TEKNOLOGI BETON
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh berkat rahmat dan
Nya
petunjuknya, sehingga Tugas Laporan Praktikum Teknologi Beton ini dapat terselesaikan
secara benar dan tepat waktu. Praktikum ini merupakan salah satu kewajiban dari Mahasiswa
Teknik Sipil UPN “Veteran” Jawa timur.
1. Ibu Nia Dwi Puspitasari, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing selama praktikum ini
berjalan
2. Ibu Ir. Wahyu Kartini, M.T. selaku dosen pengajar mata kuliah Teknologi Material
3. Teman – teman yang telah membantu dalam praktikum ini.
Dalam pembuatan Laporan Praktikum ini tentunya kami tidak memungkiri bahwa
masih terdapat kekurangan dan kealahan. Oleh karena itu, kami membuka kritik dan saran yang
bersifat membantu untuk kami kedepannya agar bisa lebih baik lagi.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua orang yang membaca nya
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.5.1 Pengujian Agregat....................................................................................................... 14
BAB IV ................................................................................................................................................. 24
HASIL ANALISA PRAKTIKUM ..................................................................................................... 24
4.1 Penyelidikan Bahan Pasir .................................................................................................. 24
4.1.1 Percobaan Kelembaban Pasir .................................................................................... 24
4.1.2 Percobaan Berat Jenis Pasir ...................................................................................... 24
4.1.3 Percobaan Air Resapan Pasir .................................................................................... 25
4.1.4 Percobaan Berat Volume Pasir .................................................................................. 25
4.2 Penyelidikan Bahan Batu Pecah ........................................................................................ 26
4.2.1 Percobaan Kelembaban Batu Pecah ......................................................................... 26
4.2.2 Percobaan Berat Jenis Batu Pecah ............................................................................ 27
4.2.3 Percobaan Air Resapan Batu Pecah.......................................................................... 27
4.2.4 Percobaan Berat Volume Batu Pecah ....................................................................... 28
4.3 Campuran Agregat ............................................................................................................. 28
4.3.1 Percobaan Analisa Saringan Pasir ............................................................................ 28
4.3.2 Percobaan Analisa Saringan Batu Pecah.................................................................. 30
BAB V .................................................................................................................................................. 32
PENUTUP............................................................................................................................................ 32
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 32
5.2 Saran .................................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 34
iii
jangan di enter, tetapi shift +
enter. Sehingga daftar isinya jadi
BAB I bagus
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan suatu konstruksi yang umumnya tersusun dari air semen dan
agregat. Penggunaan beton saat ini tidak hanya pada ruang lingkup struktur, akan tetapi
juga digunakan untuk non struktur. Banyak komponen non struktur bangunan yang terbuat
dari beton misalnya, dinding, kolom praktis, perabot rumah, maupun berbagai macam
hiasan. Penggunaan beton pada komponen non struktur tentu berbeda dengan struktur
dimana komposisi didesain sedemikian rupa untuk menghasilkan beton dengan nilai
estetika maupun dari segi ekonomi yang lebih. 1
Di samping kelebihannya, beton juga memiliki kekurangan yaitu: sulit untuk merubah
bentuk apabila telah dibuat, berat, pada sat pengerjaannya membutuhkan ketelitian yang
tinggi, memiliki kemampuan tarik yang lebih rendah dibanding kekuatan tekannya. Untuk
mengatasi kelemahan ini biasanya pembuatan beton dikombinasi dengan bahan yang
bernama baja, hal ini dikarenakan baja memiliki kekuatan tarik yang kuat. Dengan
kombinasi ini memunculkan bahan yang bernama beton bertulang, yang diharapkan bisa
saling melengkapi atas kekurangan yang dimiliki satu sama lain.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mutu beton salah satu diantaranya distribusi
susunan butir agregat (gradasi), agregat bergradasi baik dalam campuran beton dapat
menghasilkan beton yang berkualitas yaitu mudah dikerjakan (workability), awet
(durability), kuat (strenght) dan ekonomis. Terkait dengan agregat bergradasi baik peneliti
ingin menganalisis bagaimana jika mengguna kan agregat bergradasi terpisah (gap grading) italic
yaitu agregat yang memiliki satu atau dua jenis butiran. Fakta dari beberapa sumber agregat
yang memiliki susunan butir gap grading, bila dipakai dalam campuran beton akan
menghasilkan beton yang kropos dan berpori. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kuat tekan beton. 2
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa kadar air yang normal untuk mencari kondisi kebasahan pasta yang standar?
