Oleh :
RATNA SARI L. MADUSILA
471 417 040
(Ratna, 2021)
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga laporan ini dapat disusun dengan baik dan
Alhamdulillah tepat waktu. Laporan ini disusun guna memenuhi tugas akhir dari
rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) angkatan 2017 yang telah
dilaksanakan pada tanggal 22 Februari – 13 Maret 2021 di Daerah Pangi dan
sekitarnya. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini bersifat wajib bagi mahasiswa
Teknik Geologi UNG. Kegiatan KKL ini sangat besar peranannya dalam
mendukung pemahaman mahasiswa terhadap konsep dasar geologi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, khususnya para Dosen
Pembimbing dan penanggungjawab kegiatan KKL Tahun 2021 ini, yaitu:
1) Dr. Aang Panji Permana, S.T., M.T
Selaku Ketua pelaksana kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
2) Muh. Kasim, S.T., M.T
Selaku Sekretaris kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
3) Ronal Hutagalung, S.T., M.T
Selaku Kepala Program Studi Teknik Geologi
4) Noviar Akase, S.T., M.Sc
Selaku Dosen Pendamping Lapangan
5) Intan Noviantari Manyoe, S.Si, M.T
Selaku Dosen Pendamping Lapangan
6) Dr. Sc. Yayu Indriati Arifin, S.Pd., M.Si
Selaku Dosen Pendamping Lapangan
7) Ahmad Zainuri, S.Pd, M.T.
Selaku Dosen Pendamping Lapangan
Yang telah memberikan bimbingan dan motivasi yang begitu besar kepada penulis
dalam kegiatan KKL dan dalam penyusunan laporan ini.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Daftar Gambar......................................................................................................iii
Daftar Tabel............................................................................................................v
Bab I Pendahuluan................................................................................................1
Daftar Pustaka......................................................................................................48
Lampiran..............................................................................................................50
ii
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Peta Administrasi Daerah Penelitian..................................................2
Y
Gambar 2.1 Peta Geologi Regional diambil dari lembar kotamobagu...................6
Gambar 2.2 Peta Fisiografi Pulau Sulawesi (Pholbud,. dkk. 2012).......................7
Gambar 2.3 Peta tektonik, struktur dan cekungan regional Indonesia Bagian
Timur (Hinschberger dkk, 2005)...........................................................................10
Gambar 2.4 Tatanan tektonik Miosen Tengah (Hinschberger dkk, 2005)...........11
Gambar 2.5 Tatanan tektonik Miosen Akhir (Hinschberger dkk, 2005)..............12
Gambar 2.6 Tatanan tektonik Pliosen Tengah (Hinschberger dkk, 2005)...........13
Gambar 2.7 Tatanan tektonik Pliosen Akhir - Kuarter (Hinschberger dkk, 2005)
................................................................................................................................14
Gambar 2.8 Konfigurasi tektonik Pulau Sulawesi pada saat ini dengan komponen
tektoniknya (Hinschberger dkk, 2005)...................................................................15
Gambar 2.9 Peta Struktural Daerah Gorontalo (Surmont et al., 1994)................16
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian....................................................................19
Y
Gambar 4.1 Peta pola pengaliran sungai daerah penelitian.................................21
Gambar 4.1 Peta pola pengaliran sungai daerah penelitian.................................21
Gambar 4.2 Kenampakkan penampang sungai berbentuk ‘V’ di lokasi penelitian
................................................................................................................................22
Gambar 4.3 Kenampakkan penampang sungai berbentuk ‘U’ pada Sungai Bone
di Desa Bondawuna...............................................................................................23
