Disusun Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik,
serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek
ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta
seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu perjuangan beliau hingga
akhir zaman. Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, Penulis menyadari
laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada hingganya kepada:
1. Secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu
yang penulis sayangi, atas do’a dan dukungannya baik secara material dan
juga spiritual.
2. Bapak Pungky Feri Praditya, ST,. selaku Pembimbing Lapangan di PT.
Pertamina EP Asset 2 Pendopo Field.
3. Bapak Eko Yugi Priyatno selaku Asisstant Manager Fungsi Petroleum
Engineer di PT. Pertamina EP Asset 2 Pendopo Field.
4. Bapak Heri Aminanto selaku Field Manager di PT. Pertamina EP Asset 2
Pendopo Field.
5. Bapak Arie Noer Rakhman, S.T., M.T.,, selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek.
6. Ibu Dr. Sri Mulyaningsih, S.T., M.T., selaku ketua Jurusan Teknik
Geologi Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
7. Seluruh staf dan karyawan Fungsi Petroleum Engineering di PT.
Pertamina EP Asset 2 Pendopo Field.
8. Pihak - pihak terkait lainnya yang telah memberikan sumbangsihnya
kepada Penulis.
Penulis menyadari laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif yang bersifat membangun
dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
iii
Akhir kata semoga laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan
Pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
PRAKATA .................................................................................................... iv
INTISARI ..................................................................................................... iv
3.2.Workover......................................................................................... 11
v
BAB IV KESIMPULAN .............................................................................. 41
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Pt. Pertamina Ep Pendopo Field Dan
Lokasi Penelitian (Pertamina, 2016)......................................... 6
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT.PERTAMINA EP Pendopo Field
(Pertamina, 2016)................................................................. 7
Gambar 3.1 Kegagalan penyemenan (Sudibyo, 2010)................................. 10
Gambar 3.2 Squeeze cementing.................................................................... 14
Gambar 3.3 Macam-macam penggunanan Plug-back cementing................ 15
Gambar 3.4 Truck Unit................................................................................. 18
Gambar 3.5 Monitoring Display................................................................... 19
Gambar 3.6 Wireline..................................................................................... 20
Gambar 3.7 Upper Sheave dan Lower Sheave............................................. 20
Gambar 3.8 Alat Springs.............................................................................. 21
Gambar 3.9 Alat Dual wheels encoder......................................................... 21
Gambar 3.10 Prima cord / sumbu.................................................................. 22
Gambar 3.11 Berbagai jenis shaped charge................................................... 23
Gambar 3.12 Komponen dari Shaped Charge................................................ 24
Gambar 3.13 Alat Shape Charge Carrier...................................................... 24
Gambar 3.14 Selongsong besi ....................................................................... 25
Gambar 3.15 Alat CCL (Casing Collar Locator)........................................... 26
Gambar 3.16 Ilustrasi dari Perforasi............................................................... 27
Gambar 3.17 Prinsip Kerja Gas Lift............................................................... 29
Gambar 3.18 Diffuser dan Impeller................................................................ 29
Gambar 3.19 Pompa ESP pada PT. Pertamina EP Pendopo Field................. 30
Gambar 3.20 Beam Pump Unit pada PT. Pertamina EP Pendopo Field........ 31
Gambar.3.21 Mekanisme Kerja Pompa Angguk............................................ 32
Gambar.3.22 Well log Sumur SP-1................................................................ 33
Gambar.3.23 Zona sumur SP-1 yang akan diperforasi kedalaman 2257.3-
2264 M...................................................................................... 33
Gambar.3.24 Data korelasi CCL Sumur SP-1 kedalaman 2257.3-2264 M.... 34
vii
Gambar.3.25 Zona sumur SP-1 yang akan diperforasi kedalaman 2263.3-
2270...................................................................................... 35
Gambar 3.26 Data korelasi CCL Sumur SP-1 kedalaman 2263.3-2270 M.... 36
Gambar.3.27 Penyumbatan zona-zona dengan cement (Sudibyo, 2010)....... 37
Gambar.3.28 Pengisolasian dengan Bridge Plug (Sudibyo, 2010)............... 38
Gambar.3.29 Pengisolasian dengan plug wireline (Sudibyo, 2010)............... 38
Gambar.3.30 Reperforasi interval bagian atas/Terdapat kenaikan air
(Sudibyo, 2010)................................................................. 39
Gambar.3.31 Reperforasi interval bagian atas / terdapat water coning
(Sudibyo, 2010)...................................................................... 40
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
Akar.
