DISUSUN OLEH:
FADHIL HENING WIBOWO
(13/346806/TK/40649)
DOSEN PEMBIMBING:
Ir. Anastasia Dewi Titisari, M.T., Ph.D.
YOGYAKARTA
DESEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyususn panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya referat dengan
judul "Karakteristik Batugamping Untuk Industri Semen (Studi Kasus: Batugamping Merah
Daerah Ponjong, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta)" dengan lancar. Karya
referat ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan kurikulum strata satu (S1) pada
2. Kedua orang tua saya Ibu Kristiyani Weni Astuti dan Bapak Tjipto
Budiwibowo dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral
maupun material
3. Teman teman Teknik Geologi UGM angkatan 2013 atas dukungan, kritik
dan saran yang telah diberikan
Dalam penyusunan karya referat ini penyusun berusaha sebaik mungkin dan
menyadari masih banyak kekurangan, sehingga penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar dalam penulisan karya selanjutnya dapat menjadi lebih
baik.
Akhir kata, dengan penyusunan karya referat ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan, baik bagi penyusun, pembaca dari karya referat ini. Terimakasih.
Penyusun
i
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iv
SARI ................................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
III.1. Sifat Fisik dan Geokimia Batugamping untuk Industri Semen .................. 19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 38
ii
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6 Diagenesa dan kecenderungan Lokasinya (Madden, et al, 1983) ... 15
iii
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Geokimia Batuan daerah Ponjong PLW 2A Batugamping putih, PLB
2B Batugamping merah muda, PLR 2c Batugamping merah ,(Atmoko,2016) 33
iv
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
SARI
Batugamping adalah batuan dengan komposisi dominan CaCO3. Pengaruh batugamping dalam
peradaban manusia salah satunya pada bidang konstruksi. Hari ini, batugamping menjadi bahan
dasar vital dalam dunia konstruksi peradaban modern. Salah satu produk industri yang
menggunakan batugamping dalam dunia konstruksi adalah semen. Batugamping menjadi bahan
baku kunci dari semen portland. Semen ini sudah menjadi bahan pokok yang luas
penggunaannya hampir melingkupi seluruh bentuk kegiatan konstruksi yang ada di dunia hari
ini. Oleh karena itu dalam referat ini akan dijelaskan mengenai pengertian umum batugamping
meliputi pembentukan, sifat, dan proses yang terjadi pada batugamping tersebut, kemudian akan
diberikan informasi mengenai karakteristik batugamping yang ideal untuk industri semen, dan
diberikan sebuah studi kasus pada daerah Ponjong, Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana
didapati berdasarkan komparasi geokimia antara batugamping pada daerah Ponjong dengan tipe
ideal semen menurut ASTM dan SNI, bahwa batugamping pada daerah Ponjong, baik untuk
digunakan sebagai bahan baku semen.
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
BAB I
PENDAHULUAN
batugamping dalam peradaban manusia salah satunya pada bidang konstruksi. Hari ini,
batugamping menjadi bahan dasar vital dalam dunia konstruksi peradaban modern
(USGS, 2008).
konstruksi adalah semen. Batugamping menjadi bahan baku kunci dari semen portland
(USGS, 2008). Semen ini sudah menjadi bahan pokok yang luas penggunaannya hampir
melingkupi seluruh bentuk kegiatan konstruksi yang ada di dunia hari ini. Hal ini
ditunjukan dengan keadaan dimana, meskipun 63% batuan yang dihancurkan adalah
memegang peran penting dalam kualitas semen yang akan dihasilkan. Walaupun dengan
jumlah yang sangat melimpah, pada kenyataannya tidak semua batugamping dapat
digunakan sebagai bahan dasar industri semen. Perlu adanya pertimbangan banyak
sudut pandang geologi, yang layak digunakan untuk industri semen. Diharapkan pada
kesimpulan referat ini, dapat diketahui bagaimana karakteristik yang ideal dari
1
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
1. Bagaimana sifat fisik yang ideal pada batugamping yang digunakan untuk
industri semen ?
2. Bagaimana sifat kimiawi yang ideal pada batugamping yang digunakan untuk
industri semen ?
pembuatan semen.
pembuatan semen.
Referat ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat – sifat pada batugamping dan
pengaruhnya dalam industri semen. Semen pada pembahasan ini merujuk pada Portland
yang serupa dengan asumsi bahwa batugamping dengan keadaan semula sama, jika
mengalami proses yang sama, akan menghasilkan produk yang sama pula.
2
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
BAB II
GENESA DAN LINGKUNGAN KETERBENTUKAN BATUGAMPING
Mineralogi Batugamping
Menurut Dickinson (1990), terdapat tiga mineral utama penyusun batugamping,
yaitu : kalsit, dolomit, dan aragonite (Gambar 2.6). Kalsit dan dolomit sangat
sedikit dalam batuan, dikarenakan sifat dari aragonite sendiri yang tidak stabil.