Gambar 4.4 Satuan Dataran Banjir Sungai Bone di daerah penelitian.................25
Gambar 4.5 Satuan Perbukitan Aliran Lava Tulabolo Barat di daerah penelitian
................................................................................................................................26
Gambar 4.6 Satuan Perbukitan Aliran Piroklastik Bondawuna di daerah
penelitian................................................................................................................27
Gambar 4.7 Sampel hand specimen batuan andesit (Stasiun YN 10)..................29
Gambar 4.8 Singkapan batuan lava andesit disepanjang badan sungai pada lokasi
penelitian................................................................................................................30
Gambar 4.9 Singkapan batuan Diorit pada lokasi penelitian...............................32
iii
Gambar 4. 10 Sampel hand specimen batuan granodiorit (Stasiun YN 1)..........33
Gambar 4.11 Singkapan batuan Granodiorit pada daerah penelitian...................33
Gambar 4.12 Singkapan batuan granodiorit yang dibungkus oleh pelarutan.......34
Gambar 4.13 Singkapan batuan Tuff lapilli berada dibadan sungai pada lokasi
penelitian................................................................................................................35
Gambar 4.14 Singkapan batuan Tuff lapilli berada ditepi jalan pada lokasi
penelitian................................................................................................................36
Gambar 4.15 Singkapan perlapisan sedimen pada lokasi penelitian....................37
Gambar 4.16 Singkapan batuan sedimen berada ditepi sungai pada lokasi
penelitian................................................................................................................38
Gambar 4.17 Kontak batuan Tuff dan Andesit pada daerah penelitian..............39
Gambar 4.18 Kenampakkan kekar gerus pada batuan lava andesit.....................40
Gambar 4.19 Hasil analisis stereografi kekar gerus pada lava andesit................41
Gambar 4.20 Kenampakkan kekar gerus pada batuan diorit................................42
Gambar 4.21 Hasil analisis stereografi kekar gerus pada diorit...........................43
Gambar 4.22 Kenampakkan kekar gerus pada batuan granodiorit.......................44
Gambar 4.23 Hasil analisis stereografi kekar gerus pada granodiorite...............45
Daftar Tabel
YTabel 1.1 Alat
iv
Tabel 1.2 Bahan.................................................................................................................................5
v
Bab I Pendahuluan
1
2
2.1 Geomorfologi
Pulau Sulawesi merupakan salah satu jajaran pulau di Indonesia yang
memiliki bentuk yang unik dari ke empat pulau besar lainnya. Selain itu, Pulau
Sulawesi adalah pulau yang terletak di zona peralihan antara dangkalan Sunda dan
dangkalan Sahul yang dikelilingi oleh laut laut yang cukup dalam. Pada bagian
utara Sulawesi dibatasi oleh Basin Sulawesi yang memiliki kedalaman kurang
lebih 5.000 – 5.500 meter, bagian timur dibatasi dan tenggara dibatasi oleh Laut
Banda utara dan Laut Banda selatan dengan kedalaman kurang lebih 4.500 – 5000
meter, sedangkan pada bagian barat dibatasi oleh Palung Makassar yang memiliki
kedalaman mencapai 2.000 – 2.500 meter.
Sebagian besar daerah Sulawesi terdiri dari pegunungan dan dataran rendah
yang terbentuk secara sporadik, terutama banyak terdapat pada sepanjang pantai.
(Geomorfologi Sulawesi : 2005)
Menurut (Van Bemmelen, 1949), Orogenesa Pulau Sulawesi terbagi atas 3
bagian yaitu Orogenesa bagian Sulawesi Utara, Orogenesa bagian Sentral
(tengah), dan Orogenesa bagian Sulawesi Selatan. Orogenesa bagian Sulawesi
Utara meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari Kepulauan Talaud ke
Teluk Palu-Parigi.
6
7
vulkanik dan plutonik yang berada pada ketinggian mencapai 1500 - 2000 mdpl di
Gorontalo, namun wilayah ini disusun utama oleh batuan vulkanik.
