Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS KUALITAS BATUBARA SEAM C1 DAN

SEAM D PADA PT BINTANG ALAM REJEKI


KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR

PROPOSAL

SEKAL
09320140069

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN

SEKAL
093 2014 0069

ANALISIS KUALITAS BATUBARA SEAM C1 DAN


SEAM D PADA PT BINTANG ALAM REJEKI
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik (S-1)
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas
Muslim Indonesia

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Anshariah, S.ST., M.T., IPP. Ir. Alam Budiman Thamsi, S.T., M.T., IPP.
NIPS. 109 070 851 NIPS. 109 161 424

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Pertambangan


Universitas Muslim Indonesia

Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP.


NIPS. 109 101 032

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, karunia dan
nikmat yang diberikan kepada kita baik itu berupa nikmat keislaman, nikmat
kesehatan serta nikmat kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian tugas akhir yang berjudul “Analisis Kualitas Batubara Seam C1 dan
Seam D Pada PT Bintang Alam Rejeki Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur” yang menjadi syarat untuk menyelesaikan program studi
strata satu (S1) pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Industri Universitas Muslim Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal tugas
akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil.
Olehnya itu, dengan segala kerendahan hati melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Zakir Sabara HW, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng., selaku
Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP., selaku Ketua Program
Studi Tenik pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim
Indonesia.
3. Bapak Ir. Hasbi Bakri, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng., selaku Dosen
Pembimbing Akademik.
4. Ibu Ir. Anshariah, S.ST., M.T., IPP., selaku Dosen Pembimbing Satu.
5. Bapak Ir. Alam Budiman Thamsi, S.T., M.T., IPP., selaku Pembimbing Dua.
6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia yang telah
banyak membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu.
7. Seluruh Staf Administrasi Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia yang telah banyak
membantu.

iii
8. Saudara-saudariku di Program Studi Teknik Pertambangan Universitas
Muslim Indonesia yang selalu memberikan semangat dan kepada semua
pihak terkait yang telah membatu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
9. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan doa, materi dan
moril.
Akhir kata, semoga proposal penelitian ini menjadi hal yang membawa
manfaat dan sekiranya segala kekurangan yang masih dijumpai dapat menjadi bahan
koreksi untuk perbaikan penulisan selanjutnya.

Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Agustus 2020

Penulis,

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Maksud dan Tujuan ............................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah ................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelian ................................................................................. 2
1.6 Alat dan Bahan .................................................................................... 3
1.7 Lokasi dan Kesampaian Daerah ........................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5
2.1 Pembentukan Batubara ........................................................................ 5
2.2 Batubara di Indonesia .......................................................................... 6
2.3 Klasifikasi Batubara............................................................................. 7
2.4 Formasi Endapan Kutai Kartanegara .................................................... 9
2.5 Pengolahan Batubara ........................................................................... 9
2.6 Analisis Batubara ................................................................................. 11
2.7 Caloric Value (Nilai Kalor) Batubara .................................................. 14

BAB III TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN .................... 15


3.1 Tahap Pendahuluan ............................................................................. 15
3.2 Tahap Pengambilan Data ..................................................................... 15
3.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 16
3.4 Tahap Penyusunan Laporan Penelitian ................................................. 16
3.5 Seminar ............................................................................................... 16
BAB IV RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL ................... 18
4.1 Rencana Anggaran Biaya .................................................................... 18
4.2 Rencana Waktu.................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Peta Lokasi Penelitian ....................................................................... 4


2.1 Pengeruh Kandungan Air, Kandungan Abu, Zat Terbang dan Kadar
Karbon Terhadap Nilai Kalori Batubara ( Kadir et al., 2017) ............ 14
3.1 Bagan Alir Tahapan Penelitian .......................................................... 17

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Menurut ASTM.................................................................. 8


2.2 Klasifikasi Btubara Menurut ISO ( International Standard Orgsnization) 8
4.1 Rencana Anggaran Biaya ..................................................................... 18
4.2 Rencana Jadwal Penelitian ................................................................... 18

