Anda di halaman 1dari 19

PENGANTAR GEOGRAFI TANAH DAN

LINGKUNGAN
(DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH GEOGRAFI TANAH DAN
LINGKUNGAN)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. DEASY ARISANTY, M.Sc


Dr. H. SIDHARTA ADYATMA, M.Si
MUHAMMAD EFFENDI, M.Pd

OLEH KELOMPOK 3:

1. M. ABDILLAH 1610115110001
2. AFNI ZULAIKA PRATIWI 1610115120002
3. ALPIAH 1610115120003
4. DEWI KOMALA SARI 1610115120004
5. DWI RETNO ANDRIANI 1610115120005

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

SEPTEMBER 2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengantar Geografi Tanah dan Lingkungan”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Geografi Tanah dan Lingkungan.
Makalah ini di tulis berdasarkan sebagai sumber yang berkaitan dengan materi
Geografi Tanah dan Lingkungan, serta informasi dari berbagai media yang berhubungan
dengan hal tersebut.
Tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada pengajar mata kuliah belajar dan
pembelajaran atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada
rekan-rekan mahasiswa(i) yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga
dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Geografi
Tanah dan Lingkungan

Banjarmasin, 15 September 2017

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Judul ....................................................................................................................... i

Kata pengantar ..........………………………………………...................................... ii

Daftar Isi …..........…....…………………………………………........................……. iii

BAB I: PENDAHULUAN …...…………………………............................................ 1

1.1 Latar Belakang ….......................................…………..………………... 1


1.2 Tujuan ………………………………………......................................….. 1
1.3 Pembatasan Masalah ………………..................................……………. 1
1.4 Metode Pengumpulan Data ……….…………................................…… 2
1.5 Sistematika …………………….…………........................................….. 2
BAB II: PEMBAHASAN ………………………..................………………………....... 3

2.1 Pengertian Geografi Tanah ............................................................. 3


2.2 Perkembangan Tanah ..................................................................... 5
2.3 Profil Tanah ..................................................................................... 7
2.4 Pedon dan Pelipedon ...................................................................... 10
2.5 Komponen Tanah ........................................................................... 11
2.6 Fungsi Tanah ................................................................................... 12
BAB III: PENUTUP …………………………..................................……….....……….. 13

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 13


3.2 Saran .................................................................................................... 15
Daftar Pustaka…………………………………....................…………………........…….. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak
dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis
dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro),
topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang
dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi,
maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Pada mulanya, tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi (natural
body) yang berasal dari bebatuan (natural material) yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam (nature force), sehingga membentuk
regolit (lapisan berpartikel halus). Konsep ini dikembangkan oleh para Geologis pada
akhir abad XIX. Pandangan revolusioner mengenai tanah dikembangkan oleh
Dokuchaev di Rusia pada sekitar tahun 1870.
Dalam pandangan Ilmu Tanah, tanah jauh lebih kompleks dari sekedar bahan
di alam yang merupakan hasil pelapukan dari batuan (rock). Tanah tersusun dari
komponen organik dan komponen anorganik dalam berbagai tahapan dekomposisi
dan disintegrasi, berbagai macam gas, dan juga air. Tanah juga mengandung
berbagai macam organisme baik mikro, meso maupun makro dalam jumlah yang
banyak.

1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini, yakni:

1. Sebagai pemenuhan tugas dari matakuliah Geografi Tanah dan


Lingkungani.
2. Sebagai penambah ilmu pengetahuan tentang pengantar Geografi Tanah
dan Lingkungan.

1.3 Pembatasan Masalah


Untuk memperjelas pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada:

1. Menjelaskan pengertian tentang Geografi Tanah


2. Menjelaskan bagaimana perkembangan tanah

1
3. Menjelaskan profil tanah
4. Menjelaskan Pedon dan Polipedon
5. Menjelaskan Komponen Tanah
6. Menjelaskan Fungsi Tanah

1.4. Metode Pengumpulan Data


Penulis mengumpulkan data dari beberapa buku dan situs internet.

