Anda di halaman 1dari 75

ACARA III

DESWIK - OPTIMASI STOPE TAMBANG BAWAH TANAH

Disusun Oleh :

NAMA : KRISNA DWI PUTRA


NIM : 112210078
HARI, TGL. PRAK. : KAMIS, 22 FEBRUARI 2024
SHIFT / JAM : III / 13.00-15.00 WIB

LABORATORIUM SIMULASI DAN KOMPUTASI TAMBANG


PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VEETRAN”
YOGYAKARTA
2024
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM SIMULASI DAN KOMPUTASI
TAMBANG

ACARA III
DESWIK - OPTIMASI STOPE TAMBANG BAWAH TANAH
KAMIS / 22 FEBRUARI 2024
SHIFT III / 13.00 – 15.00 WIB

Disusun Oleh :
KRISNA DWI PUTRA
112210078

Disetujui untuk Praktikum Simulasi dan Komputasi Tambang


Laboratorium Simulasi dan Komputasi Tambang
Program Sarjana
Program Studi Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Tanggal Pengesahan : Februari 2024


Asisten Laboratorium

(NOVANDI IRFAN PAMUNGKAS)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat
-Nya, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar perencanaan dan perancangan
tambang beserta aplikasinya dalam dunia pertambangan.
Dengan telah tersusunnya laporan ini, maka saya selaku penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Edy Nursanto, S.T., M.T., IPM., selaku Kepala Laboratorium Simulasi
dan Komputasi Tambang TA. 2023/2024, Program Sarjana, Program Studi
Teknik Pertambangan, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.
2. Novandi Irfan Pamungkas, selaku Asisten Laboratorium Simulasi dan
Komputasi Tambang dan asisten laboratorium lainnya yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya selama praktikum.

Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk


perbaikan kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan ilmu bagi penyusun pada khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta,24 Februari 2024


Penyusun

Krisna Dwi Putra


NIM. 112210078

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ivi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vii
BAB
III. DESWIK – OPTIMASI STOPE TAMBANG BAWAH TANAH
3.1. Latar Belakang .........................................................................................1
3.2. Tujuan Praktikum ....................................................................................2
3.3. Dasar Teori .............................................................................................2
3.3.1. Metode Tambang Bawah Tanah ..................................................2
3.3.2. Jenis-Jenis Tambang Bawah Tanah .............................................7
3.3.3. Metode Numerik Pemilihan Tambang Bawah Tanah................11
3.4. Stope Optimization ................................................................................17
3.4.1. Parameter Stope Optimization ...................................................18
3.4.2. Tahapan Stope Optimization ......................................................18
3.5. Underground Mining Design ................................................................18
3.5.1. Geometri Tambang Bawah Tanah .............................................18
3.5.2. Tahapan Tambang Bawah Tanah ..............................................19
3.5.3. Peralatan Mekanis Tambang Bawah Tanah ..............................20
3.5.4. Ventilasi Tambang Bawah Tanah ..............................................22
3.6. Langkah Kerja .......................................................................................29
3.7. Pembahasan ...........................................................................................61
3.8. Kesimpulan ............................................................................................62
3.9. Hasil Akhir.............................................................................................63
3.9.1. Stope Optimization.....................................................................63
IV. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................65
V. LAMPIRAN

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1. Metode Longwall Mining ............................................................................ 3
3.2. Metode Sub-level Mining ............................................................................. 3
3.3. Metode Block Caving .................................................................................. 4
3.4. Metode Cut and Fill Stopping ..................................................................... 4
3.5. Metode Shrinkage Stoping........................................................................... 5
3.6. Metode VCR Stoping................................................................................... 5
3.7. Metode Room and Pillar ............................................................................. 6
3.8. Metode Sublevel & Long-Hole Open Stoping ............................................. 6
3.9. Bentuk Penampang Lubang Bukaan ............................................................ 19
3.10. Jaringan Ventilasi Tambang ........................................................................ 24
3.11. Forcing System Ventilation.......................................................................... 26
3.12. Exhausting System Ventilation .................................................................... 26
3.13. Overlap System Ventilation ......................................................................... 27
3.14. Stopes ........................................................................................................... 63
3.15. Stopes Berdasarkan Status ........................................................................... 63
3.16. Stopes Berdasarkan Level ............................................................................ 64
3.17. Report Data yang Diperoleh........................................................................ 64

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III v


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1. Geometri Endapan dan Distribusi Kadar Bijih ............................................14
3.2. Karakteristik Mekanika Batuan ...................................................................15
3.3. Nilai Numerik untuk Geometri/Distribusi Kada pada Berbagai
Metode Penambangan ..................................................................................15
3.4. Nilai Numerik untuk Karakteristik Mekanika Batuan dari Bijih .................15
3.5. Nilai Numerik untuk Karakteristik Mekanika Batuan Hangingwall ...........16
3.6. Nilai Numerik untuk Karakteristik Mekanika Batuan Footwall..................16
3.7. Komposisi Udara Segar ...............................................................................28

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III vi


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN
A. CATATAN PRAKTIKUM
B. LEMBAR KONSULTASI

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III vii


BAB III
DESWIK – OPTIMASI STOPE TAMBANG BAWAH TANAH

3.1. Latar Belakang


Banyaknya sumber daya alam di Indonesia membuat sektor – sektor industri yang
menjadikan sumber daya alam ini menjadi barang ekonomi yang memiliki suatu
nilai jual yang tinggi. Industri pertambangan salah satu industri yang meraup
keuntungan dari hasil sumber daya alam tersebut. Dasar dalam perencanaan
aktivitas pada industri pertambangan adalah pemilihan sistem penambangan yang
akan digunakan. Tujuan dasar pemilihan suatu sistem penambangan untuk
menambang suatu endapan tertentu adalah untuk merancang suatu sistem ekstraksi
bijih yang sangat sesuai dengan kondisi aktualnya. Hal ini dapat diinterpretasikan
sebagai usaha untuk memaksimalkan keuntungan dari suatu operasi.

Secara umum tambang bawah tanah adalah suatu sistem penambangan mineral atau
batubara yang seluruh aktivitas penambangannya tidak berhubungan langsung
dengan udara terbuka. Dalam operasi penambangan bawah tanah, diperlukan
peralatan-peralatan mekanis guna menunjang kegiatan penambangan di tambang
bawah tanah. Peralatan yang digunakan di dalam tambang bawah tanah secara
fungsinya terdiri dari alat untuk membongkar material (melepaskan batuan yang
mengandung mineral dari batuan induknya), alat untuk memuat material ke alat
pengangkutan, dan alat untuk mengangkut material dari daerah penambangan
menuju tempat pengolahan.

Selain itu, pada sistem tambang bawah tanah juga terdapat aspek penting untuk
mendukung keberjalanan operasi penambangan bawah tanah yaitu ventilasi
tambang. Ventilasi tambang merupakan suatu usaha pengendalian terhadap
pergerakan udara/aliran udara tambang. Parameter yang harus dipenuhi pada
ventilasi adalah jumlah, mutu, dan alirannya. Adapun tujuan utama dari ventilasi

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 1


tambang adalah menyediakan udara segar dengan kualitas dan kuantitas yang baik,
kemudian mengalirkan serta membagi udara segar tersebut ke dalam tambang
sehingga tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerja tambang
maupun proses penambangan.

Proses pengambilan bijih pada tambang bawah tanah dilakukan di stope. Stope
adalah penggalian di bawah tanah yang bertujuan untuk mengambil bijih dari
batuan induknya. Optimasi stope merupakan proses memperoleh blok yang dilihat
dari segi ekonomis dinilai paling menguntungkan bila dilakukan penambangan
dengan mempertimbangkan parameter lainnya. Pada Praktikum ini kita akan
mempelajari terkait optimasi Stope menggunakan software Deswik.

3.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum acara III yaitu :
1. Memahami definisi dan metode tambang bawah tanah.
2. Memahami inputan stope optimiser Deswik.
3. Memahami Langkah pengerjaan stope optimization.

3.3. Dasar Teori


Pada praktikum ini kita akan mempelajari terkait optimasi stope pada tambang
bawah tanah. Sebelum itu kita akan mempelajari terkait tambang bawah tanah, baik
itu metode maupun jenis-jenisnya.
3.3.1. Metode Tambang Bawah Tanah
Metode tambang bawah tanah digunakan untuk penambangan bawah tanah dan
tidak berhubungan langsung dengan udara luar. Terbagi menjadi beberapa
golongan, yaitu:
1. Metode Tanpa Penyangga (Unsupported)
Metode tanpa penyangaan juga sering disebut caving method adalah metode
penambangan tambang bawah tanah yang bertujuan untuk memotong bagian
bawah dari blok endapan sehingga blok endapan itu mengalami keruntuhan.
Beberapa jenis metode tambang bawah tanah tanpa penyangga, sebagai berikut.
a. Longwall Mining
Metode yang melibatkan penggunaan mesin pemuat mekanis yang disebut

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 2


"shearer" untuk memotong mineral dari dinding tambang. Mineral
kemudian diangkut ke permukaan melalui jalur konveyor. Metode ini
biasanya digunakan untuk penambangan pada batubara.

