UJI LOGAM
Oleh :
ANTONIO NORIGA
NPM: 18.1.03.01.0006
Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Praktikum Uji Logam di Program Studi Teknik
Mesin Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Kediri, . . . . . . . . . . . . . . .
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... I
HALAMAN II
PENGESAHAN......................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................. III
DAFTAR ISI ................................................................................................ IV
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... VI
DAFTAR TABEL ........................................................................................ VVIII
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KURIKULUM
v
3.2 Pengujian Kekerasan................................................................................ 30
3.2.1 Pendahuluan.................................................................................... 30
3.2.2 Dasar Teori .................................................................................... 30
3.2.3 Intruksi Praktikum ......................................................................... 37
3.3 Pengujian Tarik ........................................................................................42
3.3.1 Pendahuluan.................................................................................... 43
3.3.2 Dasar Teori .................................................................................... 43
3.3.3 Intruksi Praktikum …..................................................................... 50
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan.............................................................................................. 59
2. Saran........................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 60
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
spesiment.......................................................................................46
Gambar 3.21 a.Kurva tegangan- regangan dengan batas trasisi elastis plastis
Menunjukan adanya kekuatan luluh atas dan bawah....................47
Gambar 3.22 Kurva Tegangan rata-rata – Regangan teknis................................48
Gambar 3.23 Kurva log - Log..............................................................................48
Gambar 3.24 Necking pada daerah panjang ukur.................................................49
Gambar 3.25 Spesiment Uji Tarik.........................................................................51
Gambar 3.26 Spesiment Pelat ASTM E 8 Subsize...............................................51
Gambar 3.27 Mesin Uji Tarik................................................................................52
Gambar 4.1 Benda kerja setelah diamplas ........................................................... 56
Gambar 4.2 Diagram Batang Uji kekerasan Rockwell ......................................... 57
Gambar 4.3 Grafik Uji kekerasan Metode Rockwell.............................................
58
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Senat Fakultas Dekan Fakultas Teknik Gugus Jaminan Mutu
Asisten Praktikum
Peneliti/Praktikan
a. Peneliti/Praktikan
b. Asisten Praktikum
2
- Menyusun jadwal praktikum
- Perawatan laboratorium
c. Laboran
- Perawatan laboratorium
d. Dosen Pembimbing
- Mengevaluasi praktikum
3
8) Dosen dan asisten menyerahkan nilai hasil tes/ujian praktikum yang
dilaksanakan mahasiswa ke Laboran.
9) Laboran dibantu asisten merekap nilai praktikum (20% tugas + 40 %
pelaksanaan praktikum + 30 % ujian praktikum + 10 % laporan
praktikum)
10) Laboran menyerahkan nilai praktikum ke Dosen Pembimbing
Praktikum, dengan ketentuan nilai :
A >85,1
AB 76 – 85
B 66 – 75
BC 56 – 65
C 46 – 55
D 36 – 45
E < 35
4
3) Mengisi daftar hadir
Tata Tertib Laboratorium:
1. Praktikum dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan.
5
tidak lulus.
3) Pengujian Kekerasan
6
1.4 Mesin dan Peralatan Utama
Peralatan yang digunakan, meliputi peralatan utama yang terdiri dari:
Spesifikasi alat :
Tipe K
Tahun pembuatan 2020
Temperatur alat 20°- 950°C
Waktu mulai penundaan 0-9999 menit
Ramp end, Skip, 4-700°C/h
Dweel 0-9999 menit
Pendinginan skip 4-700°C
End 0-9999 menit ditahan
7
3) Universal Hardness Tester QV-700
1. Thermometer inframerah
2. Jangka sorong
3. Mistar
6. Tang jepit
7. Kunci pas
8
9.
9
BAB II
Menjelaskan tentang alur proses perlakuan panas, persiapan pengujian, dan
KURIKULUM
pengujian material: uji tarik, uji tekan, dan uji kekerasan.
10
2.2 Silabus Praktikum
Praktikum ini membahas berbagai proses metalurgi secara umum serta
memberikan ketrampilan dasar penggunaan alat uji, pengambilan data, dan analisa
data. Cakupan pokok bahasan meliputi: pengantar metalurgi, proses perlakuan
panas, diagram tegangan-regangan, analisa mikro, pengujian tarik-tekan, metode-
metode uji kekerasan logam. Setelah mengambil praktikum ini, mahasiswa
diharapkan memahami berbagai proses metalurgi yang ada serta mampu
merumuskan/memilih proses yang sesuai untuk menguji material tertentu.
