungkin
dicapai tetapi hanya akan mendekati, kecuali apabila memakai
sistem penghawaan buatan. Kenyamanan hanya akan dicapai
apabila pada suatu kondisi suhu udara tertentu terdapat suatu
kecepatan angin tertentu yang mampu menghasilkan proses
penguapan tubuh yang seimbang. Dari kriteria- kriteria tersebut,
dikemukakanlah pada bahasan berikut ini hal-hal yang mendukung
kenyamanan thermal.

Table 2.4. Batas kenyamanan thermal

Kelompok TRT di atas 200C TRT 15- 200C TRT di bawah


kelembaba Siang Malam Siang Malam 150C
Siang Malam
n 1 26-34 17-25 23-32 14-23 21-30 12-21
2 25-31 17-24 22-30 14-22 20-27 12-20
3 23-29 17-23 21-28 14-21 19-26 12-19
4 22-27 17-21 20-25 14-20 18-24 12-18
Sumber: Prasasto Satwiko (2009: 71) (digambar ulang oleh penulis)

Penelitian yang pernah dilakukan dengan variabel


nonfisik, yaitu jenis kelamin, umur, lama penghuni, tipe rumah,

45
jenis kegiatan, dan jenis pakaian, dan dengan variabel fisik, yaitu
gerakan udara, temperatur udara, dan kelembaban relatif,
menghasilkan suatu besaran kenyamanan thermal yaitu pada
rentang 25.40C – 28.90. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa
faktor kelembaban dan kecepatan angin tidak dimasukan sebagai
tolak ukur pada kenyamanan. Alasan yang dikemukakan
adalah bahwa pada temperatur tersebut ternyata rentang naik
turun tingkat kelembababan merupakan fungsi kebalikan dengan
naik turun temperatur. Sementara itu, kecepatan angin yang bisa
ditoleransi untuk kegiatan di dalam ruang yang nyaman adalah 0,7
m/det (Lippsemier, 1994: 37). Oleh karena itu, temperatur
maksimal yang diizinkan dengan kombinasi kecepatan angin
tesebut adalah 290C.

Suatu cara lain dapat digunakan untuk mengukur


kenyamanan thermal yaitu dengan menggunakan diagram
Olgyay yang menunjukkan suatu kondisi yang diperlukan
untuk mencapai kenyamanan sebagaimana yang dijelaskan
pada gambar berikut ini.

Gambar 2.8. Kenyamanan menurut Olgyay (Sumber:


Lippsmeier,1994:37)

Area yang diarsir hitam menunjukkan rentang


kenyamanan yang bisa diterima. Jika titik yang
ditinjau berada di luar bidang tersebut, kondisi
kenyamanan bisa dicapai dengan tambahan persyaratan
tertentu. Jika suatu titik ada di bawah bidang

46
kenyamanan, kondisi tersebut perlu ditambah
pemanasan. Sebaliknya, jika kondisi suatu titik berada
di atas bidang kenyamanan, kondisi tersebut perlu
tambahan kecepatan angin untuk mengurangi
kelembaban.

Area pada bagian kiri artas diagram menunjukkan


perlunya tambahan kelembaban untuk bisa merasa nyaman.
Area paling jauh yang dibatasi dengan garis putus-putus
adalah area yang di luar kemampuan manusia untuk
bertoleransi secara alami sehingga perlu diberikan suatu
kondisi buatan atau dengan pengontrol mekanis.

2.5.10. Ruang Luar

Bentuk ruang luar yang baik seharusnya mampu


mewadahi beberapa aktivitas di luar ruang sebagaimana di
iklim tropis lembab. Bayangan sebaiknya diberikan oleh
bangunan itu sendiri dengan memberi pergola, awning,
atau tanaman penghijauan lainnya. Teras yang lebar dan
serambi yang luas sangat dibutuhkan untuk daerah dengan
iklim panas lembab sebagai area tinggal di luar ruang
untuk menahan silau langit, melindungi dari hujan, dan
memberi bayangan peneduh. Penahan matahari dan kisi-
kisi digunakan untuk melindungi bukaanbukaan selama
periode kemarau.

Pada musim kemarau, lanskap dan dinding


pelingkup diperlukan untuk melindungi dari debu dan
angin panas. Hal tersebut juga memberi keuntungan pada
musim hujan untuk melindungi dari tempias dan angin.
Pada saat turun hujan deras, perawatan tanaman dan
sekeliling bangunan menjadi mudah, sedangkan debu
berkurang.

