TEKNIK PENDINGIN
Oleh :
Madi Margoyungan
(030401010)
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2008
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas sarjana ini
dengan baik.
Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat kelulusan mahasiswa sebagai
Sarjana S-1 Jurusan Teknik Mesin FT-USU.Teknik Mesin Universitas Sumatera
Utara. Adapun judul dari tugas sarjana ini adalah PERENCANAAN UNIT MESIN
PENDINGIN UNTUK PENGKONDISIAN UDARA DI SEBUAH BANGUNAN
KANTOR ADPEL DI BELAWAN. Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin
masih jauh dari sempurna, maka penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak Ir. H. M. Yahya Nasution selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr.Ir.Farel H. Napitupulu,DEA dan Bapak Bapak Ir. Zamanhuri, MT
selaku dosen pembanding I dan II yang telah bersedia meluangkan waktu dan
membimbing selama proses perbaikan hasil seminar.
3. Bapak Dr-Ing Ir.Ikhwansyah Isranuri , selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Tulus Burhanuddin ST, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh anggota keluarga terutama kedua orang tua saya yang telah banyak
memberikan dorongan semangat dan mendampingi dalam penyelesaikan skripsi
ini.
6. Bapak Joner dari PT. Seltech Utama yang telah memberikan bantuan atas Tugas
Sarjana ini.
7. Seluruh staf dan karyawan PT. Seltech Utama yang telah banyak membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman mahasiswa antara lain Frans, Johnson, Yapto, Soekimin dan teman-
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
teman lain yang tidak dapat disebutkan di sini satu-persatu yang telah banyak
memberikan bantuan, support dan inspirasi khususnya angkatan 2003 baik selama
masa kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik mereka atas bantuan yang
telah diberikan dan akan selalu diberkahi oleh-Nya.
Madi Margoyungan
030401010
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR SIMBOL (NOMENKLATUR)
Ac,b Luas permukaan dinding dari tube yang ditutupi oleh sirip ft2(m2)
Af Luas penampang atas dan bawah permukaan sirip ft2(m2)
Ai Luas permukaan dalam tube alat penukar kalor ft2(m2)
Ao Luas permukaan luar tube alat penukar kalor ft2(m2)
At Luas pemaparan panas dinding luar tube kondensor bersirip m2
BF Faktor balast untuk lampu incandescent ---
BF Faktor bypass untuk udara melalui coil Fan Coil Unit ---
3
Cfm)inf Laju aliran udara infiltrasi yang memasuki gedung ft /min
CLF Faktor beban pendingin untuk kaca ---
Cl Clearance untuk silinder kompressor in.(mm)
COP Koefisien performansi dari suatu siklus kompressi uap ---
cp,l Kalor jenis refrigeran pada fasa cair jenuh kJ/kg K
cp,s Kalor jenis refrigeran pada pipa hisap kJ/kg K
cp,v Kalor jenis refrigeran pada fasa uap jenuh kJ/kg K
cp,w Kalor jenis air kJ/kg K
D Diameter luar dari tube tembaga pada evaporator dan kondensor in.(mm)
Db Diameter baffle in.(mm)
Ds Diameter shell evaporator in.(mm)
d Diameter dalam dari tube tembaga pada evaporator dan kondensor in.(mm)
Fc Faktor koreksi perpindahan panas evaporator dan kondensor ---
f Koefisien gesekan air karena kekasaran dinding pipa ---
G Faktor koreksi untuk jumlah dinding luar gedung ---
GSHF Faktor beban pendingin sensibel untuk mesin pendingin ---
GTH Beban pendingin untuk mesin pendingin (Grand Total Heat) Btu/h
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
H Tinggi gedung ft
Hp Head pompa m(ft)
h1 Entalpi refrigeran masuk ke evaporator siklus kompressi uap kJ/kg
h2 Entalpi refrigeran keluar evaporator siklus kompressi uap kJ/kg
h3 Entalpi refrigeran masuk ke kondensor siklus kompressi uap kJ/kg
h4 Entalpi refrigeran keluar ke kondensor siklus kompressi uap kJ/kg
h3 Entalpi udara memasuki coil pendingin pada Fan Coil Unit Btu/lb
h4 Entalpi udara keluar dari coil pendingin pada Fan Coil Unit Btu/lb
hf Kerugian head mayor m
hi,dspht Koefisien konveksi panas aliran internal proses desuperheating W/mK
hi,eva Koefisien konveksi panas aliran internal karena proses evaporasi W/mK
hi,kond Koefisien konveksi panas aliran internal karena proses kondensasi W/mK
hi Koefisien konveksi panas aliran internal kondensor dan evaporator W/mK
Koefisien konveksi panas aliran eksternal evaporator dan
ho W/mK
kondensor
K Faktor koreksi untuk warna dinding ---
k Konduktivitas panas dari material W/m2 K
kf Konduktivitas panas refrigeran pada fasa cair jenuh W/m2 K
ks Konduktivitas panas refrigeran pada pipa hisap W/m2 K
kv Konduktivitas panas refrigeran pada fasa uap jenuh W/m2 K
L Panjang tube untuk evaporator dan kondensor ft (m)
L Panjang gedung ft (m)
Lt Panjang total tube kondensor dan evaporator ft (m)
o
LMTD Rata-rata beda suhu logaritmik C
l Panjang pipa air ft (m)
lb Jarak antar baffle in
r
m Laju aliran massa refrigeran kg/s
r
m Laju aliran massa refrigeran pada tiap tube kondensor kg/s
N Banyaknya sirip di sepanjang tube kondensor ---
Nt Jumlah total tube pada evaporator ---
NuD Bilangan Nusselt ---
n Koefisien isentropis dari refrigeran pada proses adiabatik ---
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
P Daya pompa kW(hp)
Psiklus Daya yang dibutuhkan kompressor per satuan laju aliran massa kW
Pr Bilangan Prandtl dengan fluida dievaluasi pada suhu film ---
Prw Bilangan Prandtl fluida dievaluasi pada suhu permukaan tube ---
Q Kapasitas air m3/s
Qlantai Beban pendingin dari lantai Btu/h
Qkaca Beban pendingin dari kaca Btu/h
Qlaten Beban pendinginan laten Btu/h
Qpenerangan Beban pendingin dari penerangan Btu/h
Qsensible Beban pendinginan sensibel Btu/h
Qrej Kalor yang dibuang oleh kondensor ke lingkungan kJ/kg
Qatap Beban pendingin dari atap Btu/hr
Qdinding Beban pendingin dari dinding Btu/hr
Q coolingload Beban pendingin total Btu/hr
R Tahanan panas dari material ft2oF/Btu
RE Efek pendinginan yang dihasilkan karena penguapan refrigeran kJ/kg
Re Bilangan Reynold ---
Rf Tahanan termal maksimum dari konfigurasi sirip m2 K/W
Rf,i Faktor pengotoran dari refrigeran di dalam tube m2 K/W
Rt,c Tahanan akibat adanya kontak persinggungan m2 K/W
RH Kelembaban relatif %
RSHF Faktor beban pendingin sensibel untuk ruangan ---
ro Jari-jari luar tube evaporator dan kondensor in.(mm)
ri Jari-jari dalam tube evaporator dan kondensor in.(mm)
SC Koefisien faktor koreksi yang bergantung pada jenis kaca ---
SHF Faktor beban pendingin sensibel ---
SHGF Faktor koreksi akibat radiasi sinar matahari pada kaca ---
Sn Jarak vertikal tube di dalam evaporator dan kondensor in.(mm)
Sp Jarak horizontal tube di dalam evaporator dan kondensor in.(mm)
s Ukuran panjang sirip in.(mm)
o
TETD Total perbedaan temperatur ekivalen dinding F(oC)
o
TETD Total perbedaan temperatur ekivalen atap F(oC)
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
o
TD Beda suhu ruangan yang dikondisikan dengan suhu tanah F(oC)
o
Tf Suhu film F(oC)
o
Tground Suhu rata-rata permukaan tanah F(oC)
o
Tr,i Suhu refrigeran memasuki evaporator dan kondensor F(oC)
o
Tr,o Suhu refrigeran keluar evaporator dan kondensor F(oC)
o
Tcoil Suhu rata-rata permukaan tube evaporator dan kondensor F(oC)
o
Tsat Suhu saturasi refrigeran pada tekanan evaporasi dan kondensasi F(oC)
o
Tw,i Suhu air memasuki evaporator F(oC)
o
Tw,o Suhu air keluar evaporator F(oC)
o
tadp Suhu pengembunan pada coil di Fan Coil Unit F(oC)
o
T,o Suhu udara (DB) di luar ruangan F(oC)
o
T,r Suhu udara (DB) di dalam ruangan yang dikondisikan F(oC)
U Koefisien pindahan panas global untuk material Btu/ft2 oF
Uo Koefisien pindahan panas global untuk evaporator dan kondensor W/m2 K
W Daya total lampu untuk penerangan dalam gedung W
w Lebar sirip pada kondensor in.(mm)
wi Kelembaban udara di dalam ruangan yang dikondisikan gr/lb
wo Kelembaban udara di luar ruangan gr/lb
Dn Diameter nominal pipa air (steel pipe) in.
Dn Diameter nominal pipa refrigeran (copper tube) in.
Nilai kekasaran pipa m(ft)
o Nilai keefektifan total sirip ---
f Nilai keefektifan sirip yang bergantung kepada konfigurasi sirip ---
Viskositas dinamik untuk udara atau air Pas
l Viskositas dinamik R-134a pada fasa cair jenuh Pas
s Viskositas dinamik R-134a pada pipa hisap Pas
Viskositas kinematik untuk air dan udara m /s(ft2/s)
2
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
u Massa jenis udara pada tekanan 1 bar kg/m3
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Total Equivalent Temperatur Different untuk dinding sebelum
dikoreksi
Tabel 3.2 Tabel nilai tahanan panas untuk berbagai material
Tabel 3.3 Tabel Total Equivalent Temperatur Different untuk dinding setelah
dikoreksi
Tabel 3.4 Tabel luas dinding luar lantai 1,2, dan 3 dari gedung.
Tabel 3.5 Tabel Cooling Load dinding pada Lantai 1,2, dan 3.
Tabel 3.6 Tabel Total Equivalent Temperature Differentials untuk atap konstruksi
berat dengan bahan beton 6 inci dan isolasi 2 inci, sebelum dikoreksi
Tabel 3.7 Tabel Total Equivalent Temperature Differentials untuk atap konstruksi
berat dengan bahan beton 6 inci dan isolasi 2 inci, setelah dikoreksi
Tabel 3.8 Perhitungan Cooling Load Atap
Tabel 3.9. Nilai SHGF untuk 4oLU
Tabel 3.10 Tabel SC untuk kaca
Tabel 3.11 Nilai CLF untuk kaca
Tabel 3.12 Tabel perhitungan Luas kaca berdasarkan arah pada Lantai 1,2, dan 3
Tabel 3.13. Tabel Cooling Load kaca untuk Lantai 1,2, dan 3
Tabel 3.14 Tabel Estimasi beban listrik bangunan
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Tabel 3.15 Tabel Cooling Load penerangan dan alat elektronik untuk Lantai
1,2,dan 3
Tabel 3.16 Tabel panas yang dihasilkan manusia
Tabel 3.17 Tabel Cooling Load manusia untuk Lantai 1,2,dan 3
Tabel 3.18 Tabel Cooling Load infiltrasi untuk Lantai 1,2,dan 3
Tabel 3.19 Tabel kebutuhan udara untuk ventilasi
Tabel 3.20 Tabel Cooling Load ventilasi untuk Lantai 1,2,dan 3
Tabel 3.21 Tabel Cooling Load Total Lantai 1 s/d. Lantai 3
Tabel 4.1 Tabel Perbandingan titik beku, titik didih, dan tekanan evaporator dan
kondensor berbagai refrigeran
Tabel 4.2 Tabel Nilai P, h, dan T untuk R134 A
Tabel 5.1 Bagian-bagian Alat Penukar Kalor Shell and Tube berdasarkan standar
TEMA
Tabel 5.2 Tebal pelat Baffle
Tabel 5.3 Tabel clearance antara shell dengan baffle (TEMA Standard)
Tabel 5.4 Tabel ukuran diameter baffle (TEMA Standard)
Tabel 5.5 Standar jumlah ukuran tie-rods alat penukar kalor
Tabel 5.6 Tabel tebal shell
Tabel 7.1 Tabel kekasaran Pipa Berbagai Material
Tabel 7.2 Tabel sifat fisik air
Tabel 7.3 Harga C untuk berbagai jenis pipa
Tabel 7.4 Tabel perhitungan head pompa
Tabel 7.5 Tabel kecepatan maksimum udara dalam duct system kecepatan rendah
Tabel 7.6 Tabel perhitungan Ukuran ducting pada lantai 1
Tabel 7.7 Tabel perhitungan Ukuran ducting pada lantai 2
Tabel 7.8 Tabel perhitungan Ukuran ducting pada lantai 3
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR LAMPIRAN
L.1. Tabel Temperatur Kota Medan pada bulan Januari s.d Maret 2007
L.2. Tabel RH kota Medan pada bulan Januari s.d Maret 2007
L.3. Tabel Saturasi R-134 A
L.4. Tabel Equivalent Temperature Difference untuk atap beserta koreksinya
L.5. Tabel Total Equivalent Temperature Difference untuk dinding
L.6. Tabel Total Equivalent Temperature Differentials untuk atap
L.7. Tabel Cooling Load Factor untuk kaca tanpa Interior Shading
L.8. Tabel C dan m untuk korelasi Zhukaukas
L.9. Faktor koreksi untuk korelasi Zhukaukas
L.10. Tabel sifat air pada saturasi
L.11. Tabel data tube copper
L.12. Tabel sifat udara pada tekanan 1 atm
L.13. Tabel faktor pengotoran
L.14. Tabel tahanan kontak
L.15. Grafik nilai f
L.16. Tabel data pipa baja
L.17. Tabel panjang ekivalen aksesoris pipa
L.18. Katalog Liang Chi Industry Co., LTD
L.19. Jalur ducting Lantai 1
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
L.20. Jalur ducting Lantai 2
L.21. Jalur ducting Lantai 3
L.22. Jalur pemipaan air di lantai 1,2,3
L.23. Katalog Package Unit Model 50BJ054
L.24. Katalog Kelly and Lewis Pump
L.25. Denah bangunan kantor ADPEL
L.26. Tabel sifat termodinamika air jenuh
L.27. Gambar teknik Cooling Tower
L.28. Tabel sifat fisik berbagai material
L.29. Tabel uap air pada tekanan atmosfer 14,696 psia ( 29,92 in Hg)
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mesin pendingin adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas
dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang paling
banyak digunakan adalah sistem kompresi uap. Secara garis besar komponen sistem
pendingin siklus kompresi uap terdiri dari:
(a)
(b)
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
3-4. Pelepasan kalor reversibel pada tekanan konstan di kondensor, menyebabkan
penurunan panas-lanjut (desuperheating) dan pengembunan refrijeran.
4-1. Ekspansi tidak reversibel pada entalpi konstan di katup ekspansi, dari cairan
jenuh menuju tekanan evaporator.
Besaran-besaran yang penting untuk diketahui dari suatu siklus kompresi uap antara
lain:
- Kerja kompresi yaitu perubahan entalpi pada proses 2-3 yaitu dari h2 h3
- Dampak Refrijerasi (Refrigerating Effect) atau RE yaitu kalor yang dipindahkan
pada proses 1-2 atau h2 h1 yang dapat dirumuskan:
RE = h2 h1......(2.1)
(literatur : Jordan, Richard C., Refrigeration and Air Conditioning ,hal 69)
- Koefisien prestasi (COP) dari siklus kompressi uap ideal adalah dampak
refrijerasi dibagi dengan kerja kompressi :
h2 h1
COP = ......(2.2)
h3 h2
(literatur : Jordan, Richard C., Refrigeration and Air Conditioning ,hal 71)
- Laju alir massa refrijeran ( m r ) dapat dihitung dengan membagi kapasitas
refrijerasi dengan dampak refrijerasi :
Q Q
mr = = ( kg/s).....(2.3)
RE h2 h1
(literatur : Stocker, Wilbert F., and William C. Jerold., Air Conditioning and Refrigeration ,hal 189)
- Daya Per Kilowatt Refrijerasi ( P ) yaitu daya untuk setiap kilowatt refrijerasi
merupakan kebalikan dari koefisien prestasi dan dapat dihitung sebagai berikut :
m (h3 h2 )
P= (kW/kW).....(2.4)
Q
(literatur : Stocker, Wilbert F., and William C. Jerold., Air Conditioning and Refrigeration ,hal 189)
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
3. Air-Water Systems
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Sedangkan kerugian dari sistem ini adalah:
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 2.5. Split System
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 2.6. Package System
Air memiliki kalor jenis yang lebih tinggi dan massa jenis yang lebih besar
dibandingkan dengan udara. Yang berarti kebutuhan akan air lebih sedikit untuk
disirkulasikan untuk perpindahan panas yang sama besarnya. Hasil akhirnya adalah
luas daerah pengerjaan dibagian pemipaan akan lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemasangan ducting.
