PENDAHULUAN
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari
batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, asal mula pembentukan batuan,
pembentuk kulit bumi, serta penyebarannya baik didalam maupun dipermukaan bumi,
semua bahan yang menyusun kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat
yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan
hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta proses erosi dari batuan. Namun
dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi tersebut termasuk batuan.
Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis batuan, yaitu: Batuan beku (“ igneous rocks”), adalah
kumpulan mineral silikat sebagai hasil pembekuan daripada magma yang mendingin
(Huang, 1962). Batuan sedimen (“ sedimentary rocks”), adalah batuan hasil litifikasi
bahan rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia
maupun hasil kegiatan organisme (Pettijohn, 1964). Batuan metamorf atau batuan
malihan (“metamorphic rocks”), adalah batuan yang berasal dari suatu batuan yang
sudah ada yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat
sebagai perubahan kondisi fisika (tekanan dan temperatur) (Winkler, 1967). Pada
fieldtrip Petrologi kali ini, fokus pada bagaimana cara mengindentifikasi dan mengenal
jenis dan nama batuan berdasarkan pendeskripsiannya, mengenal lebih dalam tentang
1
1.2. Tujuan Kuliah Lapangan
Kabupaten Barru.
Kabupaten Barru.
geologi, dan palu geologi pada beberapa singkapan daerah kawasan Kabupaten
Barru.
Kabupaten Barru.
peta geologi.
2
1.4. Lokasi Kuliah Lapangan
Teknik Universitas Hasanuddin ini memiliki koordinat garis bujur S=4º 27’ 14,8” dan
Jarak dari kampus 2 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin menuju kampus lapangan
Geologi Universitas Hasanuddin sejauh 113 KM, dan memakan waktu sekitar 3 jam
3
BAB II
terdapat didaerah bagian timur, wilayah bagian barat merupakan pedataran yang
relatif sempit dan dibatasi oleh selat makasar. Daerah ini menyempit ke utara dan
dibatasi oleh perbukitan dengan pola struktur yang rumit, kemudian di sebelah selatan
merupakan perubahan yang dialami oleh permukaan bumi baik secara fisik secara fisik
maupun kimia penyebab dari proses perubahan tersebut dapat dibagi atas dua
1. Tenaga Eksogen.
Tenaga ini bersifat merusak, dapat berupa angin, suhu, dan air. Dengan
adanya tenaga eksogen dapat terjadi proses denudasi berupa erosi, pelapukan,
dan degradasi.
2. Tenaga Endogen.
pembentuk struktur dan vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen maka
dapat terbentuk struktur gunung api dan agradasi. Dengan adanya tenaga-tenaga
4
oleh karakteristik masing-masing batuannya. Pengaruh struktur dan tingkat
Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan penyusunnya serta
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih
kemiringan lereng antara 5-20o. Satuan morfologi ini umumnya membentuk jalur gawir
memanjang dari dusun Galungsalawe, Bale, Ampela, dan Buludua dibagian timur.
Permukaan gawir sesar ini menghadap ke Selatan dimana permukaan gawirnya telah
mengalami proses erosi lebih lanjut yang ditandai dengan adanya gerakan tanah
diendapkan pada dasar tebing. Kenampakan morfologi akibat pengaruh sesar dapat
pula terlihat pada kenampakan permukaan Gawir yang memotong perlapisan batuan di
lereng selatan B.Laposso. Kenampakan lainnya berupa tebing yang terjal dengan
dasar-dasar lembah yang sempit dan landai dapat dijumpai dibeberapa tempat di
sepanjang jalur morfologi gawir sesar ini. Sungai yang mengalir pada daerah satuan
5
morfologi ini adalah sungai Watu dengan beberapa anak sungai yang mengalir dari
arah timur ke barat dengan tipe genetik sungai Obsekuen. Satuan batuan yang
menyusun satuan morfologi ini adalah Breksi, Batugamping, dan Napal. Proses erosi
yang bekerja pada daerah ini relatif besar karena sifat batuannya yang kurang
resisten dan adanya aktivitas penduduk setempat yang mengadakan pengolahan lahan
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan pada proses geomorfologi serta bentuk
morfologi dan keadaan fisik batuan sebagai hasil dari aktivitas denudasi yang terjadi
dan dominan terdapat pada daerah tersebut. Aktivitas denudasi berupa proses
pelapukan, erosi, dan longsoran merupakan kegiatan yang dapat merombak dan
menyabar dibagian timur laut B.Laposso (931m). Penyebaran satuan morfologi ini
meliputi beberapa daerah pegunungan yang memanjang dari arah barat ke timur yaitu
B.Matjekke (431m), B.dua (938m) dan B.Musula (819m), B.Matonrong (903m), B.Pitu
(342m), dan Kalukku (407m) dengan sudut kemiringan antara 10-70% Terdapat
penyebaran pegunungan bukit yang memanjang dari barat laut tenggara. Aktivitas
ditemukan adanya bukit-bukit kecil tumpul yang terbentuk akibat adanya pengaruh
erosi dan pelapukan dimana keadaan soil pada bagian puncak bukit sangat tipis namun
pada bagian lembah yang mempunyai soil yang tebal. Sungai yang mengalir pada
satuan morfologi ini adalah S.Birunga dengan beberapa anak sungainya yang
mempunyai pola aliran dentritik dengan tipe genetik sungai Obsekuen. Satuan batuan
6
yang menyusun satuan morfologi pegunungan denudasi ini pada umumnya terdiri dari
Breksi Vulkanik kecuali pada daerah B.Dua dan B.Matjekke batuan penyusunnya terdiri
dari dari batuan beku Andesit dan Diorit yang merupakan satuan intrusi bentuk sill.
Satuan morfologi ini sebagian digunakan oleh penduduk setempat sebagai daerah
Sungai yang mengalir di daerah ini adalah sungai Watu yang terletak di daerah
barat laut dan mengalir dari arah timur ke barat dengan aliran yang tidak teratur
sungai-sungai tersebut mengalir pada satuan Napal dan Breksi Batugamping. Sungai
Urunga dengan beberapa anak sungainya terdapat disebelah selatan dengan aliran
tegak lurus dengan sungai utama. Sungai umpung yang mengalir dari arah barat ke
timur dan sungai ule mengalir dari arah utara ke selatan. Sungai tersebut mengalir
kuantitas airnya besar, pada musim hujan tetapi pada musim kemarau airnya kecil
atau kering.
F. Stadia Daerah.
perbukitan dan pegunungan yang sebagian sudah tampak meruncing dan setempat-
sempit dengan lereng terjal pada proses erosi lebih lanjut. Sebagian sungai nampak
7
menempati dasar lembah dan relatif lurus dengan aliran yang tidak begitu deras, di
samping itu pula dataran pedaratan belum begitu meluas. Berdasarkan pada
kenampakan dari ciri-ciri bentang alam seperti yang telah disebutkan maka dapatlah
disimpulkan bahwa stadia daerah termasuk dalam stadia muda manjelang dewasa
(Thornbury, 1954).
Daerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis
bentang alam yang berbeda atau bervariasi dan telah mengalami gangguan struktur
nampak kurang segar terutama pada napal. Pengelompokkan dan penamaan satuan
batuan didasarakan atas ciri-ciri fisik di lapangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan
hubungan tektonik antar batuan dapat dikorelasikan secara vertikal maupun lateral dan
dalam lima satuan, mulai dari satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua yaitu
2. Satuan Breksi.
3. Satuan Napal.
Pembahasan lebih lanjut dari setiap satuan batuan dari yang tertua ke yang
8
A. Satuan Serpih Balangbaru.
Penyebaran batuan ini tidak terlalu meluas yang menempati bagian sungai dengan
arah umum perlapisan barat daya-timur laut. Ciri litologi berwarna segar ungu dan jika
lapuk berwarna abu-abu dengan tekstur klastik halus berukuran lempung, dan
ketebalan perlapisan berukuran antara 1-10cm. Ukuran butir lempung dan struktur
berlapis. Lingkungan pengendapannya dari satuan serpih ini didasarkan ciri-ciri litologi
dimana dijumpai perlapisan tipis dengan ukuran butir Lempung yang menunjukkan
lingkungan pengendapan tenang atau laut dalam. Penentuan umur Serpih diperkirakan
Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas dominasi dan pelemparan batuan
penyusunnya serta ciri-ciri litologi. Penyebaran satuan Batupasir ini meliputi bagian
barat daerah Barru dengan arah umum perlapisan berarah Utara-Selatan. Kenampakan
satuan batuan ini menunjukkan adanya kesan perlapisan, dalam keadaan segar
berwarna kuning kecoklatan, tekstur klastik kasar, mengandung mineral Kuarsa. Dalam
Batulempung dan Napal. Dengan sisipan Batubara berupa lensa. Umur satuan batuan
ini diperkirakan antar paleosen sampai eosen bawah, hubungan stratigrafi dengan
satuan batuan di bawahnya adalah tidak selaras dengan satuan batuan di atasnya.
Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada dominasi dan pelemparan batuan
penyusunnya. Ciri litologi kompak dan keras serta bersifat karbonatan. Batuan ini
terdiri atas fragmen berupa Sekis, Glaukonit, Kuarsit, Batugamping dan fosil serta
matriks berupa Lempung. Berdasarkan hal tersebut di atas maka satuan batuan ini
dinamakan satuan Breksi Batugamping. Penyebaran satuan ini meliputi sebelah barat
9
laut dan sebagian di daerah Buludua, yang pada umumnya menempati daerah satuan
morfologi perbukitan Gawir Sesar Aleojang Buludua dengan sudut kemiringan lereng
antara 10-20o. Arah umum perlapisan batau relatif berarah baratlaut-tenggara dengan
sudut kemiringan 25-37o. Ketebalan relatif satuan breksi Batugamping adalah 264m.
namun adapula yang terdapat dalam bentuk bongkahan. Tebal lapisan antara 16-
60cm. Berwarna putih kekuning-kuningan dalam keadaan segar dan lapuk berwarna
abu-abu kehitaman. Klastik kasar dengan sortasi jelek dan mengandung fosil, mineral
Glaukonit, Muskovit, dan Sekis. Berdasarkan ciri-ciri litologi dimana ada dijumpai
perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral-mineral berbutir kasar
dengan kehadiran mineral Glaukonit. Penentuan umur dari satuan ini dari satuan ini
didasarkan atas kandungan fosil yang dijumpai antar eosen awal sampai eosen tengah.
adalah selaras ada menjemari dengan satuan Batunapal yang tidak selaras dengan
Breksi Vulkanik yang berada di atasnya. Satuan batuan ini termasuk dalam formasi
Tonasa.
D. Satuan Napal.
Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele dan
sebagian terdapat di daerah timur laut. Sebagian dari satuan batuan ini menempati
daerah satuan morfologi perbukitan Sesar, Gawir Aledjang Buludua dan sebagian lagi
terdapat pada daerah yang daerahnya relatif datar arah umum perlapisan batuan
satuan napal menujukkan adanya perlapisan dengan ketebalan anatar 25-50cm. Dalam
keadaan segar, batuan ini berwarna putih keabuan dan lapuk berwarna kuning
10
Umur satuan ini yaitu eosen Tengah bagian bawah yang ditentukan dari kandungan
fosilnya. Hubungan stratigrafi antara satuan ini dengan batuan yang ada disekitarnya
yaitu satuan breksi Batugamping menjemari dan dengan satuan Breksi Vulkanik yang
berada diatasnya adalah tidak selaras. Satuan ini termasuk dalam formasi Tonasa
(Postuma, 1971).
Parjiro Adjenga, Baitu, Wuruwue dan Litae sebagian pula tersingkap di daerah aliran
sungai Kampong Litae, satuan ini menempati daerah satuan morfologi pegunungan
denudasi B.Masula, B.Pitu dengan arah perlapisan batuan umumnya barat laut timur
tenggara dengan sudut kemiringan antara 16–25o. Kenampakan dari satuan Breksi
Vulkanik ini menampakkan adanya perlapisan dengan ketebalan lapisan antara 35-
100cm. Fragmen batuan Breksi Vulkanik berupa batuan beku yaitu Basalt, Andesit,
Matriks Tufa yang disemen oleh Silika. Ukuran fragmen yaitu antara 5-60cm dan
bentuk menyudut tanggung. Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil mikro dan
makro sehingga satuan ini disebandingkan dengan batuan Vulkanik Camba yang
berumur miosen tengah sampai miosen akhir. Hubungan stratigrafi dengan batuan
yang ada di atasnya maupun yang ada diatasnya adalah tidak selaras.
Satuan ini terdiri dari dua anggota yaitu batuan Diorit dan batuan Andesit. Batuan
beku Diorit penyebarannya meliputi daerah B.Matjekke dan sebagian kecil terdapat
disebelah selatan barat laut. Batuan ini menempati daerah satuan morfologi
pegunungan denudasi B.Masula, B.Pitu, dalam keadaan segar batuan ini berwarna
abu-abu dengan struktur kompak, tekstur faneritik dan bentuk kristal subhedral-
11
dengan hasil peneliti terdahulu yaitu berumur miosen. Kenampakan batuan ini dalam
afanitik, komposisi mineral plagioklas, hornblend. Umur batuan beku Andesit ini adalah
Lengan selatan pulau Sulawesi secara struktural dibagi atas dua bagian yaitu
lengan selatan bagian utara dan lengan selatan bagian selatan yang sangat berbeda
selatan bagian utara pulau Sulawesi di mulai pada zaman kapur, yaitu terjadinya
perlipatan geosinklin disertai dengan kegiatan vulkanik bawah laut dan intrusi Gabro.