2. Berapa lama waktu yang diperlukan semen untuk melakukan pengikatan awal dan
pengikatan akhir?
3. Bagaimana cara menentukan berat jenis semen?
4. Bagaimana cara menentukan berat volume semen dalam keadaan lepas maupun terikat?
5. Bagaimana hasil penyelidikan bahan semen?
2
BAB II jangan di enter, tetapi shift +
enter. Sehingga daftar isinya
TINJAUAN PUSTAKA
jadi bagus
2.1 Beton
Beton adalah bahan bangunan yang didapat dengan cara mencampurkan agregat kasar
dan agregat halus sebagai bahan pengisi, dengan semen dan air sebagai bahan perekat dan
atau tanpa bahan tambahan.
Beton yang sudah keras dapat dianggap sebagai batu tiruan, dengan rongga-
rongga butiran yang besar (agregat kasar; krikil atau batu pecah) diisi oleh butiran yang
lebih halus (agregat halus :; pasir) dan pori-pori antara agregat halus diisi oleh semen dan
air 3
Beton sendiri memiliki sifat dasar yaitu, kuat pada tekan namun lemah terhadap
tarikan. Selain itu beton juga memiliki sifat tahan terhadap keawetan dan kekedapan. Sifat
– sifat ini dipengaruhi oleh:
1. Bahan penyusun beton
2. Umur beton
3. Pengerjaan beton
4. Perawatan beton
Beton merupakan salah satu bahan konstuksi yang seringkali dipergunakan dalam
struktur bangunan modern. Tingkat kebutuhan penggunaan beton di masyarakat
sebagai struktur bangunan sangat tinggi. Karena beton dinilai lebih praktis dan lebih
luruskan ekonomis dibanding dengan material konstruksi yang lain. Kadar semen dalam beton
berpengaruh terhadap kuat tekan beton. 4
2.2 Bahan Penyusun Beton
Beton tersusun dari campuran agregat kasar, agregat halus, semen dan air, serta bahan
tambahan lainnya.
2.2.1 Agregat Kasar
Agregat kasar merupakan salah satu bahan penting yang digunakan di dalam
pembuatan beton. Agregat kasar harus terdiridari butir – butir yang keras dan tidak
berpori. Agregat kasar adalah agregat dengan butiran lebih besar dari 4.75 mm.
Agregat kasar pada beton dapat diperoleh dari kerikil atau batu pecah yang
merupakan pecahan batu dari mesin. Agregat yang baik adalah agregat yang keras,
ulet dan kuat yang kekuatannya melebihi kekuatan semen Portland setelah
3
mengeras. 5. Untuk mendapatkan sifat keawetan yang diinginkan maka agregat
harus syarat dari agregat kasar adalah:
1. Jumlah butir butir pipih pada agregat kasar tidak boleh lebih daro 20% dari
agregat totalnya.
2. Butir butir agregat kasar harus tidak bisa pecah sebagai akibat terhadap
pengaruh cuaca, seperti sinar matahai dan hujan.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %
4. Agregat kasar tidak boleh mangnadung zat yang merusak beton (zat – zat yang
reaktif Alkali) seperti Hi, Li, Na, Ka, Rb, Cd, Fr.
justified
5. Kekerasan butir – butir Agregat kasar diuji dengan mesin pengaus Los (sisi
Angeles, yang aman tidak boleh kehilangan berat dari 50% kanan
6. Agregat kasar harus terdiri dari ukuran butir – butir yang beragam (gradasi). kiri hrs
rata)
Tabel 2.1 Gradasi Kombinasi Agregat Kasar (ASTM C-33)
4
b. Pasir sungai Pasir ini diperoeh langsung dari sungai. Sifat pasir sungai
biasanya bebutir halus, bulat-bulat akibat proses gesekan, daya lekat antar butir
butiran kurang.
c. Pada....................
c. Pasir laut Pasir laut adalah(yg lurus)
pasir yang diambil dari pantai. Sifat pasir ini
butirannya halus dan bulat karena gesekan dan banyak mengandung garam. Pasir
laut tidak baik digunakan untuk bahan bangunan karena kadar garamnya tinggi.
