PT. J RESOURCES
Diajukan oleh :
Saprianto 410014204
YOGYAKARTA
2018
Halaman Pengesahan
Kepada
Saprianto 410014204
Diketahui oleh :
NIK. 19730134
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................... 2
BAB II DESKRIPSI KEGIATAN
2.1 Materi Kegiatan .......................................................................... 3
2.2 Waktu & Tempat Pelaksanaan .................................................... 4
2.3 Peserta ......................................................................................... 5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Geologi Regional ........................................................................ 6
BAB IV DASAR TEORI
4.1 Endapan Epithermal..................................................................... 15
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 30
LAMPIRAN ............................................................................................... 31
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
kerja praktek tersebut berada di salah satu tipe tugas akhir, yaitu tugas akhir tipe II.
Kerja praktek juga merupakan salah satu wadah mahasiswa untuk mengaplikasikan
dalam dunia usaha yang semakin ketat seiring dengan semakin pesatnya
tersedianya tenaga kerja yang dapat menguasai pekerjaannya dengan baik, terampil
dan professional.
hanya memberikan pendidikan sebatas teori saja kepada mahasiswa, akan tetapi
kurang memadai dalam prakteknya, maka perguruan tinggi tersebut hanya akan
selama di bangku kuliah karena belum mengenal secara langsung dunia kerja yang
akan dimasukinya.
Menyadari akan hal ini, kami selaku mahasiswa jurusan Teknik Geologi
yang bisa membuat kami mampu bersaing dalam dunia kerja. Dalam rangka
dihadapi ketika menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Salah satu instansi yang
berkaitan adalah PT. SAGO PRIMA UTAMA, anak cabang PT. J RESOURCE
ASIA PASIFIK.
dan terletak di sebelah barat laut Kota Tanjung Selor, di Kecamatan Seruyung,
Kami bermaksud melakukan kerja praktek di salah satu anak cabang PT. J
DESKRIPSI KEGIATAN
memiliki sifat dan karatersitik fisik tertentu yang dapat dibedakan dari tanah atau
komposisi, tipe alterasi dan jenis mineralisasi inilah yang menjadi target untuk
bahan tambang pada suatu area. Dilakukan pula pengambilan sampel batuan di tiap
titik lokasi yang menjadi area pemetaan untuk dianalisa lebih lanjut di laboratorium.
& Mineralisasi serta potensi keberadaan logam berharga yang menjadi ikutan
didalam batuan yang telah mengalami proses perubahan oleh larutan Hidrothermal.
- FAA – AAS: analisa geokimia biji logam berharga dari sampel batuan
- XRD: analisa jenis mineral lempung asosiasi dari batuan yang telah
mineral biji yang terdapat pada sampel hasil pengambilan langsung dari
lokasi penelitian
- Petrografi: penentuan jenis dan komposisi mineral – mineral pembentuk
Materi kegiatan kerja praktek ditentukan oleh instansi tempat kerja praktek,
yaitu oleh PT J Resources Asia Pasifik Indonesia. Namun dari bidang keilmuan
Teknik Geologi yang kami pelajari, kami mengharapkan dapat melakukan Kerja
Waktu dan lama pelaksanaan Kerja Praktik ditetapkan oleh instansi terkait,
akademik STTNAS, Kami mengusulkan waktu pelaksanaan Kerja Praktik ini dapat
dilaksanakan pada rentang awal April 2018 s.d awal Mei 2018.