Sumber : Garry A. Einicke, 2009


Gambar 3.1.
Metode Longwall Mining
b. Sublevel Mining
Metode yang melibatkan penggalian beberapa tingkat lubang tambang di
bawah tanah kemudian menembakkan lapisan mineral dari setiap tingkat
secara bergantian. Mineral laludiangkut ke permukaan melalui konveyor.

Sumber : Atlas Copco Rock Drills AB, 2000


Gambar 3.2.
Metode Sublevel Mining
c. Block Caving
Adalah metode yang melibatkan penggalian lubang di bawah tanah dan
membiarkan mineral jatuh ke bawah dengan sendirinya. Mineral kemudian
dikumpulkan di bawah lubang dan diangkut ke permukaan melalui jalur

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 3


konveyor. Metode ini sering digunakan untuk penambangan tembaga dan
emas.

Sumber : Atlas Copco Rock Drills AB, 2000


Gambar 3.3.
Metode Block Caving

2. Metode dengan Penyangga Artifisial (Artificially Supported)


Metode penambangan bawah tanah dengan penyangga terbagi lagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:
a. Cut and Filling Stopping
Digunakan material pengisi di samping penyanggaan yang teratur. Karena
membutuhkan biaya tinggi, metode ini hanya digunakan untuk endapan
bijih yang bernilai tinggi di pasaran.

Sumber : Atlas Copco Rock Drills AB, 2000


Gambar 3.4.
Metode Cut and Filling Stoping
b. Shrinkage Stoping
Metode penambangan bawah tanah yang umum digunakan untuk
penambangan mineral keras seperti bijih emas, perak, timah, dan seng.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 4


Metode ini melibatkan penggalian ruang tambang yang relatif kecil, di mana
mineral dikeluarkan dengan cara diledakkan atau dipotong menggunakan
alat bor dan alat gali.

Sumber : Atlas Copco Rock Drills AB, 2000


Gambar 3.5.
Metode Shrinkage Stoping
c. VCR (Vertical Crater Retreat) Stoping
Metode penambangan bawah tanah yang digunakan untuk mengekstraksi
deposit mineral berbentuk tabular (berbentuk lembaran atau datar). Metode
ini sering digunakan untuk penambangan mineral seperti bijih emas dan
tembaga.

Sumber : Atlas Copco Rock Drills AB, 2000


Gambar 3.6.
Metode VCR Stoping
3. Metode Pillar Supported
Jenis-jenis metode pillar supported seperti tertera di bawah ini.
a. Metode Room and Pillar
Metode yang melibatkan pembuatan ruang dan pilar di bawah tanah untuk

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 5


mendukung langit-langit tambang dan mencegah keruntuhan. Ruang
biasanya digali dengan menggunakan mesin bor dan diledakkan untuk
melepaskan mineral. Pilar yang tersisa digunakan untuk menopang langit-
langit tambang.

Sumber : Atlas Copco Rock Drills AB, 2000


Gambar 3.7.
Metode Room and Pillar
b. Sublevel & Long-Hole Open Stoping
Dua metode penambangan bawah tanah yang sering digunakan untuk
mengekstraksi deposit mineral yang terletak pada kedalaman yang dangkal
hingga sedang. Metode ini memiliki beberapa kesamaan, tetapi memiliki
perbedaan dalam hal teknik penambangan dan penggunaan peralatan dalam
pelaksanaannya.

Sumber : Atlas Copco Rock Drills AB, 2000


Gambar 3.8.
Sublevel & Long-Hole Open Stoping

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 6


3.3.2. Jenis-Jenis Tambang Bawah Tanah
Terdapat beberapa jenis tambang bawah tanah yang digunakan untuk penambangan
bawah tanah dan tidak berhubungan langsung dengan udara luar. Metode ini terbagi
menjadi beberapa golongan, yaitu:
1. Unsupported Method
a. Gophering Coyoting.
Sistem Gophering Coyoting Metode Gophering Coyoting mempunyai ciri-ciri:
a) Arah penambangan hanya mengikuti arah endapan bijih.
b) Cara pengerjaannya tidak sistematis.
c) Alat dan cara penambangnya sangat sederhana.
d) Tanpa perencanaan rinci, karena dalam penambangnya hanya mengikuti
arah endapan.
b. Glory Hole Methodes
Sistem Glory Hole Metode Glory Hole merupakan sistem penambangan dengan
cara bebas membuat lubang bukaan, dikarenakan baik batuan induk maupun
endapan bijih relatif kuat. mempunyai ciri-ciri:
a) Metode ini cocok untuk endapan yang sempit atau relatif sedikit.
b) Lebar endapan antara 1 – 5 m, tetapi dengan arah memanjang ke bawah
berbentuk bulat atau elips.
c) Endapan bijih dan batuan induk kuat.
c. Shrinkage Stoping Metode Shrinkage Stoping mempunyai syarat atau ciri-ciri:
a) Cocok untuk batuan kuat.
b) Endapan mempunyai kemiringan lebih dari 70°. 19
c) Tebal endapan tidak lebih dari 3 m.
d) Endapan bijih memiliki nilai yang tinggi baik kadar maupun harganya.
e) Endapan bijih harus homogen atau seragam.
f) Penambangan tidak selektif.
g) Bukan merupakan endapan Sulfida (Fe), karena endapan Sulfida harus
dengan metode selektif mining, hal ini guna menghindari pengaruhnya pada
asam tambang.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 7


d. Sublevel Stoping
Sublevel Stoping adalah penambangan bawah tanah dengan cara membuat level-
level, kemudian dibagi menjadi sublevel-sublevel. Sedangkan syarat-syaratnya
sebagai berikut:
a) Ketebalan cebakan antara 1 – 20 m.
b) Kemiringan lereng sebaiknya lebih dari 30°.
c) Baik endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan keras.
d) Batas endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan tidak ada retakretak
ketika dilakukan penambangan. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi dilusi
atau pencampuran dua material. Dalam hal ini pencampuran endapan bijih
dengan batuan induk.
e) Penyebaran kadar bijih sebaiknya homogen.
2. Supported Method
a. Shrink and Filll Stoping
Merupakan metode penambangan dengan cara membuat level-level, dimana
level-level tersebut merupakan endapan bijih yang ditambang. Di dalam level-
level tersebut dibuat Stope-stope atau ruangan-ruangan. Setelah selesai
menambang dalam satu level, maka level tersebut diisi kembali dengan material
lalu dilanjutkan denganmembuat level baru. Arah tambang pada metode ini
relatif horizontal.
b. Cut and Fill Stoping
Cut and Fill Stoping Merupakan metode penambangan dengan cara memotong
batuan untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang dalam
satu stope, maka stope tersebut diisi kembali tanpa menunggu selesai dalam satu
level. Ini yang membedakan dengan Shrink and Fill Stoping. Syarat Cut and
Fill Stoping antara lain:
a) Endapan bijih tebalnya antara 1 – 6 m.
b) Arah endapan relatif mendatar tapi cukup tebal.
c) Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45°. Dan
untuk endapan yang bukan vein kurang dari 45°.
d) Endapan bijih keras, tapi batuan induknya lunak.
e) Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 8


c. Square Set Stoping
Pada dasarnya, sistem penambangan ini dengan cara membuat penyangga yang
lebih sistematis, dimana penyangganya berbentuk ruang (tiga dimensi). Baik
berupa kubus ataupun balok. Penyangganya sendiri dapat berupa kayu maupun
besi. Ciri-ciri Square Set Stoping antara lain:
a) Ongkos penyangganya sangat mahal.
b) Kemiringan endapan lebih dari 45°
c) Ketebalan bijih minimal 3,5 m.
d) Baik endapan bijih maupun batuan induk mudah runtuh.
e) Endapan tidak perlu memiliki batasan yang jelas antara endapan bijih dan
batuan induknya.
d. Stull Stoping Sistem
Penambangan ini merupakan sistem penambangan yang memasang penyangga
dari footwall ke hanging wall. Stull sendiri berarti kayu, sehingga pada sistem
penambangan ini penyangganya menggunakan kayu. Ciri-ciri sistem
penambangan ini antara lain:
a) Bijih cukup kuat, sehingga tidak perlu langsung disangga, tapi batuan induk
mudah pecah menjadi bongkahan-bongkahan.
b) Kemiringan endapan bijih tidak terlalu berpengaruh.
c) Ketebalan endapan bijih antara 1 – 5 m. ‘
d) Bijih harus bernilai tinggi.
e) Recovery harus tinggi dan looses factor harus rendah, mengingat biaya yang
dibutuhkan untuk penyangga sangat mahal.
3. Caving Method
a. Top slicing
Top Slicing adalah suatu penambangan untuk endapan-endapan bijih dan
lapisan penutup (overburden) yang lemah atau mudah runtuh. Penambangan
dilakukan selapis demi selapis dari atas ke bawah pada lombong yang
disanggah. Kalau lombong sudah selesai digali, maka penyanggah diatasnya
dibiarkan runtuh sedikit demi sedikit atau secara bertahap. Metode ini akan
memungkinkan perolehan tambang yang tinggi walaupun sering terjadi

