Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PELEDAKAN

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PELEDAKAN I

JUMAT / 23 OKTOBER 2020


SESI II / 13.00 – 15.00 WIB

Disusun Oleh:
MUHAMMAD ARDELL ARYA PEMBAYUN
112.180.103
5

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PELEDAKAN

ACARA II : PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PELEDAKAN I

Oleh :
Nama : Muhammad Ardell Arya Pembayun
NIM : 112.180.103
Regu. :5
Hari / Tanggal Praktikum : Jum'at / 23 Oktober
2020 Sesi / jam : II / 13.00 -15.00 WIB
Asisten : Fauzi Ramdani

Disetujui Untuk
Laboratorium Teknik Peledakan
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Tanggal, Oktober 2020

Asisten

(Fauzi Ramdani)
112.170.090
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan
Praktikum Teknik Peledakan ini dibuat sebagai syarat untuk mengikuti acara
selanjutnya.
Dengan telah tersusunnya laporan ini, maka penyusun ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ir. Priyo Widodo, MT. selaku Kepala Laboratorium Teknik Peledakan,
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan, Jurusan Teknik Pertambangan,
FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta.
2. Seluruh asisten Teknik Peledakan yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada saya dan teman - teman selama praktikum.
Akhirnya, penyusun berharap semoga Laporan Resmi Praktikum Teknik Peledakan
ini dapat bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan kepada kita.

Yogyakarta, 22 Oktober 2020


Penyusun,

Muhammad Ardell Arya Pembayun

112.180.103

Muhammad Ardell Arya P/ 112.180.103 iii


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB
II. ALAT BOR DAN KOMPRESOR
2.1 Latar Belakang .................................................................................1
2.2 Tujuan Praktikum .............................................................................1
2.3 Dasar Teori .......................................................................................2
2.4 Pelaksanaan Praktikum ....................................................................6
2.5 Pembahasan ......................................................................................9
2.6 Perhitungan .....................................................................................10
2.7 Kesimpulan .....................................................................................11
III. BAHAN PELEDAK
3.1 Latar Belakang ................................................................................13
3.2 Tujuan Praktikum ............................................................................14
3.3 Dasar Teori ......................................................................................14
3.4 Pelaksanaan Praktikum ...................................................................27
3.5 Pembahasan .....................................................................................29
3.6 Kesimpulan .....................................................................................31
IV. KESETIMBANGAN OKSIGEN
4.1 Latar Belakang ................................................................................33
4.2 Tujuan Praktikum ............................................................................33
4.3 Dasar Teori ......................................................................................44
4.4 Perhitungan .....................................................................................36
4.5 Pembahasan .....................................................................................37
4.6 Kesimpulan .....................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Muhammad Ardell Arya P / 112.180.103 iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kompresor ..................................................................................................6
2.2 Diamond Bit ...............................................................................................8
2.3 Drag Bit......................................................................................................8
2.4 X – Bit.........................................................................................................8
2.5 Button Bit ...................................................................................................8
2.6 Chisel Bit ....................................................................................................8
2.7 Kopling.......................................................................................................8
2.8 Jack Leg .....................................................................................................8
3.1 Segitiga Detonasi .......................................................................................13
3.2 Klasifikasi Bahan Peledak Menurut Mike Smith .......................................16
3.3 ANFO .........................................................................................................27
3.4 Produk bahan peledak ................................................................................31

Muhammad Ardell Arya P/ 112.180.103 v


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Klasifikasi Metode Pemecahan Batuan .......................................................15
3.2 Klasifikasi Bahan Peledak Menurut Anon ..................................................17
3.3 Kisaran Bobot Isi Bahan Peledak ................................................................20
3.4 Klasifikasi Fumes dari Bahan Peledak ........................................................23

Muhammad Ardell Arya P / 112.180.103 vi


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN
A. LAPORAN SEMENTARA
B. TUGAS
C. LEMBAR KONSULTASI

Muhammad Ardell Arya P/ 112.180.103 vii


BAB II
ALAT BOR & KOMPRESSOR

2.1 Latar Belakang

Salah satu peralatan penting dalam proses pengeboran dan peledakan batuan adalah
alat bor dan kompresor. Untuk itu pada praktikum acara II ini praktikan dikenalkan
dengan alat bor dan kompresor. Praktikum acara II ini praktikan melakukan
pendeskripsian bagian-bagian alat bor dan bagian-bagian kompresor.

Dengan pengenalan kompresor untuk memahami prinsip kerja, mekanisme, dan


fungsi dari bagian-bagian kompresor dan bor serta sistem peralatan yang
berhubungan. Dengan adanya praktikum peledakan ini terutama bab 2, diharapkan
praktikan dapat memahami dan mengerti secara jelas, alat-alat yang digunakan pada
proses pemboran, serta tata cara pemilihan alat bor dan kompresor untuk keperluan
pembuatan lubang ledak. Dengan demikian, praktikan dapat menerapkan prinsip-
prinsip pemilihan alat, serta mekanisme kerja dari alat bor dan kompresor di massa
mendatang yang berguna di kemudian hari.

2.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Alat Bor dan Kompresor ini adalah:
1. Praktikan mengerti secara jelas bagian – bagian dari alat bor, tata cara melepas
dan merakit serta menggunakan alat bor.
2. Praktikan dapatmemahami prinsip kerja kompresor, mekanisme, dan fungsi
dari bagian-bagian kompresor serta sistem peralatan yang berhubungan.
3. Praktikan mengetahui tujuan dari pengeboran dan peledakan.
4. Praktikan mampu menyebutkan jenis alat bor berdasarkan prinsip kerjanya,
jenis kompressor dan jenis mata bor serta aplikasinya.
5. Praktikan memahami faktor yang mempengaruhi peledakan dan geometri
peledakan baik pada open pit maupun underground mining.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II 1


2.2 Dasar Teori
Udara bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh kompresor merupakan sumber tenaga
bagi alat bor, misal jack hammer dan crawl rock drill ( CRD ). Disamping sebagai
sumber tenaga untuk menggerakkan rangkaian alat bor, udara bertekanan tinggi
tersebut juga berfungsi untuk :
1. Membersihkan lubang bor yang mengangkat cuttings.
2. Mendinginkan mata bor.
Klasifikasi kompresor berdasarkan cara kerjanya adalah :
1. Percussion Compressor (single stage, multistage)
2. Rotary Compressor.
3. Rotary-Percussion Compressor.
Kapasitas kompresor dinyatakan dalam Cubic Feet per Menit (Cfm), yaitu udara
bebas yang dihisap dan ditekan oleh kompresor merupakan udara pada kondisi
tekanan udara bebas atau atmosfer (1 atm ), yang berada pada batas permukaan air
laut. Proses penekanan udara tersebut ada 2 macam:
1. Kompresi Adiabatik, yaitu proses penekanan udara dimana tekanannya tetap.
2. Kompresi Isotermik, yaitu proses penekanan udara dimana suhunya tetap.
Menurut tipenya kompresor dibagi menjadi 2 kelompok yang didasarkan pada
tekanan yang dihasilkan yaitu:
1. Perpindahan dinamik (dynamic displacement), dimana peningkatan tekanan
dicapai dengan cara akselerasi udara dengan suatu elemen rotasi dan aksi
posterior dari sebuah diffuser. Kompresor sentifugal dan aksial masuk dalam
kelompok ini.
2. Perpindahan positif (positif displacement), jenis ini yang dipakai untuk mesin
bor, dimana tekanan tinggi diperoleh dengan cara menekan gas dalam ruang
tertutup, mengurangi volume dengan gerakan satu atau beberapa elemen.
Kompresor rotari atau bolak-balik termasuk dalam kelompok ini. Jenis yang
paling banyak dipakai untuk pemboran adalah kompresor piston
(resiprokating).