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara adalah salah satu bahan galian yang memiliki peran cukup penting
dalam industri pertambangan di Indonesia. Sejak sekian lama batubara tidak hanya
digunakan sebagai pembangkit listrik semata. Namun, digunakan pula sebagai
bahan bakar utama dalam pembutatan semen, produksi baja dan berbagai kegiatan
industri lainnya. Batubara digunakan sebagai pembangkit listrik hampir 40%
di seluruh dunia (Malaidji et al, 2018).
Batubara juga merupakan bahan galian strategis dan menempati posisi yang
sangat penting dalam pembangunan nasional, maka posisi batubara sebagai bahan
bakar alternatif yang sangat diharapkan dapat mengantisipasi krisis energi dengan
meningkatkan pemanfaatannya untuk keperluan domestik sebagai bahan bakar pada
pembangkit tenaga listrik, industri maupun untuk kepentingan ekspor. Untuk
keperluan ini dibutuhkan batubara yang mempunyai kualitas yang baik. Kualiatas
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengaruh kandungan
kandungan air, abu, zat terbang, karbon padat yang dapat menurunkan kualitas pada
batubara (Muchjidin, 2006).
Batubara sebagai salah satu sumber energi alternatif dunia yang terbentuk
dari fosil sisa-sisa tanaman yang tertimbun jutaan hingga ribuan tahun yang lalu
jauh didalam lapisan bumi. Batubara dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan
bakar selain minyak bumi, seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan briket.
Oleh karena itu, seiring perkembangan zaman suatu perusahaan mulai mengelola
batubara dengan baik agar dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan konsumen
dalam hal bahan bakar dan listrik di dunia (Muchjidin, 2006).
Batubara yang akan digunakan harus sesuai dengan implementasi yang
dipilih berdasarkan kualitas dan kuantitas yang baik. Demi mendapatkan hal
tersebut, maka beberapa sampel batubara harus melalui analisis-analisis tertentu
sehingga kualitas batubara yang dihasilkan dari proses penambangan dapat
mencapai target mutu yang diinginkan oleh konsumen (Sukandarrumidi, 2006).

8
Kualitas batubara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya adalah
pengaruh kandungan air, kadar abu, zat terbang, dan karbon padat yang dapat
menurunkan kualitas pada batubara (Sukandarrumidi, 2006).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai “Analisis
Kualitas Batubara Seam C1 dan Seam D pada PT Bintang Alam Rejeki Kabupaten
Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur“

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


1. Bagaimana Kadar Abu, Moisture Content, Fix Carbon, Total Sulphur dan
Kalori pada Seam C1 dan Seam D?
2. Bagaimana hasil perbandingan kualitas batubara pada tiap seam
berdasarkan hasil analisis proksimat?
3. Bagaimana peringkat kualitas batubara berdasarkan klasifikasi ASTM
pada tiap Seam berdasarkan hasil analisis proksimat?

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah memahami perbadaan kualitas


batubara pada Seam C1 dan Seam D berdasarkan hasil uji proksimat.

1.3.2 Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini yaitu:


1. Menganalisis Kadar Abu, Moisture Content, Fix Carbon, Total Sulfur dan
Kalori pada Seam C1 dan Seam D.
2. Menganalisis perbandingan kualitas batubara pada tiap Seam
berdasarkan hasil analisis proksimat.
3. Menentukan peringkat kualitas batubara pada tiap Seam berdasarkan hasil
analisis proksimat.

1.4 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya membandingkan kualitas batubara yang ada di C1


dan
Seam D berdasarkan uji proksimat.

9
1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:


1. Menjadi salah satu referensi untuk peneliti berikutnya yang juga
melakukan penelitian mengenai kualitas batubara.
2. Memberikan rekomendasi pada perusahaan terkait kualitas batubara
terbaik berdasarkan uji proksimat.

1.6 Alat dan Bahan

1.6.1 Alat

Peralatan yang digunakan selama penilitian berlangsung, yaitu:


1. Cawan Porselin;
2. Ayakan;
3. Jaw Crusher;
4. Double Roll Crusher;
5. Neraca;
6. Muffle Furnace.

1.6.2 Bahan

Bahan yang digunakan selam penelitian berlangsung, yaitu:

1. Sampel Batubara.

1.7 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Penulis melakukan kegiatan kerja praktek mulai dari tanggal 25 Juni sampai
28 Juli 2019. Dari kota Makassar perjalanan dapat ditempuh dengan kapal
laut melalui pelabuhan Soekarno Hatta Makassar ke pelabuhan Semayang di Kota
Balikpapan dengan waktu ± 23 jam. Lokasi penambangan terletak ± 173 km ke
utara kota Balikpapan kondisi jalan untuk mencapai Kecamatan Sebulu cukup bagus
(beraspal) sehingga dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan bermotor
dengan waktu tempuh ± 5 jam dari kota Balikpapan, setelah tiba di
Kecamatan Sebulu kemudian ke lokasi penambangan berjarak ± 7 km ke arah
barat selatan ditempuh ± 15 menit menggunakan minibus. Posisi geografis daerah
penambangan yaitu S 0º11’39”–E 116º57’31”. Peta lokasi penelitian dapat dilihat

1
0
pada gambar 1.1.

