LINGKUNGAN
(DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH GEOGRAFI TANAH DAN
LINGKUNGAN)
DOSEN PENGAMPU:
OLEH KELOMPOK 3:
1. M. ABDILLAH 1610115110001
2. AFNI ZULAIKA PRATIWI 1610115120002
3. ALPIAH 1610115120003
4. DEWI KOMALA SARI 1610115120004
5. DWI RETNO ANDRIANI 1610115120005
PENDIDIKAN GEOGRAFI
BANJARMASIN
SEPTEMBER 2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengantar Geografi Tanah dan Lingkungan”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Geografi Tanah dan Lingkungan.
Makalah ini di tulis berdasarkan sebagai sumber yang berkaitan dengan materi
Geografi Tanah dan Lingkungan, serta informasi dari berbagai media yang berhubungan
dengan hal tersebut.
Tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada pengajar mata kuliah belajar dan
pembelajaran atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada
rekan-rekan mahasiswa(i) yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga
dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Geografi
Tanah dan Lingkungan
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Judul ....................................................................................................................... i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini, yakni:
1
3. Menjelaskan profil tanah
4. Menjelaskan Pedon dan Polipedon
5. Menjelaskan Komponen Tanah
6. Menjelaskan Fungsi Tanah
1.5. Sistematika
1. Judul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. BAB I: PENDAHULUAN
4.1 Latar belakang
4.2 Tujuan
4.3 Pembatasan masalah
4.4 Metode Pengumpulan Data
4.5 Sistematika
5. BAB II: PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Geografi Tanah
5.2 Perkembangan Tanah
5.3 Profil Tanah
5.4 Pedon dan Polipedon
5.5 Komponen Tanah
5.6 Fungsi Tanah
6. BAB III: PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
7. Daftar Pustaka
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Pedologi
Pada tahun 1870 seorang ahli pedologi yaitu Dokuchaev mendefinisikan tanah
sebagai bahan padat (bahan mineral atau bahan organik) yang terletak
dipermukaan, yang telah dan sedang serta terus menerus mengalami
perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) bahan induk, (2) iklim, (3)
organisme, (4) topografi, dan (5) waktu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Geografi Tanah adalah cabang ilmu geografi
yang mengkaji persebaran satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat dan
karakteristik satuan-satuan tanah untuk kehidupan. Geografi tanah memerlukan ilmu-
ilmu pendukung lainnya seperti kelompok ilmu pasti (fisika, kimia, biologi, matematika)
maupun ilmu terapan yang berkaitan dengan pemanfaatan tanah untuk kehidupan.
4
2.2 Perkembangan Tanah
Perkembangan Tanah dimulai ketika bahan induk tanah telah terlonggok pada
suatu posisi relief tertentu selama kurun waktu yang relatif panjang. Bahan induk tanah
adalah semua bahan yang menutupi permukaan bumi dalam kondisi tidak padu.
Bahan induk tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: bahan induk tanah organik
dan tanah mineral. Tanah organik berasal dari pelapukan sisa-sisa organik baik dari
hewan maupun tumbuhan, sedangkan tanah mineral berasal dari pelapukan batuan
penyusun kerak bumi.
Bahan induk tanah berasal dari lapukan batuan induk. Ini adalah materi yang
padu sebagai penyusun utama kerak bumi. Batuan induk dapat digolongkan dalam 3
kelompok; batuan beku, sedimen, dan malihan. Semua ini dapat lapuk dan
membentuk material yang tidak padu kemudian mudah terpindah dari satu lokasi ke
lokasi lain. Proses perpindahan dipengaruhi oleh tenaga gravitasi, aliran air,
pergerakan es, dan angin.
Pelapukan batuan induk dapat dibedakan menjadi 3; pelapukan fisika, kimia, dan
biologi.
Pelapukan fisika menghasilkan materi yang tidak padu dan berukuran lebih kecil
daripada asalnya. Seiring berjalannya waktu, pelapukan ini akan menghasilkan
material berukuran halus.
Pelapukan kimia terjadi akibat berukuran dan/atau bertambahnya unsur kimia
tertentu dalam struktur mineral batuan induk. Terbentuknya mineral baru yang berbeda
dengan mineral asli adalah merupakan ciri dari pelapukan secara kimia.