All Water Systems sangat berguna sekali ketika tempat yang tersedia benar-
benar terbatas. Contoh yang terpenting adalah instalasi sistem pendingin udara di
gedung-gedung besar yang telah dibangun lama yang pada dasarnya tidak didesain
untuk dikondisikan.
Kejelekan dari pengerjaan ducting dan peralatan pengendali udara sentral, dan
dalam rangka menghemat tempat yang berharga pada bangunan, maka hasil akhir
menunjukkan bahwa All Water Systems pada dasarnya sering lebih murah
dibandingkan All Air Systems untuk pekerjaan skala besar, terutama di gedung-
gedung yang menjulang tinggi.
Disamping itu ada pula kerugian-kerugian dari All Water Systems adalah:
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
a. Banyaknya fan coil unit yang berarti membutuhkan banyak biaya perawatan dan
biaya-biaya lainnya.
b. Pengontrolan dari jumlah udara ventilasi tidak dapat diperhitungkan dengan tepat
apabila pada fan coil unit tersebut menggunakan kipas kecil.
c. Pengontrolan dari kelembaban sangat terbatas.
All Water Systems sangat populer dengan sistem sentral dengan biaya rendah
untuk multi ruangan terutama pada gedung-gedung yang menjulang tinggi.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
2.2.3. Air-Water Systems
Sistem ini adalah kombinasi dari All Air System dan All Water System dimana
sistem ini menggunakan media udara primer yang didinginkan dan media air
pendingin yang didistribusikan dari sistem sentral ke unit terminal di tiap ruangan
individu.
Air-Water Systems menggunakan yang terbaik dari All Air Systems dan All
Water Systems. Kebanyakan energi diserap oleh air. Dan biasanya jumlah udara yang
terdistribusi hanya cukup untuk ventilasi. Oleh karena itu, besarnya ruangan ceiling
yang dibutuhkan juga kecil. Sebagai tambahan, udara biasanya dimasukkan dengan
kecepatan tinggi.
Fan coil unit dapat digunakan sebagai terminal unit dalam ruangan, diatur
untuk menerima distribusi udara dari sentral, atau udara dapat disuplai secara
langsung ke dalam ruangan. Biasanya terminal unit yang digunakan dalam All Water
Systems adalah Unit Induksi. Udara sentral yang sampai ke tiap unit disebut udara
primer. Udara dengan kecepatan tinggi melalui unit tersebut, maka menginduksi udara
di dalam ruangan (udara sekunder) melalui coil air. Oleh sebab itu tidak dibutuhkan
kipas atau fan atau motor untuk tipe unit seperti ini, yang tentunya mengurangi biaya
perawatan yang besar.
Jumlah udara primer dalam sistem induksi mungkin sekitar 25 persen atau
kurang dari total penggunaan udara pada sistem All Air Systems yang konvensional.
Karena sebab itu sering tidak cukup udara luar mendinginkan, bahkan sekalipun pada
musim dingin. Maka pada saat demikian air dingin perlu dialirkan ke dalam unit coil
di dalam ruangan.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 2.8. Air-Water Systems
a. Temperatur Udara
Temperatur udara yang terlalu tinggi akan mengurangi konveksi panas tubuh ke
udara sekitar, sehingga suhu tubuh tidak dapat terbuang ke udara dan tubuh akan
terasa tidak nyaman. Temperatur udara yang terlalu rendah juga akan
mengakibatkan kehilangan panas tubuh yang sangat besar, yang juga
menyebabkan tidak nyaman.
b. Kelembaban Udara
Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan evaporasi pendingin menjadi
terhalang dari perspirasi.
c. Kecepatan Udara
Kecepatan udara yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan konveksi yang
bertambah dan evaporasi, dimana udara ruangan akan memperbesar kehilangan
panas yang terjadi. Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan tubuh kehilangan
panas tubuh yang berlebihan.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
USU Repository 2009
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
R. Arsip
RSG
R.Istirahat
R.Persiapan Pantry Ka.Adpel Toilet
Kabid. KPLP
Pria
Ruang
Tidur
Penjaga Pantry Toilet
Kabid
Umum
Janitor
BAK TANAMAN
DENAH LANTAI 1
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
USU Repository 2009
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
R. Fotocopy Ruang Arsip
Ruang R. Peralatan
Kontrol
Smoking Area VOID
Bag. Bag.
KORIDOR
Bid. Administrasi
Kantin
VOID
Ruang
Perawatan
dan
Obat-Obatan Toilet Kabid.
Pria Adminitrasi
Toilet Umum
Toilet
Wanita
DENAH LANTAI 2
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kepelabuhan
Bid.Lala &
Ruang Arsip
Kasi Was.
Fasilitas
Kepelabuhan
Kab.Lala &
DENAH LANTAI 3
Kabid
Toilet
Kasi Penumpang
Angla & TKBM
Toilet
Angla
Pria
Toilet Wanita
Janitor
VOID
R.Sholat
Kelaiklautan
Denah Lantai 3
Toilet Kabid.
Kabid.
Kapal
bolak-balik (reciprocating
Bid. Kelaiklautan Kapal
evaporator yang
direncanakan tergantung
pada sistem
pengkondisian udara
yang dipilih apakah akan menggunakan sistem AC sentral atau terpisah.
Dalam perencanaan sistem pengkondisian udara, ada 2 alternatif yang dapat
dipertimbangkan yaitu All-Water Systems atau All-Air Systems. Adapun Air-Water
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
System tidak menjadi pertimbangan karena terdapat kesulitan dalam pemasangan dan
pengontrolan sistem tersebut.
Pada All-Water Systems terdapat dua metode dalam pengkondisian udara
dengan yaitu dengan menggunakan AHU atau Fan Coil Unit. Bila menggunakan
AHU, maka air dingin hanya dialirkan ke ruangan AHU untuk mengkondisikan udara
ruangan yang dialirkan ke AHU melalui ducting (saluran udara). Sedangkan bila
menggunakan Fan Coil Unit, air dingin dialirkan ke setiap Fan Coil Unit yang
ditempatkan di setiap kamar yang dikondisikan dan langsung digunakan untuk
mengkondisikan udara di setiap kamar tersebut. Sehingga dalam hal ini, tidak
diperlukan ducting. Dalam perencanaan unit pendingin untuk gedung perkantoran,
pemasangan fan coil unit akan membutuhkan biaya dan waktu perawatan sedangkan
gedung perkantoran digunakan setiap jam kerja sehingga akan mengganggu aktivitas
kerja yang menyebabkan keefektifan dan produktivitas kerja menurun. Selain fan coil
unit, berdasarkan gambar denah bangunan kantor ini, tidak disediakan ruangan khusus
untuk AHU.
Jadi, menggunakan All-Water System tidak menjadi pertimbangan yang bagus
dalam perencanaan ini. Sistem ini dinilai tidak cocok dari segi biaya, pemasangan,
performansi, maupun pengontrolan dan pengawasannya. Pada sistem ini, mesin
pendingin tidak dapat diletakkan terpisah dari ruangan yang dikondisikan dimana air
dingin sebagai media pendingin dalam sistem ini dihasilkan dari evaporator dan
dialirkan melalui jalur perpipaan untuk mengkondisikan udara di setiap ruangan
kantor. Di samping itu, tidak terhitung berapa biaya listrik yang dihabiskan dalam
mengkondisikan ruangan-ruangan yang relatif besar dalam gedung ADPEL ini tetapi
pemakaiannya relatif tidak sering dan ruang pemasangan yang relatif lebih besar jika
dibandingkan dengan All-Air System. Karena kesulitan-kesulitan itu, sistem pendingin
All-Water System tidak cocok digunakan dalam perencanaan ini.
Pada All-Air System, terdapat dua pilihan yang dapat menjadi pertimbangan
yaitu apakah akan menggunakan split system atau package unit. Split system tidak
cocok untuk bangunan kantor yang terdiri dari banyak tingkat dan ruangan. Hal ini
disebabkan akan terdapat bagian dari split system yaitu condensing unit (kompresor
dan kondensor) yang dipasang pada sisi bangunan sebelah luar. Hal ini tentu saja akan
merusak seni arsitektur dari bangunan.
Dengan demikian package unit adalah pemiilihan yang tepat dalam bangunan
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
kantor ADPEL ini. Package unit untuk aplikasi kantor ditempatkan pada setiap lantai
untuk memenuhi kebutuhan udara dingin pada tiap lantai. Hal yang menjadi
pertimbangan dalam pemilihan package unit karena adanya ruangan tertentu yang
digunakan jika terdapat acara (event) tertentu saja seperti yang telah disinggung.
Adapun evaporator yang akan digunakan adalah jenis fin-coil air cool evaporator.
BAB 3
ESTIMASI BEBAN PENDINGIN DAN
SIKLUS PENGKONDISIAN UDARA
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
3.1. Definisi Beban Pendingin dan Kondisi Perencanaan
Beban pendingin adalah total seluruh kalor yang harus dikeluarkan dari sebuah
ruangan agar temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan dapat dipertahankan
pada tingkat kenyamanan tertentu.
Komponen-komponen yang mengkonstribusikan kalor yang diserap oleh
ruangan dapat dituliskan sebagai berikut:
a. Transmisi kalor melalui struktur bangunan
b. Radiasi panas matahari
c. Infiltrasi atau kebocoran udara yang masuk ke dalam ruangan
d. Kalor yang masuk dikarenakan oleh kebutuhan ventilasi
e. Emisi kalor dari manusia yang berada didalam ruangan
f. Kalor dari lampu dan barang elektronik
g. Kalor yang bersumber dari dalam ruangan, seperti halnya komputer, pemanas
air dan sebagainya.
h. Kalor yang berasal dari material atau barang yang dibawa masuk ke dalam
ruangan yang dikondisikan, yang berasal dari temperatur yang lebih tinggi.
Adapun material dinding pada bangunan kantor ini dengan tahanan panasnya masing-
masing berdasarkan Tabel 3.1.1 adalah sbb :
- 4 in common brick dengan tahanan termal (R1) adalah 0,8 oF hr ft2 / Btu.
- 1 in cement plaster dengan tahanan termal (R2 =R3 ) adalah 0,2oF hr ft2 / Btu.
- Tahanan konveksi di luar ruangan untuk udara bergerak dengan kecepatan
7,5mph (Ro) adalah 0,25 oF hr ft2 / Btu.
- Tahanan konveksi di luar ruangan untuk udara bergerak menurut Jordan [L. 4]
dengan kecepatan angin berkisar antara 7,5 - 15 mph. Sedangkan dari hasil
pengukuran diperoleh kecepatan angin di Medan berkisar antara 10 - 12
km/jam dan dipilih kecepatan maksimumnya yaitu 12 km/jam atau sekitar 7,5
mph. Sehingga tahanan konveksi di luar ruangan (Ro) = 0,25 oF.hr.ft2/Btu
1 1
- Maka U = = =0,47
R1 + R2 + R3 + Ro + Ri 0,8 + 0,2 + 0,2 + 0,25 + 0,68
Btu/ft2hroF
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Gambar (3.1). Konstruksi dinding
Menurut Jordan , nilai TETD pada tabel 3.1 harus dikoreksi terlebih dahulu
dengan faktor pertimbangan koreksi sebagai berikut:
Berdasarkan perbedaan temperatur udara luar dengan temperatur udara ruangan
yang dikondisikan.
a. Jika perbedaan temperatur lebih besar dari 15 derajat, tambahkan
kelebihannya ke nilai TETD pada tabel 3.1.
b. Jika perbedaan temperatur lebih kecil dari 15 derajat, kurangkan
kekurangannya ke nilai TETD pada tabel 3.1.
Berdasarkan daily range temperatur udara luar.
a. Jika daily range lebih kecil dari 20 derajat, tambahkan 1 derajat setiap
penurunan 2 derajat daily range ke nilai TETD pada tabel 3.1.
b. Jika daily range lebih besar dari 20 derajat, kurangkan 1 derajat setiap naiknya
2 derajat daily range ke nilai TETD pada tabel 3.1.
Sehingga faktor koreksi dapat dihitung sbb:
- Daily range yang diperoleh dari hasil pengolahan data temperatur dan kelembaban
kota Medan secara statistik pada Lampiran [L.2] yaitu 8,12oF < 20 oF, maka
koreksi yang perlu ditambahkan adalah :
= (20oF 8,12oF) / 2 = 5,94oF 6 oF
- Perbedaan temperatur udara luar maksimum dengan temperatur udara ruangan
yang dikondisikan adalah:
To - Tr = 96,08oF 76oF = 20,08oF > 15oF
maka koreksi yang perlu ditambahkan adalah :
= 20,08oF 15oF = 5,08oF
Maka total koreksi yang perlu ditambahkan adalah = 5,94 + 5,08 = 11,02oF
Adapun nilai TETD yang telah dikoreksi dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut
ini.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Tabel 3.3 Nilai TETD setelah dikoreksi
ARAH Waktu
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00
N 8.04 9.04 9.02 12.02 15.02 16.02 17.02 19.02 21.02 22.02 23.02
E 12.04 19.04 25.02 26.02 27.02 26.02 25.02 24.02 23.02 24.02 25.02
S 8.04 9.04 9.02 16.02 23.02 25.02 27.02 28.02 29.02 28.02 27.02
W 10.04 11.04 11.02 14.02 17.02 18.02 19.02 24.02 29.02 34.02 39.02
SE 10.04 16.04 21.02 25.02 29.02 28.02 27.02 26.02 25.02 25.02 25.02
SW 10.04 10.04 9.02 12.02 15.02 14.02 13.02 26.02 33.02 35.02 37.02
NE 8.04 16.04 23.02 22.02 21.02 19.02 17.02 19.02 21.02 23.02 25.02
NW 8.04 9.04 9.02 12.02 15.02 16.02 17.02 20.02 23.02 28.02 33.02
Berdasarkan gambar 3.3, luas dinding arah utara lantai 1 dapat dihitung sbb:
Qdinding = U A TETD
= 0,47 x 2619,4194 x (8,04)
=9898,262
Dengan cara yang sama, arah dan luas dinding luar dari lantai 1 sampai 3
dapat dihitung dan ditampilkan pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Arah dan luas dinding luar dari lantai 1 sampai 3
Arah dan luas dinding
Dinding M2 ft2
Lantai 1
Luas sebelah TIMUR = 165.85 1785.2094
Luas sebelah BARAT = 159 1711.476
Luas sebelah UTARA = 243.35 2619.4194
Luas sebelah SELATAN = 283.2 3048.3648
TOTAL Adinding Lt.1 851.4 9164.4696
Lantai 2
Luas sebelah TIMUR = 0 0
Luas sebelah BARAT = 36 387.504
Luas sebelah UTARA = 93.6 1007.5104
Luas sebelah SELATAN = 58.55 630.2322
TOTAL Adinding Lt.2 188.15 2025.2466
Lantai 3
Luas sebelah TIMUR = 0 0
Luas sebelah BARAT = 36 387.504
Luas sebelah UTARA = 57.6 620.0064
Luas sebelah SELATAN = 60.75 653.913
TOTAL Adinding Lt.3 154.35 1661.4234
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Dengan cara yang sama, cooling load dari dinding untuk tiap arah di lantai 1
sampai lantai 3 mulai dari pukul 08.00-18.00 dapat dihitung dan ditampilkan pada
tabel 3.5 berikut. Adapun besar cooling load dari dinding untuk tiap lantai yang
diperhitungkan adalah cooling load maksimum yaitu yang ditandai dengan tulisan
cetak tebal.