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II


2
Perlengkapan kompresor yang paling penting dalam penggunaannya untuk
pengeboran antara lain :
1. Saringan hampa (vacuum filters)
2. Pemisah air (water separator)
3. Penyimpan udara (air receiver)
4. Lubrikator
5. Penguat tekanan (pressure multiplier atau booster)
6. Slang fleksibel (flexible hose)

Dalam pemilihan kompresor harus mempertimbangkan tekanan udara yang


dibutuhkan alat bor, jika aliran udara bertekanan tidak mencukupi dapat berakibat:
1. Kecepatan pemboran akan berkurang
2. Biaya pemakaian mata bor dan batang bor meningkat
3. Konsumsi bahan bakar bertambah
4. Perlu merawat lebih banyak kompresor

Jadi untuk menentukan kapasitas dan jumlah kompresor yang diperlukan dalam
suatu operasi pemboran harus mempertimbangkan hal-hal seperti berikut:
1. Jumlah dan ukuran mesin bor yang harus dilayani
2. Ketinggian tempat kerja (berpengaruh pada tekanan udara bebas)
3. Luas tempat kerja (berpengaruh pada panjang jaringan dan kehilangan tekanan)

Kompresor digunakan untuk mendukung kinerja dari alat bor. Sedangkan


berdasarkan prinsip kerjanya alat bor dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Manual driven
Prinsip kerja dari manual driven sangat sederhana karena hanya menggunakan
tenaga manusia sebagai tenaga penggerak. Contoh : auger drill, bangka bor,
churn drill, bor mesin semprot (BMS).
2. Mechanic driven
Prinsip kerja dari mechanical driven yaitu penggunaan mesin sebagai tenaga
penggerak alat bor. Mechanic driven dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Percussive drill: churn drill dan hammer drill

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II 3


b. Rotary drill: hydraulic drill, diamond drill, chiled shot drill, turbo drill
dan jet pierce drill
c. Rotary percuassive drill: jack hammer
Dalam kegiatan penambangan terbuka untuk pengeboran alat yang digunakan
adalah down the hole drill, Rotary driven, dan top hammer. Untuk kegiatan
penambangan bawah tanah alat yang digunakan diantaranya: mekanik jumbo dan
Hand held rock drill (terdiri atas : stopper, shinker, difter).
Cara kerja pemboran mata bor ada tiga jenis, yaitu tumbuk, putar, dan putar-
tumbuk.
1. Metode pemboran perkusif (percussive drill)
Pada pemboran ini energi dari mesin bor (rock drill) diteruskan oleh batang bor
dan mata bor untuk meremukan batuan. Komponen utama dari mesin bor ini
ialah piston yang mendorong dan menarik tangkai (shank) batang bor. Energi
kinetik piston diteruskan ke batang bor dalam bentuk gelombang kejut (shock
wave) yang bergerak sepanjang batang bor dengan kecepatan ± 5000 m/detik
(setara kecepatan suara pada baja).
Frekuensi impak normal untuk rockdrill ialah ± 50 tumbukan/detik, yang
berarti jarak antara gelombang kejut adalah ± 100 m. Pada metode perkusif,
yang terjadi ialah proses peremukan (crushing) peremukan batuan oleh mata
bor.
2. Metode Rotari (Rotary drill)
Berdasarkan sistem penetrasinya, metode rotary terbagi menjadi 2 sistem yaitu
tricone dan drag bit. Disebut tricone jika penetrasinya berupa gerusan
(crushing) dan drag bit jika hasil penetrasinya berupa potongan. Sistem tricone
digunakan untuk batuan sedang hingga lunak, systemdrag bit digunakan untuk
batuan lunak. Contoh alat bor dengan system ini adalah hydroulic rotary drill.
3. Metode Rotari Perkusif (Rotary-Percussive drill)
Pada pemboran rotary-perkusif, aksi penumbukan oleh mata bor
dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses peremukan dan
penggerusan permukaan batuan. Metode ini dapat digunakan pada bermacam-
macam jenis batuan.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II


4
Metode putar-tumbuk terbagi menjadi dua, yaitu Top Hammer dan Down the
hall yang akan di jelaskan sebagai berikut :
a. Top Hammer
Metode pemboran top hammer adalah metode pemboran yang terdiri dari
2 kegiatan dasar yaitu putaran dan tumbukan. Kegiatan ini diperoleh dari
gerakan gigi dan piston, yang kemudian ditransformasikan melalui shank
adaptor dan batang bor menuju mata bor. Berdasarkan jenis penggerak
putaran dan tumbukannya, metode ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
Hydrolic Top Hammer dan Pneumatic Top Hammer.
b. Down the Hole Hammer (DTH Hammer)
Metode pemboran ini adalah metode pemboran tumbuk-putar yang sumber
dasarnya menggunakan udara bertekanan. DTH Hammer dipasang
dibelakang mata bor, di dalam lubang sehingga hanya sedikit energi
tumbukan yang hilang akibat melewati batang bor dan sambungan-
sambungannya. Contoh dari alat bor dengan menggunakan sistem tumbuk
putar adalah jack hammer.
Pada praktikum peledakan ini juga dikenalkan beberapa rumus yang antara lain :

𝑽 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = ∑ B 𝒙 ∑ 𝑺 𝒙 ∑ 𝑳

Keterangan :
∑𝑩 =Jumlah Burden
∑𝑺 = Jumlah Spasi
L = Tinggi Jenjang

𝟑
𝑽𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍
Vequivalen 𝒎 𝒎) =
𝐧𝐱𝐇
Keterangan :
n = Jumlah Lubang Ledak
H = Kedalaman Lubang Ledak

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II 5


Kecepatan Pemboran (Vpemboran) ( ⁄𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕) = H / Ct

Keterangan:
H= Kedalaman pemboran
Ct= Cycle Time
𝟑
Produksi Mesin Bor (𝒎 ⁄𝒋𝒂𝒎) = Kec.Pemboran x V.setara x ή x 60 mnt

Keterangan :
ή = Efisiensi Mesin Bor
Tonase(ton/jam) = Produksi Mesin Bor x Densitas

2.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Pelaksanaan
Hari, tanggal : Rabu, 21 Oktober 2020
Sesi / jam : II / 13.00 – 15.00 WIB
Acara : II (Peralatan dan Perlengkapan Peledakan I)
2. Prosedur praktikum meliputi:
Pelaksanaan praktikum diawali dengan mendeskripsikan bagian-bagian dari
kompresor, disamping itu juga dikenalkan prisip kerja dari kompresor, yaitu :
a. Pulley bergerak karena energi dari motor yang dihubungkan dengan belt.
b. Piston turun dan katup isap terbuka kemudian menghisap udara.
c. Piston naik, udara masuk ke lubang menuju tabung.
d. Piston turun dan katub isap terbuka kemudian menghisap udara.
Praktikan juga mendapatkan pengetahuan tentang kegunaan kompresor, yaitu
untuk memberikan tekanan udara pada alat bor dan diajarkan cara menghitung
kapasitas kompresor.

Gambar 2.1
Kompresor

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II


6
Keterangan:
1. Tabung 6. Piston
2. Pulley Besar 7. Indikator RPM
3. Pulley Kecil 8. Tutup klep
4. Belt 9. Dinamo
5. Filter
Suatu alat bor yang biasa digunakan untuk dipasangkan dengan kompresor
terdiri dari beberapa bagian penting diantaranya :
a. Mesin bor
Mesin bor adalah alat pengubah energi potensial berupa udara bertekanan
dari kompresor menjadi energi mekanik penggerak piston dan drill rod.
b. Shank adaptors
Shank adaptor adalah bagian tangkai yang digunakan untuk
mentransmisikan energi tumbukan dari piston ke batang bor, kemudian
dilanjutkan ke mata bor.
c. Coupling
Coupling digunakan untuk menghubungkan batang bor yang satu dengan
yang lainnya sampai kedalaman lubang bor yang diinginkan
d. Drill rod
Drill rod merupakan bagian yang menggerakkan bit (mata bor) atau
sebagai tempat mata bor.
e. Bit (mata bor)
Merupakan mata bor yang jenisnya tergantung dari tujuan pemboran. Mata
bor (bit) ada beberapa macam, yaitu:
• Datacable bit
Disebut deteacable bit apabila bitnya bisa diganti-ganti tidak menyatu
dengan drill rod. Pada jack hammer, deteacable bit ini dikenal juga
dengan soket.
• Forget bit
Disebut Forget bit apabila menyatu dengan drill rod dan bitnya tidak
bias lepas. Pada jack hammer forget bit ini dikenal juga dengan nama
chiel. Untuk jenis jenis bit tergantung dari pemanfaatan dan media yang

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II 7


akan di bor, misalnya untuk coring menggunakan bit khusus yang
memiliki ruang di dalamnya.
3. Gambar Peralatan
a. Gambar macam-macam mata bor

Gambar 2.2

Gambar 2.2 Gambar 2.3


Diamond Bit Drag Bit

Gambar 2.4 Gambar 2.5


X – Bit Button Bit

Gambar 2.6 Gambar 2.7


Gambar 2.6 Gambar 2.7
Chisel Bit Kopling

b. Jack Leg

Gambar 2.8
Jack Leg

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II


8
Bor jack leg (jackleg drill) adalah mesin bor pneumatic yang dilengkapi kaki
hidraulik yang dapat diatur menyesuaikan dengan arah pemboran. Mesin ini
umumnya digunakan untuk mengebor batuan keras (hard rock). Kaki hidraulik
memungkinkan operator melakukan pemboran dalam berbagai sudut.