Pelapukan biologi disebabkan karena aksi dari makhluk hidup. Pelapukan ini
melibatkan proses pelapukan fisika dan kimia secara simultan yang kompleks untuk
diuraikan secara tegas terpisah.
Penyebab utama pelapukan batuan induk adalah iklim. Berbagai analisir iklim
seperti angin, suhu, kelembababn, penyinaran matahari selalu berubah dari waktu ke
waktu. Perubahan juga dapat berubah secara musiman atau harian. Batuan induk
akan mengalami pemuaian jika suhu relatif tinggi dan pengertitan jika suhu rendah.
Proses pemuaian dan pengerutan ini akan menyebabkan batuan pecah-pecah dimulai
dari bagian permukaan. Proses pecahnya batuan induk menjadi fragmen batuan
disebut disintegrasi. Proses ini akan membentuk fraksi berukuran halus dan akan
menjadi bahan induk tanah. Batuan induk yang tercerai berai mempunyai kemampuan
menyimpan air yang lebih baik.
5
Lapisan bahan induk yang tebal menjamin ketersediaan air untuk mendukung
kehidupan biota baik tumbuhan maupun hewan. Bertambahannya tebal lapisan bahan
induk tanah berjalan seiring dengan lajunya pelapukan batuan induk secara fisik
maupun kimia yang ebrlangsung secara sinergis dan komplek.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian akan menjadi aliran
permukaan dan sebagian akan mengalami perkolasi. Proporsi aliran permukaan akan
semkain tinggi dengan meningginya sudut lereng. Semakin tinggi proporsi aliran
permukaan maka semakin kecil ketersediaan air di dalam tubuh tanah yang diikuti
dengan semakin rendahnya intensitas kehidupan makhluk yang ada padanya.
Air permukaan yang meresap dan mengalir ke bawah bersifat melarutkan unsur
basa dan memindahkan partikel halus dari lapisan atas ke bawah. Pergerakannya
semakin lama semakin lambat karena pori semkain kecil dan semakin mendekati zona
jenuh. Kecepatan air yang lambat diikuti dengan penurunanan daya angkut partikel
sehingga terjadi pengendapan material halus dan unsur basa pada lapisan bawah.
Horison tanah terbentuk sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada lapisan
induk tanah sebagai akibat dari perpindahan material halus dan unsur basa di lapisan
permukaan ke lapisan bahan permukaan. Proses pengayaan partikel dan unsur di
lapisan permukaan terjadi melalui pelonggokan sisa organi, sementara itu proses
pengayaan partikel dan unsur di lapisan bawah permukaan berasal dari lapukan
mineral primer ditambah dengan pengendapan unsur dan partikel lapisan permukaan.
Perbedaan antar horison tanah terjadi secara gradual dan logis dari permukaan ke
bawah permukaan. Persentase organik akan menurun seiring dengan bertambahnya
kedalaman, demikian juga persentase partikel alus khusunya yang ebrukuran lempung
(<0,02 mikron)
6
Kurun waktu berlangsungnya proses menentukan intensitas pengaruh suatu
faktor pembentuk pada hasil proses. Pelonggokan bahan induk tanah memerlukan
kurun waktu tertentu. Semakinpanjang waktunya maka semakin tebal bahan induk
yang terbentuk. Semakin panjang proses pembentukan tanah maka semakin lengkap
horison tanah yang terbentuk.
Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
batuan induk tanah. Tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut akan memiliki
horisonisasi yang lengkap, yaitu terdiri dari: (1) horison O, (2) horison A, (3) horison
Eluviasi, (4) horison B, (5) lapisan C, dan (6) bahan induk tanah (R).
Pengertian dari beberapa istilah penamaan horison dalam profil tanah adalah
sebagai berikut:
- Horison O adalah horison tanah yang tersusun dari serasah atau sisa-sisa
tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa),
- Horison A adalah horison yang tersusun dari bahan mineral berkandungan bahan
organik tinggi sehingga berwarna agak gelap.
7
- Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi adalah horison yang telah mengalami
proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar bahan organik tanah,
liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) serta
mineral resisten lainnya tinggi, sehingga berwarna agak terang.
- Horison C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih serupa dengan
batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan.
- Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan masih berupa
batuan.