11
Uji kekerasan Pra test teori Mahasiswa mampu 10%
- Metode brinell Praktikum menjelaskan ber-
- Metode vickers Laporan bagai metode uji
- Metode rockwell kekerasan.
4–5
- Persiapan Mampu melakukan
spesimen pengujian keke-
rasan, mengolah dan
menganalisa data.
Diagram tegangan Pra test teori Mahasiswa mampu 10%
6- 7 dan Regangan Praktikum menjelaskan
- Daerah elastis Laporan hubungan tegangan
- Titik yield regangan. Dan
- Daerah plastis karakteristik
- Titik ultimate kekuatan tarik baja.
- Titik luluh
8–9 Uji kekuatan Pra test teori Mahasiswa mampu 10%
tarik Praktikum melakukan
- Persiapan Laporan pengujian tarik,
spesimen mengolah dan
- Setting alat menganalisa data.
- Metode
pengambilan
dan
pengolahan
data
13 UAS Ujian tertulis 1. Mahasiswa mampu 40%
menjelaskan
perlakuan panas
2. Mahasiswa mampu
menjelaskan
diagram fasa
3. Mahasiswa dapat
12
Menjelaskan tentang alur proses perlakuan panas, persiapan pengujian, dan pengujian material: uji tarik, uji tekan, dan uji ke
melakukan dan
menjelaskan uji
kekerasan
4. Mahasiswa dapat
menjelaskan
diagram tegangan
regangan
5. Mahasiswa dapat
melakukan dan
menjelaskan uji
kekuatan tarik
a. Tugas Praktikum
b. Kriteria Penilaian
Tugas Praktikum : 40 %
Ujian Prakrikum : 60 % +
100 %
BAB III
MATERI MODUL
3.1.1 Pendahuluan
13
garis besar terdapat dua tujuan perlakuan panas yaitu menaikkan kekerasan logam
dan menurunkan kekerasan logam. Selain itu terdapat tujuan lain seperti
menghilangkan tegangan dalam.
Proses meningkatkan kekerasan logam disebut juga dengan hardening.
Logam dikeraskan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap aus,
sehingga logam menjadi tahan terhadap gesekan dan tidak mudah berubah bentuk.
Akan tetapi pada keperluan lain, logam diturunkan kekerasannya. Seperti pada
persiapan untuk proses permesinan diperlukan logam yang lebih lunak agar
mempermudah pemotongan maupun pembentukan. Proses menurunkan kekerasan
logam disebut softening/annealing. Proses ini akan meningkatkan efisiensi pabrik
dalam permesinan.
Dari sedikit pengertian perlakuan panas diatas menunjukkan pentingnya
praktikum perlakuan panas agar mahasiswa dapat mengetahui, menerapkan, dan
mengembangkannya baik sebagai ilmu pengetahuan maupun aplikasi di dunia
industri. Sehingga dapat diambil beberapa tujuan praktikum seperti di bawah ini.
1. Pengertian
14
2. Memperbaiki keuletan dan kekuatan material
15
temperatur turun sangat lambat.
4. Kandungan unsur paduan
Selain karbon, pada besi dan baja terkandung Si, Mn, dan unsur pengotor
lain seperti P, S, dsb. Unsur-unsur tersebut tidak berpengaruh besar
terhadap diagram fasa bila jumlahnya kecil. Akan tetapi penambahan
unsur paduan seperti Ni, Mn, Mo, Cr, dsb pada presentase tertentu akan
merubah diagram fase dan sifat mekanik baja.
ACM : Titik eutektoid selama pendinginan ferrit pada komposisi alfa dan
sementit pada komposisi terbentuk simultan dari austenit. Reaksi eutektoid
16
ini dinamakan transformasi A1 dan fasa eutektoid ini dinamakanferrit
Fe3C kita dapat mengetahui pada temperatur berapa baja dengan kandungan
karbon tertentu akan berubah fase. Dan kita akan dapat mengetahui jenis fase
yang akan terbentuk.
17
udara.