Gambar 2.1. Peta Wilayah Kerja PT. Pertamina EP Asset 2 Pendopo Field dan Lokasi
Penelitian (Sumber: Pertamina, 2016)
8
9
2. Kebocoran casing
Kebocoran casing timbul akibat dari primery cementing yang tidak baik
sehingga lambat laun casing akan mengalami korosi dan dapat menciptakan
komunikasi antara fluida diluar casing ke wellbor kemungkinan bertambah sesuai
umur sumur. Survei tekanan, temperatur dan analisis air akan sangat membantu
mendiagnosa kebocoran casing.
3. Komunikasi didalam lubang sumur
Sumur-sumur berzona banyak selalu mengalami komunikasi. Dengan
kebocoran conventional packer dan gangguan perubahan dalam karakteristik
produksi seperti tekanan aliran, tingkah laku gas, oil atau oil water ratio kita dapat
menunjukan adanya komunikasi.
Pengukuran tekanan bottom hole dan isobaric map juga akan dapat
mendeteksi adanya komunikasi. Komunikasi bisa disebabkan oleh adanya saluran
pada penyemenan utama atau kesalahan peralatan.
11
4. Kesalahan peralatan
Kesalahan peralatan sering berhubungan dengan pemasangan peralatan
sumur, seperti:
a. Kebocoran tubing dan packer.
b. Kesalahan pengangkatan buatan.
Penunjukan tekanan permukaan biasanya dapat menunjukan sumber
persoalan, tetapi bila diinginkan survei tekanan dan suhu akan sangat membantu.
Sehingga tergantung pada hasil dari investigasi sumur dapat diputuskan bahwa
sumur tersebut harus diworkover atau diservice.
3.2. Workover
Operasi perbaikan pada sumur produksi untuk tujuan perbaikan atau
peningkatan produksi misalnya dengan jalan pendalaman, penyumbatan kembali,
pencabutan dan pemasangan kembali pipa saringan, penyemenan, penembakan
dan pengasaman (Kamus Minyak & Gas Bumi). Adapun alasan melakukan
workover yaitu sebagai berikut:
A. Pekerjaan pada sumur yang mempunyai persoalan mekanis.
1. Memperbaiki problem mekanis sumur, misalnya tubing leak, packer leak.
2. Meningkatkan produktivitas sumur dengan merubah interval perforasi.
a. Menjauhi WOC.
b. Menjauhi GOC.
c. Menambah interval perforasi yang ada.
3. Menutup zona air atau gas.
4. Pindah ke lapisan baru atau zone change.
5. Penggantian pompa dan alat-alat lainnya.
6. Pemasangan sand control equipment.
7. Pemperbaiki kegagalan primary cementing .
B. Pekerjaan pada sumur yang tanpa persoalan mekanis.
Tujuan workover untuk kasus ini adalah untuk meningkatkan produktivitas
sumur dengan cara :
1. Recompletion, misalnya mengganti single string menjadi dual string
2. Mengubah fungsi sumur misalnya dari producing well menjadi injector well
12
3. Stimulasi
a. acidicing
b. acidicing fracturing
c. hydraulic fracturing
Dalam workover dikenal beberapa pekerjaan diantaranya cementing,
perforasi, dan produksi.
3.2.1. Cementing
Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing
pada dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah-masalah mekanis
sewaktu operasi pemboran (seperti getaran), melindungi casing dari fluida
formasi yang bersifat korosi dan untuk memisahkan zona yang satu terhadap
zona yang lain di belakang casing.
Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu
primary cementing (penyemenan utama) dan secondary atau remedial cementing
(penyemenan kedua atau penyemenan perbaikan).
Primary cementing adalah penyemenan pertama kali yang dilakukan
setelah casing diturunkan ke dalam sumur. Sedangkan secondary cementing
adalah penyemenan ulang untuk menyempurnakan primary cementing atau
memperbaiki penyemenan yang rusak.
1. Primary Cementing
Pada primary cementing, penyemenan casing pada dinding lubang
sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen. Penyemenan conductor
casing bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi fluida pemboran
(lumpur pemboran) terhadap formasi.
Penyemenan surface casing bertujuan untuk melindungi air tanah agar
tidak tercemar dari fluida pemboran, memperkuat kedudukan surface casing
sebagai tempat dipasangnya alat BOP (Blow Out Preventer), untuk menahan
beban casing yang terdapat di bawahnya dan untuk mencegah terjadinya aliran
fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui surface casing.
Penyemenan intermediate casing bertujuan untuk menutup tekanan
formasi abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation.