2.4 Pembahasan
1. Perbandingan antara kompresor adiabatic dan kompresor isothermis
a. Kompresor adiabatic :
Peningkatan tekanan pada volume konstan tetapi tekanan dan temperatur
berubah.
b. Kompresor isothermis :
Peningkatan tekanan pada temperatur tetap dan tekanan yang berubah.
Pada kompresor adiabatic tekanan udara yang dihasilkan jauh lebih besar
bila dibandingkan pada kompresor isothermis.
2. Tujuan proses penekanan udara pada kompresor dilakukan bertahap agar
distribusi udara yang dihasilkan untuk disalurkan pada mesin bor tetap terjaga
sehingga dapat terjadi alur/proses discharge (pengeluaran), return, suction
(isap udara) secara teratur dan akhirnya dapat diperoleh kualitas udara yang
baik pula dan juga berfungsi untuk efisiensi kerja water separator (pemisah air)
untuk dapat dilakukan pemisahan uap air dari udara bertekanan secara teratur
sehingga dihasilkan udara yang kering serta dapat dilakukan penyimpanan
udara bertekanan apabila kebutuhannya melebihi kapasitas kompresor oleh
penyimpan udara.
3. Perbandingan ke tiga jenis kompresor
a. Reciprocating compressor, merupakan jenis yang paling banyak dipakai
untuk pemboran yang menggunakan piston sebagai sumber penggerak
utama dalam penangkapan udara.
b. Rotary compressor, merupakan jenis kompresor dimana tekanan tinggi
diperoleh dengan cara menekan gas dalam ruang tertutup dan mengurangi
volume dengan gerakan satu atau beberapa langkah biasanya
menggunakan baling – baling udara.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II 9


c. Centrifugal compressor, merupakan jenis kompresor dimana peningkatan
tekanan dicapai dengan cara akselarasi udara dengan suatu elemen rotasi
dan aksi posterior dari sebuah disffuser.

4. Dari kompresor yang ada di laboratorium dilakukan pengukuran untuk


menentukan kapasitas dari kompresor tersebut. Kapasitas kompresor dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐃𝐢𝐚𝐦𝐞𝐭𝐞𝐫 𝐩𝐮𝐥𝐥𝐞𝐲 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥
Kapasitas Kompresor (Cfm) = Vpiston x Rpm x
𝐃𝐢𝐚𝐦𝐞𝐭𝐞𝐫 𝐩𝐮𝐥𝐥𝐞𝐲 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫

Untuk memilih alat bor yang digunakan untuk pemboran. Dasar pemilihan alat
bor adalah :

a. Jenis pekerjaaan yang akan dilakukan, apakah surface atau underground


b. Volume produksi yang direncanakan
c. Jenis batuan
d. Tinggi jenjang (geometri pemboran)
e. Diameter lubang ledak
f. Kondisi lapangan
g. Peraturan atau undang-undang setempat
h. Fragmentasi

1. Dari praktikum Acara I ini, kami mendapatkan informasi mengenai bagian-


bagian dari alat bor, jenis- jenis bit, cara kerja dari jack hammer dan merakit
sekaligus melepas jack hammer. Dasar penentuan produksi alat bor adalah
produksi mesin bor tergantung kecepatan pemboran mesin bor, volume setara
dan penggunaan efektif mesin bor. Produksi mesin bor dinyatakan dalam cfm.

2.5 Perhitungan
Diketahui:
a. Diameter Piston (dp) = 4,7 cm = 0,154 ft
b. Tinggi Piston (tp) = 4,2 cm = 0,1378 ft
c. RPM = 2500
d. Diameter Pulley Besar (DPl besar) = 15 cm
e. Diameter Pulley Kecil (DPl kecil) = 7 cm

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II


10
f. B = 4 m
g. S = 6 m
h. L = 8 m
i. H = 8,8 m
j. ή = 81%
k. Ct = 10 menit
l. P = 2,75 ton/m3
Jawab:
• Vpiston = 1/4π x dp2 x tp2
= 1/4π x (0,154 ft) 2 x 0,1378 ft
= 2,5667 x 10-3 ft3
• Kapasitas Kompresor = Vpiston x RPM x (DPL Besar : DPL Kecil)
= 2,5667 x 10-3 ft3 x 2500 x (7 : 15)
= 3,1115 cfm
• Vtotal = ∑B x ∑S x ∑L
= (4.4) x (4.6) x 8
= 3072 m3
• VEquiv = Vtotal : (n . H)
= 3072 : (20 . 8,8)
= 17, 4545 m2
• Vpemboran = H : ct
= 8,8 : 10
= 0,88 m/menit
• Produksi mesin bor
= 0,88 x 17,4545 x 0,81 x 60
= 746,4941 m3/jam
• Tonase produksi mesin bor
ρ=m/v
m=ρ.v
= 2,75 ton/m3 x 746, 4941 m3/jam
= 2052,8588 ton/jam

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II 11


2.6 Kesimpulan
1. Kompresor merupakan alat yang berfungsi menghasilkan udara bertekan tinggi
yang merupakan sumber tenaga bagi alat bor. Energi yang dihasilkan oleh
mesin bor merupakan energi potensial (udara bertekanan) yang kemudian oleh
mesin bor akan diubah menjadi energi mekanik.
2. Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor berguna untuk :
a. Menggerakkan mesin bor.
b. Membersihkan lubang bor guna mengangkat cutting.
c. Mendinginkan mata bor.
d. Kegiatan yang petama kali sebelum dilakukan peledakan adalah
penyediaan lubang tembak yang dilakukan melalui pengeboran batuan
dengan menggunakan alat bor.
3. Dalam pemilihan kompresor harus disesuaikan dengan alat bor karena itu
sangat berpengaruh pada kegiatan pemboran.
4. Dari pelaksanaan praktikum diketahui bahwa kapasitor dari kompresor sebesar
3,1115 cfm, produksi dari mesin bor sebesar 746,4941 m3/jam, dan tonase
produksi mesin bor sebesar 2052,8588 ton/jam.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB II


12
BAB III
BAHAN PELEDAK

3.1 Latar Belakang

Secara praktis, bahan peledak (BP) adalah kumpulan bahan kimia yang mampu
mengurai dengan cepat dan menghasilkan ledakan. Penguraian ini menghasilkan
gas bertemperatur dan bertekanan tinggi sehingga dapat melakukan kerja mekanis
ke sekelilingnya. Agar dapat dipakai dengan aman, BP harus mempunyai stabilitas
kimia yang baik pada berbagai kondisi seperti gesekan, impak, atau panas.

Secara umum BP dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur padat, cair, atau
gas yang berkondisi metastabil dan dapat melakukan reaksi kimia dengan cepat
tanpa ada unsur lainnya, seperti oksigen atmosfir. Reaksinya dapat dipicu secara
mekanis kejut atau panas. Ketahanan untuk melakukan reaksi mencerminkan
sensitivitas bahan peledak.

Gambar 3.1
Segitiga Detonasi

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 13


Berdasarkan kategori dasar pembentukan proses ledakan, maka BP dapat dibagi
sebagai berikut:
1. Nuklir, contoh: bom atom, uranium
2. Mekanis, contoh: pemanasan air dalam wadah tertutup, kawah.
3. Kimia, contoh: kejut, dekomposisi hebat campuran kimia.

Pada kecepatan reaksi kimia semua BP bergantung kepada kekuatan gelombang


kejut. BP yang terdiri dari molekul-molekul berenergi tinggi akan menghasilkan
reaksi dekomposisi kimia atau detonasi dengan sangat cepat. Laju perubahan
kekuatan gelombang kejut akan menurun sesuai dengan menurunnya amplitudo
gelombang kejutnya.

Sebaliknya, reaksi detonasi BP komersial sangat bergantung kepada ukuran


pemuatan BP dan derajat pengukungan. BP komersil umumnya memiliki energi-
dalam rendah dan sering berupa gabungan dari komponen bahan bakar dan oksider
yang disatukan dalam butiran yang berbeda. Reaksi kimia BP jenis ini hanya terjadi
saat peledakan. Sebagai contoh, BP yang banyak dipakai untuk peledakan batuan
adalah ANFO. BP ini merupakan campuran butir ammonium nitrat (AN) dengan
bahan bakar solar sebanyak 5,5% ANFO. Dalam bentuk ini mempunyai bobot isi
sekitar 0,8 s/d 1 g/cc, dan umumnya tidak mampu untuk melakukan detonasi di
dalam bentuk dodol tak terkurung dengan diameter < 50 mm.

3.1. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum bahan peledak adalah:
1. Memahami sifat-sifat bahan peledak.
2. Memahami klasifikasi bahan peledak.
3. Memahami tipe dan jenis bahan peledak industri.