Tingkat pendinginan juga tergantung dari permukaan luas dan
ketebalan, serta luas dan volume dari bagian itu. Makin tinggi rasionya, makin
besar tingkat pendinginannya. Contohnya, plat tebal lebih lambat menjadi
dingin daripada plat tipis dengan luas yang sama. Pertimbangan ini juga sangat
penting pada pendinginan logam dan plastik pada proses pengecoran dan
pencetakan.
18
Gambar 3.2 Diagram Proses Quenching Baja Diameter 1/2 inchi
Dengan Berbagai Media Quenching
19
Carburizing
Gambar 3.3 Hubungan Kandungan Karbon dan Kekerasan Material pada Karburasi
Nitriding
Nitriding didefinisikan sebagai suatu proses pengerasan permukaan
dengan senyawa nitrat. Dalam hal ini baja paduan spesial dipanaskan untuk
waktu yang lama dalam suatu atmosfer dari gas nitrogen. Hasil dari
pengerjaan nitrid adalah menghasilkan suatu permukaan yang keras. Supaya
dihasilkan permukaan yang keras dengan cara dengan cara ini maka
20
digunakan suatu baja paduan yang mengandung sedikit unsur kromium dan
alumunium sesuai dengan kekerasan yang akan dihasilkan. Apabila baja
karbon biasa yang digunakan dalam proses ini maka proses nitrid akan
membentuk seluruh struktur dengan pengaruh yang kecil atas sifat-sifatnya.
Kandungan karbon pada baja yang dinitrid adalah sekitar 0.2-0.5% sesuai
dengan sifat-sifat inti yang diperlukan. Dan baja tersebut akan bereaksi
secara langsung terhadap pengerjaan pengerasan.
Pada proses pengerasan, pendinginan dilakukan tiba-tiba dalam
minyak. Selanjutnya, diikuti dengan penyepuhan pada suhu sekitar 550-
750oC dalam atmosfer terkontrol seperti yang tergambar pada Gambar 3.4 di
bawah ini.
Karbonitriding
21
karbonitriding adalah bahwa kemampuan pengerasan lapisan luar
meningkat bila ditambahkan nitrogen sehingga dapat diperoleh baja yang
relatif murah.
Cyaniding
Cyaniding merupakan proses untuk mengeraskan permukaan baja
dengan penambahan nitrogen dan karbon. Benda yang dikeraskan
dicelupkan ke dalam cairan yang mengandung garam natrium sianida
(NaCN) pada suhu sedikit di atas daerah austenit (800-960°C), dengan
konsentrasi bervariasi antara 25% dan 90%. Sejumlah udara dimasukkan ke
dalamnya sehingga NaCN berreaksi dengan oksigen di udara dan
beroksidasi, reaksinya adalah
2NaCN + O2 → 2NaNCO
2CO → CO2 + C
22
monoksida tersebut berperan dalam proses pengerasan baja. Semakin tinggi
suhu sianida yang diberikan, semakin besar persentase karbon yang
berdifusi (sampai dengan 0,8-1,2%) ke dalam permukaan baja bereaksi
dengan nitrogen (0,2-0,3%). Kemudian material didinginkan dengan air atau
oli. Setelah proses ini akan dihasilkan kekerasan permukaan sekitar 850
VHN. Proses ini tidak memakan banyak waktu. Cyaniding terutama
diterapkan untuk perlakuan panas bagian-bagian yang kecil. Kelebihannya
yaitu biaya yang dihabiskan tidak mahal karena baja karbon biasa dapat
digunakan. Kekurangannya adalah proses ini sangat berbahaya karena
garam sianida sangat beracun dan fatal jika terhirup.
Flame hardening
Proses ini disebut juga proses pengerasan dalam waktu yang singkat.
Baja dengan kandungan karbon yang sesuai tingginya dipanaskan sampai
suhu pengerasan dengan busur nyala gas esitelen. Dan seterusnya
didinginkan secara cepat untuk memperoleh permukaan yang keras.
23
dikendalikan dengan baik, bagian- bagian dalam tidak terpengaruh. Tebal
lapisan yang keras tergantung pada waktu pemanasan dan suhu nyala.
2) Softening
Softening merupakan proses perlakuan panas untuk pelunakan logam. Ada
beberapa proses softening diantaranya:
Annealing
Dari gambar
diatas dapat kita
lihat bahwa
dalam proses
Annealing
terdapat berbagai
macam proses
disesuaikan dengan kandungan karbon
yang terdapat pada material dan
temperature proses.