1
1
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA

2.1 Pembentukan Batubara

2.1.1 Pembentukan Gambut dan Batubara


Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap yaitu tahap
pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan disebut proses peatification dan tahap
pembentukan batubara dari gambut disebut proses coalification. Berikut adalah
tahapan-tahapannya (Sudarsono, 2005).
A. Pembentukan Gambut
Penggambutan (peatification) merupakan tahap awal dari proses
pembentukan batubara. Peat merupakan hasil dari pembusukan tumbuh- tumbuhan
yang tidak sempurna. Pembentukan ini diawali dengan tumbuhan yang tumbang
atau mati di permukaan tanah pada umunya akan mengalami proses pembusukan
dan penghancuran yang sempurna sehingga beberapa waktu kemudian tidak terlihat
lagi bentuk asalnya. Pembentukan ini dapat berupa authocthon ataupun allochthon.
Pembusukan dan penghancuran tersebut pada dasarnya merupakan proses oksidasi
yang disebabkan oleh adanya oksigen dan aktivitas bakteri atau jasad renik lainnya.
Pada kondisi tersebut hanya bakteri anaerob saja yang berfungsi melakukan proses
dekomposisi. Dengan semakin bertambahnya kedalaman, makin lama persediaan
oksigen akan semakin menipis. Pada kedalaman lebih dari 10 meter tidak ada
lagi bakteri yang bekerja. Adanya tekanan akibat penambahan beban dari
atas menyebabkan pemadatan, air menjadi terperas sehingga kandungan air
berkurang dan terbentuk humin. Dalam hal ini, meskipun oksigen tidak tersedia
dalam jumlah yang cukup, komponen utama pembentuk kayu akan juga teroksidasi
menjadi H2O, CH4, CO, dan CO2 (Pratiwi, 2012).
B. Pembentukan Batubara
Proses pembatubaraan ialah tahapan perkembangan dari gambut lewat lignit,
subbituminous dan bituminous bahkan menjadi antrasit dengan reaksi perubahan
berupa peruahan struktur fisik dan kimianya. Pembatubaraan (coalification)
merupakan pembentukan batubara pada zaman Karbon yaitu

5
sekitar 270-350 juta tahun yang terjadi karena adanya tekanan dan temperatur yang
tinggi. Hal ini berarti pada proses pembatubaraan, utamanya dipengaruhi
oleh kenaikan suhu tekanan dan waktu proses. Rank batubara akan meningkat
seiring dengan meningkatnya suhu (Pratiwi, 2012).
Pembatubaraan akan terbentuk jika tekanan terhadap lapisan gambut
meningkat dengan bertambah tebalnya lapisan sedimen sehingga akan
meningkatkan temperatur. Temperatur juga akan meningkat dengan bertambahnya
kedalaman. Selain itu, kenaikan tekanan dan temperatur dapat disebabkan pula
oleh aktivitas magma, proses pembentukan gunung serta aktivitas-aktivitas
tektonik lainnya. Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan
mengkonversi gambut menjadi batubara menjadi proses pengurangan kandungan
lengas, pelepasan gas-gas (CO2, H2O, CO, CH4). Selain itu, ada pula peningkatan
kepadatan dan kekerasan serta peningkatan nilai kalor (Pratiwi, 2012).

2.1.2 Teori Pembentukan Batubara


Terdapat dua teori tentang akumulasi gambut baik mengenai ketebalannya
maupun mengenai penyebarannya, yang kemudian memungkinkan terjadinya
lapisan batubara yang ditemukan dan ditambang saat ini, yaitu: (Sudarsono, 2005)
1. Teori insitu yang menyatakan bahwa lapisan gambut terbentuk dari tumbuhan
yang tumbang di tempat tumbuhnya.
2. Teori drift yang menyatakan bahwa lapisan gambut yang terbentuk berasal
dari bagian-bagian tumbuhan yang terbawa oleh aliran air (sungai) dan
terendapkan di daerah hilir (delta).
Laju akumulasi gambut sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor tumbuhan: jenis, laju pertumbuhan, laju pembusukan. b.
Faktor tempat tumbuh: kondisi, kesuburan.
c. Faktor cuaca.

2.2 Batubara di Indonesia

Cadangan tertambang batubara yang dimiliki Indonesia sebesar 7 milyar ton


(19,53 milyar SBM) dan merupakan cadangan sumber energi yang paling
besar dibandingkan dengan minyak bumi yang besarnya 5 milyar SBM, gas 90
TSCF (15,30 milyar SBM), panasbumi 2300 MW dan tenaga air 75 MW.
Peringkat
6
batubara di Indonesia didominasi oleh peringkat rendah 58%, sub bituminous
(27%), bituminous (14%) dan sedikit antrasit (Tambaria dan Serli, 2019).
Peranan batubara sebagai sumber energi subtitusi dari minyak dan gas bumi
semakin besar terutama untuk meningkatkan laju pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi. Oleh karena itu, produksi dan konsumsi batubara Indonesia akan terus
ditingkatkan terutama sebagai bahan bakar langsung pada pembangkit-pembangkit
listrik, industri besar dan menengah, hingga industri rumah tangga (Budiman dan
Harfram, 2017).