3.2. Dasar Teori


1. Klasifikasi Bahan Peledak
Pada Tabel 3.1 terlihat klasifikasi metode pemecahan batuan berdasarkan
energi yang digunakan. Dari metode tersebut, hanya energi kimia yang
dipergunakan secara luas untuk pemberaian batuan yang kuat. Kecuali bahan

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 14


peledak kimia, masih ada jenis bahan peledak lain, yaitu bahan peledak
mekanis (mechanical explosive) dan nuklir (nuclear) seperti yang tercantum
dalam klasifikasi bahan peledak menurut Manon, 1976.
Tabel 3.1
Klasifikasi Metode Pemecahan Batuan

Bentuk Energi Yang Alat Atau Mesin Yang


Metode
Dipergunakan Dipergunakan

High explosives, blasting


Kimia Peledakan agent, liquid oxygen (LOX),
black powder
Udara bertekanan tinggi,
Pneumatic
silinder carbondioxide

Mekanis Ripping Ripper teeth, dozer blade

Hydraulic impact hammer,


Impact
drop ball

Menyemprot tanah (soil) Hydraulicking (monitor)


Fluida
Menyembur batuan Hydraulic jet

Electric arc atau


Listrik Electrofac machines
lompatan listrik

Menurut Manon, permissible explosives digolongkan dalam bahan peledak


lemah, hal tersebut kurang tepat karena tidak semua permissible explosive
merupakan bahan peledak lemah. Sebenarnya masih ada beberapa cara dalam
menyusun klasifikasi bahan peledak, antara lain:
a. Menurut Manon (1976), bahan peledak dibagi menjadi :
• Bahan peledak kimia
• Bahan peledak mekanis
• Bahan peledak nuklir

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 15


b. Menurut Mike Smith (Mining Magazine, Feb. 1988) bahan peledak dibagi
menjadi :
• Bahan peledak kuat (high explosives)
• Blasting agents
• Speciality explosives
• Explosive substitutes

Gambar 3.2
Klasifikasi Bahan Peledak Menurut Mike Smith

2. Bahan Peledak Kimia


Bahan peledak kimia yang banyak digunakan di dunia industri pertambangan,
oleh beberapa penulis diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Menurut R. L. Ash bahan peledak kimia dibagi menjadi :
• Bahan peledak kuat (high explosive), yang memiliki sifat detonation
dengan kecepatan detonasi 5.000 - 24.000 feet per second (fps).
• Bahan peledak lemah (low explosive), yang memiliki sifat deflagration
dengan kecepatan reaksi < 5.000 fps.
b. Menurut Anon (1977) bahan peledak kimia diklasifikasikan menjadi :
• Bahan peledak lemah (low explosives)
• Bahan peledak kuat (high explosives)
• Blasting agents

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 16


Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia
yang apabila dikenakan panas, benturan, gesekan atau kejutan (shock) secara
cepat dengan sendirinya akan bereaksi dan terurai (exothermic decomposition).
Penguraian ini menghasilkan produk yang lebih stabil, umumnya berupa gas-
gas bertekanan tinggi, karena gas-gas tersebut mengembang pada suhu tinggi
akibat panas yang dihasilkan dari reaksi eksotermis.
Besarnya tenaga yang dihasilkan suatu bahan peledak terutama tergantung
pada jumlah panas yang dihasilkan selama peledakan. Ada dua macam istilah
untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak kimia, yaitu detonation dan
deflagration. Detonation menunjukkan reaksi kimia yang terjadi pada bahan
peledak dengan kecepatan yang lebih cepat daripada kecepatan suara dan
menyebabkan shattering effects sedangkan deflagration menunjukkan reaksi
kimia yang lebih lambat daripada kecepatan suara dan menyebabkan heaving
effect.

Macam Reaksi Contoh


Low explosives Deflagrate (terbakar) Black Powder
Nitro Glycerin(NG) ,
High explosives Detonate (meledak)
Dynamite
Blasting agents Detonate (meledak) ANFO, Slurry
Tabel 3.2
Klasifikasi Bahan Peledak Menurut Anon

3. Bahan Peledak Lemah (Low Explosive)


Bahan peledak lemah adalah campuran dari potasium nitrat atau sodium nitrat,
sulphur, dan charcoal yang biasa disebut black powder. Black powder
diproduksi dalam dua bentuk, yaitu:
a. Granular atau black blasting powder yang berbentuk butiran kecil;
biasanya dikemas dalam tong seberat 25 pound.
b. Pelleted atau pelletpowder yang berbentuk silinder. Ada dua macam black
blasting powder yaitu :

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 17


• Grade A adalah black blasting powder yang mengandung salpeter atau
potassium nitrat. Bahan peledak ini lebih cepat reaksinya, sedikit lebih berat
dan kurang higroskopis dibandingkan dengan grade B.
• Grade B adalah black blasting powder yang mengandung sodium nitrate.
Kecepatan pembakaran (burning speed) dari black blasting powder dikontrol
oleh ukuran butir. Semakin kecil ukuran butirannya akan semakin cepat
pembakaran atau reaksi kimianya.

4. Bahan Peledak Kuat (High Explosives)


Berdasarkan fungsinya bahan-bahan (ingredients) yang dipergunakan untuk
membuat bahan peledak kuat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bahan peledak dasar (explosivesbases)
b. Bahan bakar (combustibles)
c. Pembawa oksigen (oxygen carriers)
d. Antacids
e. Penyerap (absorbents)
Beberapa bahan dapat mempunyai fungsi lebih dari satu. Bahan peledak dasar
adalah bahan yang berbentuk padat atau cairan yang apabila dikenakan panas
yang tinggi atau kejutan (shock) akan terurai menjadi produk yang berupa gas-
gas disertai pelepasan atau pembebasan energi panas yang besar.
Combustibles dan oxygen carriers ditambahkan dalam suatu bahan peledak
untuk mendapatkan oxygen balance yang baik atau menghindari terbentuknya
NO2 (nitrogenoxide) atau CO (carbon monoxide). Antacid ditambahkan dalam
campuran suatu bahan peledak untuk menambah stabilitas pada waktu
penyimpanan dan absorbent digunakan apabila diperlukan untuk menyerap
bahan peledak dasar yang berbentuk cairan.

5. Sifat-Sifat Bahan Peledak


Bahan peledak (BP) mempunyai bermacam-macam sifat. Untuk jenis bahan
peledak tertentu sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari pabrik yang
membuatnya. Sifat-sifat BP yang akan dibahas disini adalah sifat-sifat yang

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 18


berguna sebagai petunjuk untuk memilih BP. Sifat-sifat tersebut adalah sifat
fisik BP dan sifat detonasi.
➢ Sifat fisik terdiri dari :
a. a Bobot Isi
b. Sensitivitas
c. Ketahanan Air
d. Stabilitas Kimia
e. Karakteristik Gas Peledakan
f. Karakteristik Keselamatan
➢ Sedangkan sifat detonasi terdiri dari :
a. Kecepatan Detonasi (Velocity of Detonation)
b. Tekanan Detonasi
c. Tekanan Lubang Tembak
d. Energi atau Kekuatan
5.1. Sifat-sifat Fisik
a. Bobot Isi (density)
Bobot isi (BI) bahan peledak (BP) merupakan salah satu parameter
penting dalam pemilihan BP yang cocok untuk suatu kegiatan
peledakan batuan. Bobot isi berhubungan dengan massa BP yang
menempati ruangan lubang tembak. Energi peledakan yang disuplai
oleh BP merupakan fungsi dari jumlah massanya, semakin tinggi BI
semakin besar energi peledakannya. BP curah dapat dikirim dalam
berbagai BI. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengatur distribusi
energi peledakan pada kondisi geometri peledakan yang polanya tidak
beraturan.
Bobot Isi dari suatu BP dapat pula dinyatakan dalam berat jenis atau
kekuatan dodol ledak. Berat jenis adalah nisbah bobot isi BP terhadap
bobot isi air pada kondisi baku (standar). Sedangkan cartridge count
atau stickcount adalah sama dengan 140 dibagi berat jenis dari BP atau
dinyatakan dalam jumlah dodol ledak berukuran 1 1/4" x 8" di dalam
kotak seberat 50 Ib.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 19


Berat jenis BP komersial adalah antara 0,6 - 1,7 atau cartridge count
antara 233 – 82. BP berbentuk butiran (free running explosives) bobot
isinya sering dinyatakan dalam jumlah pound BP per foot panjang
muatan dalam lubang tembak yang ukurannya telah ditentukan.
Biasanya BP yang mempunyai bobot isi tinggi akan menghasilkan
kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi.
Untuk peledakan di tempat yang kondisinya sukar atau peledakan
yang diharapkan dapat menghasilkan fragmentasi berukuran kecil
diperlukan BP dengan bobot isi tinggi, sedangkan sebaliknya
diperlukan BP dengan bobot isi rendah.
Bobot isi suatu BP menjadi amat penting jika bekerja di tempat yang
kondisinya berair. Karena BI nya harus lebih besar dari 1 gr/cc agar
tidak mengapung di atas bantalan air. BI air di dalam lubang tembak
biasanya lebih besar dari 1 gr/cc, karena adanya partikel padatan atau
garam-garam yang terlarutkan dan sangat dianjurkan untuk
menggunakan BP yang BI nya lebih besar dari 1,1 gr/cc. Sensitivitas,
VOD dan energi peledakan dipengaruhi oleh BI. Sensitivitas hampir
semua BP curah menurun dengan menaiknya VOD dan BI. Selang BI
untuk BP komersial dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Berat jenis tidak mempunyai satuan, sedangkan bobot isi mempunyai
satuan gr/cc atau Ib/cuft. Cartridge count atau stick count (SC) adalah
jumlah dodol ledak dengan ukuran 1 1/4" x 8" di dalam kotak seberat
50 lb. Loading density (de) adalah jumlah berat BP per foot dari
panjang muatan dengan satuan lb/ft. Sedang diameter muatan
dinyatakan dalam inci.

