UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
OLEH :
AGUNG NUR IHSAN
D061191022
KONAWE UTARA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : D061191022
Nikel Laterit Pada Blok 2 Site Lameruru Pt. Tiran Indonesia, Kecamatan
Mengetahui,
Supervisor Mine Plan Engineer
PT. Tiran Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan limpahan kasih dan berkat sehingga penyusunan laporan ini bisa
berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. Dengan bantuan-Nya,
laporan ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak, di antaranya:
1. Orang Tua penulis, yang tiada henti-hentinya memberikan penulis segala
bentuk dukungan, baik berupa dukungan moril ataupun material.
2. Bapak Dzulfahmi Rusli sebagai pembimbing kerja praktik di PT. Tiran
Indonesia yang telah membimbing selama masa magang.
3. Bapak Sunaryo Sadli sebagai mentor dan pembimbing kerja praktik geologi
dan explorasi PT. Tiran Indonesia yang telah membimbing selama masa kerja
praktik.
4. Segenap rekan kerja PT. Tiran Indonesia yang membagi ilmu dan
pengalaman kerja.
5. Kakak-Kakak Senior yang telah memberikan bantuan informasi dan ilmunya
beserta pengalamannya
6. Pihak-pihak yang lain yang membantu dalam penyusunan laporan kerja
praktik ini.
Di dalam menyusun dan merancang laporan ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karenanya,
berbagai bentuk kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga proposal ini bermanfaat khususnya bagi para pembaca.
Akhir kata semoga laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun bagi pihak yang berkepentingan lainnya.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR FOTO
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
yang begitu besar bagi kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan logam anti karat,
berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel
sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia (Dalvi, dkk, 2004).
Bijih nikel laterit adalah endapan nikelferrous yang terjadi karena proses
mineral olivine pada peridotit terdekomposisi oleh air tanah yang bersifat asam.
Bijih nikel limonit adalah jenis endapan yang terjadi akibat proses dekomposisi
air tanah yang bersifat asam, sehingga magnesium (MgO) dan nikel (Ni) terlarut,
sedangkan silikon tersuspensi sebagai koloid silika kelapisan bawah. Bijih nikel
Larutan yang masih mengandung magnesium, nikel, dan silika ke lapisan bawah
sampai akhirnya larutan asam dinetralisir oleh batuan dan tanah pelapukan
(Sukandarrumidi, 1999).
besar untuk keterdapatannya endapan nikel laterite. Dengan potensi yang besar
tersebut maka penambangan bijih nikel laterit pada daerah di Sulawesi Tenggara
dari tahun ke tahun terus gencar dilakukan. Salah satu perusahaan yang
1
melakukan penambangan endapan nikel laterit adalah PT Tiran Indonesia yang
dilakukan oleh pihak perusahaan PT. TBP adalah dengan sistem penambangan
terbuka (surface mining) yaitu menambang dari punggung bukit ke bawah (open
Untuk melakukan eksploitasi terhadap biji nikel laterit yang baik dan
karena itu, kerja praktik ini penulis lakukan pada PT Tiran Indonesia sebagai
usaha untuk memenuhi tuntutan di dunia Kerja agar dapat lebih dalam mengetahui
pengalaman dan wawasan kerja serta dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah di
dapat di kampus khususnya bidang endapan laterit pada PT. Tiran Indonesia.
2
1.3 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik
Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis daerah kerja praktik
terletak pada 122º22’30” - 122º23’00” Bujur Timur (BT) dan 3º25’00” - 3º27’30”
pengambilan data testpit dan drilling yang dilakukan pada 1 bulan pertama masa
(Pertama) Kerja Praktik. Kemudian diberikan waktu cuti selama 2 minggu dan
PT. Tiran Indonesia adalah salah satu perusahaan tambang bijih nikel yang
tambang terbuka dengan metode open pit. Adapun kegiatan penambangan yang
3
Gambar 1.1 Proses pengupasan tanah penutup
yang tidak ekonomis yang menutupi badan bijih di bawahnya. Lapisan ini
memiliki kadar besi (Fe) yang tinggi, tetapi kadar Nikel (Ni) yang rendah.