Bukti adanya intrusi ini terlihat pada singkapan disepanjang pantai utara–selatan Teluk
Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan struktur stratigrafi dan
tektonikanya adalah sedimen flysch formasi Balangbaru dan formasi Marada, bagian
bawah tidak selaras menindih batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tak
selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang
Balangbaru dan formasi Marada merupakan endapan lereng didalam sistem busur
palung pada zaman kapur akhir, dan gejala ini menunjukkan bahwa Malange didaerah
Pada kala Palaeosen kegiatan gunungapi bawah laut yang hasil erupsinya
dapat terlihat di timur Bantimala dan daerah Barru. Pada bagian barat berupa tepi
12
dataran yang dicirikan oleh endapan darat dan batubara pada formasi Mallawa,
Sejak eosen akhir sampai miosen awal di daerah barat terendapkan batuan
karbonat yang luas. Dimana hal ini menunjukkan bahwa daerah ini merupakan
paparan laut dangkal yang luas, yang kemudian berangsur–angsur menurun atau
Sedangkan pada daerah bagian Timur terjadi proses gunungapi yang dimulai sejak
miosen akhir dimana hal ini ditunjukkan pada daerah Kalamiseng dan Soppeng. Akhir
kegiatan gunungapi ini diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya permulaan
Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal miosen tengah, dan
Proses menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal,
yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak hingga sekarang disebelah timur, dan
sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak menerus di sebelah barat. Selama
dibagian selatan sedangkan di bagian barat terjadi kegiatan gunungapi yang hampir
merata dari selatan ke utara, dan ini berlangsung dari miosen tengah sampai pliosen.
Dimana hal ini, bentuk kerucutnya masih dapat diamati di daerah sebelah barat yang
diantaranya Puncak Maros dan Gunung Tondongkarambu serta tebing melingkar yang
mengelilingi Gunung Benrong yang berada di utara Gunung Tondongkarambu dan ini
13
Sejak miosen tengah terjadi sesar utama yang mempunyai arah utara-baratlaut
dan tumbuh sampai setelah pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar
yang kira-kira berarah timur-barat pada waktu sebelum akhir pliosen. Tekanan ini
mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan pra–kapur
akhir di daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan penyesaran yang relatif
lebih kecil dibagian timur Lembah Walanae dan dibagian barat timur Lembah Walanae
besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar (Bemellen,
1949).
14
2.4. Petrologi
Petrologi berasal dari dua kata yaitu petro yang berarti batu dan kata logos
yang berarti ilmu. Jadi, petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan.
Sedangkan secara istilah petrologi adalah ilmu mengenai batuan, secara luas
mempelajari asal, kejadian, sejarah dan sejarah batuan (Turner dan Verhoogen,1960).
Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku
(batuan seperti Granit atau Basalt yang telah mengkristal dari Batu Lebur atau
Magma). Batuan beku mencakup batuan Vulkanik dan Plutonik. Petrologi batuan
sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan Sedimen (batuan seperti
Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan
sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur
Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam
dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu yang
kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan
15
2.4.1. Batuan Beku.
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun
di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari
batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak
bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut :
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700
tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah
Magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara
bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut
terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile yang merupakan penyebab
yang lazim dijumpai dalam batuan beku (Turner dan Verhoogen ,1960).
kristalisasi. Pola perurutan kristalisasi disebut deret Bowen. Tetapi walaupun demikian
deret Bowen tidak selalu berlaku. Pada deret Bowen ditunjukkan bahwa mineral
pertama terbentuk cenderung mengandung Silika yang rendah. Pada seri menerus
maksudnya disini adalah terus terjadi penggantian (substitusi) unsur Ca dengan unsur
Na. Sedangkan pada seri yang tidak menerus (discontinous) terdiri dari mineral yang
16
Mineral yang pertama terbentuk adalah mineral Olivin kemudian dilanjutkan
oleh pembentukan mineral selanjutnya dengan larutan sisa magma yang ada tanpa
terjadi reaksi antara larutan sisa magma dengan mineral yang telah terbentuk
(Takeda,1970).
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu
1. Kristalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal,
selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika
berikut:
a) Holokristalin
b) Hipokristalin
Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
c) Holohialin
Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau
17
2. Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.
dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang. Kristal-
4) Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari
30mm.
b. Afanitik, besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan
tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam
3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk
kristal, yaitu:
a. Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
18
b. Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
b. Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang
lain.
c. Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi
yang lain.
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan antar
kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Hubungan antar
krital dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut:
tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut
massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja,
misalnya:
a. Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
19
Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan ( hand
a. Masif, yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
c. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-
struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar ( joint) atau rekahan
(fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan
Cara menentukan kandungan mineral pada batuan beku, dapat dilakukan dengan
menggunakan indeks warna dari batuan kristal. Berdasarkan warna mineral sebagai
penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mineral Felsik dan
mineral Mafik.
20
b. Mineral mafik, merupakan mineral yang berwarna gelap, terutama Biotit,
Berdasarkan cara terjadinya, kadungan SiO2 dan indeks warna batuan beku
c. Deep seated rock, merupakan batuan beku yang jauh di dalam bumi. Jenis
batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO 2, antara lain (W.T. Huang,
1962):
a. Batuan beku asam, batuan beku yang memiliki kandungan SiO 2 lebih dari
c. Batuan beku basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO 2 antara 45%–
d. Batuan beku ultra basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 kurang
1943):
a. Batuan beku Leucoctaris rock, jika mengandung kurang dari 30% mineral
mafik.
b. Batuan beku Mesococtik rock, jika mengandung 30% – 60% mineral mafik.
21
c. Batuan beku Melanocractik rock, jika mengandung lebih dari 60% mineral
mafik.
a. Batuan beku Holofelsik, batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
b. Batuan beku Felsik, batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
c. Batuan beku Mafelsik, batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
d. Batuan Beku Mafik, batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok
utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang
terbentuk melalui tiga cara utama, yaitu pelapukan batuan lain ( clastic). Pengendapan
Batuan endapan ada yang tersusun berlapis, tetapi ada juga yang tidak. Butiran
endapan itu bisa berukuran macam-macam, dari halus sampai ukuran besar. Bahan
batuan endapan bisa dari batuan beku, bisa dari batuan metamorf dan bisa juga dari
batuan endapan. Pada batuan endapan tidak terbentuk kristal. Jenis batuan umum
seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung termasuki dalam batuan sedimen. Batuan
1. Breksi
Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
22
2. Konglomerat
Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2
3. Batupasir
1/16 mm.
4. Batulanau
Batulanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai
1/256 mm.
5. Batu lempung
Batulempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256
mm.
Batuan ini diendapkan dengan proses mekanis. Terbagi dalam dua golongan
besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya
Proses terbentuknya adalah pada air yang memiliki larutan kimia yang cukup
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik, yaitu dari tumbuh-
tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh
23
lapisan yang tebal diatasnya, sehingga tidak memungkinkan untuk terjadi
pelapukan.
Batuan ini terdiri dari rijang ( chert), radiolarian dan tanah diatorn. Proses
terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organik, seperti radiolarian
Batuan ini sudah umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkan moluska alga,
foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Atau proses pengendapan yang
merupakan rombakan batuan yang terbentuk lebih dulu dan diendapkan disuatu
tempat.
golongan, yaitu :
Batuan yang terbentuk dari pengendapan kembali datritus atau pecahan batuan
asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf, dan sedimen. Fragmentasi
yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan
sesudah litifikasi terjadi. Litifikasi merupakan proses yang mengubah suatu sedimen
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil kimia atau bisa juga dari hasil
kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau
24
2.4.3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk, bisa batuan
metamorfosa yang terbentuk dari tekanan yang tinggi dan temperatur yang tinggi
(Winkler, 1967).
fase padat karena pengaruh atau response terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam
kerak bumi, dimana kondisi fisika dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi
Winkler, 1967).