Ketiga jenis pasir yang diuraikan diatas merupakan pasir alam sebagai hasi
desintegrasi alami dari batu-batuan. Disamping itu juga terdapat pasir batuan yang
disebut abu batu yaitu hasil dari pecahan batu oleh alat pemecah batu (stone
crusher). 5 .
Syarat dari agregat halus ialah :
1. Agregat halus teridiri dari butir – butir yang tajam dan keras.
2. Butir – butir ini bersifat tahan terhadap cuaca (terik matahari dan hujan)
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (deitentukan
terhadap berat kering).
4. Susunan agregat halus harus bergradasi dan sesuai dengan persyaratan agregat
campuran.
Tabel 2.2 Gradasi Agregat Halus (SNI 03-2834-2000 dan ASTM C-33)
2.2.3 Semen
Semen adalah bahan berbentuk halus dimana membutuhkan air untuk dapat
mengikat sebagai hasil proses hidrasi. Oleh karenanya semen yang menjadi bahan
mempersatukan butir-butir pasir dan abu batu menjadi satu kelompok, yang
5
diberinama semen/ Portlandcement. Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki
sifat adhesif (adhesive) dan kohesif (cohesive) yang memungkinkan melekatnya
fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Semen merupakan
bahan yang jadi dan mengeras dengan adanya air yang dinamakan semen hidraulis
(hydraulic cements).6 . Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh
dengan menggiling klinker yang didapat dari campuran yang baik dan merata antara
kapur (CaO) dengan bahan yang mengandung silika (SiO2), alumina (Al2O3) dan
oksida besi (Fe2O3), dengan batu gips sebagai bahan tambah dalam jumlah yang
cukup. Bubuk halus ini bila dicampur dengan air, selang beberapa waktu dapat
menjadi keras dan dapat digunakan sebagai bahan ikat hidrolis. 7.
Ada dua macam semen, yaitu semen hidraulis dan semen non-hidraulis.
Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras jika bereaksi dengan air serta
tahan terhadap air (water resistence) dan stabil di dalam air setelah mengeras.
Sedangkan semen non-hidraulis adalah semen yang dapat mengeras tetapi tidak
stabil dalam air.
2.2.4 Air
Air merupakan bahan pengikat dari beton, dimana ia bekerja bersama semen
dan membantu semen untuk melakukan proses hidrasi. Air yang digunakan dalam
pembuatan beton harus memenuhi syarat yaitu:
1. Bersih, dimana air yang digunakan harus bersih, tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa.
2. Untuk beton bertulang air tidak boleh mengandung ion Klorida (Cl), ion Cl tidak
boleh melampui 500 mg/l
3. Air juga berpengaruh pada kuat tekan beton, karena apabila penggunaan air
terlalu banyak dapat menyebabkan kuat tekan beton melemah. Selain itu juga,
kelebihan air bisa menyebabkan bleeding (naiknya air kepermukaan cor-coran
dikarenakan pemisahan air campuran beton)
4. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda-benda perusak lainnya yang
dapat dilihat secara visual. 8 .
Air juga berpengaruh pada kuat tekan beton, karena apabila penggunaan air
terlalu banyak dapat menyebabkan kuat tekan beton melemah. Selain itu juga,
kelebihan air bisa menyebabkan bleeding (naiknya air kepermukaan cor-coran
dikarenakan pemisahan air campuran beton)
6
2.3 Workability
Workability adalah bahan-bahan beton setelah diaduk bersama, menghasilkan adukan
yang bersifat sedemikian rupa sehingga adukan mudah diangkut, dituang/dicetak, dan
dipadatkan menurut tujuan pekerjaannya tanpa terjadi perubahan yang menimbulkan
kesukaran atau penurunan mutu. 9 .