Bersambung
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Sambungan
solid- varieties yellow or rocks, but
solution brown occurs in
series with some
siderite; evaporite
minor Mn deposits
and Ca for
Mg
Rhodo Rhombo Fe2+ for Uniaxial ( ) Pink color (if Uncommon
chrosi te hedral MnCO3 Mn; present); association in
(Trigonal) complete with other Mn- sedimentary
solid- bearing minerals rocks; msy
solution occur in Mn-
series with rich
siderite; sediments
also, Ca associated
for Mn with siderite
and Fe-
silicates
Siderite Rhombo FeCO3 Complete Uniaxial ( ) Yellow-brown or Occurs as
hedral solid- brown color; high cements and
(Trigonal) solution indices than other concretions in
series rhombohedral shales and
between carbonates sandstones;
siderite common in
and iron stone
magnesite deposits; also
and rhodo in carbonate
chrosite rocks alteres
by Fe- bearing
solutions
Smith Rhombo ZnCO3 Fe2+ and Uniaxial ( ) Dirty, yellow- Uncommon
sonite hedral Mn for brown color in
(Trigonal) Zn; minor sedimentary
Ca, Cd, rocks; occurs
Cu, Co, in association
Pb for Zn with Zn ores
in limestones
Dolomite group
Dolomite Rhombo CaMg(CO3)2 Fe2+ for Uniaxial ( ) Commonly forms Dominant
hedral Mg; forms euhedral rhombs; may mineral of
(Trigonal) solid- be stained with Fe- dolomites;
solution oxides; higher indices commonly
series with than calcite; twin associated
ankerite; lamellae may be with calcite or
minor Mn parallel to both long evaporite
for Mg and short diagonals of minerals
rhombohedral
Ankerite Rhombo Ca(Mg,Fe,Mn) Limited Uniaxial ( ) Like dolomite; Much less
hedral (CO3)2 solid- distinguished from common than
(Trigonal) solution magnesite by dolomite;
series with presence of twin occurs in Fe-
dolomite; lamelllae rich sediments
also Mn as
for Mg or disseminated
Fe2+ grains or
concretions
Aragonite group
Aragonite Orthorhombic CaCO3 Small Biaxial ( ) Distinguished for Common
amounts of 2V = 18O calcite by lack of mineral in
Sr and Pb rhombohedral recent
for Ca cleavage, biaxial carbonate
character, and slightly sediments,
higher indices alters readily
4
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Sambungan
to calcite
Cerussite Orthorhombic PbCO3 Biaxial ( ) White color; Occurs in
2V = 9O adamantine supergene lead
luster ores
Strontianite Orthorhombic SrCO3 Ca, Ba for Sr Biaxial ( ) Higher 2V Occurs in
2V = 7- than veins in
Bersambung 1OO aragonite some
limestones
Witherite Orthorhombic BaCO3 Minor Ca, Biaxial ( ) Optically similar Occurs in
Sr, Mg, 2V = 16O to aragonite veins
for Ba assoicatd
with
galena
putih pada umumnya, dan dapat berubah sesuai dengan pengotor yang ada didalamnya,
Geokimia Batugamping
Batugamping secara mineralogi, tersusun atas mayoritas atau sepenuhnya kalsit,
atau dalam kandungan kimia CaCO3. Kehadiran mineral karbonat, atau non karbonat
lain dalam batugamping dapat dianggap sebagai pengotor (Bouazza et al, 2015). Seperti
dalam proses pembentukan batugamping, CaCO3 didapat dari reaksi antara CaO, dan
CO2. Kemudian, seiring dengan proses yang terjadi pada batugamping, pengotor akan
dijumpai pada jumlah tertentu (Tabel 2.2). Pengotor – pengotor yang sering dijumpai
pada batugamping antara lain Silika atau SiO2 (~1.5%), Alumina oksida atau Al2O3
(~0,4-0,5%), Besi oksida atau Fe2O3 (~0.1-0.2%), Magnesium oksida atau MgO
(~0.1% dan dapat lebih dari 10% apabila terjadi proses dolomitisasi), Sulfur Trioxide
atau SO3 (~0.1%), K2O (~0,1-0,7%), dan Na2O (~0,1-0,3%) (Bouazza et al, 2015).