Tahapan- tahapan
perubahan material dapat kita
lihat dari diagram fasanya
seperti yang
terlihat pada
24
gambar dibawah ini.
Normalizing
Proses ini seperti yang terlihat dari pada gambar dibawah, dapat
diartikan sebagai pemanasan dan mempertahankan pemanasan pada suhu
yang sesuai diatas batas perubahan, diikuti pendinginan secara bebas di
dalam udara luar supaya terjadi perubahan ukuran butir-butiran.
Pendinginan yang bebas akan menghasilkan struktur yang lebih halus
daripada struktur yang dihasilkan dengan annealing. Pengerjaan mesin juga
akan menghasilkan permukaan pengerjaan yang lebih baik.
25
memperbaiki sifat-sifat mekanik baja tersebut. Pada proses ini baja
dipanaskan untuk membentuk struktur austenit, direndam dalam keadaan
panas dan seterusnya didinginkan secara bebas di udara.
Tempering
Baja biasanya dipanaskan kembali pada suhu kritis terendah setelah
dilakukan pengerasan untuk memperbaiki kekuatan dan kekenyalannya.
Akan tetapi hal itu mengurangi daya regang dan kekerasannya, sehingga
membuat baja lebih sesuai untuk kebutuhan untuk membuat peralatan.
Proses pemanasan kembali disebut tempering atau penyepuhan. Proses
tersebut menyebabkan martensit berubah menjadi troostit dan sorbit sesuai
dengan suhu penyepuhannya. Troostit dan sorbit tersebar halus dalam
bentuk karbid pada lapisan ferrit. Bentuk strukturnya tidak seperti austenit
tetapi berlapis-lapis.
Suhu penyepuhan tergantung pada sifat-sifat baja yang diperlukan,
biasanya sekitar 180oC-650oC, dan lamanya pemanasan bergantung pada
tebalnya bahan. Pemanasan biasanya dilakukan di dalam dapur sirkulasi
udara dan seterusnya direndam dalam minyak atau timbal (timah hitam).
Dengan demikian, suhu pemanasanya dapat dikontrol secara tepat. Alat-alat
biasanya disepuh pada suhu rendah. Penetapan suhu dengan cara melihat
warna pada selaput oksida yang dihasilkan dengan pemanasan.
Beberapa macam proses tempering
26
Untuk memberikan keuletan yang besar tetapi kekerasannya rendah.
Digunakan untuk roda gigi, poros, batang penggerak, dan lain-lain
27
3.1.3 Intruksi Praktikum
1. Metode Percobaan
Mulai
Memasukkan program yang digunakan dengan memperkirakan waktu, kecepatan bakar dan waktu penahanan
No
Mengecek Program
Yes
Selesai
28
2. Data dan Analisa
1
2
3
Rata-rata
29
d) Material perlakuan panas dengan pendinginan oli
b. Analisa Data
1. Pendinginan air
2. Pendinginan udara
3. pendinginan oli
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
Penyimpangan
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
30
3.2 Pengujian Kekerasan
3.2.1 Pendahuluan
Tujuan Praktikum:
1. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Brinell,
Vickers dan Rockwell
2. Membandingkan nilai kekerasan (Brinell dan Vickers) dari beberapa
jenis logam (besi tuang, baja, tembaga dan alumunium).
3. Mengetahui prinsip dan teknik pengujian kekerasan mikro dan
mengaplikasikannya untuk mengetahui kekerasan fasa-fasa di dalam
logam baja/besi tuang
4. Mengestimasi nilai kekuatan tarik beberapa logam berdasarkan nilai
kekerasan Brinellnya.
31
pada permukaan material dilakukan penekanan dengan indentor sesuai dengan
parameter (diameter, beban dan waktu). Berdasarkan mekanisme penekanan
tersebut, dikenal 3 metode uji kekerasan :
1. Metode gores
Dilakukan dengan cara mengukur kedalaman atau lebar goresan pada benda uji
dengan cara menggoreskan permukaan benda uji dengan material pembanding.