2.3 Klasifikasi Batubara

Klasifikasi batubara yang banyak digunakan adalah meliputi klasifikasi


menurut ASTM, dan klasifikasi menurut ISO (Irizon et al., 2013).
1. Klasifikasi menurut ASTM
ASTM (American Society for Testing and Material) merupakan suatu
organisasi internasional yang mengembangkan standarisasi teknik untuk material,
produk, sistem, dan jasa. Peringkat batubara adalah posisi batubara dalam seri lignit
– antrasit. Batubara diklasifikasikan berdasarkan peringkatnya oleh ASTM
(American Standards for Testing and Materials) seperti pada Tabel 1. Menurut
ASTM batubara peringkat rendah (low rank coal) adalah batubara yang
mempunyai kadar karbon padat ‘dmmf’ <69% atau kadar zat terbang ‘dmmf’
>31%. Urutan batubara dari tingkat tertinggi sampai terendah adalah anthracite,
bituminous, sub-bituminous, dan lignite. Semakin tinggi kualitas batubara.
Klasifikasi batubara menurut ASTM dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Irizon et al.,
2013).
2. Klasifikasi Batubara Menurut ISO (International Standard Organizatio )
ISO (International Standarizations Organization) juga mengeluarkan sistem
klasifikasi batubara berdasarkan peringkat, tetapi penentuan peringkatnya
menggunakan reflektan vitrinit (Rv) hasil analisis petrografi batubara. ISO membagi
kelas/peringkat batubara menjadi tiga yakni peringkat rendah, peringkat menengah
dan peringkat tinggi (Tabel 3.2). Batubara peringkat rendah adalah lignit – sub-
bituminous yang mempunyai Rv =0.5%. Batubara peringkat menengah adalah
batubara bituminous yang mempunyai Rv antara 0.5 – 2.0. Sedangkan batubara
peringkat tinggi adalah kelompok batubara antrasit yang mempunyai Rv antara 2.0
– 6.0. Klasifikasi Batubara
7
Berdasarkan ISO (International Standard Organization) dapat dilihat pada
Tabel 2.2 (Irizon et al., 2013).
Tabel 2.1 Klasifikasi Batubara Menurut ASTM

Tabel 2.2 Klasifikasi Batubara Menurut ISO (International Standard Organizatio)

8
Batubara umumnya dibagi dalam lima kelas antara lain; antrasit, bituminus,
sub-bituminus, lignit dan gambut. (Novrizka dan Prabowo, 2013).
1. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam
berkilauan metalik, mengandung antara 85% - 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 15%.
2. Bituminus mengandung 45 - 85% unsur karbon (C) dan berkadar air 2-15%
dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, oleh karena
itu nilai kalornya kurang efisien jika dibandingkan dengan batubara
bituminus.
4. Lignit atau batu bara coklat adalah atau batu bara coklat adalah batu
bara yang sangat lunak yang mengandung air 30-60% dari beratnya .

3.4 Formasi Endapan Kutai Kartanegara

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Samarinda Kalimantan, Provinsi


Kalimantan Timur terdiri dari beberapa formasi batuan, yaitu Formasi
Kampungbaru, Formasi Balikpapan, Formasi Pulaubalang, Formasi Bebuluh,
Formasi Pamaluan, dan Alluvium. Lokasi penelitian berada pada formasi
Balikpapan. Formasi Balikpapan tersusun dari perselingan batupasir kuarsa,
batulempung lanauan dan serpih dengan sisipan napal, batugamping dan batubara
(Kahfi, 2017).
Litologi formasi ini terdiri dari perselingan batupasir kuarsa,
batulempung dan batulanau, sisipan batugamping klastik, batubara, lignit, tufaan
dan setempat greywacke (Marangkayu, 2003).

3.5 Pengolahan Batubara

Pengolahan bahan galian atau batubara adalah suatu proses yang bertujuan
untuk menghilangkan mineral pengotor di dalam batubara. Pengotor yang terdapat
di dalam batubara berupa mineral yang antara lain lempung, pasir, kwarsa dan lain-
lain. Pengolahan batubara bertujuan untuk menghilangkan pengotor yang
terdapat di dalam batubara. Pengotor yang terdapat di dalam batubara akan menjadi
abu jika batubara tersebut dibakar. Hal ini menjadi masalah dalam pemanfaatannya
untuk energi karena semakin banyak pengotor di dalam batubara akan mengurangi
nilai kalor atau nilai panas batubara. Oleh kareana itu upaya yang dilakukan untuk
9
mengurangi atau menghilangkan pengotor di dalam batubara adalah
dengan