2. Ore Getting
memisahkan ore agar tidak tercampur dengan waste. Ore getting dalam
seperti batu besar (boulder) atau material lainnya. Proses ore getting dapat
4
Gambar 1.2 Proses ore getting
3. Pemuatan (Laoding)
ke alat angkut dengan bantuan alat muat. Alat gali muat yang digunakan
atas intruksi dari officer grade control yang bertugas untuk mengawasi
5
Gambar 1.3 Proses pemuatan (laoding)
4. Pengangkutan (Hauling)
alat angkut dump truk hino dan fuso dari pit menuju ke stockpile atau
6
Gambar 1.4 Proses pengangkutan (hauling)
5. Pengapalan (Barging)
1.5.
7
Gambar 1.5 Proses pengapalan
6. Reklamasi
lokasi penambangan yang sudah selesai atau disebut mine out, kemudian
merupakan salah satu jenis pohon yang bernilai investasi. Selain itu, pohon
cepat dan mampu tumbuh di segala kondisi tanah. Lahan reklamasi PT.
8
Gambar 1.6 Lahan reklamasi PT. Tiran Indonesia
9
BAB II
TINJAUAN UMUM
PT. Tiran Indonesia merupakan bagian dari perusahaan Tiran Group yang
pada tanggal 01 November 2007 sesuai dengan adanya Akta Pendirian Perseroan
memperoleh IUP berdasarkan Surat Keputusan Bupati Konawe Utara No. 155
tahun 2013 tanggal 30 Juli 2013 yang terletak di Desa Lameruru, Kecamatan
Indonesia, 2020). Peta IUP PT. Tiran Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.1.
10
Gambar 2.1 Peta IUP PT. Tiran Indonesia
penambangan terbuka dengan metode open cast mining. Metode ini dilakukan
dengan memotong sisi bukit yang dimulai dari atas puncak atau gunung menurun
ke bawah pada sisinya atau sebaliknya. Area penambangan PT. Tiran Indonesia
memiliki izin usaha pertambangan (IUP) Seluas 1.413 ha yang dibagi menjadi
beberapa blok penambangan yaitu Blok 1, Blok 2, Blok 3, Blok 4, dan Blok 5.
Saat ini terdapat 2 blok penambangan yang aktif terdiri dari Blok 2 dan Blok 4.
Blok 1 merupakan blok penambangan yang telah mine out atau habis tambang,
Praktik
11
2.2 Geologi Regional Daerah Kerja Praktik
Pulau Sulawesi mempunyai luas sekitar 172.000 km2 dikelilingi oleh laut
yang cukup dalam. Sebagian besar daratannya dibentuk oleh pengunungan yang
berbentuk huruf “K” dengan empat lengan yaitu Lengan Timur memanjang timur
bagian tengah Sulawesi yang merupakan pengunungan dan dibentuk oleh batuan
gunung api. Pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya merupakan pertemuan tiga
lempeng yang aktif bertabrakan. Akibat tektonik aktif ini, pulau Sulawesi dan
daerah sekitarnya dipotong oleh sesar regional yang masih aktif. Kenampakan
memotong pulau ini serta batuan penyusun pada bagian Tengah Sulawesi,
Lengan Tenggara, dan Lengan Selatan dipotong oleh sesar regional yang
bagian yaitu, ujung Utara, bagian Tengah, dan ujung Selatan (Gambar 2.4).
Ujung Selatan Lengan Tenggara merupakan bagian yang relative lebih landai dan
12
Tenggara Sulawesi didominasi oleh pegunungan yang umumnya memanjang
Ada lima satuan morfologi pada bagian tengah dan ujung selatan Lengan
13
2. Morfologi perbukitan tinggi, morfologi perbukitan tinggi menempati
morfologi kasar.
di Utara Kendari dan ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini
terdiri atas bukit kecil dan rendah dengan morfologi yang bergelombang.
tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser mengiri (Sesar Kolaka dan
geologi regionalnya Pulau Sulawesi dan sekitarnya dapat dibagi menjadi beberapa
mandala geologi yakni salah satunya adalah mandala geologi Sulawesi Timur.