47
BAB III

STUDI PRESEDEN

3.1 Bus Station in Osijek / Rechner

3.1.1 lokasi site


Nama : Bus Station in Osijek / Rechner
lokasi : Jl. Osijek
Type : Ruang Usaha Disewa
Arsitek : Predrag Rechner, Bruno Rechner, Ines
Luas Bangunan : 11.066 meter persegi
Jumlah Lantai : 1 lantai
Tahun : 2011

Gambar : 3.1 Lokasi Bus Station in Osijek

48
3.1.2. Deskripsi Tentang Bangunan

Gagasan membangun stasiun bus baru di Osijek dibuat pada tahun


2007, ketika kota Osijek menerbitkan undangan untuk tender
pembangunan stasiun bus baru di Osijek dengan prinsip kemitraan publik-
swasta. Tender membutuhkan arsitektur berkualitas tinggi, dan solusi
terbaik secara ekonomi, dalam hal biaya konstruksi, pemeliharaan dan
penggunaan.

Gambar : 3.2 Bus Station in Osijek

Masalahnya adalah merancang stasiun bus hingga kategori A, yang


berarti arsitektur kontemporer berkualitas tinggi, sedangkan "Osijek
Koteks Inc." menawarkan kondisi ekonomi terbaik untuk pembiayaan,
konstruksi, pemeliharaan, dan penggunaan.

Menurut tender, kota Osijek dan "Osijek Koteks Inc."


menandatangani kontrak kemitraan publik-swasta di mana kota memberi
tanah dan "Osijek Koteks Inc." berinvestasi dalam proyek dan
pembangunan stasiun bus. Investor tersebut diklaim untuk menggunakan
dan mengelola bisnis selama periode 28 tahun, setelah itu diwajibkan

49
untuk memberikannya kepada kepemilikan di kota Osijek. Setelah desain
dibuat dan semua izin yang diperlukan diperoleh, pekerjaan dimulai dan
itu tidak berhenti bahkan pada saat krisis ekonomi global terbesar. Pada
musim panas 2011, stasiun bus di Osijek secara resmi dibuka.

Solusi perkotaan dari stasiun Bus di Osijek dalam banyak hal


ditentukan oleh penempatannya di jaringan perkotaan. Bujur kota yang
terletak di sungai Drava tercermin bahkan dalam posisi bangunan stasiun
Bus di parsel

Gambar : 3.3 Belakang Bus Station in Osijek

Terminal transportasi perkotaan terletak di sebelah timur, sisi paling


kontraktual dari paket longitudinal: stasiun trem, lima platform untuk bus
transportasi perkotaan, tempat taksi, alun-alun besar dengan permukaan atap
yang didominasi dan dinding tinggi miring yang mengarah ke pintu masuk
gedung dan juga memisahkan platform dari akses eksternal.

Dengan garis bujurnya, bangunan stasiun bus dibangun secara paralel


dengan jalan akses `intrazonski´,“ menutup ”16 platform bus yang terletak di
belakang gedung, di“ halaman belakang ”, yang dimensinya 132,9 x 16,4 m.
Selain aula stasiun tinggi dan area komunikasi dua lantai ada semua fasilitas
perdagangan-katering yang diperlukan dan kantor transportasi. Fasilitas

50
terletak di lantai dasar dan galeri. Bus tiba di peron melalui pos pemeriksaan.
Penumpang mengakses platform dari gedung stasiun.

Gambar : 3.4 Galeri Bus Station in Osijek

Stasiun bus ditandai oleh modernitas ekstrem, baik dalam desain dan ide,
serta dalam kinerja dan fungsi. Ide dasarnya diturunkan melalui penelitian dan
tur di banyak terminal dan bandara penumpang Eropa.

Gambar : 3.5 Perspektik Bus Station in Osijek

51
Gambar : 3.6 Site Plan Bus Station in Osijek

Gambar : 3.7 Denah Bus Station in Osijek

Gambar : 3.8 Tampak Bus Station in Osijek

52
Gambar : 3.9 Tampak Samping Bus Station in Osijek

Gambar : 3.10 Ruang antri Bus Station in Osijek

Gambar : 3.11 Koridor Bus Station in Osijek


53
Permukaan atap yang sedikit bergelombang dan dominan, secara
substansial menaungi Bangunan terminal bus di semua sisi, terutama di atas
platform bus dan akses ke alun-alun, yang memberi asosiasi wahana bus yang
menyenangkan, seperti berlayar di atas ombak rendah dan panjang. Permukaan
kaca "berat" -nya yang dematerialisasi dari Garasi umum bawah tanah di bawah
seluruh gedung dan platform eksternal memiliki kapasitas untuk 251 kendaraan.
Ini terkait langsung dengan isi bangunan stasiun bus, dan akses pejalan kaki juga
dimungkinkan dari luar, melalui alun-alun akses. Transportasi ke garasi
dipisahkan dari lalu lintas bus.

