D111 21 1039
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas
rahmat dan karunia-Nya Penyusun dapat menyelesaikan Laporan Petrologi Umum yang
berjudul Batuan Metamorf untuk memenuhi tugas mata kulian Petrologi Umum.
Bapak Asran Ilyas, ST, MT, Ph.D , Dr. Ir. Irzal Nur, MT, dan Dr. Sufriadin, ST., MT
selaku dosen mata kuliah Petrologi Umum, serta kepada para asisten laboratorium
yang telah banyak memberikan bimbingan baik itu secara teknis maupun non-teknis,
sehingga laporan ini dapat Penyusun selesaikan tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Penyusun berharap kiranya dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembacanya.
oleh karena itu Penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan serta kesalahan yang
terdapat pada laporan ini untuk mencapai kesempurnaan dan tercapainya sasaran
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1 Batuan.......................................................................................................3
iii
4.3 Stasiun 3..................................................................................................29
BAB V PENUTUP...............................................................................................39
5.1 Kesimpulan..............................................................................................39
5.2 Saran.......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2. 1 Siklus Batuan...................................................................................................5
2. 4 Struktur Slatycleavage....................................................................................13
2. 5 Struktur Filitik................................................................................................14
2. 6 Struktur Gneistosa..........................................................................................14
2. 7 Struktur Granulosel........................................................................................15
2. 8 Struktur Milonitik............................................................................................16
3. 2 Lup Geologi...................................................................................................21
3. 3 Handphone....................................................................................................21
3. 4 Pembanding Sampel.......................................................................................22
3. 5 HCl................................................................................................................22
3. 6 Pensil Warna..................................................................................................23
3. 7 Alat Tulis.......................................................................................................23
3. 8 Lembar Deskripsi............................................................................................24
4. 1 Filit................................................................................................................27
4. 2 Sekis.............................................................................................................28
4. 3 Serpentinit.....................................................................................................29
v
4. 4 Filit................................................................................................................30
4. 5 Amphibolit.....................................................................................................31
4. 6 Sekis.............................................................................................................32
4. 7 Kuarsit...........................................................................................................33
4. 8 Filit................................................................................................................34
4. 9 Sekis.............................................................................................................35
4. 10 Sekis Muskovit.............................................................................................36
4. 11 Gneiss..........................................................................................................37
4. 12 Kuarsit..........................................................................................................38
vi
DAFTAR LAMPIRAN
A. Tugas Pendahuluan
B. Respon
C. Lembar Deskripsi
D. Sampul Reverensi
E. Laporan Sementara
F. Dokumentasi
G. Kartu Asistensi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
atau proses terbentuknya batuan yang menyusun kulit bumi. Petrologi berasal dari dua
kata yaitu petro yang artinya batu, dan logos yang artinya ilmu. Pada dasarnya
terdapat tiga jenis lapisan penyusun atau pembentuk bumi, tetapi manusia baru
mampu menguak dan mendayagunakan lapisan bumi yang paling atas, yaitu lapisan
Batuan adalah sumber daya alam yang paling penting. Batuan dapat
dimanfaatkan langsung atau diproses untuk diambil mineralnya dan digunakan sebagai
bahan baku terhadap berbagai hal, seperti bahan kontruksi dan lain sebagainya.
Batuan dalam kerak bumi terus-menerus mengalami pelapukan, erosi, dan daur ulang.
Terdapat beberapa macam batuan yang ada di alam, yang juga merupakan bahan
penyusun kulit bumi. Batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf merupakan
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang sudah ada
sebelumnya. Batuan metamorf terbentuk akibat metamorfosa dari batuan beku dan
sedimen. Perubahan ini terjadi akibat proses panas dan tekanan tinggi yang terjadi di
kerak bumi. Batuan metamorf mempunyai banyak variasi diantaranya schist, gneiss,
Praktikum Petrologi Umum acara lima ini dilaksanakan agar dapat menambah
1
didapatkan oleh praktikan tersebut kiranya dapat diaplikasikan dalam kehidupan
kepada praktikan untuk mengamati secara langsung dan melakukan kegiatan deskripsi
dan identifikasi sampel batuan yang telah disediakan di setiap stasiun. Diharapkan
Praktikum Petrologi Umum acara kelima adalah Batuan Metamorf. Praktikum ini
Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Pada praktikum ini akan dilakukan
deskripsi mineral terhadap batuan metamorf untuk mengetahui komposisi mineral yang
terdapat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batuan
membeku atau keras. Batuan adalah salah satu elemen kulit bumi yang menyediakan
Batuan mempunyai komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam.