Bahan Peledak Bobot Isi (gr/cc) Bahan Peledak Bobot Isi (gr/cc)
AANFO Lepas 0,75 – 0,85 Emulsi 1,1 – 1,3
ANFO Pneumatik 0,80 – 1,10 Campuran Emulsi 1,0 – 1,35
ANFO BI Rendah 0,20 – 0,75 Water Gels & 1,0 – 1,3
Sluries
Tabel 3.3
Kisaran Bobot Isi Bahan Peledak

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 20


b. Sensitivitas
Sensitivitas adalah ukuran kemudahan BP untuk diinisiasi, atau lebih
spesifik lagi adalah energi minimum untuk meledakkan suatu BP dan
sering dinyatakan dalam cap sensitivity. Sensitivitas sering
dikacaukan dengan definisi sensitiveness yang artinya adalah ukuran
kemampuan BP untuk melakukan propagasi.
Uji sensitivitas blasting cap No. 8 adalah uji standar yang sering
dipakai oleh industry BP. Blasting cap No. 8 ini termasuk kategori
yang terlemah dan mempunyai kandungan 2 gram campuran yang
terdiri 80% mercury fulminate dan 20% potassium chlorate.
Sedangkan blasting cap yang lebih kuat adalah yang berisi PETN.
c. Ketahanan terhadap air
Ketahanan BP terhadap air adalah ukuran dari kemampuan suatu BP
berada dalam air dengan tidak merusak atau mengubah/mengurangi
kepekaannya (sensitivity). Apabila terdapat air dalam lubang tembak
dan waktu antara memuat dan meledakkan agak singkat, BP dengan
nilai ketahanan air baik sudah memenuhi. Jika waktu BP berada dalam
lubang tembak agak lama perlu dipakai BP dengan nilai ketahanan air
yang sangat baik atau memuaskan (excellent).
BP watergel dan emulsion memberikan tekanan terhadap kondisi
basah/air, yang walaupun demikian akan mengubah sifat-sifat lainnya.
Pada dasarnya tidak ada BP komersial yang 100 % tahan air. Tetapi
semua BP yang dikatakan tahan air dapat dipakai secara efektif bila
BP dimuatkan ke dalam lubang tembak dengan hati-hati. Secara kimia
BP tidak berubah bila dijaga pada kondisi penyimpanan tertentu
namun demikian dapat dikatakan bahwa stabilitas kimia akan berubah
akibat beberapa hal.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi umur BP :
• formula (susunan campuran)
• kelembaban dan temperatur ekstrim
• kualitas bahan mentah

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 21


• kontaminasi
• fasilitas pergudangan
Untuk memudahkan identifikasi kerusakan Bahan Peledak secara
visual adalah sebagai berikut :
• kristalisasi
• perubahan warna
• kinerja lapangan buruk
d. Karakteristik gas peledakan
Diharapkan dari detonasi suatu BP komersial menghasilkan uap air
(H2O), karbondioksida (CO2), dan nitrogen (N2), walaupun kadang-
kadang terdapat juga hasil tambahan yang tidak diharapkan, yaitu gas-
gas beracun seperti karbon monoksida (CO akibat dari negatif neraca
oksigen) dan nitrogen oksida (NO2)akibat dari positif neraca oksigen).
Gas-gas beracun ini terbentuk karena hasil suatu proses peledakan
yang tidak zero oxygen balance.
Gas-gas beracun ini disebut fumes dan fumes class dari suatu BP
menyatakan sifat dan jumlah dari gas-gas beracun yang terbentuk di
dalam proses peledakan. Untuk kegiatan peledakan di tambang
terbuka faktor gas beracun tidak terlalu merupakan suatu persoalan.
Di dalam pekerjaan tambang bawah tanah atau pekerjaan dalam ruang
tertutup atau terkurung, nilai gas beracun dari suatu BP yang dipakai
merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan. Kehadiran
gas-gas beracun ini dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut :
• buruknya kontrol kualitas
• kerusakan pada BP
• pengepakan bocor
• diameter muatan BP kurang, atau
• waktu tidur yang terlalu lama (sleep blasting terlalu lama)
Nilai gas beracun dari suatu BP didasarkan pada anggapan bahwa BP
diledakkan dalam bentuk dodol ledak. Pengupasan pembungkus dodol
ledak suatu BP akan mengganggu neraca oksigen dan akan

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 22


berpengaruh kurang baik terhadap gas-gas beracun yang dihasilkan
dan efisiensi peledakan. Air dalam lubang tembak dapat juga
mempunyai pengaruh yang merugikan pada gas-gas beracun yang
dihasilkan dalam proses peledakan, disebabkan oleh kerusakan BP
atau penyerapan panas dari proses peledakan. Tabel 3.4 menunjukkan
klasifikasi dari gas beracun.

Tabel 3.4
Klasifikasi fumes dari bahan peledak

Untuk memilih BP yang sesuai, juru ledak harus mengetahui kondisi


fisik batuan (kekerasan, density, struktur geologi, dan sebagainya) dan
kondisi tempat kerja (keadaan air, ventilasi yang tersedia) dan tujuan
dari pekerjaan peledakan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat
dipilih BP yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai.
e. Karakteristik Keselamatan
BP komersial dalam penggunaannya harus memiliki sifat-sifat yang
dapat menjamin keselamatan kerja. Oleh karena itu sebelum BP dapat
dipakai secara komersial beberapa uji perlu dilakukan seperti : jatuh
impak, batang luncur, projektil, analisa panas differensial, bakar, dan
elektrik statik.
5.2. Sifat-Sifat Detonasi
a. Kecepatan Detonasi (VOD)
Sifat BP yang sangat penting adalah kecepatan detonasi yang dapat
diukur atau dinyatakan dalam angka terkungkung (confined) atau
harga tidak terkurung dengan satuan meter per detik (mpd). Kecepatan

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 23


detonasi terkungkung (confined detonationvelocity) adalah ukuran
dari kecepatan gelombang detonasi (detonation wave) yang merambat
melalui kolom BP di dalam lubang tembak atau ruang terkungkung
lainnya.
Sedangkan kecepatan detonasi tidak terkungkung (unconfined
detonation velocity) menunjukkan kecepatan detonasi BP apabila BP
diledakkan dalam keadaan terbukaatau tidak terkungkung. Karena BP
umumnya dipergunakan dalam keadaan tingkatpengungkungan
tertentu, harga kecepatan detonasi dalam keadaan terbuka atau
tidakterkungkung lebih berarti.
Sebagian pabrik mengukur kecepatan detonasi di dalam kolom BP
berdiameter 1,25" yang tidak terkungkung, walaupun beberapa
pengukuran dilakukan di dalam pengungkungan dengan pipa besi
dengan diameter berbeda-beda. Kecepatan detonasi dari suatu BP
tergantung pada density, bahan-bahan (ingredients) yang terdapat
dalam BP, ukuran partikel dari bahan-bahan, diameter muatan
(charge) dan derajat pengungkungan. Pengurangan ukuran butir,
penambahan diameter muatan dan penambahan derajat
pengungkungan semuanya cenderung menambah kecepatan detonasi.
Memilih BP yang didasarkan atas kecepatan detonasi perlu
mengetahui apakah kecepatan tersebut terkungkung atau tidak
terkungkung.
b. Tekanan Lubang Tembak
Tekanan lubang tembak yang dipublikasi oleh produsen BP seringnya
didasarkan pada pengukuran VOD dengan muatan BP terkungkung.
Dalam melakukan peledakan ANFO, parameter tekanan lubang
tembak sangat berguna karena ANFO adalah BP yang kurang sensitif
oleh karenanya tekanan detonasi tinggi sangat diharapkan. Tekanan
yang berada di belakang muka detonasi menghasilkan tekanan lubang
tembak sekitar 50% tekanan detonasi dan ini adalah hasil ekspansi
gas-gas. Tekanan lubang tembak menunjukkan bahwa energi gas dari
BP dan nilainyabergantung kepada :