10
melakukan pengolahan. Proses pengolahan batubara dilakukan melalui
beberapa tahap yaitu preparasi, konsentrasi dan dewatering (Nursanto et al., 2015).
Pengolahan bahan galian termasuk pengolahan batubara pada
umumnya dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Preparasi
Preparasi pada batubara merupakan operasi persiapan yang dilakukan untuk
mereduksi ukuran butir dengan tujuan untuk memenuhi ukuran sesuai dengan
penggunaannya. Reduksi ukuran butir biasanya dilakukan dengan alat peremuk yang
antara lain alat crusher atau grinder.
Proses peremukan atau crushing biasanya dikerjakan dalam tiga tahapan,
yakni:
a. Primary crushing, suatu tahapan untuk meremuk umpan dengan ukuran 2 inch
– 90 inch dan umpan ini biasanya berasal dari hasil tambang. Alat yang
digunakan berupa jaw crusher dan gyratory crusher.
b. Secondary crushing, umpan yang dimasukkan sebesar 1 inch sampai 3 inch
yang biasanya berasal dari primary crushing. Alat yang digunakan ialah
stamp mill, roller dan cone crusher.
c. Grinding atau fine crushing, umpan yang dimasukkan sebesar ¼ inch
sampai 3/8 inch. Alat yang digunakan adalah ball mill, tube mill atau
pebble mill, rod mill. Untuk mencegah adanya re-crushing dan over grinding,
serta untuk menambah produktivitas, maka digunakanalat pembantu berupa
ayakan (screen) atau bisa juga classifier. Screen dan classifier berfungsi
untuk mengelompokkan material hasil crushing atau grinding.
2. Konsentrasi
Konsentrasi pada batubara adalah suatu operasi pemisahan antara batubara
dengan pengotornya. Konsentrasi ini diantaranya bisa berdasarkan warna
atau kilap dan juga berdasarkan specific gravity (SG). Pada specific gravity
cara konsentrasinya disebut gravity concentration yang meliputi:
a. Flowing film concentration, Proses konsentrasi mendasarkan atas SG pada
aliran tipis.
b. Jigging, Proses konsentrasi yang mendasarkan kecepatan mengendap
antara pengotor dengan batubara.

11
c. Sifat permukaan mineral, Proses konsentrasi yang mendasarkan pada
senang atau tidaknya mineral terhadap gelembung udara. Cara konsentrasi
ini disebut Flotasi.
3. Dewatering
Dewatering Merupakan operasi pemisahan antara cairan dengan padatan dan
biasanya dilakukan setelah proses konsentrasi.
Dewatering ini dikelompokkan dalam tiga tahapan, yaitu:
a. Thickening, merupakan tahapan pertama pemisahan padatan dengan
cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap batubara dalam suatu
pulp, sehingga solid faktornya = 1 (% solid = 50%).
b. Fitrasi, merupakan operasi pemisahan padatan dengan cairan dengan cara
menyaring, seihingga didapat solid factor = 4 (persen solid = 80%).
c. Drying: adalah operasi penghilangan air dengan jalan pemanasan
sehingga padatan ini bebas dari cairan (%solid = 100%).

2.6 Analisis Batubara

Analisis Proksimat merupakan cara mengevaluasi batubara yang paling


sederhana. Oleh karena itu, sangat banyak dilakukan orang. Di dalam literatur,
istilah ash dan zat mineral anorganik digunakan secara bersama yang satu dapat
menggantikan lainnya. Ash adalah residu yang tertinggal setelah batubara
dibakar. Ash berbeda dengan banyaknya dan susunan kimia dari zat mineral dalam
batubara yang disebabkan pemecahan termis zat mineral pada pemanasan (Malaidji
et al., 2018).
Analisis proksimat ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemanfaatan
batubara dalam industrI pengguna batubara. Analisis proksimat ini mengacu pada
standar American Soecity for Testing and Materials (ASTM) dan terdiri dari:
(Arisandy et al., 2017).
1. Kandungan air total (total moisture)
Semakin tinggi peringkat suatu batubara semakin kecil porositas
batubara tersebut atau semakin padat batubara tersebut. Dengan
demikian akan semakin kecil juga moisture yang dapat diserap atau
ditampung dalam pori batubara tersebut. Hal ini menyebabkan semakin kecil
kandungan moisturenya khususnya inherent moisture. Semakin kecil ukuran
partikel batubara, maka semakin besar luas permukaanya. Hal ini
12
menyebabkan akan

13
semakin tinggi surface moisture. Pada nilai inherent moisture tetap, maka
TM-nya akan naik yang dikarenakan naiknya surface moisture (Toding et al,
2016).
Kandungan air total (total moisture) dapat dihitung dengan rumus:
𝑎 x b
TM= 𝑎 100% ........................................................................(Persamaan 1)

Keterangan:
TM : Kadar Total moisture (%)
a : berat contoh sebelum diangin-anginkan dan dipanaskan (gram)
b : berat contoh setelah diangin-anginkan dan dipanaskann (gram).

2. Kandungan Zat Terbang (Volatile Matter)


Kadar volatile matter dalam batubara ditentukan oleh
peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat suatu batubara akan semakin
rendah kadar volatile matternya. Volatile matter digunakan sebagai
parameter penentu dalam penentuan peringkat batubara. Volatile matter
dalam batubara dapat dijadikan sebagai indikasi reaktifitas batubara pada
saat dibakar (Toding et al, 2016).
Kandungan Zat Terbang (Volatile Matter) dapat dihitung dengan
rumus:
VM,dmmf = 100− 𝐹��,𝑑𝑚��𝑓 .....................................................(Persamaan

2)

Keterangan:
VM : Kandungan volatileer matter (%)
FC : Fixed Carbon
DMMF : Berat Kering. (Arisandy et al., 2017)
3. Kadar Abu (Ash)
Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis
mineral matter yang dikandung oleh batubara baik yang berasal dari
inherent atau dari extraneous. Semakin tinggi kadar abu pada jenis
batubara yang sama, semakin rendah nilai kalorinya. Kadar abu didalam
penambangan batubara dapat dijadikan penentu apakah penambangan
tersebut bersih atau tidak, yaitu dengan membandingkan kadar abu dari
14
data geologi atau planning, dengan kadar abu dari batubara produksi
(Toding et al, 2016).

Kadar Abu (Ash) dapat dihitung dengan rumus:

𝑎 x b
Ash= 100% ..........................................................................(Persamaan

3) 𝑎

Keterangan :
Ash : Kadar Abu (%)
a : berat contoh sebelum diangin-anginkan dan dipanaskan (gram)
b : berat contoh setelah diangin-anginkan dan dipanaskann
(gram). (Arisandy et al., 2017)
4. Kadar Karbon (Fixed Carbon)
Untuk Fixed Carbon (FC) didefinisikan sebagai material sisa setelah
berkurangnya moisture, volatile matter dan ash. FC menyatakan banyaknya
karbon yang terdapat dalam material sisa setelah volatile matter
dihilangkan. FC ini mewakili sisa penguraian dari komponen organik batubara
ditambah sedikit senyawa nitrogen, belerang, hidrogen dan mungkin
oksigen yang terserap atau bersatu secara kimiawi (Permana , 2020).
Kadar Karbon (Fixed Carbon) dapat dihitung dengan rumus:
FC=100 % - ( % Ash -% TM -%VM ) ........................................(Persamaan
4) Keterangan :
FC : Fixed Carbon
Ash : Kadar Abu (%)
TM : Kadar Air (%)
VM : Kandungan Zat Terbang (%). (Arisandy et al., 2017)
Kandungan air, kandungan abu, zat terbang dan kadar karbon dapat
mempengaruhi kualitas batubara dimana semakin tinggi kandungan air
dan kandungan abu maka nilai kalori pada batubara akan semakin turun, dan
pengaruh zat terbang yang rendah memiliki nilai kalori yang rendah,
sedangkan semakin rendah kandungan karbon batubara maka nilai kalori batubara
semakin turun.Hal ini dapat di lihat dari gambar berikut : (Kadir et al., 2017).

15
Gambar 2.1 Pengaruh Kandungan Air, Kandungan Abu, Zat Terbang dan
Kadar Karbon Terhadap Nilai Kalori Batubara (Kadir
et al., 2017)

2.7 Caloric Value (Nilai Kalor) Batubara


Salah satu nilai penting dari batubara adalah panas yang dihasilkan, apabila
batubara tersebut dibakar. Besaran nilai kalor batubara sangat ditentukan oleh jenis
batubara yang dimafaatkan oleh industry (Arisandy et al., 2017).
Proses pemanasan batubara sampai tempertur tertentu menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi struktur batubara. Dengan memanaskan batubara,
terjadi perubahan kimia karena menguapnya air bawaan, dekomposisi gugus
karboksil, penyusutan gas-gas hidrogen dan oksigen kompleks serta aromatisasi.
Komposisi dan sifat produk akhir akan bervariasi tergantung pada temperatur
pemanasan (Umar, 2010).
Secara umum nilai kalori batubara kurang lebih sebagai berikut:
- Peat, nilai kalor bawah 1700−3000 kcal/kg, bersifat higroskopis
- Lignite, nilai kalor bawah 1500−4500 kcal/kg, bersifat higroskopis
- Bituminuos coal, nilai kalor 7000−8000 kcal/kg, berwarna hitam tidak higroskopis
, kandungan abu dan air rendah (5-10%) (Arisandy et al., 2017).