Beberapa parameter untuk mengetahui workabilitas beton segar adalah :
7
semen, sebaliknya campuran beton yang menggunakan nilai FAS kecil, akan lebih
banyak membutuhkan pasta semen.
8
Pengaruh kekerasan permukaan agregat terhadap kuat tekan beton adalah
pada FAS yang sama. Pemakaian agregat kasar dari batu pecah akan mempunyai
kuat tekan lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian agregat dari kerikil
alami, karena agregat kasar batu pecah mempunyai ikatan antara butir yang baik
sehingga membentuk daya lekat yang kuat. Dengan lekatan yang kuat menjadikan
kekuatan beton menjadi lebih tinggi.
9
untuk mengetahui distribusi gradasi agregat pada pembuatan beton. Dari analisi
saringan dapat diketahui spesifikasi – spesifikasi kesesuaian dan ketidaksesuaian dalam
perancangan pembuatan beton.
10
jangan di enter, tetapi shift +
BAB III
enter. Sehingga daftar isinya
METODELOGI jadi bagus
3.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sebaiknya memperhatikan metode-metode pengumpulan data.
Untuk mencari data yang diperlukan dalam penulisan laporan Praktikum Teknologi
Beton, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah studi literatur dimana metode ini
dilakukan dengan cara menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan
dengan topik yang diangkat dalam suatu pengujian. Studi literatur bisa didapat dari
berbagai sumber yang ada, baik seperti jurnal, buku dokumentasi, internet dan
pustaka.
2. Pengujian Laboratorium
Pengujian laboratorium adalah salah satu metode yang dilakukan dalam pengujian ini,
dimana pengujian ini berfungsi untuk mengetahui hasil pengujian yang dilakukan, serta
memperoleh data-data dari pengujian tersebut. Pengujian dilakukan sesuai dengan
Pengujian laboratorium adalah salah satu metode yang dilakukan dalam pengujian ini,
dimana pengujian ini berfungsi untuk mengetahui hasil pengujian yang
11
3.3 tidak perlu alur pengujian
Alur Pengujian
Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran dari pengujian ini,perlu dibentuk suatu
Langkah-langkah yang tepat diawali dengan kegiatan persiapan pengujian sampai pada
kesimpulan hasil pengujian. Secara umum Langkah-langkah dari pengujian tersebut
adalah sebagai berikut :
PERSIAPAN PENGUJIAN
MEMBERSIHKAN AYAKAN
MENIMBANG PASIR
PROSES PENYARINGAN
PROSES PENYARINGAN
MENIMBANG PASIR
HASIL AKHIR
12
3.4 Alat dan Bahan Pengujian
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pengujian telah disediakan oleh pihak
Laboratorium Kontruksi dan Bahan Bangunan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3.4.1 Alat
a) Timbangan
b) Alat penggetar listrik
c) Satu set ayakan ASTM C:33
d) Oven
e) Pan
f) Labu takar 1000cc
g) Alat perojok besi
h) Keranjang kawat yang tergantung pada timbangan
i) Kain lap
j) Takaran air
k) Ember
l) Cetok
m) Molen
3.4.2 Bahan
a) Air PDAM
Air PDAM yang digunakan berasal dari kawasan tempat pengujian.
b) Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan telah disediakan oleh pihak Laboratorium
Kontruksi dan Bahan Bangunan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
c) Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan telah disediakan oleh pihak Laboratorium
Kontruksi dan Bahan Bangunan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
d) Semen
Semen digunakan sesuai standar SNI 15-7064-2004 dengan kemasan kantong
50 kg, kemasan dalam keadaan tertutup dan tidak terdapat kerusakan pada segel
maupun pembungkus.
