Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

ASPEK KETEKNIKAN DALAM GEOLOGI TEKNIK


PENAMPANG TANAH RESIDU

Disusun Oleh:

1. Alief Ardiansyah (Kelas A/471 421 016)


2. Dana Christina Naomi Mambrasar (Kelas B/471 421 054)
3. Farhand Muamar Qadhafi Abay (Kelas B/471 421 029)

Dosen Pengampuh Mata Kuliah Geologi Teknik:


Ronal Hutagalung, S.T., M.T

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
laporan mata kuliah. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam
penyusunan laporan ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
Pengampu Mata Kuliah ” Geologi Teknik “

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga Laporan yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Gorontalo, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Praktikum ............................................................................................ 3
1.4 Manfaat Praktikum ...................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................... 4
2.1. Pengertian Tanah ........................................................................................... 4
2.2. Klasifikasi Tanah ............................................................................................ 5
2.3 Batuan dan Tanah ........................................................................................... 9
2.4 Tanah Pelapukan dan Organik ...................................................................... 10
2.5 Penampang Tanah Residu ............................................................................ 12
2.6 KLASIFIKASI TANAH (USCS) .......................................................................... 13
BAB III .................................................................................................................... 15
METODOLOGI ....................................................................................................... 15
3.1 Tanggal Praktikum ........................................................................................ 15
3.2 Lokasi Praktikum ........................................................................................... 15
BAB IV .................................................................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 16
4.1 Hasil .............................................................................................................. 16
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 17
BAB V ..................................................................................................................... 19
PENUTUP .............................................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 19

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sistem Klasifikasi USCS. .............................................................................. 8


Tabel 2. Hasil pengamatan profil tanah ................................................................... 16

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Klasifikasi berdasarkan tekstur oleh Departemen Amerika Serikat


(USDA) ..................................................................................................................... 6

Gambar 2. Sketsa urut-urutan profil tanah residu............................................... 13


Gambar 3 horizon-horizon tanah dilapangan ..................................................... 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia
dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan
induknya karna interaksi antara hidrosfer, atmosfer, litosfer dan biosfer ini adalah
campuran dari konstituen mineral dan organic yang dalam keadaan padat, gas, dan cair.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan
induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan
yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah,
pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian
bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah
maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan
biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk
dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.
Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh
tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai
lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi
oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan
genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu umum terdapat dalam
perkembangan profil tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan
profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah serta
bagaimana aspek keteknikan yang dapat digunakan sebagai bagian dari identifikasi
tanah terhadap peranannya dalam geologi teknik.
Tanah lempung merupakan salah satu jenis material tanah yang ada di dunia.
Jenis tanah lempung ini berbeda dengan jenis tanah lain. Selain warnanya yang hitam

1
atau coklat, tanah ini juga memiliki karakteristik mudah untuk mengembang apabila
diberi air dan menyusut apabila kekurangan air. Tanah lempung ini banyak tersebar di
daerah di Indonesia dan bahkan penyebarannya hampir merata, terlebih banyak
ditemukan salah satunya di Pulau Jawa khususnya di daerah Kalangan, Bangunjiwo,
Kasihan, Bantul Yogyakarta. Menurut Bowles (1986), Tanah lempung mempunyai
sifat plastisitas yang tinggi dan kohesif sehingga jika digunakan untuk suatu pekerjaan
konstruksi harus diberi perlakuan khusus terlebih dahulu baru bisa digunakan untuk
suatu pekerjaan konstruksi. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
karakteristik tanah lempung dan cara perkuatan atau perbaikan tanah lempung
merupakan salah satu faktor utama masyarakat yang tinggal di daerah tanah lempung
tidak melakukan perkuatan atau perbaikan terlebih dahulu pada saat proses
pelaksanaan pekerjaan konstruksi baik untuk embankment atau timbunan jalan raya
atau mendirikan suatu bangunan.
Menurut Nelson & Miller (1992), Tanah lempung memiliki potensi swelling
atau dapat mengembang dan menyusut akibat perubahan kadar air. Sehingga apabila
terjadi kemarau yang berkepanjangan maka tanah lempung akan mengalami keretakan.
Hal ini terjadi karena terjadi perubahan kadar air yang semula jenuh dan tanah lempung
mengembang kemudian kadar air berkurang atau kering dan membuat tanah lempung
menyusut dan mengalami retak. Oleh sebab itu perlu dilakukan perlakuan terlebih
dahulu terhadap tanah lempung.
Menurut Suroso, dkk. (2008) pemakaian cerucuk bambu pada lempung lunak
dapat meningkatkan daya dukung. Kenaikan daya dukung dengan memakai cerucuk
memberikan kontribusi yang cukup besar pada lempung lunak sekitar 2,2 kali daya
dukung tanah tanpa dipasangi cerucuk.