Mandala ini meliputi lengan Tenggara Sulawesi, Bagian Timur Sulawesi Tengah
dan Lengan Timur Sulawesi. Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah yang
kompleks karena merupakan tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu lempeng
arah barat dan lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan-tenggara serta
gerakan ke Barat dari beberapa kepingan benua. Akibat dorongan ke arah Barat
14
dari kepingan Benua Banggai-Sula, terbentuklah sesar geser Mengiri, diantaranya
sistem sesar Palu-koro yang berhubungan dengan beberapa sesar di bagian Timur
Sulawesi termasuk sesar matano, sesar lawanopo, dan sesar kolaka. Struktur
geologi yang berkembang di lembar Lasusua adalah sesar, lipatan dan kekar.
Lasolo yang merupakan sesar geser Mengiri yang aktif hingga kini.
semenanjung tenggara yang berasal dari batuan induk yang kaya akan kandungan
mineral olivin dan ortopiroksin. Faktor lain yang berpengaruh adalah adanya
proses pensesaran dan pengkekaran yang cukup intens dan bentuk dengan
morfologi yang relatif lebih landai dengan kemiringan lereng yang rendah.
diantaranya yaitu sesar sorong, sesar kolaka, sesar lawanaga (TO, Simanjuntak,
ultramafik dan semakin ke atas batuannya berumur lebih muda seperti yang
(Gambar 2.5) maka secara umum stratigrafi Kabupaten Konawe Utara, dapat
a. Batuan Afiolit (Ku) Batuan afiolit merupakan batuan beku yang tersusun
15
b. Batuan Malihan Paleozoikum (Pzm) Tersusun oleh jenis batuan sekis,
gneis, filit,
terdiri dari batu pasir, kuarsit, serpih hitam, serpih merah, filit, batu sabak,
f. Formasi Matano (Km) Tersusun oleh jenis batu serpih dan rijang.
g. Formasi Alangga tersusun oleh jenis batu pasir, batu lempung dan
konglomerat.
Endapan terdiri dari material lepas batuan kerikil, kerakal, pasir dan
lempung
16
Gambar 2.3 Peta geologi lembar Lasusua-Kendari
17
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Nikel
Nikel (Ni) merupakan logam yang keras dan tahan korosi, serta cukup
reaktif terhadap asam dan lambat bereaksi terhadap udara pada suhu dan tekanan
normal. Logam ini cukup stabil dan tidak dapat bereaksi terhadap oksida sehingga
sering digunakan sebagai koin dan pelapis dan sifatnya paduan. Dalam dunia
industri, nikel adalah salah satu logam yang paling penting dan banyak memiliki
aplikasi; 62% dari logam nikel digunakan untuk baja tahan karat, 13% sebagai
superalloy dan paduan tanpa besi karena sifatnya yang tahan korosi dan suhu
tinggi. (Dalvi dkk., 2004), Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang
terbentuk akibat pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0,2 – 0,4 %
seperti Kuba, Indonesia, Kaledonia Baru, Filipina dan Amerika Selatan. (Ahmad,
2005)
Indonesia memiliki cadangan bijih nikel laterit yang cukup besar terutama
baru dua perusahaan yang mengolah bijih nikel terutama saprolit (nikel berkadar
tinggi), yaitu PT Vale menjadi nikel matte dan PT Antam menjadi ferronikel.
Sebagian besar bijih nikel, terutama limonit berkadar nikel rendah masih diekspor
dalam bentuk mentah dan sisanya masih merupakan material yang belum diolah
(Ahmad, 2005).
mengandung olivine, magnesium silikat dan besi silikat yang pada umumnya
Air tanah yang kaya akan CO2, berasal dari udara luar dan tumbuhan,
partikel-partikel silika. Di dalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan
mineral tersebut sering dikenal sebagai besi karat. Endapan ini akan terakumulasi
dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika akan
tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang
19
dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur Ni berada
dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari kelompok serpentin adalah X2-3
SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni,
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, berupa kekar, maka
Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, dan akan terkumpul di zona air sudah
tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock. Ikatan dari Ni
yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit
dengan rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5 (OH)4. Apabila proses ini berlangsung
terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengayaan supergen
(supergen enrichment).
penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang
lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu
supergen terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses
oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona Hipogen, terdapat
20
Adapun menurut Waheed Ahmad dalam buku “Laterite: Mine Geology,
1. Batuan asal
nikel laterit, macam batuan induknya adalah batuan ultrabasa. Dalam hal ini pada
2. Iklim
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, yaitu akan terjadi rekahan-
rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada
batuan.