Tabel 3.5 Cooling load dari dinding untuk semua lantai mulai pukul 08.00-18.00
Lantai Arah Waktu
dinding 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00
1 N 9898 11129 11104 14798 18491 19722 20953 23416 25878 27109 28340
S 11519 12951 12923 22952 32981 35846 38712 40145 41577 40145 38712
E 10102 15975 20992 21832 22671 21832 20992 20153 19314 20153 20992
W 8076 8880 8864 11277 13690 14495 15299 19321 23343 27365 31387
Total Lt.1 39595 48937 53885 70860 87834 91896 95958 103036 110114 114773 119433
2 N 3807 4280 4271 5691 7112 7585 8059 9006 9953 10427 10900
S 2381 2677 2671 4745 6818 7411 8003 8299 8595 8299 8003
E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
W 1828 2010 2007 2553 3099 3281 3464 4374 5285 6195 7106
Total Lt.2 8017 8969 8950 12990 17030 18279 19527 21681 23834 24922 26010
3 N 2342 2634 2628 3502 4376 4668 4959 5542 6125 6416 6708
S 2471 2778 2772 4923 7074 7689 8304 8611 8918 8611 8304
E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
W 1828 2010 2007 2553 3099 3281 3464 4374 5285 6195 7106
Total Lt.3 6642 7423 7407 10979 14551 15639 16728 18528 20329 21224 22118
TOTAL 54255 65329 70243 94830 119417 125815 132213 143246 154279 160921 167563
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk Cooling Load Dinding yang terbesar
(Maksimum) adalah pada waktu Pukul 18:00 dengan Total Cooling Load Dinding
sebesar 167563 Btu/Hour.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
3/8
Gambar (3.2). Konstruksi Atap
Adapun jenis material atap untuk bangunan kantor ini berdasarkan gambar 3.2
yaitu untuk ruangan yang dikondisikan beserta tahanan panasnya masing-masing
berdasarkan Lampiran [L.4] adalah sbb:
- Concrete 6 inci dengan R1 = 0,91oF.hr.ft2/Btu
- Air space 40 inci dengan C = 1,1oF.hr.ft2/Btu
- Gypsum inci dengan R2 = 0,32oF.hr.ft2/Btu
- Tahanan konveksi di luar ruangan untuk udara bergerak berdasarkan Lampiran
[L.4] dengan kecepatan angin berkisar antara 7,5 - 15 mph. Sedangkan dari
hasil pengukuran diperoleh kecepatan angin di Medan berkisar antara 10 - 12
km/jam dan dipilih kecepatan maksimumnya yaitu 12 km/jam atau sekitar 7,5
mph. Sehingga tahanan konveksi di luar ruangan (Ro) = 0,25 oF.hr.ft2/Btu
- Tahanan konveksi di dalam ruangan untuk udara diam (Ri) adalah 0,92
o
F.hr.ft2/Btu
1 1
Maka U = = = 0,285
Ro + C + R1 + R2 + Ri 0,25 + 1,1 + 0,91 + 0,32 + 0,92
Btu/ft2hroF
Perbedaan temperatur ekivalen total untuk atap dapat dilihat pada tabel 3.5
berikut berdasarkan tabel 10.6 Jordan pada Lampiran [L.5]
Tabel 3.6. Total Equivalent Temperature Differentials untuk atap konstruksi berat
dengan bahan beton 6 inci ,terbuka ke matahari
Deskripsi Waktu
Konstruksi
atap 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
6
concrete 6 6 6 13 20 27 34 38 42 43 44
Sumber : Jordan, Richard C., Refrigeration and Air Conditioning ,hal 222
Adapun faktor koreksinya adalah sama dengan faktor koreksi seperti pada
tabel 3.7 sehingga memberikan hasil yang sama yaitu 11,02oF. Dengan penambahan
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
faktor koreksi tersebut, perbedaan temperatur ekivalen totalnya dapat ditampilkan
sbb:
Tabel 3.7 Total Equivalent Temperature Differentials setelah dikoreksi
Waktu
6 concrete 17.02 17.02 17.02 24.02 31.02 38.02 45.02 49.02 53.02 54.02 55.02
Berdasarkan gambar 2.12, luas proyeksi horizontal atap dapat dihitung dan
diperoleh sbb:
Aatap = 1221,42 m2= 13147,36488 ft2
Maka Cooling Load Atap pada pukul 08:00 dapat dihitung dengan cara sbb:
Qatap = U A TETD
= 0,285 x 13147,36488 x (17,02)
= 63773 Btu/Hour
Dengan cara yang sama, Cooling Load untuk atap dari Pukul 08:00 sampai Pukul
18:00 dapat ditabelkan pada Tabel 3.8 berikut :
TOTAL Aatap 63773 63773 63773 90002 116231 142460 168689 183677 198665 202412 206159
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cooling load Atap paling besar
(Maksimum) adalah pada pukul 18:00 sebesar 206159 Btu/Hour
2.4.2. Perhitungan Cooling Load dari Kaca
Energi radiasi matahari yang dipantulkan dan juga yang diserap oleh kaca
jendela ataupun kaca pintu akan masuk ke dalam ruangan dan menjadi beban mesin
pendingin. Besarnya panas yang diserap oleh kaca dapat dihitung dengan rumus :
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Dimana: SHGF = Solar Heat Gain Factor yaitu panas matahari maksimum
yang diserap pada waktu , orientasi , dan garis lintang
tertentu dalam satuan Btu/hr-ft2
A = luas permukaan kaca, ft2
SC = shade coefficient yaitu suatu koefisien untuk faktor koreksi
yang bergantung pada jenis kaca
CLF = cooling load factor yaitu faktor koreksi beban pendingin
dari kaca yang bergantung pada waktu.
SHGF untuk daerah Medan pada posisi 4oLU.. Dari Interpolasi nilai SHGF
untuk 0oLU dan 8oLU, diperoleh nilai SHGF untuk berbagai arah yang ditampilkan
pada tabel 3.9 berikut
Adapun shading coefficient (SC) untuk kaca jenis reflective glass, no interior
shading dari tabel 3.10 berikut bernilai 0,4.
Tabel
3.10. SC untuk
kaca
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Sumber : Pita, Edward G., Air Conditioning Systems, hal 104
Untuk harga cooling load factor (CLF), dapat diambil dari tabel 3.11 untuk
tipe konstruksi kaca medium berdasarkan Lampiran [L.7]
Tabel 3.11. CLF untuk kaca tanpa Interior Shade (termasuk Reflective Glass) untuk
tipe konstruksi kaca medium
Arah 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00
N 0.46 0.52 0.59 0.65 0.7 0.73 0.75 0.76 0.74 0.75 0.79
E 0.44 0.5 0.51 0.45 0.39 0.35 0.32 0.29 0.26 0.23 0.21
S 0.14 0.21 0.31 0.42 0.52 0.57 0.58 0.53 0.47 0.41 0.36
W 0.1 0.11 0.12 0.13 0.14 0.19 0.29 0.4 0.5 0.56 0.55
SE 0.38 0.48 0.54 0.55 0.51 0.45 0.4 0.36 0.33 0.29 0.25
SW 0.12 0.13 0.15 0.17 0.23 0.33 0.44 0.53 0.58 0.59 0.53
NE 0.44 0.45 0.4 0.36 0.33 0.31 0.3 0.28 0.26 0.23 0.21
(Sumber : Pita, Edward G., Air Conditioning Systems, hal 105)
Luas dan Arah Bangunan Kantor ini dapat dihitung dan ditabelkan pada Tabel
3.12 sbb:
Lantai 2
Luas Sebelah TIMUR = 117.6 1265.8464
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Luas Sebelah BARAT = 105.6 1136.6784
Luas Sebelah UTARA = 168 1808.352
Luas Sebelah SELATAN = 203.05 2185.6302
TOTAL Akaca Lt.2 594.25 6396.507
Lantai 3
Luas Sebelah TIMUR = 141.6 1524.1824
Luas Sebelah BARAT = 129.6 1395.0144
Luas Sebelah UTARA = 204 2195.856
Luas Sebelah SELATAN = 201.65 2170.5606
TOTAL Akaca Lt.3 676.85 7285.6134
Dengan menggunakan rumus (3.3), cooling load dari kaca untuk tiap lantai
dari lantai 1 sampai lantai 3 mulai dari pukul 08.00-18.00 dapat dihitung dan
ditampilkan pada tabel berikut. Sama halnya seperti cooling load dari dinding dan
atap, besar cooling load dari kaca untuk tiap kamar yang diperhitungkan adalah
cooling load maksimum yang ditandai dengan tulisan cetak tebal
Tabel 3.13.Cooling load dari kaca untuk lantai 1 mulai pukul 08.00-18.00
Kaca 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00
1 N 5756 6507 7383 8134 8760 9135 9386 9511 9261 9386 9886
S 1042 1564 2309 3128 3873 4245 4320 3948 3501 3054 2681
E 14655 16654 16987 14988 12990 11657 10658 9659 8660 7660 6994
W 3962 4358 4754 5150 5546 7527 11489 15848 19810 22187 21791
Total Lt.1 25417 29084 31434 31402 31171 32567 35855 38966 41232 42288 41354
2 N 20296 22944 26033 28680 30886 32210 33092 33534 32651 33092 34857
S 4834 7251 10705 14503 17957 19683 20029 18302 16230 14158 12431
E 47676 54178 55261 48760 42259 37924 34674 31423 28172 24921 22754
W 9729 10702 11675 12648 13621 18486 28216 38919 48649 54487 53514
Total Lt.2 82538 95077 103676 104593 104724 108305 116012 122179 125704 126661 123559
3 N 24646 27861 31611 34826 37505 39112 40184 40719 39648 40184 42327
S 4801 7201 10631 14403 17833 19548 19891 18176 16118 14060 12346
E 57406 65235 66539 58711 50883 45664 41750 37836 33922 30008 27398
W 11941 13135 14329 15523 16717 22688 34629 47765 59706 66871 65677
Total Lt.3 98795 113433 123112 123465 122939 127013 136455 144497 149395 151124 147749
TOTAL 206751 237595 258223 259461 258835 267887 288323 305644 316332 320074 312663
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Berdasarkan gambar 2.10, luas lantai 1 dapat dihitung dengan hasil sebagai
berikut:
Alantai = 1540 m2 = 16576.56 ft2
Adapun cooling load dari lantai lantai 1 dapat dihitung sebagai berikut:
Qlantai = U Alantai TD
= 0,77 16576,56 7,4
= 94453,23 Btu/hr
3.2.5. Perhitungan Cooling Load dari Lampu / Penerangan dan Alat Elektronik
Besarnya beban pendingin yang dihasilkan oleh penerangan / lampu dapat
dihitung dengan rumus :
Qpenerangan = 3,4 W BF..(3.5)
(literatur : Pita, Edward G., Air Conditioning Systems, hal 108)
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
(Sumber : Tangoro, Dwi, Utilitas Bangunan, hal 76)
Dengan cara tabulasi sebagai berikut, cooling load dari lampu dan alat
elektronik untuk tiap ruangan mulai dari lantai 1 sampai lantai 3 dapat dilihat pada
tabel 3.15.
Tabel 3.15. Cooling load dari Penerangan/Lampu dan TV untuk tiap ruangan dari
lantai 1 sampai 3
Lantai Ruang Daya/Luas Alat Elektronik Luas Q lampu Q elektronik Q lampu &
2 2
(Watt/m ) TV Komputer Ruang(m ) (Btu/h) (Btu/h) Elektronik (Btu/h)
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Ruang Kontrol 30 - 3 11.4 1453.5 2550 4003.5
Ruang Peralatan 30 - - 11.4 1453.5 - 1453.5
Bag. Pembukuan 30 - 2 13 1657.5 1700 3357.5
Bag. Keuangan 30 - 2 13 1657.5 1700 3357.5
Ruang Istirahat 30 2 1 64.8 8262 1912.5 10174.5
Ruang Obat-obatan 30 - - 21.6 2754 - 2754
Kantin 30 2 - 9 1147.5 1062.5 2210
Koridor 30 - - 118.08 15055.2 - 15055.2
TOTAL LANTAI 2 610.08 77785.2 15087.5 92872.7
3 Bid.Lala & Kepelabuhan 30 1 5 337.86 43077.15 4781.25 47858.4
Kabid.Lala & Kepelabuhan 30 1 1 36 4590 1381.25 5971.25
Kasi Was.Fasilitas 30 - 2 25.2 3213 1700 4913
Kasi Lalin dan Angla 30 - 2 10.08 1285.2 1700 2985.2
Kasi penumpang Angla & TKBM 30 - 2 35.28 4498.2 1700 6198.2
Ruang Wudhu 30 - - 19.8 2524.5 - 2524.5
Koridor 30 - - 75.6 9639 - 9639
Kabid.Kelaiklautan Kapal 30 1 2 46.8 5967 2231.25 5967
Ruang AIS 30 - - 15.12 1927.8 - 1927.8
Bid.Kelaiklautan Kapal 30 1 5 321.9 41042.25 4781.25 45823.5
Kasi Keselamatan Kapal 30 - 2 15.3 1950.75 1700 3650.75
Kasi Kepelautan 30 - 2 15 1912.5 1700 3612.5
Kasi Pengukuran 30 - 2 15 1912.5 1700 3612.5
TOTAL LANTAI 3 968.94 123539.85 23375 144683.6
TOTAL COOLING LOAD PENERANGAN & ALAT ELEKTRONIK 378932.55 53146.25 429847.55
Dengan demikian, Beban Pendingin dari Penerangan dan Alat Elektronik adalah
sebesar 429847 Btu/Hour.
Dimana: Qsensibel dan Qlaten = total panas sensibel dan laten dari tubuh manusia
qsensibel dan qlaten = panas sensibel dan laten untuk tiap orang
n = banyaknya jumlah orang didalam ruang
Tabel 3.16. Panas yang dihasilkan dari manusia
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
(Sumber : Carrier Air Conditioning Co., System Design Manual 1, Load Estimating, hal 100)
- Dari tabel 3.16, untuk aktivitas pekerja kantor dan aktivitas berdiri, berjalan
lambat pada aplikasi hotel, besarnya panas sensibel dan panas laten untuk
temperatur ruangan 76oF masing-masing didapat 235 Btu/hr dan 215 Btu/hr
per orang.
Selanjutnya cooling load dari manusia untuk tiap ruangan mulai dari lantai 1
sampai lantai 3 berdasarkan denah bangunan dapat dilihat pada tabel 3.17.
Tabel 3.17. Cooling load dari manusia mulai lantai 1 sampai lantai 3
Lantai Ruang n Qs (Btu/h) Ql (Btu/h) Q manusia (Btu/h)
1 Lobby 13 2450 2050 5000
Ruang Serbaguna/Aula 0 0 0 0
Ruang Istirahat Ka.Adpel 0 0 0 0
Kabid.KPLP 2 490 410 900
Kasi Kesyahbandaraan 2 490 410 900
Kasi Penyelamatan 2 490 410 900
Kasi Keamanan 2 490 410 900
Ruang Senjata 2 490 410 900
Bid. KPLP 11 2450 2050 4950
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
TOTAL Qmanusia Lantai 1 7350 6150 14450
2 Bid.Administrasi 50 12250 10250 22500
Ruang Kab.Administrasi 7 1715 1435 3150
Ruang Kontrol 2 490 410 900
Ruang Peralatan 2 490 410 900
Bag. Pembukuan 2 490 410 900
Bag. Keuangan 2 490 410 900
Ruang Istirahat 2 490 410 900
Ruang Perpustakaan Mini 2 490 410 900
Kantin 4 980 820 1800
Koridor 2 490 410 900
TOTAL Qmanusia Lantai 2 18375 15375 33750
3 Bid.Lala & Kepelabuhan 50 12250 10250 22500
Kabid.Lala & Kepelabuhan 7 1715 1435 3150
Kasi Was.Fasilitas 5 1225 1025 2250
Kasi Lalin dan Angla 2 490 410 900
Kasi penumpang Angla & TKBM 7 1715 1435 3150
Ruang Wudhu 0 0 0 0
Koridor 2 490 410 900
Kabid.Kelaiklautan Kapal 2 490 410 900
Ruang AIS 3 735 615 1350
Bid.Kelaiklautan Kapal 48 11760 9840 21600
Kasi Keselamatan Kapal 2 490 410 900
Kasi Kepelautan 2 490 410 900
Kasi Pengukuran 2 490 410 900
TOTAL Qmanusia Lantai 3 32340 27060 59400
TOTAL COOLING LOAD MANUSIA 58065 48585 107600
H L W G VolumeRuangan
Cfm)inf = = ..(3.8)
60 60
(literatur : Jordan, Richard C., Refrigeration and Air Conditioning ,hal 234)
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Dimana : H = tinggi gedung (ft) L = panjang gedung (ft)
W= lebar gedung (ft) G = faktor dinding
G = 1 , jika ruangan memiliki satu dinding luar
G = 1,5 , jika ruangan memiliki dua dinding luar
G = 2 , jika ruangan memiliki tiga buah atau lebih dinding luar
Yang dimaksud dengan dinding luar adalah dinding yang berhubungan dengan
bagian ruangan gedung yang tak dikondisikan yaitu dinding yang memiliki jendela
ataupun pintu yang memungkinkan terjadinya infiltrasi. Jika celah-celah pintu dan
jendela diisolasi dengan strip, maka infiltrasi yang terjadi adalah setengah dari
besarnya infiltrasi yang diperoleh dari persamaan 3.8.