2
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana deskripsi satu set tanah residu dari suatu penampang tanah
terlapukkan lemah sampai lapuk komplit (soil/tanah permukaan)?
b. Bagaimana analisis tahap pelapukan tanah residu dan penggambaran
penampangnya (horizon-horizon tanah)?
c. Bagaimana hasil deskripsi berpengaruh dalam aspek geologi teknik?
1.3 Tujuan Praktikum
a. Mahasiwa dapat mengenal jenis tanah residu yang terdapat di salah satu stasiun
pengamatan di lapangan.
b. Mahasiswa dapat mendeskripsi jenis tanah dan mengklasifikasikan tanah yang
didapatnya dengan cara klasifikasi USCS (unifined Soil Classification System).
c. Mahasiswa dapat menginterpretasi hasil pengamatan profil tanah dan kaitannya
dengan geologi teknik.
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan
perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tanah
Istilah “tanah” dalam bidang mekanika tanah dimaksudkan untuk mencangkup
semua bahan dari tanah lempung sampai kerakal; jadi semua endapan alam yang
bersangkutan dengan Teknik sipil kecuali batuan. Batuan menjadi ilmu tersendiri, yaitu
mekanika batuan (Wesley, 2012). Tanah dibentuk oleh pelapukan fisika dan kimiawi
pada batuan. Pelapukan fisika terdiri oleh dua jenis. Jenis pertama adalah penghancuran
disebabkan terutama oleh pengaruh salju dan es. Jenis kedua adalah pengikisan, akibat
air, angin, ataupun sungai es (glacier).
Proses ini menghasilkan butir yang kecil sampai yang besar, namun
komposisinya masig tetap sama dengan batuan asalnya. Butir lanau dan pasir biasanya
terdiri atas satu jenis mineral saja. Butir lebih kasar terdiri atas beberapa jenis mineral,
seperti halnya pada batuan asalnya. Perlu dimengerti bahwa pelapukan fisika tidak
pernah menghasilkan tanah bersifat lempung sekalipun ukurannya sama kecilnya
dengan butir lempung. Untuk menghasilkan lempung, harus ada juga pelapukan
kimiawi (Wesley, 2012).
Pelapukan kimiawi adalah proses yang lebih rumit daripada pelapukan fisika.
Pelapukan kimiawi memerlukan air serta oksigen dan karbon dioksida. Proses kimiawi
ini mengubah mineral yang terkandung dalam batuan menjadi jenis mineral lain yang
sangat berbeda sifatnya. Mineral baru ini disebut mineral lempung (clay minerals).
Jenis mineral ini yang terkenal adalah kaolinite, illite dan montmorillonite. Mineral ini
masih termasuk bahan yang disebut kristalin, dan besarnya umumnya lebih kecil dari
0,002 mm. Mineral lempung inilah yang menghasilkan sifat lempung yang khusus,
yaitu kohesi serta plastisitas (Wesley, 2012).
Jenis mineral lempung yang dihasilkan pada suatu keadaan tertentu bergantung
pada batuan asal dan lingkungan pelapukan. Faktor-faktor penting adalah iklim,
topografi, dan nilai ph dari air yang merembes dalam tanah. Misalnya, kaolinite
dibentuk dari mineral feldspar akibat air dan karbon dioksida. Kwarsa adalah mineral
yang paling tahan terhadap pelapukan, sehingga tanah yang berasal dari granit biasanya
mengandung banyak butir kasar yang terdiri atas kwarsa, (tercampur dengan butir lain
yang lebih halus).
Selain pelapukan fisika dan kimiawi, ada faktor lain yang terlibat dalam cara
pembentukan tanah. Faktor terpenting adalah pengangkutan butir tanah dan kemudian
pengendapannya di lain tempat seperti laut atau danau. Tanah yang terbentuk langsung