A. Tipe-Tipe Metamorfisme
1. Metamorfosa Kataklastik
mekanis, seperti yang terjadi pada dua blok batuan yang mengalami pergeseran
satu dan lainnya disepajang suatu zona sesar/ patahan. Panas yang ditimbulkan
oleh gesekan yang terjadi disepanjang zona patahan inilah yang mengakibatkan
zona sesar.
2. Metamorfosa Burial
yang berada pada kedalaman tertentu dengan temperaturnya diatas 300° C serta
metamorfosa. Mineral utama yang dihasilkan dalam kondisi tersebut adalah mineral
25
zeolite. Metamorfosa burial umumnya saling overlap dengan diagenesa dan akan
temperatur.
3. Metamorfosa Kontak
beku dan merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi dan berhubungan
dengan intrusi batuan beku. Metamorfosa kontak hanya terjadi disekeliling intrusi
yang terpanaskan oleh magma dan bagian kontak ini dikenal sebagai aureole
metamorphic. Derajat metamorfosa akan meningkat kesegala arah kearah luar dari
bertekanan rendah dan temperatur tinggi dan batuan yang dihasilkan seringkali
4. Metamorfosa Regional
Metamorfosa regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang sangat
tingkat foliasi yang sangat kuat, seperti Slate, Schists, dan Gneisses.
mengalami tekanan (kompresi), dan tekanan ini umumnya berasal dari dua masa
benua yang saling bertumbukan satu dengan lainnya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa batuan metamorfosa regional terjadi pada inti dari rangkaian
pegunungan atau pegunungan yang mengalami erosi. Hasil dari tekanan kompresi
pada batuan yang terlipat dan adanya penebalan kerak dapat mendorong batuan
kearah bagian bawah sehingga menjadi lebih dalam yang memiliki tekanan dan
26
B. Struktur Batuan Metamorf
melainkan atas dasar orientasi atau kecenderungan berlapis. Struktur batuan metamorf
C. Tekstur
1. Kristaloblastik
3. Blastopofiritik.
D. Fasies Metamorfisme
kondisi yang sama yang dicirikan oleh kumpulan mineral yang tetap. Konsep ini
pertama kali diperkenalkan oleh Pennti Eskola tahun 1915. Dalam hal ini, Pennti
kelompok mineral dengan komposisi batuan pada tingkat metamorfosa tertentu. Dalam
hal ini berarti tiap fasies metamorfik dibatasi oleh tekanan dan temperatur tertentu
serta dicirikan oleh hubungan teratur antar komposisi kimia dan mineralogi batuan
(Pennti Eskola,1915).
27
unsur-unsur kimia yang dalam hal ini komposisi kimianya tetap. Penentuan fasies
metamorf dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan cara menentukan mineral
penyusun batuan atau dengan menggunakan reaksi metamorf yang dapat diperoleh
dari kondisi tekanan dan temperature tertentu dari batuan metamorf. Fasies
fisik tertentu, termasuk dalam fasies metamorfisme yang sama. Prinsip fasies
28
Fasies Metamorfisme secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
(Turner, 1960):
Fasies dari metamorfosa kontak berdasarkan penambahan suhu (baik tekanan air
konstan maupun berkurang). Metamorfosa kontak disini berarti pengaruh suhu sangat
dominan, sedangkan tekanan tidak begitu dominan. Dibagi menjadi empat fasies,
yaitu:
Fasies ini biasanya berkembang di bagian paling luar dari suatu kontak sehingga
Fasies ini terbentuk pada tekanan dan suhu yang relatif rendah. Penamaan fasies
ini didasarkan pada dua kandungan mineral utamanya yakni Albit (plagioklas) dan
Epidot (garnet). Hornfels sendiri adalah nama salah satu batuan metamorf yang khas
terbentuk pada zona metamorfisme kontak, dimana batuan asal biasanya berbutir
Fasies ini mempunyai ciri khusus yaitu tidak ditemukan klorit dan muncul untuk
dan Cumingtonit.
Fasies ini terbentuk pada tekanan yang rendah, tetapi dengan suhu yang sedikit
mineral itu saja. Dalam fasies ini dicirikan oleh kemunculan mineral berikut:
29
a. Dalam meta-basites: Hornblende, Plagioklas, Diopsid, Anthophyllit /
Plagioklas.
Fasies ini disebut fasies Hornfels K.Feldspar – Kordierit, karena kedua mineral
tersebut muncul pertama kalinya di fasies ini. Fasies ini terbentuk pada suhu yang
tinggi dan tekanan yang rendah. Mineral pencirinya adalah orthopiroksen (Winkler,
Kuarsa.
D. Fasies Sanadinit
Fasies sanadinit adalah salah satu fasies langka karena kondisi pembentukannya
memerlukan suhu yang sangat tinggi, tetapi tekanannya rendah. Oleh karenanya,
kondisi ini hanya bisa dicapai di sekitar daerah metamorfosa kontak tetapi dengan
syarat suhu tertentu. Karena jika suhu terlalu tinggi, maka batuan bisa melebur.
30
a. Dalam meta-pelites : Kordierit, Mullite, Sanidine, Tridimit (sering diubah untuk
atau Diopsid.
Fasies ini meliputi daerah yang penyebarannya sangat luas dan selalu dalam
A. Fasies Zeolit
Fasies Zeolit adalah fasies metamorf tipe regional dengan derajat terendah,
dimana jika suhu dan tekanan berkurang maka akan terjadi proses diagenesa. Pada
temperatur tinggi dan pengendapan karbonat. Bila perubahan ini terjadi pada butiran
yang kasar, maka akan memasuki metamorfosa dengan fasies Zeolit. Dalam fasies ini
B. Fasies Prehnite–Pumpellyite
Fasies ini terbentuk dengan kondisi suhu dan tekanan rendah, tetapi sedikit lebih
tinggi daripada fasies Zeolit. Penamaan fasies ini berasal dari kandungan dua mineral
31
b. Dalam meta-pelites: Muskovit, Klorit, Kuarsa, atau Albit.
Terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah, tetapi temperatur lebih
besar daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu fasies yang penyebarannya
sangat luas. Nama fasies ini sendiri diambil dari warna mineral dominan penyusunnya
yakni ada klorit dan epidot. Batuan yang termasuk dalam fasies ini bisa batusabak,
filit, dan sekis. Dalam fasies ini dicirikan oleh kemunculan mineral berikut:
Terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah, tetapi temperatur lebih
kecil daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu fasies yang penyebarannya
sangat luas. Nama fasies ini sendiri diambil dari warna mineral dominan penyusunnya
yakni ada Glaukofan, Lawsonite, Jadeite. Contoh batuan asal yang bisa membentuk
fasies ini ialah Basalt, Tufa, Greywacke dan Rijang. Dalam fasies ini dicirikan oleh
Paragonit.
atau Klorit.
E. Fasies Amfibolit
Fasies amfibolit terbentuk pada tekanan menengah dan suhu yang cukup tinggi.