Infiltrasi pada bangunan kantor ini berdasarkan gambar 2.10-2.12, dan ditinjau
pada lantai 1,2 dan 3 yaitu pada lobby dan Ruang Serbaguna serta Ruang yang yang
memiliki pintu yang berhubungan langsung dengan udara luar dan alirannnya ke
tingkat selanjutnya. Tidak adanya infiltrasi melalui jendela karena tidak terdapat
jendela pada Gedung ini. Besarnya infiltrasi tersebut diatur dengan putaran exhaust
fan dan disesuaikan dengan kebutuhan udara ventilasi untuk ruangan-ruangan
tersebut. Sehingga besar infiltrasi ini identik dengan kebutuhan udara ventilasi dan
oleh sebab itu menjadi bagian dari perhitungan cooling load dari ventilasi
Dengan tinggi lobby 4 m (13,123 ft) dan luas lantai lobby 6411.0384 ft2 berdasarkan
tabel 3.19, dimana dinding ruangan lobby ini memiliki 1 buah dinding luar, maka
Cfm)inf lobby dapat dihitung sbb:
16,404 x6411,0384 x1
Cfm)inf = x50%
60
Cfm)inf = 2629.166848cfm 2629 cfm
Udara infiltrasi yang masuk ke dalam ruangan ini memiliki nilai kalor sensibel
dan kalor laten. Besarnya kalor sensibel dan kalor laten inilah yang akan menjadi
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
beban pendingin yang selanjutnya akan dibuang oleh mesin pendingin ke lingkungan.
Besarnya kalor sensibel dan laten udara luar infiltrasi dihitung dengan persamaan:
Qsensibel = 1,08 Cfm)inf (T,o T,r).(3.9)
(literatur : Jordan, Richard C., Refrigeration and Air Conditioning ,hal 233)
Dimana: T,o T,r = perbedaan temperatur udara luar dengan temperatur ruang yaitu
96,08oF dan 75oF.
Dengan cara Tabulasi pada Tabel 3.18 berikut ini dapat dihitung nilai Beban
Pendingin yang berasal dari Infiltrasi sebagai berikut:
Ruang Istirahat Ka.Adpel 16.404 50.4 542.5056 148.32103 3636.238397 13615.8706 17252.1
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
3.2.8. Perhitungan Cooling load dari Ventilasi
Untuk tetap menjaga agar ruangan tetap segar, maka udara luar juga harus
dimasukkan ke dalam ruangan yang dikondisikan untuk menghilangkan atau
mengurangi kadar konsentrasi dari asap rokok, bau badan, karbon dioksida, dan yang
lainnya. Dalam aplikasi kantor ini, Kebutuhan udara ventilasi ruangan kantor disuplai
dari koridor sebagai udara infiltrasi yang masuk lewat celah pintu. Udara ventilasi
tersebut menjadi cooling load koridor karena udara tersebut telah dikondisikan di
koridor sebelum disuplai ke tiap ruangan kantor.
Adapun besar ventilasi ini akan dibandingkan dengan besar infiltrasi, jika
ventilasi lebih besar dari infiltrasi, maka infiltrasi dapat diabaikan dan besar cooling
load dari ventilasi inilah yang akan diperhitungkan untuk cooling load total.
Dari tabel 3.19 berikut, diperoleh kebutuhan ventilasi untuk aplikasi Office
Room untuk recommended cfm berkisar antara 35 per orang dalam hal ini dipilih 15
cfm per orang.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
(Sumber : Pita, Edward G., Air Conditioning Systems, hal 118)
Dengan cara yang sama seperti menghitung cooling load dari infiltrasi,
cooling load dari ventilasi dapat dihitung sebagai berikut:
Qsensibel = 1,08 Cfm)inf (T,o T,r)
Qlaten = 0,68 Cfm)inf (wo` - wi`)
Qventilasi = Qsensibel + Qlaten
Perhitungan Cooling Load dari Ventilasi ini dapat ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 3.20 Cooling load dari ventilasi yang disuplai pada ruangan tertentu dari lantai 1
sampai lantai 3
Lantai Ruang n cfm Qs Ql Qventilasi
1 Lobby 10 350 8580.6 32130 40710.6
Ruang Serbaguna/Aula 0 0 0 0 0
TOTAL Lantai 1 10 350 8580.6 32130 40710.6
2 Koridor 2 70 1716.12 6426 8142.12
TOTAL Lantai 2 2 70 1716.12 6426 8142.12
3 Ruang Wudhu 0 0 0 0 0
Koridor 15 525 12870.9 48195 61065.9
TOTAL Lantai 3 15 525 12870.9 48195 61065.9
Terlihat bahwa kebutuhan udara ventilasi dan cooling load dari ventilasi lebih
kecil dari infiltrasi, sehingga cooling load dari infiltrasi yang akan diperhitungkan
pada cooling load total.
3.2.9 Total Cooling Load
Besarnya cooling load secara keseluruhan yang menjadi beban dari mesin
pendingin dapat dihitung dengan:
Qcooling load = Qatap+ Qdinding + Qkaca + Qinfiltrasi+ Qmanusia+ Qpenerangan dan elektronik +Qlantai
Adapun cooling load secara keseluruhan ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
- Beban laten, yaitu beban yang harus dibebankan kepada mesin pendingin untuk
menurunkan kelembaban dalam ruangan. Beban ini berasal dari manusia dan
infiltrasi atau ventilasi.
- Beban sensibel, yaitu beban yang harus dibebankan kepada mesin pendingin
untuk menurunkan suhu ruangan. Beban ini berasal dari struktur bangunan yang
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
mencakup dinding, kaca, lantai, atap dan juga beban manusia, penerangan , alat
elektronik, dan infiltrasi/ventilasi
Tabel 3.21 Cooling load total tiap kamar dari lantai 1 sampai lantai 6
lantai Qdinding Qkaca Qlantai Qlampu Qmanusia Qinfiltrasi Qatap
(Btu/hr) (Btu/hr) (Btu/hr) (Btu/hr (Btu/hr (Btu/hr (Btu/hr
Q total (Btu/hr) Qsensibel (Btu/hr)
TOTAL 167561 312662 94453 429846 107600 579447 206159 1675402 1224310
Berdasarkan tabel 3.21 di atas, terlihat bahwa cooling load total dari lantai 1 sampai
lantai 3 adalah sebesar 1675402 Btu/hr atau setara dengan 492,75 kW atau 140 Ton of
Refrigeran (TOR). Menurut Jordan ,cooling load total ini dalam perencanaan biasanya
ditambah 10% dari nilainya sebagai faktor keamanan (safety factor). Dengan
demikian, cooling load total tersebut menjadi 1.842.942 Btu/hr atau setara dengan 542
kW atau 153,57 TOR. Selanjutnya akan diuraikan perhitungan beban mesin pendingin
dengan menggunakan analisa psychrometric chart. Perhitungan dengan psychrometric
chart maupun dengan estimasi cooling load seperti diuraikan sebelumnya akan
memberikan hasil yang kurang lebih sama.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
1
3
4 2
2 2
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Dari titik 3 kemudian ditarik garis sejajar dengan garis GSHF hingga ke garis
saturasi pada psychrometric chart.
3. Temperatur coil didapat dari perpotongan garis tersebut pada garis saturasi yaitu
pada suhu 37,8o F yang untuk selanjutnya disebut tadp.
4. Ketika udara campuran tersebut melewati coil pendingin, ternyata tidak semua
udara tersebut mengalami penurunan suhu dan terkondensasi. Sebagian kecil
udara ada yang lolos melewati coil tanpa mengalami penurunan suhu.
Perbandingan antara jumlah udara yang lolos tanpa mengalami penurunan suhu
dengan jumlah udara total yang melewati coil disebut dengan Bypass Factor (BF).
Untuk kecepatan udara melewati coil yang tidak melebihi 500 fpm, dan 2 baris
coil, By-pass Factor direncanakan 0.313.
5. Kemudian titik 4 yaitu kondisi udara setelah melewati coil dapat dicari
berdasarkan harga By-pass Factor dengan menggunakan rumus:
t 4 t adp
BF = t 4 = 0.313 (75,2 37,4) + 37,4 = 49,2 0 F
t 3 t adp
6. Selanjutnya pada titik 4 tarik garis lurus dengan kemiringan garis RSHF(Room
Sensible Heat Factor) yaitu garis dengan kemiringan SHF yang didapat dengan
tanpa memperhitungkan udara ventilasi atau infiltrasi hingga memotong
perpanjangan garis yang menghubungkan titik 1 dan 3.
Adapun titik yang didapat dari perpotongan kedua garis tersebut merupakan
kondisi udara setelah menyerap panas dari cooling load ruangan sebelum
bercampur dengan udara luar, yang untuk selanjutnya disebut titik 2.
7. Dari psychrometric chart, diperoleh h4 = 19 Btu/lb udara dan h3 = 30 Btu/lb udara.
8. Kuantitas udara suplai yang diperlukan (cfm) dapat dicari dari rumus:
Qsensible 550771
cfm = = = 19607,2 cfm
1,08 (t 3 t 4 ) 1.08 (75,2 49,2)
9. Beban mesin pendingin di lantai 1 dapat dicari dengan persamaan:
Q lobby = 4,55cfm(h3 h4)
= 4,5519607,2(30 19)
= 981340,36 Btu/h
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Ternyata perhitungan Q lantai 1 dengan grafik psikrometrik memberikan hasil
yang hampir sama dengan perhitungan Q lantai 1 dari cooling load sebelumnya yaitu
1052170 Btu/hr.
Dengan cara yang sama, dan harga Bypass Factor, T1, dan T3 yang sama,
maka GSHF, RSHF, t adp, t4, t2, h3, h4, serta Q koridor lantai 2,3 dapat dicari dan
memberikan hasil sebagai berikut:
Lantai 2 Lantai 3
GSHF = 0,81 GSHF = 0,93
cfm = 12093,7 cfm cfm = 22690,36 cfm
tadp = 37,4oF tadp = 37,4oF
t4 = 49,2oF t4 = 49,2oF
h3 = 26,4 Btu/lb h3 = 25,2 Btu/lb
h4 = 18,2 Btu/lb h4 = 17,6 Btu/lb
Untuk lebih jelasnya, grafik psikometrik untuk kondisi lantai 1 dan lantai 2
serta lantai 3 seperti yang diuraikan sebelumnya, dapat dilihat pada halaman berikut.
BAB 4
ANALISA TERMODINAMIKA
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
4.1 Analisa Termodinamika Sistem Pendingin
Diagram alir dari sistem pendingin yang direncanakan dapat dilihat pada
gambar 4.1 berikut.
Pada diagram alir tersebut, terdapat 3 jenis jalur fluida yang digunakan yaitu
jalur refrijeran berdasarkan siklus kompresi uap, jalur udara dan jalur air dingin.
Udara digunakan untuk mengkondisikan udara di ruangan kantor dan menyerap
cooling load dari ruangan tersebut, yang kemudian dialirkan ke evaporator untuk
didinginkan kembali oleh refrijeran melalui ducting. Dengan demikian, pada
evaporator terjadi perpindahan panas dari refrijeran, dimana panas yang diserap
refrijeran dari udara yang dihisap exhaust fan adalah cooling load ruangan yang
dikondisikan. Ini merupakan sistem pendingin tidak langsung (Indirect Ekspansion).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Dalam hal ini, ada beberapa parameter suhu yang perlu ditetapkan sebagai
tahap awal perencanaan yaitu suhu refrijeran dan suhu air dingin. Suhu refrijeran di
evaporator direncanakan 32 F (0 C) untuk menghindari pembekuan pada fluida air
bila suhu refrijeran direncanakan di bawah titik beku air. Suhu air dingin setelah
didinginkan refrijeran dan disuplai ke ruangan tentu saja berada sedikit di atas suhu
tersebut. Menurut Edward G. Pita ,suhu air dingin yang disuplai ke ruangan biasanya
berkisar antara 40-50oF (4,4-10oC) sedangkan kenaikan suhu air setelah
mengkondisikan ruangan biasanya berkisar antara 5-15oF (2,8-8,3oC). Dalam
perencanaan ini, suhu air dingin suplai direncanakan 3oC (37,4oF) dan kenaikan suhu
air dingin direncanakan 7oC (44,6oF).
Pada kenyataannya, karena suhu ruangan yang telah dikondisikan relatif lebih
tinggi dari suhu air dingin baik pada jalur pipa suplai maupun jalur balik, terjadi
perpindahan panas dari ruangan ke air dingin. Walaupun pada pipa air dingin
dililitkan isolasi, pindahan panas tetap terjadi dalam skala kecil. Khusus untuk
perencanaan ini, dimana semua ruangan kantor dikondisikan, panas dari ruangan yang
berpindah ke air dingin telah menjadi bagian dari cooling load total ruangan yang
diserap oleh air dingin. Meskipun demikian, perlu dilakukan penambahan terhadap
cooling load total yang telah dihitung untuk mengantisipasi hal ini. Adapun cooling
load total yang telah dihitung pada bab 3 yaitu sebesar 1.675.402 Btu/hr, telah
ditambahkan 10% dari nilainya menjadi 1.842.942 Btu/hr. Dengan demikian,
penambahan terhadap cooling load total tidak perlu lagi dilakukan dan untuk
selanjutnya nilai cooling load ini yang akan menjadi dasar perencanaan komponen-
komponen sistem pendingin.
Tabel 4.1. Perbandingan titik beku, titik didih, dan tekanan evaporator dan kondensor
berbagai refrijeran
Titik beku Titik didih Tekanan Tekanan
Refrijeran o o
( C) ( C) evaporator (Bar) kondensor(Bar)
R-11 -111 23,7 0,4 2,361
R-12 -136 -29,8 3,081 12,17
R-22 -160 -40,8 4,98 19,43
R-113 -36,6 45,9 0,1504 1,097
R-134a -96,6 -26,15 2,928 13,18
Dari tabel di atas, terlihat bahwa R-11 dan R-113 tekanan evaporatornya di
bawah tekanan atmosfer sehingga ketiga refrijeran tersebut tidak dipilih dalam
perencanaan ini. Karena R-12, dan R-22 termasuk bahan perusak ozon (BPO), maka
dalam perencanaan ini dipilih R-134a.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 4.2. Diagram alir sistem refrijerasi siklus kompresi uap
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Proses-proses yang terlibat dalam sistem refrijerasi siklus kompresi uap ini antara
lain :
Proses pemasukan kalor di evaporator pada suhu dan tekanan konstan (1-2)
Jalur Hisap ( Suction Line ) (2-3), terjadi kenaikan temperatur pada tekanan
konstan yang disebabkan oleh pindahan panas antara pipa hisap dan pipa cair pada
Heat Exchanger Double Pipe. Hal ini dilakukan untuk memastikan refrijeran
yang masuk ke kompresor tidak lagi mengandung kondensat.
Proses kompresi isentropis di kompresor (3-4)
Proses pembuangan kalor di kondensor (4-5-6), yang terbagi dua yaitu proses
desuperheating (4-5) dan proses kondensasi (5-6). Proses kondensasi berlangsung
pada suhu dan tekanan konstan.
Jalur Cair (liquid line) (6-7), terjadi penurunan temperatur pada tekanan konstan
yang disebabkan pindahan panas antara pipa hisap dan pipa cair pada Heat
Exchanger Double Pipe untuk memastikan refrijeran yang masuk ke katup
ekspansi berada dalam fase cair seluruhnya. Penurunan temperatur biasanya
direncanakan berkisar antara 5oF 15oF berdasarkan buku pedoman Carrier
[Lit.12]. Dalam sistem ini, penurunan temperatur direncanakan sebesar 5oF.
Berdasarkan proses-proses di atas, keadaan fisik refrijeran R-134a dari titik 1
7 dapat ditentukan secara lengkap sebagai berikut.
Titik 2: T2 = 0oC Dari tabel saturasi [L.14], P2 = 0,2927 MPa
h2 = hg @ 0,2928 MPa = 398,68 kJ/kg
Titik 5: T5 =40oC Dari tabel saturasi [L.14], P5 = 1,0165 MPa
h5 = hg @ 1,0165 MPa = 419,58 kJ/kg
Titik 6: T6 =40oC P6= P5 = 1,0165 MPa
Dari tabel saturasi [L.14], h6 = hf @ 1,0165 MPa = 256,35 kJ/kg
T7 direncanakan turun 5oF atau sekitar 2,78oC dari T6 sehingga didapat:
T7 = 40oC 2,78oC = 37,22oC Dari tabel saturasi [L.14], didapat:
P7 = P6 = 1,0165 MPa h7 hf @ 1,0165 MPa = 252,21 kJ/kg
h3 dapat ditentukan dari persamaan kesetimbangan energi pada penukar kalor sebagai
berikut:
Q in = Q out
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
m r (h3 h2) = m r (h6 h7)
(h3 h2) = (h6 h7)
(h3 398,68) = (256,35 252,21)
h3 = 402,82 kJ/kg
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
BAB 5
KOMPONEN UTAMA SIKLUS KOMPRESI UAP
5.1. Kompressor
Jenis kompresor yang direncanakan adalah kompresor bolak-balik
(reciprocating compressor) sebanyak tiga unit.