4
akibat pelapukan kimiawi disebut tanah residu (residual soil). Tanah ini tetap pada
tempat pembentukannya di atas batuan asalnya. Hujan menyebabkan erosi dan tanah
diangkut melalui sungai sampai mencapai laut atau danau. Di sini terjadi pengendapan
lapisan demi lapisan pada dasar laut atau danau. Proses ini dapat berlangsung selama
ribuan atau jutaan tahun. Tanah ini disebut tanah endapan (sedimentary soil) atau tanah
yang terangkut (transported soil). (Wesley, 2012).
2.2. Klasifikasi Tanah
Istilah pasir, lempung, lanau, atau lumpur digunakan untuk menggambarkan
ukuran partikel pada batas ukuran butiran butiran yang talah ditentukan. Akan tetapi,
istilah yang sama juga digunakan untuk menggambarkan sifat tanah yang khusus.
Sebagai contoh, lempung adalah jenis tanah yang bersifat kohesif dan plastis, sedang
pasir digambarkan sebagai tanah yang tidak kohesif dan tidak plastis (Hardiyatmo,
2012).
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah
yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam 11 kelompok-kelompok
dan subkelompok-subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi
memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat
umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci. Sebagian besar
sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan
pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran butiran dan
plastisitas. Walaupun saat ini terdapat berbagai sistem klasifikasi tanah, tetapi tidak ada
satupun dari sistem-sistem tersebut yang benar-benar memberikan penjelasan yang
tegas mengenai segala kemungkinan pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena sifat-
sifat tanah yang sangat bervariasi (Das, 1995)
Dalam arti umum, yang dimaksud dengan tekstur tanah adalah keadaan
permukaan tanah yang bersangkutan. Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap
butir yang ada di dalam tanah. Tabel 3.1 membagi tanah dalam beberapa kelompok:
kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt), dan lempung (clay), atas dasar ukuran butir-
butirnya. Pada umumnya, tanah asli merupakan campuran dari butir-butir yang
mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Dalam sistem klasifikasi tanah berdasarkan

5
tekstur, tanah diberi nama atas dasar komponen utama yang dikandungnya, misalnya
lempung berpasir (sandy clay), lempung berlanau (silty clay), dan seterusnya (Das,
1995).
a. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Butir
Menurut Das (1995) dalam bukunya ada beberapa sistem klasifikasi
berdasarkan tekstur tanah telah dikembangkan sejak dulu oleh berbagai organisasi guna
memenuhi kebutuhan mereka sendiri; beberapa dari sistem-sistem tersebut masih tetap
dipakai sampai saat ini. Gambar 1 menunjukkan sistem klasifikasi berdasarkan tekstur
tanah yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika (USDA). Sistem ini
didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah seperti yang diterangkan oleh sistem
USDA, yaitu:
pasir: butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,05 mm lanau: butiran
dengan diameter 0,05 sampai dengan 0,002 mm lempung: butiran dengan diameter
lebih kecil dari 0,002 mm

Gambar 1. Klasifikasi berdasarkan tekstur oleh Departemen Amerika


Serikat (USDA).
(Sumber: Kurnia, dkk 2006)