5
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Tabel 2.2 Contoh Geokimia Batugamping dan Pengotornya (Bouazza et al, 2015)
Dalam tabel tersebut, kadar CaO yang ada kurang dari 60%. Hal ini terjadi
karena karbon dioksida, bersama dengan uap air dan kandungan lain yang mudah
6
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
(Dickinson, 1990).
pertukaran gas CO2, antara air dan atmosfer, fotosintesis tumbuhan, respirasi hewan,
pemisahan asam karbon, dan presipitasi serta peleburan CaCO3 yang secara kolektif
Pada persamaan diatas karbon dioksida yang larut dalam air akan menghasilkan
asam karbonat. Asam karbonat akan terurai ketika berada dalam air melepaskan ion
hidrogen (H+) dan ion asam bikarbonat (HC03-). Terlepasnya ion hidrogen dari
larutan. Pada reaksi terakhir diatas menunjukan bahwa ion karbonat (C032-) yang lepas
Penambahan C02 pada reaksi ini menyebabkan pelarutan dari karbonat yang akan
meningkatkan keasaman dan melepaskan ion H+ seperti pada reaksi pertama ( Boggs,
2006).
7
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
presentase ion yang berbeda. McLane (1995) menyebutkan bahwa konsentrasi dari
asam karbon (H2C03), bikarbonat (HC03-), dan karbonat (C02-) berhubungan dengan
sistem pH (Gambar 2.1). Pada keadaan asam, karbonat hadir sebagai H2C03; pada
keadaan netral, terbentuk HC03-; dan pada keadaan basa, ion dominan yaitu asam
karbon (C032-). Temperatur, air tanah, dan air laut mempengaruhi proses presipitasi
menghasilkan karbonat adalah mengambil kandungan karbonat terlarut dalam air untuk
membangun struktur cangkang. Mayoritas sel cangkang hewan laut terbentuk melalui
diantaranya adalah foram bentonik, dan planktonik, alga, koral, moluska, dan
8
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
sedimen karbonat. Sebagai contoh Chafetz (1986, dalam Boggs, 2006) beranggapan
bahwa beberapa peloid laut berasal dari presipitasi kalsit atau magnesian kalsit halus
disekitar gumpalan aktif produk aktifitas bakteri. Presipitasi kalsium karbonat dengan
media mikroba berhubungan pula dengan fotosintesis dan transportasi ion melalui
dinding sel. Kalsifikasi hadir pada bagian luar dari dinding sel. Dalam lingkungan ini,
mikro alkalin yang akan melepaskan Ca2+ yang diangkut dari sel, dan akan terjadi
dinding sel akan diserap oleh sel ke lingkungan, microalkaline menyediakan sumber
tambahan dari karbon untuk kalsifikasi (Yates dan Robbins, 2001, dalam Boggs, 2006).
air, menyebabkan keasaman bertambah. Di lain sisi, beberapa produk dari pembusukan
merupakan alkaline, yang akan membuat lingkungan menjadi lebih basa. Alkalinitias
dapat meningkat karena material organik mengalami reduksi sulfat oleh bakteri.
(CaC03). Berdasarkan data rekaman geologi, air laut dekat permukaan, memiliki
kandungan karbonat yang tinggi, (diperkirakan enam kali disumbangkan oleh kalsit
9
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
terlarut dan empat kali aragonit) (Morse dan Mckenzie, 1990, dalam Boggs, 2006).
Terdapat dua alasan mengapa mineral kalsium karbonat tidak terpresipitasi dalam
1. Perubahan pH pada laut terbuka akibat berkurangnya kadar karbon dioksida tidak
signifikan, hal ini dikarenakan air laut merupakan buffer yang baik. Perubahan
keasaman hanya berkisar 7.8 - 8.3 sehingga air laut bersifat sebagai larutan
2. Menurut Berner (1975, dalam Boogs, 2006) kandungan Mg2+ akan langsung
menurun.
kedalam sebuah cekungan. Proses pengendapan batugamping ini terjadi secara mekanik
dimana batugamping yang terbentuk pada suatu daerah terdeposisi ketempat lain
yang berbeda. Menurut Scholle (1983), pada tiap – tiap batugamping yang memiliki
karakteristik yang berbeda, menunjukan lingkungan dan proses yang berbeda pula.
menghancurkan kemas yang sudah ada sebelumnya. Fenomena ini menunjukan bahwa
ada jeda pengendapan yang memungkinkan batuan untuk dalam kondisi terbuka selama
10
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
beberapa waktu, sebelum terpendam oleh sedimen selanjutnya. Batugamping dari sub –
aerial sangat terkompaksi kuat karena terjadi proses sementasi sekunder akibat proses
diagenesis.