21
asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi wilayah. Dalam hal ini vegetasi
akan mengakibatkan penetrasi air dapat lebih dalam dan mudah dengan
mengikuti jalur akar pepohonan serta akumulasi air hujan bertambah banyak.
Gambar 3.1 Proses yang terlibat dalam pembentukan endapan laterit (Ahmad, 2005)
4. Struktur Geologi
porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sul it,
5. Topografi
reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur
22
lebih banyak daripada air yang meresap, sehingga dapat menyebabkan pelapukan
kurang intensif.
6. Waktu
karena memiliki akumulasi unsur nikel dalam jumlah yang besar. (Gambar 3.2)
23
Pembentukan nikel laterit yang terdiri atas empat horizon yaitu:
1. Tudung besi (iron cap) yang merupakan campuran goetit dan limonit
berwarna merah tua. Lapisan ini mempunyai kadar besi tinggi dan nikel
kromiferus yang merupakan lapisan paling atas dari bijih laterit dan menjadi
2. Lapisan limonit, merupakan lapisan yang kaya besi sekitar 40-50% Fe,
berukuran halus dan berwarna merah coklat atau kekuningan. Dalam limonit,
sebagian besar nikel berada dalam goetit (sebagai larutan padat), sebagian
lagi berada dalam oksida mangan dan litioforit. Dalam lapisan ini juga
magemit.
nikel lebih tinggi daripada yang terdapat pada lapisan limonit, yaitu sekitar
1,5-3% Ni. Kandungan magnesia dan silikanya juga lebih tinggi, namun
4. Batuan dasar (bed rock). Bagian ini berbentuk bongkah berukuran >75 cm.
Secara umum kadar nikelnya kecil, sekitar 0,2 - 0,4% nikel. Zona ini
oleh garnierit dan silika. Perengkahan ini diperkirakan menjadi root zone
yaitu suatu zona dengan kandungan nikel tinggi berupa urat dalam batuan
dasar.
24
Berdasarkan tipe mineral yang dominan, bijih nikel laterit di dunia dapat
1. Laterit oksida (oxide laterites) merupakan produk yang paling umum proses
bijih;
2. Laterit lempung (clay laterite). Sebagian besar terdiri atas lempung smektit
3. Laterit silikat, terbentuk pada bagian yang lebih dalam dan mungkin dilapisi
oleh laterit oksida. Sebagian besar terdiri atas Mg-Ni silikat (serpentin,
garnierite).
25
BAB IV
sampel yang dilakukan dengan cara penggalian pada titik-titik yang sudah
profil, penyebaran endapan secara garis besar. Kegiatan ini bertujuan untuk
melihat secara langsung kondisi lapisan tanah dengan teliti serta menentukan ideal
atau tidaknya suatu PIT untuk ditambang ataupun diteliti lebih lanjut. Dari
tanah, warna, dan jenis mineral. Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah excavator. Pada pengujian testpit ini dapat diambil contoh tanah tak
1. Lokasi titik testpit yang sulit diakses, faktor ini mencakup medan yang terjal,
hutan yang lebat sehingga pembuatan jalur ke titik testpit sulit di jangkau dan
berbahaya di lalui , maupun titik-titik testpit yang terdapat pada lokasi yang
mempertimbangkan dari segi keselamatan dalam kerja. Hal ini mengacu pada
26
SOP (CNI-SOP-GEE-03.C.011).
Kegiatan testpit ini memerlukan waktu yang relatif lebih cepat dibanding
dengan teliti. Dalam pengambilan conto ini menggunakan alat berat jenis
excavator PC 200.