6
b. Sistem Klasifikasi Kesatuan Tanah (Unified soil classification system) Sistem
ini pada mulanya diperkenalkan oleh Casagrande (1942) untuk dipergunakan
pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang yang dilaksanakan oleh The
Army Corps of Engineers.
Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan laboratorium yang
paling banyak dipakai secara meluas adalah sistem klasifikasi kesatuan tanah.
Percobaan laboratorium yang dipakai adalah analisis ukuran butir dan
batas-batas Atterberg. Semua tanah diberi dua huruf penunjuk berdasarkan
hasil-hasil percobaan ini. Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam dua
kelompok besar, yaitu:
1. Tanah berbutir kasar (coarse grained soil), yaitu : tanah kerikil dan pasir
dimana kurang dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200.
Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G, adalah untuk
kerikil (gravel) atau tanah berkerikil dan S, adalah untuk pasir (sand) atau
tanah berpasir.
2. Tanah berbutir halus (fine grained soil), yaitu : tanah dimana lebih dari 50
% berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari kelompok ini
dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung
(clay) anorganik dan O untuk lanauorganik dan lempung-organik. Simbol
PT digunakan untuk tanah gambut (peat), muck dan tanah-tanah lain dengan
kadar organik yang tinggi.
Simbol-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS, adalah:
W = tanah dengan gradasi baik (well graded)
P = tanah dengan gradasi buruk (poorly graded)
L = tanah dengan plastisitas rendah (low plasticity), LL < 50
H = tanah dengan plastisitas tinggi (high plasticity), LL > 50
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP,
GM, GC, SW, SP, SM dan SC. Untuk klasifikasi yang benar, perlu
diperhatikan faktor-faktor berikut ini:
1. persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus)
2. persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No. 40
3. koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc) untuk tanah dimana 0
– 12 % lolos ayakan No. 200

7
4. batas cair (LL) dan indeks plastisitas (IP) bagian tanah yang lolos ayakan
No. 40 (untuk tanah dimana 5 % atau lebih lolos ayakan No. 200).
Bilamana persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 adalah antara 5
sampai 12 %, symbol ganda seperti : GW-GM, GP-GM, GWGC, GP-GC, SW-
SM, SW-SC, SP-SM dan SP-SC diperlukan, secara rinci dibarikan dalam Tabel
1.

Tabel 1. Sistem Klasifikasi USCS.


Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi
Kerikil bergradasi-baik dan Cu = D60 > 4
campuran kerikil-pasir, sedikit D10
GW atau sama sekali tidak
mengandung butiran halus Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60

Tidak memenuhi kedua kriteria


GP buruk dan untuk
pasir, sedikit GW

Batas-batas Bila batas


Kerikil berlanau, campuran Atterberg di Atterberg berada
GM
kerikil-pasir-lanau bawah garis A didaerah arsir
atau PI < 4 dari diagram
Batas-batas plastisitas,
Kerikil berlempung, campuran Atterberg di maka dipakai
GC
kerikil-pasir-lempung bawah garis A dobel simbol
atau PI > 7
Pasir bergradasi-baik , pasir Cu = D60 > 6
berkerikil, sedikit atau sama D10
SW sekali tidak mengandung
butiran halus Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
buruk, pasir
berkerikil,
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk
SP sedikit atau
SW
sama sekali
tidak mengandung butiran
Batas-batas Bila batas
Pasir berlanau, campuran Atterberg di Atterberg berada
SM
pasirlanau bawah garis A didaerah arsir
atau PI < 4 dari diagram
Batas-batas plastisitas,
Pasir berlempung, campuran Atterberg di maka dipakai
SC
pasir-lempung bawah garis A dobel simbol
atau PI > 7
Lanau anorganik, pasir halus Diagram Plastisitas:
sekali, serbuk batuan, pasir Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus
ML
halus berlanau atau yang terkandung dalam tanah berbutir halus
berlempung dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk

8
Lempung anorganik dengan dalam daerah yang di arsir berarti batasan
plastisitas rendah sampai klasifikasinya menggunakan dua simbol.
dengan sedang lempung 60
CL
berkerikil, lempung berpasir,
lempung berlanau, lempung 50 CH

“kurus” (lean clays)


40 CL
Lanau-organik dan lempung
berlanau organik dengan 30 Garis A
OL plastisitas rendah CL-ML
20

Lanau anorganik atau pasir 4 ML MLatau OH


MH halus diatomae, atau lanau
diatomae, lanau yang elastis 0 10 20 30 40 50 60 70
Lempung anorganik dengan 80
CH plastisitas tinggi, lempung
“gemuk” (fat clays)

Lempung organik dengan Batas Cair LL (%)