1.5. Sistematika
1. Judul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. BAB I: PENDAHULUAN
4.1 Latar belakang
4.2 Tujuan
4.3 Pembatasan masalah
4.4 Metode Pengumpulan Data
4.5 Sistematika
5. BAB II: PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Geografi Tanah
5.2 Perkembangan Tanah
5.3 Profil Tanah
5.4 Pedon dan Polipedon
5.5 Komponen Tanah
5.6 Fungsi Tanah
6. BAB III: PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
7. Daftar Pustaka

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Geografi Tanah

Secara umum tanah dapat di definisikan sebagai suatu tubuh alam di


permukaan bumi yang terjadi akibat bekerjanya gaya-gaya alami terhadap bahan
alami (Wesley, 1977). Sedangkan foth (1984) mendefinisikan tanah sebagai bahan
mineral hasil evolusi yang di pengaruhi oleh factor genesis (proses lahir atau
pembuatannya) dan factor lingkungan, seperti batuan induk, iklim, makro- dan
mikroorganisme, serta kondisi topografi. Keberadaan dua definisi tersebut tentu
pantas untuk di hargai. Tanah sangat beragam dalam hal komposisi maupun sifatnya.
Pengertian tanah sangatlah beragam dan tergantung bidang ilmu yang
menilainya. Pengertian tanah berdasarkan ahli hukum akan berbeda dengan
pengertian tanah menurut ahli ekonomi, lembaga keuangan / perbankan, dan ibu
rumah tangga. Tanah menurut ahli hukum dinilai berdasarkan status tanah atau hak
kepemilikan terhadap tanah, seperti tanah berstatus hak milik berbeda dengan tanah
berstatus hak guna usaha (HGU) dan hak pakai serta sangat berbeda sekali dengan
tanah garapan. Tanah menurut ahli ekonomi dan lembaga keuangan perbankan
dipahami berdasarkan kedekatan lokasi tanah dengan akses dan kelancaran akses
serta kedekatan dengan pusat pengembangan.
Tanah yang dekat jalan atau dekat pusat pengembangan memiliki nilai
ekonomi yang lebih tinggi daripada tanah yang berlokasi jauh dari akses jalan atau
jauh dari pusat pengembangan. Berbeda dengan pengertian tanah menurut ibu rumah
tangga yang selalu mengingatkan anak-anaknya agar jangan bermain tanah dan
selalu mengingatkan anak-anaknya tidak lupa mencuci tangan dan kaki apabila kena
tanah. Definisi tanah menurut ilmu pertanian juga mengalami pengembangan dari
waktu ke waktu. Perubahan definisi tersebut disajikan sebagai berikut:
 Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ahli Geologi
Ahli geologi akhir abad XIX mendefinisikan tanah sebagai lapisan permukaan
bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan
oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit yaitu lapisan partikel halus.

3
 Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Pedologi
Pada tahun 1870 seorang ahli pedologi yaitu Dokuchaev mendefinisikan tanah
sebagai bahan padat (bahan mineral atau bahan organik) yang terletak
dipermukaan, yang telah dan sedang serta terus menerus mengalami
perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) bahan induk, (2) iklim, (3)
organisme, (4) topografi, dan (5) waktu.

 Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Edaphologi


Seorang ahli edaphologi dari Inggris bernama Dr. H. L. Jones mendefiniskan
tanah sebagai media tumbuh tanaman.

 Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ilmu Tanah Terkini


Pada tahun 2005 seorang doktor ilmu tanah dari Indonesia bernama Hanafiah
mendefiniskan tanah secara lebih komperhensif bahwa tanah adalah lapisan
permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara dan
sumber penyuplai hara atau nutrisi (meliputi: senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur-unsur essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe,
Mn, B, dan Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme)
yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif
(pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral
mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan
produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan,
maupun kehutanan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Geografi Tanah adalah cabang ilmu geografi
yang mengkaji persebaran satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat dan
karakteristik satuan-satuan tanah untuk kehidupan. Geografi tanah memerlukan ilmu-
ilmu pendukung lainnya seperti kelompok ilmu pasti (fisika, kimia, biologi, matematika)
maupun ilmu terapan yang berkaitan dengan pemanfaatan tanah untuk kehidupan.

