1.1. Definisi
Konversi energi adalah cara untuk merubah energi dari satu sistem ke
sistem yang lain. Misalnya energi listrik diubah menjadi energi mekanik,
energi mekanik diubah menjadi energi listrik, energi elektromagnetik
diubah menjadi energi mekanik dan lain sebagainya.
Keuntungan :
• Sumber yang kontiyu/tak terhabiskan
• Bebas polusi
- Energi modal (capital energy)
BAB 1 PENDAHULUAN
Energi yang telah ada pada atau di dalam bumi. Energi modal berupa
energi atom dan panas bumi. Energi atom dilepaskan sebagai hasil reaksi
bumi. Energi panas bumi berbentuk uap panas, air panas, bahan bakar
fosil.
2.2. Efisiensi
Gambaran keuntungan dari siklus termodinamika didefinisikan sebagai
rasio antara keluaran energi yang dikehendaki dibagi dengan energi yang
diberikan. Rasio tersebut adalah efisiensi termal (ηth)
Keluaran bersih
Sistem
W
TL
Penyerap Kalor
W = Q H − QL
(2.3)
QH − QL
Sehingga, ηth =
QH
QL (2.4)
ηth = 1 −
QH
BAB 2 KONVERSI ENERGI PANAS
Persamaan (2.4) menggambarkan bahwa siklus daya adalah terbatas, yaitu
ditentukan oleh tingkat temperatur dimana energi kalor dapat diterima
atau ditolak.
b
b c TL
d
a QH
C E G
c
a Tc
a d
QL d
QL Penukar kalor
penyerap S Va Vd V
(a) (b) (c)
W ' = − ∫ dU
d
(dQ = 0; dW = -dU)
c
= −m ∫ Cv dT
TL
dQ=dU+dW
T H
= − m.CV .(TL − TH )
= m.CV .(TH − TL )
Kerja kompresi isotermal d-a
Va
W1 = ∫Vd p.dV = m.R.TL .ln(
Va
)
Vb
BAB 2 KONVERSI ENERGI PANAS
Kerja kompresi adiabatik a-b
W" = − ∫a dU = − m ∫T Cv.dT = − m.Cv(TH − TL )
b TH
W = W2 + W '+W1 + W "
Vc Va
= m.R.TH .ln( ) + m.Cv.(TH − TL ) + m.R.TL .ln( ) − m.Cv.(TH − TL )
Vb Vd
Vc Vd
= m.R.TH .ln( ) − m.R.TL .ln( ) (2.5)
Vb Va
Dari proses ekspansi adiabatik c-d dan kompresi adiabatik a-b diperoleh :
TH.Vcγ-1 = TL.Vdγ-1 Vc Vd
(2.6) =
TH.Vbγ-1 = TL.Vaγ-1 Vb Va
Cp
γ =
Cv
BAB 2 KONVERSI ENERGI PANAS
Pada proses ekspansi isotermal b-c dan kompresi isotermal d-a, energi
dalam gas ideal adalah konstan, maka :
W2 = QH ; W1 = QL (2.7)
Kerja bersih siklus Carnot menjadi,
W = QH - QL (2.8)
Efisiensi termis,
W QH − QL
η th = =
QH QH
Vc Vd
−
m.R.TH . ln( ) m.R.TL . ln( )
= Vb Va
Vc
m.R.TH . ln( )
Vb
TH − TL T
= = 1− L
TH TH (2.9)
BAB 2 KONVERSI ENERGI PANAS
QL TL
Hubungan antara panas dan temperatur, = (2.10)
QH TH
2.5. Refrigerator Carnot
W W
QL TL Reservoir dingin QL TL
(a) (b)
Kesimpulan :
T P
QH
1 2 4 1
TH Reg QH
Reg TL = c TH = c
p=c p=c
QL
TL
4 3 3 2
QL
S V
BAB 2 KONVERSI ENERGI PANAS
Regenerator
2
3
4 1
QL QH
Kompresor Turbin
T P 1 QH
QH
1 2 TH = c
TH
Reg v=c Reg 2
4
TL
4 3 QL 3
QL
S V
BAB 2 KONVERSI ENERGI PANAS
Regenerator
2
3
4 1
QL QH
Kompresor Ekspander
isotermal eksotermal
Efisiensi termal siklus Stirling sama seperti siklus Carnot dan Ericson
untuk temperatur kerja TH dan TL yang sama.