Gambar : 3.12 Atap Bus Station in Osijek

Struktur pendukung garasi bawah tanah adalah beton bertulang. Struktur


pendukung lantai dasar dan inti tangga bangunan stasiun bus adalah kolom beton
bertulang dan balok yang dihubungkan dengan pelat beton bertulang. Permukaan
atap yang sangat besar terletak di gulungan baja di kedua arah, dengan kolom baja
berdiameter 32 cm, dalam raster 8x8m

54
Gambar : 3.13 Struktur Bus Station in Osijek

3.1.3. Pemanfaatan Fasade

fasad seperti ini adalah untuk menghalangi sinar matahari sehingga


walaupun gedung ini masih menggunakan pendingin udara buatan namun
lebih hemat dalam pemakaian energinya. fasad bangunan, dengan
horizontalitas khas dari bidang-bidang berlapis kaca dan mudah
menangkap cahaya matahari agar tidak perlu cahaya buatan, dan lebih
mengurangi lebih hemat dalam pemakaian energinya., pengelola gedung
ini, penghematan energi mencapai 20% dibandingkan bangunan berfasad
kaca seperti pada umumnya.

Gambar : 3.14 Teras Bus Station in Osijek

55
Walaupun tidak seperti terminal bus lain pada umumnya dengan
fasad yang dipenuhi kaca, bangunan ini juga tetap dapat
menggunakan sinar matahari sebagai penerangan alami bangunan pada
siang hari, namun banyakk penghuni gedung ini memilih menutup kaca
mereka sehingga mereka tetap harus menggunakan penerangan buatan
pada siang hari.

Gambar : 3.15 cahaya buatan Bus Station in Osijek

3.1.4. Kunci Diferensiasi Proyek

 Lokasi strategis di kawasan pusat permukiman


 Mudah di akses dengan semua moda transportasi
(transportasi umum, bus, busway, kereta api, monorel masa depan dll)
 Desain arsitektur kontemporer
berkualitas tinggi, sedangkan "Osijek Koteks Inc." menawarkan kondisi
ekonomi terbaik untuk pembiayaan, konstruksi, pemeliharaan, dan
penggunaan
 Efesiensi energi
bidang-bidang berlapis kaca dan mudah menangkap cahaya matahari
agar tidak perlu cahaya buatan, dan lebih mengurangi lebih hemat
dalam pemakaian energinya., pengelola gedung ini, penghematan

56
energi mencapai 20% dibandingkan bangunan berfasad kaca seperti
pada umumnya.
3.1.5. Fasilitas
Adapun fasilitas yang tersedia Bus Station in Osijek ini di
antaranya adalah: Banks and ATM, galeri, toko, restoran, mini
market, medical and dental clinic, coffee shop, office solution center,

Gambar : 3.16 fasilitas Bus Station in Osijek

57
3.2.1 lokasi bangunan

Nama : Pasar Modern Graha Raya

lokasi : Jl. Boulevard Graha Raya, Banten 15144

Type : Ruang Usaha Disewa

Arsitek : PT Jaya Properti

Jumlah Lantai : 1 lantai

Tahun : 2019

Gambar : 3.17 Lokasi Pasar Modern Graha Raya

58
3.2.2. Deskripsi Tentang Bangunan

Kawasan baru Graha Raya dikembangkan oleh developer ternama


dan terpercaya Jaya Property. Memiliki lokasi strategis di segitiga emas
Serpong – Jakarta Selatan – Jakarta Barat, dimana Serpong – Bintaro
adalah kawasan yang masih terus tumbuh berkembang dengan beragam
fasilitas dan akses yang semakin maju.

Gambar : 3.18 Tampak depan Pasar Modern Graha


Raya
Pasar modern Graharaya dihadirkan dengan konsep pasar yang bersih,
segar dan nyaman. Fasilitas lengkap dan tertata sesuai dengan zonasi diterapkan
guna memberikan kenyamanan kepada pengunjung pasar modern Graharaya
dalam berbelanja sesuai kebutuhan.

Memaksimalkan sirkulasi akses pengunjung, desain pasar ini di buat


dengan pintu di setap sisi bangunan agar menghadirka sirkulasi yang baik pagi
pengunjung serta lokasi menjadi lebih produktif.

Gambar : 3.19 Site Plan Pasar Modern Graha Raya

59
Gambar : 3.20 Denah Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 3.21 tampak Pasar Modern Graha Raya

60
Gambar : 3.22 Denah typikal Pasar Modern Graha Raya

Pasar Modern Graharaya dengan pilihan tipe sebagai berikut (PLAN E) :


Tipe Ruko, dengan pilihan posisi dan luasan:

 Standard (STD), dimensi 4 x 9,5 m2, dijual sebanyak 25 unit.