4
2.2 Perkembangan Tanah
Perkembangan Tanah dimulai ketika bahan induk tanah telah terlonggok pada
suatu posisi relief tertentu selama kurun waktu yang relatif panjang. Bahan induk tanah
adalah semua bahan yang menutupi permukaan bumi dalam kondisi tidak padu.
Bahan induk tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: bahan induk tanah organik
dan tanah mineral. Tanah organik berasal dari pelapukan sisa-sisa organik baik dari
hewan maupun tumbuhan, sedangkan tanah mineral berasal dari pelapukan batuan
penyusun kerak bumi.
Bahan induk tanah berasal dari lapukan batuan induk. Ini adalah materi yang
padu sebagai penyusun utama kerak bumi. Batuan induk dapat digolongkan dalam 3
kelompok; batuan beku, sedimen, dan malihan. Semua ini dapat lapuk dan
membentuk material yang tidak padu kemudian mudah terpindah dari satu lokasi ke
lokasi lain. Proses perpindahan dipengaruhi oleh tenaga gravitasi, aliran air,
pergerakan es, dan angin.
Pelapukan batuan induk dapat dibedakan menjadi 3; pelapukan fisika, kimia, dan
biologi.
Pelapukan fisika menghasilkan materi yang tidak padu dan berukuran lebih kecil
daripada asalnya. Seiring berjalannya waktu, pelapukan ini akan menghasilkan
material berukuran halus.
Pelapukan kimia terjadi akibat berukuran dan/atau bertambahnya unsur kimia
tertentu dalam struktur mineral batuan induk. Terbentuknya mineral baru yang berbeda
dengan mineral asli adalah merupakan ciri dari pelapukan secara kimia.
Pelapukan biologi disebabkan karena aksi dari makhluk hidup. Pelapukan ini
melibatkan proses pelapukan fisika dan kimia secara simultan yang kompleks untuk
diuraikan secara tegas terpisah.
Penyebab utama pelapukan batuan induk adalah iklim. Berbagai analisir iklim
seperti angin, suhu, kelembababn, penyinaran matahari selalu berubah dari waktu ke
waktu. Perubahan juga dapat berubah secara musiman atau harian. Batuan induk
akan mengalami pemuaian jika suhu relatif tinggi dan pengertitan jika suhu rendah.
Proses pemuaian dan pengerutan ini akan menyebabkan batuan pecah-pecah dimulai
dari bagian permukaan. Proses pecahnya batuan induk menjadi fragmen batuan
disebut disintegrasi. Proses ini akan membentuk fraksi berukuran halus dan akan
menjadi bahan induk tanah. Batuan induk yang tercerai berai mempunyai kemampuan
menyimpan air yang lebih baik.