batugamping. Suplai sedimen klastik yang terlalu tinggi umumnya membuat karbonat
tidak dapat tumbuh dengan baik. Jika sedimen klastik berkurang dan terjadi
sebagai lingkungan dengan air tawar, namun alkalinitas danau yang tinggi, ditambah
dengan proses evaporasi pada lingkungan semi tertutup yang membuat lonjakan CO2
Lingkungan Eolian
Pada lingkungan ini karbonat yang terbentuk umumnya berupa batugamping
yang memiliki sortasi baik dan berlapis silang siur. Dimana butir – butir fragmen
tersusun atas ooid, pellet, dan segala bentuk pecahan cangkang atau tulang dari biota
pada lingkungan eolian tidak hanya merujuk pada daerah tepi pantai, namun dapat
lapisan tipis yang dikelilingi oleh sedimen klastik berukuran halus (umumnya lempung
– pasir halus ). Pada sedimen klastik ini, umumnya terjadi proses dolomitisasi, jika
sedimen tersebut memiliki porositas yang baik (atau terdapat struktur sedimen yang
11
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Lingkungan Pantai
Pada lingkungan ini, batugamping terbentuk dari butir – butir karbonat yang
dari cangkang karbonat, atau erosi dari lumpur karbonat yang telah terbentuk terlebih
dahulu (Moore dan Inden, dalam Scholle, 1983). Proses yang demikian menyebabkan
batugamping pada daerah ini banyak tersusun atas oolit, bioklastik, dan membentuk
Lingkungan Paparan
Pada lingkungan ini, sumber material karbonat berasal dari organisme yang
tertutup(laguna, estuarine), dan pulau - pulau disekitar paparan. Karena kondisi ini,
organisme yang terbawa pada umumnya memiliki keanekaragaman yang rendah, namun
jumlah yang melimpah. Batugamping pada lingkungan ini juga memiliki struktur fosil
Lingkungan Terumbu
Sebuah terumbu yang muncul dari dasar laut memiliki identitas unik,
Scholle,1983). Lingkungan terumbu merupakan sumber karbonat yang terbesar. Hal ini
lingkungan terumbu. Batugamping pada daerah ini sangat khas. Pada klasifikasi Embry
dan Klovan (1972), batugamping terumbu digolongkan pada autochtonus yang berarti
tidak berpindah dari lingkungan keterbentukan batugamping itu sendiri (dalam kata lain
biochoinosis). Batugamping yang terdapat pada daerah ini, yaitu: bafflestone, bindstone,
12
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
terhampar beberapa kilometer kearah laut, atau darat dari lingkungan lain (Halley et al,
dalam Scholle, 1983). Pada lingkungan ini, sumber karbonat berasal dari pecahan
cangkang, atau material pembawa karbonat lain, tergantung pada sumber lingkungan
terdekat dari bank margin tersebut (terumbu, pantai, laguna, atau pulau). Akibat dari
akumulasi tersebut, batugamping pada bank margin sangat bervariasi, terkait dengan
Batugamping Pelagic
Menurut Jenkyns dalam Scholle, (1978), pelagic adalah semua bentuk endapan
laut terbuka, baik dasar lautan yang dangkal dan bagian luar dari daerah paparan, atau
pada bagian dasar laut yang dalam , seperti pada kerak benua pada bagian pemekaran,
serta abyssal plains. Hal ini menyebabkan sedimen pelagic sangat sedikit atau bahkan
tidak terpengaruh oleh material asal darat. Batugamping yang terbentuk pada sedimen
pelagic mendapatkan suplai karbonat dari plankton – plankton yang meng sekresikan
karbonat (contoh umumnya : coccolith). Menurut Hay dan Noel, (1976), Lebih dari
50% dari dasar laut merupakan sedimen karbonatan yang dihimpun dari plankton –
plankton.
(McSween et al, 2003). Beberapa proses diagenesa merupakan bagian yang tidak
13
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Proses diagenesa berlangsung pada suhu 20oc – 300oc, dan berada cukup dekat
dengan permukaan sehingga tekanan yang bekerja pada proses kurang dari 1 kbar
(Gambar 2.2). Sebagai bagian dari proses diagenesa, diperlukan adanya fluida. Fluida
Pelarutan
Pelarutan merupakan prose bercampurnnya komponen karbonat dan fluida yang
terjadi saat fluida pori tidak jenuh oleh mineral-mineral karbonat (Gambar 2.3). Proses
pelarutan akan bekerja intensif pada mineral – mineral karbonat yang tidak resisten
(aragonite dan high-Mg Calcite), dan dengan fluida yang memiliki keasaman tinggi.
14
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Kandungan gas CO2 yang berasal dari lingkungan sekitar (contoh pada proses
pelarutan.
Pelarutan lebih intensif terjadi pada lingkungan terrigenous dengan bantuan air
meteorik, dibandingkan dengan air laut. Hal ini dikarenakan air laut telah memiliki
banyak material karbonat. Proses pelarutan tersebut dapat digambarkan dalam reaksi
kimia:
15
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Sementasi
Sementasi merupakan proses dimana lubang antar pori batugamping terisi oleh
fluida jenuh karbonat (Boggs,2006). Dalam proses ini, butiran-butiran sedimen akan
merekat satu dengan yang lain (tersementasikan) oleh agen perekat dari fluida yang
telah melarutkan material karbonat. Fluida pada pori, peningkatan temperatur, dan
yang bisa terjadi apabila telah terjadi proses diagenesa sebelumnya (yaitu pelarutan).