 Tengah Hook, dimensi 5 x 9,5 m2, dijual sebanyak 5 unit.
 Hook 01 , dimensi 6,5 x 9,5 m2, terdapat 2 unit.
 Hook 02 , dimensi 7,5 x 9,5 m2, hanya ada 1 unit.

Tipe Kios Pasmod GrahaRaya dengan pilihan:

 Standard 01, luas 3 x 3 m2. Terdapat 64 unit.


 Hook 01, luas 3 x 3 m2. Terdapat 47 unit.
 Standard 02, luas 2 x 3 m2. Terdapat 82 unit.
 Hook 02, luas 4 x 3 m2. Terdapat 1 unit.
 Standard 03, luas 4 x 3 m2. Terdapat 14 unit.
 Hook 03, luas 5 x 3 m2. Terdapat 8 unit.

Tipe Lapak, dengan pilihan:

 Standard ukuran 2×2 m2, terdapat 112 unit.


 Hook, ukuran 2×2 m2, terdapat 32 unit

3.2.3. Pemanfaatan Fasade

fasad seperti ini adalah untuk menghalangi sinar matahari sehingga


walaupun gedung ini masih menggunakan pendingin udara buatan namun
lebih hemat dalam pemakaian energinya. fasad bangunan, dengan
horizontalitas khas dari bidang-bidang berlapis kaca dan mudah

61
menangkap cahaya matahari agar tidak perlu cahaya buatan, dan lebih
mengurangi lebih hemat dalam pemakaian energinya., pengelola gedung
ini, penghematan energi mencapai 20% dibandingkan bangunan berfasad
kaca seperti pada umumnya.

Gambar : 3.23 fasad Pasar Modern Graha Raya

3.2.4. Kunci Diferensiasi Proyek


 Lokasi strategis di segitiga emas Serpong – Jakarta Selatan – Jakarta
Barat
 Mudah di akses dengan semua moda transportasi
(transportasi umum, bus, busway, kereta api, monorel masa depan dll)
 Efesiensi energi
bidang-bidang berlapis kaca dan mudah menangkap cahaya matahari
agar tidak perlu cahaya buatan, dan lebih mengurangi lebih hemat
dalam pemakaian energinya., pengelola gedung ini, penghematan
energi mencapai 20% dibandingkan bangunan berfasad kaca seperti
pada umumnya.

62
3.2.5. Fasilitas
Sejumlah fasilitas lengkap tersedia pada kawasan pasar modern Graharaya:
– Ruko Graharaya,
– Kios Graharaya,
– Mushola,
– ATM Centre
– Toilet umum dan disable,
– Tempat potong unggas,
– Area ayam hidup,
– Area cuci bersama,
– Cold storage,
– Ruang laktasi,
– Tempat penampungan sampah,
– Area parkir yang luas,
– Keamanan 24 jam, dan
– Hydrant.

63
BAB IV

ANALISIS PRESEDEN

Berdasarkan hasil pembahasan tinjauan pustaka, studi litertur yang telah


dibahas diatas dapat disimpulkan bahwa variabel dan kriteria desain terminal
bus dan pasar modern terpadu melalui pendekatan Arsitektur tropis adalah
sebagai berikut :

4.1. Variabel Dan Kriteria Desain Terminal Bus

Table 4.1

Aspek Variabel Kriteria desain


lokasi Lokasi yang mudah di
akses dan dekat
permukiman warga
lingkungan

Ruang terbuka hijau Menciptakan ruang


terbuka hijau di antara
bangunan

Efisiensi penggunaan lahan Membangun tanpa


mengubah drastis
lingkungan sekitar

Area menunggu Sarana tempat


menunggu,agar bisa santai
sambil menunggu
keberangkatan
Jalur pemberangkatan dan Sarana untuk memudah
kedatangan kendaraan akses menuju bangunan
umum
Tempat parkir kendaraan Parkir selama menunggu
fasilitas

umum keberangkatan, termasuk


di dalamnya tempat
tunggu penumpang (peron)
dan tempat istirahat
kendaraan umum,
Bangunan kantor terminal Sarana karyawan terminal
bus berkerja,mengumpul
data,perkerjaan lain
Menara pengawas Sebagai rest area di dalam
area kawasan yang juga
dapat digunakan untuk

64
mengawas pengunjung
Loket penjualan karcis Sebagai pembelian tiket
keberangkatan menuju
tujuan
Rambu-rambu dan papan Informasi yang sekurang-
informasi, kurangnya memuat
petunjuk jurusan dan
jadwal perjalanan beserta
tarifnya
Pos satpam Sarana mengawasas tindak
kriminal di bangunan
Fasilitas pendukung: Fasilitas yang membantu
Toilet, Musholla, Kios, untuk melayani dan
Ruang pengobatan, Ruang mendukung kegiatan
informasi dan pengaduan, pengunjung dalam
Wartel, Tempat penitipan menunggu keberangkatan
barang, termasuk penitipan
kendaraan pribadi,Taman