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 9


“dillution” Upaya untuk meningkatkan efisiensi sistem penambangan ini
adalah:
a) Untuk memperbesar produksi, daerah penggalian diperbesar di beberapa
permukaan kerja (front).
b) Mengurangi jumlah “raise” berarti jarak antara raise dapat diperbesar.
c) Mengurangi pekerjaan, persiapan harus diimbangi dengan pengangkutan
yang lebih efisien
Untuk menghindari bahaya dan mengurangi keselamatan kerja, proses
ambrukan sebaiknya dibuat secara pelan-pelan agar tidak runtuh dalam skala
besar.
Keuntungan Top Slicing:
a) Jika batuan samping tidak terlalu lemah, maka pengotoran jarang terjadi.
b) Dapat mengadakan pengambilan conto batuan (sampling) didalam lombong
secara teratur untuk mengetahui batas endapan yang pasti.
c) Dapat menghasilkan produksi yang besar.
d) Jika endapan bijih teratur dan jelas batas-batasnya, maka perolehan
tambangnya sangat tinggi (90-95).
Kerugian Top Slicing:
a) Pada saat hujan, air masuk melalui retakan-retakan.
b) Dapat menyebabkan amblesan yang merusak topografi dan tata lingkungan
c) Ventilasi lombong menjadi sukar, sehingga perlu peralatan khusus.
d) Membutuhkan persiapan kerja yang lama dan banyak
e) Banyak menggunakan penyangga kayu sehingga dapat menyebabkan
kebakaran dan menimbulkan gas-gas beracun dari proses pembusukan kayu
penyangga.
b. Sub Level Caving Sub Level Caving merupakan suatu cara penambangan yang
mirip top slicing tetapi penambangan dari sub level, artinya penambangan dari
atas ke bawah dan setiap penambangan pada suatu level dilakukan lateral atau
meliputi seluruh ketebalan bijih. Endapan bijih antara dua sub level ditambang
dengan cara diruntuhkan atau diambrukkan. Suata tumpukan bekas penyangga
27 (timber mat) akan dibentuk di bagian atas dari ambrukan, sehingga akan

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 10


memisahkan endapan bijih yang pecah dari lapisan penutup di atasnya. Metode
ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang memiliki sifat sebagai berikut:
a) Bentuk endapan tidak homogen.
b) Kekuatan batuan samping lemah dan dapat pecah menjadi
bongkahanbongkahan dan akan menjadi penyangga batuan terhadap timber
dibawahnya.
c) Kekuatan bijih lemah tetapi batuan dapat bertahan untuk tidak runtuh
selama beberapa waktu bengan penyanggahan biasa walaupun tetap akan
runtuh bila penyanggahan ini diambil. Sub Level Caving merupakan salah
satu metode penambangan untuk tambang bawah tanah yang berproduksi
besar, tetapi cukup berbahaya. Umumnya kecelakaan yang terjadi adalah
tertimpa penyangga.
Keuntungan Sub Level Caving:
a) Cara penambangannya agak murah
b) Tidak ada pillar yang ditinggalkan
c) Kemungkinan terjadinya kebakaran kecil, karena penggunaan penyangga
kayu sedikit, kecuali pada endapan-endapan sulfida.
d) Ventilasi agak lebih baik dibandingkan dengan top slicing.
e) Bias mengadakan pencampuran dengan memilih penambangan dari
berbagai lombong yang berbeda kadarnya.
f) Pekerjaan persiapan sebagian besar dilakukan pada badan bijih, sehingga
sekaligus dapat berproduksi.
g) Kerugian Sub Level Caving:
h) Sukar untuk mengadakan tambang pilih (selektif mining), karena tak dapat
ditambang bagian demi bagian
i) Perolehan tambang tidak terlalu tinggi
j) Dillution sering terjadi sampai 10%. Bila dillution harus rendah maka
mining recoverynya juga menurun.
k) Merupakan cara penambangan yang kurang luwes karena terlalu banyak
syarat yang harus dipenuhi dan tidak mudah diubah ke metode lain.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 11


3.3.3. Metode Numerik Pemilihan Tambang Bawah Tanah
Pemilihan tambang bawah tanah adalah suatu proses yang kompleks dan penting
dalam industri pertambangan. Dalam memilih metode tambang bawah tanah yang
tepat, diperlukan analisis dan evaluasi yang cermat terhadap keadaan geologi dan
kondisi tambang yang ada. Oleh karena itu, metode numerik dapat membantu dalam
memberikan pemodelan dan simulasi yang akurat untuk menentukan metode
tambang bawah tanah yang paling efektif dan efisien. Terdapat beberapa metode
numerik yang dapat digunakan untuk membantu pemilihan tambang bawah tanah,
di antaranya adalah Metode Blok Model. Metode blok model adalah metode yang
umum digunakan dalam industri pertambangan untuk menghitung cadangan
mineral dan memprediksi nilai ekonomi dari sebuah deposit mineral. Metode ini
melibatkan pemodelan tambang secara tiga dimensi dengan membagi area tambang
menjadi blok-blok kecil dan menghitung volume dan nilai dari setiap blok. Metode
blok model dapat membantu dalam menentukan letak dan ukuran tambang bawah
tanah
Parameter-parameter yang diperlukan dalam pemilihan metode penambangan
secara numerik meliputi ;
1. Geometri dan distribusi kadar cebakan
2. Kekuatan massa batuan untuk daerah bijih, hangingwall dan footwall
3. Biaya penambangan dan modal yang dibutuhkan
4. Laju penambangan
5. Tipe kemampuan tenaga kerja
6. Masalah lingkungan
7. Peritimbang-perimbangan khusus lainnya
Pemilihan metode penambangan sedikitnya ada dua tahapan yaitu :
1. Pada tahap pertama ini cebakan harus secara jelas dapat digambarkan datadata
geometri, distribusi kadar dan sifat mkanik batuannya. Berdasarkan datadata
tersebut, maka dapat disusun metode penambangan berdasarkan rankingnya,
yaitu menentukan metode penambangan mana yang paling mungkin
diterapkan. Langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan biaya modal yang
ditanamkan, laju penambangan, tipe dan kemampuan tenaga kerja, masalah
lingkungan dan pertimbangan khusus lainnya.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 12


2. Pada tahap kedua dilakukan pertimbangan biaya yang dikeluarkan dalam setiap
metode penambangan yang didasarkan pada rencana umum penambangan.
Biaya penambangan dan biaya modal untuk menentukan cut off grade
cadangan yang dapat ditambang. Dari alternatif berbagai metode, selanjutnya
dibuat perbandingan ekonomis untuk menentukan metode penambangan yang
optimal dan kelayakan ekonomisnya. Selama perencanaan penambangan tahap
kedua ini,keterangan mengenai mekanika batuan akan digunakan untuk
memberikan perkiraan ukuran lubang bukaan, jumlah penyangga, orientasi
bukaan, dan karakteristik ambrukan, dan sudut kemiringan open pit. Apabila
dalam pelaksanaan penambangan dijumpai masalah operasional, maka bisa
melakukan modifikasi rencana penambangan awal.

Data yang paling dibutuhkan untuk pemilihan metode dan rancangan awal
penambangan adalah kadar cebakan, karakteristik mekanikan batuan bijih,
hangingwall dan footwall. Data ini dapat diperoleh dari pemboran inti, dan bila data
dari pemboran inti ini tidak dimanfaatkan secara optimal, maka banyak data penting
yang akan hilang secara sia-sia. Data-data yang dibutuhkan secara ringkas dibagi
menjadi tiga, yaitu : Geologi / geofisika, Geometri cebakan dan distribusi kadar,
dan karakteristik mekanika batuan.