5
Lapisan bahan induk yang tebal menjamin ketersediaan air untuk mendukung
kehidupan biota baik tumbuhan maupun hewan. Bertambahannya tebal lapisan bahan
induk tanah berjalan seiring dengan lajunya pelapukan batuan induk secara fisik
maupun kimia yang ebrlangsung secara sinergis dan komplek.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian akan menjadi aliran
permukaan dan sebagian akan mengalami perkolasi. Proporsi aliran permukaan akan
semkain tinggi dengan meningginya sudut lereng. Semakin tinggi proporsi aliran
permukaan maka semakin kecil ketersediaan air di dalam tubuh tanah yang diikuti
dengan semakin rendahnya intensitas kehidupan makhluk yang ada padanya.
Air permukaan yang meresap dan mengalir ke bawah bersifat melarutkan unsur
basa dan memindahkan partikel halus dari lapisan atas ke bawah. Pergerakannya
semakin lama semakin lambat karena pori semkain kecil dan semakin mendekati zona
jenuh. Kecepatan air yang lambat diikuti dengan penurunanan daya angkut partikel
sehingga terjadi pengendapan material halus dan unsur basa pada lapisan bawah.
Horison tanah terbentuk sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada lapisan
induk tanah sebagai akibat dari perpindahan material halus dan unsur basa di lapisan
permukaan ke lapisan bahan permukaan. Proses pengayaan partikel dan unsur di
lapisan permukaan terjadi melalui pelonggokan sisa organi, sementara itu proses
pengayaan partikel dan unsur di lapisan bawah permukaan berasal dari lapukan
mineral primer ditambah dengan pengendapan unsur dan partikel lapisan permukaan.
Perbedaan antar horison tanah terjadi secara gradual dan logis dari permukaan ke
bawah permukaan. Persentase organik akan menurun seiring dengan bertambahnya
kedalaman, demikian juga persentase partikel alus khusunya yang ebrukuran lempung
(<0,02 mikron)

6
Kurun waktu berlangsungnya proses menentukan intensitas pengaruh suatu
faktor pembentuk pada hasil proses. Pelonggokan bahan induk tanah memerlukan
kurun waktu tertentu. Semakinpanjang waktunya maka semakin tebal bahan induk
yang terbentuk. Semakin panjang proses pembentukan tanah maka semakin lengkap
horison tanah yang terbentuk.

2.3 Profil Tanah

Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
batuan induk tanah. Tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut akan memiliki
horisonisasi yang lengkap, yaitu terdiri dari: (1) horison O, (2) horison A, (3) horison
Eluviasi, (4) horison B, (5) lapisan C, dan (6) bahan induk tanah (R).

Pengertian dari beberapa istilah penamaan horison dalam profil tanah adalah
sebagai berikut:

- Horison O adalah horison tanah yang tersusun dari serasah atau sisa-sisa
tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa),

- Horison A adalah horison yang tersusun dari bahan mineral berkandungan bahan
organik tinggi sehingga berwarna agak gelap.

7
- Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi adalah horison yang telah mengalami
proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar bahan organik tanah,
liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) serta
mineral resisten lainnya tinggi, sehingga berwarna agak terang.

- Horison B adalah horison illuvial atau horison pengendapan sehingga terjadi


akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horison diatasnya.

- Horison C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih serupa dengan
batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan.

- Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan masih berupa
batuan.

- Lapisan tanah atas (top soil) terdiri dari: (1) horison O, dan (2) horison A. Lapisan
tanah bawah (sub soil) terdiri dari: (1) horison E, dan (2) horison B. Solum tanah
meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan (2) lapisan tanah bawah.

Batas Peralihan Horison

Batas peralihan horison pada profil tanah terlihat secara visual dalam beberapa kategori,
yaitu:

- Batas horison dikategorikan nyata apabila peralihan kurang dari 2,5 cm,

- Batas horison dikategorikan jelas apabila peralihan terjadi dengan jarak berkisar
antara 2,5 cm sampai 6,5 cm,

8
- Batas horison dikategorikan berangsur apabila peralihan terjadi dengan jarak berkisar
antara 6,5 cm sampai 12,5 cm, dan

- Batas horison dikategorikan baur apabila peralihan terjadi dengan jarak lebih dari 12,5
cm.

 Bentuk Topografi Batas Horison

Bentuk topografi dari batas harison dalam profil tanah yang terlihat secara
visual dibagi dalam 4 kategori, yaitu: Bentuk topografi datar, Berombak, Tidak teratur,
dan Terputus.