BAB 2 KONVERSI ENERGI PANAS
Regenerator
TH TL
3
TH 4 TL
TH 1 TL
TH TL
2
TH TL
S S
Gambar 3.1. Siklus Daya Otto
Siklus ini dikenal sebagai volume konstan, karena semua penambahan dan
penolakan kalor terjadi pada volume konstan. Secara teoritis suatu campuran
udara-bahan bakar ditekan (proses 1-2) secara dapat-balik dan adiabatis sampai
volume minimum (piston di titik mati atas). Campuran kemudian dibakar dengan
mencetuskan nyala api busi dan energi ditimbulkan dalam proses isometris
dapat-balik (proses 2-3, V = Vmin). Gas panas kemudian berekspansi dalam
proses adiabatis dapat-balik (proses 3-4, S = Smak), dan panas dibuang ke
atmosfir (langkah pembuangan dan pembilasan) dalam proses isometris dapat-
balik (proses 4-1, V = Vmak). Proses terakhir sebenarnya terjadi di atmosfir
karena gas bekas dibuang dan diganti dengan udara baru.
BAB 3 MOTOR BAKAR
Parameter penting siklus Otto ialah perbandingan kompresi, rv, yaitu
perbandingan antara volume maksimum dan minimum.
Vmak V1 V4
rv = = = (3.1)
Vmin V2 V3
Dengan pengandaian yang dinyatakan untuk siklus gas ideal, efisiensi siklus
Otto adalah :
T1 (1− γ)
η th = 1 − = 1 − rv (3.2)
T2
Harga efisiensi ini lebih rendah daripada siklus Carnot, karena T2 ≠ TH. Jika siklus
Otto secara total dapat-balik, efisiensi termis menjadi (1 – T1/T3) yang mempunyai
harga lebih tinggi dari (1 – T1/T2). Upaya memperbaiki efisiensi :
- Mempertinggi perbandingan kompresi
- Memakai fluida dengan γ tinggi
Upaya yang efektif adalah menaikkan rv.
BAB 3 MOTOR BAKAR
3.2. Siklus Diesel
Siklus Diesel merupakan siklus mesin kalor termodinamika yang ideal
untuk mesin pembakaran dalam dengan pengapian kompresi (compression
ignition = CI) yang biasa disebut mesin diesel.
Dalam sistem ini, udara ditekan sampai volume yang sangat kecil,
sehingga mempunyai tekanan dan suhu tinggi. Di dekat TMA, bahan bakar
disemprotkan ke dalam udara panas dan segera terbakar di dalam silinder.
Pengaruh kombinasi antara bahan bakar dan penambahan volume membuat
proses penambahan panas mendekat proses isobar.
Pada langkah tertentu (fuel-cutoff) pemberian bahan bakar dihentikan dan
piston meneruskan ekspansi secara adiabatis hingga mencapai titik mati bawah
(volume maksimum). Pada titik ini, langkah buang dan langkah isap
mengerjakan proses pembuangan panas pada volume konstan di atmosfir.
BAB 3 MOTOR BAKAR
P P mak 3 QH T
2 QH 3
S mak
P mak
4 2 S mak
S S
Gambar 3.2. Siklus Daya Diesel
Karena hanya udara saja yang ditekan (proses 1-2) tidak terdapat persoalan
detonasi seperti siklus Otto dan sistem dapat dioperasikan pada rv yang lebih
tinggi. Upaya menaikkan efisiensi adalah dengan mengoptimukan rcf yang
menghasilkan kerja spesifik tinggi.