13
b. Remedial cementing
Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal
dan untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen.
c. Plug-Back Cementing
Plug-back cementing dilakukan untuk: menutup atau
meninggalkan sumur (abandonment well), melakukan directional drilling
sebagai landasan whipstock, yang dikarenakan adanya perbedaan
compressive stregth antara semen dan formasi maka akan mengakibatkan
bit berubah arahnya. Menutup zona air di bawah zona minyak agar water
oil ratio berkurang pada open hole completion.
15
3.2.2. Perforasi
Perforasi (perforating) adalah proses pelubangan dinding sumur (casing,
lapisan semen dan formasi) sehingga sumur dapat berkomunikasi dengan formasi.
Minyak atau gas bumi dapat mengalir ke dalam sumur melalui lubang perforasi
ini. Perforating gun yang berisi beberapa shaped-charges diturunkan ke dalam
sumur sampai ke kedalaman formasi yang dituju. Shaped-charges ini kemudian
diledakan dan menghasilkan semacam semburan jet campuran fluida cair dan gas
dari bahan metal bertekanan tinggi dan kecepatan tinggi yang mampu menembus
casing baja dan lapisan semen.
Semua proses ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Perforasi dapat
dilakukan secara elektrikal dengan menggunakan peralatan logging atau juga
secara mekanikal lewat tubing (TCP-Tubing Conveyed Perforations).
16
Di bagian dalam truck unit terdapat control panel yang berfungsi untuk
mengontrol jalannya kegiatan perforasi. Control panel tersebut antara lain :
a. Monitoring Display
19
2. Wireline Unit
Wireline unit merupakan peralatan yang sangat mendukung kegiatan
perforasi terutama casing gun perforation. Wireline sendiri pada kegiatan
perforasi berfungsi sebagai media untuk menurunkan perforator kedalam lubang
perforasi hingga pada kedalaman yang diinginkan juga sebagai resistor yang akan
menghantarkan arus yang akan memicu detonator.. Wireline unit terletak di
bagian belakang truck unit sehingga mempermudah pemasangannya di rig
service. Adapun beberapa komponen dalam wireline unit yaitu :
a. Wireline
Sesuai dengan namanya perangkat ini menggunakan wireline dari
kawat baja. Untuk wireline yang digunakan untuk perforasi yakni kabel
yang dilapisi oleh kawat baja sehingga dapat menanggung beban dari
peralatan yang berada di bawah permukan serta mampu menahan
temparatur didalam lubang sumur
20
c. Springs
Springs merupakan bagian dari komponen wireline unit yang
berfungsi sebagai penyangga dari Lower Sheave yang terletak diatas rig
floor.
e. Spooler Arm
Spooler Arm yaitu merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengatur atau mengarahkan wireline cabel pada saat ingin dimasukkan
kedalam sumur dan berguna juga dalam pengaturan wireline cabel pada saat
ingin menarik atau mengangkatnya dari dalam sumur.
B. Peralatan Bawah Permukaan
Peralatan bawah permukaan pada kegiatan perforasi yaitu terdiri dari
peralatan yang berfungsi untuk mengetahui kedalaman serta keadaan dibawah
permukaan serta berfungsi untuk menembak formasi sehingga terjadi komunikasi
antara formasi dan lubang sumur. Peralatan bawah permukaan tersebut meliputi :
1. Detonator
Merupakan bagian dari rangkaian peralatan perforasi yang bersifat
explosive. Detonator ini berfungsi sebagai bahan pemicu prima cord, sehingga
prima cord dapat menghantarkan panas ke shape charge.
2. Prima cord
Prima Cord merupakan rangkaian peralatan perforasi yang
menghubungkan detonator ke shaped charge. Prima cord biasa disebut dengan
sumbu. Biasanya prima cord dilapisi dengan jaket pelindung bewarna hijau.
3. Shaped Charge
23
5. Selongsong Besi
Selongsong besi merupakan bagian dari rangkaian perforasi yang
berfungsi melapisi rangkaian utama perforasi (shape charge dan prima cord.).
25
dipasang short collar dan long collar supaya saat panjang dari antara casing
collar sama maka dapat ditentukan dari kedua collar tersebut.