Jarang sekali batuan yang terdiri dari satu mineral, namun umumnya merupakan
gabungan dari dua mineral atau lebih. Mineral adalah suatu substansi anorganik yang
mempunyai komposisi kimia dan struktur atom tertentu. Jumlah mineral banyak sekali
adalah tubuh padat, kecuali pada inti luar dan beberapa tempat yang relatif kecil di
1. Genesa Batuan
Genesa atau secara terbentuknya batuan dapat dibagi dalam tiga jenis yaitu:
a. Batuan Beku
b. Batuan Sedimen
Batuan Sedimen adalah batuan hasil litifikasi bahan rombakan batuan hasil
(Pettijohn, 1964). Batuan asal dari batuan sedimen dapat berupa batuan
beku, batuan metamorf atau batuan sedimen (yang telah ada sebelumnya)
3
dalam memahami batuan sedimen akan terkait dengan proses pelapukan,
c. Batuan Metamorf
Batuan Metamorf adalah batuan yang berasal dari suatu batuan induk yang
Pada awalnya batuan beku terbentuk dari proses proses pembekuan magma
atau yang dikenal dengan Differensiasi magma, batuan beku yang tersingkap di
permukaan bumi selanjutnya terkena panas matahari, hujan dan angin mengalami
proses pelapukan (weathering), tererosi dan tertransport kedalam tempat yang lebih
sediment), selanjutnya akibat tekanan dan kompaksi ( burial and compaction) maka
endapan sedimen ini mengeras atau disebut mengalami lithifikasi menjadi batu, yaitu
batuan sedimen. Batuan sedimen dan batuan beku itersebut apabila terkena proses
yang relatif tinggi maka batuan sedimen dan batuan beku ini akan terubah menjadi
batuan metamorf (Miyashiro, 1972). Berikutnya batuan sedimen dan batuan metamorf
yang terdapat pada kedalaman sangat besar akan meleleh lagi ( partial melting)
menjadi magma, selanjutnya magma membeku lagi menjadi batuan beku, begitu
jentera atau siklus batuan. Adapun gambar daripada penjelasan mengenai sikus
batuan dapat dilihat pada Gambar 2.1 sedangkan gambar penjelasan daripada
4
hubungan magma dan proses pembentukan mineral dan batuan dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
5
Gambar 2. 2 2 Hubungan Magma dan Proses Pembentukan Mineral
(Setia, 1987)
Batuan dikelompokkan kedalam tiga jenis kelompok besar, yaitu batuan beku,
batuan sedimen, dan batuan metamorf atau batuan malihan. Berdasarkan penelitian
ulang telah dilakukan oleh para ahli geologi terhadap batuan bahwa antara ketiga
kelompok tersebut terdapat hubungan yang erat satu dengan yang lainnya dan batuan
beku dianggap sebagai nenek moyang dari batuan lainnya. Berdasarkan sejarah
pembentukan bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya seluruh bagian dari
bumi ini terdiri atas batuan beku dengan perjalanan waktu serta perubahan keadaan,
kelompok yang lainnya dan merupakan suatu siklus yang dinamakan siklus daur
pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi, yang sebagian besar terjadi
dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan
6
mineralogi baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan (P) dan
temperatur (T) tertentu. Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-
proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau
tanggapan terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik
dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak
meta yang artinya berubah dan morph yang artinya bentuk. Dengan demikian
pengertian metamorfosa dalam geologi adalah merujuk pada perubahan dari kelompok
mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan
dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan temperatur saat batuan tersebut
pertama kalinya terbentuk. Sebagai catatan bahwa istilah diagenesa juga mengandung
arti perubahan yang terjadi pada batuan sedimen. Hanya saja proses diagenesa terjadi
pada temperatur dibawah 200° C dan tekanan dibawah 300 MPa (MPa = Mega Pascal)