13
3.5 Tahapan Penelitian
Tahapan pelaksanaan pengujian dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi dan Bahan
Bangunan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Jawa Timur. Adapun tahapan – tahapan dalam penelitian ini:
3.5.1 Pengujian Agregat
Pengujian ini dilakukan untuk bisa mendapatkan perencanaan campuran dalam
pembuatan beton. Selain itu juga, pengujian dilakukan agar sifat dan karakteristik
beton dapat diketahui, sehingga beton yang direncanakan dapat memenuhi syarat
pembuatan sesuai dengan ketentuan yang ada. Berikut merupakan tahapan –
tahapan dalam pengujian agregat :
14
E. Pengambilan data
Timbangan
15
- Isi kerucut SSD 1/3 tingginya dan rojok 9 kali, isi lagi 1/3 tinggi
dan rojok 8 kali, isi lagi 1/3 tinggi dan rojok 8 kali
- Ratakan permukaannya dan angkat kerucutnya, bila pasir masih
berbentuk kerucut maka pasir belum SSD.
- Keringkan dan ulangi lagi pengisian dengan prosedur
sebelumnya, bila kerucut diangkat dan pasir gugur tetapi
berpuncak maka pasir sudah dalam kondisi SSD dan siap untuk
digunakan dalam pengujian.
Timbang labu takar 100 cc
Timban pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram, dan masukkan pasir
ke dalam labu takar dan timbang
Isi labu takar yang berisi pasir dengan air bersih hingga penuh
Pegang labu takar yang sudah berisi air dan pasir posisi miring, putar
kekiri dan kanan hingga gelembung-gelembung udara dalam pasir
keluar
Sesudah gelembung-gelembung keluar tambahkan air ke dalam labu
takar hingga batas kapasitas, dan timbang (w1)
Keluarkan pasir dan air dari dalam labu takar dan labu takar
dibersihkan, kemudian isi labu takar dengan air sampai btas
kapasitas dan timbang.
E. Pengambilan Data
16
3. Percobaan Air Resapan Pasir (ASTM 128 – 128 – 93)
A. Tujuan
Menentukan kadar air resapan pasir
B. Peralatan yang Diperlukan
Timbangan analisa 2600 gram
Oven
Pan
C. Bahan yang Diperlukan
Pasir kondisi SSD
D. Prosedur Pengujian
Timbang pasir kondisi SSD sebanyak sebanyak 500 gram
Masukkan oven selama 24 jam
Pasir dikeluarkan dan setelah dingin ditimbang beratnya
E. Pengambilan data
17
4. Percobaan Berat Volume Pasir (ASTM C 29/C 29M – 91)
A. Tujuan
Menentukan berat volume pasir baik dalam keadaan lepas maupun padat
B. Peralatan yang Diperlukan
Timbangan
Takaran berbentuk silinder dengan volume 3 liter
Alat perojok besi
C. Bahan yang Diperlukan
Pasir
D. Prosedur Pengujian
1. Tanpa rojokan/dilepas
Silinder dalam keadaan kosong ditimbang
Silinder diisi dengan pasir sampai penuh dan angkat setinggi 1
cm jatuhkan ke lantai sebanyak 3 kali, ratakan permukaannya
Timbang silinder yang sudah terisi pasir penuh
2. Dengan rojokan
Silinder dalam keadaan kosong ditimbang
Silinder diisi dengan pasir 1/3 bagian, kemudian dirojok 25 kali
demikian hingga penuh dan tiap bagian dirojok 25 kali
Permukaannya diratakan
Timbang silinder yang sudah terisi pasir penuh
E. Pengambilan Data
18
Gambar 3.4 Alat dan bahan percobaan Berat Volume Pasir
19
2. Percobaan Berat Jenis Batu Pecah (ASTM C 127 –88 –93)
A. Tujuan
Untuk menentukan berat jenis Agregat Kasar dalam keadaan SSD
20
E. Pengambilan Data
Campuran Agregat