II.3. PESERTA
Alamat e-mail :-
Nomor telepon :
rata-rata total beban SKS yang telah diambil sampai saat ini adalah 135 SKS.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Pulau kalimantan merupakan suatu blok yang dikelilingi oleh batas lempeng
di bagian utara, timur dan selatan yang aktif pada tersier. batas utara berupa
cekungan Laut China Selatan, bagian timur dibatasi oleh lempeng samudra Filipina
dan bagian selatan oleh sistem busur vulkanik Banda dan Sunda. Pulau Kalimantan
merupakan margin tenggara dari lempeng Eurasia yang disebut sebagai Sundaland
(Darman & Sidi, 2000). Secara fisiografis daerah penelitian termasuk ke dalam
pada bagian selatan yang memisahkannya dengan cekungan Kutai dan di batasi
oleh zona sesar Andang pada bagian selatan dan utara dibatasi oleh tinggian
Kuching serta pada bagian Timur terdapat delta Mahakam yang bermuara di selat
permukaan laut yang tersusun oleh batuan vulkaniklastik yaitu perselingan tuf dan
dikelilingi oleh dataran, rawa, estuarin yang luas. Bukit tersebut memanjang ke arah
timur laut - barat daya yang sejajar dengan orientasi kelurusan regional. Kelurusan
ini memiliki panjang kurang lebih 100 Km dan memanjang dari kabupaten Malinau
hingga sebelah utara dari pulau Nunukan (Sitorus, 2013 dalam M. R. Arya
Mahendara, 2015).
Tarakan, Sebatik dan sekitarnya dengan skala 1:250.000. daerah yang dipetakan
stratigrafi di lokasi rencana penelitian berada pada cekungan Tarakan bagian utara.
strata dari yang tertua sampai termuda adalah: Formasi Sinjin, Formasi Sajau,
Sumbat dan retas serta endapan Alluvium. Berikut urutan formasi tersebut dalam
kolom stratigrafi:
Tersusun atas perselingan tuf, breksi tuf, agglomerat dan lava andesit
piroksen. tuf pada formasi ini memiliki kandungan agat dan obsidian. Secara
tuf terelaskan. lava andesit memiliki tekstur porfiritik dengan struktur aliran.
Formasi Sinjin merupakan batuan tertua yang tersingkap di daerah ini dan di
perkirakan berumur pliosen akhir samapai plestosen awal. formasi ini di intrusi oleh
intrusi kuarter pliosen sumbat dan retas serta menjemari dengan bagian bawah
Formasi Sajau.
silang- silur dan laminasi sejajar. Batuan di formasi ini juga mengandung fosil kayu
dan pada umumnya mengandung karbon dalam jumlah tinggi. Umur formasi ini
adalah Plio-plestosen berdasarkan penggalan fosil moluska oleh Beets pada tahun
1950. Lingkungan pegendapan berupa fluvial dan delta dengan ketebalan sekitar
sumbat (plug) dan retas (dyke). Tipe magma dari formasi ini bersifat andesitik,
plagioklas dan piroksen serta komposisi masa dasar berupa plagioklas, kuarsa,
hornblend, mineral mafik dan gelas g.api berukuran halus. Basalt tersusun atas
mineral mafik dan gelas g.api dan memiliki tesktur afanitik. Dasit memiliki tekstur
megambang diatas massa dasar plagioklas, kuarsa berukuran halus. Intrusi tersebut
terkarbonatkan dan teralterasi serisit. batuan tersebut menerobos Formasi Sinjin dan
4. Aluvium (Qa)
Tersusun endapan lepas berupa kerikil, pasir, lanau, koral dan lumpur yang
terendapkan secara tidak selaras, terbentuk pada lingkungan sungai, rawa dan
berlansung hingga saat ini (Supriyana dkk, 1995 dalam M. R. Arya Mahendara,
2015).
Persebaran Formasi batuan tersebut dapat dilihat pada peta geologi regional
cekungan Tarakan bagian utara pada gambar 3.1 (peta geo regional 1:100.000).