BAB 3 MOTOR BAKAR
Batang hubung
Karter Pena engkol
Poros engkol Engkol
Tegak V Sudut W
Sudut berhadapan
H
Radial
Piston berhadapan
Gambar 3.4. Berbagai Susunan Silinder
BAB 3 MOTOR BAKAR
3.3.2. Klasifikasi Langkah Daya
Berdasar jumlah langkah yang menghasilkan daya, MBT diklasifikasikan
sebagai siklus dua langkah (two stroke) dan empat langkah (four stroke). Mesin
siklus empat langkah membutuhkan empat langkah penuh untuk
menyempurnakan satu siklus. Keempat langkah tersebut ditunjukkan pada
gambar 3.5 dan terdiri dari langkah kompresi (1) dengan semua katup tertutup,
langkah kerja (2) dengan semua katup tertutup, langkah buang (3) dengan katup
buang terbuka dan langkah isap (4) dengan katup isap terbuka.
Campuran udara-
Gas keluar bahan bakar masuk
- Langkah ekspansi
Energi pembakaran mengekspansi piston, saluran pengeluaran terbuka
sehingga gas terbuang. Kemudian saluran pemasukan terbuka
sehingga campuran udara-bahan bakar dan oli masuk silinder dari
karter (carter case).
BAB 3 MOTOR BAKAR
Prinsip kerja motor bakar 4 tak
Injektor api/busi
TC : Top Center
P
BC : Bottom Center
BAB 3 MOTOR BAKAR
• Langkah hisap (intake stroke)
- Piston bergerak dari Titik Mati Atas (TDC) menuju Titik Mati Bawah
(BDG)
- Campuran udara + bahan bakar masuk silinder. Untuk menaikkan massa,
katup inlet dibuka sebelum langkah dimulai dan ditutup setelah ahir
langkah
• Langkah kompresi (compression stroke)
- Katup hisap dan buang tertutup. Campuran dala silinder ditekan
- Mendekati ahir kompresi, pembakaran dimulai, tekanan dalam silinder
naik secara cepat
• Langkah keja (Power Stroke) atau langkah expansi
- Gas hasil pembakaran mempunyai tekanan dan temperatur tinggi
dan menekan piston bergerak menuju BDC, diteruskan oleh batang torak
memutar poros engkol (crank shaft)
Saat piston mendekati BDC, katup buang terbuka. Pembuangan gas
dimulai dan terjadi penurunan tekanan dalam silinder.
BAB 3 MOTOR BAKAR
• Langkah buang (exhaust stroke)
- Gas keluar silinder karena beda tekanan. Piston bergerak menuju TDC
mendorong gas. Saat mendekati TDC katup inlet dibuka dan katup buang
ditutup sesaat setelah piston sampai di TDC.
Poros engkol berputar 2 kali selama 4 langkah proses. Dan hanya terjadi
satu langkah usaha.
Spark plug
Saluran Saluran
pengeluaran pemasukan
Campuran udara-
crankcase bahan bakar
Secara aktual, setiap motor bakar menghisap lebih sedikit daripada volume fluida
kerja teoritis. Massa fluida aktual yang dihisap tiap siklus dibanding massa fluida
teoritis per siklus yang dihisap disebut efisiensi volumetrik (ηv).
m/spm
ηv = (3.9)
PP/Va
m : laju aliran massa aktual (udara yang disuplai)
Va : volume spesifik fluida pada kondisi sekitar
Persamaan efisiensi volumetris menjadi :
mVa
ηv = (3.10)
(PP)(spm)
BAB 3 MOTOR BAKAR
3.3.4. Unjuk Kerja Mesin
Ada beberapa faktor unjuk kerja yang umum untuk semua mesin dan penggerak
mula
- Bhp (brake horsepower), daya kuda rem
Daya yang diberikan ke poros penggerak oleh mesin. Biasanya daya ini
diukur dengan beberapa macam dinamometer seperti dinamometer listrik
(generator atau arus eddy), rem air atau rem gesek. Bhp diukur dengan
menentukan reaksi dinamometer dengan memakai rumus :
2πWRNd
Bhp = (3.11)
33.000
dimana W : gaya reaksi netto dinamometer (lbf)
R : jari-jari lengan dinamometer (ft)
Nd : kecepatan sudut dinamometer (rpm)
Satuan Bhp adalah kW atau dk atau hp.