Clearance
volume
Daya teoritis yang dibutuhkan kompressor tiap satuan laju aliran massa untuk
keadaan isentropis :
P2 .V2 P1 .V1 P2
= . ln .(5.1)
P1
W siklus
P2 .V2
ln P1 .V1
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
V (m3)
Laju aliran refrijeran untuk tiap unit kompressor adalah m r = 1,233 kg/s dari
m r total = 3,7 kg/s.
Maka daya teoritis yang dibutuhkan oleh kompressor pada keadaan isentropis
adalah
1016 1000 0,020829 292,8 1000 0,080128 1016 1000
W = mr . . ln 292,8 1000
1016 1000 0,020829
ln
292,8 1000 0,080128
= 1,233 29925,66
= 36,898 kW
Perhitungan silinder kompressor :
Theoritical volume displacement dihitung dengan:
= m r V1 ..(5.2)
= 1,233 kg/s x 0,080128 m3/kg = 0,0987 m3/s
Volume displacement:
m r V1
= ..(5.3)
cv
0,099
= = 0,1029 m3/s
0,9617
dimana cv merupakan effisiensi volumetri yang dirumuskan:
cv = 1 + C C(pd/ps)1/n..(5.4)
dimana : Pd = P2
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Ps = P1
n = = Cp/Cv, konstanta pada proses isentropis. Adapun nilai Cp dan
Cv masing-masing adalah 0,8766 Kj/kg.K dan 0,7539 Kj/kg.K.
Sehingga didapat nilai n = 1,163
5.2. Evaporator
Evaporator yang direncanakan adalah evaporator jenis Fin coil air-cooled
evaporator. Adapun konstruksi evaporator dapat dilihat pada gambar berikut :
fan
pipa
sirip
Prw
(literatur : Incropera, Frank P. and David P.DeWitt, Fundamental of Heat and Mass Transfer, hal
380 )
Korelasi empiris di atas berlaku untuk bilangan Reynold diantara 1000 sampai
2106. Nilai C dan m diambil dari tabel pada Lampiran [L.8].
Dengan nilai dari ( Sn/Sp ) = 1,1523 maka nilai C = 0,35( Sn/Sp )1/5 = 0,35.(1,1523)1/5 =
0,36 dan m = 0,6 [L.8].
1
0,710086 4
Sehingga: Nu D = 0,36 (15629,4) (0,710086 ) = 104,34
0, 6 0 , 36
0,71458
Untuk jumlah tabung paralel di bawah 20, maka harus dikalikan faktor koreksi
pada koefisien konveksi aliran eksternal di mana nilai koreksi tersebut dapat diambil
dari Lampiran [L.9]. Dalam perencanaan ditetapkan jumlah tabung paralel adalah 3,
maka faktor koreksinya adalah 0,84.
Nu , D k
Koefisien pindahan panas konveksi : ho = ..(5.9)
D
(literatur : Incropera, Frank P. and David P.DeWitt, Fundamental of Heat and Mass Transfer, hal
369 )
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
5.3.2. Perpindahan Panas Konveksi Aliran Internal
Untuk menghitung besarnya perpindahan panas konveksi di dalam tube ketika
refrijeran mengalami proses kondensasi dapat dihitung dengan menggunakan korelasi
empiris yang diajukan oleh:
1
g l ( l v )k l 3 h' fg 4
hi = 0,555 ......(5.9)
l (Tsat Ts ) D
dengan h' fg = h fg + 3 8 c p ,l (Tsat Ts )
(literatur : Incropera, Frank P. and David P.DeWitt, Fundamental of Heat and Mass Transfer, hal
568)
Dengan demikian :
h' fg = 146780 + 0,8 890,88 = 149274,5 J/kg
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
kotoran pada fluida kerja setelah sekian lama beroperasi. Faktor pengotoran ini akan
menghambat laju perpindahan panas dan membentuk suatu tahanan termal. Dari
Lampiran [L.16], diambil faktor pengotoran :
- Rf,i = 0,0002 m2 K/W untuk refrijeran.
- Rf,o = 0,0004 m2K/W untuk udara.
Berdasarkan nilai faktor pengotoran di atas, dapat dihitung koefisien
perpindahan panas aliran eksternal dan internal sebagai berikut:
- koefisien perpindahan panas konveksi aliran eksternal kotor :
1 1
R" fo =
ho' ho
1 1
0,0004 =
ho' 118
ho' = 112,68 W / m 2 .K
- koefisien perpindahan panas konveksi aliran internal kotor :
1 1
R" fi =
hi ' hi
1 1
0,0002 =
hi ' 525,4
hi ' = 475,44 W / m 2 .K
(a)
Rt,c/NAc,b (NfhoAf)-1
[ho(At NAf)]-1
[(ohoAt)]-1
(b)
Gambar 5.4. Tahanan termal untuk sirip
Berdasarkan pada Lampiran [L.15], untuk nilai SL/W = 1,1523 dan W/ro =
1,0853 maka diperoleh nilai dari f = 0,1462.
A f = 0,0002077 m 2
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
5.3.6. Perpindahan Panas Global
Keseluruhan tahanan termal yang dibahas di atas akan membentuk suatu
rangkaian tahanan termal yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
[ho,kotor(At NAf)]-1
1/hi,kotorAi ln(R/r)/2kLt
Rt,c/NAc,b (Nfho,kotorAf)-1
Rf =
r .W 2
=
(
0,1462 10,3378 10 3 )2
= 5,327 10 4 W / m 2 .K
t.k fin 0,15 10 3 202,14
Dimana ksirip adalah konduktivitas termal untuk sirip dari bahan aluminium. Dari
Lampiran [L.17] pada T,sirip =T,pipa = 3,5 C diperoleh nilai konduktivitas ksirip =
202,14 W/m2K.
Iterasi 1
Panjang total pipa kita misalkan Lt = 60 m, sehingga:
At = 0,1693260 = 10,1592 m2
Ac,b = 0,00494460 = 0,29664 m2
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Dengan demikian nilai C1 dapat kita hitung:
R"t ,c
C1 = 1 + f ho A f
Ac ,b
0,04 10 4
C1 = 1 + 0,94 118 0,0002077
0,29664
C1 = 1,000000311
sehingga keefektifan sirip dapat dihitung:
551 60 0,0002077 0,943
o = 1 1 = 0,9615
10,1592 1,000000311
Besarnya nilai Uo dapat dihitung dengan persamaan seperti di bawah ini:
1
Uo =
Ao R R 1
+ ln +
Ai hi ' k r o ho '
dengan Ao adalah luas pemaparan panas sebelah dinding luar pipa.
dengan nilai dari Ao = At = 0,16932Lt seperti yang dibahas sebelumnya, maka:
Ao = At = 10,1592 m2
Ai adalah luas permukaan dalam dari pipa. Sehingga Ai dihitung dengan:
Ai = dLt = (16,9210-3) 60 = 3,189 m2
k,tembaga adalah konduktivitas bahan tembaga. Dari Lampiran [L.11] pada T,pipa = 3,5
C, diperoleh k,tembaga = 385,755 W/m.K.
1
Uo = 3
10,1592 9,525 10 9,525 1
+ ln +
3,189 475,44 382,745 8,46 0,9615 112,68
U o = 62,76 W/m2K
Besarnya temperatur udara keluar proses kondensasi, T,udara out dapat dihitung sbb:
m udara = .Vkipas .S n .Lt
di mana :
= massa jenis udara pada T,udara in = 35,6 C ( 308,6 K ) dan diperoleh = 1,1465
kg/m3.
Maka :
1,1465 2,5 23,8252 60
m udara = = 4 kg/s
1000
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
T , udara in +T , udara out
Q = ho . Ao . T , pipa = m udara .Cp.(T , udara in T , udara out )
2
di mana :
T , udara in +T , pipa 35,6 + 3,5
T, f = = = 19,55 C ( 292,55 K ) :
2 2
Cp = 1005,64 J/kg.K
Maka :
35,6 + T , udara out
118 10,1592 3,5 = 4 1005,64(35,6 T , udara out )
2
T , udara out = 27,3 C
(T , ri T , udara out )
ln
(T , ro T , udara in )
LMTD =
(0 27,3) (0 35,6) LMTD = 31,3 C
0 27,3
ln
0 35,6
dengan Ao = At = 0,16932Lt, besarnya panjang total pipa dihitung dengan:
Q = UoAoLMTD
Q 180597
Lt = = = 542,9 m
U o 0,16932 LMTD 62,76 0,16932 31,3
Iterasi 2
Dengan menggunakan panjang Lt = 425,8 m, maka akan dilakukan perhitungan
dengan iterasi yang kedua.
At = 0,16932425,8 = 72 m2 dan Ac,b= 4,94410-3 425,8 = 2,1 m2
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Ao = At = 72 m2 dan Ai = dLt = (16,9210-3) 425,8 = 22,6 m2
di mana :
= massa jenis udara pada T,udara in = 35,6 C ( 308,6 K ) = 1,1465 kg/m3.
Maka :
1,1465 2,5 23,8252 425,8
m udara = = 29 kg/s
1000
35,6 + T , udara out
118 72 3,5 = 29 1005,64(T , udara out 35,6 )
2
T , udara out = 27,3C
LMTD =
(0 27,3) (0 35,6) LMTD = 31,3 C
0 27,3
ln
0 35,6
Panjang total pipa dapat dihitung sbb:
Q 180597
Lt = = = 542,9 m
U o 0,16932 LMTD 62,76 0,16932 31,3
Pada iterasi kedua diperoleh panjang pipa Lt = 425,8 meter dan ternyata sama
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
dengan panjang pipa yang dimisalkan pada iterasi yang kedua sehingga perhitungan
telah benar dan panjang pipa total adalah 425,8 meter. Oleh karena evaporator
direncanakan terdiri dari 3 pipa paralel, maka panjang tiaptiap pipa adalah
Lt 542,9
Lt ' = = = 181 m .
3 3
Dalam hal ini, evaporator direncanakan terdiri dari 4 sisi, dimana masing-
masing sisi terdiri dari 3 pipa paralel dan dengan kedalaman 40 pipa di setiap sisi
sehingga jumlah pipa total adalah 480 buah. Dengan demikian, panjang masing
masing pipa untuk satu sisi adalah 1,2meter.
Dari analisa teknik biaya, menurut Wang nilai paling ekonomis dan optimum
untuk air- cooled evaporator dan condenser bila Vca/Qrej = 600 1.200 cfm/TR,
dimana Vca adalah laju aliran udara yang diperlukan untuk kebutuhan pendinginan di
evaporator. Untuk Vca/Qrej = 900 cfm/TR, daya yang dibutuhkan oleh motor air
cooled evaporator adalah 0,15 HP/TR.
Untuk kebutuhan pendinginan di evaporator sebesar
180,597 3410
= 51,31TR , maka daya kipas yang dibutuhkan sebesar 6 hp (4,5 kW).
12000
Dalam perencanaan kali ini, akan dipakai 1 buah kipas untuk 1 unit evaporator.
5.3. Kondensor
Kondensor yang direncanakan adalah jenis shell and tube condensor yang
direncanakan sebanyak tiga unit. Refrijeran mengalir di luar tube kondensor melintasi
tube kondensor yang di dalamnya adalah air.Refrigeran yang melewati tube
kondensor akan menyerap kalor dari air sementara refrijeran yang bertukar panas
dengan air akan mengalami proses kondensasi.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Gambar (5.6). Shell and Tube condenser
Dalam perencanaan ini, tube kondensor direncanakan dari bahan tembaga (copper ).
Sedangkan shell direncanakan dari bahan baja (steel).
Berdasarkan analisa perhitungan pada bab 4, besarnya kalor yang dibuang
kondensor adalah :
r (h4 h6)
Qrej = m
Qrej = 1,233 (429,3 256,35)
Qrej = 213,24 kg/s
Dalam perencanaan dirancang tiga buah kondensor yang identik, yang berarti
tiaptiap kondensor melayani 1,233 kg/s R-134a dari total 3,7 kg/s R-134a.
Selanjutnya akan dilakukan perhitungan dimensi kondensor shell and tube
berdasarkan analisa perpindahan panas yang terjadi.
Dengan mengacu pada Tabel 4.2 suhu keluar R-134a dari pipa buang dan
memasuki kondensor (titik 4) adalah bersuhu T,r,i = 48,84 C untuk selanjutnya
mengalami proses desuperheating hingga ke suhu 40 C (titik 5). Pada suhu ini R-
134a di dalam kondensor mengalami kondensasi hingga ke suhu 40 C dan berubah
dari fasa uap ke fasa cair (titik 6).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
T,r,i= 48,83C
refrigeran
Tabel 5.1. Bagian-bagian alat penukar kalor shell and tube berdasarkan standar TEMA tipe
BEM.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Front-end stationary-head Shell types Rear-end head types
types
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
E L
A
M
F
B
N
G
P
H S
C
T
J
D
K
W
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
5.2.1.1. Perpindahan Panas Konveksi Aliran Eksternal ketika Refrijeran
Mengalami Proses Desuperheating
Temperatur tube pada kondensor, berkisar 3 4 C lebih rendah dari
temperatur refrijeran (dari hasil pengujian di Lab. Pendingin Seltech). Temperatur
refrijeran masuk kondensor, T,ri direncanakan sebesar 60 C dan temperatur refrijeran
keluar kondensor, T,ro 50 C. Sehingga diperoleh temperatur tube,, T,r
T, ro + T, ri 50 + 60
= = =55 C. Sehingga diperoleh temperatur coil Tcoil = 55 4 =
2 2
51 C
Untuk menentukan susunan tube yang paling sesuai, akan dilakukan beberapa
perhitungan untuk mengetahui susunan tube yang bagaimanakah yang memiliki
koefisien pindahan panas konveksi eksternal terbesar. Untuk menghitung koefisien
konveksi aliran eksternal, terlebih dahulu dihitung bilangan Nusselt berdasarkan
korelasi empiris yang dirumuskan oleh Zhukauskas.
1
(
Nu , D = C Re, D max )
n
0 , 36 Pr
Pr
4
..(5.5)
Prw
(literatur : Incropera, Frank P. and David P.DeWitt, Fundamental of Heat and Mass Transfer, hal
380 )
Berikut ini akan dilakukan perhitungan koefisien pindahan panas konveksi aliran
eksternal terhadap susunan tube yang berbeda dengan kecepatan air pada sisi masuk
shell (Vair ) yang tetap yaitu direncanakan 1 m/s . Untuk diameter luar tabung D = 0,5
in. (12,7 mm),Sp = Pp = 0,704 in. (17,8816 mm), dan Sn = P = 0,812 in. (20,6248
mm), dan dengan susunan tube segitiga/selang-seling (staggered ), koefisien konveksi
eksternal dapat dihitung sebagai berikut.
Temperatur air masuk Tair,in = 30 C dan Tair,out = 36 C. Maka temperatur
T , air in +T , air out 30 + 36
refrijerant rata-rata T , f = = = 33 C
2 2
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Sifat fluida air dievaluasi pada tekanan atmosfer dan temperatur film,
T , coil +T , f 51 + 33
T, f = = = 42 C, dari Lampiran [L.10], diperoleh:
2 2
= 991,17 kg/m3
Cp = 4174J/kg.C
= 6,318.10-4 kg/m.s
k = 0,635W/m.C
Pr = 4,1576
Prw dievaluasi pada T,coil = 51 C ( 324 K ) : Prw = 3,51
Kecepatan maksimum air, Vmax :
Sn 20,6248
Vmax = Vair = 1 = 2,6 m/s.
Sn D 20,6248 12,7
(
Nu , D = C Re, D max )
n
0 , 36 Pr
Pr
4
..(5.5)
Prw
(literatur : Incropera, Frank P. and David P.DeWitt, Fundamental of Heat and Mass Transfer, hal
380 )
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
1
4,3781 4
Sehingga Nu D = 0,36 (49530) 0, 6
4,3781
0 , 36
= 415,07
3,847
.Nu , D k 415,07 0,6321
Dan ho = = = 20658,72 W/m 2 K
D 0,0127
Dengan kecepatan air pada sisi masuk shell (Vair) direncanakan 1,0 m/s,
besarnya koefisien konveksi aliran eksternal (ho ) adalah = 20658,72 W/m2.K.