Dalam pemilihan metode penambangan secara numerik bisa dibagi lima langkah,
yaitu:
3. Menentukan karakteristik geometri dan distribusi kadar berdasarkan dan
karakteristik mekanika batuan berdasarkan tabel.
4. Menetapkan nilai numerik untuk setiap karakteristik geometri dan distribusi
kadar dengan menggunakan tabel
5. Menetapkan nilai numerik untuk setiap karakteristik mekanika batuan untuk
daerah bijih, derah hangingwall dan daerah footwall
6. Menjumlahkan nilai numerik dari karakteristik geometri dan distribusi kadar,
karakteristik mekanika daerah bijih, derah hangingwall dan daerah footwall.
7. Menyusun rangking metode penambangan berdasarkan nilai numeriknya.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 13


Tabel 3.1
Geometri dan Distribusi Kadar dari Bijih

Tabel 3.2
Karakteristik Mekanika Batuan

Tabel 3.3
Nilai Numerik untuk Geometri/Distribusi Kadar pada Berbagai Metode
Penambangan

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 14


Tabel 3.4
Nilai Numerik untuk Karakteristik Mekanika Batuan Bijih

Tabel 3.5
Nilai Numerik untuk Karakteristik Mekanika Batuan Hangingwall

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 15


Tabel 3.6
Nilai Numerik untuk Karakteristik Mekanika Batuan Footwall

Setiap metode penambangan mempunyai nilai dalam ranking yang didasarkan pada
kesesuaian geometri dan distribusi kadar, karakteristik mekanika batuan, daerah
bijih, daerah hangingwal dan footwall. Arti numerik dalam setiap ranking adalah
sebagai berikut :
1. Preferred : bila karakteristik yang ada sangat cocok untuk aplikasi metode
penambangan tertentu.
2. Probable : bila karakteristik yang ada memungkinkan aplikasi metode
penambangan tertentu.
3. Unlikely : bila karakteristik yang ada sebenarnya tidak memungkinkan
aplikasi metode penambangan tertentu, tetapi juga tidak menyimpang apabila
metode penambangan tersebut akan diaplikasikan.
4. Eliminated : bila karakteristik yang ada tidak memungkinkan aplikasi metode
penambangan tertentu.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 16


Besarnya nilai-nilai yang digunakan untuk setiap ranking disusun berdasarkan
angka-angka numerik sebagai berikut:
a. Preferred 3 – 4
b. Probable 1 – 2
c. Unlikely 0
d. Eliminated -49
Ranking eliminated akan dipilih jika nilai-nilai karakteristik sama dengan negatif,
oleh sebab itu metode penambangan tersebut akan ditinggalkan. Nilai nol dipilih
untuk ranking unlikely, sebab tidak menambah peluang penggunaan metode
tersebut, tetapi juga tidak ada alasan untuk meniadakan metode tersebut. Bila nilai-
nilai yang digunakan memasukkan dalam probable dan preferred, maka
karakteristik untuk satu parameter dapat disusun dalam urutan ranking metode
penambangan.

3.4. Stope Optimization


Optimasi stope merupakan proses memperoleh blok yang dilihat dari segi ekonomis
dinilai paling menguntungkan bila dilakukan penambangan dengan
mempertimbangkan parameter lainnya. Optimasi dalam penambangan bawah tanah
dapat dilakukan diantaranya dengan pemilihan metode, desain, dan tahapan
penambangan yang tepat. Semua tahapan ini pada akhirnya akan berpengaruh pada
Net Present Value (NPV) dari keseluruhan proyek penambangan bawah tanah.
3.4.1. Parameter Stope Optimization
Parameter geomekanika merupakan parameter yang penting dalam desain stope
tambang bawah tanah. Oleh karena itu, penting untuk dapat mengembangkan suatu
algoritma optimasi yang melibatkan parameter geomekanika dalam proses
iterasinya. Algoritma yang dimaksud adalah dengan melibatkan metode analisis
kestabilan stope yang sudah banyak berkembang saat ini baik metode empirik,
numerik maupun analitik. Salah satu metode yang praktis untuk digunakan
menganalisis kestabilan stope adalah grafik kestabilan Mathews dengan integrasi
Q-system dimana klasifikasi massa batuan.
3.4.2. Tahapan Stope Optimization
Tahapan tahapan dalam proses stope optimation adalah sebagai berikut:

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 17


1. Tentukan parameter input teknis
2. Tentukan parameter input finansial.
3. Proses running optimisasi.
4. Proses akan menghasilkan beberapa pilihan blok.
5. Menganalisis blok
6. Pilih blok yang optimal.
7. Blok optimal sebagai pertimbangan dalam menentukan proses penambangan

3.5. Underground Mining Design


Underground mining design adalah suatu kegiatan dalam merencanakan kegiatan
produksi pada tambang bawah tanah. Underground mining design merupakan dasar
stope design dari pembuatan wireframe yang digunakan untuk scheduling.
3.5.1. Geometri Tambang Bawah Tanah
Geometri lubang bukaan tapal kuda terdiri dari roof yang merupakan atap, wall
sebagai dinding, floor sebagai lantai, span sebagai tinggi lubang bukaan dan tunnel
width sebagai lebar lubang bukaan.

Sumber: Imanuel, 2021


Gambar 3.9.
Bentuk Penampang Lubang Bukaan
Sedangkan untuk geometri lubang bukaan rectangular pada metode room and pillar
terdiri dari roof yang merupakan atap, wall sebagai dinding, floor sebagai lantai,
span sebagai tinggi lubang bukaan dan tunnel width sebagai lebar lubang bukaan

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 18


seperti pada gambar dibawah ini.

3.5.2. Tahapan Tambang Bawah Tanah


Tahapan penambangan bawah tanah berbeda dengan tambang terbuka, mengingat
ruang yang terbatas, keperluan akan ventilasi, dan minimnya penerangan. Berikut
merupakan tahapan penambangan bawah tanah.
1. Perencanaan dan desain stope digunakan sebagai acuan dalam penentuan metode
penambangan bawah tanah.
2. Pemboran, dimana pemboran dilakukan untuk mempersiapkan lubang ledak dan
cut pada face tambang bawah tanah atau lokasi operasi penambangan sesuai
dengan desain stope. Muka air tanah harus diperhatikan agar batuan yang ada di
sekitar lubang bukaan tetap stabil dan tidak mengalami keruntuhan.
3. Peledakan, kegiatan peledakan pada umumnya dikontrol di luar tunnel atau
mencari lokasi yang dirasa aman dari efek peledakan yang dapat berupa gas
beracun, fly rock, dan ground vibration.
4. Pembersihan asap, debu, dan gas beracun dari hasil peledakan perlu dilakukan
pembersihan terlebih dahulu sebelum pekerja melakukan tahapan lanjut.
Ventilasi berperan untuk mengeluarkan asap, debu, dan gas beracun agar
lingkungan kerja tetap aman.
5. Scalling – grouting, scalling adalah pembersihan sisa-sisa batuan hasil peledakan
yang masih ada di dinding terowongan hasil peledakan, sedangkan grouting
adalah kegiatan penginjeksian cairan yang dapat mengeras, pada umumnya
dapat berupa semen yang dilakukan untuk memperkuat tunnel hasil peledakan
agar membantu menstabilkan lubang bukaan sebelum dilakukan penyanggaan.
6. Penyanggaan, penyanggaan atau rock bolting hanya dilakukan apabila lubang
bukaan memerlukan penyanggaan untuk memberikan waktu tambahan dan
bantuan kestabilan pada lereng.
7. Pemuatan dan pengangkutan, material hasil peledakan diangkut ke permukaan
untuk dilakukan penimbunan waste (apabila berupa material overburden) atau
diolah (apabila material berupa bijih).
8. Penutupan lubang bukaan dengan menggunakan material tertentu. Menurut
Conservation Practice Standard oleh Natural Resources Conservation Service

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 19


(2005), penutupan lubang bukaan, dilakukan dengan beberapa tahap yaitu
pengisian (filling), penyumbatan (plugging), penutupan (capping), pemasangan
pembatas (barrier), dan pembuatan gate di area bekas lubang bukaan.
3.5.3. Peralatan Mekanis Tambang Bawah Tanah
Peralatan yang digunakan di dalam tambang bawah tanah secara fungsinya terdiri
dari alat untuk membongkar material (melepaskan batuan yang mengandung
mineral dari batuan induknya). Alat untuk memuat material ke alat pengangkutan
dan alat untuk mengangkut material dari daerah penambangan menuju tempat
pengolahan. Alat-alat ini akan kami jabarkan satu persatu yang kami rangkum dari
berbagai sumber dan tinjauan langsung ke tambang bawah tanah.