Dolomitisasi
(CaMg(CO3)2). Dolomit mempunyai sistem kristal yang sama dengan kalsit, namun
memiliki densitas lebih besar, sukar larut dalam air, dan rapuh. Secara umum, dolomit
Dolomitisasi terjadi pada laut dangkal, zona transisi, lingkungan pasang surut,
danau, laguna, bahkan pernah ditemukan proses dolomitisasi di dalam tubuh makhluk
hidup. Akan tetapi, proses dolomitisasi akan didukung dengan pasokan Magnesium
yang tinggi dari batuan yang dilarutkan oleh fluida (contoh: pada sistem sungai dimana
16
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Kompaksi Mekanik
Besarnya kompaksi berbanding lurus dengan tebal material yang menumpang pada
disertai dengan penipisan lapisan. Pada kedalaman 100 meter, porositas batugamping
1500 meter. Pada kedalaman ini, larutan yang berada pada rongga diantara partikel
batugamping akan membuat partikel tersebut mengalami pelarutan. Apabila hal ini
terjadi pada skala yang lebih besar, larutan akan membentuk pola yang memiliki tepi
bergerigi disebut stylolites. Untuk diagenesa tipe ini, lebih umum terjadi pada
batugamping dengan ukuran yang lebih halus. Hal ini dikarenakan permukaan kontak
17
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Proses diagenesa, acap kali terjadi tidak dalam satu waktu (Madden et al,1983).
dihasilkan pada proses dalam skala waktu dan tempat yang berbeda, dengan event yang
berbeda pula (Gambar. 2.5). Hal ini mengakibatkan sangat sulit untuk mengidentifikasi
proses yang terjadi pada sebuah batugamping, karena banyaknya proses yang terjadi,
18
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
BAB III
Sifat Fisik
Batugamping ketika mengalami proses pengolahan menjadi semen, akan melalui
1. Penghancuran
2. Penggilingan
3. Pembakaran
4. Pembentukan klinker
5. Pendinginan
Sifat fisik dari batugamping yang sangat mempengaruhi semen ada dua, yaitu
Ukuran Butir
Dalam klasifikasi batugamping, seperti Embry dan Klovan (1974), ukuran butir
dalam batugamping hanya digunakan sebagai salah satu faktor dalam tahapan
fragmen ~ 2mm. Oleh karena itu, ukuran butir yang digunakan pada semen, tidak
mengacu pada suatu klasifikasi batugamping, tapi lebih pada kenampakan langsung dan
sifat chalky. Batugamping ini punya kesan yang mirip dengan kapur yang digunakan
untuk papan tulis konvensional. Chalky Limestone terbentuk pada lingkungan laut
dalam, dimana material karbonat berasal dari plankton dan algae, yang berasal dari
19
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
lautan yang lebih dangkal, hidup secara plangtic, dan kemudian mati lalu terendapkan
pada lingkungan tersebut. Sehingga, ukuran dari material cenderung seragam karena
lingkungan yang sangat tenang, mengeliminir semua ukuran fragmen yang besar, dan
hanya menyisakan ukuran yang cukup kecil untuk diendapkan pada tingkat energi yang
kecil pula.
Kekerasan
Tingkat kekerasan batugamping yang dimaksud disini merupakan daya tahan
batugamping sebelum dapat dihancurkan, bukan pada sifat fisik mineral kalsit, yang
diukur dalam skala mohs. Tingkat kekerasan batugamping dikontrol dua faktor utama,
Embry dan Klovan (1974), dikontrol oleh tempat pembentukan, ukuran fragmen,
kelimpahan fragmen, dan jenis matriks. Batuan dengan ukuran, dan kelimpahan
fragmen lebih banyak, serta terdapat sparrit memiliki kekerasan yang tinggi, dan
berlaku sebaliknya.
Diagenesa yang secara pengaruh dapat dirasakan pada kekerasan adalah tingkat
sementasi. Sama seperti pada bagian tekstur, sementasi membuat batugamping lebih
kompak, dimana ikatan antar partikel menjadi lebih kuat satu dengan yang lain,
sehingga membuat batugampin secara fisik lebih keras setelah mengalami diagenesa,
Geokimia
Batugamping merupakan material utama dalam pembuatan semen. Presentase
batugamping sebagai bahan baku mencapai 75% dari keseluruhan pembuatan semen
dalam bentuk CaO, dan senyawa minor yang mungkin terdapat pada batugamping
(Bouazza, et al, 2015). CaO diperoleh dengan pembakaran batugamping menjadi kapur
20
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
tohor sehingga terjadi reaksi dimana CO2 dilepaskan ke udara. Hal ini dapat
berlangsung baik apabila batugamping memiliki tingkat kemurnian tinggi (>95%). Pada
yang di izinkan pada pembuatan semen (Tabel 3.1). Notasi tersebut menjadi
Tetracalcium
· Al2O3 · Fe2O3
Gypsum CaSO4 · 2
2–10%
H2O
21
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
golongan, dimana pada tiap golongan memiliki spesifikasi (Tabel 3.2), dan kegunaan
yang berbeda.