4.2. Variabel Dan Kriteria Desain Pasar Modern

Tabel 4.2

Aspek Variabel Kriteria desain

Ruko Sarana tempat penjualan


yang tertutup, dan memiliki
pembatas.
Kios Retail Fasilitas tempat yang
terbuka langsung kontak
dengan pedagang lain
Kios Sembako Tempat penjual sembako
fasilitas

yang tidak miliki batas


Food Plaza Tempat menyediakan
makanan yang tersusun rapi

Bangunan kantor pasar Sarana karyawan pasar


modern modern,berkerja,mengumpul
data,perkerjaan lain

Pos satpam Sarana mengawasas tindak


kriminal di pasar modern

65
parkir Tempat pengunjung
menitipkan motor/mobil
selama berkunjung di pasar
modern

Bak sampah Fasilitas pembuang sampah


agar sampah tidak
berserakan

Loading Dock (Bongkar Tempat membongkar


Muat) barang,penurunan barang
untuk stok banyak.
Fasilitas pendukung: Fasilitas yang membantu
Atm, Eskalator dan untuk melayani dan
Lift,musholla,toilet, mendukung kegiatan
pengunjung dalam
menunggu keberangkatan

4.3. Variabel Dan Kriteria Desain Arsitektur Tropis

Tabel 4.3

Aspek Variabel Kriteria desain


Gambaran Lanscape Memiliki vegetasi di
sekitar site Kepadatan
bangunan, Geometri
tatanan, Kekasaran
Penfaatan lingkungan

permukaan,dan banyak
bukaan pada bangunan
Tata Massa Penetaan menurut zona
dan tuntutan,Radiasi
matahari, Arah dan
kekuatan angin,
Topografi
Orientasi Bangunan Perlu memperhatikan
jalan matahari, Garis edar
matahari, Kondisi
lingkungan setempat,
Bentuk bangunan, Fungsi
bangunan
Bentuk Bangunan Bentuk di pengaruhi
aspek sosial budaya,
iklim, lingkungan

66
Material Bangunan Bahan memikirkan yang
ramah lingkungan

Denah bentuk yang mampu


mendapatkan matahari
pagi dan menghindari
panas siang hari
Organisasi Ruang dipikirkan suatu
organisasi dan pola
perletakan ruang yang
mengikuti pola
pergerakan pemakai
yang selalu bersambung.

Bukaan Bangunan tetapi juga penempatan


serta ukuran yang tepat
dari bukaan-bukaan
Kenyamanan Thernal panas atau dingin sebagai
wujud respon dari sensor
perasa kulit terhadap
stimulus suhu di
sekitarnya

Ruang Luar mampu mewadahi


beberapa aktivitas di luar
ruang sebagaimana di
iklim tropis lembab

67
4. 4. Analisis Preseden

4. 4.1 Landscape Design

Bus Station in Osijek

Gambar : 4.1 site Bus Station in Osijek

Pada kawasan ini perancangan Bus Station in Osijek tetap


memperhatikan lingkungan yang ada, pemanfaatan lahan sebagai zona
bangunan pun dilakukan se-efisien mungkin, Perencanaan mengacu
pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan
keberadaan bangunan baik dari segi konstruksi,bentuk dan
pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar.

Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.2 Site Pasar Modern Graha Raya

Pada kawasan Pasar Modern Graha Raya di tetap


mempertahankan lingkungan agar masih seperti di kawasan
permukiman,supaya masyarakat mudah meakses ke site bangunan.

68
4. 4.2 Tata Massa

Bus Station in Osijek

Gambar : 4.3 Tata massa Bus Station in Osijek


Pada kawasan Bus Station in Osijek sirkulasi Cuma didepan
bangunan saja agar tidak menggangu sirkulasi bus keluar masuk.

Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.4 Tata massa Pasar Modern Graha Raya


Tata massa bangunan pasar modern graha raya penataan
bangunan mengelilingi bangunan agar sirkulasi di dalam site mudah
dituju menggunakan kendaraan.

69
4. 4.3 Orientasi Bangunan

Bus Station in Osijek

Gambar : 4.5 Oriantasi Bus Station in Osijek

Bangunan memiliki orientasi menghadap arah timur-barat site,


sehingga membuat bangunan memanjang ke arah timur barat dan
memiliki bukaan memanjang pada arah tersebut,arah bangunan
dominan mengarah ke jalan primer.

Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.6 Oriantasi Pasar Modern Graha Raya

Orientasi bangunan Pasar Modern Graha Raya dominan ke jalan


primer agar menarik pengunjung berbelanja di pasar modern,

70
4.4.4 Bentuk Bangunan

Bus Station in Osijek

Gambar : 4.7 Bentuk Bus Station in Osijek

Bentuk bangunan jika di perhatikan sama seperti persegi


panjang,untuk cahaya matahari bisa masuk ke dalam bangunan
merata.

Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.8 Bentuk Pasar Modern Graha Raya

Bentuk bangunan pasar modern graha raya dominan kotak dan


ada permainan maju mundur dinding bangunan, dan permainan pada
warna bangunan untuk menandai bangunan.

71
4.4.5 Material Bangunan

Bus Station in Osijek

Gambar : 4.9 Material Bus Station in Osijek

Material banyak menggunakan kaca trasparan agar mudah


berkunikasi dan bisa melihat kegiatan pengunjung,cahaya matahari
mudah masuk kedalam bangunan.

Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.10 Material Pasar Modern Graha Raya

Material pada bangunan Pasar Modern Graha Raya dominan


menggunan beton dan kaca,untuk meminimkan panas sinar matahari
masuk kedalam bangunan.

72
4.4.6 Denah

Bus Station in Osijek

Gambar : 4.11 Denah Bus Station in Osijek

Bentuk denah bangunan persegi panjang agar memudahkan


sirkulasi di bangunan,dan penataan perabotan akan lebih mudah.
Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.12 Denah Pasar Modern Graha Raya


Bentuk denah pada pasar modern graha raya adalah kotak
dimana untuk pengunjung mudah mengelilingi pasar dan penataan
ruko dan kios mudah ditata oleh pengeloh.

73
4.4.7 Organisasi Ruang

Bus Station in Osijek

Gambar : 4.13 Orietasi ruang Bus Station in Osijek


Orietasi ruang tidak berhubungan karena setiap ruang memiliki
pembatas/skat,sangat tertata dan sirkulasi cahaya matahari mudah
melewati ruang, bangunan juga menggunakan lorong agar angin
lancar setiap ruang.
Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.14 Orietasi ruang Pasar Modern Graha Raya

Dalam pasar modern Graha Raya tidak memiliki skat/pembatas


semua di dalam saling berhubungan,yang membedakan kantor
pengelola ditutup dengan pembatas.

74
4.4.8 Bukaan Bangunan

Bus Station in Osijek

Gambar : 4.15 Bukaan Bus Station in Osijek

Bukaan Bus Station in Osijek sangat besar agar sirkulasi angin


mudah masuk kedalam bangunan,lebih mengurangi pengunggunan
AC.
Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.16 Bukaan Pasar Modern Graha Raya


Bukaan pada pasar modern Graha raya sangat sedikit menjadi di
perlukan cahaya buatan dan penghawaan buatan agar membuat
pengunjung lebih nyaman selama dalam ruang.

75
4.4.9 Kenyamanan Thernal

Bus Station in Osijek

Gambar : 4.17 Kenyaman Bus Station in Osijek

Kenyaman pada Bus Station in Osijek lebih nyaman karena


station memiliki penghawaan buatan dan juga memiliki batas ruang
supaya penghawaan buatan keluar dari ruangan.

Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.18 Kenyaman Pasar Modern Graha


Raya
Kenyaman thernal pada Pasar Modern Graha Raya tidak
nyaman karena tidak puna penghawaan buatan dan dalam ruang tidak
batas ruang dan bukaan pada pasar moder Graha raya tidak terlalu
banyak bukaan.

76
4.4.10 Ruang Luar

Bus Station in Osijek

Gambar : 4.19 Ruang Luar Bus Station in Osijek


.
Ruang luar Bus Station in Osijek pada sangat memadai karena
bisa nahan silau matahari, melindungi dari hujan, memberi bayang
peneduh, Penahan matahari dan kisi-kisi digunakan untuk melindungi

Pasar Modern Graha Raya

Gambar : 4.20 Ruang Luar Pasar Modern Graha


Raya
Ruang luar Pasar Modern Graha Raya sangat kurang karena
tidak memadai nahan silau matahari dan tampiasnya hujan pada
bagian tertentu.

77
BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.1. Kesimpulan

Untuk kenyamanan thermal iklim tropis, maka bangunan


tropis memiliki ciri utama:

- Keterbukaan (openness) untuk mengalirkan udara dan


mengurangi kelembaban dalam bangunan.

- Bayangan (shading) untuk melindungi dinding dan lantai dari


panas dan silau dari cahaya matahari.

Ciri lain yang dapat disebutkan yaitu bangunan memiliki lantai


yang berpanggung untuk mengatasi kelembaban dari tanah. Untuk
menciptakan kenyamanan thermal ini terdapat 2 faktor yang
diperimbangkan antara lain:

1. Pengendalian terhadap radiasi matahari yaitu dengan orientasi


bangunan dan pemakai bahan bangunan.