Batuan gunungapi yang ada pada zona ini umumnya terdiri dari lava basalt,
lava andesit, breksi, batu pasir dan batu lanau, beberapa mengandung
batugamping yang termetamorfosis. Seperti halnya di utara, asosiasi batuan-
batuan tersebut juga membawa pada kandungan mineral logam emas yang
ditambang secara manual oleh rakyat, seperti di Bone Pantai, Tilamuta, dan
Gunung Pani, Marisa.
Pada bagian lengan Utara Sulawesi terdapat seksi Gorontalo yang
merupakan bagian tengah dari lengan Utara Sulawesi dengan arah timur ke
bawah, namun aktifitas vulkaniknya sudah tidak aktif lebar daratannya kurang
lebih 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit hingga 30 km. Seksi
Gorontalo ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu
sebuah jalur antara rangkaian pegunungan di pantai utara dan pegunungan di
pantai selatan yang disebut zona limboto. (Dasar-dasar geomorfologi Indonesia :
UM Press)
Derah Gorontalo merupakan daerah yang memiliki lajur vulako-plutonik
Sulawesi yang dikuasai oleh batuan gunung api berumur Eosen – Pliosen serta
terdapat batuan terobosan. Disamping itu banyak pula dijumpai satuan batuan
sedimen yang pada umumnya mengandung material gunung api dan diselingi oleh
batuan gunung api.
2.2 Stratigrafi
Secara regional Stratigrafi daerah penelitian mengacu pada peta geologi
Lembar Kotamobagu skala 1 : 250.000 (Apandi dan Bachri, 1997). Apabila
diurutkan dari muda ke tua terdiri atas Satuan Endapan Danau, Satuan Batuan
Gunung Api Pinogu, Satuan Diorit Bone, Dan Satuan Batuan Gunung Api
Bilungala.
Endapan Danau Qpl: satuan ini tersusun atas batulempung kelabu, setempat
mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Terdapat pula batupasir berbutir halus
sampai kasar serta kerikil yang dapat dijumpai di beberapa tempat. Satuan ini
9
batuannya, bagian leher Sulawesi sampai lengan selatan disebut sebagai busur
gunung api ensialik, sedang Busur Sulawesi Utara disebut juga sebagai busur
gunung api ensimatik.
Gambar 2.3 Peta tektonik, struktur dan cekungan regional Indonesia Bagian
Timur (Hinschberger dkk, 2005).
Lengan Utara Sulawesi dominan berorientasi arah tumur laut – barat daya dan
pada saat proses peregangan (rifting) Tunjaman Laut Sulawesi belum terbentuk
dan juga pada saat itu terbentuk cekungan Celebes di Laut Sulawesi. (van
Leeuwen & Muhardjo, 2005)
Lempeng Samudera India bergerak mengarah ke utara dan terbentuk Lajur
Tunjaman Banda pada Miosen akhir bersamaan dengan obduksi ofiolit di pantai
utara dari Timor. Zona lempeng samudra antara busur Gunungapi Banda dan
Palung Timor berarah timur-timur laut. Obduksi ini berhubungan dengan kolisi
yang terbentuk antara busur Gunungapi Banda dan fragmen Lempeng Australia.
Pada waktu bersamaan Mikrokontinen Banggai-Sula yang melekat pada Lempeng
Laut Filipina terus bergerak cepat ke arah barat.
12
Gambar 2.7 Tatanan tektonik Pliosen Akhir - Kuarter (Hinschberger dkk, 2005)
Gambar 2.8 Konfigurasi tektonik Pulau Sulawesi pada saat ini dengan komponen
tektoniknya (Hinschberger dkk, 2005)
Menurut (Surmont et al., 1994), Daerah yang ditandai dengan warna hijau
merupakan daerah yang menunjukkan posisi zona sesar-sesar mendatar utama
(shear zone). Gambaran dari topografi daerah penelitian terdapat kelurusan
pergeseran perbukitan dan penyimpangan aliran sungai (principle displacement
zones), dapat diinterpretasikan bahwa daerah penelitian tidak terlepas dari
pengaruh zona Sesar Dekstral Gorontalo.