Sifat fisik R-134a saturasi liquid dievaluasi pada P = 1318 kPa, dan
Tr + Tcoil 51 + 55
Tf = = = 53 C
2 2
Cp = 1205 kg/m3
= 1,25. 10-5 Pa.s
k = 0,01645 W/m.K
Pr = 0,952
Laju aliran refrijerant total kondensor adalah mr = 3,7 kg/s
4 mr 4 3,7
Bilangan Reynold Re d = = = 34512720,26
. .d .1,25.10 5.0,01092
Nu, d = 24305,37
Nu D k 24305,37 0,01645
Koefisien konveksi hi = = = 36613,86 W/m2.K
d 0,01092
h, i = 0,55.
L D (Ts Tsat )
3
dengan h' fg = h fg + Cp L (Tsat TL )
8
Besarnya Tsat = Tr = 50 C dan Ts = Tcoil = 46 C
Sifat fisik R-134A saturasi liquid dievaluasi pada Tsat = 50 C dan Psat=1318kPa:
L = 1102 kg/m3
CpL= 1,569 J/kg.K
kL= 0,0704W/m.K
L= 1,577x10-4Pa.s
hfg= hg,T,ro = 50 C hf,T,ro=50 C = 423,63 kJ/kg 271,59 kJ/kg = 152,04 kJ/kg.
Sifat fisik saturasi R-134A, vapor dievaluasi pada temperature film,
Tsat + Ts 46 + 50
Tf = = = 48 C
2 2
v = 63,03 kg/m3
Nilai hfg dapat dicari seperti berikut:
3
h' fg = h fg + Cp L (Tsat TL )
8
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
3
= 152000,04 + 1569(50 46)
8
= 154353,54 kJ/kg
Dengan demikian maka koefisien konveksi karena proses kondensasi adalah:
1
g L ( L v ) h' fg k l 3 4
h, i = 0,55.
L D (Ts Tsat )
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
(T Tw,o ) (Tr ,o Tw,i )
LMTD =
r ,i
(Tr ,i Tw,o )
(Tr ,o Tw,i )
ln
LMTD =
(60 36) (50 30) = 22 0C
ln
(60 36)
(50 30)
Dengan besarnya kalor yang dibuang oleh kondensor pada saat desuperheating
adalah:
Q = m r (h4-h5)
= 1,233 (429,3-419,58) = 11,98 kJ/s
Ao = Do L = 0,0127 L = 0,039914L m2
Kondensor direncanakan dengan mengunakan n = 200 buah tube parallel tiap pass.
Sehingga panjang tube dapat dicari dengan cara:
Q = Uo. Ao n LMTD
11980 = 12311,18 x 0,039914L x 200 x 22
Lt = 0,005541 m
Oleh karena perencanaan kondensor yang dirancang menggunakan 3 pass, maka
panjang tube di atas adalah untuk 3 pass. Sehingga untuk masing-masing 1 pass
mempunyai panjang tube sebesar 0,001847 m
Dengan demikian jumlah tube total untuk 4pass adalah sebanyak nt = 200 x 3 = 600
buah Tube
Dimana:
Ao = Do L = 0,0127 L = 0,039914L m2
Ai = Di L = 0,01092 L = 0,03432L m2
dengan Do dan Di adalah diameter luar dan diameter dalam dari tube.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
kcopper adalah konduktivitas bahan copper. Dari lampiran pada Tcoil = 46 C diperoleh
= kcopper =382,7 W/m.K
Perpindahan panas global dihitung dengan:
1
Uo = 3
1 5,46 10 12,7 0,039914.L
+ ln +
20658,72 382,7 10,92 1683,66 0,03432.L
Uo = 1348,9W/m2.K.
Menentukan LMTD:
Tri = 50 oC dan Tro=50oC
Twi=30 oC dan Two=36oC
LMTD adalah beda temperatur rata-rata logaritma yang dapat dihitung dengan:
(T Tw,o ) (Tr ,o Tw,i )
LMTD =
r ,i
(Tr ,i Tw,o )
(Tr ,o Tw,i )
ln
LMTD =
(50 36) (50 30) = 16,82 0C
ln
(50 36)
(50 30)
Dengan besarnya kalor yang dibuang oleh kondensor pada saat kondensasi adalah:
Q = m r (h5-h6)
= 1,233 (419,58-256,35) = 201,26 kJ/s
Ao = Do L = 0,0127 L = 0,039914L m2
Kondensor direncanakan dengan mengunakan n = 200 buah tube parallel tiap pass.
Sehingga panjang tube dapat dicari dengan cara:
Q = Uo. Ao n LMTD
201260 = 1348,9 x 0,039914L x 200 x 16,82
Lt = 1,111 m
Oleh karena perencanaan kondensor yang dirancang menggunakan 3 pass, maka
panjang tube di atas adalah untuk 3 pass. Sehingga untuk masing-masing 1 pass
mempunyai panjang tube sebesar 0,3703 m
Dengan demikian jumlah tube total untuk 3 pass adalah sebanyak nt = 200 x 3 = 600
buah Tube
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Jadi,total panjang untuk kondensor adalah : total panjang tube untuk proses
desuperheating ditambah dengan total panjang untuk proses kondensasi , yaitu sebesar
0,3703 + 0,001847 = 0,372147 m
Dbaffle
Dshell
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
- Jarak Baffle (lb) harus berkisar dari 1/5 Ds < lb < Ds. Penulis merencanakan jarak
baffle sejauh lb = 21,8 in (556 mm)
- Untuk jarak antar baffle lb = 21,8 in, maka:
Ds lb 36,4 21,8
lc= = = 7,3 in
2 2
- Tebal Baffle direncanakan tb in menurut standar TEMA dapat dilihat pada tabel
5.2
- Ruang bebas (clearance) adalah jarak atau celah karena adanya kelonggaran antara
Baffle dengan shell. Ruang bebas (clearance) menurut standar TEMA dapat
dilihat pada tabel 5.3. Clearance direncanakan 0,2 in(5,08mm) untuk diameter
dalam shell = 36,4 in.
- Diameter baffle untuk diameter dalam shell (Ds) = 36,4 in dari tabel 5.4 dapat
dihitung:
Db = (Ds- 1/16) in = 36,3375 in (922,97mm)
Di dalam evaporator juga terdapat tie rods yang berfungsi sebagai penyangga
baffle. Jumlah tie rods untuk diameter dalam shell = 36,4 in dapat dilihat pada tabel
5.5 yaitu sebanyak 8 buah dengan diameter in. Untuk diameter dalam shell 36,4 in
maka tebal shell adalah in dari steel carbon Sch.20 berdasarkan tabel 5.6.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Tabel 5.4 Ukuran diameter baffle (TEMA Standard)
5.4. Katup
Ekspansi (Thermostatic Expansion Valve)
Adapun jenis katup ekpansi yang direncanakan adalah seperti Gambar
(5.10).Katup ekspansi ini terdiri dari sebuah sensing bulb untuk mengendalikan suhu
superheat dan equalizer antara keluaran tube evaporator dengan inlet dari katup
ekspansi untuk menjaga tekanan jatuh (pressure drop) pada evaporator agar tidak
terlalu besar.
Ketika refrijeran memasuki evaporator berada pada suhu 0C, dimana tekanan
saturasi suhu tersebut adalah 292,8 kPa, refrijeran dapat mengalami superheated
hingga suhu tertentu di atas 0C dan masuk ke kompressor.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
302,8 kPa
Pipa hisap
Pipa cair
Gambar (5.11 ) Konstruksi penukar kalor pada jalur pipa hisap dan pipa cair.
Sifat fisik refrijeran dikalkulasi pada titik masuk dan keluar dari pipa hisap
dan pipa cair. Berikut ini, akan dilakukan perhitungan untuk menentukan dimensi alat
penukar kalor tersebut. Untuk selanjutnya simbol s mewakili data data untuk pipa
hisap dan simbol l mewakili data data untuk pipa cair.
T,s in = T,ro dari evaporator = 0 C.
T,s out = 4,58 o C
T,l in = T,ro dari kondensor = 40 C.
T,l out = 37,22 C
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
,s = 14,25 kg/m3 k,s = 0,0117 W/m.K
,s = 10,8.10-6 Pa.s Cp,s = 893,3 J/kg.K
Cp, s , s 893,3 10,8 10 6
Pr,s = = = 0,828
k,s 0,0117
4 mr 4 1,233
Re, d , s = = = 3251644,47
, s Dh 10,8 10 6 44,704 10 3
= 3456,38
Nu , d , s k , s 3456,38 0,0117
ho, s = = = 904,61 W/m2.K
Dh 44,704 10 3
Menentukan koefisien perpindahan panas konveksi pada pipa cair bagian dalam,
hi,l :
Sifat fisik R-134a dikalkulasi pada :
P = 1016 kPa dan;
T,f = 38,61 C, dari Lampiran [L.3].
diperoleh:
l = 1153 kg/m3
Cpl= 1,48899 kJ/kg.K
l = 1,688.10-4 Pa/s
kl = 0,07539 W/m2.K
Prl = Cpp p/kp = 3,29438
Cp, l , l 1,49.1,688 10 4
Pr,l = = = 3,33
k ,l 0,07539
4 mr 4 1,233
Re, d , l = = = 247236,15
, l d , l 1,688 10 4 37,6174 10 3
= 678,22
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Nu , d , l k , l 678,22 0,07539
hi, l = = 3
= 1359,25 W/m2.K
d ,l 37,6174 10
Q
T,s
T,l
D, l
ln
1 d ,l 1
Ai, l hi, l 2 .k , l L, l Ao, l ho, s
Gambar (5.12). Analogi listrik perpindahan panas di dalam penukar kalor.
Dengan demikian, koefisien perpindahan panas menyeluruh di dalam penukar
kalor pipa ganda tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
1
Uo =
Ao, l Ao, l D, l 1
+ ln +
Ai, l hi, l 2 k , copper , l L, l d , l .ho, s
1
Uo =
0,041275.L 0,041275 L 41,275 1
+ ln +
0,0376174 L 1359,25 2 385,832 L 37,6174 904,61
Uo = 521,47 W / m 2 .K
Menentukan panjang penukar kalor pipa ganda
Q
L=
Uo D, l Fc LMTD
Dengan menyesuaikan data data temperatur dengan gambar (5.12),
diperoleh:
t1 = 40 C T1 = 0 C
t2 = 37,22 C T2 = 4,58 C
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
T1 T2 0 4,58
R= = = 0,358
t 2 t1 37,22 50
t 2 t1 37,22 40
P= = = 0,0695
T1 t1 0 40
Dengan memplotkan garis R dan P di grafik pada gambar (5.12), maka diperoleh Fc =
1.
Gambar (5.13) Faktor koreksi untuk aliran menyilang, single pass, kedua fluida tidak
bercampur.
(T , l in T , s out )
LMTD =
(40 4,58)
ln ln
(T , l out T , s in ) (37,22 0)
Laju pindahan panas refrijeran di dalam pipa cair dapat dihitung sbb:
Q = m r Cp,l (T,l in-T,l out)
= 1,233 1488,99 (40-37,22)
= 5104W
Sehingga panjang (L) dari alat penukar kalor tersebut dapat dihitung sbb:
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Q
L=
Uo. .D, l .LMTD
5104
L=
521,47. .0,041275.36,31
L=2m
BAB 6
COOLING TOWER
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Menurut literatur El. Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat
penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan
air dengan kontak langsung dengan udara yang mengakibatkan sebagian kecil air
menguap. Dalam kebanyakan menara pendingin yang bekerja pada sistem
pendinginan udara menggunakan pompa sentrifugal untuk menggerakkan air vertikal
ke atas melintasi menara. Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam range
dan approach seperti yang terlihat pada gambar 6.1. Range adalah perbedaan suhu
antara tingkat suhu air masuk menara pendingin dengan tingkat suhu air yang keluar
menara pendingin atau selisih antara suhu air panas dan suhu air dingin, sedangkan
approach adalah perbedaan antara temperatur air keluar menara pendingin dengan
temperatur bola basah udara yang masuk atau selisih antara suhu air dingin dan
temperatur bola basah (wet bulb) dari udara atmosfer.
Prinsip kerja menara pendingin dapat dilihat pada gambar 6.2., dari gambar terlihat
bahwa air hangat didinginkan dan sebagian kecil air menguap menjadi uap air. Oleh
karena adanya perbedaan temperatur air dan udara, maka perpindahan kalor juga
terjadi dari air hangat ke udara. Sebaliknya bila temperatur air berada di bawah
temperatur bola kering, maka perpindahan kalor akan berlangsung dari udara ke air.
Dalam perancangan ini, penulis merancang menara pendingin basah, yaitu tipe
menara pendingin aliran angin mekanik (mechanical draft cooling tower). Jenis
menara pendingin ini digunakan karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
1. Pasokan aliran udara terjamin dalam jumlah yang diperlukan
2. Dapat dioperasikan pada segala jenis beban dan cuaca
3. Profil fisiknya rendah, sehingga memudahkan penempatan.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Kerangka pendukung menara berfungsi untuk mendukung menara pendingin
agar dapat berdiri kokoh dan tegak. Tower supporter terbuat dari baja yang
digalvanis.
3. Rumah menara pendingin (casing)
Rumah menara pendingin (casing) harus memiliki ketahanan yang baik
terhadap segala cuaca dan umur pakai (life time) yang lama. Oleh sebab itu, casing
terbuat dari bahan polister serat kaca (fiberglass reinforced polyester) yang amat
ringan, mudah dibersihkan dan tahan korosi.
4. Pipa sprinkler
Pipa sprinkler merupakan pipa yang berfungsi untuk mensirkulasikan air
secara merata pada menara pendingin, sehingga perpindahan panas air dapat menjadi
efektif dan efisien. Pipa sprinkler dilengkapi dengan lubang-lubang kecil untuk
menyalurkan air.
5. Penampung air (water basin)
Water basin berfungsi sebagai pengumpul air sementara yang jatuh dari fill
sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor. Sama seperti casing, water basin juga
terbuat dari bahan polister serat kaca (fiberglass reinforced polyester), sehingga tahan
korosi.
6. Lubang udara (inlet louver)
Inlet louver berfungsi sebagai tempat masuknya udara melalui lubang-lubang
yang ada. Melalui inlet louver akan terlihat kualitas dan kuantitas air yang akan
didistribusikan. Inlet louver terbuat dari paduan aluminium (aluminium alloy).
7. Isian (fill)
Fill merupakan bagian dari menara pendingin yang berfungsi untuk
mencampurkan air yang jatuh dengan udara yang bergerak naik. Air masuk yang
mempunyai suhu yang tinggi (35-36oC) akan disemprotkan ke fill. Pada fill inilah air
yang mengalir turun ke water basin akan bertukar panas dengan udara segar dari
atmosfer yang suhunya (31oC). Oleh sebab itu, fill harus harus dapat menimbulkan
kontak yang baik antara air dan udara agar terjadi laju perpindahan kalor yang baik.
Isian harus kuat, ringan dan tahan lapuk.
Pada dasarnya ada dua jenis isian, yaitu:
a. Isian tipe percik (splash type), yaitu isian yang terbuat dari batang-batang yang
disusun berlapis-lapis yang memecah air menjadi butiran-butiran pada waktu turun
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
dari satu lapisan ke lapisan lain di bawahnya. Bahan yang digunakan biasanya adalah
kayu merah (redwood), bahan plastik (seperti polystyrene dan polyethylene).
Beberapa bentuk isian tipe percik dapat dilihat pada gambar 6.4.(a).
b. Isian tipe nonpercik (fill/nonsplash type), yaitu isian yang terbuat dari lembaran-
lembaran vertikal yang mempunyai permukaan penyerap (absorbent) yang mudah
basah, sehingga air jatuh membentuk lapisan film. Dengan demikian, terdapat
permukaan air yang luas yang berkontak dengan udara. Bahan yang digunakan
biasanya kayu merah (redwood), semen asbes (asbestos-cement), bahan plastik,
lembaran logam dan sebagainya. Beberapa bentuk isian tipe nonpercik dapat dilihat
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 6.4. Jenis-jenis fill: (a) Tipe percik & (b) Tipe nonpercik
6.4. Analisa Perhitungan pada Cooling Tower
6.4.1. Kalor yang Dibuang Kondensor
Di dalam mesin pendingin kondensor berfungsi sebagai pembuang panas ke
lingkungan. panas dari ruangan setelah diserap oleh evaporator untuk selanjutnya oleh
kondensor akan dibuang ke lingkungan.