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 24


• Pengukungan
• Jumlah gas yang dibangkitkan
• Temperatur produk reaksi kimia BP
Tekanan lubang tembak diakibatkan dari ekspansi gas-gas reaksi
kimia BP, oleh karenanya tidak mungkin diukur karena tekanan
kejutnya sangat besar di muka detonasi yang dapat merusakan semua
peralatan ukur.
c. Kekuatan Energi (Strength)
Strength atau kekuatan adalah ukuran untuk mengukur energi yang
terkandung dalam BP dan kerja yang dapat dilakukan oleh BP. Tes
yang dipakai untuk mengukur adalah ballistic mortar test. Istilah
strength pertama kali dipakai untuk dinamit dengan campuran
nitrogliserin dan kiesel guhr (inert filler), 60 % dinamit mengandung
60 % berat nitrogliserin dan kekuatannya 3 kali kekuatan 20 %
dinamit.
Sekarang inert filler dari straight dynamite disubstitusi dengan bahan-
bahan aktif (active ingredients,) seperti : sodium nitrate dan
carbonaceous fuel yang akan menambah energi dalam BP. Akibatnya
60 % straight dynamite yang mengandung 60 % nitrogliserin hanya
kurang lebih 1,5 kali kekuatan dari 20 % straight dynamite, karena
energi yang diberikan oleh tambahan sodium nitrate dan
carbonaceousmaterial dalam 20 % straight dynamite.
Dua macam ukuran strength yang dipakai untuk menilai BP
komersial, yaitu : weight strength adalah membandingkan kekuatan
BP dengan dasar berat yang sama dandodol ledak atau bulk strength
membandingkan kekuatan BP dengan dasar volume yang sama.
Secara tradisional strength dinyatakan dalam persen dengan straight
nitroglycerin dynamite dipakai sebagai standar. Weight strength dan
kekuatan dodol ledak dari suatu BP adalah sama apabila specific
gravity dari BP adalah 1.4.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 25


• Weight strength
Weight strength berguna untuk membandingkan potensi kinerja suatu
BP dengan basis faktor energi. Weight strength biasanya didefinisikan
sebagai berikut. Weight strength = Energi tersedia dari suatu BP X
100% Energi tersedia ANFO. Beberapa BP kekuatannya dinyatakan
dalam weight strength dan sebagian lagi dinyatakan dalam kekuatan
dodol ledak. Oleh karena itu, penting bagi pemakai BP mengetahui
kekuatan yang mana yang digunakan untuk menyatakan kekuatan BP
yang akan dipakai. Secara umum kekuatan dinamit dinyatakan dengan
dasar weight strength dan gelatin dinyatakan dengan dasar kekuatan
dodol ledak, walaupun hal ini tidak selalu benar.
• Bulk strength
Bulk strength suatu BP dinyatakan sebagai perbandingan energi suatu
BP terhadap energi yang diberikan oleh volume ekivalen BP ANFO.
Bulk strength berguna untuk membandingkan potensi kinerja suatu BP
dengan basis volume ekivalen lubang tembak, atau panjang muatan
untuk diameter lubang yang sama.
Bulk strength = Weight strength x Bobot isi x 100% Bobot isi ANFO
Energi tersedia tidak memberikan indikasi laju pelepasan energi
(Energy ReleaseRate = ERR) atau proporsi suatu BP untuk bekerja
secara efektif dalam pembongkaran dan pemindahan batu. Weight dan
Bulk strengths tidak memberikan data energi tersedia secara langsung
melainkan hanya perkiraan kerja efektif yang dapat dilakukan oleh
suatu BP. Oleh karena itu timbul suatu istilah baru yang disebut
sebagai Energi Efektif.
• Energi Efektif (EE)
Berdasarkan pengamatan high speed film camera, pergerakan burden
pada akhirnya menyebabkan gas ledakan bahan peledak (BP) keluar
dari lubang tembak dan merekahkan massa batuan. Gas ini
mengandung sejumlah besar energi. Energi BP sesungguhnya terdiri
dari Energi Aktivasi dan pelepasan energi dalam bentuk Energi Kejut
dan Energi Gelombang.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 26


Energi Efektif (EE) adalah energi yang berguna dalam proses detonasi
atau energi yang dilepaskan oleh BP begitu tekanan gas ledakan
menurun dan berhenti dimana tekanan gas keluar dari massa batuan
dan oleh karena itu berhenti melakukan kerja efektif. Energi tersedia
dapat diplot dalam bentuk Energi Kumulatif dengan menurunnya
tekanan gas. Energi Efektif adalah Kumulatif Pelepasan Energi hingga
berhenti, yaitu pada tekanan sekitar 100.000 kPa atau 1.000 Bar. Nilai
Energi Efektif Iebih kecil daripada Energi Total atau Energi Tersedia,
dan bergantung kepada karakteristik kurva Energi-Tekanan.
Pengukuran dan perhitungan energi sulit untuk dilakukan, namun
metode eksperimen telah banyak dilakukan, antara lain :
• Ballistic mortar
• Trautzl lead block test
• Underwater detonation test
• Crater test
• Langefors weight strength
Secara teoritik energi juga dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan-persamaan termodinamik. Energi yang dihitung dengan
hukum-hukum termodinamik akan lebih besar daripada hasil
pengamatan eksperimen. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
kehilangan energi saat BP diledakkan.

3.3. Pelaksanaan Praktikum


1. Waktu Pelaksanaan Praktikum :
Hari, tanggal : Rabu, 21 Oktober 2020
Sesi / jam : II / (13.00 – 15.00) WIB
Acara : II (Peralatan dan Perlengkapan Peledakan I)

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 27


2. Peralatan dan Perlengkapan

Gambar 3.3
ANFO

3.4. Perhitungan
Diketahui :
a. SG = 0,85 gr/cm3 = 850 kg/m3
b. De = 3,5 inch = 0,0889 m
c. H = 8,8 m
Ditanya :
a. Jumlah bahan peledak ?
Jawab :
de = 0,508 x De2 x 0,508
= 0,508 x (3,5) 2 m x 850 kg/m3
= 5,28955 kg/m
Total ANFO = n . De . H
= 20 x (3,4126 kg/m) x 8,8 m
= 600,6176 kg

(ZOB)
- Kadar NH4NO3 = (∑BM NH4NO3 : ∑BM Reaktan) x 100%
= 94,5%
- Kadar CH2 = (∑BM CH2 : ∑BM Reaktan) x 100% x Total ANFO
= 5,5%
- Berat NH4NO3 = 94,5% x 600,6176 kg
= 567,5836 kg
- Berat CH2 = 5,5 % x 600,6176 kg = 33,034 kg
(NOB)

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 28


- Kadar NH4NO3 = (∑BM NH4NO3 : ∑BM Reaktan) x 100%
= (160 : 174) x 100%
= 92 %

- Kadar CH2 = (∑BM CH2 : ∑BM Reaktan) x 100%


= (14 : 174) x 100%
=8%
- Berat NH4NO3 = 92 %x 600,6176 kg
= 552,5682 kg
- Berat CH2 = 8 % x 600,6176 kg
= 48,0494 kg
(POB)
- Kadar NH4NO3 = (∑BM NH4NO3 : ∑BM Reaktan) x 100%
= (400 : 414) x 100%
= 96,6 %
- Kadar CH2 = (∑BM CH2 : ∑BM Reaktan) x 100%
= (14 : 414) x 100%
= 3,4 %
- Berat NH4NO3 = 96,6 % x 600,6176 kg
= 580,1966 kg
- Berat CH2 = 3,381 % x 920,373 kg
= 20,421 kg

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 29


3.5 Pembahasan
a. Pengertian bahan peledak menurut ahli dan Keppres
Bahan peledak ialah suatu bahan yang stabil yang apabila dikenai stimulasi
secara tepat maka dengan cepat akan berubah dari padat atau cair menjadi gas
yang panas dan ekspansif, yang mengakibatkan tekanan sekitarnya (Glorier
Family Encyclopedia, 1995). Bahan peledak ialah suatu bahan atau campuran
yang dapat bereaksi dalam waktu sangat singkat dan menghasilkan energi
dalam jumlah besar oleh karena terjadinya volume gas yang sangat besar pada
temperatur yang bertekanan yang sangat tinggi, diikuti efek mekanik, visual
dan akustik yang sangat tinggi (Berta G., 1990). Bahan peledak adalah bahan
atau zat yang berbentuk padat, cair, gas atau campurannya, yang apabila
dikenai suatu aksi berupapanas, benturan atau gesekan akan berubah secara
kimiawi menjadi zat-zat lain yang sebagian besar atau keseluruhannya
berbentuk gas dan perubahan tersebut berlansung dalam waktu yang sangat
singkat, disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi (Keppres RI No.5
tahun 1988).
b. Sifat-sifat bahan peledak
Sifat fisik terdiri dari :
• Bobot Isi
• Sensitivitas
• Ketahanan Air
• Stabilitas Kimia
• Karakteristik Gas Peledakan
• Karakteristik Keselamatan
Sedangkan sifat detonasi terdiri dari :
• Kecepatan Detonasi (Velocity of Detonation)
• Tekanan Detonasi
• Tekanan Lubang Tembak
• Energi atau Kekuatan
c. Klasifikasi bahan peledak menurut Keppres
Keppres No. 5 / 1988 dan SK Menhankam No. SKEP/974/VI/1988 membagi
bahan peledak (explosives) menjadi dua golongan besar, yaitu:

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 30


1. Bahan peledak industri (komersial)
2. Bahan peledak militer
Bahan peledak (handak) industry dibedakan ke dalam dua kelompok sesuai
dengan kecepatan gelombang kejutnya (Jimeno dkk., 1995), yaitu :
1. Bahan peledak cepat (rapid and detonation explosives), memiliki
kecepatan 2000-7000 m/detik, dan dibedakan lagi menjadi dua yaitu
primer (energinya tinggi dan sensitive, untuk isian detonator dan primer
cetak, seperti mercury fulminate, PETN, pentolite) dan sekunder yang
kurang sensitive, dipakai untuk isian lubang ledak.
2. Bahan peledak lambat (slow and deflagrating explosives), memiliki
kecepatan dibawah 2000 m/ detik, contoh gunpowder senyawa piroteknik
dan senyawa propulsive untuk artileri.