 Kegunaan Profil Tanah

Pemahaman yang mendalam mengenai profil tanah akan membantu dalam


pemanfaatan berikut:Mengetahui kedalaman lapisan olah tanah (top soil), lapisan
dalam tanah (sub soil) dan solum tanah, sehingga membantu dalam menetapkan jenis
tanaman yang sesuai untuk ditanam pada tanah tersebut. Tanah dengan kedalaman
lapisan olah berkisar 20 cm sesuai untuk ditanaman tanaman padi, kedelai, kacang
tanah dan jagung, tetapi tidak sesuai untuk ditanaman dengan tanaman perkebunan
yang berakar dalam. Begitu juga sebaliknya.

Kelengkapan atau differensiasi horison-horison pada profil yang mencirikan


tingkat perkembangan tanah dan umur tanah.

Warna tanah yang menunjukkan kondisi aerob (warna terang) atau anaerob
(berwarna kelabu) dan tngginya kadar kadungan bahan organik tanah (berwarna
hitam/gelap), sehingga diketahui tingkat kesuburan tanah.

 Sifat Tanah

Istilah sifat tanah digunakan untuk menjembatani beberapa konsep yang


mempunyai persamaan arti, misalnya karakter, karakteristik, kenampakan, dan
laksana.Sifat pedogenesis adalah total semua sifat tanah yang dapat diamati dalam
pedon. Sifat ini dapat dikelompokkan berdasarkan perbedaan proses pedogenesis
dan faktor-faktor yang mempengaruhi, yakni sebagai berikut.

1. Litogenik: sifat asli bahan induk yang dimodifikasi melalui pelapukandan


neoformasi mineral. Contoh: komposisi mineral, distribusi ukuran partikel,
karakteristik struktur, dan warna yang ditentukan oleh komposisi batuan.

9
2. Climatogenik: pengaruh iklim (terutama proses pengangkutan bahan tanah).
Contoh: pengayaan atau pemiskinan horizon.
3. Fitogenetik: sifat komponen organik tanah yang berasal dari komposisi bahan
organik sebagai bahan induk tanah dan hasilproses dekomposisidan humifikasi.
Contoh: kandungan humus dan bentuk humus.
4. Hihdrogenik: sifat tanah yang terbentuk akibat proses redoks dan difusi di dalam
tanah yang mempuyai pengatusan terhambat atau dipengaruhi oleh tinggi air
tanah. Contoh : warna gleisasi dan terbentuknya bercak tanah.
5. Antropogenik: kenampakan yang terbentuk akibat aktivitas manusia. Contoh
terbentuk akibat lapisan olah, cadas olah, percampuran, dan kandungan hara
tinggi akibat pemupukan.

2.4 Pedon dan Polipedon

Dalam manajemen tanah, di Amerika Serikat dikenal suatu konsep yang


disebut pedon—pelipedon. Dalam konsep ini suatu bentang lahan, kadangkala dalam
luasan yag kecil saja terdapat berbagai jenis tanah yang baik karakter maupun cirinya
dapat bervariasi.
Seareal tanah yang mempunyai karakter dan ciri yang relatif homogen disebut
pedon. Satu pedon mempunyai areal seluas 1 – 10 m2 tergantung variabilitas
tanahnya. Suatu kawasan yang memiliki banyak pedon yang berbeda disebut
polipedon. Sehingga suatu bentang lahan merukan kumpulan dari satu atau beberapa
polipedon berbeda

10
2.5 Komponen Tanah

Tanah terbentuk dari percampuran komponen penyusun tanah yang bersifat


hiterogen dan beraneka. Ada 4 komponen utaman penyusun tanah mineral yang tidak
dapat di pisahkan dengan pengamatan mata telanjang (Air, udara, mineral dan
organik). Komponen tanah tersebut dipilah menjadi tiga fase penyusun tanah, yakni;

1. fase padat : bahan mineral dan bahan organic;


2. fase cair : lengas tanah dan air tanah; serta
3. Fase gas : udara tanah.

