Pujian dan syukur penulis berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
dan kasih karunia-Nya, pantitia dapat menyelesaikan penyusunan Guide book
lapangan dengan judul "Ephitermal high Sulfidation – pantai Wediombo”.
Guide book ini ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, tim panitia mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hill G. Hartono S.T, M.T, selaku pemateri 1
2. Okky Verdiansyah S.T, M.T, selaku pemateri 2
3. Pihak lain yang membantu penyelesaian guide book ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Tak ada gading yang tak retak. Demikian pula, tidak ada pekerjaan yang sempurna.
Oleh karena itu, panitia mengharapkan kritik dan saran dari peserta untuk
KAMPUS STTNAS YOGKARTA khususnya demi kemajuan acara ini dan SM –IAGI STTnas pada umunya
DAN PANTAI WEDIOMBO Akhirnya, tulisan ini diharapkan dapat memberi informasi lebih lanjut mengenai
30 APRIL - 1 MEI 2016 ilmu endapan mineral, khususnya endapan dengan system epithermal beserta cara
menemukan atau eksplorasinya. Diharapka kedepannya ilmu yang didapat bisa
SEKSI MAHASISWA menjadi bekal yang dapat diterapkan dalam dunia kerja nantinya. Sekian, Teram
IKATAN AHLI GEOLOGI INDONESIA kasih.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKRTA
DAFTAR ISI 4.3. TAHAPAN PERSIAPAN 25
KATA PENGANTAR i
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 32
DAFTAR ISI ii
5.1. HASIL ANALISIS 32
5.2. PEMBAHASAN 38
II.1 Fisiografi regional Dalam pembagian zona fisigrafi tersebut, daerah penelitian masuk dalam
Secara umum Pannekoek (1949) dan van Bemmelen (1949) telah Zona Pegunungan Selatan.
membagi fisiografi Pulau Jawa menjadi beberapa zona fisiografi. Menurut
Pannekoek (1949) dapat dibedakan menjadi tiga zona yang membujur
dari barat sampai timur, yaitu :
1. Zona Selatan/Zona Plato, terdiri dari beberapa plato dengan
kemiringan kearah selatan menuju Samudra Indonesia dan umumnya
di bagian utara dipotong oleh gawir. Di beberapa tempat gawir
tersebut hampir tidak terlihat lagi, untuk kemudian berganti menjadi
dataran alluvial.
2. Zona Tengah/Zona Depresi Vulkanik, merupakan daerah depresi yang
disusun oleh endapan vulkanik muda, hal ini disebabkan karena pada
daerah tersebut banyak tumbuh Gunung Api Kuarter. Gambar 2.1. Fisiografi Pulau jawa dan sekitarnya (modifikasi dari
3. Zona Utara/Zona Lipatan, yang terdiri dari rangkaian pegunungan van Bemmelen, 1949 dalam Hartono, 2010)
lipatan yang diselingi oleh beberapa gunung api dan sering berbatasan
Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah selatan
sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu. Aliran
Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan oleh Lautan India. Di sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat
sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta dan menyatu dengan K. Opak. Sebagai endapan permukaan di
dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir daerah ini adalah lempung hitam dan endapan danau purba,
Baturagung. Di pihak lain, menyatakan bahwa Zona Pegunungan Selatan sedangkan batuan dasarnya adalah batugamping.
dapat dibagi menjadi tiga subzona (Harsolumekso dkk, 1997), yaitu
Subzona Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu. 3. Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam
1. Subzona Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun karts, yaitu bentang alam dengan bukit-bukit batugamping
membentang dari barat (ketinggian Gunung Sudimoro, ± 507 M, membentuk banyak kerucut dengan ketinggian beberapa puluh
antara Imogiri-Patuk), utara (Gunung Baturagung, ± 828 M), hingga meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai telaga, luweng (sink
ke sebelah timur (Gunung Gajahmungkur, ± 737 M). Di bagian holes) dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping serta
timur ni, Subzona Baturagung membentuk tinggian agak terpisah, aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini membentang
yaitu Gunung Panggung (± 706 M) dan Gunung Gajahmungkur dari pantai Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah
(± 737 M). Subzona Baturagung ini membentuk relief paling kasar timur.