atau setara dengan tekanan sebesar 3000 atmosfir, sedangkan metamorfosa terjadi
pada temperatur dan tekanan diatas diagenesa. Batuan yang dapat mengalami
tekanan dan temperatur diatas 300 Mpa dan 200° C umumnya berada pada kedalaman
tumbukan lempeng atau zona subduksi. Batas atas antara proses metamorfosa dan
pelelehan batuan masih menjadi pertanyaan hingga saat ini. Sekali batuan mulai
mencair, maka proses perubahan merupakan proses pembentukan batuan beku (Noor,
2009). Batuan metamorf dapat berasal dari batuan beku, batuan sedimen, bahkan dari
batuan metamorf itu sendiri yang telah ada sebelumnya. Mineral pada batuan
7
2.3 Proses Pembentukan Batuan Metamorf
meta yang artinya berubah dan morph yang artinya bentuk. Dengan demikian
pengertian metamorfosa dalam geologi adalah merujuk pada perubahan dari kelompok
mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan
dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan temperatur saat batuan tersebut
pertama kalinya terbentuk. Sebagai catatan bahwa istilah diagenesa juga mengandung
arti perubahan yang terjadi pada batuan sedimen. Hanya saja proses diagenesa terjadi
pada temperatur dibawah 200° C dan tekanan dibawah 300 MPa (MPa = Mega Pascal)
atau setara dengan tekanan sebesar 3000 atmosfir, sedangkan metamorfosa terjadi
pada temperatur dan tekanan diatas diagenesa. Batuan yang dapat mengalami
tekanan dan temperatur diatas 300 Mpa dan 200° C umumnya berada pada kedalaman
tumbukan lempeng atau zona subduksi. Batas atas antara proses metamorfosa dan
pelelehan batuan masih menjadi pertanyaan hingga saat ini. Sekali batuan mulai
mencair, maka proses perubahan merupakan proses pembentukan batuan beku (Noor,
2009).
Batuan-batuan yang terletak jauh di bawah perut bumi berada dalam kondisi
lingkungan dengan temperatur dan tekanan tinggi yang dapat melelehkan batuan yang
dalam keadaan padat ini dapat terjadi melalui rekristalisasi mineral-mineral dalam
8
Proses perubahan yang terjadi dalam keadaan padat ini disebut metamorfisme.
Batuan yang terbentuk merupakan produk dari berbagai variabel, seperti komposisi
batuan asal, temperatur, tekanan ( pressure), adanya cairan kimia yang reaktif dan
mineral. Perubahan yang berlebihan dalam tekanan dan temperatur dapat terjadi
sehingga banyak pula macam-macam nama metamorfosa, tetapi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi:
1. Metamorfosa lokal
Pengertian lokal disini adalah berhubungan dengan luas daerah dimana proses
a. Metamorfosa thermal
intrusi
dan juga karena permeasi dari aquaous fluida yang berasal dari tubuh
batuan beku. Faktor yang ada pada metaorfosa kontak ini adalah suhu,
fluida yang sebagian besar dari aktivitas magmatic, dan confining pressure
9
yang kadang-kadang ada. Proses yang ada adalah rekristalisasi, reaksi kecil
antar mineral dengan fluida, dan kadang kadang ada penambahan mineral
(Amin, 2014).
b. Metamorfosa dinamik
mekanis pada batuan, tanpa rekristalisasi atau reaksi kimia. Proses mekanik
beban atau tegangan patahan ( tensional foulting), pada skala yang lebih
besar oleh pergeseran dan skala regional pleh lipatan. Untuk skala regional
ini ketidakjelasan antara proses atau produk atau proses dinamik dengan
c. metamorfosa hydrothermal
panas. Proses yang ada yaitu rekristalisasi, reaksi antara mineral dengan
replacement ini, maka ada pemunculan material baru pada batuan. Diduga
10
bahwa pergantian tempat tadi tanpa ada penambahan volume, walaupun
tidak hanya untuk penambahan material asal luar saja, tetapi juga dipakai
Contoh yang umum adalah perubahan peridotit ke skiss antigorit atau soap
2. Metamorfosa Regional
ribu mil persegi, pada dasar pegunungan lipatan dan pada daerah prekambium.