a. Jumbo Drill
Alat ini biasanya digunakan untuk membuat lubang tembak peledakan dan juga
membersihkan batu gantung, sisa peledakan di dalam tambang bawah tanah. Alat
ini juga digunakan untuk memasang sistem penyangga awal dalam tambang
bawah tanah.

b. Gathering Arm Loader


Alat ini sering digunakan pada tambang batubara, pada bagian depan dilengkapi
dengan alat pengumpul material yang bertumpuk kemudian didorong menuju belt
conveyor yang berada di belakang, selanjutnya ke alat berikutnya, dilengkapi
dengan klaurel dan digerakkan dengan diesel atau tenaga listrik.
c. LHD (Load Haul Dump)
Alat muat tambang bawah tanah yang merupakan kombinasi front end dengan
dump truck mampu memuat, mengangkut, dan menumpahkan material pada alat
angkut berikutnya. Tenaga penggeraknya adalah tenaga diesel.
d. Continuous Miner
Merupakan mesin dengan drum besi berputar yang besar dan dilengkapi dengan
gerigi tungsten yang mengkikis batubara atau material. Beroperasi di sistem
metode tambang bawah tanah Room and Pillar.
e. Underground Truck
Merupakan salah satu jenis alat angkut yang digunakan untuk mengangkut
material tambang bawah tanah. Jenis dan mekanisme kerja hampir sama dengan
truk tambang terbuka tapi dalam bentuk yang lebih kecil karena disesuaikan
dengan daerah operasionalnya.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 20


f. Personnel Carrier
Merupakan alat kendaraan yang digunakan untuk mengangkut para penambang
dan peralatan dari permukaan tambang ke lokasi pekerjaan tambang bawah tanah.
g. Scaling
Alat ini merupakan bagian penting dalam siklus penambangan. Scaler berfungsi
untuk menjatuhkan atau mengambil bagian dari material yang lepas dari atas,
dinding dan rangkaian batuan di pertambangan batuan keras.
h. Scooptram / Underground Loader
Alat merupakan peralatan yang dirancang untuk pengoperasian, membersihkan
landasan tambang bawah tanah dan mengangkut material. Bentuknya yang
didesain pendek memang diperuntukkan agar mudah bermanuver di tambang
bawah tanah.
i. Underground Ventilation
Underground Ventilation terdiri dari fan (kipas), injektor atau kompreseor dan
pipa atau selang pembawa udara atau oksigen. Ventilasi secara umum berfungsi
untuk menyediakan dan mengalirkan udara segar (oksigen) ke dalam tambang
bawah tanah untuk keperluan menyediakan udara segar bagi pernapasan para
pekerja dalam tambang dan juga bagi segala proses yang terjadi dalam tambang
yang memerlukan oksigen. Ventilasi juga melarutkan dan membawa keluar dari
tambang debu dan pengotor dari gas-gas yang ada di dalam tambang hingga
tercapai keadaan kandungan gas dalam udara tambang telah memenuhi syarat bagi
pernapasan.
3.5.4. Ventilasi Tambang Bawah Tanah
Ventilasi tambang merupakan pengaturan aliran udara bersih dari permukaan/luar
tambang ke dalam tambang bawah tanah. Dalam pengaturannya. udara akan
mengalir dari suhu rendah ke tinggi, dari tekanan tinggi ke rendah dan udara akan
lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan resistansi yang lebihkecil
dibandingkan dengan jalur dengan resistansi yang besar. Pada sistem ventilasi
tambang ini memiliki 3 fungsi secara umum yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pada fluida dinamik, yaitu :

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 21


1. Sebagai pengontrol kualitas udara (quality control) pada tambang bawah. Hal ini
dilakukan dengan cara mengatur konsentrasi gas-gas beracun di dalam tambang.
Maka dari itu, ketika tambang bawah tanah melakukan produksi, konsentrasi
dari gas-gas beracun dapat diatur konsentrasinya di dalam tambang sehingga
tidak membahayakan para penambang yang sedang bekerja.
2. Sebagai pengontrol kuantitas udara (quantity control). Kontrol kuantitas udara
yang dimaksud disini adalah pengaturan jumlah volume (debit) dan arah aliran
udara dari debit tersebut. Pengontrolan ini tidak hanya dilakukan pada suplai
udara bersih di lubang bukaan dan saluran pipa udara ventilasi, tetapi kontrol ini
juga dilakukan pada tempat pembuangan gas-gas beracun.
3. Sebagai pengatur temperatur dan kelembaban udara. Pengaturan yang dilakukan
adalah pengaturan pendinginan, pemanasan, kelembaban, dan penghilangan
kelembaban uadara. Pada tambang bawah tanah sering kali kondisi temperatur
udara tidak sesuai dengan temperatur optimal kerja, seperti udara yang terlalu
panas dan kelembaban udara yang tinggi. Maka dari itu, dengan adanya
pengaturan, kebutuhan udara pekerja dan alat yang berproduksi akan
mendapatkan kondisi udara yang optimal untuk bekerja.
Dalam penambangan bawah tanah ventilasi tambang berfungsi untuk:
1. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk keperluan
menyediakan udara segar (oksigen) bagi pernapasan para pekerja dalam
tambang dan juga bagi segala proses yang terjadi dalam tambang yang
memerlukan oksigen.
2. Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-gas
yang ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas dalam udara
tambang yang memenuhi syarat bagi pernapasan.
3. Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah tanah
hingga ambang batas yang diperkenankan.
4. Mengatur panas dan kelembaban udara ventilasi tambang bawah tanah sehingga
dapat diperoleh suasana / lingkungan kerja yang nyaman.
Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku hukum
alam bahwa:

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 22


1. Udara akan mengalir dari kondisi bertemperatur rendah ke temperatur yang lebih
tinggi.
2. Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yang memberikan
tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan yang lebih besar.
3. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan dalam
ventilasi tambang bawah tanah.
4. Udara akan mengalir dari kondisi bertekanan tinggi ke tekanan yang lebih
rendah.
Jumlah udara yang akan mengalir melalui sebuah sistem ventilasi tergantung pada
perbedaan tekanan antara titik permulaan dan titiik akhir jalur titik
permulaanventilasi dan ukuran dari bukaan. Selain itu terdapat juga faktor lain yang
menyebabkan jumlah udara yang mengalir sedikit adalah kekasaran dari dinding
dan belokan tajam aliran udara serta berapa kali udara berubah arah. Ketika
mengalirkan udara pada jalur yang lurus dengan energi konstan, makaudara akan
mengalir dengan kecepatan yang sama. Sehingga jika kekasaran permukaan
berubah maka akan terjadi hambatan dalam mengalirkan udara dengan kecepatan
yang sama dan membutuhkan energi yang lebih banyak untuk mempertahankan
kecepatan. Kehilangan energi yang diakibatkan oleh kekasaran dari dinding dikenal
dengan kehilangan tekanan gesek (frictional pressure loss). Ketika udara dialirkan
dengan kecepatan konstan, energi dibutuhkan untukmegubah kecepatan dan arah
aliran. Perubahan ini terjadi di setiap aliran udara mengikuti perubahan arah,
bentuk, dan ukuran. Kehingan energi pada perubahan arah aliran udara disebut
shock pressure loss. Contoh aliran jalur ventilasi pada tambang bawah tanah dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

sumber : Mcpherson, 1993


Gambar 3.10.
Jaringan Ventilasi Tambang

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 23


Jenis-jenis ventilasi dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal berikut ini, antara
lain :
1. Penggolongan berdasarkan metode pembangkitan daya ventilasi, terdiri dari
ventilasi alami dan ventilasi mesin.
2. Penggolongan berdasarkan tekanan ventilasi pada ventilasi mesin, terdiri dari
ventilasi tiup (flowing) dan ventilasi sedot (exhausting).
3. Penggolongan berdasarkan letak intake dan outake airway, terdiri dari ventilasi
terpusat dan ventilasi diagonal.
a. Ventilasi Alami (Natural Ventilation)
Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan pada kedalaman
tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk ke dalam tambang meskipun tanpa
alat mekanis. Ventilasi alam disebabkan udara pada down cast shaft lebih dingin
dari udara pada upcast shaft. Dan juga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan dan
densitas udara antara dua shaft yang saling berhubungan tersebut. Ventilasi alami
terjadi karena perbedaan temperature di dalam dan diluar stope. Temperatur di
dalam stope akan mempengaruhi terjadinya ventilasi alami. Apabila terdapat
perbedaan temperature intake airway dan return airway yang ketinggian mulut pit
intake dan outakenya berbeda, akan timbul perbedaan kerapatan udara di dalam dan
diluar stope atau udara di intake airway dan return airway yang berbeda
temperaturnya, yang akan membangkitkan aliran udara.
b. Ventilasi Mekanis (Artificial/Mechanical Ventilation)
Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke dalam
tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh alat mekanis.
Peralatan ventilasi mekanis adalah semua jenis mesin penggerak yang digunakan
untuk memompa dan menekan udara segar agar mengalir ke dalam lubang bawah
tanah. Peralatan paling penting dan umum digunakan adalah fan atau mesin angin.
Mesin angin adalah pompa udara, yang menimbulkan adanya perbedaan tekanan
antara kedua sisinya, sehingga udara akan bergerak dari tempatyang tekanannya
lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Pada proes menerus dapat dilihat bahwa mesin angin menerima udara pada tekanan
tertentu dan dikeluarkan dengan tekanan yang lebih besar. Mesin angin ini
mengubah energi dari mekanis ke fluida, dengan memasok tekanan untuk