Penyebaran fasies ini tidak seluas dari fasies sekis hijau. Batuan yang masuk dalam
32
fasies ini adalah pelitik, batupasir-feldspatik, basal, andesit, batuan silikat-kapur,
batupasir kapuran dan serpih amfibolit. Dalam fasies ini dicirikan oleh kemunculan
mineral berikut:
F. Fasies Granulit
Fasies ini terbentuk pada tekanan rendah hingga menengah, tetapi pada suhu
yang tinggi. Fasies ini adalah hasil dari metamorfosa derajat tinggi, merupakan
metamorfosa yang paling bawah dari kelompok gneissic. Dalam fasies ini dicirikan
tinggi).
G. Fasies Eklogit
Fasies metamorf yang paling tinggi, terbentuk pada tekanan yang sangat tinggi
dan suhu yang besar jauh di dalam bumi. Batuan ini biasanya sangat keras karena
33
terbentuk pada kedalaman yang besar di dalam bumi. Dalam fasies ini dicirikan oleh
Zoisite.
34
BAB III
3.1.1 Alat
1. Alat Tulis.
lapangan. Alat tulis yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.1.
2. Kamera.
35
3. Palu Geologi.
diamati. Text Book yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.4.
36
5. Lup.
Lup Berfungsi untuk melihat mineral yang berukuran kecil pada batuan. Lup
6. Helm Safety.
37
7. Kacamata Safety.
Kacamata safety digunakan untuk melindungi mata dari batuan kecil yang
terlempar pada saat sampling. Kacamata safety yang digunakan dapat dilihat pada
gambar 3.7.
8. Kantong Sampel.
Lapangan, dan untuk menyimpan alat-alat praktikan agar tidak terkena air. Kantong
38
9. Buku Lapangan.
ada di Lapangan. Buku lapangan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.9.
Lembar Deskripsi Batuan digunakan untuk mencatat hasil deskripsi batuan yang
ada di Lapangan. Lembar deskripsi batuan yang digunakan dapat dilihat pada gambar
3.10.
39
11. Papan Pengalas.
Papan pengalas digunakan untuk membantu dalam pengukuran strike dan dip
arah penyebaran singkapan. Papan pengalas yang digunakan dapat dilihat pada
gambar 3.11.
Lapangan. Tas carrier yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.12.
40
13. Sepatu Safety.
Sepatu safety digunakan untuk melindungi kaki dari rerutuhan pada saat di
Lapangan. Sepatu safety yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.13.
hujan turun. Jas hujan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.14.
41
15. Kompas Geologi.
mengukur jurus atau strike dan kemiringan atau dip dari singkapan di Lapangan.
Head lamp berfungsi sebagai penerang ketika dalam tempat yang kurang
cahaya. Head lamp yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.16.
42
17. Peta Geologi.
gambaran secara besar daerah yang akan kita selidiki. Peta geologi yang digunakan
43
19. GPS.
koordinat yang ditampilkan. GPS yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.19.
3.1.2 Bahan
1. Larutan HCL.
Larutan HCL digunakan untuk mengetes reaksi kimia pada batuan. Larutan HCL
44
2. Kertas HVS.
Lapangan. Kertas HVS yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.17
GPS, kemudian letak posisi yang didapatkan di pindahkan ke peta. Pertama, sesuaikan
arah utara peta dengan arah utara dalam kompas. setelah itu tentukan posisi
dalam peta yang, seperti sungai, bukit, jalan raya, ataupun nama desa atau daerah.
Setelah menemukan posisi didalam peta, beri titik pada posisi tersebut atau lingkari.
45
3.2.2 Pengambilan Data Singkapan
sekitar, bentuk, formasi batuan, serta objek lain yang terdapat di sekitar singkapan.
singkapan yang diambil sampelnya saja. Pada penggambaran secara khusus dilakukan
dengan memberi kode batuan pada gambar sketsa, baik itu kode simbol maupun kode
warna.
singkapan, yaitu panjang, tinggi, dan lebar singkapan. Data dimensi yang diambil
bukan merupakan data dimensi keseluruhan singkapan, tetapi data dimensi singkapan
yang kita ambil sampelnya saja (jika mengambil data singkapan keseluruhan, akan
dapat berupa benda apa saja, hal ini untuk menunjukkan pembanding ukuran
singkapan.
alur atau retakan batuan agar mudah diambil. Sampel yang diambil pun harus yang
masih segar agar saat pendeskripsian mudah untuk mengetahui warna segar dan
warna lapuknya, serta komposisi material atau mineral dapat dengan jelas
diidentifikasi. Sampel yang diambil kira-kira sebesar kepalan tangan, ini dimaksudkan
agar kandungan material atau mineral dalam sampel tersebut merepretasikan seluruh
46
singkapan. Setelah mendapatkan sampel, sampel lalu dimasukkan ke dalam kantong
sampel terbagi ke dalam dua bagian, Data Singkapan dan Data Litologi. Untuk
beberapa pendeskripsian sampel yang tidak dapat dilakukan dengan mata telanjang,
47
BAB IV
4.1.1 Stasiun 1
sampel diadakan pada tanggal 17 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
vegetasi dengan keadaan daerah yang merupakan daerah longsoran. Tata guna lahan
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 1 adalah
N 95ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik arah
pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini adalah
3,5 meter. Kedudukan dari batuan diperoleh dengan mengukur strike dan dip.
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan beku. Warna
segar dari batuan ini adalah gelap kehijauan dengan warna lapuk cokelat. Tekstur
kristanilitas dari batuan ini adalah holokristalin dengan granulitas faneritik. Bentuk
kristal dari batuan ini adalah euhedral dengan relasi equigranular. Komposisi mineral
dari batuan ini dinyatakan dengan fenokris dan massa dasar. Batuan ini mengalami
deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini adalah Peridotit.
48
Batuan Peridotit merupakan batuan ultrabasa. Batuan ini merupakan batuan
vulkanik. Batuan yang ditemukan di stasiun ini merupakan bagian dari formasi satuan
batuan yaitu satuan Breksi Vulkanik. Satuan ini mencirikan adanya perlapisan dengan
4.1.2 Stasiun 2
sampel diadakan pada tanggal 17 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
vegetasi. Tata guna lahan stasiun pengambilan sampel adalah sebagai daerah
penambangan lokal.
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 1 adalah
N 13ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik arah
49
pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini adalah
3,5 meter. Kedudukan dari batuan diperoleh dengan mengukur strike dan dip.
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan beku. Warna
segar dari batuan ini adalah abu-abu dengan warna lapuk cokelat. Tekstur kristanilitas
dari batuan ini adalah holokristalin dengan granulitas faneritik. Bentuk kristal dari
batuan ini adalah euhedral dengan relasi equigranular. Komposisi mineral dari batuan
ini dinyatakan dengan fenokris dan massa dasar. Fenokris dari batuan ini adalah
Plagioklas dengan massa dasar Biotit, dan Hornblende. Batuan ini mengalami alterasi
penambangan ini menambang batuan dasit sehingga batuan dasit yang tersingkap
hanya sedikit.