OH plastisitas sedang sampai
dengan tinggi Garis A : PI = 0.73 (LL-20)
Tanah-tanah dengan Peat (gambut), muck, dan Manual untuk identifikasi secara visual dapat
kandungan organik PT tanahtanah lain dengan dilihat di ASTM Designation D-2488
sangat tinggi kandungan organik tinggi
Sumber : Hardiyatmo, 2002

2.3 Batuan dan Tanah


Secara garis besar bahan penyusun kerak bumi dibagi menjadi dua kategori:
Batuan dan Tanah. Tanah adalah kumpulan agregat mineral alami yang dapat
dipisahkan oleh adukan secara mekanika dalam air. Batuan merupakan agregat
mineral yang diikat oleh gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat. Istilah tanah
dalam pembahasan ini adalah yang termasuk dalam definisi di atas (Lihat perbedaan
tanah dan batuan). Batuan dan tanah mempunyai perbedaan. Menurut Shower &
Shower (1967), batuan dan tanah dibedakan dalam beberapa hal, yaitu:
Batuan merupakan material kerak bumi yang terdiri atas mineral penyusun
bertekstur, berstruktur. Sifat-sifat yang menyolok :

• padu ( cemented )
• qu ( = unconfined compressive strength ) > 200 psi ≈ 14 kg/cm2 (psi=

pound/square inch atau lb/in2 )

• bila terdiri dari satu butir, ukuran butirnya ≥ boulder ( ≥ 256 mm)
• beratnya > 40 kg )

9
Tanah merupakan mineral penyusun yang atau tanpa material organik sisa
tumbuhan dan fauna yang terdekomposisi (lapuk), berstruktur dan
bertekstur. Sifat-sifat yang menyolok :

• urai, lepas, lunak ( loose, uncemented, soft )


• qu < 200 psi
• ukuran butirnya < 256 mm (catatan: lihat Klasifikasi Tanah)
• beratnya < 40 kg

2.4 Tanah Pelapukan dan Organik


Tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor penentu tanah seperti: Batuan induk,
iklim, topografi, organisme, dan waktu.Tanah dapat dibedakan dalam dua kelompok
besar, yang berasal dari pelapukan (fisika dan kimia) dan yang berasal dari bahan
organik. Tanah lapukan secara genesis dikenal antara lain tanah jenis residual dan
transported.

a. Jika hasil pelapukan masih berada di tempat asalnya, disebut residual


soil. Residual soil umumnya terkena dekomposisi (pelapukan akibat
proses kimia, biologi dan fisika) dengan tanpa melalui transportasi atau
tetap berada sekitar batuan dasar. Batuan dasar berubah (melapuk)
menjadi tanah mulai dari segar hingga terlapukkan kuaResidual soil pada
daerah iklim sedang dan agak-kering biasanya kaku dan stabil serta tidak
meluas kearah kedalaman.
Pada daerah iklim lembab dan hangat dengan penyinaran matahari
yang lama, tanah tersebut kemungkinan meluas dan dalam hingga
beberapa ratus meter.
Tanah residual pada kondisi tertentu dapat menimbulkan masalah
pondasi dan jenis konstruksi lainnya seperti konstruksi jalan. Pada
daerah yang beriklim tropis tingkat pelapukan batuan dasar sangat
tinggi sehingga pembuatan konstruksi jalan pada tanah residu di
pegunungan seringkali menghadapi kondisi tanah yang labil terutama
jika konstruksi memerlukan rekayasa pemotongan lereng ataupun

10
penimbunan (cut and fill). Daerah pegunungan di Indonesia yang
beriklim tropis, pada umumnya memiliki jenis tanah yang digolongkan
kepada tanah residu.
b. Jika tanah pelapukan telah mengalami transportasi, disebut transported
soil. Transpoted soil, adalah tanah yang terbentuk melalui proses
desintegrasi (secara fisik, misalnya akibat erosi, perbedaan suhu, dll),
transportasi (terpindahkan melalui media air atau angin) dan redeposisi
(pengendapan kembali sesuai dengan lingkungan pengendapan.
Transported soil sebagian besar bersifat lunak dan lepas hingga
kedalaman beberapa ratus meter dan pada kondisi tertentu dapat
menimbulkan berbagai masalah serius, misalnya masalah pondasi
(settlement/penurunan). Transported soil pada umumnya terletak pada
lembahlembah pegunungan.
Tanah yang berasal dari bahan organik dapat berupa susunan unsur organik
maupun anorganik. Tanah organik merupakan istilah yang ditujukan ke
transported soil yang terdiri atas hasil lapukan batuan dengan banyak atau
sedikit campuran hasil peluruhan bahan tumbuhtumbuhan.
Beberapa jenis tanah berikut biasa dipakai dalam penggolongan nama tanah
di lapangan:

• Pasir dan Kerikil, merupakan agregat tak berkohesi bersusunan fragmen


angular atau sub angular. Partikel berukuran sampai 1/8 inci disebut pasir,
1/8 inci sampai 6 atau 8 inci disebut kerikil, Lebih dari 8 inci dikenal
sebagai boulder.
• Hardpan, merupakan tanah yang tahanannya besar sekali terhadap
penetrasi alat bor.
• Lanau anorganik, tanah berbutir halus dengan sedikit atau tanpa
plastisitas.
• Lanau organik, merupakan tanah agak plastis, berbutir halus dengan
campuran partikel bahan organik terpisah secara halus. Permeabilitas
sangat rendah.

11
• Lempung, merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik
atau submikroskopik, bersifat plastis. Dalam keadaan kering sangat keras.
Permeabilitas sangat rendah.
• Lempung organik, lempung yang sebagian sifat fisik pentingnya
dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Warna biasanya abu-abu tua atau
hitam.
• Gambut (peat), agregat agak berserat berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Tanah campuran dengan susunan dari dua jenis tanah berbeda, maka
campuran yang dominan dinyatakan sebagai kata benda, sedang yang
sedikit sebagai kata sifat. Contoh : 1) Pasir lanauan, menyatakan tanah
pasir yang mengandung lanau; 2) Lempung pasiran, menyatakan tanah
mengandung sifat-sifat lempung dengan mengandung sedikit pasir.

Secara kualititatif, sifat-sifat agregat pasir dan kerikil dinyatakan dalam


istilah: Loose (lepas), medium (sedang), dan dense (padat). Untuk lempung,
dinyatakan dengan istilah : hard (keras), stiff (kaku), medium (sedang),
soft (lunak). Warna juga merupakan petunjuk bagi perbedaan karakter
tanah. Dalam kondisi geologi tertentu, tanah di lapangan dikenali dengan
ciri-ciri yang khas. Karenanya diberi nama khusus, antara lain: Tuff, Loess,
Modified loess, Tanah diatomeous, Lake marl atau boglime, Marl, Adobe,
Caliche, Bentonit.
2.5 Penampang Tanah Residu
Pada proses pembentukan residual soil, dikenal urutan profil tanah mulai
dari batuan induk yang segar, ke arah atas bertahap lapisan-lapisan yang
berangsur menuju tanah terlapukan kuat dan lengkap, yang kemudian
ditutupi tanah organik, campur humus. Urutan tersebut adalah sebagai
berikut :

12
Gambar 2. Sketsa urut-urutan profil tanah residu

2.6 KLASIFIKASI TANAH (USCS)

Klasifikasi tanah merupakan cara dalam menentukan jenis tanah agar


diperoleh gambaran sepintas tentang sifat-sifat tanah. Beberapa cara dalam
menentukan klasifikasi tanah, diantaranya adalah cara USCS. Cara USCS
(Unified Soil Classification System) ini diusulkan oleh Cassagrande,
dengan berdasarkan pada sifat tekstur tanah yang dibagi dalam 3
kelompok, yaitu :
• Tanah berbutir halus,
• Tanah berbutir kasar
• Tanah organik.
Dasar klasifikasi sistem USCS melihat kepada jenis ukuran butir tanah,
yaitu tanah kasar dan tanah halus:

13
• Tanah berbutir halus adalah yang lolos saringan 200 mesh sebanyak
lebih dari 50%.
• Tanah berbutir kasar jika lebih dari 50% materialnya mempunyai
ukuran >200 mesh. Tanah dibagi dalam simbol tertentu (15 simbol),
terdiri atas gabungan atau individu dari simboil-simbol komponen,
gradasi dan batas cair (ωL).