Indentor yang biasa digunakan adalah jarum yang terbuat dari intan. Namun,
metode ini tidak cocok untuk logam yang skala kekerasannya tinggi. Selain itu
kemampu-ulangannya rendah karena tidak akurat.Metode ini tidak banyak
digunakan dalam dunia metalurgi, tapi masih dalam dunia mineralogi. Metode ini
dikenalkan oleh Friedrich Mohs yaitu dengan membagi kekerasan material di dunia
ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini
bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, sebagaimana dimiliki
oleh talc, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, sebagaimana yang
dimiliki oleh intan.
Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia diwakili oleh :
1. talc 6. orthoclase
2. gypsum 7. quartz
3. calcite 8. topaz
4. fluorite 9. corundum
Bila suatu mineral mampu digores oleh orthoclase (6) tetapi tidak mampu
digores oleh apatite(5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6.
Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan utama
berupa ketidakakuratan nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineral-
mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai nilainya berkisar antara 1-
9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.
32
2. Metode pantul
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat scleroscope
yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu
yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi
pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi
pantulan tersebut, yang ditunjukan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan
benda uji dinilai semakin tinggi.
3. Metode Indentasi
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan
indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu
material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan
(tergantung jenis indentor dan jenis pengujian). Berdasarkan prinsip bekerjanya
metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A.Brinell pada tahun 1900.
Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras
(hardened steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu. Hasil penekanan
adalah jejak berbentuk lingkaran bulat, yang harus dihitung diameternya dibawah
mikroskop khusus pengukur jejak. BHN dapat ditentukan dari persamaan berikut :
P
BHN=
(πD /2) ¿ ¿
33
P
BHN= 2
(π /2) D (1−cos ∅)
Φ Φ
θ
d
34
Syarat menggunakan metode Brinell :
- indentor bola baja yang dikeraskan berdiameter 2,5-10 mm, beban 300-3000
Kg
- permukaan harus rata, jika perlu diamplas atau dimachining terlebih dahulu
b. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut
136o, seperti gambar dibawah ini
35
Gambar 3.14 Identor Vickers
Prinsip pengujian adalah sama dengan Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan
berbentuk bujursangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada
mikroskop pengukur jejak. Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh:
𝑃
𝑉𝐻𝑁 = 0,1891 𝑥
𝑑2
Dimana:
VHN = Nilai kekerasan Vickers (N/mm2)
P = Beban Penekanan (N)
d = diagonal rata-rata (mm)
yang mana
1+ 2
¿
2
Pengujian metode Vickers akan memberikan dampak hasil yang berbeda-beda
tergantung pada elestisitas material. Apabila material lunak atau keelastisitasannya
tinggi, maka hasil indentasi akan mengempis. Dan pada material yang kaku, maka
akan berbentuk menggembung. Metode ini biasa dilakukan untuk mengukur
kekerasan mikro dari material
.
36
Gambar 3.15 Distorsi oleh indentor pyramid intan karena efek elastisitas;
c. Metode Rockwell
Indentor yang digunakan kerucut intan dengan sudut yang dibentuk muka
intan 120o. Pembebanan dilakukan dengan dua tahap; tahap pertama adalah
pembebanan minor kemudian pembebanan mayor. Nilai kekerasan ditentukan
dengan perbandingan kedalaman kedua tahap pembebanan. Berbeda dengan
metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan suatu bahan dinilai dari diameter
atau diagonel jejak yang dihasilkan, maka metode Rockwell merupakan uji
kekerasan dengan pembacaan langsung (direct reading). Metode ini banyak
dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan
indentor yang digunakan membuat metode ini memiliki banyak macamnya.
Metode yang paling umum dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja
berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan
dan beban 150 kg). Walaupun demikian lainnya biasa dipakai. Oleh karenanya
skala kekerasan Rockwell suatu material harus dispesifikasikan dengan jelas.
d. Kekerasan Knoop
2. Sampel uji silinder pejal dan uji tarik (besi tuang, baja, tembaga dan
37
aluminium)
38
2. Flow Chart Prosedur Pengujian
Preparasi sampel
(amplas & poles)
Selesai
39
Gambar 3.17 Diagram alir pengujian kekerasan metode Brinell dan Vikers
b. Metode Rockwell (sample silinder pejal)
Preparasi sampel
(amplas & poles)
Lakukan preload
Baca nilai
kekerasan
Material lain
ya
tidak
Selesai
40
Gambar 3.18 Diagram alir pengujian kekerasan metode Rockwell
TUGAS :
Lakukan pengujian kekerasan Vickers
LEMBAR KERJA 1:
…………………………………………………………………………………
Langkah Kerja :
1. Siapkan permukaan benda kerja:
41
kasar, sehingga kedua bidang permukaan tersebut sejajar.
b. Haluskan permukaan benda kerja menggunakan amplas.