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 24


mengatasi kehilangan tekana dalam aliran udara. Mesin angin yang memasok
kebutuhan udara untuk seluruh tambang dinamakan mesin angin utama (main fan).
Mesin angin yang digunakan untuk mempercepat aliran udara pada percabangan
atau suatu lokasi tertentu di dalam tambang, tetapi tidak menambah volume total
udara di dalam tambang tersebut disebut mesin angin penguat (booster fan),
sedangkan mesin angin yang digunakan pada lokasi kemajuan atau 74 saluran udara
tertutup (lubang buntu) dinamakan mesin angin bantu (auxiliary fan).
c. Ventilasi Bantu (Auxiliary Ventilation)
Udara ventilasi yang disalurkan ke terowongan utama maupun ventilasi permukaan
kerja penambangan biasanya dilakukan dengan membawa udara masuk (intake air)
secara langsung melalui jalan udara sepanjang penampang terowongan.
Ventilasi juga dapat dilaksanakan dengan mengirimkan angin/udara yang
dibangkitkan oleh kipas angin lokal, air jet dan lain-lain, dengan menggunakan
saluran udara (air duct) ke lokasi yang tidak dapat dipenuhi oleh ventilasi utama.
Berdasarkan cara menimbulkan udaranya serta letak mesinnya, ventilasi mekanis
dibedakan menjadi tiga metode yaitu :
1. Forcing System (Sistem Hembus)
Sistem hembus akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke front kerja
dengan aliran udara yang bertekanan lebih besar dibanding udara di atmosfer.
Udara ini dialirkan melalui pipa saluran ventilasi yang menghubungkan fan dengan
front kerja sebagaimana terlihat pada gambar.

sumber : Buku panduan praktikum ventilasi tambang


Gambar 3.11.
Forcing System Ventilation

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 25


2. Exhausting Sistem (Sistem Hisap)
Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang berkebalikan dengan
forcing sistem, yaitu bertekanan negatif ke front kerja.Tekanan negatif ini adalah
tekanan yang dihasilkan oleh proses penghisapanudara. Pada exhausting sistem, fan
diletakkan dekat dengan front kerja, sehingga dapat memudahkan kerjanya dalam
menghisap udara dari front kerja tersebut. Udara yang dihisap adalah udara kotor
atau gas yang tak diinginkan. Sistem hisap ini digambarkan pada gambar dibawah
ini.

sumber : Buku panduan praktikum ventilasi tambang


Gambar 3.12.
Exhausting System Ventilation

3. Overlap System
Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing. Sistem ini
menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain,yaitu fan yang
bertugas menyuplai udara ke front (intake fan) dan fan yang bertugas untuk
menghisap udara dari front (exhausting fan). Tetapi exhaust fan dipasang lebih
mundur (lebih jauh) dari front penambangan, sedangkanduct dipasang di akhir dari
intake fan dan lebih dekat dengan front penambangan. Hal ini untuk mencegah agar

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 26


udara yang disuplai langsung dihisap oleh exhaust fan sehingga udara akan
memiliki waktu untuk bersirkulasi pada front penambangan.

sumber : Buku panduan praktikum ventilasi tambang


Gambar 3.13.
Overlap System Ventilation

Pada sistem ventilasi tentunya terdapat fan atau mesin yang berputar sehingga udara
dapat mengalir secara terus menerus pada suatu tekanan dan menyalurkan pada
tekanan yang lebih tinggi. Energimekanik dihasilkan dari kipas diubah menjadi
energi potensial (tekanan) dan energi kinetik (kecepatan). Tekanan ini berguna
untuk mengatasi hambatan pada saluran udara. Beberapa jenis fan atau kipas
diantaranya adalah :
a. Kipas Aksial
Kipas aksial mengalirkan udara paralel dengan impeller kipas dan jarak aliran yang
konstan dari sumbu aksis. Tekanan naik dihasilkan oleh pergerakan bilah kipas.
Kipas aksial dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Kipas aksial bebas yaitu impeller tidak dalam keadaan terkukung
2. Kipas aksial dengan tabung aksial yaitu impeller terbungkus
3. Vane aksial yaitu vane dibuat rapat dengan bungkus untuk menghindari adanya
ketidakstabilan putaran angin.
b. Kipas Sentifugal

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 27


Pada kipas sentrifugal udara masuk secara paralel dengan sumbu aksis dan
dibelokkan 90 derajat dan udara dikeluarkan secara radial melewati bilah. Gaya
yang dihasilkan oleh bilah merupakan gaya tangensial yang menyebabkan udara
berputardengan bilah dan tekan utama akan naik dengan gaya sentrifugal dan udara
dikeluarkan secara radial melewati bilah. Pada kipas sentrifugal udara masuk secara
parallel dengan sumbu aksis dan dibelokkan 90o dan udara dikeluarkan dan udara
dikeluarkan secara radial melewati bilah.

Udara tambang meliputi campuran antara udara atmosfer dengan emisi gas- gas
dalam tambang serta bahan-bahan pengotornya. Parameter kualitas udara meliputi
gas, debu, temperatur serta kelembaban udara. Standar udara yang bersih adalah
udara yang mempunyai komposisi sama atau mendekati dengan komposisi udara
atmosfer pada keadaan normal. Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi
tambang terdiri dari 78 Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argon dan gas- gas
lain. Komposisi udara segar dapat dilihat pada tabel berikut.

sumber : Buku panduan praktikum ventilasi tambang


Tabel 3.7
Komposisi Udara Segar

Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar normal
terdiri dari Nitrogen = 79% dan Oksigen =21%. Selain itu itu dianggap bahwa udara
segar akan selalu mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 0.03%. Udara dalam
ventilasi tambang selalu mengandung uap air, tidak pernah ada udara yang benar-
benar kering. Karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 28


3.6. Langkah Kerja
Bahan galian yang digunakan adalah emas. Untuk mengetahui sebaran kadar dari
ore body dari data yang dimiliki. Melihat sebarannya dengan membuat kurva kadar
dan tonase dari bahan galian.
Understanding Grade Tonnage Curves
1. Lakukan penyimpanan terhadap file. File → save as → beri nama file → save

2. Kemudian Ribbon Geology → properties → pada input geomodel → masukkan


block model data dari web (Blockmodel_LODE_3) → open.

3. Additional tools → Recalculate. Pada field Au bagian minimum nya diganti


menjadi 0

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 29


4. Additional tools → Standart Grade Tonage Curve → Bin Size masukkan nilai
1 → Grade Field pilih Au → OK

5. Didapatkan kurva massa (biru) dan kadar (merah). Bisa dilihat misal mamakai
Cut of Grade 9 maka didapat jumlah tonase 18.162.211,6314776 dengan rata-
rata kadarnya 12,3 gram/ton. Dan jika ingin melihat analisis menyeluruh bisa
dilihat di bagian table.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 30


Visualizing Ore at a Specific Cut Off
1. Menampilkan model geologi dari sebaran emas. Ribbon Geology → Geomodel
Display → Add Model → masukkan Block Model.