Pada kondensor, refrijeran mengalami 2 tahap yaitu:
Tahap desuperheating: dari titik 4 ke titik 5
Tahap kondensasi: dari titik 5 ke titik 6
Dimana data-data pada titik 4, 5 dan 6 di atas ditampilkan pada grafik berikut.
6 5 4
h (kJ/kg)
h6 =256,35 h5=419,58 h4 = 429,3
Dengan mengacu Tabel 4.3.suhu keluar R-134a dari pipa buang dan memasuki
kondensor (titik 4) adalah bersuhu Tr,i = 48,83 C untuk selanjutnya mengalami
proses desuperheating hingga ke suhu 40 C (titik 5). Pada suhu ini R-134a di dalam
kondensor mengalami kondensasi hingga ke suhu 40 C dan berubah dari fasa uap ke
fasa cair (titik 6).
Besarnya kalor yang dibuang oleh kondensor untuk 1 evaporator
Qr = m r (h4 h6); dimana m r = massa aliran refrijeran untuk 1 evaporator = 1,233
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
kg/s
Qr = 1,233 (429,3 256,35)
Qr = 213,24 kW
Oleh karena pada rancangan ini memakai 3 chiller, panas buangan kondensor total
untuk 3 evaporator adalah:
Qkondensor = 3 x 213,24 = 639,74 kW
m a .c p a .(Ta i Ta o ) = Qkondensor
Maka:
m a .4,183.(36 30) = 639,74
m a .25,098 = 639,74
m a = 25,49 kg/s (202155,8 lb air/h)untuk 2 cooling tower
Pada rancangan ini, direncanakan memakai 2 cooling tower, sehingga massa aliran air
25,49kg / s
untuk masing-masing 1 cooling tower adalah = 12,745 kg/s (101078 lb
2
air/h).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
m
Va = a
a
tower.
Pada rancangan ini, direncanakan memakai 2 cooling tower, sehingga kapasitas aliran
0,02562 m 3 / s
air untuk masing-masing 1 cooling tower adalah = 0,01281m3/s
2
(202,66 gpm). Dengan menyesuaikan data dari katalog Liang Chi Industry Co., LTD.
Lampiran [L.18], maka dipilih menara pendingin dengan spesifikasi sebagai berikut:
Tipe: LBC 200
Kapasitas aliran air: 687 gpm (2600 L/menit)
Dimensi:
- Tinggi menara pendingin (H): 2990 mm (1173/4 in)
- Diameter menara pendingin (D): 3770 mm (1482/5 in)
Koneksi pipa
- Pipa outlet: 150 mm (6 in)
- Pipa inlet: 150 mm (6 in)
Daya motor kipas (fan): 5 HP
Diameter kipas (fan diameter): 1750 mm (681/3 in)
Kapasitas aliran udara: 1250 m3/menit (42780 cfm)
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Temperatur jenuh udara pada menara pendingin adalah sebagai berikut:
Udara masuk pada temperatur dry-bulb = 35,6 oC = 96 oF dan berdasarkan hasil
pengukuran diperoleh kelembaban relatif (RH) = 60%.
Udara keluar pada temperatur dry-bulb = 35,6 oC = 96 oF dan direncanakan
kelembaban relatif (RH) = 95%.
Tekanan parsial aktual dan kelembaban absolut dari udara masuk dan keluar
menara pendingin adalah sebagai berikut:
Udara masuk pada temperatur dry-bulb = 35,6 oC (96,08 oF) dan RH = 77%
Dari tabel sifat termodinamik uap air pada standar tekanan atmosfer 14,696 psia
(29,92 inHg) [L.10], tekanan parsial saturasi pada temperatur 96,08 oF adalah Psat
= 1,7138 inHg.
Tekanan parsial aktual dapat diperoleh dengan rumus:
Pv = RH . Psat
= 77% . 1,7138
= 1,3196 inHg.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
0,622.Pv
=
P Pv
0,622 1,3196
=
29,92 1,3196
= 0,028699 lb air / lb udara ker ing
Udara keluar pada temperatur dry-bulb = 35,6 oC (96,08 oF) dan RH = 90%
Dari tabel sifat termodinamik uap air pada standar tekanan atmosfer 14,696 psia
(29,92 inHg) [L.10], tekanan parsial saturasi pada temperatur 96,08 oF adalah Psat
= 1,7138 inHg.
Tekanan parsial aktual dapat diperoleh dengan rumus:
Pv = RH . Psat
= 95% . 1,7138
= 1,6281 inHg.
kering
hv = entalpi uap air diambil dari nilai hg tabel uap
hw = entalpi air sirkulasi diambil dari nilai hf tabel uap
Udara dingin
masuk 1
1 lbm udara kering, hg1
1, hg1
WB
hf B B
Air dingin
keluar
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
dimana:
Vu = volume aliran udara (ft3/menit) (cfm)
14,696
psia (29,92 inHg) pada Lampiran [L.10]
= 14,01 ft3/lb udara kering
Maka:
Vu = 2215,04 lb udara ker ing / menit 14,01 ft 3 / lb udara ker ing
= 31032,71 cfm
31100 cfm (14,66 m 3 / s )
dimana:
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
m evaporated = massa aliran air yang menguap (lb air/menit)
Banyaknya air yang menguap bila dinyatakan dalam bentuk volume alir:
Vevaporated = m evaporated . fA
dimana :
Vevaporated = volume alir air yang menguap (ft3/menit) (gpm)
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Maka:
Vdrift = 0,1% . 202,66 gpm = 0,20266 gpm (2,0266 10 5 m 3 / s )
Maka:
Makeup water = 2,081 + 0,20266 = 2,28366 gpm (1,444 x 10-4 m3/s)
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 6.7. Kepala sprinkler (head sprinkler) dan pipa sprinkler (sprinkler pipe)
2 Vhead
Ahead = Dh =
4 v
Maka persamaan di atas, dapat ditulis dalam bentuk berikut ini:
4Vhead
Dh =
.v
dimana:
Dh = diameter sprinkler head (m) (mm)
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
4Vp
Dp =
.v
dimana:
Dp = diameter sprinkler pipe (m) (mm)
Vp = kapasitas aliran air pada sprinkler pipe
4Vh
Dh =
.v
dimana:
Dh = diameter sprinkler hole (m) (mm)
Vh = kapasitas aliran air pada sprinkler hole
v = kecepatan aliran air = 2 m/s
Maka:
4.(0,00032)
Dh =
.2
= 0,0142 m (14,2 mm)
BAB 7
SISTEM PEMIPAAN AIR
Sistem distribusi yang akan dibahas dalam bab ini adalah sistem pemipaan air
dan sistem distribusi udara, di mana air panas keluar dari kondensor di tiap lantai dan
dipompakan ke Cooling Tower di lantai 3. Selanjutnya air di cooling tower akan
didinginkan untuk kemudian disalurkan kembali ke kondensor untuk mendinginkan
refrigerant. Sedangkan sistem distribusi udara berhubungan dengan Package Unit, di
mana semua ruangan dikondisikan sama dengan menggunakan Package Unit.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Perencanaan pemipaan air ini berkaitan dengan pemilihan pompa untuk unit
mesin pendingin ini. Fluida yang mengalir di dalam pipa akan mengalami kerugian
head akibat adanya gesekan dan panjang pipa. Kerugian ini dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
- Kerugian minor adalah kerugian yang terjadi akibat adanya sambungan dan katup-
katup di sepanjang pipa yang dilalui air.
- Kerugian mayor adalah kerugian yang disebabkan oleh fluida air karena adanya
gesekan fluida dengan permukaan dinding pipa. Faktor yang mempengaruhi
gesekan ini adalah kecepatan fluida, panjang dan diameter pipa. Kerugian head
yang terjadi karena gesekan ini dirumuskan dengan :
l.v 2
hf = f
2.D.g
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
(Sumber : Fluid Mechanics, Frank M.White)
Adapun fungsi dari tiap aksesoris pipa yang perlu dipasang adalah :
Gate valve, dipasang pada pemipaan sebelum pompa untuk menghidupkan
ataupun mematikan laju aliran air menuju pompa.
Globe valve , dipasang pada keluaran pompa untuk mengatur besasr kecilnya
aliran air keluar pompa.
Swing check valve , dipasang untuk mencegah aliran air kembali ke pompa,
katup ini hanya menginzinkan aliran air pada satu arah saja.
Data data dari valve dapat dilihat pada [L.17].
Kecepatan air mengalir didalam pipa harus dibatasi kecepatannya agar tidak
melebihi 500 fpm (2,5 m/s) karena kecepatan air didalam pipa melebihi kecepatan
tersebut akan menyebabkan erosi , Bahan dari pipa direncanakan dari bahan
galvanized steel sch.40 baru dengan nilai =0,0005 .
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Kebutuhan kapasitas air untuk kondensor dirancang Tw,ec = 30oC (86oF) dan
meninggalkan coil dirancang Tw,lc = 36oC (96,8oF). Setelah keluar dari
kondensor air akan didinginkan di cooling tower.
Kecepatan air direncanakan 2 6 fps ( 0,6 1,8 m/s ).Dalam perencanaan ini
diambil 1,5 m/s
Kenaikan suhu air setelah melewati coil pendingin adalah 36oC - 30oC = 6oC
Laju aliran air seperti yang telah dihitung pada subbab 6.2.3 adalah sebesar
0,017385 m3/s (275,05 gpm).
7.1.3. Layout Sistem Pemipaan Air untuk Kondensor dan Cooling Tower
Laju aliran untuk pendinginan 3 kondensor adalah 0,017385 m3/s (275,05
gpm),maka untuk tiap kondensor menerima 0,005795 m3/s (91,683gpm).
Adapun layout yang telah direncanakan dapat dilihat pada gambar di bagian
lampiran [L.22]
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
ft2/s . Untuk awal perencanaan diameter pipa dimisalkan 3 in dengan kerugian
head 8 ft/ 100ft
Panjang pipa = 0,5 m = 1,66 ft
1 buah Elbow 90o = 7,5 ft
1 buah Gate Valve = 3,2 ft
Panjang ekivalen = (1,66 + 7,5 + 3,2) ft = 12,36 ft
Diperoleh : hf = 14,03 ft x ( 8 ft /100 ft ) = 0,988 ft
= 0,482387686 f1/5
Re= 42424.24/
/ =0,0005/
Misalkan : f =0,025 =0,2306 ft Re=1,8392 x 105 / =0,002167
Dapat : f=0,029 =0,237 ft Re=1,7854 x 105 / =0,002104
Dapat : f=0,029 ( sama )
Jadi = 0,237 ft = 2,845 in diambil stell pipe ID = 3,068 in dengan
diameter nominal 3 in Sch 40 (lihat lampiran [L16]).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Jadi = 0,237 ft = 2,845 in diambil stell pipe ID = 3,068 in dengan
diameter nominal 3 in Sch 40 (lihat lampiran [L16]).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
= 0,636605544 f1/5
Re= 84848.49/
/ =0,0005/
Misalkan : f =0,025 =0,30431 ft Re=2,7873 x 105 / =0,001642
Dapat : f=0,027 =0,309 ft Re=2,7447 x 105 / =0,001617
Dapat : f=0,027 ( sama )
Jadi = 0,309 ft = 3,71 in diambil stell pipe ID = 4,026 in dengan
diameter nominal 4 in Sch 40 (lihat lampiran [L16]).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Panjang pipa = 1 m = 3,33 ft
1 buah Elbow 90o = 7,5 ft
Panjang ekivalen = (3,33 + 7,5) = 10,83 ft
Diperoleh : hf = 10,83 ft x ( 8 ft /100 ft ) = 0,8664 ft
= 0,466516775 f1/5
Re= 39036.2/
/ =0,0005/
Misalkan : f =0,025 =0,223 ft Re=1,7498 x 105 / =0,002241
Dapat : f=0,029 =0,229 ft Re=1,6987 x 105 / =0,002175
Dapat : f=0,029 ( sama )
Jadi = 0,229 ft = 2,7594 in diambil stell pipe ID = 3,068 in dengan
diameter nominal 3 in Sch 40 (lihat lampiran [L16]).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Dapat : f=0,026 =0,270 ft Re=7,2194 x 104 / =0,00184
Dapat : f=0,026 ( sama )
Jadi = 0,270 ft = 3,243 in diambil stell pipe ID = 3,548 in dengan
diameter nominal 3 in Sch 40 (lihat lampiran [L16]).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Diperoleh : hf = 135 ft x ( 8 ft /100 ft ) = 10,8 ft
= 0,466516775 f1/5
Re= 39036.2/
/ =0,0005/
Misalkan : f =0,025 =0,223 ft Re=1,7498 x 105 / =0,00224
Dapat : f=0,029 =0,229 ft Re=1,69871 x 105 / =0,00217
Dapat : f=0,029 ( sama )
Jadi = 0,229 ft = 2,7594 in diambil stell pipe ID = 3,068 in dengan
diameter nominal 3 in Sch 40 (lihat lampiran [L16]).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
ft2/s . Untuk awal perencanaan diameter pipa dimisalkan 3 in dengan kerugian
head 8 ft/ 100ft
Panjang pipa = 6,5 m = 21,6 ft
1 buah Elbow 90o = 7,5 ft
1 buah Tee = 15 ft
Panjang ekivalen = (21,6 + 7,5 + 15) ft = 44,1 ft
Diperoleh : hf = 44,1 ft x ( 8 ft /100 ft ) = 3,528 ft
= 0,737964271 f1/5
Re= 122853.5/
/ =0,0005/
Misalkan : f =0,025 =0,352 ft Re=3,4814 x 105 / =0,00141
Dapat : f=0,026 =0,355 ft Re=3,4542 x 105 / =0,00140
Dapat : f=0,026 ( sama )
Jadi = 0,355 ft = 4,27 in diambil stell pipe ID = 5,047 in dengan
diameter nominal 5 in Sch 40 (lihat lampiran [L16]).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Jadi = 0,273 ft = 3,2849 in diambil stell pipe ID = 3,548 in dengan
diameter nominal 3 in Sch 40 (lihat lampiran [L16]).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
= 0,559272335 f1/5
Re= 61426.77/
/ =0,0005/
Misalkan : f =0,025 =0,267 ft Re=2,296x 105 / =0,00186
Dapat : f=0,028 =0,273 ft Re=2,245 x 105 / =0,00182
Dapat : f=0,028 ( sama )
Jadi = 0,273 ft = 3,2849 in diambil stell pipe ID = 3,548 in dengan
diameter nominal 3 in Sch 40 (lihat lampiran [L16]).
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Misalnya : Sirkuit C-Cond3 & D-Cond.3
Diameter pipa ( ) = 3.548 in = 0,09 m
Panjang ekivalen (L) = 25 ft = 7,5 m
Kapasitas air (Q) = 0.01159 m3/s
10,666.1,85 10,666.0,011591,85
Sehingga : hf = . L = .7,5 = 0,3039
1,85 4 ,85
. 1301,85.0,09 4,85
Untuk sirkuit lain dapat dihitung dengan cara yang sama dan ditabulasikan
pada Tabel 7.1. sebagai berikut
Tabel 7.1. Perhitungan Head pompa
SIRKUIT Q (m3/s) C in (in) in (m) L (ft) L (m) Hf (m)
C-Cond3 & D-Cond.3 0.01159 130 3.548 0.09 25 7.5 0.303910585
C-H 0.0163 130 4.026 0.102 24.16 7.248 0.300788202
G-Pump3 & H-Pump4 0.00815 130 3.068 0.078 12.36 3.708 0.15679379
G-Pump4 & H-Pump3 0.00815 130 3.068 0.078 19.86 5.958 0.251935652
D-Sh.3b 0.0163 130 4.026 0.102 169.15 50.745 2.10589091
G-Sh.3a 0.0163 130 4.026 0.102 164 49.2 2.041774219
D-Cond.2 & C-Cond.2 0.004577 130 2.469 0.0626 10.83 3.249 0.137292009
A-Cond.1 & B-Cond.1 0.0075 130 3.068 0.078 10.83 3.249 0.117804154
A-F 0.0075 130 3.068 0.078 9.16 2.748 0.099638601
E-Pump1 & H-Pump2 0.00375 130 3.548 0.09 12.36 3.708 0.01863064
E-Pump2 & F-Pump1 0.00375 130 3.548 0.09 19.86 5.958 0.02993564
B-Sh.3b 0.0075 130 3.068 0.078 162.3 48.69 1.765430669
E-Sh.3a 0.0075 130 3.068 0.078 135 40.5 1.46847283
Sh.3a-T 0.0236 130 5.047 0.128 60.8 18.24 0.4990569
Sh.3b-Q 0.0236 130 5.047 0.128 44.1 13.23 0.361980416
Q-CT2 0.0118 130 3.548 0.09 65.7 19.71 0.825654867
Q-CT1 0.0118 130 3.548 0.09 38.2 11.46 0.480061125
T-CT1 0.0118 130 3.548 0.09 94.83 28.449 1.191732892
T-CT2 0.0118 130 3.548 0.09 122.3 36.69 1.536949622
Total Hf = 11.6519595
Sedangkan head minor (Hm) adalah head yang disebabkan akibat dari
penggunaan suatu peralatan. Dalam hal ini, head minor dari sirkuit pemipaan
ini adalah head tower dari cooling tower. Adapun harga dari head tower
diambil dari katalog Liang Chi Industry Co.Ltd. yaitu 4 m (13,2 ft)
Dengan demikian, head losses total dari sirkuit pemipaaan air ini adalah :
Head losses = Hf + Hm
= 11,65 + 4 m
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
= 15,65 m
Udara ruangan yang mengalir bersirkulasi melewati coil pendingin ini akan
menjadi dingin sementara refrigeran yang mengalir di dalam tube evaporator
setelah menerima panas dari udara akan menguap . Uap refrigeran unutk
selanjutnya akan dimasukkan ke kompresor dan ditekan dari tekanan evaporator
hingga ke tekanan tinggi pada kondensor . Keluar dari kompressor , refrigeran
mengalir ke dalam kondensor . Di dalam kondensor ini refrigeran ini akan
membuang kalor sementara kalor yang dibuang oleh kondensor diterima oleh air
dingin yang mengalir melewati kondensor ini akan mengalami kenaikan suhu .