3. Sentuhkan benda kerja pada indentor dengan memutar piringan searah jarum
jam sampai jarum besar pada skala berputar 21/2 kali dan jarum kecil menunjuk
pada angka 3. Jika terasa berat, jangan dipaksakan tetapi harus diputar balik
dan diulangi.
4. Lepaskan handel ke depan secara perlahan-lahan. Jangan menekan handel ke
bawah, tetapi biarkanlah handel bergerak sendiri turun ke bawah. Jarum besar
pada skala akan bergerak seiring dengan turunnya handel ke bawah. Tunggu
hingga jarum besar pada skala berhenti dengan sendirinya.
5. Tunggu selama 30 detik dari saat berhentinya jarum, kemudian gerakkan
handel ke atas secara perlahan-lahan sampai maksimal.
6. Lepaskan benda kerja dengan memutar piringan berlawanan arah jarum jam.
Data-data pengamatan
42
Beban penekanan = ……………………………………………...……
Pembahasan
Kesimpulan
Saran
43
2. Mahasiswa melakukan analisis pengujian tarik
Tegangan dan regangan teknik lebih mengacu pada tegangan dan regangan
44
rata-rata hal ini disebabkan kerena pada saat terjadi penarikan diameter spesiment
diasumsikan tidak mengalami perubahan.
Lo + dl
Lo p.da
P
P
P ò da
Lo = Panjang awal
dl = perubahan panjang
= dl / Lo
Kurva tegangan dan regangan teknis bukanlah kurva tegangan dan regangan
yang sebenarnya . Hal ini disebabkan bahwa selama penarikan terjadi pengecilan
luas penampang , sehingga tegangan dan regangan sebenarnya diperoleh sebagai
berikut
Regangan sebenarnya ( )
45
n
L1−¿ L L2−¿L L3−¿ L
ε =∑ 0
+ + 1
dst , ¿ ¿¿
2
i L0 L1 L2
Atau
L
dl L
ε∫ =ln
10 L Lo
Sedangkan
∆ l L−Lo L
e= = = −¿l
Lo Lo Lo
L
e +1=
Lo
Sehingga diperoleh ;
ε =ln(e+1)
Tegangan Sebenarnya ( )
Bila A1 , dan L1 adalah panjang spesimen setelah putus dan Ao , Lo adalah panjang
awal pengukuran maka selama penarikan berlangsung volume spesimen tetap
sehingga belaku.
Ao . L o
A1 . L1= Ao . Lo ----------didapat A1=
L1
P
O= dengan memasukan persamaan diatas didapatkan
A1
P . L1
O= atau σ =S (e +1)
A o . Lo
Perbedaan kurva tegangan dan regangan teknis terhadap tegangan dan regangan
46
sebenarnya dapat dilihat pada Gambar berikut ini :
Gambar
3.20
4. Kekuatan Luluh ( y )
Kekuatan luluh material akan terjadi pada saat dimulainya deformasi plastis,
yang terindikasikan adanya penyimpangan kurva tegangan-regangan terhadap batas
proposional yakni pada daerah transisi batas elastis dan plastis yaitu pada titik P
Gambar 3.22.
Selanjutnya harga kekuatan luluh dilakukan dengan offset 0,2 % dan menarik garis
sejajar dengan garis proposional maka didapat kekuatan luluh ( y ). Sedangkan
pada Gambar b. terlihat adanya kekuatan luluh atas, perpanjang luluh (yield point
elongation) dan kekuatan luluh bawah. Phenomena ini biasanya terjadi pada logam-
logam yang mendekati murni.
47
Gambar 3.21 a.Kurva tegangan- regangan dengan batas trasisi elastis plastis
b.Menunjukan adanya kekuatan luluh atas dan bawah.
Kurva tegangan alir pada saat mana beban maksimum dan regangan uniform
dapat dilihat pada Gambar 3.22 berikut ini.