- Lapisan tanah atas (top soil) terdiri dari: (1) horison O, dan (2) horison A. Lapisan
tanah bawah (sub soil) terdiri dari: (1) horison E, dan (2) horison B. Solum tanah
meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan (2) lapisan tanah bawah.
Batas peralihan horison pada profil tanah terlihat secara visual dalam beberapa kategori,
yaitu:
- Batas horison dikategorikan nyata apabila peralihan kurang dari 2,5 cm,
- Batas horison dikategorikan jelas apabila peralihan terjadi dengan jarak berkisar
antara 2,5 cm sampai 6,5 cm,
8
- Batas horison dikategorikan berangsur apabila peralihan terjadi dengan jarak berkisar
antara 6,5 cm sampai 12,5 cm, dan
- Batas horison dikategorikan baur apabila peralihan terjadi dengan jarak lebih dari 12,5
cm.
Bentuk topografi dari batas harison dalam profil tanah yang terlihat secara
visual dibagi dalam 4 kategori, yaitu: Bentuk topografi datar, Berombak, Tidak teratur,
dan Terputus.
Warna tanah yang menunjukkan kondisi aerob (warna terang) atau anaerob
(berwarna kelabu) dan tngginya kadar kadungan bahan organik tanah (berwarna
hitam/gelap), sehingga diketahui tingkat kesuburan tanah.
Sifat Tanah
9
2. Climatogenik: pengaruh iklim (terutama proses pengangkutan bahan tanah).
Contoh: pengayaan atau pemiskinan horizon.
3. Fitogenetik: sifat komponen organik tanah yang berasal dari komposisi bahan
organik sebagai bahan induk tanah dan hasilproses dekomposisidan humifikasi.
Contoh: kandungan humus dan bentuk humus.
4. Hihdrogenik: sifat tanah yang terbentuk akibat proses redoks dan difusi di dalam
tanah yang mempuyai pengatusan terhambat atau dipengaruhi oleh tinggi air
tanah. Contoh : warna gleisasi dan terbentuknya bercak tanah.
5. Antropogenik: kenampakan yang terbentuk akibat aktivitas manusia. Contoh
terbentuk akibat lapisan olah, cadas olah, percampuran, dan kandungan hara
tinggi akibat pemupukan.
10
2.5 Komponen Tanah
11
2.6 Fungsi Tanah
Beberapa gas seperti CO2 dan N2 ini serta NH3, H2 dan gas-gas lainnya baik
yang berasal dari proses dekomposisi bahan organik maupun yang berasal dari sisa-
sisa pestisida atau limbah industri, apabila berkadar relatif tinggi dapat menjadi racun
baik bagi akar maupun bagi mikrobia tanah. Adanya sirkulasi udara (aerasi) yang baik
akan memungkinkan pertukarakan gas-gas ini dengan O2 dari atmosfer, sehingga
aktivitas mikrobia autotrafik yang berperan vital dalam penyediaan unsur-unsur hara
menjadi terjamin dan toksisitas gas-gas tersebut ternetralisir.
Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tetanaman dan biota
tanah. Sebagian besar ketersediaan dan penyerapan hara oleh tanaman dimediasi
oleh air, malah unsur-unsur mobil seperti N, K, dan Ca dominan diserap tanaman
melalui bantuan mekanisme aliran massa air, baik ke permukaan akar maupun
transportasi ke daun. Oleh karena itu, tanaman yang mengalami defisiensi
(kekurangan) air tidak saja akan layu tetapi juga akan mengalami defisiensi hara.
Bahan organik dan mineral tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara bagi tetanaman dan biota tanah. Bahan mineral melalui bentuk partikel-
partikelnya merupakan penyusun ruang pori tanah yang tidak saja berfungsi sebagai
gudang udara dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi, makin sedikit
ruang pori ini akan makin tidak berkembangan sistem perakaran tanaman. Bahan
organik merupakan sumber energi, karbon dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna
senyawa organik), sehingga keberadaan BOT (Bahan Organik Tanah) akan sangat
menentukan populasi dan aktivitasnya dalam membebaskan hara-hara tersedia yang
dikandung BOT tersebut.
Dalam berpenetrasi ini, pada konsidi ideal perakaran tanaman dapat tumbuh
dan berpenetrasi baik secara lateral maupun vertikal sejauh beberapa cm perhari,
12
sehingga tanaman jagung dewasa yang ditanam berjarak 100 cm dapat mempunyai
sistem perakaran yang saling bersentuhan dengan kedalaman lebih dari 2 meter.