ᴼ ᴼ
dengan sudut lereng antara 10 -30 dan beda tinggi 200 - 700 meter
serta hampir seluruhnya tersusun oleh batuan asal gunung api.
I. 2 Stratigrafi
Penelitian mengenai stratigrafi Pegunungan Selatan secara umum
sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti (Tabel 2.1) dan memiliki
susunan stratigrafi yang berbeda-beda menurut versi masing-masing.
Menurut Bothe (1929) dan van Bemmelen (1949).
Dalam penelitiannya, Surono dkk (2009) menyimpulkan bahwa
stratigrafi Pegunungan Selatan dibagi menjadi tiga periode. Periode
pravulkanisme, satuan batuan yang terbentuk adalah batuan malihan,
ditindih tak selaras oleh kelompok Jiwo. Lalu Periode Vulkanisme,
periode ini membentuk kelompok Kebo Butak yang merupakan fase
pembangunan dari kegiatan gunung api yang secara beruntun ditindih
selaras oleh Formasi Semilir yang merupakan dari hasil suatu fase
penghancuran dari kegiatan vulkanik berupa endapan klastika gunung api
dan Formasi Nglanggran. Formasi Semilir disusun oleh tuf, breksi
batuapung dasitan, batupasir tufan dan serpih. Formasi Nglanggran
tersusun atas breksi gunung api, aglomerat dan lava andesit. Pada periode
pasca vulkanisme dimana matinya era vulkanisme pada tersier satuan
Tabel 2.1. Kolom stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa
peneliti terdahulu (Hartono, 2010 )
U
stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi 3 satuan batuan berupa
1:5000 intrusi dasit
intrusi dasit, lava andesit dan batugamping. Satuan
merupakan satuan tertua di daerah penelitian dimana penyebaran litologi
ini membentuk topografi tinggian berupa bentuk miring kubah yang
dikenal dengan nama Gunung Batur. Satuan ini telah mengalami alterasi
klorit-epidot (propilitik lemah). Satuan lava andesit terbentuk secara
KETERANGAN
selaras setelah terbentuknya intrusi dasit dimana kedua satuan ini
b.gamping
diinterpretasikan
Garis kontur merupakan satu kesatuan dari proses terbentuknya
.breaksi Intrusi Sungai
Gunung
Mikrodiorit api Batur. Sebagian besar satuan ini telah teralterasi argilik
Lava Sesar geser
Andesite Gawir G.api purba
hingga argilik
Zona Kaolin, hemati lanjut dimana terlihat mineral plagioklas telah berubah
Jurus, kemiring
pirit pada satuan ini. Satuan paling muda yaitu satuan batugamping yang
pelamparannya meliputi wilayah bagian sebelah utara hingga selatan Gambar 2.2. Peta geologi daerah penelitian (Hartono, 2006)
bagian timur daerah penelitian yang memiliki hubungan ketidakselarasan
dengan lava andesit dan Batugamping serta tidak mengalami alterasi dan I.3 Stuktur Geologi Regional
mineralisasi. Pola struktur pulau Jawa banyak diteliti berdasarkan banyak data,
yaitu geologi permukaan, gaya berat, magnetik, foto udara, citra
satelit dan radar, seismik (Untung dan Wiriosudarmo, 1975; Untung
dan Sato, 1978; Palungguno dan Martodjojo, 1994 dalam Satyana dan Gambar 2.3. Pola struktur Jawa dan sekitarnya
Purwaningsih, 2002). Secara umum, terdapat empat arah dominan pola (Pulunggono dan Martodjojo, 1994)
Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengungkap keberadaan penyebaran zona alterasi dan control pembentukan
alterasi di daerah wediombo dengan menekankan pada aspek pengamatan dan jenis
geologi pembentuk batuan alterasi yang berkaitan dengan areal vulkanik
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2. Tahapan Penelitian
pustaka dari beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Departemen
pada daerah tersebut baik secara local maupun regional, meliputi: Pertambangan dan Energi, Direktorat Jendral Geologi dan Sumber
Daya Manusia.