48
Gambar 3.22 Kurva Tegangan rata-rata – Regangan teknis
Pada kurva Gambar 3.22 terlihat bahwa regangan uniform terjadi pada beban
maksimum , dan pada saat itulah spesiment akan terjadi necking .
6. Fenomena Necking
Persamaa kurva alir
n
K. dapat diubah menjadi persamaan logaritma sebagai berikut
d (log σ ) d ( ln σ )
n= =
d( log ε ) d(¿ ε )
ε dσ
n= .
o dε
49
d σ
=n .
σ ε
Jadi necking spesiment secara teoritis akan terjadi pada saat faktor pengerasan
regan n sama dengan regangan uniformnya . Adapun bentuk necking pada
spesiment yang bersifat ulet dapat dilihat pada Gambar 3.24 berikut ini. Sedangkan
harga n dan K untuk beberapa material dapat dilihat pada tabel 3.1.
50
7. Pengaruh Laju Penarikan
dε
Laju penarikan didefinisikan ε = dalam satuan s−1 . Untuk uji Tarik dengan
dt
penggerak hidraulik atau ulir kecepatan penarikan antara 10−1 s−1
1. Mempersiapkan Spesimen
Spesiment yang akan diuji tarik harus dipersiapkan menurut standar pengujian
ASTM E.8 sebagai berikut :
Spesimen Batang
Gambar 3.25 Spesiment Uji Tarik Tabel 3.2 Ukuran standar spesimen
51
Standart Spesimen ( mm) Ukuran terkecil ( mm)
Diameter nominal 12,5 8,75 6,25 4,00 2,5
G 50 ±0,1 35±0,1 25±0,1 16±0,1 10±0,1
D 12,5±0,25 8,75±0,18 6,25±0,12 4,0±0,08 2,5±0,05
R 10 6 5 4 2
A 60 45 32 20 16
Spesiment Pelat.
Gambar
3.26
Satuan dalam mm
L = 100 A = 32 B = 32 C = 10
52
Gaya
2 3
b. Data output :
53
n ( mm /
menit )
(4) =…………………….
Teganga
n Max
( MPa)
(5) =…………………….
Teganga
n Luluh
0.2 %
offset
( MPa)
(6) Modulus Elastis(MPa) =…………………….
(7) Gaya Mak ( kN ) =…………………….
(8) Strain(%) =…………………….
……………………………………………………………………………………….
.
……………………………………………………………………………………….
.
……………………………………………………………………………………….
.
……………………………………………………………………………………….
.
……………………………………………………………………………………….
.
……………………………………………………………………………………….
54
.
No Gaya Perub.Panjang Teg.Teknik Reg.Teknis Teg.Seb Reg Seb
( kg) (dl ) (e) (S) )
(mm) (kg/mm2) (%) (kg/mm2) (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
4. Analisis Data
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
5. Kesimpulan Hasil Pengujian
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
55
BAB IV
STUDI KASUS
Gambar
4.1
56
Benda Kerja Setelah di Amplas
57
Berikut merupakan diagram batang yang didapatkan dari data pada saat proses
praktikum Uji Kekerasan Rockwell.
Berikut merupakan grafik yang didapatkan dari data saat proses praktikum Uji
Kekerasan Rockwell Hardness Tester
0
ST 42 ST 304
Series 1
58
Gambar 4.3 Grafik Uji Kekerasan Metode Rockwell
Dari grafik tersebut didapatkan nilai kekerasan suatu logam yang diuji tingkat
kekerasannya, yakni :
ST 42 : 24.5 HRC
ST 304 : 44 HRC
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uji kekerasan specimen pada mesin uji Rockwell Hardness Tester.
Setelah itu dapat diketahui bahwa nilai kekerasan yang didapatkan memiliki
59
kekerasan yang berbeda . Kemudian diketahui bahwa lama waktu penekanan
mempengaruhi kekuratan pembacaan nilai tingkat kekerasan dari benda uji.
5.2 Saran
Untuk kedepannya semoga alat yang digunakan pada saat praktikum
mendapatkan peningkatan baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas agar
praktikum berjalan dengan lebih efisien dan berjalan dengan lancar sesuai dengan
standart prosedur yang sesungguhnya.
60
61
DAFTAR PUSTAKA
62