2. Legend→edit legend → add a new legend → beri nama grade AU → ok. Pilih
create → range bins → field pilih Au → min value 0 → bin size 1 → ok

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 31


3. Untuk memudahkan, bin 0 to 1 ganti dengan warna yang kontras misal abu-
abu → ok.

4. Lakukan sayatan untuk melihat tampak samping dengan cara pada ribbon view
→ plane → plane by 2 point. Sayat dari kiri bawah ke kanan atas mengikuti
arah ore body → centang change view mode to slice → ok.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 32


5. Untuk tampak atas, pilih plane by 1 point → snap to nearest →centang plan.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 33


6. Selanjutnya melakukan notasi untuk menuliskan seberapa besar kadar masing-
masing blok, pada menu geomodel display → annotation → on → add new
row → field → function ketik round → fields cari Au → decimal places ganti
0 → tambahkan g/t. Formula valid berarti susunannya sudah benar.

7. Lakukan sayatan lagi.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 34


8. Isi block shell nya → field pada geomodel display sehingga terisi warna sesuai
legenda dan untuk melihat tampak 3 dimensi, pada working plane pilih shell.

9. Selanjutnya lakukan filter untuk mengurangi bagian yang dirasa terlalu kecil
grade nya. Display setting pada filter → edit filter→global filter→edit
filter→add filter→beri nama grade Au >= 3g/t

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 35


10. Add new row →field pilih Au→operand pilih >= → value 3 → ok.

11. Untuk melihat tampak atas, ribbon view → pilih reset.

Create Grade Shell From the Block Model


1. Selanjutnya membuat grade shell pada ore body untuk mendapatkan potential
mining shape dari ore body yang nantinya dapat mengetahui berapa besar
tonase dan kadarnya di tiap-tiap variasi level. Kita akan membuat wireframe di
sekitar blok model berdasarkan COG nya. Ribbon geology → grade shell →
input geomodel klik titik 3 → open.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 36


2. Untuk shell layer kita perlu membuat layer baru. Layer control → klik kanan
add new layer → beri nama Geology

3. Selanjutnya kita perlu membuat layer baru sebagai hasil proses wireframe
dengan cara pada layer control klik kanan dan buat layer “Geology” kemudian
pada output shell layer, klik titik tiga dan ceklist pada layer geology, kemudian
tambahkan garis miring “grade shell”dan pada Field pilih Au →add new row
→value 3→ganti warna→ok.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 37


4. Klik kanan pada layer grade shell→isolate.

5. Pada hasil gradeshell kita nantinya bisa mendapatkan data tonnase dan volume
yang bisa kita lihat pada bagian properties, bedanya dengan yang sebelumnya
adalah hasil dari gradeshell ini bisa kita pick dan lihat properties nya,
sedangkan block model yang tadi tidak bisa.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 38


Determine the Dimensions of the Mining Area
1. Selanjutya kita akan melakukan pengukuran dimensi pada area penambangan.
Ribbon general → distance → klik dari dasar ore body ke atas mengikuti
kemiringannya. Dapat melihat data panjang nya yaitu 834 m, disana kita juga
dapat melihat kemiringan dan juga azimuth dari orebody

2. Lakukan sayatan untuk mengetahui ketebalan ore body.

3. Untuk menampilkan sayatan dalam bentuk 3 dimensi, view→shaded .

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 39


4. Kembali ke general→distance, kita lihat ketebalannya berapa.

5. Kemudian sayat tegak lurus dengan dip nya.

6. Lakukan pengukuran dari tiap-tiap tepiannya. Ukur juga ketebalannya

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 40


Creating Stopes Polygon
1. Membuat poligon dasar yang nantinya akan memotong grade shell sehingga
menjadi stope di tiap level penambangan. Sayat memakai slice by one point.
Pilih sekiranya di Tengah-tengah ore body. Centang change view mode to slice.

2. Buat sublayer pada layer geology dengan klik kanan pada layer geology, pilih
add new layer, namai dengan “Stope Blocks”, aktifkan layer tersebut dengan
melakukan double klik.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 41


3. Buat polyline dengan memilih ribbon polylines, pilih polilyne, atau ketik ns
(new string) untuk membuat polyline. Buat garis yang memotong orebody
secara tegaklurus dengan strike nya. Klik kanan untuk mengakhiri polyline.

4. Selanjutnya memperbanyak garisnya, klik pada polyline yang sudah dibuat,


kamudian klik kanan, pilih polyline, advanced offset. Buat jarak antar polyline
menjadi 30, direction kita pilih both untuk nantinya dilakukan offset kearah
kanan dan kiri, number of offset kita buat 25.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 42


5. Isolate stope blocks lalu view reset.

6. Buat polyline lagi yang berpotongan dengan tadi di kedua belah sisi.

7. Buat menjadi convert polyline menjadi polygon. Ribbon polyline→pilih


convert→to polygons selection. Entity selection → specified layers pilih stope
blocks → ok

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 43


8. Beri attribute agar masing-masing dapat terbentuk stope. ribbon general →set
from formula→set from direction. Ganti nama Stope Number, base value 1 agar
penomoran dimulai dari angka 1. Tentukan dari atas ke bawah lalu klik kanan.

9. Sudah ada attribute stope number. Untuk mengetahui apakah semua atribut
sudah memiliki stope number, caranya interactive filter. Layer stope
blocks→klik kanan→interactive filter. Attribute pilih stope number

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 44


10. Jika sudah tercatat semua, bisa kita close filter, untuk memunculkan
keseluruhan poligon, pada ribbon view, pilih remove all filter.

Creating Stopes Shapes


1. Selanjutnya akan memisahkan wireframe berdasarkan poligon sehingga
menghasilkan stope di tiap level. Proses ini akan memotong tiap wareframe
utama menjadi lebih kecil san membentuk bentuk solid yang tertutup sehingga
memotong wireframe menjadi bentuk stope. Isolate grade shell→ribbon
solids →separate→ok

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 45


2. Pada layer geology klik kanan tambahkan layer baru ganti nama stopes.

3. Selanjutnya klik ore body→ribon general→copy to active.

4. Isolate stopes→lakukan sayatan dari barat ke timur.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 46


5. Di tepi ada garis biru muda, klik. Apabila masih ada terdapat garis tidak
nyambung kita harus tutup polyline dengan cara ribbon solid→close and repair

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 47


6. Selanjutnya lakukan pengecekan terhadap elevasinya.

7. Potong grid shell berdasarkan ketinggian dan poligon yang sudah dibuat.
Ribbon solid →cut→benches and blocks. Add new row→centang use→blocks
grid→layer pilih stope blocks→close solids layer→ pilih stopes. Cut solids
layer pilih stopes tapi lakukan penambahan nama CUT agar terbentuk layer
stopes cut →attribute name ganti jadi LEVEL→height 30→minimum RL -600
mdpl→ok

8. Jika sudah, reset view dan isolate stopes cut. Terlihat sudah menjadi beberapa
potongan.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 48


Interrogating Individual Stope Shapes
1. Selanjutnya berikan attribute di tiap-tiap stope. Ribbon geology→batch→add
new row→model type pilih block geomodel→file pilih block model→density
field pilih density.

2. Pada fields to interrogate→select fields to interrogate from models→add new


row→model field pilih AU→Destination field ketik Au

3. Pada output and selection options→create new id field beri nama


STP_ID→centang add result to graphics→run interrogation

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 49


4. Di tiap perpotongannya sudah ada attribute baru STP_ID, tonase, volume, dan
kadar Au pada STP tersebut

Creating Dimensions Attributes


1. Selanjutnya menambahkan attribute baru dari ore body berupa perhitungan
seberapa tinggi dan seberapa lebar bentuk stope pada tiap solid yang sudah
dibentuk. Ribbon general→set from formula→add new row→attribute pilih
STP_ID→data type pilih string→formula fields cari level→ketik
&”_”&→fields cari StopeNumber→ok

2. Sudah terlihat STP_ID dan StopeNumber nya

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 50


3. Selanjutnya buat formula baru untuk menentukan seberapa tinggi stopenya.
Attributes from formula→add new row→attribute tulis S_Height→data type
pilih double. Formula cari Zmax-Zmin→ok.