50
4.1.3 Stasiun 3
sampel diadakan pada tanggal 17 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
semak serta berbagai vegetasi lainnya. Tata guna lahan stasiun pengambilan sampel
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 1 adalah
N 107ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik
arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini
adalah 3,5 meter. Kedudukan dari batuan diperoleh dengan mengukur strike dan dip.
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan beku. Warna
segar dari batuan ini adalah abu-abu dengan warna lapuk cokelat. Tekstur kristanilitas
dari batuan ini adalah holokristalin dengan granulitas faneritik. Bentuk kristal dari
batuan ini adalah euhedral dengan relasi equigranular. Komposisi mineral dari batuan
ini dinyatakan dengan fenokris dan massa dasar. Fenokris dari batuan ini adalah Biotit
dengan massa dasar Plagioklas dan Kuarsa. Berdasarkan deskripsi batuan tersebut
Batuan yang dijumpai pada stasiun ini adalah Diorit. Batu ini tersingkap di
lahan yang ditumbuhi oleh vegetasi berupa pepohonan dan semak-semak. Batuan ini
termasuk dalam satuan kelompok sesar Breksi Vulkanik yang memiliki ciri perlapisan
51
Gambar 4.3 Singkapan Batuan Diorit.
4.1.4 Stasiun 4
sampel diadakan pada tanggal 17 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
ditumbuhi oleh vegetasi berupa rumput liar. Tata guna lahan stasiun pengambilan
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 1 adalah
N 21ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik arah
pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini adalah
3,5 meter.
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan sedimen.
Warna segar dari batuan ini adalah putih. Warna lapuk dari batuan yang dideskripsi
adalah cokelat. Tekstur dari batuan ini adalaha amorf. Tekstur amorf merupakan suatu
52
tekstur pada batuan sedimen yang terdiri dari mineral-mineral yang tidak membentuk
kristal-kristal. Struktur dari mineral ini adalah bedding. Bedding merupakan suatu
struktur pada batuan sedimen yang memperlihatkan perlapisan pada batuan sedimen
dengan ketebalan lebih dari 1 sentimeter. Komposisi kimia dari batuan ini adalah
CaCO3. Sortasi atau derajat pemilahan batuan ini adalah well sorted (derajat pemilahan
baik). Kemas dari batuan yang dideskripsi adalah kemas tertutup. Berdasarkan
deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini adalah
Batugamping.
tersingkap dilahan kosong warga dengan vegetasi yang ditumbuhi oleh rumput liar.
Batuan ini termasuk anggota satuan Breksi Batugamping. Penyebaran satuan ini
meliputi sebelah barat alut dan sebagaian di daerah Buludua, yang pada umumnya
4.1.5 Stasiun 5
sampel diadakan pada tanggal 17 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
53
Koordinat dari stasiun 1 adalah S: 04º24’48,6”, E: 119º38,34’34,2”, dengan elevasi
yang ditumbuhi oleh vegetasi di sepanjang alirannya. Tata guna lahan stasiun
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 1 adalah
N 225ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik
arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini
Jenis dari batuan pertama yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan
sedimen. Warna segar dari batuan ini adalah putih. Warna lapuk dari batuan yang
dideskripsi adalah cokelat. Tekstur dari batuan ini adalaha amorf. Tekstur amorf
merupakan suatu tekstur pada batuan sedimen yang terdiri dari mineral-mineral yang
tidak membentuk kristal-kristal. Struktur dari mineral ini adalah bedding. Bedding
merupakan suatu struktur pada batuan sedimen yang memperlihatkan perlapisan pada
batuan sedimen dengan ketebalan lebih dari 1 sentimeter. Komposisi kimia dari batuan
ini adalah CaCO3. Sortasi atau derajat pemilahan batuan ini adalah well sorted (derajat
pemilahan baik). Kemas dari batuan yang dideskripsi adalah kemas tertutup.
Berdasarkan deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini
adalah Batugamping.
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan sedimen.
Warna segar dari batuan ini adalah Hijau muda. Warna lapuk dari batuan yang
dideskripsi adalah cokelat. Tekstur dari batuan ini adalah klastik. Struktur dari mineral
ini adalah bedding. Bedding merupakan suatu struktur pada batuan sedimen yang
sentimeter. Ukuran butir dari batuan ini adalah Lempung dengan derajat pembundaran
54
bulat sempurna. Sortasi atau derajat pemilahan batuan ini adalah well sorted (derajat
pemilahan baik). Kemas dari batuan yang dideskripsi adalah kemas tertutup.
Berdasarkan deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini
adalah Batunapal.
Jenis batuan yang dijumpai pada stasiun ini merupakan naggota dari satuan
anatar 25-50 cm. dalam keadaan segar, batuan ini berwarna putih keabuan dan
4.1.6 Stasiun 6
sampel diadakan pada tanggal 17 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
yang ditumbuhi oleh vegetasi di sepanjang alirannya. Tata guna lahan stasiun
55
Arah pengambilan gambar dari singkapan pertama yang dijumpai pada stasiun
ini adalah N 301ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat
diatas titik arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada
stasiun ini adalah 1,7 meter. Memiliki arah strike dan dip pada kekar, kekar pertama N
229º E/64º, kekar kedua N 248ºE/69º, kekar ketiga N 111ºE/45º, kekar keempat N
Jenis dari batuan pertama yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan
sedimen. Warna segar dari batuan ini adalah hitam. Warna lapuk dari batuan yang
dideskripsi adalah abu-abu. Tekstur dari batuan ini adalaha klastik kasar. Struktur dari
mineral ini adalah unstratified. Bentuk butir dari batuan ini adalah angular dengan
ukuran butir 1-3 mm.. Sortasi atau derajat pemilahan batuan ini adalah poor sorted
(derajat pemilahan buruk). Kemas dari batuan yang dideskripsi adalah kemas terbuka.
Berdasarkan deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini
adalah Breksi.
Arah pengambilan gambar dari singkapan kedua yang dijumpai pada stasiun 1
adalah N 47ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas
titik arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan beku. Warna
segar dari batuan ini adalah cokelat keabu-abuN dengan warna lapuk cokelat. Tekstur
kristanilitas dari batuan ini adalah holokristalin dengan granulitas faneritik. Bentuk
kristal dari batuan ini adalah euhedral dengan relasi equigranular. Komposisi mineral
dari batuan ini dinyatakan dengan fenokris dan massa dasar. Fenokris dari batuan ini
adalah Kuarsa dengan massa dasar Piroksin, Hornblende, Biotit. Berdasarkan deskripsi
batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini adalah Andesit.
56
Gambar 4.7 Singkapan Batuan Breksi.
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini merupakan anggota dari
satuan Breksi Vulkanik. Penamaan satuan batuan ini didasarakan pada dominasi dan
karbonatan. Batuan ini terdiri atas fragmen berupa Sekis, Glaukonit, Kuarsit,
4.1.7 Stasiun 7
sampel diadakan pada tanggal 17 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
57
Koordinat dari stasiun 7 adalah S: 04º30’07,4”, E: 119º43’31,7”, dengan elevasi atau
Tata guna lahan stasiun pengambilan sampel adalah perkebunan temporer. Deskripsi
Arah pengambilan gambar dari singkapan pertama yang dijumpai pada stasiun
ini adalah N 47ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat
diatas titik arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada
stasiun ini adalah 2,5 meter. Memiliki strike dan dip perlapisan N 344ºE/22º.