Kemungkinan bahwa didalam kulit bumi dari zona orogenesa dan konsentrasi
yang abnormal didalam kulit bumi. Faktor penyebabnya adalah panas, stress,
air juvenile. Proses yang terjadi adalah rekristalisasi, reaksi antara mineral dan
dan kandungan kimia. Perubahan terjadi pada batuan padat. Perubahan ini terjadi
11
berbeda dengan lingkungan yang semula terbentuk (Islami, 2017). Ketiganya dapat
metamorfisme dan kontribusi dari tiap agen tersebut berbeda-beda (Zuhdi, 2019).
1. Suhu
Suhu merupakan agen utama pada prses metamorfik yang paling penting.
berada diatasnya atau gradien panas bumi) atau karena intrusi magma.
dengan meningkatnya suhu batuan, mineral mulai berubah dari keadaan padat
dibawah 200o C, sebagian besar mineral akan tetap tidak berubah. Pada kondisi
suhu yang lebih rendah dari ini, perubahan pada batuan terjadi melalui
naik sampai 650o C, kisi kristal pecah dan bereaksi dengan menggunakan
kombinasi yang berbeda dari ion yang sama dan struktur atom yang berbeda.
Mineral baru akan mulai muncul. Jika suhu lebih tinggi dari 700 o C maka batu
akan menjadi magma. Mineral yang berbeda akan memerlukan suhu yang
tekanan diatas batuan tersebut, peningkatan suhu juga dapat diperoleh dari
intrusi magma. Batuan disekitar intrusi magma akan mendapat suhu yang
sangat tinggi, namun masih kurang dari 700 0C. Semakin jauh dari sumber
2. Tekanan
12
seimbang dan tekanan jenis ini disebut sebagai hydrostatic stress atau uniform
stress. Jika tekanan kesegala arah tidak seimbang maka disebut sebagai
differential stress.
3. Kandungan Kimia
bentuk, atau orientasi dari polygranylar batuan tersebut. Secara umum struktur batuan
metamorf dapat dibedakan menjadi dua yaitu struktur foliasi dan non foliasi.
1. Struktur Foliasi
a. Slatycleavage
13
Berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke metamorfik,
sangat halus dan keras, belahannya rapat, mulai terdapat daun-daun mika
halus, memberikan warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Umumnya
b. Filitik
14
Gambar 2. 5 Struktur Filitik (Press, 2021)
c. Schistosa
talk, klorit, hematit, dan mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan
antara mineral pipih dengan mineral granular dimana mineral pipih lebih
d. Gneistosa
mineral mika dan mineral granular, tetapi orientasi mineral pipihnya tidak
menerus/terputus.
2. Struktur Non-Foliasi
15
Mineral baru tidak menunjukkan penjajaran mineral yang planar. Seringkali
a. Granulosel
b. Linasi
c. Kataklastik
d. Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus dan
adanya sesar.
16
Gambar 2. 8 Struktur Milonitik (Press, 2021)
e. Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih halus lagi.
f. Flaser
g. Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser, hanya lensa-
lensanya terdiri dari butir-butir felspar, dalam masa dasar yang lebih halus.
bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson,
blastoatau akhiran blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya. Jika warna batuan
berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan
17
dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari
rangkaian proses sebelum, dan sesudah kristalisasi. Secara umum, tekstur metamorf
terbagi atas tekstur dan tekstur larutan sisa. Adapun itu ada 2 pembagian dalam
1. Kristaloblastik
Kristaloblastik adalah tekstur pada batuan metamorf yang sama sekali baru
terbentuk pada saat proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah.