1 kW = 1,341 hp
1 hp = 0,746 kW
BAB 3 MOTOR BAKAR
- Ihp (indecated horsepower), daya siklus fluida
Adalah daya yang diberikan kepada piston oleh fluida kerja. Daya ini
ditentukan dengan menggunakan diagram indikator. Bhp dan ihp
diilustrasikan dengan gambar 3.7.
mesin bhp
ihp rpm
S min S min 4
Qr
4 1 P min
1 P min
Qr
S S
BAB 4 TURBIN GAS
Qa
Ruang Pembakaran
Qa
2 3 2 3
Kompresor Turbin Kompresor Turbin
W W
1 4 1 4
Atmosfir Atmosfir
Qr
Siklus Terbuka Siklus Tertutup
Dua aplikasi umum turbin gas adalah pada propulsi pesawat terbang dan
pembangkit daya listrik. Pada pesawat terbang, turbin gas memproduksi daya
yang cukup untuk menggerakkan kompresor dan generator yang menggerakkan
peralatan tambahan. Gas keluar dengan kecepatan tinggi memproduksi gaya
dorong (thrust). Kadang turbin gas dikopel dengan instalasi pembangkit daya
uap. Gas keluar turbin memberikan panas untuk memproduksi uap.
Pada pembangkit daya turbin gas, perbandingan kerja kompresor dan
kerja turbin (disebut rasio kerja balik, back work ratio) sangat tinggi. Hal ini
kurang menguntungkan apabila efisiensi adiabatis kompresor dan turbin rendah.
Berbeda dengan pembangkit daya uap dimana rasio kerja baliknya rendah.
Pembangkit dayadengan rasio kerja balik tinggi membutuhkan kapasitas turbin
yang besar untuk menyediakan daya yang diperlukan kompresor. Oleh karana itu
turbin yang dipakai dalam pembangkit daya turbin gas lebih besar kapasitasnya
dibanding turbin yang dipakai pada pembangkit daya uap untuk daya output
yang sama.
BAB 4 TURBIN GAS
Wbersih
Wturbin
Kerja balik
(back work)
Wkompresor
Gambar 4.2. Illustrasi Kerja Balik
4.2. Siklus Daya Turbin Aktual
Siklus turbin gas aktual berbeda dari siklus ideal Brayton dalam beberapa
hal. Penurunan tekanan selama penambahan panas dan pembuangan panas tidak
dapat dielakkan. Kerja masukan kompresor aktual berlebihan, dan kerja keluaran
turbin aktual kurang berkurang akibat irreversibilitas karena gesekan pada alat ini.
Oleh karena itu, perhitungan untuk kondisi aktual harus mempertimbangkan
efisiensi kompresor dan turbin :
BAB 4 TURBIN GAS
Ws h 2s − h 1
ηc = ≅ (4.4)
Wa h 2a − h 1
Wa h 3 − h 4a
ηT = ≅
(4.5)
Ws h 3 − h 4s
Penurunan tekanan selama
penambahan panas
: isobar
T : aktual
3 : ideal
2s 2a
4a
Qa 4s Penurunan tekanan selama
pembuangan panas
1
Qr
S
Gambar 4.3. Siklus Turbin Gas Aktual
BAB 4 TURBIN GAS
Keadaan 2a dan 4a adalah kondisi keluaran aktual pada kompresor dan turbin
sedang keadaan 2s dan 4s menyatakan kondisi isentropik. Efisiensi termis,
Wnet (h 3 − h 4a ) − (h 2a − h 1 )
η th = = (4.6)
Qa h 3 − h 2a
4.3. Siklus Brayton Dengan Regenerasi
Pada turbin gas, temperatur gas keluar turbin lebih tinggi daripada
temperatur udara yang meninggalkan kompresor. Udara tekanan tinggi keluar
kompresor dapat dipanaskan sebelum masuk ruang pembakaran memakai alat
penukar kalor aliran berlawanan (counter flow heat exchanger) dengan gas
keluar turbin. Alat ini disebut regenerator atau recuperator.