Bahkan tanaman alfalafa diketahui dapat mencapai kedalaman sampai 7m, sengan
rata 2 – 3 m. Tanaman kedelai dpata berpenetrasi hingga 35cm lateral dan 1m
horizontal. Makna terpenting dari sistem perkaran ini adalah makin banyaknya hara
dan air yang diserap tanaman, sehingga makin terjamin kebutuhannya selama proses
pertumbuhan dan produksinya, dan akhirnya mkain produktif suatu areal lahan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Geografi Tanah adalah cabang ilmu geografi yang mengkaji persebaran
satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat dan karakteristik satuan-satuan tanah
untuk kehidupan. Geografi tanah memerlukan ilmu-ilmu pendukung lainnya seperti
kelompok ilmu pasti (fisika, kimia, biologi, matematika) maupun ilmu terapan yang
berkaitan dengan pemanfaatan tanah untuk kehidupan.
Perkembangan Tanah dimulai ketika bahan induk tanah telah terlonggok pada
suatu posisi relief tertentu selama kurun waktu yang relatif panjang. Bahan induk tanah
adalah semua bahan yang menutupi permukaan bumi dalam kondisi tidak padu.
Bahan induk tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: bahan induk tanah organik
dan tanah mineral. Tanah organik berasal dari pelapukan sisa-sisa organik baik dari
hewan maupun tumbuhan, sedangkan tanah mineral berasal dari pelapukan batuan
penyusun kerak bumi.
Bahan induk tanah berasal dari lapukan batuan induk. Ini adalah materi yang
padu sebagai penyusun utama kerak bumi. Batuan induk dapat digolongkan dalam 3
kelompok; batuan beku, sedimen, dan malihan. Semua ini dapat lapuk dan
membentuk material yang tidak padu kemudian mudah terpindah dari satu lokasi ke
lokasi lain. Proses perpindahan dipengaruhi oleh tenaga gravitasi, aliran air,
pergerakan es, dan angin. Pelapukan batuan induk dapat dibedakan menjadi 3;
pelapukan fisika, kimia, dan biologi.
Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
batuan induk tanah. Tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut akan memiliki
horisonisasi yang lengkap, yaitu terdiri dari: (1) horison O, (2) horison A, (3) horison
Eluviasi, (4) horison B, (5) lapisan C, dan (6) bahan induk tanah (R).
Seareal tanah yang mempunyai karakter dan ciri yang relatif homogen disebut
pedon. Satu pedon mempunyai areal seluas 1 – 10 m2 tergantung variabilitas
tanahnya. Suatu kawasan yang memiliki banyak pedon yang berbeda disebut
polipedon. Sehingga suatu bentang lahan merukan kumpulan dari satu atau beberapa
polipedon berbeda.
14
Tanah terbentuk dari percampuran komponen penyusun tanah yang bersifat
hiterogen dan beraneka. Ada 4 komponen utaman penyusun tanah mineral yang tidak
dapat di pisahkan dengan pengamatan mata telanjang (Air, udara, mineral dan
organik). Masing-masing komponen tanah tersebut berperan penting dalam
menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas keempat
komponen tanah ini akan berdampak terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media
tumbuh. Fungsi dari udara tanah misalnya; O2 yang dibutuhkan oleh sel-sel perakaran
tanaman untuk melaksanakan respirasi, yang melepaskan CO2 dan untuk oksidasi
enzimatik oleh mikrobia autotrifik (mampu menggunakan senyawa anorganik sebagai
sumber energinya). Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tetanaman
dan biota tanah. Sebagian besar ketersediaan dan penyerapan hara oleh tanaman
dimediasi oleh air, malah unsur-unsur mobil seperti N, K, dan Ca dominan diserap
tanaman melalui bantuan mekanisme aliran massa air, baik ke permukaan akar
maupun transportasi ke daun. Bahan organik dan mineral tanah berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai hara bagi tetanaman dan biota tanah.
3.2 Saran
Tanah sangat berperan penting dalam kehidupan. Penulis sangat
mengharapkan agar dapat menjaga kelestarian dengan tidak membuat rusak dan
merubah struktur fungsi tanah.
15
DAFTAR PUSTAKA
16