Semen Golongan I
Semen golongan I adalah semen untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan. Persyaratan – persyaratan khusus seperti pada jenis lain. Semen golongan
Semen Golongan II
Semen golongan II adalah semen untuk konstruksi atau penggunaan lain yang
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen golongan III
Semen Golongan IV
Semen Golongan IV adalah semen yang diperuntukkan penggunaan yang
memerlukan kalor hidrasi rendah. Semen golongan IV mempunyai C3S 35%, C2S 40%,
C3A 7%,
Semen Golongan V
Semen golongan V adalah semen yang dalam penggunaannya memerlukan
22
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
9 C2S, - - - 40 b -
Maksimum
a)
10 C3A, - - 15 7b 5b
Maksimum
a)
11 C4AF + - - - - 25 c
2C3A atau
C4AF +
C2F,
Maksimum
a)
Bersambung
23
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Sambungan
Acuan pada SNI mengacu pada ASTM (American Standard Testing and
Pada versi ASTM, semen juga dibagi menjadi lima kelompok besar.
24
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Type I
Semen untuk pekerjaan umum. Semen ini digunakan untuk bagian dari
konstruksi yang tidak menyentuh tanah, dan airtanah. Komposisi dari semen ini terdiri
dari :
55% (C3S), 19% (C2S), 10% (C3A), 7% (C4AF), 2.8% MgO, 2.9% (SO3), 1.0% ignition
Type II
Semen tipe II digunakan untuk memberi panas yang lebih rendah pada saat
51% (C3S), 24% (C2S), 6% (C3A), 11% (C4AF), 2.9% MgO, 2.5% (SO3), 0.8% ignition
Batas dari kandungan C3A tidak lebih dari 8%. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi dampak dari sulfat. Semen ini digunakan pada konstruksi yang mengalami
kontak dengan tanah atau airtanah. Terlebih pada daerah yang mengandung sulfat tinggi.
Type III
Semen tipe III memiliki kekuatan yang sedikit lebih tinggi dari dua tipe pertama.
25
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
57% (C3S), 19% (C2S), 10% (C3A), 7% (C4AF), 3.0% MgO, 3.1% (SO3), 0.9%
Semen ini memiliki butir yang lebih halus dari tipe I. Dalam proses
pembentukan kuat tekan dari semen. Pada perbandingan yang sama dengan tipe I pada
hari ke-7, kuat tekan yang sama sudah dapat diperoleh tipe III pada hari ke-3. Lebih
jauh, kuat tekan semen tipe III pada hari ke-7, sama dengan kuat tekan pada semen tipe
I dan II pada hari ke-28. Sisi negative dari semen ini muncul setelah 6 bulan, dimana
kekuatan dari semen akan semakin menurun dan berada pada level dibawah semen tipe
I dan II. Untuk itu, semen ini lebih diperuntukkan untuk konstruksi darurat, dan
Type IV
hidrasi yang sangat rendah. Komposisi dari semen ini terdiri dari :
28% (C3S), 49% (C2S), 4% (C3A), 12% (C4AF), 1.8% MgO, 1.9% (SO3), 0.9%
Limitasi dari (C3A) 7%, dan limitasi dari (C3S) 35%. Limitasi ini dimaksudkan
untuk menghambat proses pemanasan hidrasi. Konsekuensi dari proses hidrasi yang
berlangsung secara lambat, adalah pembentukan kuat tekan semen yang lebih lama
dibandingkan tipe yang lain. Setelah satu atau dua tahun, kuat tekan pada semen tipe IV
menjadi yang paling tinggi dibandingkan semen yang lain. Semen ini digunakan untuk
bangunan besar seperti dam, dimana perbandingan antara rasio permukaan dan volume
26
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
begitu besar. Semen ini diproduksi sangat terbatas dikarenakan harga yang lebih mahal,
dan penggunaan yang lebih spesifik, serta adanya jenis semen alternative yang secara
harga lebih murah, namun masih dapat menopang fungsi yang sama dengan semen tipe
IV.