Adapun tahapan kegiatan testpit dalam kerja praktik ini antara lain sebagai
berikut:
(excavator) dari satu titik plan testpit ke titik lainnya. Pemasangan Pita pada jalur
titik plan dilakukan agar memudahkan operator dalam mencapai titik sambil
27
2. Penggalian Lubang Testpit
lubang testpit karena mudah longsor. Faktor safety menjadi hal utama dalam
kegiatan ini, sehingga dalam kegiatan ini sangat mengacu pada SOP CNI-SOP-
Testpit dengan menggunakan Excavator) dan JSA yang telah ada dalam proses
interval dan pengambilan conto mulai dari meteran limonit sampai dengan batas
boulder/bedrock yang cukup masif sehingga excavator tidak mampu untuk terus
28
menambah kedalaman. Untuk kondisi tertentu, aktivitas testpit dapat dinyatakan
finish setelah bucket excavator tidak lagi dapat menggali turun atau dapat
dinyatakan finish pula apabila terdapat isu safety seperti bahaya longsor maupun
Jumlah Conto yang diambil berkisar 3-5 kg. Terkhusus pada plan sampel
dilakukan tiap sisi dari tumpukkan secara random agar merepresentasikan profil
29
6. Deskripsi Conto dan Foto Conto
melihat jenis mineral, persentase mineral, warna soil, tekstur dan struktur, tingkat
pelapukan, dan ukuran butir. Data hasil deskribsi di masukkan dalam file
30
Foto 4.6 Contoh Hasil Deskripsi
7. Packing Conto
proses packing conto (Foto 4.8) berdasarkan interval yang diambil dan
memastikan conto tersebut masuk kedalam karung, ikat rapat karung tersebut dan
kemudian conto tersebut dituliskan waybill (Foto 4.9) , yaitu form list sampel
31
Foto 4.8 Packing Conto
Setelah dinyatakan finish lubang testpit difoto disertai EOH dan Hole_ID
kemudian ditutup kembali agar tidak membahayakan orang lain, setelah itu
32
Foto 4.10 Pemasangan pita finish Testpit
33
Berikut merupakan peta kegiatan testPIT Zelama kerja praktik:
Selama kerja praktik dari peta diatas ada 3 PIT yang dilakukan kegiatan
A. PIT E
Kegiatan Testpit pada PIT E telah diselesaikan sebanyak 105 holes dengan
plan spasi 50 m dengan titik yang di-cancel sebanyak 41 holes dengan alasan
dengan alasan medan yang cukup terjal, serta daerah pasca longsoran material
(Foto 4.11).
34
Foto 4. 11 Titik Testpit yang dibatalkan (cancel) karena terletak di bawah alur longsoran
didapatkan pada ketebalan sekitar 0-4 meter dan memiliki ukuran butir berupa
lempung – pasir sangat halus. Zona ini memiliki warna soil berwarna merah
35
Zona saprolit pada PIT E memiliki kedalaman sekitar 4-7 meter. Adapun
untuk zona saprolite pada PIT ini memiliki komposisi mineral serpentine dan
garnierite.
B. PIT J
medan yang cukup terjal serta daerah yang dekat dengan MHR (Foto 4.14)
memiliki ketebalan sekitar 1-5 meter dan memiliki ukuran butir lempung – pasir
sangat halus. Zona ini memiliki warna soil berupa kuning kecoklatan, dengan
36
Foto 4. 15 Zona Limonit PIT J Foto 4. 16 Zona Saprolit PIT J
Zona saprolit pada PIT Jmemiliki kedalaman sekitar 5-8 meter. Zona
saprolit ini dicirikan dengan dijumpai pengkayaan akan mineral mg-ni-si dari
hasil hydration mineral yang tidak teroksidasi pada batuan peridotite contohnya
C. PIT Z
Kegiatan Testpit pada PIT Z telah diselesaikan sebanyak 150 holes dengan
plan spasi 25 m dengan titik yang di-cancel sebanyak 128 holes dengan alasan
lubang Testpit tidak safety akibat titik terdapat pada medan yang sangat terjal
(Foto 4.17)
Foto 4. 17 Titik testpit yang dibatalkan (cancel) karena medan yang cukup terjal serta daerah
pasca aktifitas mining
37
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan zona limonit (Foto 4.18) pada
PIT Z memiliki ketebalan sekitar 0-3 meter dan memiliki ukuran butir berupa
lempung – pasir sangat halus. Zona ini memiliki warna soil berupa merah
Zona saprolit pada PIT Z memiliki kedalaman sekitar 3-6 meter. Zona
saprolit ini dicirikan dengan dijumpai pengkayaan akan mineral mg-ni-si dari
hasil hydration mineral yang tidak teroksidasi pada batuan peridotite contohnya
38
4.2 Kegiatan Drilling
interpretasi data geologi lanjutan. Analisis data bor pada kerja praktik ini
bermaksud untuk mengetahui profil laterit (limonit dan saprolit) dan batuan dasar
dari daerah penelitian. Pengamatan ini dilakukan secara langsung pada hasil
Jenis pemboran ini didasarkan tujuan yang akan dicapai dalam melakukan
penetrasi sampai kedalaman 50 meter tergantung dari kemampuan alat dan mata
bor. Didalam kerja praktik ini, jenis alat bor yang digunakan adalah tipe mesin
Jarco 200 dengan menggunakan core barrel triple tube yaitu tipe core barrel yang
memiliki tiga tabung di dalamnya yaitu outer tube, split tube, dan holding tube
mengacu pada koordinat plan yang telah ditentukan dan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dari rencana titik bor yang telah ditentukan berdasarkan titik
koordinat.