• Simbol komponen :
Kerikil (G, gravel), Pasir (S, sand),
Lanau (M, mo),
Lempung (C, clay),
Organik (O, organic)
Gambut (Pt, peat),

• Simbol gradasi :
Bergradasi baik (W, well graded)
Bergradasi buruk (P, poor graded),

• Simbol batas cair :


Batas cair tinggi (H, high plasticity)
Batas cair rendah (L, low plasticity)
(catatan : batas cair didapat dari serangkaian test)

14
BAB III

METODOLOGI
3.1 Tanggal Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu 11 November 2023, Pukul 11.30-15.30
WITA.
3.2 Lokasi Praktikum
Secara administrasi, lokasi praktikum berada di Desa Bulota, Kecamatan
Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Lokasi praktikum berada di jalan
Gorontalo Outer Ring Road (GORR, Secara geografis lokasi praktikum terletak pada
koordinat 00 38′ 39,3" 𝑁 1230 0′ 24,9" 𝐸. Lokasi praktikum berjarak sekitar ±20km dari
Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Waktu tempuh perjalanan dari kampus
Universitas Negeri Gorontalo menuju lokasi praktikum adalah ±32 menit dengan
menggunakan kendaraan bermotor.
3.3 Materi Praktikum
Aspek Keteknikan dalam Geologi Teknik khususnya pada Pengamatan Profil Tanah
3.4 Alat dan Bahan
a. Sekop
b. Roll Meter
c. Kantong Sampel
d. Lembar Pengamatan
e. Alat Tulis
3.5 Prosedur Kerja
1. Menentukan lokasi penampang atau singkapan untuk dapat melakukan
pemeriksaan profil tanah
2. Jika sudah mendapati lokasi yang sesuai maka selanjutnya beri batas di setiap
horizon dan ukur masing-masing horizon dengan mengguakan roll meter
3. Ambil sampel tanah pada setiap horizon dengan menggunakan alat bantu

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan dan deskripsi profil tanah:
Lapisan Dalam Batas Warna Tekstur Kerikil/Batu Konsistensi
(CM) (Kejelasan)

1 0-50 Clear Coklat Granular Lempung Lembab


Kehitaman Organik

2 50-100 Cokelat Kering


Diffuse kemerahan Gumpal Pasir Kasar
lanauan

3 100-255 Gradual Cokelat Gumpal Pasir kasar Kering


Terang Bersudut lanauan
kemerahan

4 255-400 Gradual Cokelat Gumpal Kerikil Kering


Terang Bersudut

Tabel 2. Hasil pengamatan profil tanah

16
Gambar 3 horizon-horizon tanah dilapangan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan dan deskripsi
sampel tanah, dapat dilihat bahwa adanya lapisan-lapisan atau horizon dari profil
tanah yang diteliti.
Dari horizon tersebut telah diidentifikasi adanya 4 lapisan tanah dengan total
kedalaman penampang adalah 400 cm. Lapisan 1 memiliki kedalaman 0-50 cm,
lapisan 2 memiliki kedalaman 50-100 cm, lapisan 3 memiliki kedalaman 100-225cm,
dan lapisan 4 memiliki kedalaman 225-400 cm.
Batas-batas lapisannya, pada lapisan 1 kejelasannya clear, lapisan 2
kejelasannya diffuse (membaur), lapisan 3 kejelasannya Gradular (bertahap), Gradular
(bertahap).
Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti bahan organik,
alterasi,keberadaan unsur besi, kandungan air, dan mineral. Pada pengamatan profil
tanah ditemukan perbedaan warna
dari setiap lapisan, lapisan 1 berwarna Coklat Kehitaman, lapisan 2 berwarna
coklat Kemerahan, lapisan 3 berwarna coklat terang kemerahan,dan lapisan 4 berwarna
coklat terang. Tekstur tanah ialah perbandingan tanah yang menunjukkan kasar
halusnya tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Pada pengamatan profil tanah, diperoleh

17
data lapisan 1 berupa Lempung organik, lapisan 2 berupa Pasir Kasar lanauan, lapisan
3 berupa Pasir kasar lanauan dan lapisan 4 berupa kerikil.
Kondisi tanah berdasarkan hasil deskripsi diatas dapat diinterpretasikan sebagai
kondisi tanah yang cukup kuat untuk menahan beban bangunan. Batuan induk berupa
kerikil dapat menopang tubuh bangunan namun dalam skala yang kecil seperti rumah.