1. Percobaan Analisa Saringan Pasir
A. Tujuan
Menentukan distribusi ukuran butir / gradasi pasir
21
B. Peralatan yang Diperlukan
Timbangan analitis 2600 gr
Satu set ayakan ASTM : C 33
Alat penggetar listrik
C. Bahan yang Diperlukan
Pasir dalam keadaan kering oven
D. Prosedur Pengujian
Timbang pasir sebanyak 1000 gram
Bersihkan saringan dengan kuas/sikat kemudian disusun
Masukkan pasir ke dalam ayakan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan di atas, dan digetarkan dengan mesin penggetar
selama 10 menit
Pasir yang tertinggal pada tiap-tiap ayakan ditimbang
Perlu untuk kontrol berat pasir keseluruhan = 1000 grm
Gambarlah hasil prosentase saringan pada grafik
E. Pengambilan Data
22
Agregat kasar yang tertinggal pada tiap-tiap ayakan di timbang
Perlu untuk kontrol berat Agregat kasar keseluruhan = kg
Gambarlah hasil prosentase saringan pada grafik
E. Pengambilan Data
23
BAB IV
Berat pasir asli (𝑤1 ) 52,52 gram 52,2 gram 47,43 gram
Berat pasir oven (𝑤2 ) 51,02 gram 50,83 gram 46,13 gram
Kelembaban pasir
𝑤2 − 𝑤1 2,94 % 2,70 2,81
( × 100%)
𝑤2
Rata – rata kelembaban pasir 2,82%
Kesimpulan:
Berdasarkan berat pasir asli (W1) mengalami penurunan setelah dioven selama 24
jam. Dan berdasarkan tabel diatan di dapat rata – rata perhitungan kelembaban pasir
sebesar 8,2%.
Kesimpulan:
Berdasarkan perhitungan diatas ditemukan berat jenis pasir ialah 2,89 gr
24
4.1.3 Percobaan Air Resapan Pasir
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Air Resapan Pasir
PERCOBAAN NOMOR 1
Berat pasir SSD 500
Berat pasir oven (𝑤1 ) 589,02 harusnya setelah dioven
500 −𝑤1
beratnya berkurang
Kadar air resapan = ( 𝑤1
× 100%) -0,15 % kadar air tidak minus
Kadar air resapan pasir:
500 −𝑤1 500 −589,02
𝑤1
× 100% = 589,02
× 100%
500 −𝑤1
𝑤1
× 100% = -0,15 %
Kesimpulan:
Berdasarkan tabel perhitungan diatas diketahui bahwa kadar air resapan pasir
sebesar – 0,15 %
25
Kesimpulan:
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil berat volume pasir dengan rojokan adalah
4,92 Kg/liter, dan berat volume pasir tanpa rojokan adalah 4,77 Kg/liter.
PERCOBAAN NOMOR 1 2 3
Berat Ag. Kasar asli (𝑤1 ) 50,15 gram 59,26 gram 55,65 gram
Percobaan pertama
(𝑤2 − 𝑤1 ) (49,53 − 50,15)
× 100% = × 100%
𝑤2 49,53
(𝑤2 − 𝑤1 )
× 100% = 1,25%
𝑤2
Percobaan kedua
(𝑤2 − 𝑤1 ) (58,44 − 59,26)
× 100% = × 100%
𝑤2 58,44
(𝑤2 − 𝑤1 )
× 100% = 1,40%
𝑤2
Percobaan ketiga
(𝑤2 − 𝑤1 ) (54,78 − 55,65)
× 100% = × 100%
𝑤2 54,78
(𝑤2 − 𝑤1 )
× 100% = 1,59%
𝑤2
26
Kesimpulan:
Dari perhitungan tabel diatas diperoleh kelebapan batu pecah pertama sebesar
1,25%, percobaan kedua 1,40 %, dan percobaan ketiga 1,59%. Pada ketiga
percobaan tersebut diperoleh rata rata sebesar 1,41 %.
Kesimpulan:
Hasil dari percobaan berat jenis batu pecah sebesar 2,47 gram
PERCOBAAN NOMOR 1
27
4.2.4 Percobaan Berat Volume Batu Pecah
Tabel 4.8 Hasil Percobaan Berat Volume Batu Pecah
JENIS PERCOBAAN DENGAN ROJOKAN TANPA ROJOKAN
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel perhitungan diatas dapat diketahui bahwa berat volume batu
pecah dengan rojokan sebesar 1,55 kg/lt, serta didapatkan juga berat volume batu
pecah tanpa rojokan sebesar 1,42 kg/lt.