Type V
Semen tipe V, adalah semen yang dirancang khusus untuk konstruksi yang
menghadapi ancaman sulfat secara serius. Komposisi dari semen ini terdiri dari :
38% (C3S), 43% (C2S), 4% (C3A), 9% (C4AF), 1.9% MgO, 1.8% (SO3), 0.9%
Semen tipe V mengandung (C3A) dalam kadar yang sangat rendah. Kadar (C3A)
maksimum (C3A) pada semen tipe V yang diizinkan hanya 5%. Limitasi lain ada pada
(C4AF) + 2(C3A) yang tidak boleh melampaui 20%. Semen ini digunakan pada
konstruksi untuk tanah yang mengandung alkali tinggi, atau air dengan kandungan
sulfat yang tinggi, dimana (C3A) akan bereaksi dan mengganggu proses pemuaian.
tersusun atas CaCO3, dan segala bentuk mineral lain, baik karbonat maupun non
karbonat adalah pengotor. Kandungan pengotor ini, dalam industri semen dapat
ditolelir dalam batasan tertentu, namun tetap memiliki dampak negatif pada semen yang
dihasilkan.
27
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
1. Alkali
dampak negatif pada semen yang dihasilkan. Pada suhu sekitar 800 – 1000o C, senyawa
alkali mulai menguap. Uap alkali akan bereaksi dengan gas-gas COx (baik dari bahan
baku atau dari bahan bakar), dan klorida membentuk senyawa-senyawa alkali sulfat
(Na2SO4 dan K2SO4), alkali karbonat (Na2CO3 dan K2CO3) dan alkali klorida (NaCl dan
KCl). Tetapi pada suhu dibawah 7000C sebagian besar garam-garam alkali yang
terbentuk akan mengembun dan akan menempel pada butir-butir umpan tanur
membentuk bahan yang lengket (terutama alkali sulfat dan klorida). Bahan yang lengket
ini dapat menempel pada dinding proses pengolahan, sebagian akan ikut terbawa debu
2. Belerang
bentuk pirit (FeS2), dan SO3. Jika jumlah SO3 cukup banyak, maka kelebihan gas SO3
akan bereaksi dengan kalsium karbonat (CaCO3), dan menghasilkan CaSO4. Senyawa
CaSO4.
Sebagian CaSO4 lainnya akan terbawa keluar. Anhidrat CaSO4 memiliki jauh lebih kecil
dibandingkan dengan daya larut gypsum, sehingga terak dapat berfungsi sebagai
pengatur waktu pengikatan semen. Anhidrat CaSO4 menyebabkan jumlah gypsum yang
ditambahkan pada penggilingan terak menjadi berkurang. Hal ini akan memperumit
28
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
perhitungan, dan identifikasi sulfur, sedangkan kadar SO3 yang tersisa, akan
mempercepat proses korosi pada besi yang digunakan sebagai rangka bangunan.
Kapur bebas yang terdapat dalam semen adalah CaO yang tidak bereaksi dengan,
SiO2, Al2O3 dan Fe2O3. Adanya kapur bebas disebabkan oleh 2 hal sebagai berikut:
dan Fe2O3. Hal ini terjadi akibat proses pembakaran yang mengakibatkan
semen.
dijumpai. Mg terbentuk pada laut dan membentuk nodule nodule, hadir dalam mineral
dolomit, dan terbentuk dalam proses dolomitisasi, membuat Mg menjadi unsur yang
menjadi turu.
29
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
MgO yang terbentuk tidak bereaksi dengan oksida-oksida utama seperti SiO2,
Al2O3, dan Fe2O3, membentuk kristal perisicle. Akibat reaksi perisicle dengan air
berjalan sangat lambat dan pada suhu kamar akan berlangsung terus dalam jangka
digunakan.
bahan baku utama komposisi belum memenuhi persyaratan secara kualitatif dan
kuantitatif. Bahan baku korektif juga dapat digunakan untuk memperkecil presentase
30
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
BAB IV
STUDI KASUS
Yogyakarta
Gambar 4.1 Peta geologi daerah Sawahan dan sekitarnya, Kecamatan Ponjong,
Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Atmoko, 2016)
tidak selaras Formasi Wonosari. Satuan batuan yang ada di daerah penelitian
tersusun oleh 3 satuan batuan yaitu satuan breksi andesit, satuan batupasir tufan
31
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
merah terlihat memiliki intensitas warna merah yang berbeda dan secara umum
dibagi menjadi dua yaitu batugamping agak merah muda dan batugamping
kelurusan struktur dan sesar geser sinistral yang menunjukan tren kearah
(24%), alga (16%), fragmen cangkang moluska (9%), bioklas tidak teridentifikasi
(16%), sparit (9%), mikrit (18%), siderit (4%), dan kuarsa (4%). Mineral siderit
32
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Tabel 4.1 Geokimia Batuan daerah Ponjong PLW 2A Batugamping putih, PLB 2B Batugamping merah
muda, PLR 2c Batugamping merah, (Atmoko, 2016
33
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Pembahasan
Dari segi fisik, batugamping pada daerah ini bukan merupakan batugamping
yang favorit untuk digunakan sebagai bahan baku semen. Hal ini dikarenakan fragmen
yang cenderung besar, dan terdapatnya kandungan mineral bijih yang keras.