a. Porfiroblastik
Tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat massa dasar dan
b. Lepidoblastik
Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling sejajar dan terarah,
c. Nematoblastik
d. Idioblastik
e. Hipidioblastik
f. Xenoblastik
18
2. Palimsest (Tekstur sisa)
Tekstur ini merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa
tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan
tekstur porfiritik batuan beku asalnya masih bisa dikenali. Batuan yang
berikut:
a. Blastoporfiritik
Sisa tektur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
b. Blastofitik
Sisa tektur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
c. Blastopsepit
Tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lebih besar
d. Blastopsamit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir
(psemit).
e. Blastipelit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir
lempung (pelit).
19
1. Marmer, sebagai bahan pembuatan bahan industri seperti pembuatan keramik
instrumen listrik, dan pada zaman dulu dimanfaatkan sebagai buku tulis.
5. Filit, sebagai bahan isolator atau isolasi elektrik dan bahan bangunan. Batu filit
merupakan bahan isolator yang baik dan tahan terhadap api. Batu filit biasanya
digunakan juga sebagai bahan interior dan eksterior untuk lantai maupun
lainnya.
20
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
3.1.1 Alat
1. Buku Rocks and Minerals, sebagai referensi atau sumber acuan untuk
21
2. Lup Geologi, alat yang digunakan untuk membantu melihat mineral atau kristal
yang ada di permukaan batuan. Lup digunakan saat melihat komposisi mineral
batuan yang ukurannya sangat kecil sehingga sulit untuk dilihat dengan mata.
nonklastik.
Gambar 3. 3 Handphone
22
4. Pembanding sampel, alat pembanding yang digunakan untuk mengetahui
sedimen nonklastik.
5. HCl, asam kuat yang digunakan untuk direaksikan dengan batu sedimen
ini.
Gambar 3. 5 HCl
23
6. Pensil warna, untuk menggambar dan mewarnai sketsa dari sampel batuan
nonklastik.
7. Alat tulis, untuk mencatat data-data berupa hasil deskripsi (warna, tekstur,
24
3.1.2 Bahan
diamati.
25
Gambar 3. 9 Sampel Batuan Metamorf
26
Gambar 3. 11 Menentukan Nama Sampel
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Stasiun 1
warna segar cokleat kemerahan dan warna lapuk cokelat. Jenis batuan tersebut adalah
batuan metamorfosa regional. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini lepidoblastik, serta
strukturnya filitik. Sampel batuan ini didapati namanya adalah filit. Ganesanya yaitu
Gambar 4. 1 Filit
28
4.2 Stasiun 2
warna segar abu-abu dan warna lapuk cokelat. Jenis batuan tersebut adalah
metamorfosa regional. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini adalah lepidoblastik, serta
strukturnya schistosa. Sampel batuan ini didapati namanya adalah sekis. Ganesanya
Gambar 4. 2 Sekis
29
4.3 Stasiun 3
warna segar hijau kehitaman dan warna lapuk cokelat. Jenis batuan tersebuta adalah
metamorfosa lokal. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini nematoblastik, serta
strukturnya linasi. Sampel batuan ini didapati namanya serpentinit. Ganesanya yaitu
Gambar 4. 3 Serpentinit
30
4.4 Stasiun 4
warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat. Jenis batuan tersebut adalah
metamorfosa regional. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini lepidoblastik, serta
strukturnya filitik. Sampel batuan ini didapati namanya filit. Ganesanya yaitu terbentuk
pembuatan isolator.