Daerah seruyung didasari oleh batuan dengan kemiringan yang kecil hingga
geologi regional lembar Tarakan dan sebatik skala 1:250.000 (Hidayat et al, 1995)
daerah Seruyung secara stratigrafi termasuk dalam formasi Sinjin yang berumur
pliosen akhir sampai - plestosen awal, sumbat & retas berumur plestosen dan
tertua dari daerah Seruyung adalah lava andesit porfiritik. Fenokris dari andesit
adalah plagioklas dan mineral mafik dengan masa dasar hialopilitik. Umumnya
tekstur batuan sebagian besar telah terubah akibat itensitas dari proses leaching
yang diakibatkan oleh alterasi argilik (Sitorus et al, 2013) sekuen tuff menunjukan
rentang yang luas dari tekstur vulkanik meliputi tuf dominan dengan tekstur kristal,
vitrik maupun litik. kontak antar sekuen tuf dengan lava andesit ditandai alterasi
argilik. Ukuran butir dari sekuen tuf ditemukan bervariasi antara ash, lapili sampai
boulder. Unit tuf yang dominan pada daerah tersebut adalah tuf kristal dengan
ukuran butiran ash. kontak yang ditemukan antara unit tuf mayoritas berupa kontak
Dalam sikuen tuf tersebut terdapat tuf lapili dan breksi vulkanik tersusun
oleh fragmen andesit yang monomik sampai polimik. ukuran butir fragmen
bervariasi dari berukuran kerikil sampai bongkah yang megambang diatas matrik
tuf kristal dan litik. pada batas perlapisan dari unit tuf terdapat lapisan tuf berukuran
kristal dan litik. pada batas perlapisan dari unit tuf terdapat lapisan tuf berukuran
ash tipis (< 1cm) yang memisahkan antar lapisan (Sitorus et al, 2013).
silika halus dan butiran sulfida yang mengisi rekahan dan pori (Sitorus et al, 2013).
dengan rongga yang melimpah akibat leaching asam hipogen yang sangat tinggi.
sortasi breksi tersebut adalah clast-matrix supported dan tersusun oleh fragmen
angular-sub angular yang megambang di atas matrik silika vuggy. tekstur breksi
bervariasi dari mozaik sampai rotasional (Sitorus et al, 2013 dalam M. R. Arya
Mahendara, 2015). Endapan termuda yang terdapat di prospek ini tersusun oleh
koluvium yang tidak terkonsolidasi, endapan fluvial pengisi lembah dan endapan
rawa aluvial. endapan koluvial yang lebar mengisi bagian utara dari bukit seruyung,
Gambar 3.1
Peta geologi
regional
Tarakan dan
Sebatik
(Hidayah et
al, 1995).
sementara endapan fluvial berukuran butir kasar - bongkah mengisi lereng lembah
yang landai. Endapan rawa aluvial tersusun atas endapan lanau, lempung dan pasir
yang tidak terkonsolidasi dan menjemari dengan endapan aluvial yang berukuran
butir lebih kasar dari gravel sampai bongkah yang muncul dari kaki lereng bukit
timur. Bagian utara dari provinsi tektonik tersebut didominasi oleh kompleks akresi
turbidite yang mengarah ke timur laut kalimantan dan pegunungan volkanik muda
yang paralel dengan cekungan dalam. Batuan vulkanik tersebut mengintrusi batuan
dari proses subduksi (Darman & Sidi, 2000) Kalimantan Utara dimana lapangan
baratdaya yang melintasi Tawau di Malaysia dan Tawi-Tawi di Filipina (Lip et al.,
2009, dalam Sitorus et. al, 2013). Busur vulkanik tersebut terbentuk akibat
berumur Eosen tengah ke Miosen yang berasal dari sikuen turbidite yang terangkat
waktu.
bagian utara adalah zona sesar yang membentuk kurva di bagian timur dari timur
laut ke barat daya sebelum tertutup oleh sedimen Neogen. Batas bagian timur
merupakan suksesi dari sesar timur laut - baratdaya yang mengikuti orientasi
baratlaut - tenggara dari sesar transform (Pooley, 2005, dalam Sitorus et al., 2013).
Cekungan ini terbentuk pada Miosen tengah setelah sebelumnya terpisah dengan
cekungan Kutai. Regresi dan Transgresi yang terjadi secara berulang sepanjang
berukuran butir kasar. Struktur geologi geologi pada kawasan ini dicirikan oleh
utamanya oleh struktur yang berorientasi timur laut - barat daya, barat laut-tenggara
dan utara - timurlaut dimana kumpulan struktur tersebut berasosiasi dengan rezim
sebagai jalur utama dari fluida hidrothermal untuk masuk dan membentuk zona
umunya berupa silika masif dan silika vuggy yang di bungkus dengan halo tipis dari
kemudian secara gradasi berubah menjadi alterasi argilik yang lebih luas. Alterasi
Argilik terdiri dari kumpulan mineral ilite-smektit yang secara gradual berubah
dickit yang minor (polimorf dari kaolinit yang terbentuk pada suhu tinggi)
teridentifikasi dari analisis ASD (analytical Spectral Device) (Rura, 2009), studi
petrografi, analisis XRD (X-ray Difraction) (SKM, 2009) dan ditemukan pada
singkapan dan di core yang berasosiasi dengan alunit dan kaolin. Alterasi illite dan
2013).