Bab III Metode
17
18
PersiapanTahap
Persiapan Alat dan Bahan
Lapangan
PendahuluanTahap Studi
Analisis Struktur
Analisis Petrologi
Geologi
20
21
Sungai stadia dewasa sampai menjelang tua dapat diamati pada sungai yang
berada di Desa Bondawuna, sungai ini dicirikan dengan adanya endapan-endapan
tengah sungai, tubuh sungai lebar, penampang sungai berbentuk ‘U’ yang
mengindikasikan erosi lateral lebih berperan dari erosi vertikal dan membentuk
morfologi dataran yang cukup luas sehingga dataran banjir sudah mulai terbentuk
di sekitar tubuh sungai.
Gambar 4.4 Kenampakkan penampang sungai berbentuk ‘U’ pada Sungai Bone
di Desa Bondawuna
Gambar 4.6 Satuan Perbukitan Aliran Lava Tulabolo Barat di daerah penelitian
4.2 Stratigrafi
ke muda yaitu: satuan lava andesit, satuan diorit, satuan granodiorit, satuan tuff
lapili dan satuan endapan aluvial.
2. Penyebaran batuan
Satuan ini menempati luas kurang lebih 3.50 Km2 atau 15 % daerah
penelitian dan terletak pada bagian timur dan selatan daerah penelitian.
Satuan ini ditandai dengan warna merah pada Peta Geologi (Lampiran IV).
Satuan ini tersingkap baik di sekitar bagian tengah Sungai di Desa Tolabolo
barat dengan kenampakkan batuan yang tersingkap di sepanjang sungai,
mencerminkan suatu aliran lava serta kondisi batuannya dominan segar dan
beberapa singkapan lapuk.
30
Gambar 4.9 Singkapan batuan lava andesit disepanjang badan sungai pada lokasi
penelitian
terbentuk secara tidak selaras diatas batuan lava andesit di daerah penelitian
sehingga dapat diperkirakan umur satuan ini yaitu Miosen Akhir.
2. Penyebaran batuan
Satuan ini menempati luas kurang lebih 1.35 Km2 atau 10 % daerah
penelitian dan terletak pada bagian utara daerah penelitian. Satuan ini
ditandai dengan warna ungu pada Peta Geologi (Lampiran IV). Satuan ini
tersingkap baik di sekitar Sungai di Desa Pangi dengan kenampakkan
batuan yang tersingkap di tepi sungai, serta kondisi batuannya sebagian
segar dan beberapa singkapan lapuk.
2. Penyebaran batuan
Satuan ini merupakan kelompok litologi yang berkembang di bagian
utara dan selatan daerah penelitian. Satuan ini menempati luas kurang lebih
4.25 Km2 atau 30 % daerah penelitian dan ditandai dengan warna coklat
muda pada Peta Geologi (Lampiran IV).
Gambar 4.14 Singkapan batuan Tuff lapilli berada dibadan sungai pada lokasi
penelitian
Gambar 4.15 Singkapan batuan Tuff lapilli berada ditepi jalan pada lokasi
penelitian
2. Penyebaran batuan
Satuan ini merupakan kelompok litologi yang berkembang di bagian
tengah daerah penelitian dan dapat dijumpai pula di bagian utara dan
selatan. Satuan ini menempati luas kurang lebih 1.40 Km2 atau 4 % daerah
penelitian dan ditandai dengan warna abu-abu pada Peta Geologi (Lampiran
IV).
Gambar 4.17 Singkapan batuan sedimen berada ditepi sungai pada lokasi
penelitian
Gambar 4.18 Kontak batuan Tuff dan Andesit pada daerah penelitian
Berdasarkan analisis stereografi dari data kekar gerus yang terekam pada
singkapan lava andesit, diperoleh kedudukan umum bidang kekar N 41°E/
78° NE dan N 129°E/ 75°SW.
