Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH PENETAPAN

STRUKTUR TANAH

Dosen Pengampu:
Prof. (Riset), Dr, Ir. Suyamto

Oleh:
Mochamad Arif Davi Sudewo
22101032016

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................

1.2 Tujuan..........................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................

2.1 Berat Isi Tanah.............................................................................................

2.2 Faktor Yang Memperngaruhi Pembentukan Agregat..................................

BAB 3 METOLOGI...................................................................................................

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum................................................

3.2 Alat dan Bahan............................................................................................

3.3 Langkah Kerja.............................................................................................

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................

4.1 Hasil Pengamatan........................................................................................

4.2 Pembahasan.................................................................................................

BAB V PENUTUP......................................................................................................

5.1 Kesimpulan.................................................................................................

5.2 Saran..........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

LAMPIRAN................................................................................................................

1. Hasil Perhitungan.........................................................................................................

2. Dokumentasi................................................................................................................

i
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Hasil Pengamatan Praktikum……………………………………...…………..12
2. Hasil Perhitungan……………………………………………………………...12

ii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Perhitungan Struktur Tanah...................................................……...
…………..14
2. Dokumentasi......
…………………………………………………………….....15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-
partikel primer tanah (pasir,debu, dan liat individual) hingga partikel-partikel
sekunder (gabungan partikel-partikel primer) yang disebut ped (gumpalan) yang
membentuk agregat (bongkah). Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh
tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi didalam tanah.
Struktur dapat mulai berkembang dari butiran tunggal atau dari bentuk
masif. Apabila berasal dari butir-butir sungai, maka perkembangannya dimulai
dari pengikatan partikel-partikel tanah membentuk cluster (gerombol) yang
kemudian menjadi ped. Klasifikasi yang dikemukakan dibawah ini adalah
klasifikasi tentang struktur tanah (bukan klasifikasi tanah yang cocok untuk usaha
pertanian). Klasifikasi struktur tanah sangat berkaitan dengan klasifikasi lapangan
yang digunakan bagi penelaahan morfologi tanah. Komponennya meliputi:
a. Tipe struktur berupa bentuk dan susunan agregat.
b. Kelas struktur berupa ukuran.
c. Derajat struktur berupa kemantapan atau kekuatan agregat.

Dan dari struktur tanah ini kita mendapatkan banyak manfaat seperti, dengan tahu
struktur tanah di suatu daerah kita bisa memperkirakan tanaman apa yang cocok
untuk ditanam di daerah itu. Dari struktur tanah itu juga, kita bisa memperkirakan
kandungan zat apa yang mendominasi tanah itu. Dan banyak manfaat lain jika
mengetahui struktur tanah suatu daerah dan ilmu tentangnya.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kemantapan agregat tanah dengan metode Villensky dan
mengetahui energi potensial yang diperlukan untuk menghancurkan agregat tanah.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Struktur Tanah

Tanah merupakan suatu benda alam yang sangat kompleks, sehingga


mengandung pengertian yang sangat bervariatif tergantung darimana orang
memandangnya. Pengertian yang dipahami oleh orang menekuni bidang pertanian
akan berbeda dengan pengertian yang digunakan oleh orang yang menekuni
bidang teknik dan berbeda pula dengan orang menekuni keramik. Orang penekun
pertanian memahami tanah adalah media untuk perkecambahan, pertumbuhan,
perkembangan dan produksi tanaman, sedangkan orang teknik memahami tanah
sebagai tempat untuk mendirikan bangunan-bangunan keteknikan seperti
jembatan, jalan raya, gedung, lapangan olah raga dan lapangan udara. Orang
penekun keramik memahami tanah sebagai bahan baku untuk membuat barang-
barang keramik.

Pada dasarnya ada 3 (tiga) variabel yang membedakan pengertian tanah dari
penekun pertanian dengan orang penekun teknik yaitu kedalaman tanah, ukuran
partikel dan struktur tanah. Kedalaman tanah yang menjadi perhatian bagi orang
pertanian adalah kedalaman perakaran tanaman yaitu kedalaman sekitar 60 – 100
cm, ukuran partikel yang paling besar adalah partikel pasir kasar (2 mm) dan
struktur gembur. Variabel orang pertanian ini akan berbeda dengan orang penekun
teknik yaitu mereka memperhitungkan kedalaman tanah sampai kelapisan keras
(bedrock) yang dapat menahan bangunan-bangunan teknik yang dibangun
diatasnya, ukuran partikel yang masih diperhitungkan adalah sampai ukuran
kerikil dan struktur yang dikehendaki adalah struktur padat/mampat.

Tanah sebagai tubuh alami dapat dipelajari dari segi sifat kimia, biologi dan
fisika. Sifat-sifat tersebut akan mempengaruhi kemampuan atau daya dukung
tanah, tetapi sifat yang mana lebih dominan, tergantung dari tujuan penggunaan
tanah tersebut. Kemampuan atau daya dukung tanah pada umumnya lebih banyak
dibatasi oleh sifat fisik tanah.

2
Contoh : Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, seperti
tekstur, struktur, drainase/aerase, dan kekuatan tanah. Bidang teknik sangat
dipengaruhi oleh tekstur, kekuatan tanah (daya geser, daya runtuh).