16
BAB III
TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Pendahuluan

Tahapan ini merupakan kegiatan pendahuluan yang dilakukan dengan tujuan


mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan,
beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
3.1.1 Persiapan Administrasi
Pada tahap persiapan administrasi berupa pengurusan persyaratan dari
jurusan dan fakultas.
3.1.2 Studi Pustaka
Pada penelitian ini, penulias melakukan beberapa kegiatan guna
memperlancar penyelesaian di dalam penulisan penelitian ini, diantaranya dengan
mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan penulisan penelitian dan
mengutip hal-hal penting yang diperlukan dalam penulisan ini.
3.1.3 Penyusunan Proposal
Penyusunan proposal ini dilakukan setelah melakukan penelian langsung di
lapangan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan judul penelitian
kemudian dituangkan dalam bentuk proposal yang sesuai dengan aturan penulisan
yang berlaku pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia Makassar. Selanjutnya proposal penelitian yang
sudah jadi dikonsultasikan dengan pembimbing I dan pembimbing II sampai siap
untuk diseminarkan.

3.2 Tahap Pengambilan Data

Tahap pengambilan data merupakan tahan kegiatan pengambilan seluruh


data lapangan yang dibutuhkan. Data-data tersebut menunjang dalam penyusunan
laporan tugas akhir.
3.2.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari penelitian
berupa Moisture Content (%m/m), Ash Content (%m/m), Volatile Metter (%m/m),
Fixed Carbon (%m/m), Total Sulfur (%m/m) dan Calorific Value (kcal/kg).

17
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang pengumpulan dan pengolahannya dilakukan
oleh pihak perusahaan atau orang lain, yaitu litologi batuan daerah penelitian
dan peta lokasi penilitian.

3.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang didapatkan di lapangan berupa data primer maupun


data sekunder, selanjutnya diolah berdasarkan tipe data yang didapatkan. Seperti
Moisture Content (%m/m), Ash Content (%m/m), Volatile Metter (%m/m), Fixed
Carbon (%m/m), Total Sulfur (%m/m) dan Calorific Value (kcal/kg) maupun data-
data yang lainnya sesuai keperluan penelitian. Data yang diperoleh dari hasil
pengolahan data kemudian dianalisis sehingga nantinya dapat diketahui kualitas
batubara dari masing- masing seam baik digunakan sebagai data acuan
perusahaan terkait mengenai kualitas batubara dan data Calorific Value yang
didapatkan dari hasil analisis proksimat dapat menjadi acuan penentuan kualitas
batubara berdasarkan klasifikasi ASTM.

3.4 Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

Seluruh hasil penelitian baik dalam bentuk hasil pengambilan data maupun
pengolahan data serta hasil interpretasi data yang dilakukan, kemudian
dirampungkan Kembali, setelah dievaluasi kemudian dituangkan dalam bentuk
tulisan ilmiah berupa laporan Skripsi yang disusun sesuai dengan aturan penulisan
yang berlaku pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia.

3.5 Seminar

Tahap seminar dilakukan dengan tiga tahapan yaitu seminar proposal,


seminar hasil dan seminar sidang sarjana. Kegiatan ini dalam bentuk presentasi di
hadapan dosen pembimbing dan dosen penguji Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.

18
TAHAP PENDAHULUAN
1.Tahap Administrasi
2. Studi Pustaka
3. Penyusunan Laporan

TAHAP PENGAMBILAN DATA

DATA SEKUNDER
DATA PRIMER
a) Litologi batuan derah
a) Moisture Content (%m/m), penilitian.
b) Ash Content (%m/m), b) Peta lokasi penilitian.
c) Volatile Metter (%m/m),
d) Fixed Carbon (%m/m),
e) Total Sulfur (%m/m) dan
f) Calorific Value (kcal/kg).

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

PENYUSUNAN LAPORAN PENELITAN

SEMINAR

SKRIPSI

Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Penelitian.

19
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU

4.1. Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan selama penelitian didasarkan pada
tahap persiapan hingga penyusunan skripsi adalah sebagai berikut. Anggaran biaya
dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Rencana Anggaran Biaya.

No Keterangan Biaya Rp
1 Transportasi Laut 400.000,-
2 Peralatan pribadi 500.000,-
3 Penyusunan Skripsi 1.000.000,-
4 Komsumsi untuk 4 bulan 2.000.000,-
5 Biaya Tak Terduga 400.000,-
Total Biaya 4.300.000,-

4.2 Rencana Waktu


Pelaksanaan penelitian ini direncanakan selama empat bulan terhitung mulai
Persiapan sampai Ujian Tutup.

Tabel 4.2 Rencana Jadwal Penelitian.

Tahun 2020
Kegiatan
Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Studi Literatur
3. Konsultasi Dosen Pembimbing
4. Penyusunan Proposal
5. Seminar Proposal
6. Kegiatan Lapangan
7. Pengolahan dan Analisis Data
8. Penyusunan Skripsi
9. Seminar Hasil
10. Sidang Sarjana
11. Publikasi
DAFTAR PUSTAKA

Muchjidin, 2006, Pengendalian Mutu dalam Industri Batubara, ITB, Bandung

Malaidji, E., Anshariah., Ardianto., B.A., 2018, Analisis Proksimat, Sulfur, Dan
Nilai Kalor Dalam Penentuan Kualitas Batubara Di Desa Pattappa
Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan, Jurnal
Geomine Vol. 6, No. 3.

Patabang, 2009, Analisis Suhu Nyala Adiabatik Dari Berbagai Jenis Batu Bara,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1995. Peta Geologi Lembar


Sangata,Kalimantan Skala 1:250.000.

Said, M. 2017. Analisa Proximate Analysis, Total Sulphur dan Calorific Value Pada
Sampel Batubara, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Industri Politeknik AKA Bogor, Bogor.

Sukamto, R., dan Supriatna, S. 1982. “Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone
Bagian Barat Sulawesi”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Depatemen Pertambangan dan
Energi. Bandung. Indonesia.

Sukandarrumidi, 1995. Batubara dan Gambut. Universitas Gaja Mada, Yogyakarta.

Sukandarrumidi, 2006. Buku Ajar: Batubara dan Pemanfaatannya, Pengantar


Teknologi BatuBara Menuju Lingkungan Bersih. Universitas Gaja Mada,
Yogyakarta.

Umar, E.P., Nawir, A., 2017, Analisis Resistivitas Batu Bara Barru Dusun Palluda
Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan, Jurnal Geomine Vol. 5, No. 1.

Fadhili, M. A. dan Ansosry. (2019) ‘Analisis Pengaruh Perubahan Nilai Total


Moisture , Ash Content dan Total Sulphur Terhadap Nilai Kalori
Batubara Bb-50 Di Tambang Banko Barat Pt . Bukit Asam , Tbk .
Tanjung Enim’, Jurnal Bina Tambang, 4(3), pp. 54–64.
Irizon, R. Siregar, D. A. Kurnia. (2013) ‘Uji kandungan Kalor Lima Buah Sampel
Batubara dalam Pembuatan Bahan Acuan Standar Internal’, PPI
Standarisasi, Oktober 2013, Jakarta.

Kahfi, A. (2017) ‘Kajian Kemanpugaruan Batuan Menggunakan Metode Seismic,


Graphic dan Grading Pada Tambang Batupasir Formasi Balikpapan Kec. Loa
Janan Kabupaten Kutai Kartanegara’, Prosiding Seminar Nasional Teknologi
IV, a – 11’, (November), pp. 10–19.
Malaidji, E. Anshariah. Budiman, A. A. (2018) ‘Analisis Proksimat,
Sulfur, Dan Nilai Kalor Dalam Penentuan Kualitas Batubara Di Desa
Pattappa Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi
Selatan1’,Jurnal Geomine, 6(3), pp. 131–137.

Nursanto, E. Sudaryanto, Sukamto, U. (2015) ‘Pengolahan Batubara dan


Pemanfaatannya untuk Energi’,Prosiding Seminar Nasional Teknologi
IV, pp. 1–7.

Permana, A. P. (2020) ‘kajian Coal Rank Berdasarkan Analisa Proximate ( Studi


Kasus Batubara di Kabupaten Sorong )’, Jurnal Teknik, 14(2)
Sudarsono, A. S. (2005) ‘Pengantar Preparasi dan Pencucian Batubara’, ITB.
Bandung.
Tambaria, T. N. dan Serli, B. F. Y. (2019) ‘Kajian Analisis Proksimat pada Briket
Batubara dan Briket Biomassa’, Jurnal Geosains dan Teknologi, 2(2), p.
77. doi: 10.14710/jgt.2.2.2019.77-86..
Tim Inventarisai Batubara Bersistim Marangkayu. (2003) ‘Inventarisasi Endapan
Batubara Bersistim Di Daerah Marangkayu Dan Sekitarnya Kabupaten
Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur’,Kolokium Hasil
Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral, pp. 1–13.

Toding, A. Triantoro, A. Riswan. (2016) ‘Analisis Perbandingan Kualitas


Batubara Di Lokasi Penambangan Dan Stockpile Di Pt Firman Ketaun
Perkasa’, Jurnal Himasapta, 4(1), pp. 1–10.

Umar, D. F. (2015) ‘Pengaruh Proses Upgrading Terhadap Kualitas


Batubara Bunyu, Kalimantan Timur’, Seminar Rekayasa Kimia dan
Proses, pp. 1–11.

Anda mungkin juga menyukai