28
Gradasi Agregat Halus (Pasir)
120
80
60 Agregat Uji
40 Batas Atas
batas atas Batas Bawah
harusnya 20
10% 0 batas bawah
0.1 1 10
harusnya 5%
Lubang Ayakan (mm)
29
4.3.2 Percobaan Analisa Saringan Batu Pecah
Tabel 4.10 Hasil Percobaan Analisa Saringan Batu Pecah
Lubang Ayakan Kerikil / Batu Pecah
In mm tertinggal
% Lolos Spesifikasi %
Kumulatif
gram Prosentase
%
3 75 0 0 0 100 100
1 1/2 37.5 0 0 0 100 100
19 181.79 9.09 9.09 90.91 20-55
???
??? 9.5 1286.78 64.34 73.43 26.57 0-5
No. 4 4.76 458.41 22.92 96.35 3.65 0
No. 8 2.38 73.02 3.65 100 0 0
No. 16 1.19 0 0 100 0 0
0.023 0.59 0 0 100 0 0
0.012 0.297 0 0 100 0 0
0.0059 0.149 0 0 100 0 0
PAN 0 0 0 0
Jumlah 2000 100 679
Fm kr = 6.79
100
Jumlah Butir Lolos (%)
80
tabelnya dibetulkan
60 Agregat Uji
dulu yang jelas.
Batas Atas
kalau tabel saja40aneh
Batas Bawah
maka grafiknya 20
dipertanyakan 0
kebenarannya 0.1 1 10 100
Lubang Ayakan (In/mm)
30
Kesimpulan:
Pada Grafik Gradasi Agregat Kasar, data yang di dapat tidak lolos uji spesifikasi
menurut ASTM C 33. Semua data nomor saringan berada di luar batas atas dan
batas bawah.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum teknologi beton, di dapatkan hasil sebagai berikut :
Percobaan pengujian karakteristik bahan campuran pembuatan beton
1. Agregat Halus (pasir)
Pada percobaan pengujian kelembapan pasir di dapat hasil rata rata dari
ketiga percobaan
angka2 yaitu 2.82 % . Padabelum
di kesimpulan saat pengujian kelembapan pasir berat pasir
saya cek,
intinya
saat sebelum tolong
dioven lebih disamakan ya dengan
besar, hal ini dikarenakan data
pada saat sebelum di oven pasir
hasil perhitungannya
masih mengandung air dan belum keadaan SSD.
Berdasarkan ASTM C 128 – 78 syarat berat jenis pasir terletak antara 2,4 –
2,7 gr/cm3. Pada pengujian berat jenis pasir di dapat hasil 2,89 gr/cm3. Maka
disimpulkan pada pengujian berat jenis pasir tidak sesuai standar ASTM C 128 –
78.
Berdasarkan ASTM C 128 – 93 standar nilai resapan air pasir ialah terletak
diantara 1-4%. Sedangkan, Pada pengujian air resapan pasir di dapat nilai – 0,15 %,
maka dapat disimpulkan pengujian pasir dalam keadaan kering dan pada kondisi ini
pasir tidak cocok untuk digunakan.
Pada pengujian berat volume pasir di dapat hasil berat volume pasir dengan
rojokan sebesar 4,92 kg/L. sedangkan berat volume pasir tanpa rojokan sebesar 4,77
kg/L. berat volume pasir dengan rojokan lebih besar dibandingkan tanpa rojokan
hal ini dikarenakan apabila pengujian menggunakan rojokan maka pasir akan lebih
padat dikarenakan lebih memenuhi rongga – rongga kosong pada silinder.
2. Agregat Kasar (batu pecah)
Berdasarkan ASTM C 566 – 89 syarat nilai kelembapan batu pecah ialah
diantara 1 – 4 %. Pada percobaan pengujian kelembapan batu pecah di dapat hasil
rata rata dari ketiga percobaan yaitu 1,41% . maka dapat disimpulkan pengujian
lolos syarat ketentuan dan batu pecah bisa digunakan dalam pembuatan beton. Pada
saat pengujian berat saat batu pecah sebelum dioven lebih besar, hal ini
dikarenakan pada saat sebelum di oven pasir masih mengandung air dan belum
keadaan SSD.