Contoh 3.4
Produk bahan peledak
3.6 Kesimpulan

1. Bahan Peledak definisikan sebagai kumpulan dari unsur padat, cair, atau gas
yang berkondisi metastabil dan dapat melakukan reaksi kimia dengan cepat
tanpa ada unsur lainnya, seperti oksigen atmosfir. Reaksinya dapat dipicu secara
mekanis kejut atau panas. Ketahanan untuk melakukan reaksi mencerminkan
sensitivitas bahan peledak.
2. Sifat-sifat Bahan Peledak
➢ Sifat fisik terdiri dari :
• Bobot Isi
• Sensitivitas
• Ketahanan Air

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 31


• Stabilitas Kimia
• Karakteristik Gas Peledakan
• Karakteristik Keselamatan
➢ Sedangkan sifat detonasi terdiri dari :
• Kecepatan Detonasi (Velocity of Detonation)
• Tekanan Detonasi
• Tekanan Lubang Tembak
• Energi atau Kekuatan
3. Klasifikasi bahan peledak menurut keppres No. 5 / 1988 dan SK Menhankam
No. SKEP/974/VI/1988 membagi bahan peledak (explosives) menjadi dua
golongan besar yaitu :
1. Bahan peledak industri (komersial)
2. Bahan peledak militer
4. Dari pelaksanaan praktikum diketahui bahwa
- de = 3,4126 kg/m2
- Total ANFO = 600,617 kg
(ZOB)
- Berat NH4NO3 = 567,5836 kg
- Berat CH2 = 33,034 kg
(NOB)
- Berat NH4NO3 = 552,5682kg
- Berat CH2 = 48,0494 kg
(POB)
- Berat NH4NO3 = 580,1096 kg
- Berat CH2 = 20,421 kg

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB III 32


BAB IV
KESETIMBANGAN OKSIGEN

4.1. Latar Belakang


Dalam suatu reaksi peledakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bahan
peledak yang digunakan efektif dan dampak lingkungan yang ditimbulkan
minimum. Salah satunya adalah keseimbangan oksigen dalam reaksi.

Keseimbangan oksigen dalam reaksi peledakan perlu diperhitungkan agar gas


beracun yang ditimbulkan oleh reaksi peledakan tersebut sangat kecil dan agar
bahan peledak yang digunakan itu efisien. Maksudnya, energi yang dihasilkan
maksimum dan dampak lingkungan atau gas beracun minimum.

4.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum bab mengenai kesetimbangan oksigen adalah:
1. Agar praktikan dapat memahami dasar-dasar rancangan komposisi bahan
peledak.
2. Agar praktikan memahami pada saat bagaimana bahan peledak bisa
menghasilkan gas beracun (fumes), sehingga tidak sembarangan dalam
membuat rakitan bahan peledak.
3. Agar praktikan dapat menyusun komposisi (persentase) campuran bahan
peledak yang akan digunakan dalam suatu operasi peledakan dengan benar
agar dapat memperoleh energi maksimal dan tidak menghasilkan gas beracun.
4. Agar praktikan dapat memahami perhitungan dalam suatu persamaan kimia
dalam kaitannya dengan keseimbangan oksigen.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB IV 33


4.3. Dasar Teori
Bahan peledak komersil merupakan suatu rakitan yang terdiri dari bahan-bahan
berbentuk padat atau cair atau campuran dari keduanya, yang apabila terkena suatu
aksi misalnya panas, berbenturan, gesekan dan sebagainya, dapat bereaksi dengan
kecepatan tinggi, membentuk gas dan menimbulkan efek panas serta tekanan yang
sangat tinggi.
Secara umum bahan peledak merupakan campuran dari senyawa-senyawa yang
mengandung 4 unsur dasar/utama yaitu C, H, N, dan O. Untuk menghasilkan
pengaruh kekuatan tertentu kadang-kadang ditambahkan unsur-unsur yaitu : Al, Ca,
Na, Mg,dsb.
Bahan peledak komersial dibuat berdasarkan pada prinsip Zero Oxygen Balance
(ZOB). Artinya jumlah oksigen yang terdapat dalam bahan peledak apabila bereaksi
hanya cukup untuk membentuk smoke, seperti N2O2, CO2, N2 bebas.
Kekurangan oksigen dalam bahan peledak akan mengakibatkan Negative Oxygen
Balance (NOB) yaitu terjadi gas CO yang beracun. Apabila kelebihan oksigen akan
mengakibatkan Positive Oxygen Balance (POB) yaitu terjadi NO, NO2 yang
beracun.
Namun, kita sebagai manusia tidak dapat memastikan bahwa dalam suatu reaksi
peledakan tidak akan menghasilkan fumes. Ketelitian manusia sangat terbatas
sehingga walaupun secara teori, reaksi peledakan akan menghasilkan Zero Oxygen
Balance namun bisa saja terbentuk fumes karena nilai dari persamaan perhitungan
oxygen balance ini hanya merupakan pendekatan.
Bahan peledak yang sering digunakan dalam dunia pertambangan antara lain
ANFO, TNT atau trinitrotoluene, Nitroglicerine. Tapi dalam laporan ini, hanya
akan membahas keseimbangan oksigen dari reaksi peledakan dengan bahan peledak
ANFO (NH4NO3+CH2).
Rumus kimia ZOB :
3 NH4NO3 + CH2→ 7 H2O + CO2 + 3 N2................................................................. (1.1)
Persamaan untuk perhitungan keseimbangan oksigen adalah :
a. Jika dalam bahan peledak hanya terdapat unsur C, H, O dan N, persamaannya:
OB = Oo – 2Co – 1/2Ho............................................................................................................. (1.2)
b. Jika dalam campuran bahan peledak terdapat unsur tambahan (Na,Ca, Al,
dsb) yang memiliki afinitas terhadap oksigen, persamaannya :
OB = (Oo – 1/2Nao – Cao - …) – 2Co – 1/2Ho.....................................................(1.3)
Bahan peledak komersial pada umumnya adalah dari klas bahan peledak kimia
(Chemical Explosive). Dalam halini,detonator,sumbu ledak dan sumbu api harus
diperlakukan sebagai bahan peledak.
Beberapa sifat bahan peledak yang harus diperhatikan yaitu :
1. Kekuatan (Strength)
2. Kerapatan (Density), Berat jenis (Spesific Gravity)
3. Kecepatan detonasi (Detonation Velocity)
4. Kepekaan (Sensitivity)
5. Ketahanan terhadap air (Water resistence)
6. Gas beracun (Fumes)
7. Kemasan (Package)
Selain itu, perlu diperhatikan energi total yang dihasilkan dari suatu reaksi
peledakan agar kita dapat mengetahui perbandingan bahan bakar yang digunakan
dengan total energi yang dihasilkan.
Rumusannya adalah :
Q = Qp – Qr ..................................................................................................................................(1.4)
Keterangan :
Q = Energi total
Qp = Energi produktan
Qr = Energi reaktan

4.4. Perhitungan
Perhitungan Loading Density
Soal :
n (lubang ledak) = 20
H (kedalaman lubang ledak) = 8,8 m
D (diameter ANFO) = 3,5 inch
SG Anfo = 0,85 gr/cm3

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB IV 35


Jawab:
de = 0,508 D2 x SG
= 0,508 (0,889) 2x 850 kg/m3
= 3,4126 kg/m
Total Anfo = n x de x H
= 20 x(3,4126 kg/m) x 8,8
= 600,6176 kg

Hasil praktikum :
Persamaan reaksi peledakan :
1. 3 NH4NO3 + CH2→ 7 H2O + CO2 + 3 N2 →Smoke (ZOB)
2. 2 NH4NO3 + CH2 → 5 H2O + N2 + CO →Fumes (NOB)
3. 5 NH4NO3 + CH2→ 11 H2O + CO2 + 4 N2 + 2NO →Fumes (POB)

Perhitungan nilai kalor :


Q NH4NO3 = 88,27 kkal/mol
Q CH2 = 7,15 kkal/mol
Q H2O = 57,8 kkal/mol
Q CO2 = 93,4 kkal/mol
Q N2 = 5,2 kkal/mol
Q CO = 3,78 kkal/mol
Q NO = 4 kkal/mol