Ditinjau dari segi pengelolaan, pengelolaan sifat fisik tanah relatif lebih sulit/sukar
dibandingkan dengan pengelolaan sifat kimia tanah, sehingga sifat fisik tanah
dikatakan sebagai faktor pembatas yang permanen (tetap).

Contoh : Tekstur tanah tidak akan berubah dalam jangka waktu yang lama.
Tekstur pasir untuk menjadi tekstur lempung membutuhkan waktu yang
cukup lama

Apabila kita bandingkan antara perkembangan pengetahuan sifat fisik tanah dan
sifat kimia tanah, maka pengetahuan kita tentang sifat fisik tanah masih sangat
terbatas

Contoh : Struktur tanah telah diteliti sejak tahun 1894 oleh Ernst Mach, tetapi
sampai sekarang kita masih belum dapat mengevaluasi struktur dengan
tepat. Akibatnya dalam pengelolaan tanah, kita belum mampu
mengevaluasi sistim yang selama ini. Artinya pengolahan tanah untuk
tanaman jagung misalnya, kita belum mengetahui apakah sudah cukup,
kurang atau sudah lebih.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Agregat

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat:

1. Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-
agregat tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat
menentukan dalam pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai
pengikat yang diabsorbsi pada permukaan butiran pasir dan setelah
dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat. Kandungan liat > 30% akan
berpengaruh terhadap agregasi, sedangakan kandungan liat < 30% tidak
berpengaruhterhadap agregasi.

3
2. Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami
pencucian. Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah.
Sehingga bahan organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan
erat.
3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang
mantap. Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-
celah. Disamping itu dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah
semakin melekat dan padat. Selain itu celah- celah tersebut dapat
terbentuk dari air yang diserap oleh tanaman tersebut.
4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga
mampu berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkan
tanaman. Secara tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah
dipergunakan akan dikeluarlan lagi menjadi bahan pengikat tanah.
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama
waktu berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin
mantap.
6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan,
pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pembentukan agregat tanah. (Nurhidayati, 2016).

4
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum


Praktikum penetapan struktur tanah ini dilakukan pada hari Kamis, 7 April 2022
di Gedung Laboratorium Terpadu Halal Center, Universitas Islam Malang.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Buret dan statif
2. Penggaris
3. Petridish
4. Kertas saring/tissue
3.2.2 Bahan
1. Agregat berdiameter 2-3mm
2. Air
3. Contoh tanah biasa
3.3. Langkah Kerja
1. Mengisi buret dengan air hingga tanda batas, tinggi buret dari permukaan tabah
ditetapkan 20 cm.
2. Menghitung volume rata-rata dari 10 tetesan air untuk mengetahui jari-jari
tetesan air dengan menganggap bahwa tetesan air tersebut berbentuk bola.
3. Mengukur volume rata-rata dari 10 tetesan air diulang sebanyak 3 kali.
4. Meletakkan agregat tanah berdiameter 2-3 mm diatas beberapa lapis kertas
saring/ tissue yang diberi alas petridish.
5. Menghitung volume rata-rata air yang diperlukan untuk menghancurkan agregat
tersebut.

5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Praktikum
No Parameter yang diamati U1 U2 U3 Rata-Rata
1 Jumlah tetesan 10 tetes 10 tetes 10 tetes 10 tetes
2 Volume tetes total (cm³) 0,4 cm³ 0,4 cm³ 0,4 cm³ 0,4 cm³
3 Volume tetes tiap 1 tetes 0,4 cm³ 0,4 cm³ 0,4 cm³ 0,4 cm³
(cm³)
4 Jari-jari tiap tetes 0,21 cm 0,21 cm 0,21 cm 0,21cm
5 Jumlah tetesan untuk 3 3 2 2,7
menghancurkan agregat

6 Energi Potensial 2352 erg 2352 erg 1,568erg 2,09erg

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah tetesan untuk
menghancurkan agregat tanah pada percobaan 1 adalah 3 tetes, percobaan 2
adalah 3 tetes, dan percobaan 3 adalah 2 tetes. Dari hal tersebut dapat dinyatakan
bahwa sampel tanah ini menandakan agregat tanah yang di uji tingkat
perkembangan struktur tanahnya masih tidak tahan terhadap pukulan air hujan.
Sedangkan energi potensial yang diperlukan untuk menghancurkan sampel
agregat tanah sebesar 2,09 erg.
Salah satu cara menentukan kemantapan agregat adalah dengan metode
Villensky yaitu pengukuran kemantapan agregat. Menggunakan tanah berdiameter
2-3 mm diukur dengan jumlah tetesan air dari ketinggian 20 cm yang dibutuhkan
untuk menghancurkan agregat tersebut.
Struktur tanah yang baik memiliki tingkat kemantapan agregat yang stabil
dan kandungan di dalamnya tidak bercampur dengan unsur kimia yang bisa
merubah struktur dari tanah tersebut. Kemudian mampu mempertahankan pori-
pori dalam tanah, mempermudah air masuk kedalam tanah dan sebagian pori akan
terisi udara.