32
Berdasarkan ASTM C 128 – 88 - 93 syarat berat jenis batu pecah terletak
antara 2,4 – 2,7 gr/cm3. Pada pengujian berat jenis batu pecah di dapat hasil 2,47
gr/cm3. Maka disimpulkan pada pengujian berat jenis pasir sesuai standar ASTM C
128 – 88 - 93.
Berdasarkan ASTM C 128 – 88 - 93 standar nilai resapan air batu pecah
ialah terletak diantara 1-4%. Sedangkan, Pada pengujian air resapan pasir di dapat
nilai 2,32 %, maka dapat disimpulkan pengujian resapan air pada batu pecah lolos
standat ASTM C 128 – 88 – 93.
Pada pengujian berat volume batu pecah di dapat hasil berat volume batu
pecah dengan rojokan sebesar 1,55 kg/L. sedangkan berat volume batu pecah tanpa
rojokan sebesar 1,42 kg/L. berat volume batu pecah dengan rojokan lebih besar
dibandingkan tanpa rojokan hal ini dikarenakan apabila pengujian menggunakan
rojokan maka batu pecah akan lebih padat dikarenakan lebih memenuhi rongga –
rongga kosong pada silinder.
5.2 Saran
Agar percobaan bisa mendapatkan hasil yang maksimal, maka pengamat perlu untuk
mempelajari teori dasar terkait sifat maupun karakteristik beton. Hal ini dikarenakan sifat
dan karakteristik antara agregat halus dan kasar memiliki perbedaan, hal ini diketahui dari
hasil berbeda yang diperoleh. Selain itu juga pengamt perlu untuk mencari referensi lain
baik dengan membaca jurnal – jurnal maupun video terkait percobaan agar pengamat bisa
lebih mendapat gambaran sebelum melakukan pengujian
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Widodo A, Basith MA. Analisis Kuat Tekan Beton Dengan Penambahan Serat Rooving
tipeBeton
Pada daftarNon
pustakanya
Pasir. Jtolong
Tek disesuaikan
Sipil dan Perenc. 2017;19(2):115-120.
dengan yang saya share
doi:10.15294/jtsp.v19i2.12138 di grup
2. Widhiarto H, Sujatmiko B. Analisis Campuran Beton Berpori Dengan Agregat
Bergradasi Terpisah Ditinjau Terhadap Mutu Dan Biaya. Extrapolasi J Tek Sipil Untag
Surabaya. 2012;5(2):24-30.
3. Tjokrodimuljo K. TEKNOLOGI BETON. Nafiri; 1996.
4. Sutrisno AE, Kartikasari D. Pengaruh Penambahan Abu Jerami Padi Terhadap Kuat
Tekan Beton. J CIVILA. 2017;2(2):9. doi:10.30736/cvl.v2i2.74
5. Suhendra, Fakhrul Rozi Yamali, Tristiana Ningfuri. Karakteristik Material Bahan
Konstruksi Di Beberapa Lokasi Dalam Kabupaten Muaro Jambi . J Ilm Univ Batanghari
Jambi . 2014;14(4):145-152.
6. Sutrisno A, Widodo S. Analisis variasi kandungan semen terhadap kuat tekan beton
ringan struktur agregat pumice. J Tek Sipil. Published online 1900:286.
7. Tjokrodimuljo K. Teknologi Beton. In: Teknologi Beton. ; 1992.
8. Kurniawan S. ANALISA PERAWATAN BETON CETAK MENGGUNAKAN UAP. Vol
5.; 2016.
9. Samekto W, Rahmadiyanto C. TEKNOLOGI BETON. Yogyakarta:Kanisius; 2001.
10. Mindess S, Young JF, Darwin D. Concrete. Sidney : Prentice Hall; 2003.
11. SK SNI 15-1991-03. Tata Cara Perhitungai Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
Sk Sni T15-1991-03. Published online 1991:520.
12. Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung. SNI 03-2847-2002. Bandung Badan Stand Nas. Published online 2002:251.
34