ZOB :
Q produk = 7 (57,8) + 93,4 + 3 (0) = 498 kkal
Q reaksi = 3 (88,27) + 7,15 = 271,96 kkal
Q = 498 kkal- 271,96 kkal= 226,04 kkal

NOB :
Q produk = 5 (57,8) + 2 (0) + 3,78 = 292,78 kkal
Q reaksi = 2 (88,27) + 7,15 = 183,69 kkal/mol
Q = 292,78 kkal- 183,69 kkal = 109,09 kkal
POB :
Q produk = 11 (57,8) + 4 (0) + 93,4 + 2 (4) = 741,2 kkal
Q reaksi = 5 (88,27) + 7,15 = 448,5 kkal
Q = 741,2 kkal - 448,5 kkal= 288,7 kkal

4.5. Pembahasan
Suatu bahan peledak umumnya mengandung elemen-elemen karbon, oksigen,
hidrogen dan nitrogen. Hubungan yang dipakai untuk menghitung neraca oksigen
dapat dinyatakan sebagai berikut :
OB = O0 – 2C0 – ½ H0
O0 , C0, H0, adalah menyatakan jumlah gram dari masing – masing elemen dalam
bahan peledak. Dari persamaan di atas dapat dilihat angka 2 dan ½ didapat masing
-masing dari 2 atom oksigen yang dibutuhkan untuk setiap atom karbon dan ½ atom
oksigen yang dibutuhkan unutk setiap atom hidrogen.
Umumnya produk yang diinginkan dari suatu peledakan adalah uap air,
karbondioksida, gas nitrogen, dan oksida padat dimana semuanya adalah relatif
inert dan tidak beracun.
Persamaan dalam suatu reaksi peledakan :
1. 3 NH4NO3 + CH2→ 7 H2O + CO2 + 3 N2 →Smoke
2. 2 NH4NO3 + CH2 → 5 H2O + N2 + CO →Fumes ( CO )
3. 5 NH4NO3 + CH2→ 11 H2O + CO2 + 4 N2 + 2NO →Fumes ( NO )
Persamaan reaksi 1 merupakan ZOB ( Zero oxygen balance ) dimana yang
dihasilkan adalah smoke dan tidak beracun.
Persamaan reaksi 2 merupakan NOB ( Negative oxygen balance ) dimana yang
dihasilkan adalah fumes berupa gas CO ( Carbon monoksida )
Persamaan reaksi 3 merupakan POB ( Positif oxygen balance ) dimana yang
dihsilkan adalah fumes berupa gas NO ( Nitrogen monoksida )
Untuk mendapatkan ZOB maka perbandingan NH4NO3 dan CH2 adalah 94,5 %
NH4NO3 dan 5,5 % CH2. Semakin besar persentase dari NH4NO3 maka akan
dihasilkan POB dan sebaliknya. Jika, NH4NO3 semakin kecil maka dihasilkan
NOB.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB IV 37


Dalam perhitungan oxygen balance perlu dihitung berapa besar energi yang akan
dihasilkan dari suatu reaksi peledakan. Rumusannya adalah :
Q = Energi total
Qp = Energi produktan
Q = Qp – Qr
Qr = Energi reaktan
Untuk menghasilkan energi (heat of explosion) setinggi mungkin dan untuk
mencegah timbulnya gas-gas beracun (fumes: CO, NO, NO2), bahan peledak
komersial dibuat berdasarkan prinsip Zero Oxygen Balance, artinya: Dalam bahan
peledak terdapat jumlah oksigen yang tepat sehingga selama reaksi seluruh
Hidrogen akan membentuk uap air (H2O), Carbon bereaksi membentuk CO2, dan
Nitrogen menjadi gas N2 bebas.
Ketiga jenis gas tersebut (H2O, CO2, N2) disebut smoke dan tidak beracun, contoh:
3 NH4NO3 + CH2→ 7 H2O + CO2 + 3 N2 → Smoke
Kekurangan oksigen (deficient oxygen balance) akan menghasilkan gas beracun
Carbon Monoxide (CO), contoh:
2 NH4NO3 + CH2 → 5 H2O + N2 + CO → Fumes ( CO )
Kelebihan jumlah Oksigen (excessive oxygen balance) akan menghasilkan gas
beracun NO atau NO2, contoh:
5 NH4NO3 + CH2→ 11 H2O + CO2 + 4 N2 + 2NO → Fumes ( NO )
Cara perhitungan perbandingan jumlah campuran berdasarkan prinsip Zero Oxygen
Balance ada 2 jalan yaitu:
Sebagai contoh :
a. Ammonium Nitra,t (NH4NO3), BM = 80
Jumlah grat tiap unsur per 100 g senyawa adalah :
N : 2 gram/mole 2/80 x 100 = 2,50 grat/100 g
H : 4 grat/mole 4/80 x 100 = 5,00 grat/100 g
O : 3 grat/mole 3/80 x 100 = 3,75 grat/100 g
Jumlah gram setiap unsur per 100 g senyawa atau persentase komposisinya ialah :
N : 2,50 x 14 = 35 g (35 % berat)
H : 5,00 x 1 = 5 g (5 % berat)
O : 3,75 x 16 = 60 g (60 % berat)
b. Bahan peladak dengan komposisi seperti dibawah, akan dianalisa apakah
bahan peledak tersebut dalam keadaan Z.O.B. (Zero Oxygen Balance) :
NG (18%) TNT (3%) SG pulp/ wood pulp (12%)
AN (55%) SN (10%) CaCO3 (2%)

4.6. Kesimpulan
Bahan peledak adalah suatu rakitan yang terdiri dari bahan – bahan berbentuk padat
atau cair atau campuran dari keduanya yang apabila terkena suatu aksi misalnya
panas, benturan, gesekan dan sebagainya dapat bereaksi dengan kecepatan tinggi,
membentuk gas dan menimbulkan efek panas serta tekanan yang sangat tinggi.
Sifat dari bahan peledak yang harus diperhatikan :
a. Kekuatan
b. Kerapatan, Berat jenis
c. Kecepatan detonasi
d. Kepekaan
e. Ketahanan terhadap air
f. Gas beracun
g. Kemasan

Unsur-unsur dasar bahan peledak komersial adalah C, H, N, dan O.Persamaan yang


digunakan untuk menghitung keseimbangan oksigen adalah :
OB = Oo – 2 Co – ½ Ho
atau
OB = (Oo – ½ Ho – Cao - ……) – 2 Co – ½ Ho
Rumusan perhitungan energi :
Q = Qp – Qr
Keterangan :
Q = Energi total
Qp= Energi produktan
Qr = Energi reaktan
Energi yang dihasilkan tergantung dari reaksi yang terjadi apakah ZOB , NOB atau
POB.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB IV 39


Hal yang perlu diperhatikan dalam merakit bahan peledak adalah komposisi bahan
peledak agar sesuai dengan keseimbangan oksigen sehingga nantinya tidak
menimbulkan gas-gas beracun seperti CO apabila komposisi bahan peledak
kekurangan oksigen (Negative Oxygen Balance) dan NO apabila komposisi bahan
peledak kelebihan oksigen (Positive Oxygen Balance) yang dapat membahayakan
para pekerja. Dalam membuat bahan peledak diperlukan komposisi yang tepat
sehingga nantinya tidak kelebihan ataupun kekurangan oksigen melainkan
komposisi oksigen yang seimbang atau disebut Zero Oxygen Balance (ZOB).
Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
1. Untuk kelebihan oksigen (Positive Oxygen Balance)
5 NH4NO3 + CH2 11 H2O + CO2 + 4N2 + 2 NO
2. Untuk oksigen yang seimbang (Zero Oxygen Balance)
3 NH4NO3 + CH2 7 H2O + CO2 + 3 N2
3. Untuk kekurangan oksigen (Negative Oxygen Balance)
2 NH4NO3 + CH2 5 H2O + CO + 2 N2
Jadi yang diinginkan itu adalah komposisi bahan peledak yang kandungan
oksigennya seimbang (Zero Oxygen Balance), dimana tidak menghasilkan gas
beracun melainkan menghasilkan smoke (H2O + CO2 + N2). Komposisi bahan
peledak yang mengandung AN dan FO memiliki % berat agar terjadi ZOB yaitu
94,48 % untuk AN dan 5,5118 % untuk FO, jika tidak maka akan menghasilkan gas
beracun.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Arga, Tri Kurniawan. 2017. Laporan Resmi Praktikum Teknik Peledakan.
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

[2] Hariyanto, Raden. 2018. Buku Penuntun Praktikum Teknik Peledakan,


Yogyakarta: Laboratorium Teknik Peledakan, Jurusan Teknik
Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta.

[3] Muzakki, Ahmad Aulia. 2019. Laporan Resmi Praktikum Teknik Peledakan.
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Muhammad Ardell Arya P/112.180.103/BAB IV 41


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai