Anda di halaman 1dari 27

FITOREMEDIASI TUMBUHAN BELIMBING BAJO DALAM

MENYERAP LOGAM BERAT Nikel PADA PERTAMBANGAN PT. ST.


(Sulawesi Tenggara) NICKEL RESOURCE

OLEH
RISMAN
NTSB : 21701100

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Sarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


Pada Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiah Kendari

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYA H KENDARI

KENDARI

2021

i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS FITOREMEDIASI TUMBUHAN BELIMBING BAJO DALAM


MENYERAP LOGAM BERAT (Ni) PADA PERTAMBANGAN PT.
ST(Sulawesi Tenggara). NICKEL RESOURCE

Oleh:

RISMAN
21701100

Program Sarjana
Program Studi Teknik lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiayah kendari

Menyetujui,

Pembimbing, Tanda Tangan, Tanggal,

Wa Ndibale, S.T., M.Si …………… ……………..


NIDN. 0914128001

DwiPrayogo Wibowo, S.Si, M.Si …………… ……………..


NIDN. 0913119101

Kendari, 11 Oktober 2021

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Teknik Teknik Lingkungan
Universitas Muhammadiyah Kendari Universitas Muhammadiyah Kendari

Dr. Ilham, S.T., M.Si Sumarlin, S.Pd., M.Si


NIDN. 0021127310 NIDN. 0903098103

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini dengan judul (“Fitoremediasi Tumbuhan Belimbing Bajo Dalam
Menyerap Logam Berat Nikel. Pada Pertambangan PT. Sulawesi Tenggara.
Nickel Resource) guna memenuhi tugas akhir .
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa pada penyusunan proposal ini masih
jauh dari kata sempurna oleh karena itu, saran-saran dari semua pihak yang
sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini.
Kesempatan ini penulis tidak lupa pula mengucapkan rasa terimakasi yang
sebesar-besarnya kepada Bapak DwiPrayogo Wibowo, S.Si, M.Si. Selaku dosen
pembimbing satu dan ibu Wa Ndibale, S.T., M.Si. selaku pembimbing dua,atas
saran dan masukan yang telah diberikan kepada penulis.

Kendari, 11 Oktober 2021

PENULIS

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i


LEMBAR LOGO .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
BAB Ⅰ PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
E. Ruanglingkup Penelitian......................................................... 4
F. Definisi Oprasional ................................................................. 5
BAB Ⅱ TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
A. Fitoremediasi .......................................................................... 5
1. Pengertian Fitoremediasi .................................................... 5
2. Mekanisme Proses Fitoremediasi ....................................... 5
3. Kelebihan dan Kekurangan ............................................... 5
4. Mekanisme Tanaman Mengakumulasi Logam Berat ......... 5
B. Belimbing Bajo ....................................................................... 6
C. Logam Berat .......................................................................... 7
D. Logam Nikel ........................................................................... 8
BAB Ⅲ METODEOLOGI PENELITIAN ............................................ 9
A. Tempat dan Waktu ................................................................. 13
B. Alat dan Bahan ...................................................................... 13
C. Populasi dan Sampel............................................................... 14
D. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 14

v
E. Cara Pengumpulan Data ........................................................ 16
F. Prosedur Kerja ....................................................................... 16
G. Diagram Alir Penelitian ........................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 18

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fitoremediasi dalam bahasa latin phytoremediasi yang artinya suatu sistem

dimana tanaman tertentu dapat bekerjasama dengan mikroorganisme dalam

media tanah, koral, dan air dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/polutan)

menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara

ekonomi. Tumbuhan hiperakumulator adalah tumbuhan yang mempunyai

kemampuan untuk mengkonsentrasikan logam didalam biomasanya dalam kadar

yang tinggi. Kebanyakan tumbuhan mengakumulasi logam (setara dengan

0,001%), tetapi tumbuhan hiperakumulator logam dapat mengakumulasi hingga

(11%). Batas kadar logam yang terdapat didalam biomasa agar suatu

tumbuhandapat disebut hiperakumulator berbeda-beda tergantung pada jenis

logamnya (Budhi, dan joko. 2014).

Sebagai salah satu teknologi yang sedang dikembangkan fitoremediasi telah

menarik minat banyak pihak termasuk peneliti dan pengusaha. Fitoremediasi

diharapkan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi usaha

mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. bagian dari teknik

fitoremediasi proses fitokumulasi dapat menarik zat kontaminan dan media

sehingga dapat terakumulasi disekitar akar tumbuhan,proses ini disebut juga

hiperakumulasi.

Belimbing Bajo atau kongilu (Sarcotheca celebica veldk) merupakan jenis

tumbuhan liar yang banyak ditemukan tumbuh di sekitar lahan tambang maupun

1
2

pasca tambang Nikel (Ni). Belimbing Bajo termasuk kelompok asam dan banyak

dijumpai tumbuh di daerah yang tanahnya ultrabasa (serpentine) yang kaya

dengan besi dan nikel.

Logam berat dapat di klasifikasikan sebagai esensial dan non-esensial

berkaitan dengan peranya dalam sistem biologis. Logam berat esensial adalah

logam berat yang di butuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk

mendukung fisiologis dan biokimia, misalnya, Mangan (Mn), Tembaga (Cu),

Seng (Zn), dan Nikel (Ni), sedangkan logam berat non-esensial adalah logam

berat yang tidak dibutuhkan oleh organisme hidup untuk mendukung fungsi

fisiologis dan biokimia, misalnya Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Arsen (As),

Merkuri (Hg), dan Kromium (Cr). Unsur-unsur logam berat dapat terakmulasi

dalam jaringan tubuh organisme melewati tingkat trofik yang lebih rendah

ketingkat trofik yang lebih tinggidan disebut sebagai biomagnifikasi.

Logam (Ni) merupakan logam berat yang mencemari air tanah maupun air

permukaan baik perairan laut maupun darat seperti sungai, danau dan waduk.

Sumber pencemaran Logam (Ni) di perairan berasal dari pupuk, industri baja,

limbah rumah tangga dan pupuk pertanian. Limbah industri ini mengandung

senyawa Logam (Ni) yang berbahaya seperti NiSO4 dan NiCl2 (Kartika, 2010).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar tumbuhan Belimbing Bajo dalam dalam mengontrol

penyerap logam berat Ni?

2. Berapa tingkat akumulasi tumbuhan Belimbing Bajo pada logam berat Ni ?


3

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tumbuhan Belimbing Bajo dalam mengontrol

penyerapan logam berat Ni ?

2. untuk mengetahui seberapa besar tingkat reduksi logam Ni oleh tumbuhan

belimbing bajo ?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat :

1. Bagi peneliti menambah wawasan terhadap tumbuhan fitoremediasi dalam

penyerapan logam berat.

2. Bagi masyarakat sebagai informasi mengenai tumbuhan yang dapat

menyerap atau mereduksi logam berat.

3. Bagi instansi terkait upaya reboisasi pada bekas tambang dengan metode

fitoremediasi dengan tumbuhan Belimbing Bajo.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini di laksanakan pada lokasi tambang PT. St (Sulawesi

Tenggara). Nickel Risource Kab. Konawe Kec. Amonggedo.

2. Menganalisis tumbuhan belimbing bajo dalam mengakumulasi logam berat

Ni.

F. Definisi Oprasional

1. Fitoremediasi yaitu proses yang di lakukan oleh tumbuhan untuk

menguraikan zat kontaminan dengan rantai molekul kompleks menjadi


4

bahan yang tidak berbahaya dengan susunan molekul menjadi lebih

sederhana dan dapat berguna bagi tumbuhan itu sendiri.

2. Logam Ni merupakan logam berat yang mencemari air tanah maupun air

permukaan baik perairan laut maupun darat seperti sungai, danau, dan

waduk.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fitoremediasi

1. Pengertian fitoremediasi

Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian-

bagianya untuk dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran

lingkungan baik secara ex-situ mengunakan kolam buatan atau reactor

maupun in-situ langsung di lapangan pada tanah atau daerah yang

terkontaminasi limbah.

Teknik fitoremediasi didefinisikan sebagai teknologi

pembersihan,pembersihan atau pengurangan zat pencemar dalam tanah

atau air dengan mengunakan bantuan tanam (Chussetijowati, 2010).

Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa konsep dasar yaitu :

fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan

interaksi mikroorganisme dengan pendegradasi polutan (Kelly, 1997).

2. Mekanisme Proses Fitoremediasi

Mekanisme kerja tumbuhan dalam menyerap zat pencemar terdiri

dari beberapa konsep yakni :

a. Fitoekstraksi

Tanaman menyerap polutan yang berada d iair maupun tanah

dengan menyimpan atau mengakumulasi polutan tersebut di dalam daun

dan batang tanaman ini bisa disebut dengan hiperakumulator. Setelah


6

polutan tersebut diserap, tanaman tersebut harus dimusnakan dengan

incinerator kemudian di landfiling.

b. Fitovolatilisasi

Tanaman menyerap polutan kemudian merubah polutan tersebut

menjadi volatile dan kemudian ditranspirasikan oleh tanaman dengan

melepaskan polutan tersebut ke udara dengan berupa bentuk senyawa

awal polutan atau menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa

awal.

c. Fitodegradasi

Polutan diserap oleh tanaman dan kemudian polutan tersebut

mengalami metabolism didalam tanaman, metabolism dapat melibatkan

enzim seperti nitrodictase, laccase, dehaloganase, dan nitrilase.

d. Fitostabilisasi

Tanaman mengubah senyawa polutan dengan mengubah senyawa

polutan tersebut menjadi senyawa yang non toksik tanpa adanya

penyerapan polutan didalam tubuh tanaman. Hasil transformasi tersebut

tetap berada di air ataupun tanah.

e. Rizhofiltrasi

Tanaman menyerap polutan dengan mengadsorpsi kontaniman

tersebut sehingga menempel pada akar. Biasanya proses ini terjadi

apabila kontaminan berada di badan air.


7

f. Rhizodegradasi

Tanaman mengurangi kontaminan dengan menggunakan bantuan

aktivitas mikroba yang berada di sekitaran tanaman tersebut.

3. Kelebihan dan Kekurangan Fitoremediasi

Ada beberapa kelebihan dari proses fitoremediasi :

a. Fitoremediasi dapat dikatakan sebagai teknologi yang ekonomis dan

relatif aman terhadap linkungan sehinga dapat menjadi solusi untuk

menurunkan logam berat yang ada di lingkungan.

b. memonitori pertumbuhan tanaman.

c. Logam berat dapat direklamasi dan di daur ulang melalui teknik

fitoremediasi.

d. Kemampuan dalam menghasilkan buangan skunder yang lebih rendah

dan sifat toksisitasnya lebih bersahabat dengan lingkungan serta lebih

ekonomis (Sidaruk & Sipayung, 2015).

Adapun kekurangan dari proses fitoremediasi adalah :

a. Teknik ini memerlukan waktu yang lebih lama dan tergantung dengan

iklim.

b. kemungkinan adanya kontaminan yang masuk kedalam rantai makanan

melalui hewan yang mengkomsumsi tanaman tersebut.

c. mempengaruhi keseimbangan rantai makanan pada ekosistem (Sidaruk

& Sipayung, 2015).


8

4. Mekanisme Tanaman Mengakmulasi Logam Berat

Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tanaman memiliki

mekanismenya dan dibagi menjadi tiga tahap yakni :

a. Penyerapan oleh akar

Proses ini penyerapan polutan yang diserap oleh tanaman harus

memiliki bentuk berupa larurtan agar mudah diserap oleh akar tanaman.

Senyawa yang dapat larut dalam air akan diserap oleh akar bersamaan

dengan air dan untuk senyawa yang bersifat hidrofobik diserap oleh

permukaan tanaman itu sendiri.

b. Translokasi logam dari akar kebagian tanaman lain

Proses ini tanaman menyerap polutan kemudian polutan

menembus lapisan endordermis yang terdapat pada akar tanaman lalu

dilanjudkan kebagian atas tanaman melalui jaringan pengangkut (xylem

dan floem) ke bagian tanaman lainya.

c. Lokalisasi logam pada sel dan jaringan

Proses ini tanaman yang telah menyerap logam berusaha

mencegah keracunan akibat logam terhadap selnya yang menimbun

racun tersebut didalam organ tertentu seperti pada akar akan

ditranslokasikan ke jaringan aerial (antena) dan masuk kedalam xylem

dan harus melewati casparian, hal ini berfungsi agar tidak menghambat

metabolism tanaman (Handayani dkk., 2013).


9

B. Belimbing Bajo

jenis tanaman endemik, Sarcotheca. celebica atau yang dalam bahasa

lokalnya disebut kongilu, sengilu, belimbing bajo atau jeruk jerukan ini dikenal

sebagai tumbuhan yang mampu tumbuh di tanah dengan kandungan logam Nikel

yang tinggi (Netty, 2013). pada tumbuhan endemik yang mampu tumbuh dan

beradaptasi dengan baik pada tanah yang mengandung logam Nikel, jenis ini

perlu dipelajari lebih lanjut. untuk dapat mengetahui lebih jauh tentang jenis ini

diperlukan data yang lengkap, salah satunya adalah habitat tumbuhan ini dan

lokasi tumbuhnya di wilayah Sulawesi, serta bagaimana kondisi populasinya di

alam. Oleh karena itu, peta persebaran dan status konservasi kelangkaannya

perlu diketahui dan dipelajari.

Belimbing Bajo yang tumbuh normal pada kondisi media tumbuh yang

mengalami cekaman Logam Ni menunjukan bahwa Belimbing Bajo mampu

melakukan adaptasi sebagai bentuk pertahanan diri. Menurut Baker (1981), ada

tiga cara yang dilakukan tumbuhan untuk hidup pada tanah yang tercemar

Logam berat yaitu mencegah masuknya Logam kedalm jaringan tanaman

(eksklutor), mengakumulasi Logam dalam jaringan sebagai respon peningkatan

Logam dalam tanah (indicator), dan mengakumulasi Logam pada bagian

tanaman dalam jumlah yang melibihi kadar logam dalam tanah (bioakumulator).
10

Gambar 2.1 jenis tanaman endemik, Sarcotheca. Celebica


atau biasa disebut Belimbin Bajo

C. Logam Berat

Logam Berat secara alamiah sudah berada di alam karena proses pelapukan,

atau dari letukan gunung merapi dapat memberikan kontribusi kepada alam

(Suhendrayatna, 2001). tetapi hal ini bila tidak mengalami perubahan yang

mendasar pada siklus alamiahnya yaitu terkait kepada rantai makan tidak akan

menimbulkan efek toksisitas pada manusia.

Logam Berat yang mempunyai massa jenis lebih dari 5 g/cm. Logam berat ini

biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup. Kecemasan yang

berlebih terhadap hadirnya logam berat di lingkungan dikarenakan tingkat

keracunanya yang sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan makhluk hidup.

Walapun pada konsentrasi yang sedemikian rendah efek ion logam berat dapat

berpengaruh langsung hingga terakumulasi pada rantai makanan.

Logam berat berbahaya karena umumnya memiliki rapat masa yang tinggi

dan sejumlah kosentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Logam berat

dapat ditemui pada alat-alat rumah tangga misalnya baterai, rokok, alat-alat
11

elektronik, pipa air bensin, udara, keramik serta material lainya. Konsentrasi

logam berat pada barang tersebut kecil dan tidak berbahaya, namun menjadi

berbahaya bila terakumulas dalam tubuh sehingga mengakibatkan keracunan,

ahkan lebih fatal hingga berakibat kematian (Alloway, 2013).

D. Nikel (Ni)

Nikel (Ni) adalah logam putih seperti perak yang bersifat keras dan anti karat.

Logam ini membantu dalam proses pengubahan beberapa logam olahan dalam

bentuk larutan yang menghasilkan energi panas. Selain itu Ni juga berperan

penting dalam beberapa proses pengendapan logam keras dalam bentuk paduan

logam (alloy/penggabungan dua zat) seperti Stainlestel yang mengandung 18%

Ni, 8% Cr dan Nichrome paduan dari Nikel dan Kromium yang mengandung

80% Ni dan 20% Cr disarankan oleh Roberts (Rusmini, 2010).

Nikel terletak dalam tabel priodik yang memiliki symbol Ni dengan nomor

atom 28 merupakan unsur logam transisi dengan nomor massa 58,71 yang

terletak dalam golongan VIII priode 4 dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d8 4s2.

Pada umumnya tingkat oksidasi dari Ni adalah +2. Ni pada tingkat oksidasi +3

hanya sedikit dikenal. Hidrat ion adalah +2 berwarna hijau dan berwarna dan

garam-garam Ni2+ umumnya berwarna hijau dan biru (Heslop dan Robinson,

1960).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150 tahun

2000, tanah didefinisikan sebagai salasatu sumber daya alam, wilayah

hidup,media lingkungan, dan faktor produksi termasuk produksi biomassa yang

mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainya harus dijaga dan
12

dipelihara kelestarian fungsinya. Seiring meningkatnya kegiatan produksi

biomasa yang memanfaatkan tanah maupun sumber daya alam lainya yang tidak

terkendali dapat mengakibatkan kerusakan tanah untuk produksi biomassa,

sehingga menurunkan mutu serta fungsi tanah yang pada akhirnya dapat

mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainya.

Berdasarkan pertimbangan untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup,

ditetapkan peraturan pemerintah untuk mengendalikan kerusakan tanah untuk

produksi biomassa sebagai berikut :

Tabel. 2.1 nilai ambang batas pada tanah

Nilai ambang batas pada


logam berat
tanah (PPm)
Arsenik (As) 0,1-4,0
Boron (B) 2-100
Fluor (F) 30-300
Kadmium (Cd) 0,1-7,0
Mangan (Mn) 100-4000
Nikel (Ni) 10-1000
Seng (Zn) 10-300
Tembaga (Cu) 2-100
Timbal (Pb) 2-200

Tanah bekas tambang nikel (Ni) mempunyai karakterristik sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah yang jelek sehinga tidak dapat dimanfaatkan. Salah satu faktor

pencemaran tanah yang paling penting adalah limbah yang mengandung logam

berat.logam berat dengan kosentrasi rendah dibutuhkan makhluk hidup untuk

membantu bekinerja metabolism tubuh, akan tetapi pada kosentrasi yang tinggi

dapat berpotensi menjadi racun terhadap pertumbuhan tanaman tanah pasca

tambang memiliki potensi potensi untuk dimanfaatkan kembali, sehingga perlu


13

dilakukan rehabilitasi. dalam perbaikan kondisi kesehatan lingkungan diperlukan

teknik yang ramah lingkungan salah satunya dengan teknik fitoremediasi.

Fitoremediasi merupakan upaya pemilihan jenis tumbuhan khusus dan teknik

pemanfaatanya dalam akumulasi logam untuk membersihkan lingkungan dari

hamparan logam berat yang bersifat toksik (Salt. et al., 1995)

Dampak di daerah pertambanga nikel yang melebihi bakumutu Logam Ni

dapat mempengaruhi organisme hidup. Absorpsi Nikel dapat melalui inhalasi,

oral, dan dermal. Gangguan kesehatan yang timbul dapat berupa gangguan

sistemik, gangguan imunologi, gangguan neurologis, gangguan reproduksi,

gangguan perkembangan, efek karsinogenik, dan kematian (Duda-Chodak et al.,

2008; Das et al., 2019; Buxton et al., 2019).

Kegiatan pertambangan nikel di Indonesia dilakukan dengan metode

penambangan terbuka yang dikenal dengan istilah open cast mining. Metode ini

dipilih karena karakteristik biji nikel yang merupakan nikel laterit. Sebelum

kegiatan penambangan dilakukan,perlu dilakukan penyelidikan umum dari

eksplorasi biji nikel. Setelah itu dilakukan operasi penambangan untuk

memperolehbiji nikel. Kemudian, biji nikel tersebut dikirim ke pabrik

pengolahan dan pemurnian (smelter) untuk diolah lebih lanjut.


BAB III

METODEOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Untuk lokasi tempat pengambilan sampel pada penelitian ini di laksanakan di

PT.St.Nickel Resource Kab. Konawe Kec. Amonggedo adapun penelitian ini

dimulai pada bulan September sampai Oktober 2021.

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian

PETA LOKASI
PENELITIAN
Pertambangan
PT.St.Nickel
Resource kab.
Konawe kec.
Amonggedo
Sulwesi Tenggara.
Titikpengambilan
sampel

Peta Sulawei

14
15

B. Alat dan Bahan

Tabel 3.1 Alat dan Bahan dapat dilihat di bawah ini

No Alat Fungsinya
1 Cangkul Untuk mengambil tanah sebagai sampel
2 Kantong Plastik Sebagai media penampung
Bahan
1 Tumbuhan Belimbing bajo Sebagai sampel penelitian
2 Tanah Sebagai sampel penelitian

C. Populasi dan Sampel

1. populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah tumbuhan belimbing

bajo sebagai teknik fitoremediasi pada tambang nikel di PT.St (Sulawesi

Tenggara). Nickle Resource Kab.konawe Kec.Amonggedo.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang diperoleh

dari lahan tambang PT.St(Sulawesi Tenggara). Nickle Resource

Kab.konawe Kec.Amonggedo.

D. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :
16

1. Data primer

Data primer adalah data tumbuhan Belimbing Bajo yang

digunakan dalam teknik fitoremediasi.

2. Data Skunder

Data diproleh dari jurnal, literatur, serta buku yang berkaitan

dengan pengguanaan tumbuhan dalam teknik fitoremediasi.

E. Cara Pengumpilan Data

pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer karena

sumber data yang diproleh berupa tumbuhan /tanaman yang secara langsung

diproleh di lokasi atau objek penelitian. sedangkan data skunder merupakan data

pendukung dari data primer yang diambil dari jurnal, literatur, serta buku yang

berkaitan dengan penelitian .

Adapun metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah melihat secara fisik kondisi dilapangan terkait

pengambilan tumbuhan sebagai sampel penelitian.

2. Studi literature

Dalam studi literatur penulis mengumpulkan dan mengolah data dari

berbagai sumber yang berkaitan dengan judul penelitian,sumber

jurnal,buku, sertadokumentasi dilapangan sebagai bahan objek penelitian.

F. Prosedur kerja

Adapun untuk prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
17

1.Tahap awal

a. Observasi

Tujuan dari observasi adalah meninjau lokasi penelitian di PT.St

(Sulawesi Tenggara). Nickel Resource Kab.konawe Kec.Amonggedo.

b. Pemilihan Tumbuhan Fitoremediasi

Pemilihan ini bertujuan untuk memilih tumbuhan yang akumulasi

logam Ni yang tinggi.

c. Pengambilan Sampel Tanah

Tujuan dari pengambilan smpel tanah adalah untuk mengetahui

kandungan Logam berat Ni.

d. Pengamatan

Dalam proses ini sampel tumbuhan dan tanah disatukan dalam wadah

yang berukuran 40×50cm dengan berat media 15 kg media yang

digunakan berasal dari lahan bekas tambang dan proses pengamatan

dilakukan 1 sampai 6 hari pengamatan.

e. Uji Laboratorium

Tujuan dari uji laboratorium ni adalah untuk mengetahui akumulasi

tumbuhan pada logam Ni.

2. Pengumpulan Data

Data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan dan uji

laboratorium akan di sajikan dalam bentuk diagram/tabel.


18

G. Diagram Alir Penelitian

Dalam pengumpulan data penelitian ini dapat di gambarkan dalam

diagram alir berikut :

Gambar.3.2 Diagram Alir Penelitian

Ide Pokok

Survey awal Penentuan Lokasi


lapangan. Penelitian.

Pengumpulan Data Skunder


Data.
Data skunder diproleh
dari jurnal,literature,serta
buku yang berkaitan
Data Primer
dengan Teknik
Fitoremediasi
Penentuan tumbuhan
sebagai Sebagai Teknik
Fitoremediasi
Uji laboratorium

Kesimpulan dan Saran Analisa data.


saran.
DAFTARA PUSTAKA

Astuti, Inggit Puji, et al. "Sarcotheca celebica Veldkamp: Persebarannya di


Sulawesi, Status Konservasi dan Kelangkaan." Jurnal Biologi
Indonesia 14.1 (2018).
Aris, Muhammad, Tamrin A. Ibrahim, and Lidiawati Nasir. "Kontaminasi logam
nikel (Ni) pada struktur jaringan ikan." e-Journal BUDIDAYA
PERAIRAN 9.1 (2021).
Arif, Irwandy. Nikel Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, 2018.
Budhi, P., and P. Joko. "Fitoremediasi Sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan
Pencemaran, Khususnya Logam Berat." TRIPOD, IPAL Biotech, Ipal
Biofilter, Wwtp Ipal Rs, Ipal Industri (2014).
Chussetijowati, J., P. I. Tjahaya, and P. Sukmabuana. "Fitoremediasi
Radionuklida 134Cs Dalam Tanah Menggunakan Tanaman Bayam
(Amaranthus sp.)." Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan
Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir. Surabaya: ITS. Hal. 2010.
Handayanto, Eko, et al. Fitoremediasi dan phytomining logam berat pencemar
tanah. Universitas Brawijaya Press, 2017.
Hanifa, Ade Risma Dwi. Pengolahan limbah elektroplanting Untuk Penurunan
TSS, Total Krom, Dan Nikel Dengan teknik Fitoremediasi Sistem SSF-
Wetland. Diss. ITN MALANG, 2018.
Handayani, Ika Furi, Elly Setyowati, and Agus Muji Santoso. "Efisiensi
Fitoremediasi Pada Air Terkontaminasi Cu Menggunakan Salvinia
molesta Mitchel." Proceeding Biology Education Conference: Biology,
Science, Enviromental, and Learning. Vol. 10. No. 1. 2013..
INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK. "Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah." Lembaran Negara RI Tahun 165 (2000).
Irhamni, I., Pandia, S., Purba, E., & Hasan, W. (2018). Analisis Limbah
Tumbuhan Fitoremediasi (Typha Latifolia, Enceng Gondok, Kiambang)
Dalam Menyerap Logam Berat. Jurnal Serambi Engineering, 3(2).
Lestari, Devy. "Baku Mutu Tanah." (2017): 1-10.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. "Logam berat dalam pertanian." Jurnal manusia
dan lingkungan 2.7 (1995): 3-11.
Nur, Fatmawati. "Fitoremediasi logam berat kadmium (Cd)." Biogenesis: Jurnal
Ilmiah Biologi 1.1 (2013): 74-83.
Netty, S., et al. "Bioaccumulation of nickel by five wild plant species on nickel-
contaminated soil." IOSR Journal of Engineering 3.5 (2013): 1-6.
Notohadiprawiro, T. "Rethinking soil science paradigm." New ways in soil
science. ITC Publ 4 (1993): 4-16.
Rachmawati, Dania. Fitoremediasi menggunakan melati air (echinodorus
palaefolius) untuk menurunkan logam besi (Fe). Diss. UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2020.
Rusmini, Paola, et al. "Proteasomal and autophagic degradative activities in spinal
and bulbar muscular atrophy." Neurobiology of disease 40.2 (2010): 361-
369.

19
20

Rao, S. R., and J. A. Finch. "Base metal oxide flotation using long chain
xanthates." International Journal of Mineral Processing 69.1-4 (2003):
251-258.
Setiawan, Karina Novita Sari. Analisis Skala Penambangan Mineral dan
Pengangkutan: Studi Kasus Angkutan Nikel di Sulawesi Tenggara. Diss.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2018.
Sidauruk, Lamria, and Patricius Sipayung. "Fitoremediasi lahan tercemar di
kawasan industri Medan dengan tanaman hias." Pertanian Tropik 2.2
(2015): 157093.
Suhendrayatna, Ohki A., T. Nakajima, and S. Maeda. "Metabolism and organ
distribution of arsenic in the freshwater fish Tilapia mossambica." Applied
Organometallic Chemistry 15.6 (2001): 566-571.
Viobeth, Bunga Rulita. "Fitoremediasi limbah mengandung timbal (Pb) dan nikel
(Ni) menggunakan tanaman kiambang (Salvinia molesta)." Jurnal
Teknik Lingkungan 2.1 (2013): 1-10.
Wirawan, Wiweka Arif, Ruslan Wirosoedarmo, and Liliya Dewi Susanawati.
"Pengolahan limbah cair domestik menggunakan tanaman kayu apu (Pistia
stratiotes L.) dengan teknik tanam hidroponik sistem DFT (deep flow
technique)." Jurnal Sumberdaya Alam Dan Lingkungan 1.2 (2014): 63-70.
Wirawan, Wiweka Arif, Ruslan Wirosoedarmo, and Liliya Dewi Susanawati.
"Pengolahan limbah cair domestik menggunakan tanaman kayu apu (Pistia
stratiotes L.) dengan teknik tanam hidroponik sistem DFT (deep flow
technique)." Jurnal Sumberdaya Alam Dan Lingkungan 1.2 (2014): 63-70
Welch, William J., and Christopher S. Wilcox. "ROLE OF NITRIC OXIDE IN
TUBULOGLOMERULAR FEEDBACK: EFFECTS OF DIETARY
SALT: Experimental Biology 1995 Symposium on Endothelial Control of
Renal Vascular and Tubular Interactions." Clinical and experimental
pharmacology and physiology 24.8 (1997): 582-586.
21

Anda mungkin juga menyukai