2. Pengendalian ventilasi pada bangunan.

Tinjauan terhadap pengudaraan di dalam bangunan adalah:

- Pengupayakan ventilasi silang agar arus angin dapat masuk


dan mengalir bekerja di dalam bangunan.

- Menata vegetasi di luar bangunan yang dapat mengarahkan


arus angin ke dalam bangunan serta vegetasi menjadi media
penyerap panas.

- Berbagai cara untuk menunjang terjadinya ventilasi silang


alami adalah:

• Orientasi bangunan yang memanjang menghadap arah


angin

• Menggunakan open-plan agar angin tidak terhambat oleh


partisi ruangan.

• Letak bukaan menunjang sirkulasi udara

78
• Menggunakan tanaman sebagai alat uantuk
mengatur arah angin

Masalah yang harus dipecahkan pada iklim tropis sebagaimana


halnya Indonesia yang berkaitan dengan kenyamanan suhu (thermal)
adalah bagaimana menciptakan suhu udara ruang agar berada
dibawah 28,3°C (batas atas suhu hangat nyaman) sementara suhu
udara luar berkisar pada 32°C (siang hari). Ada

beberapa strategi pencapaian suhu nyaman yaitu:

a. Pengkondisian udara secara mekanis

Memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman


menjadi nyaman dengan bantuan peralatan mekanis
(AC).

b. Pengkondisian udara secara alamiah

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan


adallah dengan cara:

- Penanaman pohon

Penanaman pohon lindung di sekitar


bangunan sebagai upaya menghalangi radiasi
matahari langsung pada material keras seperti
halnya atap, dinding, halaman parkir, atau
halaman yang ditutup dengan material keras
(beton, aspal).

- Pendinginan malam hari

- Meminimalkan perolehan panas (heat


gain) dari radiasi matahari pada bangunan.
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain:

 Menghalangi radiasi matahari


langsung pada dingding-dingding

79
transparan yang dapat mengakibatkan
terjadinya efek rumah kaca.
 Mengurangi transmisi panas dari
dinding-dinding masif yang terkena
radiasi matahari langsung, dengan
melakukan penyelesaian rancangan
tertentu misalnya:
 Membuat dinding lapis (berongga)
yang diberi ventilasi pada
rongganya.
 Menempatkan ruang-ruang service
(toliet, pantry, gudang) pada sisi-sisi
jatuhnya radiasi matahari langsung
(sisi timur dan barat).
 Memberi ventilasi pada ruang antara
atap dan langit-langit agar
tidak terjadi akumulasi panas pada
ruang tersebut.

c. Memaksimalkan pelepasan panas dalam bangunan

Hal ini dapat dilakukan dengan pemecahan


rancangan arsitektur yang memungkinkan terjadinya
aliran udara silang secara maksimum dalam bangunan.

Tujuan Perancangan Bangunan Tropis Lembab

Tujuan dari perancangan bangunan pada iklim tropis lembab ini


adalah mereduksi temperatur panas, memaksimalkan rata-rata ventilasi
udara untuk meningkatkan efektifitas dari evaporasi, dan mengusahakan
proteksi terhadap sinar matahari, hujan dan serangga. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain adalah :

 Gunakan pintu dan jendela yang besar untuk menjalankan ventilasi


silang.
 Perencanaan secara terbuka dan luas, usahakan terdapat jarak antar
bangunan
 Angkat bangunan (panggung) agar lantai dingin dan menaikkan
jendela untuk ventilasi yang lebih baik.
 Orientasi bangunan diusahakan memperhitungkan aliran datangnya
udara segar
 Overhang yang panjang untuk melindungi dari sinar matahari
langsung

80
 Gunakan sliding screen untuk melindungi dari badai dan serangga di
malam hari.
 Gunakan material dengan thermal mass rendah untuk
meminimalkan heat storage.
 Gunakan double roofs dengan 2 layer dan ventilasi.
 Gunakan material atap dengan insulasi tinggi

b. Mengatasi kelembaban
Tujuan dari perancangan di daerah tropis lembab adalah mereduksi
temperatur internal, memaksimalkan ventilasi untuk efektifitas evaporasi,
proteksi terhadap sinar matahari, hujan dan serangga. Beberapa strategi
yang dapat dikembangkan dalam iklim tropis lembab antara lain :