Mengelompokkan geologi regional Pulau Jawa berdasarkan Melakukan penelitian “Asal-usul Pembentukan Gunung Batur di
fisiografi menjadi beberapa zona, salah satunya adalah Zona Daerah Wediombo, Gunung Kidul Yogyakarta”.
Pegunungan Selatan dimana daerah penelitian penulis tercakup
didalamnya. - Hartono (2010)
sekitarnya, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi perlengkapan dan alat yang dipergunakan peneliti untuk mendukung
Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai syarat untuk memperoleh gelar pengambilan data dan observasi di lapangan, antara lain :
Google Map )
c. Kompas geologi,
h. Kantong sampel,
2. Sampel dimasukkan ke kantong sampel dan selanjutnya diberi Meliputi penulisan akhir laporan dengan memproses data-data primer
yang sudah diambil dan dianalisa kemudian dilakukan pengetikan naskah
nomor sesuai dengan nomor lintasan/ lokasi. dalam bentuk laporan resmi atau laporan akhir seminar.
regional.
bahasan yang saling terkait satu sama lain secara komperehensif. Ketiga Data yang didapat langsung dari lapangan kemudian dianalisa secara
pokok bahasan tersebut yaitu data (primer dan sekunder), hasil analisa dan megaskopis dengan pendekatan petrologi dan tekstur khas pada mineral
pembahasan. mineral lempung yang sudah mengalami alterasi. Dari beberapa lokasi
4.1 Hasil analisis lokasi pengamatan (gambar 5.1) yang berdasarkan peta geologi peneliti
terdahulu (gambar 5.2) diplotkan dari tiap lokasi pengamtan dilapangan. 2. Alterasi argilik
Zona alterasi berikutnya yaitu argilik dicirikan oleh kehadiran mineral
Hal ini bertujuan untuk memudahkan analisa secara utuh mengenai pola
dikit, kaolin, alunit, jarosit karaekteristik mineral mineral tersebut dapat di
penyebaran alterasi pada daerah penelitian. Kemudian, dari tiap lokasi
bedakan dengan tekstur lempung dan indra pengecapan . Keterdapatan dikit
pengamnatan terpilih tersebut dipaparkan deskripsi litologi maupun data dan alunit menandakan bahwa akterasi ini terbentuk pada kondisi pH
yang rendah/asam (Corbett &Leach, 1996). Intensitas teralterasi mulai dari
lain yang didapati kedalam kedalam bentuk table 5.1 untuk memudahakan
perpasive hingga selektiv
dalam menganalisa.
Alterasi ini di jumpai pada sebelah selatan dan utara areal gunung
manjung dan sebelah barat gunung manjung. pada kondisi singkapan
nampak teralterasi sangat baik Atau pervasive secara deskriptif Alterasi silika
vuggy - silika masif Secara geometri singkapan ini berupa bongkah bongkah yang
bersifat insitu berukuran > 1 m yang menyerupai batuan beku. Kenampakan fisik
dari batuan yang mengalami alterasi ini adalah batuan berwarna abu-abu hingga
merah kecoklatan berstruktur masif – vuggy dengan komposisi dominan mineral
kuarsa nampak berlubang . Batuan induk (host rock) alterasi yang dijumpai di
lapangan adalah lava andesit. Mineral bijih yang diidentifikasi berupa pirit ,
kalkopirit yang termineralisasi sangat baik pada vein gray.