Hasil analisis dinamik sistem tegasan yang membentuk kekar - kekar
gerus (shear fracture), menghasilkan pola arah tegasan yang mengakibatkan
deformasi tektonik pada lava andesit sebagai berikut: σ1 = 03°,N 79°E, σ2 =
71°,N 181°E dan σ3 = 17°,N 349°E sehingga dapat diinterpretasikan gaya
utama yang bekerja pada struktur ini relatif berarah timur – barat.
41
Gambar 4.20 Hasil analisis stereografi kekar gerus pada lava andesit.
Berdasarkan analisis stereografi dari data kekar gerus yang terekam pada
singkapan Diorit, diperoleh kedudukan umum bidang kekar N 35°E/ 67° NE
dan N 294°E/ 20°NW.
Hasil analisis dinamik sistem tegasan yang membentuk kekar - kekar
gerus (shear fracture), menghasilkan pola arah tegasan yang mengakibatkan
deformasi tektonik pada Diorit sebagai berikut: σ1 = 49°,N 290°E, σ2 =
18°,N 42°E dan σ3 = 26°,N 144°E sehingga dapat diinterpretasikan gaya
utama yang bekerja pada struktur ini relatif berarah barat – timur.
43
Berdasarkan analisis stereografi dari data kekar gerus yang terekam pada
singkapan granodiorit, diperoleh kedudukan umum bidang kekar N 58°E/ 85°
NE dan N 337°E/ 73°NW.
Hasil analisis dinamik sistem tegasan yang membentuk kekar - kekar
gerus (shear fracture), menghasilkan pola arah tegasan yang mengakibatkan
deformasi tektonik pada granodiorit sebagai berikut: σ1 = 09°,N 201°E, σ2 =
72°,N 70°E dan σ3 = 14°,N 288°E sehingga dapat diinterpretasikan gaya
utama yang bekerja pada struktur ini relatif berarah timur laut – barat daya.
45
dari utara ke arah selatan di Laut Sulawesi yang dikenal sebagai Jalur Tunjaman
Sulawesi Utara. Penunjaman ini, mengakibatkan terjadinya kegiatan Gunungapi
yang menghasilkan Batuan Gunungapi Bilungala.
Selanjutnya, karena proses di atas berlangsung secara terus menerus,
kemudian diendapkan material piroklastik berupa satuan tuff lapili yang
berkomposisi bimodal di zona proksi melalui mekanisme aliran dengan arah aliran
utama relatif ke barat daya secara selaras di atas satuan lava andesit. Ketika terjadi
aktivitas Gunungapi Pinogu di lingkungan darat pada Pliosen Akhir - Pleistosen
serta dikontrol oleh tatanan tektonik yang berbeda dengan aktivitas gunungapi
sebelumnya, hal ini diakibatkan oleh penunjaman lempeng Laut Sulawesi di
bawah Lengan Utara Sulawesi secara terus menerus serta mengalami ekstensif
regional berarah utara - selatan (Kavalieris dkk, 1992; Perelló, 1994).
Menurut Trail dkk (1974), aktivitas Gunungapi Pinogu tersebut
menyebabkan beberapa lembah membentuk blok pada Pleistosen dan ditempati
oleh danau atau rawa, hal ini terlihat melalui kenampakkan depresi yang
membentuk lembah Danau Limboto, Sungai Bone dan Cekungan Paguat.
Satuan tuft lapili diendapkan di zona proksi bagian bawah melalui
mekanisme aliran dan secara selaras di atas satuan lava andesit. Pembentukan
satuan batuan gunungapi tersebut berkaitan dengan tatanan tektonik pada Pliosen
Akhir - Pleistosen yang dikontrol oleh struktur berarah timur – barat dan
mengalami ekstensif secara regional berarah utara - selatan (Kavalieris dkk, 1992;
Perelló, 1994).