39
Foto 4. 170 Pita Titik Bor
2. Proses Pengeboran
mengenai kondisi plan titik bor. Setelah dinyatakan layak, pengeboran dapat
dimulai dengan pengawasan (Foto 4.21) oleh field geologist. Pengambilan core
dilakukan per interval 1 meter atau < 1 meter dan tidak diperkenan kan untuk > 1
mengetahui panjang conto yang terambil apabila sesuai dengan kemajuan pipa
yang masuk atau tidak. Apabila conto lebih Panjang dari kemajuan pipa maka
sedangkan jika material kurang dari kemajuan pipa maka dinyatakan loss core
(material hilang). Adapun setiap pengambilan core yang naik akan dicatat pada
40
Foto 4. 181 Pengawasan Kegiatan Pengeboran
3. Break Geology
dalam kondisi bersih dari cutting (material pengotor). Ketika dijumpai perbedaan
tekstur, struktur dan komposisi material akan dilakukan break geologi (Foto 4.22)
representatif data. Break Geology juga dapat dilakukan pada material yang loss ≥
50 cm apabila dalam interval 1 meter terdapat panjang sisa material yang terletak
pada bagian atas maupun bawah material yang lost memiliki panjang ≥ 15 cm
(Break No Core).
41
4. Deskripsi Core atau Logging
Deskripsi Core dilakukan per interval atau tiap perbedaan material yang telah
dan kedalam. Logging (Foto 4.24) dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan
Foto core box dilakukan dengan hati-hati dan fokus agar ketika dilakukan
validasi lebih mudah. Setelah difoto, core atau conto nya akan di packing (Foto
42
4.25) per interval yang telah di break harus dipastikan tidak terkontaminasi dan
sesuai interval dari data logging. Selanjutnya akan dibawa ke sample house untuk
6. Finish Hole
43
justifikasi dari field geologist. Setelah dinyatakan finish, conto akan di-packing
berdasarkan interval dan batas break geology-nya. Hole yang telah finish akan
dipasangkan patok finish berupa drilpad dan hole_id serta EOH finish dan dicatat
44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kerja praktik yang dilakukan di IUP PT. Tiran
Indonesia adalah dimana tahapan yang dilakukan selama kerja praktik sebagai
berikut:
1. Dalam kegiatan Testpit, Selama 3 bulan kerja praktik telah dilakukan pada 3
Pit yaitu
a) Pada PIT E ditemukan pada zona limonite didominasi oleh mineral goethite
dengan. Adapun zona saprolite PIT ini didapatkan dalam jumlah banyak
b) Pada PIT J ditemukan zona limonite memiliki warna soil berupa kuning
pada zona saprolite terdapat mineral serpentine dalam jumlah banyak, diikuti
c) Pada PIT Z ditemukan zona limonite yang didominasi oleh butir berupa
lempung – pasir sangat halus. Zona ini memiliki dicirikan dengan dijumpai
pengkayaan akan mineral mg-ni-si dari hasil hydration mineral yang tidak
45
2. Drilling dilakukan untuk mengetahui secara rinci kondisi geologi di bawah
interpretasi data geologi lanjutan. Analisis data bor pada kerja praktik ini
bermaksud untuk mengetahui profil laterit (limonit dan saprolit) dan batuan
unit rig tipe Jarco dengan pipa jenis triple tube dengan panjang pipa 1 m, 1.5
46
5.2 Saran
1. Dalam kegiatan testpit, untuk manjaga jarak aman antara alat excavator dan
melakukan testpit seperti flysheet saat kondisi hujan Handy talk , selalu
geolgy dan saat logging, perhatikan kebersihan corebox agar conto tidak
47
DAFTAR PUSTAKA
48