1.2 Data laboratorium
Dari hasil data laboraturium berupa data petografi dan fotografi dari
hasil peneliti terdahulu dan coba dikorelasikan (data sekunder),
menunjukan dari analisis petrografi dan fotografi sayatan poles pada batuan
alterasi argilik menunjukan adanya penciri mineral plagioklas yang terubahkan
Gambar 5.1 menjadi lempung dan adanya kenampakan kuarsa serta mineral opak pada
a. Singkapan alterasi argilik pada areal parkir sayatan dari contoh batuan silifikasi . selian itu pada sayatan fotograf
b. Singkapan alterasi argilik di pantai
c. Singkapan argilik teralterasi kuat menunjukan adanya kenampakan mineral mineral logam sulfida berupa
d Alunit dan kaolin kalkopirit, enargit, pirit, dan hematit pada gambar serta di ambil pada batuan
e. Singakapan Argilitik alunite kaolin
ubahan alterasi silifikasi.
Gambar 5.2
Fotomikrograf dari batuan yang teralterasi argilik (a & c nikol sejajar, b silifikasi, alterasi argilik ,dan porpilitk lemah. Pembagian penyebaran batuan
& d nikol silang). (Ket: clay=mineral lempung, opq=mineral opak, alterasi pada penelitian ini menggunakan pendekatan indeks mineral mineral
qz=kuarsa) (Idrus dkk, 2013. alterasi,dan beberapa penciri karekteristik singkapan dengan batuan dasar
adalah batuan beku gunung api
4.2.1 kontrol pembentukan alterasi mineralisasi daerah
penelitian
Berdasarkan dari hasil data yang didapat baik itu data primer maupun syetem fluidasi magma yang keterkaitannya dengan seberapa besar tingkat
data sekunder dari peneliti terdahulu pada daerah penelitian, maka peneliti alterasi dan ubahan batuan yang terjadi serta mineral mineral logam. Sebagian
membagi 3 jenis batuan alterasi pada daerah penelitian yaitu alterasi besar batuan yang teralterasi merupakan satuan lava andesit Sebagian satuan ini
telah teralterasi argilik hingga silifikasi dimana terlihat mineral plagioklas berkembang antara lain alterasi silika vuggy – silika masif (silisifikasi kuat),
telah berubah menjadi mineral lempung dan ditemukan adanya mineral sulfida alterasi kuarsa-dikit-alunit (silisifikasi – argilik dan alterasi klorit lemah
berupa pyrite halus. satuan batugamping yang pelamparannya meliputi wilayah epidot (propilitik lemah). Alterasi-alterasi tersebut merupakan karakteristik
bagian sebelah utara hingga selatan bagian timur daerah penelitian yang memiliki alterasi pada endapan sulfidasi tinggi. Menurut peneliti sebelumnya (Idrus,2013)
hubungan ketidakselarasan dengan lava andesit. Batugamping tidak mengalami dari hasil analisis XRD ditemukan juga mineral dikit, jarosit, enargit yang
alterasi dan mineralisasai. Struktur geologi yang berkembang pada daerah terbentuk pada kondisi pH rendah. Mineralisasi bijih di daerah penelitian hadir
penelitian berupa kekar dan sesar, struktur kekar banyak dijumpai di daerah berupa mineral sulfida pirit, kalkopirit dan enargit. Plot pada diagram
pantai Wediombo dengan arah umum utara-selatan. Berdasrkan geometri dan log ƒS2 -1000/T (cf.Einaudi, 2003) seperti pada Gambar 5.8 menunjukan high
pola penyebaran batuan ubahan yang tersingkap, pembentukan alterasi sulfidation state. Berdasarkan ha tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
intensif di daerah distrik pemetaan menunjuakan terbentuknya alterasi mineralisasi di daerah penelitian merupakan system epitermal sulfidasi tinggi
mineraisasi karena di akibatkan adanya kontrol struktur dimana pada data faktual (HS epithermal system).
terbentuknya alterasi sering di jumpai pada zona zona struktur (gambar5.7)
sebagai jalur fluida utama pembentuk pusat alterasi serta besaran dimensi
cebakan utama.
berasosias idengan tipe endapan High sulfida baik terbentuk karna identifikasi tipe kontrol mineralisasi dan alterasi di wediombo
BAB V CATATAN:
……………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………
………. ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………… …………………………………………………………..............................