 Temperatur dalam ruangan diusahakan tidak lebih tinggi dari


temperatur luar. Potensi terbesar adalah dengan memaksimalkan
shading.
 Memperbesar volume ventilasi untuk menghilangkan panas
dalam ruangan
 Menjaga Mean Radiant Temperature serendah mungkin
dengan reflective roof, separate ceiling, ventilated attic, low
emissive roof material, reflective foil above ceiling, insulated
ceiling.
 Bangunan diusahakan mempunyai bahan lightweight untuk
mempercepat pendinginan dimalam hari.
 Elevasi timur dan barat dihindari sebesar mungkin. Dinding bersifat
reflektif dan mempunyai insulasi yang baik.
 Orientasi utara dan Selatan diusahakan mempunyai bukaan besar
untuk ventilasi. Ruangan didalam bangunan diusahakan agar
mendorong terjadinya cross-ventilation.
 Bukaan dibuat untuk proteksi terhadap matahari, hujan,
serangga.
 Terdapat ruang-ruang yang dapat mengoptimalkan masuknya udara
segar. Orientasi bangunan sebaiknya mempertimbangkan adanya
aliran udara dingin yang masuk bangunan.
 Konflik antara orientasi yang mempertimbangkan radiasi
marahari dan aliran udara sebaiknya diselesaikan dengan
melakukan kontrol terhadap radiasi matahari, dengan membuat
rancangan yang memodifikasi antara aspek bangunan dan lansekap
untuk mengarahkan aliran udara segar.

81
 Untuk bangunan tunggal sebaiknya lebih banyak
mempertimbangkan aliran udara segar.

Berdasarkan analisis preseden yang dilakukan diperoleh pedoman


perancangan terminal dan pasar bertingkat banyak dengan isu "konsep
kontekstual" Bus Station in Osijek / Rechner dan Pasar Modern Graha Raya,
antara lain:
 Pertama, komposisi bentuk massa bangunan dirancang sesuai
dengan bentuk tapak dan berorientasi ke arah jalan utama, massa
dirotasi secara horisontal, menghilangkan bentuk tajam pada
bangunan, serta mengambil inspirasi bangunan ikonik setempat yang
sesuai dengan bentuk dan filosofinya.
 Kedua, kesesuaian dengan konteks kota diperoleh dengan
menyesuaikan tinggi bangunan terhadap bangunan sekitar,
memiliki podium yang bersifat transparan dan pilotis, memiliki
ruang publik yang dihubungkan oleh pedestrian dari luar tapak.
 Ketiga, skala manusia pada bangunan terlihat pada lapisan lantai
eksterior bangunan. Sedangkan ruang dalam disiapkan secara open
plan, memiliki tinggi ruangan yang sesuai dengan fungsi dan
kebutuhan ruang.
 Keempat, pencahayaan dan tampak bangunan dirancang untuk
mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan dan
menciptakan iklim mikro yang nyaman dengan cara pembayangan ,
keberadaan penangkal sinar matahari berupa teritis dan teras yang
sebagai elemen tampak bangunan.

5.2. Saran
Saran bagi kalangan akademisi dan praktisi terkait
dengan penelitian tentang terminal bus dan pasar modern terpadu
adalah:
- Perlu penelitian lebih lanjut terkait fungsi terminal bus dan
pasar modern terpadu sebagai fasilitas yang harus disediakan
terkait dengan minim nya fasilitas yang dapa menampung para
penumpang terminal bus pasar modern terpadu di kota palangka
raya
- Perlu tambahan referensi lebih lengkap mengenai kriteria dan
variabel tentang arsitektur tropis lembab karena terbatasnya
referensi dan pengetahuan penulis.

82
Daftar pustaka
Karyono, T.H., Arsitektur, Kemapanan, Kenyamanan, dan Penghematan Energi,
Catur Libra Optima, Jakarta, 1999

Tri Harso Karyono. GREEN ARCHITECTURE: Pengantar Pemahaman


Arsitektur Hijau di Indonesia, 2010. Rajawali Pers: Jakarta Utara

Galih Saprilantu, Tri Yuni Iswati, Amin Sumadyo, PERANCANGAN DAN


PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA
INTERNASIONAL RADIN INTEN II LAMPUNG,

Cite: Diego Hernandez. "Bus Station in Osijek / Rechner " 01 May 2012.
ArchDaily. Accessed 8 Jan 2020. <https://www.archdaily.com/230675/bus-
station-in-osijek-rechner/> ISSN 0719-8884

https://palangkaraya.go.id/usulkan-terminal-bus-muat-barang-ke-kementerian-
perhubungan/

https://www.borneonews.co.id/berita/98075-program-pembangunan- pasar-
modern

https://graharaya-bintarojaya.weebly.com/pasar-modern.html

https://www.99.co/jakarta/wp-content/uploads/2017/07/PK-PASMOD-
GRAHARAYA-REV-PDF.pdf

https://investproperti.com/pasar-modern-graharaya-dijual-ruko-kios-dan-lapak/

https://interiordesign.id/ciri-khas-gaya-desain-interior-kontemporer/

83

Anda mungkin juga menyukai