Gambar 4. 4 Filit
31
4.5 Stasiun 5
warna segar putih dan warna lapuk coklat. Jenis batuan metamorfosa regional. Tekstur
yang dimiliki dari batuan ini adalah granoblastik, serta strukturnya schistosa. Sampel
batuan ini didapati namanya yaitu amphibolit. Ganesanya yaitu terbentuk melalui
Gambar 4. 5 Amphibolit
32
4.6 Stasiun 6
warna segar abu-abu dan warna lapuk cokelat. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini
adalah lepidoblastik, serta strukturnya schistosa. Sampel batuan ini didapati namanya
Gambar 4. 6 Sekis
33
4.7 Stasiun 7
warna segar putih dan warna lapuk coklat. Jenis batuan tersebut adalah metamorfosa
lokal. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini adalah nematoblastik, serta strukturnya
hornfelsik. Sampel batuan ini didapati namanya yaitu kuarsit. Ganesanya yaitu
Gambar 4. 7 Kuarsit
34
4.8 Stasiun 8
warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat. Jenis batuan tersebut adalah
metamorfosa regional. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini lepidoblastik, serta
strukturnya filitik. Sampel batuan ini didapati namanya filit. Ganesanya yaitu terbentuk
pembuatan isolator.
35
Gambar 4. 8 Filit
4.9 Stasiun 9
warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat. Jenis batuan tersebut adalah
metamorfosa regional. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini adalah lepidoblastik, serta
strukturnya schistosa. Sampel batuan ini didapati namanya sekis. Ganesanya yaitu
36
terbentuk melalui proses metamorfisme regional detrohedral. Kegunaannya sebagai
Gambar 4. 9 Sekis
4.10 Stasiun 10
warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini
adalah lepidoblastik, serta strukturnya schistosa. Sampel batuan ini didapati namanya
37
sekis muskovit. Ganesanya yaitu terbentuk melalui proses metamorfisme regional
4.11 Stasiun 11
warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat. Jenis batuan tersebut adalah
metamorfosa regional. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini lepidoblastik, serta
38
strukturnya Gneistosa. Sampel batuan ini didapati namanya gneiss. Ganesanya yaitu
Gambar 4. 11 Gneiss
4.12 Stasiun 12
warna segar putih dan warna lapuk cokelat. Tekstur yang dimiliki dari batuan ini
39
kuarsit. Ganesanya yaitu terbentuk melalui proses metamorfisme kontak. Kegunaannya
Gambar 4. 12 Kuarsit
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang sudah ada
dan sedimen. Perubahan ini terjadi akibat proses panas dan tekanan tinggi
yaitu: M-07, M-05, M-10 adalah filit. M-04, M-06, M-01 adalah sekis. M-12
adalah serpentinit. M-09 adalah amphibolit. M-11 dan M-08 adalah kuarsit. M-
5.2 Saran
5.2.1 Laboratorium
5.2.2 Praktikan
41
3. Mempersiapkan diri seperti belajar untuk melakukan respon.
5.2.3 Asisten
3. Kiranya asisten dapat memberikan waktu yang cukup kepada praktikan untuk
42
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, F. 2010. Tinjauan Sifat-Sifat Agregat Untuk Campuran Aspal Panas (Studi
Kasus Beberapa Quarry di Gorontalo). Jurnal Saintek, 5(1).
Amin. M. Mustaghfirin. 2014. Batuan Semester 1 Kelas 10. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta.
Jackson, T. A., & Keller, W. D. 1970. A comparative study of the role of lichens and"
inorganic" processes in the chemical weathering of recent Hawaiian lava
flows. American Journal of Science, 269(5), 446-466.
Miyashiro, A., 1972, Metamorphism and Metamorphic Belts , London, Boston, Sidney :
George Allen and Unwin
Pettijohn F.J., 1964. Sedimentary Rocks. Third Edition, Marker, and Bow Publisher
Ranni Afandy. 2019. Batuan Sedimen dan Metamorf: Sebuah Tinjauan Ilmiah: Lemah
Media Pustaka. 37
Setia Graha, Doddy, 1987, Batuan dan Mineral, Penerbit Nova, Bandung.
Sprey, A., 1979., Metamorphic Texture. Oxford New York – Toronto – Sidney – Paris –
Farnkfurt: Pergoman Press
43
Winter, J.D., 2001, An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology , Prentice
Hall Inc., New Jersey, USA, 697.
Zuhdi, Muhammad. 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Duta Pustaka Ilmu. Mataram.
44