Setelah mencapai kedalaman yang akan di perforasi, engineer akan
memberikan tanda dan akan mengaktifkan tombol yang ada di control room, dan
mengirimkan arus melalui wireline ke perforator. Kemudian arus tersebut akan
memicu detonator, detonator yang bersifat explosive akan membakar sumbu yang
disebut dengan prima cord. Prima cord ini berhubungan atau terkoneksi dengan
semua shaped charge sehingga saat panas di prima cord mencapai shaped charge,
bagian pinggir shaped charge (conical liner) yang berbentuk seperti mangkok
akan meleleh dan mengerucut sehingga bagian tengah yang nantinya akan
menghasilkan tembakan dan menembus ke formasi.
dan gas yang akan masuk ke lubang perforasi sehingga nanti dapat menyebabkan
terjadinya coning.
3.2.3. Produksi
Suatu sumur dapat berproduksi dengan dua cara yaitu dengan metode
sembur alam (natural flow) atau dengan metode pengangkatan buatan (artificial
lift). Metode sembur alam merupakan suatu metode dimana tekanan reservoir
lebih tinggi dari tekanan hidrostatik dalam sumur sehingga fluida dari dalam
reservoir dapat mengalir hingga kepermukaan. Apabila sumur tersebut sudah
tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengalirkan fluida reservoir sampai ke
permukaan, dengan kata lain sudah tidak dapat mengalirkan fluida secara alami,
hal ini akan menyebabkan sumur tidak berproduksi lagi.
Maka untuk menjaga agar sumur tetap berproduksi diperlukan metode
pengangkatan buatan. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengangkat
minyak bumi ke atas permukaan tanah. Ada beberapa pada metoda yang
digunakan di PT. Pertamina EP asset 2 field Pendopo untuk mengangkat minyak
bumi ke atas permukaan yaitu Gas Lift, ESP (electric submersible pump), SRP
(Sucker Rod Pump). Jika fluida dapat mengalir secara natural flow tidak perlu
menggunakan artificial lift. Semua metode pengangkatan tersebut memiliki
keuntungan dan kerugian dan sistem instalasinya juga sesuai dengan karakteristik
minyak bumi yang mau diangkat.
1. Gas Lift
Gas lift adalah metode pengangkatan buatan dengan menggunakan
bantuan gas untuk mengangkat cairan ke permukaan. Dengan cara
menginjeksikan gas yang bertekanan tinggi melalui katup gas lift (melalui annulus
tubing-casing) pada kondisi (tekanan dan temperatur) tertentu.
Prinsip kerja dari gas lift yaitu fluida yang berada di dalam annulus antara
tubing dan casing ditekan dengan gas injeksi, sehingga permukaan fluidanya akan
turun di bawah valve, selanjutnya valve ini (valve paling atas) akan membuka,
sehingga gas injeksi akan masuk ke dalam tubing. Dengan bercampurnya gas
injeksi dengan fluida reservoir, maka densitas minyak akan turun dan
29
Prinsip kerja ESP yaitu pompa listrik submersible mempunyai sifat seperti
pompa sentrifugal yang lain. Setiap stage terdiri dari impeller dan diffuser, yang
dalam operasi fluida diarahkan ke dasar impeller dengan arah tegak. Gerak putar
diberikan pada cairan oleh sudu-sudu impeller. Gaya sentrifugal fluida
menyebabkan aliran radial dan cairan meninggalkan impeller dengan kecepatan
tinggi dan diarahkan kembali ke impeller berikutnya oleh diffuser. Cairan yang
ditampung di rumah pompa kemudian dievaluasikan melalui pipa keluar dimana
sebagian tenaga kinetis diubah menjadi tenaga potensial berupa tekanan. Oleh
karena dilempar ke luar maka terjadilah proses penghisapan.
b. Zona yang sekarang sudah “watered out”, artinya WOC sudah mencapai
interval perforasi sehingga produksi air berlebih.
c. Produksi gas yang berlebih akibat gas cap berekspansi mencapai interval
perforasi sehingga minyak yang dihasilkan sudah tidak ekonomis lagi
untuk diproduksi dan gas yang dihasilkan belum bisa dimanfaatkan
sehubungan belum ada penggunannya atau untuk alasan yang menyangkut
reservoir performenc. Penutupan zona biasanya dilakukan sementara.
2. Mengubah interval perforasi (pada zona yang sama)
Water Oil Contact naik sehingga mencapai perforasi, sehingga air ikut
terproduksi. Kalau masih memungkinkan perforasi lama disumbat semen
kemudian diperforasi interval diatasnya menjauhi WOC, dan menghindari water
coning.
Gambar.3.31. Reperforasi interval bagian atas / terdapat water coning (Sudibyo, 2010)
BAB IV
KESIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
Sudibyo. 2010. Well Service & Work Over. PT. Pura Kencana Nusantara.
Yogyakarta
42