yang telah dalam bentuk murni. Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa :
34
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
1. Batugamping putih memiliki kadar CaO yang masih dibawah batas minimal
CaO yang dibutuhkan untuk semen, sehingga semen dengan batugamping ini
kedalam campuran. Akan tetapi, secara kuantitas, kadar CaO pada daerah ini
cukup memenuhi syarat. Selain itu, kadar SiO2, dan Al2O3 cenderung rendah dan
perlu ditambahkan mineral lempung kaya silika, atau pasir kuarsa karena kadar
SiO2 yang sangat rendah, dan tidak membantu pengkayaan SiO2 setelah proses
2. Batugamping merah muda memiliki kadar CaO yang masih dibawah batas
ditambahkan kedalam campuran. Akan tetapi, secara kuantitas, kadar CaO pada
daerah ini cukup memenuhi syarat. Selain itu, kadar SiO2, dan Al2O3 cenderung
rendah dan perlu ditambahkan mineral lempung kaya silika, atau pasir kuarsa
karena kadar SiO2 yang sangat rendah, dan tidak membantu pengkayaan SiO2
putih. Sisi positif dari batugamping putih daerah Ponjong adalah rendahnya
pembuatan semen, kualitas semen akan baik, namun perlu diperhatikan bahwa
ada peningkatan kadar besi dibanding batugamping putih. Kadar besi yang
berlebihan dapat menaikkan densitas dan akan menjadi beban pada tubuh
konstruksi.
35
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
3. Batugamping merah memiliki kadar CaO yang masih dibawah batas minimal
CaO yang dibutuhkan untuk semen, sehingga semen dengan batugamping ini
kedalam campuran. Akan tetapi, secara kuantitas, kadar CaO pada daerah ini
cukup memenuhi syarat. Selain itu, kadar SiO2, dan Al2O3 cenderung rendah dan
perlu ditambahkan mineral lempung kaya silika, atau pasir kuarsa karena kadar
SiO2 yang sangat rendah, dan tidak membantu pengkayaan SiO2 setelah proses
dibanding dengan dua batugamping yang lain. Sisi positif dari batugamping
jika bahan koreksi ditambahkan dalam pembuatan semen, kualitas semen akan
baik, namun perlu diperhatikan bahwa kadar besi batugamping merah paling
tinggi dibanding batugamping putih, dan batugamping merah muda. Kadar besi
yang berlebihan dapat menaikkan densitas dan akan menjadi beban pada tubuh
konstruksi.
sebagai bahan baku semen.. Mengenai pengotor – pengotor yang terdapat didalam
pengayakan batutohor yang lebih intensif, dan pengolahan – pengolahan lanjutan lain
yang dapat menjaga kualitas bahan baku agar menghasilkan semen dengan kualitas
yang optimal. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan semen rumahan yang digunakna
secara luas yaitu portland tipe I (Tabel 3.2), kandungan pengotor dari batugamping
36
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
BAB V
KESIMPULAN
bahwa :
semen
ukuran butir dan tingkat kekerasan, dimana semakin halus, dan lunak
Sifat kimia pada batugamping pada semen selain CaO yang dapat
mempengaruhi kualitas semen adalah Fe2O3, SO2, Al2O3, dan senyawa lain
bahan pengkoreksi
ada cukup ideal karena memiliki kandungan CaO yang cukup tinggi, namun
Untuk mendapat hasil yang ideal, perlu mendapat mineral lempung dengan
kadar silika tinggi, dan beberapa bahan pengkoreksi seperti pasir kuarsa, dan
bauksit
37
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Daftar Pustaka
Bliss, James D., Timothy S. Hayes, Greta J. Orris. 2008. USGS Fact Sheet. United
Boggs, Sam Jr. (2006). Principles of Sedimentology and Stratigraphy: 4th Edition.
Boggs, Sam Jr. (2009). Petrology of Sedimentary Rocks: 2nd Edition. New York:
Bouazza, Novreddine, Abdel Aziz El Mrihi, Ali Maate. 2015. Geochemical Assesment
SNI 2049:2015
38
Press
38
Karya Referat Karakteristik Batugamping Untuk
Industri Semen
Pellant, Christ. 1992. Rocks and Minerals: Eyewitness Handbook. United Kingdom:
Dorling Kindersley
Orns, David M. Sutphin, dan David Willburn. 2005. Geology and Nonfuel
Mineral Deposits of Asia and The Pacific. Virginia: USGS National Center,
Reston.
Kebumian Ke-8
(2014) 99 – 108.
www.geol.umd.edu/~hcui/Teaching/DiagenesisHuanCui,
diakses pada 11 November 2016, 18.30
http://www.psrd.hawaii.edu/Oct96/PAH.html
39