umumnya pirit telah terubah menjadi goethit, limonit dan mangan akibat pelapukan
yang terbentuk di akhir. Untuk mineral biji lainnya terdapat komposisi minor dari
energit, luzonit dan kovelit hipogen. Batuan pada daerah ini hanya memiliki sedikit
kandungan tembaga dan arsenik, dimana kadar tertinggi untuk tembaga adalah 0.18
DASAR TEORI
rendah antara 150 - 300 C (White & Hedenquist, 1995). Bentuk dari endapan
epithermal ini adalah berupa urat dengan ukuran kecil hingga besar yang terbentuk
bijih pada urat dapat berupa drussy cavaties, colloform dan crustiform bending,
breksi hidrothermal dan tekstur sisir (Comb texture). Mineral bijih yang
terendapkan umumnya berupa Au, Ag, As, Sb, Hg, Te, Tl, Ba, U, Zn dan CU.
Alterasi yang berkembang pada endapan ini berupa alterasi silisifikasi, argilik
lanjut, argilik dan propilitik (dimodifikasi dari Lindgren, 1933 dalam Hedenquist,
1987).
dengan lingkungan tersebut (Silitoe & Bonham, 1984 dalam White & Hedenquist,
1990) dan seri magmanya tergolong dalam magma seri kalk - Alkali hingga Alkali
(Anderson & Eaton, 1990 dalam White & Hedenquist, 1990). Kondisi magma dan
lingkungan tersebut dapat ditemukan pada tatanan tektonik busur volkanik dan zona
pemekaran yang merupakan lanjutan dari busur volkanik dan zona pemekaraan
yang merupakan lanjutan dari busur volkanik tersebut (gambar 4.1) (intra arc rift &
back arch rift) (Karig, 1971 dalam White & Hedenquist, 1990).
pembentukan endapan.
Kedua sistem endapan tersebut berada pada sistem hidrothermal yang berbeda,
yaitu sistem geothermal pada endapan sulfidasi rendah dan sistem volkanik -
hidrothermal pada endapan sulfidasi tinggi (asam) maupun rendah (netral dan basa)
seperti pada gambar 4.3. Terdapat pula jenis mineral penciri masing – masing tipe
Endapan ini terbentuk pada zona proksimal dari pipa - pipa vulkanik yang
menuju ke permukaan. Fluida pembentuk endapan ini bersifat asam dan berasal dari
magma yang mengalami oksidasi. Fluida tersebut didominasi oleh gas (SO2, HF,
CO2, HCL) yang bergerak naik langsung dari magma melalui pipa volkanik dimana
Tabel 4.1. Rangkuman dari perbedaan karakteristik dari endapan epithermal (Arribas & Hedenquist, 2017).
tidak terjadi interaksi yang lama dengan batuan samping. kemudian, fluida yang
dengan air meteroik dalam jumlah yang sedikit dan menghasilkan fluida yang
meninggalkan silika, sehingga terbentuk tekstur vuggy silika. Tesktur silika vuggy
terbentuk karena proses leaching terhadap kandungan feldspar dan fragmen -
fragmen batuan. mineral bijih yang terbawa oleh fluida magmatik selanjutnya
(rongga silika vuggy) (White & Hedenquist, 1995). Sistem geothermal dan vulkanik
tekstur dan komposisi kimia pada batuan yang terjadi akibat interaksi batuan
kimia juga terjadi pada fluida hidrothemal akibat reaksi dengan batuan yang
merupakan zona yang paling dekat dengan rekahan. alterasi di cirikan dengan
pembentukan silika vuggy, silika masif atau keduanya secara bersamaan. tekstur
vuggy terbentuk dari silika sisa (residual silica) yang terendapkan pada saat proses
penindihan pada batuan yang dilalui oleh fluida hidrothermal. Zona alterasi ini
zona alterasi ini dicirikan oleh kehadiran mineral alterasi kuarsa dan alunit yang
3. Zona Argilik
Zona ini ditandai dengan kehadiran mineral lempung kaolin dan illite yang
melimpah. batasnya dengan alterasi lanjut umumnya gradasional dan kurang jelas.
4. Zona alterasi propilitik
Zona ini ditandai dengan kehadiran mineral klorit yang melimpah. merupakan zona
alterasi terluar dalam sistem endapan ini dan biasanya memiliki area yang luas
Pembagian dan letak dari keempat zona tersebut dapat dilihat pada gambar 4.5 :
Gambar 4.5. Zona alterasi pada endapan epithermal sulfidasi tinggi (Stoffregen
1987 dalam Arribas, 1995)
kelompok mineral sulfida yang didominasi oleh pirit, energit, luzonit dan sedikit
kovelit serta tennantit (White & Hedenquist; Corbeth & Leach, 1998; Silitoe, 1999,
Secara umum urutan jumlah dari mineral sulfida tersebut adalah pirit,
kalkopirit, sfelarit dan galena. sedangkan mineral sulfida yang jarang ditemui dalam
wolframit (White et al, 1995; White & Hedenquist, 1995 dalam Arribas, 1995).
Berbagai macam mineral sulfida dan gangue ada pada Tabel 3.2 di bawah ini:
Tabel 4.2. Keterdapatan mineral bijih dan mineral gangue pada endapan epithermal
sulfidasi rendah dan tinggi (modifikasi dari Hedenquist et al 1996).
terkonsentrasi pada pusat saluran (Channelway) dari alterasi yang terbentuk, yaitu
pada silika vuggy (White & Hedenquist, 1995). Terdapat dua proses mineralisasi
pada endapan epithermal sulfidasi tinggi, yaitu pertama pembentukan mineral bijih
pada tahap leaching dan alterasi yang kemudian menghasilkan vuggy silika,
dibungkus oleh zona alterasi argilik lanjut dan kemudian argilik serta pembentukan
disseminate pirit. Kemudian tahap selanjutnya adalah tahap deposisi mineral logam
sulfidasi tinggi yaitu, abrsopsi dari uap bertekanan tinggi oleh air meteroik pada
kedalaman yang dalam dengan salinitas rendah dan fluida brine magmatik yang
bercampur dengan air meteroik dangkal dengan salinitas tinggi (Arribas, 1995).
(Hidrothermal), pengisisan mineral bijih pada ruang - ruang kosong batuan yang
mengalami silisifikasi atau berupa berupa sulfida pengisi matrik yang umumnya
dijumpai bersama dengan gangue seperti barit dan alunit (Corbett, 2002).
Gambar 4.6. Genesa mineralisasi mineral logam pada endapan epithermal sulfidasi
tinggi (Arribas, 1995).
Terdapat tiga sumber utama fluida asam alami, yaitu kondensasi dari
(steam heated oxidation) dan oksidasi supergen (Hedenquist & Arribas, 1999).