Untuk mendinginkan air ini , maka air panas ini akan dipompakan ke cooling
tower untuk selanjutnya didinginkan dengan udara yang mengalir menyilang
melewatinya.
Pada Bangunan kantor ADPEL dipilih menggunakan Package Unit dilihat dari
segi biaya,luas ruangan yang dikondisikan dan segi tata keindahan.Dari segi
biaya dapat diperkecil jika menggunakan Package Unit daripada AHU di mana
pada gedung kantor ADPEL ini terdapat ruangan-ruangan yang tidak berfungsi
penuh, tergantung pada waktu dan luas gedung yang tidak terlalu besar.Adapun
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
total Cooling Load pada Lantai 1 adalah sebesar 1052171,81 Btu/h dan dipilih
sebanyak 43 buah diffusor,Cooling Load Lantai 2 sebesar 415464,87 Btu/h
dipilih untuk 25 buah diffusor dan Cooling Load Lantai 3 adalah sebesar
680921,36 Btu/h untuk 42 buah diffusor.
- Untuk Lantai 1
1012199
cfm = = 21909,06cfm
(30 19) x60 x0,07
- Untuk Lantai 2
276191
cfm = = 8019,48cfm
(26,4 18,2) x60 x0,07
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
- Untuk Lantai 3
387012
cfm = = 12124,43cfm
(25,2 17,6) x60 x0,07
Tabel 7.5. Kecepatan maksimum udara dalam duct system kecepatan rendah
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Jadi, setiap diffusor melepaskan 509,51 cfm ke masing-masing ruangan yang
dikondisikan di Lantai 1.
Untuk sirkuit lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama dan ditabelkan
sebagai berikut
Tabel 7.2. Perhitungan Ukuran ducting pada lantai 1
Sirkuit Cfm Friction Loss/100ft (in.w) Ukuran Ducting (in)
X-2 182.33 0.17 12 x 12
1 ke 2 182.33 0.17 12 x 12
2 ke 3 182.33 0.17 12 x 12
3 ke 4 182.33 0.17 12 x 12
2 ke 6 182.33 0.17 12 x 12
5 ke 6 182.33 0.17 12 x 12
5 ke 7 182.33 0.17 12 x 12
7 ke 8 182.33 0.17 12 x 12
X-Y 105.3 0.17 8x8
Y-Z 105.3 0.17 8x8
X-V 182.33 0.17 5,5 x 5.5
V-W 99.6 0.17 12 x 12
V-T 67.47 0.17 5,5 x 5,5
T-U 99.6 0.17 7,5 x 7,5
S-T 64.71 0.17 5,5 x 5,5
R-S 657.35 0.17 40 x 40
Q-9 657.35 0.17 40 x 40
P-N 657.35 0.17 40 x 40
N-O 657.35 0.17 40 x 40
L-N 657.35 0.17 40 x 40
L-M 114.93 0.17 7,5 x 7,5
L-D 114.93 0.17 7,5 x 7,5
D-I 127.03 0.17 7,5 x 7,5
I-J 127.03 0.17 7,5 x 7,5
J-K 127.03 0.17 7,5 x 7,5
C-D 127.03 0.17 7,5 x 7,5
B-C 127.03 0.17 7,5 x 7,5
B-E 127.03 0.17 7,5 x 7,5
C-F 127.03 0.17 7,5 x 7,5
F-G 127.03 0.17 7,5 x 7,5
G-H 127.03 0.17 7,5 x 7,5
A-B 127.03 0.17 7,5 x 7,5
Packg.1 - A 127.03 0.17 7,5 x 7,5
P - 13 657.35 0.17 40 x 40
P - 16 657.35 0.17 40 x 40
P - 15 657.35 0.17 40 x 40
R-9 657.35 0.17 40 x 40
S - 13 657.35 0.17 40 x 40
13 ke 14 657.35 0.17 40 x 40
13 ke 12 657.35 0.17 40 x 40
12 ke 11 657.35 0.17 40 x 40
11 ke 10 657.35 0.17 40 x 40
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
- Untuk Lantai 2
276191 276191
cfm = = = 8019,48cfm untuk 25
(h3 h4) x60 x0,07 (26,4 18,2) x60 x0,07
diffusor
Jadi, setiap diffusor melepaskan 320,78 cfm ke masing-masing ruangan yang
dikondisikan di Lantai 2.
Untuk sirkuit lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama dan ditabelkan
sebagai berikut
Tabel 7.3. Perhitungan Ukuran ducting pada lantai 2
Sirkuit Cfm Friction Loss/100ft (in.w) Ukuran Ducting (in)
Packg.2 - A 509.62 0.17 35 x 35
A-B 509.62 0.17 35 x 35
A-C 53.04 0.17 4x4
C-D 53.04 0.17 4x4
C-E 186.54 0.17 12 x 12
E-F 186.54 0.17 12 x 12
F-G 160.77 0.17 12 x 12
G-H 160.77 0.17 12 x 12
F-K 186.54 0.17 12 x 12
K-I 186.54 0.17 12 x 12
I-J 186.54 0.17 12 x 12
K-L 123.62 0.17 7,5 x 7,5
L-M 149.6 0.17 11 x 11
L-O 123.6 0.17 7,5 x 7,5
N-O 75.56 0.17 5,5 x 5,5
0-Z 238.88 0.17 16 x 16
Z-P 135.91 0.17 7,5 x 7,5
P-Q 135.91 0.17 7,5 x 7,5
Z-S 238.88 0.17 16 x 16
R-S 238.88 0.17 16 x 16
S-T 238.88 0.17 16 x 16
T-U 238.88 0.17 16 x 16
S-W 238.88 0.17 16 x 16
V-W 238.88 0.17 16 x 16
W-X 238.88 0.17 16 x 16
X-Y 238.88 0.17 16 x 16
- Untuk Lantai 3
387012 387012
cfm = = = 12124,43cfm untuk 42
(h3 h 4) x60 x0,07 (25,2 17,6) x60 x0,07
diffusor
Jadi, setiap diffusor melepaskan 288,67 cfm ke masing-masing ruangan yang
dikondisikan di Lantai 3.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Untuk sirkuit lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama dan ditabelkan
sebagai berikut
Tabel 7.4. Perhitungan Ukuran ducting pada lantai 3
Sirkuit Cfm Friction Loss/100ft (in.w) Ukuran Ducting (in)
Packg.3 - E 575.05 0.17 38 x 38
E-F 575.05 0.17 38 x 38
E-A 575.05 0.17 38 x 38
A-B 575.05 0.17 38 x 38
B-C 575.05 0.17 38 x 38
C-D 575.05 0.17 38 x 38
F - 14 575.05 0.17 38 x 38
F - 15 575.05 0.17 38 x 38
E-F 389.99 0.17 24 x 24
F-G 275.37 0.17 18 x 18
G-H 275.37 0.17 18 x 18
F-I 524.69 0.17 35 x 35
I-J 186.65 0.17 12 x 12
J-K 220.61 0.17 16 x 16
K-L 220.61 0.17 16 x 16
L-M 220.61 0.17 16 x 16
M-N 145.98 0.17 11 x 11
N-O 145.98 0.17 11 x 11
K-P 220.61 0.17 16 x 16
P-Q 220.61 0.17 16 x 16
Q-S 220.61 0.17 16 x 16
R-S 203.01 0.17 14 x 14
S-T 586.33 0.17 38 x 38
T-U 586.33 0.17 38 x 38
S-V 328.96 0.17 22 x 22
V-W 328.96 0.17 22 x 22
W-X 127.6 0.17 7,5 x 7,5
X-Y 127.6 0.17 7,5 x 7,5
W-Z 328.96 0.17 22 x 22
Z-3 259.15 0.17 23 x 23
Z - 10 328.96 0.17 22 x 22
Z-7 328.96 0.17 22 x 22
10 ke 11 328.96 0.17 22 x 22
11 ke 12 328.96 0.17 22 x 22
12 ke 13 328.96 0.17 22 x 22
7 ke 8 328.96 0.17 22 x 22
8 ke 9 328.96 0.17 22 x 22
3 ke 4 328.96 0.17 22 x 22
4 ke 5 328.96 0.17 22 x 22
5 ke 6 328.96 0.17 22 x 22
3 ke 2 260.08 0.17 23 x 23
2 ke 1 241.24 0.17 23 x 23
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
BAB 8
KESIMPULAN
8.2. Refrigeran
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Refrigeran yang digunakan adalah R-134a dengan :
COP = 5,5
RE = 146,47 kJ/kg
Laju aliran refrigeran = 3,7 kg/s
Dirancang cooling tower seperti spesifikasi berikut yang diambil dari katalog
Liang Chi Co.Ltd. [L17]
Tipe : LBC 200
Kapasitas aliran air : 687 gpm (2600 L/menit)
Dimensi:
- Tinggi (H ) : 2990 mm (1173/4 in)
- Diameter (D) : 3770 mm (1482/5 in)
Koneksi pipa:
- Pipa outlet: 150 mm (6 in)
- Pipa inlet : 150 mm (6 in)
Diameter kipas: 2400 mm (94 in)
Daya kipas: 5 HP
Kapasitas udara : 1250 m3/menit (42780 cfm)
(in) in (in)
3 2 3
SIRKUIT Q (ft /s) Q (ft /s) Ukuran pipa Schedule No. L (ft)
C-Cond3 & D-Cond.3 0.41 0.1681 3.163 3.548 3 1/2 Sch 40 25
C-H 0.576 0.331776 3.71089 4.026 4 Sch 40 24.16
G-Pump3 & H-Pump4 0.288 0.082944 2.8528 3.068 3 Sch 40 12.36
G-Pump4 & H-Pump3 0.288 0.082944 2.8528 3.068 3 Sch 40 19.86
D-Sh.3b 0.576 0.331776 3.71089 4.026 4 Sch 40 169.15
G-Sh.3a 0.576 0.331776 3.71089 4.026 4 Sch 40 164
D-Cond.2 & C-Cond.2 0.162 0.026244 2.29676 2.469 2 1/2 Sch 40 10.83
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
A-Cond.1 & B-Cond.1 0.265 0.070225 2.7594 3.068 3 Sch 40 10.83
A-F 0.265 0.070225 2.7594 3.068 3 Sch 40 9.16
E-Pump1 & H-Pump2 0.1325 0.01755625 3.243 3.548 3 1/2 Sch 40 12.36
E-Pump2 & F-Pump1 0.1325 0.01755625 3.243 3.548 3 1/2 Sch 40 19.86
B-Sh.3b 0.265 0.070225 2.7594 3.068 3 Sch 40 162.3
E-Sh.3a 0.265 0.070225 2.7594 3.068 3 Sch 40 135
Sh.3a-T 0.834 0.695556 4.27069 5.047 5 Sch 40 60.8
Sh.3b-Q 0.834 0.695556 4.27069 5.047 5 Sch 40 44.1
SIRKUIT Q (ft3/s) Q2(ft3/s) (in) in (in) Ukuran pipa Schedule No. L (ft)
Q-CT2 0.417 0.173889 2.7594 3.548 Sch 40 3 1/2 65.7
Q-CT1 0.417 0.173889 2.7594 3.548 Sch 40 3 1/2 38.2
T-CT1 0.417 0.173889 4.27069 3.548 Sch 40 3 1/2 94.83
T-CT2 0.417 0.173889 4.27069 3.548 Sch 40 3 1/2 122.3
Dengan menyesuaikan keadaan dan ukuran ruangan tempat Package Unit, dari
catalog Package Unit pada buku Carrier dipilih Model 50BJ054 yang memiliki
kapasitas 15 - 60 Ton.
Untuk Lantai 2
415464,87 415464,87
cfm = = = 12063,44cfm untuk 25 diffusor
(h3 h 4) x60 x0,07 (26,4 18,2) x60 x0,07
Jadi setiap difusor melepaskan 482,53 CFM ke ruangan pada Lantai 2.
Sehingga perhitungan saluran udara atau ducting dapat dilihat pada tabel tabel
dibawah ini:
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
Sirkuit Cfm Friction Loss/100ft (in.w)
2
Ukuran Ducting (in )
Packg.2 - A 509.62 0.17 35 x 35
AB 509.62 0.17 35 x 35
AC 53.04 0.17 4x4
CD 53.04 0.17 4x4
CE 186.54 0.17 12 x 12
EF 186.54 0.17 12 x 12
FG 160.77 0.17 12 x 12
GH 160.77 0.17 12 x 12
FK 186.54 0.17 12 x 12
KI 186.54 0.17 12 x 12
IJ 186.54 0.17 12 x 12
KL 123.62 0.17 7,5 x 7,5
LM 149.6 0.17 11 x 11
LO 123.6 0.17 7,5 x 7,5
NO 75.56 0.17 5,5 x 5,5
0Z 238.88 0.17 16 x 16
ZP 135.91 0.17 7,5 x 7,5
PQ 135.91 0.17 7,5 x 7,5
ZS 238.88 0.17 16 x 16
RS 238.88 0.17 16 x 16
ST 238.88 0.17 16 x 16
TU 238.88 0.17 16 x 16
SW 238.88 0.17 16 x 16
VW 238.88 0.17 16 x 16
WX 238.88 0.17 16 x 16
XY 238.88 0.17 16 x 16
Ukuran ducting inch x inch
Dengan menyesuaikan keadaan dan ukuran ruangan tempat Package Unit, dari
catalog Package Unit pada buku Carrier dipilih Model 50BJ054 yang memiliki
kapasitas 15 - 60 Ton.
Untuk Lantai 3
680921,36 680921,36
cfm = = = 21332,12cfm untuk 42 diffusor
(h3 h 4) x60 x0,07 (25,2 17,6) x60 x0,07
Jadi setiap difusor melepaskan 507,9 CFM ke ruangan pada Lantai 3.
Sehingga perhitungan saluran udara atau ducting dapat dilihat pada tabel tabel
dibawah ini:
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA
Jersey, 1964.
2. Incropera, Frank P. and David P.DeWitt, Fundamental of Heat and Mass Transfer,
3. Wang, Shan K., Handbook of Air Conditioning and Refrigeration, Mc-Graw Hill,
4. Pita, Edward G., Air Conditioning System, Mc-Graw Hill, New York, 1982.
5. Stocker, Wilbert F., and William C. Jerold, Air Conditioning and Refrigeration,
6. Dossat, Roy J., Principles of Refrigeration, Second Edition, John Wiley and Son,
7. Holman, Jack P., Heat Transfer, Tenth Edition, Mc-Graw Hill, New York, 2001.
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009
9. Perry, J. H., Ed., Chemical Engineers Handbook, Mc-Graw Hill, New York, 1997.
10. Arora, C. P., Refrigeration and Air Conditioning, Second Edition, Mc-Graw Hill,
Singapore, 2001.
12. Carrier Air Conditioning Co., System Design Manual 1, Load Estimating,
13. Carrier Air Conditioning Co., System Design Manual 3, Piping Design, Syracuse,
Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Kantor ADPEL Di Medan, 2008.
USU Repository 2009