BAB 4 TURBIN GAS
Regenator
Produk 6
pembakaran
3 4
2 5
R. pembakaran
W
1
Kompresor (a) Turbin
T Qa P=C
3
Regenasi P=C
5’
5 4
2 Gambar 4.4. Siklus Turbin Gas
6
6’ Regenerasi
1
Qr
(a) skematik
(b) diagram T-S
(b) S
BAB 4 TURBIN GAS
Efisiensi termal siklus Brayton bertambah dengan pemakaian regenerator. Hal ini
berkat adanya pengurangan panas masuk ke ruang bakar yang dibutuhkan pada
kerja keluaran yang sama. Dengan asumsi regenerator diisolasi sempurna dan
perubahan energi kinetik dan energi potensial diabaikan maka perpindahan panas
aktual dan maksimum dari gas keluar turbin ke udara adalah :
q regen, aktual = h5 – h2 (4.7)
dan q regen, maksimum = h5’ – h2 = h4 - h2 (4.8)
Efektifitas regenerator,
q regen, aktual h5 − h2
ε= = (4.9)
q regen, maksimum h4 − h2
Jika panas spesifik (Cp) dianggap konstan,
T5 − T2
ε= (4.10)
T4 − T2
BAB 4 TURBIN GAS
Konsekuensi pemasangan regenerator :
a. Penghematan bahan bakar
b. Jika ∈ tinggi, butuh ukuran yang besar sehingga penurunan tekanan juga
besar
Berdasar konsekuensi tersebut, dalam prakteknya efektifitas regenerator berharga
0,7 atau kurang. Efisiensi termal siklus Brayton ideal dengan regenerator adalah :
T1
η th =1−
T (
pr )(γ −1)/γ
(4.11)
3
4.4.Siklus Brayton Dengan Intercoding dan Reheating
Kerja bersih siklus turbin gas adalah selisih antara kerja output turbin
dan kerja input kompresor. Kerja bersih dapat ditingkatkan dengan menambah
kerja turbin atau mengurangi kerja kompresor atau dengan keduanya. Kerja
kompresor dapat dikurangi dengan memasang intercooler antara dua buah
kompresor. Kerja turbin dapat ditingkatkan dengan menambah reheater antara
dua buah turbin.
BAB 4 TURBIN GAS
Ruang
intercoder pembakaran reheater
Tekanan Tekanan
2 konstan 3 4 5 6 konstan 7
W
1 Kompresor Kompresor Turbin Turbin 8
tingkat 1 tingkat 2 tingkat 1 tingkat 2
(a)
T P4= P5
P6= P7 Gambar 4.5. Turbin Gas Dua
5 Qa
Qa
7
Tingkat Dengan Intercooling
6 dan Reheating
4
2 8
3 (a) skematik
1
P
Proses politropik
D
P2 C Pengiritan kerja
karena intercooling
B A
Proses isotermal
intercooling
P1
1
V
Gambar 4.6. Perbandingan Kerja Input Kompresor Satu Tingkat (1AC) dan
Kompresor Dua Tingkat (1ABD) dengan Intercooling
BAB 4 TURBIN GAS
Pada kondisi ideal, efisiensi turbin,
Wnet (h 5 − h 6 ) + (h 7 − h 8 ) − (h 4 − h 3 ) − (h 2 − h 1 )
η th = = (4.12)
Qin (h 5 − h 4 ) + (h 7 − h 6 )
P2 P4 P5 P7
dan = , = (4.13)
P1 P3 P6 P8
Rasio kerja balik turbin gas dapat diperbaiki sebagai hasil intercooling dan
reheating. Bagaimanapun, hal ini tidak berarti bahwa efisiensi termis dapat pula
diperbaiki. Pada kenyataannya, intercooling dan reheating akan mengurangi
efisiensi termis kecuali kalau dipasang juga regenerator. Hal ini disebabkan
intercooling mengurangi temperatur rata-rata dimana panas ditambah (Qa) dan
reheating menambah temperatur rata-rata dimana panas dibuang (Qr).