Secara alamiah proporsi komponen-komponen tanah sangat tergantung


pada:
1) Ukuran partikel penyusun tanahm makin halus berarti makin padat
tanah, sehingga ruang porinya juga akan menyempit, sebaliknya jika
makin kasar,
2) Sumber bahan organik tanah, tanah bervegetasi akan mempunyai
proporsi BOT tinggi, sebaliknya pada tanah gunsul (tanpa vegetasi),
3) Iklim terutama curah hujan dan temeperatur, saat hujan dan evaporasi
(penguapan) rendah proporsi air meningkat (dan proporsi udara
menurun), sebaliknya pada saat tidak hujan dan evaporasi tinggi,
4) Sumber air, tanah yang berdekatan dengan sungai akan lebih banyak
mengandung air ketimvang yang jauh dari sungai.

11
2.6 Fungsi Tanah

Masing-masing komponen tanah tersebut berperan penting dalam menunjang


fungsi tanah sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas keempat komponen tanah
ini akan berdampak terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media tumbuh.
Fungsi dari udara tanah misalnya:
1) O2 yang dibutuhkan oleh sel-sel perakaran tanaman untuk melaksanakan
respirasi, yang melepaskan CO2 dan untuk oksidasi enzimatik oleh
mikrobia autotrifik (mampu menggunakan senyawa anorganik sebagai
sumber energinya),
2) CO2 bagi mikrobia fotosintetik
3) N2 bagi mikrobia pengikat N

Beberapa gas seperti CO2 dan N2 ini serta NH3, H2 dan gas-gas lainnya baik
yang berasal dari proses dekomposisi bahan organik maupun yang berasal dari sisa-
sisa pestisida atau limbah industri, apabila berkadar relatif tinggi dapat menjadi racun
baik bagi akar maupun bagi mikrobia tanah. Adanya sirkulasi udara (aerasi) yang baik
akan memungkinkan pertukarakan gas-gas ini dengan O2 dari atmosfer, sehingga
aktivitas mikrobia autotrafik yang berperan vital dalam penyediaan unsur-unsur hara
menjadi terjamin dan toksisitas gas-gas tersebut ternetralisir.
Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tetanaman dan biota
tanah. Sebagian besar ketersediaan dan penyerapan hara oleh tanaman dimediasi
oleh air, malah unsur-unsur mobil seperti N, K, dan Ca dominan diserap tanaman
melalui bantuan mekanisme aliran massa air, baik ke permukaan akar maupun
transportasi ke daun. Oleh karena itu, tanaman yang mengalami defisiensi
(kekurangan) air tidak saja akan layu tetapi juga akan mengalami defisiensi hara.
Bahan organik dan mineral tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara bagi tetanaman dan biota tanah. Bahan mineral melalui bentuk partikel-
partikelnya merupakan penyusun ruang pori tanah yang tidak saja berfungsi sebagai
gudang udara dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi, makin sedikit
ruang pori ini akan makin tidak berkembangan sistem perakaran tanaman. Bahan
organik merupakan sumber energi, karbon dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna
senyawa organik), sehingga keberadaan BOT (Bahan Organik Tanah) akan sangat
menentukan populasi dan aktivitasnya dalam membebaskan hara-hara tersedia yang
dikandung BOT tersebut.
Dalam berpenetrasi ini, pada konsidi ideal perakaran tanaman dapat tumbuh
dan berpenetrasi baik secara lateral maupun vertikal sejauh beberapa cm perhari,