megandung fluida asam hipogen HCL, SO4 dann HF (Hedenquist, 1995, dalam
Hedenquist & Arribas, 1999). pH pada larutan bernilai 1, cukup kuat untuk
meleaching hampir semua unsur, termasuk Al dari batuan dan hanya menyisakan
Terbentuk akibat pemanasan air meteroik didalam zona vadose oleh kondensasi uap
dari oksidasi H2S yang berasal dari uap magmatik. Distribusinya menyesuaikan
dengan muka air tanah, membentuk suatu perlapisan alterasi. Suhunya berkisar
antara 100 - 120 C. PH dari larutan ini memiliki nilai rentang 2 - 3, karena Al tidak
luluh pada pH > 2, maka Al akan berikatan dengan mineral alterasi aluminosilikat
3. Oksida supergen
Memiliki kontrol yang sama dengan oksidasi oleh pemanasan uap, yaitu terbentuk
pada zona vadose dan dikontrol oleh posisi muka air tanah. Temperatur maksimum
(Hedenquist & Henley, 1985, dalam Arribas, 1995), temperatur dan salinitas fluida
1. Kelompok 1
Dicirikan dengan temperaturnya yang paling tinggi daripada kelompok fluida yang
lain, yaitu > 330 C. memiliki salinitas yang sangat bervariasi. Fluida tersebut
biasanya berasosiasi dengan tahap awal alterasi dan mengindikasikan adanya
2. Kelompok 2
Merupakan kelompok dengan temperatur fluida yang menengah yaitu 180 - 330 C.
Memiliki salinitas dengan rentang nilai < 1 hingga 18 didalam wt. % NaCl. Mineral
3. Kelompok 3
Kelompok fluida ini terbentuk pada tahap akhir mineralisasi bijih. Fluida
4. Kelompok 4
Fluida hidrothermal pada kelompok ini disebut sebagai fluida serisitik. Memiliki
temperatur sebesar 220 - 450 C dan salinitas 2 - 45 didalam wt.% NaCl. Fluida
uap magmatik. Batas antara zona alterasi silisifikasi dan zona argilik lanjut disebut
sebagai batas dari zona freatik (gambar 4.7) (Stoffregen, 1987; White, 1991;
fluida yang bereaksi semakin reaktif (pH semakin kecil) dan membuat alterasi
semakin melebar ke arah atas. Semakin kearah distal penurunan rasion terhadap
fluida asam/batuan dan pengencaran akibat kontak dengan air meteroik yang
alterasi yang berkembang ke arah luar semakin tidak bersifat asam (netral).
membentuk tekstur vuggy. ketika fluida hidrothermal bertemu dengan litologi atau
struktur permeabel, arah aliran akan dikontrol oleh gradien hidrolik menghasilkan
aliran yang bersifat lateral dan distribusi alterasi yang tidak simetris (Hedenquist &
Arribas, 1999). Selain itu, reaksi antara fluida tersebut dengan batuan membuat
terbentuknya zona alterasi yang membentuk halo dari zona alterasi silisifikasi, yaitu
zona alterasi argilik lanjut (gambar 4.9). Kedua zona alterasi tersebut merupakan
IV.1.5. Paragenesis
bagian - bagian dari tubuh bijih dan korelasi pembentuk mineral jejak (emas)
pengamatan detil pada sayatan poles untuk menentukan fase, mengenali tekstur
Sekuen dari paragenesis mineral secara umum dapat dibagi menjadi 3 tahapan
yaitu:
1. Tahapan awal
pada batuan samping apabila berupa batuan beku akan mengandung mineral oksida
primer. apabila batuan sedimen akan megandung mineral opak klastik atau
Walaupun pada umumnya mineralisasi terjadi secara multitahap, namun hanya satu
Hasil dari tahapan adalah tekstur overgrowth dan tekstur kelas pengganti. tahapan
akan mengikuti ketiga tahap tersebut (tahap 1 - tahap 3) secara berurutan. Tahapan
pertama dan kedua disebut juga sebagai tahapan hipogen. Beberapa mineral ada
pula yang memiliki lebih dari satu paragenesis, walaupu memiliki bentuk dan
kenampakan yang berbeda (contoh: pirit pada tahapan awal berbentuk framboidal
– pirit pada tahap mineralisasi berbentuk kubik - pirit pada tahapan pengkayaan
PENUTUP
baik antara lembaga pendidikan dan pihak perusahaan, yaitu antara Sekolah Tinggi
dapat melakukan Kerja Praktek yang di PT. SAGO PRIMA UTAMA, sehingga
eksplorasi dalam dunia pertambangan. Hasil dari Kerja Praktek ini akan disusun
harapan atas terkabulnya permohonan Kerja Praktek ini. Atas perhatian dan
Yogyakarta.
- Transkrip Nilai.