Pada kala Holosen, aktivitas Gunungapi Pinogu berhenti dan sebagian
lingkungan pun berubah menjadi daratan karena pengaruh tatanan tektonik
sebelumnya, sehingga proses pelapukan, erosi dan sedimentasi berlangsung.
Kemudian diendapkan satuan endapan aluvial dan mengerosi satuan - satuan di
bawahnya yang disebabkan oleh proses pengendapan aluvial yang masih terus
berlangsung hingga saat ini, sehingga hubungan satuan batuan ini tidak selaras
dengan satuan batuan yang lebih tua.
Bab V Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, analisis-analisis yang telah dilakukan,
serta pengkajian pustaka, maka penulis menarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Geomorfologi daerah penelitian, dibagi menjadi empat satuan, yaitu Dataran
banjir Sungai Bone, Perbukitan Aliran Lava Tulabolo barat, Perbukitan aliran
piroklastik Bondawuna, dan Perbukitan Intrusi Pangi. Pola pengaliran sungai
yang berada di daerah penelitian adalah Radial dan Dendritik. Stadia daerah
penelitian termasuk dalam stadia muda menjelang tua yang ditunjukkan oleh
ditemukannya lembah sungai berbentuk "U" dan "V", proses erosi.
47
48
disebabkan oleh proses pengendapan yang masih terus berlangsung hingga saat
ini.
Daftar Pustaka
Apandi, T. dan S. Bachri. (1997). Peta geologi Lembar Kotamobagu, Sulawesi
skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Badan Pusat Statistik. (2019). Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka. Badan
Pusat Satatistik Kabupaten Bone Bolango. Gorontalo.
Bachri, S. (2006). Stratigrafi lajur volkano-plutonik daerah gorontalo, sulawesi.
Jurnal Geologi Dan Sumberdaya Mineral, XVI(2), 94–106.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v16i2.356
Bermana, I. (2006). Klasifikasi Geomorfologi untuk Pemetaan Geologi yang telah
Dibakukan. Bulletin of Scientific Contribution 4(2):161-173.
Brahmantyo, B. dan Bandono. (2006). Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform)
untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk
Penataan Ruang. Jurnal Geoaplika 1(2):071-078.
Carlile, J. C., Digdowirogo, S., & Darius, K. (1990). Geological setting,
characteristics and regional exploration for gold in the volcanic arcs of North
Sulawesi, Indonesia. Journal of Geochemical Exploration, 35(1–3), 105–
140. https://doi.org/10.1016/0375-6742(90)90037-B
Hinschberger, F., J. -A. Malod., J. -P. Rehault., M. Villeneuve., J. -Y. Royer, dan
S. Burhanuddin. (2005). Late Cenozoic geodynamic evolution of eastern
Indonesia. Tectonophysics 404:91–118.
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli
Geologi Indonesia. Jakarta.
Noor, D. (2010). Stratigrafi. Edisi Pertama. Universitas Pakuan Press. Bogor.
Noor, D. (2012). Pengantar Geologi. Edisi Kedua. Universitas Pakuan Press.
Bogor.
Pholbud, P., R. Hall., E. Advokaat., P. Burgess, dan A. Rudyawan. (2012). A new
interpretation of Gorontalo Bay, Sulawesi. Proceedings Indonesian
Petroleum Association 36th Annual Convention. IPA12-G-039 1-23.
Sapiie, B. dan A. H. Harsolumakso. (2006). Prinsip Dasar Geologi Struktur.
Institut Teknologi Bandung Press. Bandung.
Surmont, J., Laj, C., Kissel, C., Rangin, C., Bellon, H., & Priadi, B. (1994). New
paleomagnetic constraints on the Cenozoic tectonic evolution of the North
48
49
Lampiran
Lampiran 1 Buku Catatan Lapangan
51
52
53
54
55
56
57