18
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Proses perkembangan atau penyusunan tanah yang berbeda akan
mengakibatkan perbedaan sifat-sifat tanah pada suatu daerah. Sifat fisik tanah pada
setiap lapisan dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah,
porositas tanah, warna tanah, drainase tanah, serta keadaan perakaran dan lingkungan.
2. Dari horizon tersebut telah diidentifikasi adanya 4 lapisan tanah dengan total
kedalaman penampang adalah 400 cm. Lapisan 1 memiliki kedalaman 0-50 cm, lapisan
2 memiliki kedalaman 50-100 cm, lapisan 3 memiliki kedalaman 100-225cm, dan
lapisan 4 memiliki kedalaman 225-400 cm. Batas-batas lapisannya, pada lapisan 1
kejelasannya clear, lapisan 2 kejelasannya diffuse (membaur), lapisan 3 kejelasannya
Gradular (bertahap), Gradular (bertahap).
3. dari setiap lapisan, lapisan 1 berwarna Coklat Kehitaman, lapisan 2 berwarna
coklat Kemerahan, lapisan 3 berwarna coklat terang kemerahan,dan lapisan 4 berwarna
coklat terang. Tekstur tanah ialah perbandingan tanah yang menunjukkan kasar
halusnya tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Pada pengamatan profil tanah, diperoleh
data lapisan 1 berupa Lempung organik, lapisan 2 berupa Pasir Kasar lanauan, lapisan
3 berupa Pasir kasar lanauan dan lapisan 4 berupa kerikil.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bowles J.S., 1991, Sifat sifat fisis dan geoteknik tanah (Mekanika Tanah), edisi
kedua, Erlangga, Jakarta.
Bowles, J.E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta.
Das, B.M.1995. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis), Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Dokuchaev. 1870. Mekanika Tanah. Jakarta: Erlangga.
Hardiyatmo, H. C. 1992. Mekanika Tanah I. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wesley, L.D. 2012, Mekanika Tanah Untuk Tanah Endapan & Residu, Penerbit ANDI,
Yogyakarta

20
Lampiran 1.

21
22
Lampiran 2. Penampang Tanah Residu
Lapisan Tanah Profil Deskripsi
Lapisan 1 memiliki kedalaman 0-50 cm dengan
batas kejelasan clear, warna Coklat kehitaman
Top Soil karena adanya organik dan humus, tekstur
(Organic Soil) lempung organik, konsistensi lembab. Lapisan 1
merupakan top soil (organic soil). Lapisan 1
diatasnya terdapat makhluk hidup berupa
tumbuhan.

Lapisan 2 memiliki kedalaman 50-100 cm


Moderatelly dengan batas kejelasan diffuse (membaur),
Weathered Zone warna cokelat kemerahan, tekstur Gumpal pasir
kasar lanauan, konsistensi kering. Lapisan 2
terbentuk akibat tanah tersebut mengalami
eluviasi dan illuviasi dari lapisan 1.

Lapisan 3 memiliki kedalaman 100-225 cm dan


Partly batas kejelasan gradual (bertahap), warna
Weathered Zone cokelat terang kemerahan, tekstur pasir kasar
lanauan, konsistensi kering.

23
Lapisan 4 memiliki kedalaman 225-400 cm dan
Fresh Rock batas kejelasan gradual (bertahap), warna
cokelat terang, tekstur kerikil, konsistensi
kering. Lapisan ini merupakan lapisan batuan
induk dari horizon-horizon yang kami teliti
sehingga memiliki konsistensi batuan yang lebih
keras,karena termasuk kebatuan asalnya atau
bagian basement.

24
Lampiran 3. Sampel Tanah Dalam Keadaan kering

25
26
27

Anda mungkin juga menyukai