BAB 4 TURBIN GAS
Regenerator
10
Intercoder
5 Reheater
9
Ruang
2 3 4 pembakaran 6 7 8
W
1 Kompresor Kompresor Turbin Turbin
tingkat 1 tingkat 2 tingkat 1 tingkat 2
(a)
P= C
T P=C
6 8
Qa P=C
Qregen Gambar 4.7. Turbin Gas Dua Tingkat
5
Qa 9 Dengan Intercooling, Reheating dan
7
4 2 Regenerasi
10 Qregen = Qsaved
3 Qr 1 (a) skematik
Qr
(b) diagram T-S
(b) S
BAB 4 TURBIN GAS
Efisiensi termal turbin,
Wnet Wturb.out − Wkomp.in
η th = =
Qin − Qprimer + Qreheat
(h − h 7 ) + (h 8 − h 9 ) − (h 4 − h 3 ) − (h 2 − h 1 )
= 6 (4.14)
(h 6 − h 5 ) + (h 8 − h 7 )
S
difuser kompresor R. bakar turbin nosel
Gambar 4.8. Diagram T-S Siklus Turbo-jet Ideal dan Komponen Dasar mesin
Turbo-jet
BAB 4 TURBIN GAS
Perbedaan propulsi-jet ideal dengan siklus Brayton sederhana ideal adalah bahwa
gas tidak diekspansikan ke tekanan udara sekitar. Gas keluar turbin mempunyai
tekanan cukup tinggi dan kecepatannya dipercepat oleh adanya nosel untuk
menghasilkan gaya dorong (thrust) yang mendorong pesawat (gambar 4.8).
Biasanya pesawat terbang mempunyai turbin gas yang beroperasi pada
perbandingan tekanan tinggi (10 sampai 25).
Pada kondisi ideal, kerja turbin diasumsikan sama dengan kerja kompresor.
Proses pada difuser, kompresor, turbin dan nosel dianggap isentropik. Pada
analisis siklus aktual, irreversibilitas pada tiap komponen harus dipertimbangkan.
Efek irreversibilitas adalah mengurangi daya dorong yang dihasilkan dari mesin
turbojet.
Boiler AIR
T
2 3 Wturb, out
Wpompa, in Turbin
Qin 3
cair
Pompa 4 Wturb, out
Qout 2 Cair + uap
uap
1 Kondenser 1 Qout 4
Wpompa, in
S
Gambar 5.1. Skema dan Diagram T-S Siklus Ideal Rankine
Air pada kondisi cairan jenuh (satured liquid) masuk pompa di titik 1
dan dikompresi secara adiabatik sampai ke tekanan operasi boiler/ketel (titik 2).
Air masuk boiler dalam keadaan bertekanan dan meninggalkan boiler pada
kondisi uap panas lanjut (superheated vapor) di titik 3. Boiler adalah sebuah
alat penukar kalor yang besar dimana terdapat sumber panas dari pembakaran
gas, reaktor nuklir, dan sumber lain. Boiler sering disebut steam generator.
BAB 5 PEMBANGKIT TENAGA UAP
Uap panas lanjut masuk turbin dimana uap diekspansi secara isentropik dan
menghasilkan kerja lewat poros yang terhubung ke generator listrik. Tekanan
dan temperatur selama proses ini turun sampai titik 4 dimana uap masuk
kondenser. Dalam keadaan ini uap berada pada campuran cairan jenuh-uap
dengan kualitas tinggi. Kemudian campuran cairan uap dikondensasikan pada
tekanan konstan. Uap keluar kondenser dalam keadaan cairan jenuh dan
selanjutnya masuk ke pompa.
Pada gambar 5.1, luasan di bawah kurva 2-3 menggambarkan panas yang
ditransfer ke air di boiler dan luasan di bawah kurva proses 4-1 menggambarkan
panas yang dibuang di kondenser. Selisih kedua luasan tersebut adalah kerja
bersih yang dihasilkan selama siklus.
Analisis Energi
- Pompa (Q = 0) Wpompa, in = h2 – h1 (5.1)
atau Wpompa, in = V (P2 – P1) (5.2)
- Boiler (W = 0) Qin = h3 – h2 (5.3)
- Turbin (Q = 0) Wturb, out = h3 – h4 (5.4)
- Kondenser (W = 0) Qout = h4 – h1 (5.5)
BAB 5 PEMBANGKIT TENAGA UAP
- Efiisensi termal, Wnet Qout
η th = = 1− (5.6)
Qin Qin
dimana Wnet = Qin – Qout = Wturb, out – Wpompa, in (5.7)
h1 = hf pada P1 dan V ≅ V1=V1/2 pada P1 (5.8)
hf adalah entalpi cairan jenuh, Vf adalah volume spesifik cairan jenuh.
5.2. Siklus Daya Uap Aktual
Siklus daya uap aktual terjadi akibat irreversibilitas pada tiap komponen.
Sumber irreversibilitas adalah gesekan fluida dan panas yang hilang ke
lingkungan. Gesekan fluida menyebebkan penurunan tekanan pada boileh,
kondenser dan pipa-pipa penghubung, sehingga untuk kompensasinya, air harus
dipompa pada tekanan yang cukup. Akibat adanya panas hilang, maka lebih
banyak panas yang dibutuhkan oleh boiler untuk mempertahankan kerja output.
Hal yang penting adalah irreversibilitas pada pompa dan turbin. Sebagai
hasil irreversibilitas adalah kebutuhan kerja input yang besar pada pompa dan
kecilnya produk kerja output pada turbin.
BAB 5 PEMBANGKIT TENAGA UAP
T Siklus ideal T
Penurunan tekanan
di bolier
3 3
Irreversibilitas
Irreversibilitas turbin 2a
pompa 2 Siklus aktual 2s
4
1 1
Penurunan tekanan di kondenser 4s 4a
S S
(a) (b)
1 S
Turbin 5
1 -y 4
y 6 7
Boiler y 6
Kondenser 2 3
Open
1 -y
FWH
4 2 1 7
3
1
Pompa II Pompa I
Gambar 5.4. Skema dan Diagram T-S Open Feedwater Heater pada
Siklus Rankine Ideal
Analisis energi,
Untuk tiap kilogram uap yang keluar boiler
qin = h5 – h4 (5.14)
qout = (1 – y) (h7 – h1) (5.15)
Wturb, out = (h5 – h6) + (1 – y) (h6 – h7) (5.16)
Wpoma, in = (1 –y) Wpompa I,in + Wpompa II, in (5.17)
BAB 5 PEMBANGKIT TENAGA UAP
Dimana y = m6/m5 (fraksi uap yang dipisah dari turbin)
Semakin termal siklus Rankine, semakin bertambah jika pemakaian pemanas air
pengisian semakin banyak. Beberapa pembangkit tenaga uap memakai pemanas
air pengisian sebanyak 8 buah.
Sebagian panas dari turbin dipakai untuk memanaskan air dari pompa pertama.
Perpindahan panas terjadi tanpa adanya percampuran. Diagram skematik dan
diagram T-S seperti gambar berikut :
BAB 5 PEMBANGKIT TENAGA UAP
6 T
Turbin
6
y 7 8
Qin Boiler 1-y
Kondenser 54
9
Qout 2 y 7
3
CFWH
5 Mixing 9
Chamber 1-y
2 1 1 8
3
4
Pompa II Pompa I S
Turbin 20 kW
Boiler
Proses
120 kW pemanasan
100 kW
Pompa
ms h8 − h9
= =y
mg h3 − h 2
y adalah rasio laju aliran massa uap dan gas.
Kerja bersih,
BAB 5 PEMBANGKIT TENAGA UAP
Wnet = Wnet, gas + y Wnet, uap
↓ ↓
Wout – W-in Wout – W-in
[(h7 – h8) – (h6 – h5)] [(h3 – h4) – (h2 – h1)]
↓ ↓ ↓ ↓
turbin kompresor turbin pompa
Efisiensi termal,
Wnet
ηth =
qin