12
sehingga tanaman jagung dewasa yang ditanam berjarak 100 cm dapat mempunyai
sistem perakaran yang saling bersentuhan dengan kedalaman lebih dari 2 meter.
Bahkan tanaman alfalafa diketahui dapat mencapai kedalaman sampai 7m, sengan
rata 2 – 3 m. Tanaman kedelai dpata berpenetrasi hingga 35cm lateral dan 1m
horizontal. Makna terpenting dari sistem perkaran ini adalah makin banyaknya hara
dan air yang diserap tanaman, sehingga makin terjamin kebutuhannya selama proses
pertumbuhan dan produksinya, dan akhirnya mkain produktif suatu areal lahan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Geografi Tanah adalah cabang ilmu geografi yang mengkaji persebaran
satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat dan karakteristik satuan-satuan tanah
untuk kehidupan. Geografi tanah memerlukan ilmu-ilmu pendukung lainnya seperti
kelompok ilmu pasti (fisika, kimia, biologi, matematika) maupun ilmu terapan yang
berkaitan dengan pemanfaatan tanah untuk kehidupan.
Perkembangan Tanah dimulai ketika bahan induk tanah telah terlonggok pada
suatu posisi relief tertentu selama kurun waktu yang relatif panjang. Bahan induk tanah
adalah semua bahan yang menutupi permukaan bumi dalam kondisi tidak padu.
Bahan induk tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: bahan induk tanah organik
dan tanah mineral. Tanah organik berasal dari pelapukan sisa-sisa organik baik dari
hewan maupun tumbuhan, sedangkan tanah mineral berasal dari pelapukan batuan
penyusun kerak bumi.
Bahan induk tanah berasal dari lapukan batuan induk. Ini adalah materi yang
padu sebagai penyusun utama kerak bumi. Batuan induk dapat digolongkan dalam 3
kelompok; batuan beku, sedimen, dan malihan. Semua ini dapat lapuk dan
membentuk material yang tidak padu kemudian mudah terpindah dari satu lokasi ke
lokasi lain. Proses perpindahan dipengaruhi oleh tenaga gravitasi, aliran air,
pergerakan es, dan angin. Pelapukan batuan induk dapat dibedakan menjadi 3;
pelapukan fisika, kimia, dan biologi.
Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
batuan induk tanah. Tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut akan memiliki
horisonisasi yang lengkap, yaitu terdiri dari: (1) horison O, (2) horison A, (3) horison
Eluviasi, (4) horison B, (5) lapisan C, dan (6) bahan induk tanah (R).
Seareal tanah yang mempunyai karakter dan ciri yang relatif homogen disebut
pedon. Satu pedon mempunyai areal seluas 1 – 10 m2 tergantung variabilitas
tanahnya. Suatu kawasan yang memiliki banyak pedon yang berbeda disebut
polipedon. Sehingga suatu bentang lahan merukan kumpulan dari satu atau beberapa
polipedon berbeda.

14
Tanah terbentuk dari percampuran komponen penyusun tanah yang bersifat
hiterogen dan beraneka. Ada 4 komponen utaman penyusun tanah mineral yang tidak
dapat di pisahkan dengan pengamatan mata telanjang (Air, udara, mineral dan
organik). Masing-masing komponen tanah tersebut berperan penting dalam
menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas keempat
komponen tanah ini akan berdampak terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media
tumbuh. Fungsi dari udara tanah misalnya; O2 yang dibutuhkan oleh sel-sel perakaran
tanaman untuk melaksanakan respirasi, yang melepaskan CO2 dan untuk oksidasi
enzimatik oleh mikrobia autotrifik (mampu menggunakan senyawa anorganik sebagai
sumber energinya). Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tetanaman
dan biota tanah. Sebagian besar ketersediaan dan penyerapan hara oleh tanaman
dimediasi oleh air, malah unsur-unsur mobil seperti N, K, dan Ca dominan diserap
tanaman melalui bantuan mekanisme aliran massa air, baik ke permukaan akar
maupun transportasi ke daun. Bahan organik dan mineral tanah berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai hara bagi tetanaman dan biota tanah.

3.2 Saran
Tanah sangat berperan penting dalam kehidupan. Penulis sangat
mengharapkan agar dapat menjaga kelestarian dengan tidak membuat rusak dan
merubah struktur fungsi tanah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadja Mada Univ. Press.


Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sartohadi, Junun, dkk. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

16

Anda mungkin juga menyukai