4. Add new row→attribute tulis S_Width→data type double→formula fields cari


volume / 30. 30 adalah ketinggian stope / lagi dengan S_Height→formula valid
lalu ok

5. Sudah terdapat attribute baru S_Height dan S_Width

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 51


Identifying Viable Stopes
1. Selanjutnya menambahkan attribute baru dari ore body yang akan
mengkategorikan terhadap bentuk stope apakah bentuknya cukup baik, terlalu
pendek, atau terlalu sempit. Set from formula→add new row→beri nama
attributeSTATUS→formulaIF([S_Height]<29.”TooShort”,IF([S_Width]<25,
”TooNarrow,”Good”))→formula valid→Ok

2. STATUS sudah muncul.

3. Selanjutnya buat legenda berdasarkan status yang telah dibuat. Edit


Legend→add new legend→ beri nama STATUS→ctrl+A→delete row

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 52


4. Create →value bins→field pilih STATUS→visible entities→ok.

5. Terlihat warna untuk setiap kondisi, warna bisa diganti.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 53


6. Untuk mengaktifkan legenda→apply legend→STATUS.

REPORTING RESULT TO CSV


1. Selanjutnya membuat file agar bisa diimport data yang bisa digunakan lewat
excel.ribbon file→export→text→CSV/text.

2. Specified Layers→Stope cut.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 54


3. Add new save→beri nama report stopes CSV→delete selected rows.

4. Add all atributes→hapus untuk ID dan Model

5. Urutkan posisi density, volume, dan Au→ok

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 55


6. Buka file report tadi→copy semua datanya paste di excel

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 56


7. Paste options→Use Text Import Wizard. Kemudian pilih Delimited→Next
other masukkan tanda koma (,)→next finish

Reporting and Visual Styles


1. Lakukan customize tampilan agar sesuai dengan pelaporan. Isolate stopes
cut→edit filters→autogenerate→layer pilih stopecut→attribute→add new
rows→STATUS→select all add check box→ok

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 57


2. Pilih Filtering STATUS Good..

3. Buat legenda baru berdasarkan level. Edit legend→add new legend→beri


nama LEVEL→create→value bins→field LEVEL→visible entities.

4. Pada bagian tools centang opacity→apply to selection. Kemudian turunkan


opacity sampai 100 saja lalu ok.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 58


5. Apply legend pilih level.

6. Selanjutnya buat penamaan terhadap stope yang dibuat. Plane by one


point→klik di Tengah-tengah ore body

7. Ribbon drafting→annotate→point→beri nama stopes→add new


row→masukkan field dll seperti pada gambar..

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 59


8. Jika sedikit overlap→modify point annotation→ubah sesuai gambar berikut

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 60


3.7. Pembahasan
Pada praktikum acara III ini bahan galian yang digunakan adalah emas. Dengan
menggunakan aplikasi Deswik nantinya didapatkan hasil mengenai optimasi stope
tambang bawah tanah.

Terdapat data yang diperlukan pada praktikum kali ini, yakni sebaran kadar ore
body. Hal pertama yaitu melihat sebarannya dengan membuat kurva kadar dan
tonasenya. Kemudian menampilkan model geologi dari sebaran emas serta
melakukan notasi untuk menuliskan seberapa besar kadar masing-masing blok.
Setelah kadar masing-masing blok sudah ternotasikan, langkah selanjutnya kita
akan membuat grade shell terhadap ore body, untuk mendapatkan potensial mining
shape dari ore body yang nantinya kita dapat mengetahui berapa besar tonnase dan
kadarnya di tiap tiap variasi level, nantinya akan dibuat wireframe disekitar blok
model berdasarkan cut of grade nya. Selanjutnya adalah melakukan pengukuran
dimensi pada area tambang, hal ini sangat penting untuk mendesain dimensi stope
dalam perencanaan. Kemudian membuat polygon dasar yang nantinya akan
memotong grade shell sehingga menjadi stope di tiap level pertambangan.

Setelah itu lakukan pemisahan wireframe berdasarkan poligon yang sudah dibuat
sehingga nantinya akan menghasilkan bentuk stope di tiap tiap level. Proses ini
nantinya akan memotong wireframe utama menjadi bagian bagian yang lebih kecil
dan membentuk bentuk solid yang tertutup sehingga memotong wireframe menjadi
bentuk stope.

Kemudian beri attribute pada tiap-tiap stope dan menambahkan attribute baru pada
ore body berupa perhitungan seberapa tinggi dan seberapa lebar bentuk stope pada
tiap solid yang sudah dibentuk dan menambahkan attribute baru pada ore body yang
akan mengkategorikan terhadap bentuk stope apakah bentuknya cukup baik, terlalu
pendek, atau terlalu sempit. Tambahkan legenda berdasarkan status yang sudah
dibuat.

Bagian akhir setelah desain utama stope dibuat, dilakukan input data mengenai
lubang bukaan dengan geometrinya. Untuk cross cut, dirancang development

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 61


dengan proses peledakan dengan memasukan data peledakan yang sesuai, yakni
bahan ledak, panjang lubang ledak, penempatan lubang, dan kemiringan lubang
ledak. Dengan melakukan ini, dapat diketahui jumlah peledakan yang diperlukan
untuk mencapai bijih yang akan ditambang.

3.8. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum perencanaan tambang acara 3, didapat kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tambang bawah tanah adalah metode penambangan yang seluruh aktivitasnya
dilakukan di bawah permukaan bumi dan tidak berhubungan langsung dengan
udara luar.
2. Metode tambang bawah tanah digunakan untuk penambangan bawah tanah dan
tidak berhubungan langsung dengan udara luar. Terbagi menjadi beberapa
golongan, yaitu:
a. Metode tanpa penyangga
b. Metode penyangga alami
c. Metode dengan penyangga buatan
3. Proses optimasi dalam penambangan bawah tanah dapat diartikan dengan
memaksimalkan nilai keuntungan atau meminimumkan biaya yang berperan
dalam penambangan. Optimasi dalam penambangan bawah tanah dapat
dilakukan diantaranya dengan pemilihan metode, desain, dan tahapan
penambangan yang tepat
4. Tahapan tahapan dalam proses stope optimization adalah sebagai berikut:
1. Tentukan parameter input teknis
2. Tentukan parameter input finansial.
3. Proses running optimisasi.
4. Proses akan menghasilkan beberapa pilihan blok.
5. Menganalisis blok
6. Pilih blok yang optimal.
7. Blok optimal sebagai pertimbangan dalam menentukan proses
penambangan.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 62


3.9. Hasil Akhir
3.9.1. Stopes Optimization

Gambar 3.14.
Stopes

Gambar 3.15.
Stopes Cut Berdasarkan Status

Gambar 3.16.
Stopes Cut Berdasarkan Level

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 63


Gambar 3.17.
Report Data yang Diperoleh

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 64


DAFTAR PUSTAKA

Akande, J.M., & Moshood, O. (2013). Modelling of Okaba Underground Coal


Mine Ventilation System. International Journal of Engineering and
Technology, 3(7), 766-772.
Brady, B. H. G., & Brown, E. T. (1985). Rock Mechanics for Underground Mining.
London: Springer Dordrecht.
Dejan, P., Vitomir, M., Igor S., Sasa, S., & Miodrag, D. (2015). Possibility of
Application of Backfill Methods with Cementing Fill in Ore Body Borska
Reka. Underground Mining Engineering 27, 1-10.
Gao, L., Ma, F., & Jin, C. (2019). A Model Based Method for Estimating
theAttitude of Underground Articulated Vehicles. Sensors, 19, 1-20.
Gwan Kim, J., Mahrous, A.M., & Sik Yang, H. (2018). Robust Design of Pillar
Arrangement for Safe Room and Pillar Mining Method. Geotech Geol Eng
Hartman, L. Howard. 1992. SME Mining Engineering Handbook. Edition 2nd,
Society for Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc.
Kecojevic, V., MD Nor, Z., Komijenovic, D., Groves, W., & Grayson, R. L. (2008).
Risk Assessment for Continuous Miner-Related fatal Incidents in US
Underground Mining. The International Journal of Mineral Resources
Engineering, 13(2), 49-60.
Lapcevic, V., & Torbica, S. (2017). Numerical Investigation of Caved Rock Mass
Friction and Fragmentation Chanage Influence on Gravity Flow Formation
in Sublevel Mining. Minerals, 7(56), 1-18.
Okubo, S., & Yamatomi, J. (2009). Civil Engineering. Oxford: Eolss Publisher Co
Ltd.
Pasaribu, Immanuel. 2021. Analisis Kekuatan Penyangga Pada Tambang Bawah
Tanah Dengan Menggunakan Q-System di PT Menara Cipta Mulia,
Belitung. Universitas Bangka Belitung.

Krisna Dwi Putra / 112210078 / Acara III 65


LAMPIRAN
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Krisna Dwi Putra


NIM : 112210078
Acara : III / DESWIK – Optimasi Stope Tambang Bawah
Tanah
Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 22 Februari 2024
Shift / Jam : III / 13.00 – 15.00 WIB
Nama Asisten : Novandi Irfan Pamungkas
Tanda Tangan
No. Hari/Tanggal Keterangan
Asisten
1. Minggu/ 25 Februari Konsultasi
2024

2. Selasa / 27 Februari ACC Resmi


2024

Anda mungkin juga menyukai