Jenis dari batuan pertama yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan
beku. Warna segar dari batuan ini adalah cokelat keabu-abuan dengan warna lapuk
cokelat. Tekstur kristanilitas dari batuan ini adalah holokristalin dengan granulitas
faneritik. Bentuk kristal dari batuan ini adalah euhedral dengan relasi equigranular.
Komposisi mineral dari batuan ini dinyatakan dengan fenokris dan massa dasar.
Fenokris dari batuan ini adalah Kuarsa dengan massa dasar Piroksin, Hornblende,
Biotit. Berdasarkan deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini
adalah Andesit.
58
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 1 adalah
N 47ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik arah
pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini adalah
2,5 meter. Memiliki strike dan dip arah N 46ºE/11º dan N 87ºE/19º.
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan sedimen.
Warna segar dari batuan ini adalah putih. Warna lapuk dari batuan yang dideskripsi
adalah cokelat. Tekstur dari batuan ini adalaha amorf. Tekstur amorf merupakan suatu
tekstur pada batuan sedimen yang terdiri dari mineral-mineral yang tidak membentuk
kristal-kristal. Struktur dari mineral ini adalah bedding. Bedding merupakan suatu
struktur pada batuan sedimen yang memperlihatkan perlapisan pada batuan sedimen
dengan ketebalan lebih dari 1 sentimeter. Komposisi kimia dari batuan ini adalah
CaCO3. Sortasi atau derajat pemilahan batuan ini adalah well sorted (derajat pemilahan
baik). Kemas dari batuan yang dideskripsi adalah kemas tertutup. Berdasarkan
deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini adalah
Batugamping.
Batuan yang dijumpai pada stasiun ini adalah Batugamping dan Andesit.
Batuan ini membentuk perlapisan yang biasa disebut sill. Sill adalah suatu keadaan
dimana batuan beku mengintrusi batuan kemudian hasil perlapisannya sejajar dengan
batuan yang diintrusi. Batuan yang diintrusi adalah Batugamping sedangkan batuan
59
4.1.8 Stasiun 8
sampel diadakan pada tanggal 17 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
yang ditumbuhi oleh vegetasi di sepanjang alirannya. Tata guna lahan stasiun
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 1 adalah
N 218ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik
arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini
adalah 1,2 meter. Memiliki strike dan dip kekar yaitu, kekar yang pertama N
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan beku. Warna
segar dari batuan ini adalah abu-abu dengan warna lapuk cokelat. Tekstur kristanilitas
dari batuan ini adalah holokristalin dengan granulitas faneritik. Bentuk kristal dari
batuan ini adalah euhedral dengan relasi equigranular. Komposisi mineral dari batuan
ini dinyatakan dengan fenokris dan massa dasar. Fenokris dari batuan ini adalah Biotit
dengan massa dasar Plagioklas dan Kuarsa. Berdasarkan deskripsi batuan tersebut
Batuan yang dijumpai ada stasiun yang terletak di daerah aliran sungai ini
adalah Diorit. Batuan ini dijumpai banyak kekar-kekar yang terbentuk akibat proses
tektonik. Kekar yang diukur pada stasiun ini adalah kekar yang paling besar dang
60
Gambar 4.11 Singkapan Batuan Diorit.
4.1.9 Stasiun 9
sampel diadakan pada tanggal 17 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
yang ditumbuhi oleh vegetasi di sepanjang alirannya. Tata guna lahan stasiun
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 1 adalah
N 118ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik
arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan sedimen.
Warna segar dari batuan ini adalah putih. Warna lapuk dari batuan yang dideskripsi
adalah cokelat. Tekstur dari batuan ini adalaha amorf. Tekstur amorf merupakan suatu
tekstur pada batuan sedimen yang terdiri dari mineral-mineral yang tidak membentuk
kristal-kristal. Struktur dari mineral ini adalah bedding. Bedding merupakan suatu
struktur pada batuan sedimen yang memperlihatkan perlapisan pada batuan sedimen
61
dengan ketebalan lebih dari 1 sentimeter. Komposisi kimia dari batuan ini adalah
CaCO3. Sortasi atau derajat pemilahan batuan ini adalah well sorted (derajat pemilahan
baik). Kemas dari batuan yang dideskripsi adalah kemas tertutup. Berdasarkan
deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini adalah
Batugamping.
4.1.10 Stasiun 10
sampel diadakan pada tanggal 17 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun adalah N
70ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik arah
pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini adalah
3,5 meter. Perlapisan dari batuan yang dideskripsi adalah S: N 81º E/26º.
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan sedimen.
Warna segar dari batuan ini adalah abu-abu. Warna lapuk cokelat dari batuan yang
dideskripsi adalah cokelat. Tekstur dari batuan ini adalah klastik . Struktur dari mineral
62
ini adalah bedding. Bedding merupakan suatu struktur pada batuan sedimen yang
sentimeter.Ukurang butir dari batuan ini adala pasir sangat kasar (1-2 mm) – pasir
sedang (1/2-1/4 mm).. Sortasi atau derajat pemilahan batuan ini adalah well sorted
(derajat pemilahan baik). Kemas dari batuan yang dideskripsi adalah kemas tertutup.
Berdasarkan deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini
Batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah Batupasir Kuarsa. Daerah ini
Batuan ini merupakan anggota dari satuan Batupasir Mallawa. Kenampakan satuan
batuan ini menunjukkan adanya kesan perlapisan, dalam keadaan segar berwarna
kuning kecoklatan, tekstur klastik kasar, mengandung mineral Kuarsa. Dalam satuan
dan Napal.
63
4.1.11 Stasiun 11
sampel diadakan pada tanggal 18 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
atau ketinggian dari stasiun 11 yaitu 105 meter. Morfologi daerah stasiun pengambilan
sampel merupakan daerah yang perbukitan yang hanya ditumbuhi oleh sedikit vegetasi
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 1 adalah
N 276ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik
arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan sedimen.
Warna segar dari batuan ini adalah hitam. Warna lapuk dari batuan yang dideskripsi
adalah cokelat. Tekstur dari batuan ini adalaha amorf. Tekstur amorf merupakan suatu
tekstur pada batuan sedimen yang terdiri dari mineral-mineral yang tidak membentuk
kristal-kristal. Struktur dari mineral ini adalah bedding. Bedding merupakan suatu
struktur pada batuan sedimen yang memperlihatkan perlapisan pada batuan sedimen
dengan ketebalan lebih dari 1 sentimeter. . Sortasi atau derajat pemilahan batuan ini
adalah well sorted (derajat pemilahan baik). Kemas dari batuan yang dideskripsi
adalah kemas tertutup. Berdasarkan deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan
Batuan yang dijumpai pada stasiun ini adalah Batubara. Tipe Batubara pada
stasiun ini adalah Batubara dengan dip serta perlapisan yang tipis sehingga
diperkirakan jumlah cadangan Batubara pada daerah ini tidak ekonomis untuk
dilakukan penambangan.
64
Gambar 4.14 Singkapan Batubara.
4.1.12 Stasiun 12
sampel diadakan pada tanggal 18 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
jalannya. Tata guna lahan daerah stasiun penelitian adalah sebagai jalan lokal.
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 108
meter adalah N 345ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat
diatas titik arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada
stasiun ini adalah 0,5 meter. Kekar dari batuan yang dideskripsi adalah N 139ºE/60º.
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan sedimen.
Warna segar dari batuan ini adalah hitam dengan warna lapuk cokelat. Tekstur dari
batuan ini adalah klastik. Struktur dari batuan ini adalah laminasi . Laminasi merupakan
suatu struktur pada batuan sedimen yang memperlihatkan perlapisan pada batuan
65
sedimen dengan ketebalan kurang dari 1 sentimeter. . Sortasi atau derajat pemilahan
batuan ini adalah well sorted (derajat pemilahan baik). Kemas dari batuan yang
dideskripsi adalah kemas tertutup. Berdasarkan deskripsi batuan tersebut maka dapat
Jenis batuan yang ditemukan pada stasiun ini adalah Batuserpih. Batuan ini
merupakan anggota dari satuan Batuseerpih Ballang Baru. Penyebaran batuan ini tidak
terlalau meluas yang menempati bagian sungai dengan arah umum perlapisan
baratdaya-timur laut. Ciri litologi berwarna segar ungu dan jika lapuk berwarna abu-
abu dengan tekstur klastik halus berukuran Lempung, dan ketebalan perlapisan
4.1.13 Stasiun 13
sampel diadakan pada tanggal 18 November 2017. Letak astronomis daerah stasiun
pengambilan sampel dapat dinyatakan dengan garis lintang, garis bujur, serta elevasi.
66
Morfologi daerah stasiun pengambilan sampel merupakan daerah aliran sungai
yang ditumbuhi oleh banyak vegetasi di sepanjang alirannya. Tata guna lahan daerah
Arah pengambilan gambar dari singkapan pertama yang dijumpai pada stasiun
108 meter adalah N 310ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil
tepat diatas titik arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan
Jenis dari batuan pertama yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan
metamorf. Warna segar dari batuan ini adalah hitam dengan warna lapuk hijau.
Tekstur dari batuan yang dideskripsi adalah lepidoblastik. Lepidoblastik artinya mineral-
mineral penyusunnya berbentuk tabular. Memiliki strike dan dip N 258ºE/38º. Struktur
dari batuan yang dideskripsi adalah foliasi. Berdasarkan deskripsi batuan tersebut
Arah pengambilan gambar dari singkapan yang dijumpai pada stasiun 1 adalah
N 280ºE. jarak pengambilan gambar untuk data singkapan diambil tepat diatas titik
arah pengambilan gambar. Jarak pengambilan gambar singkapan pada stasiun ini
67
Jenis dari batuan yang dideskripsi pada stasiun ini adalah batuan metamorf.
Warna segar dari batuan ini adalah putih dengan warna cokelat. Tekstur dari batuan
yang dideskripsi adalah blastofitik. Blastofitik artinya suatu batuan yang telah
Berdasarkan deskripsi batuan tersebut maka dapat disimpulkan nama batuan ini
Batuan yang dijumpai pada stasiun ini merupakan anggota dari formasi Ballang
Baru. Batuan Sekis yang dijumpai berupa singkapan yang mengalami metmorfisme
kontak sedangkan batuan Kuarsit yang berupa bongkahan yang mengalami proses
metmorfisme thermal.
4.2 Diskusi
beberapa keterkaitan antara batuan pada yang dideskripsi. Batuan yang paling banyak
68
lapangan berada pada formasi atau satuan breksi gamping. Pada satuan ini
mempunyai ciri litologi kompak dan keras serta bersifat karbonatan. Batruan initerdiri
atas fragmen berupa Sekis, Glaukonit, Kuarsit, Batugamping dan Fosil serta Matriks
berupa Lempung. Berdasarkan hal tersebut diatas maka satuan batuan ini dinamakan
satuan Breksi Batugamping. Penyebaran satuan ini meliputi sebelah barat alut dan
antara 10 – 20o.
Batuan yang dijumpai lebih dari satu kali adalah batuan Andesit. Batuan
Andesit dijumpai pada stasiun 6 dan 7. Pada stasiun 6 batuan Andesit dijumpai di
daerah aliran sungai. Pada stasiun 7 batuan Andesit dijumpai bersama dengan
Batugamping. Batuan Andesit ditemukan membentuk suatu perlapisan. Hal ini terjadi
dengan batuan yang dikenai intrusi. Hal menarik terjadi ketika batuan Andesit yang
merupakan batuan beku ditetesi larutan HCl. Batuan Andesit ini akan bereaksi dengan
HCl. Bereaksinya batuan Andesit dengan HCL merupakan pengaruh dari Batugamping
Pada stasiun 8 yang terletak di daerah aliran sungai dijumpai batuan Diorit.
Sebelumnya di stasiun 3 juga dijumpai batuan Diorit. Batuan Diorit yang ditemukan di
di stasiun 3 merupakan batuan Diorit yang sama dengan Diorit yang dijumpai di
Pada stasiun 9 sampai stasiun 12 seluruh batuan yang dijumpai adalah batuan
Batupasir yang dijumpai pada stasiun 10 merupakan anggota dari formasi Tonasa.
69
Semen Tonasa. Selain Batupasir batuan lain yang ditemukan adalah Batubara,
Batubara yang dijumpai pada stasiun 11 memiliki dip yang tipis serta telah lapuk
dijumpai pada stasiun ini adalah Sekis dan Kuarsit. Batuan Sekis dijumpai dalam
Kuarsit. Pada stasiun ini dijumpai pula Kuarsit yang memiliki warna merah. Hal ini
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
diantaranya adalah GPS, kompas geologi, dan palu geologi. Gps digunakan
jurus, kekar, perlapisan serta arah pengambilan gambar dari singkapan. Palu
lebih lanjut.
2. Pada daerah regional Kabupaten Barru dapat dijumpai berbagai macam jenis
batuan. Batuan yang dijumpai pada setiap stasiun adalah Peridotit, Dasit,
4. Pada daerah regional Kabupaten Barru terdapat beberapa jenis formasi batuan.
Jenis-jenis formasi yang terdapat pada daerah ini adalah formasi marada,
Data-data yang diinput untuk membuat peta geologi antara lain data litologi
serta data hasil pengukuran strike dan dip pada setiap stasiun.
71
5.2 Saran
ditingkatkan agar hal-hal yang telah direncanakan data berjalan dengan baik.
2. Kelengkapan alat-alat seperti palu geologi, kompas geologi dan GPS disediakan
Saran saya untuk asisten kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut:
3. Tetap semangat, lebih sabar, rendah hati, dan semoga gelar sarjana yang akan
72
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov . Printed
Office, The Hague, 732 p.
Huang W. T., 1962, Petrology Mc Graw-Hill Book Company, New York, San
Fransisco, Toronto London.
Thornbury,1954. Principle Of Geomorphology. New York: John Willy & Sons Inc.
73