6
Sejumlah faktor yang mempengaruhi kemantapan agregat. Faktor-faktor
tersebut antra lain pengolahan tanah, aktivitas mikrobia tanah, dan tajuk tanaman
terhadap permukaan tanah dari hujan. Pengolahan tanah yang berlebihan
cenderung memecah agregat mantap menjadi agregat tidak mantap. Sangat sering
terjadi kematapan agregat tanah menurun pada sistem pertanian tanaman
semusim.
Menurut Darwis (2017) menyatakan bahwa retakan terjadi karena
pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari pembasahan dan pengeringan
yang berperan penting dalam pembentukan agregat. Agregat yang baik terbentuk
karena flokulasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian
dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya
aktiftas biologi (Utomo et al, 2015).

7
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Struktur tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang dapat diamati
secara langsung. Struktur tanah sangat penting untuk diketahui karena struktur
tanah berpengaruh terhadap pengolahan tanah yang meliputi pergerakan air,
ukuran, kemantapan agregat konsistensi, erosi danporositas yang merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan dalam mengolah lahan pertanian.
2. Jumlah tetesan untuk menghancurkan agregat tanah kisaran 2-4 tetesan dan energi
potensial yang diperlukan untuk menghancurkan sampel agregat adalah sebesar
2.352 erg.
3. Tingkat kemantapan perkembangan struktur tanah sampel agregat dalam keadaan
lemah dan mudah hancur.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemantapan agregat tanah adalah bahan induk,
bahan organik tanah, tanaman, organisme tanah, iklim dan bahan perekat lain.
5. Struktur tanah yang baik biasanya memiliki tingkat kemantapan agregat yang stabil
dan kandungan di dalamnya tidak bercampur dengan unsur kimia yang bisa
merubah struktur dari tanah tersebut dan tahan terhadap hantaman air hujan.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang telah saya dilakukan dapat diketahui bahwa
tingkat kemantapan perkembangan struktur tanah dalam keadaan lemah atau mudah
hancur. Oleh karena itu, perlu adanya pemupukan dengan menggunakan pupuk organik
dalam kegiatan pertanian.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, R., Banuwa, I. S., & Utomo, M. (2015). Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan
Residu Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang Terhadap Struktur Tanah, Bobot
Isi, Ruang Pori Total Dan Kekerasan Tanah Pada Pertanaman Kacang Hijau
(Vigna radiata L.). Jurnal Agrotek Tropika, 3(2).
Candra, A. I., Anam, S., Mahardana, Z. B., & Cahyono, A. D. (2018). Studi Kasus
Stabilitas Struktur Tanah Lempung Pada Jalan Totok Kerot Kediri
Menggunakan Limbah Kertas. UKaRsT, 2(2), 88-97.
Dr. Ir. H. Darwis, M. (2017). Pengaruh Jumlah Bambu-Rongga Sebagai Alat
Pengimbuh Terhadap Durasi Kejut Kapiler dan Waktu Pemulihan Muka
Air Tanah, Pada Periode Awal Musim. Proceeding Sinaltsub (Seminar
Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa).
Hanafiah, K. A. (2014). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
norhayatigeo. 2015. Makalah Sruktur Tanah
Mutmainnah, D., Ayu, I. W., & Oklima, A. M. (2021). Analisis Tanah Untuk
Indikator Tingkat Ketersediaan Lengas Tanah di Lahan Kering
Kecamatan Empang. Jurnal Agroteknologi, 1(1), 27-38.
Muharram Indrawan, 2015 Struktur Tanah. Gorontalo: Jurusan Agroteknolgi
Fakultas Sains Dan Teknologi Saleh, B. (2010). Perbaikan struktur tanah
pada lahan sangat curam dengan menggunakan teknik hidrosiding lumut
daun dan bahan pembenah tanah. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia,
12(1), 1-6.
Pratiwi, S. A. (2013). Pengaruh Faktor Pembentuk Agregat Tanah Terhadap
Kemantapan Agregat Tanah Latosol Dramaga Pada Berbagai Penggunaan
Lahan.
Utomo, B, S., Yulia Nuraini., Widianto. (2015). Kajian Kemantapan Agregat
Tanah Pada Pemberian Beberapa Jenis Bahan Organik Di Perkebunan
Kopi Robusta. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 1, 111-
117.
Utomo, I. M. (2016). Ilmu Tanah Dasar-Dasar dan Pengelolaan. Kencana.

9
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Struktur Tanah


Energi Potensial yang diperlukan untuk menghancurkan agregat, dengan rumus: EP
=𝑚𝑥𝑔𝑥ℎ

Keterangan:

a. EP: Energi Potensial


b. m (massa air (gram): Volume. Air x BJ air
c. BJ air: 1 g/cm³
d. g (gravitasi): 980 cm/s²
e. h (ketinggian air (cm): 20 cm
1) Percobaan 1

Jumlah tetesan = 10 tetes

Volume tetes total = 0,4 cm3

𝑏
Volume tetes tiap 1 tetes = = 0,04 cm3
𝑎

Jari-Jari tiap tetes = x 𝑉𝑜𝑙.𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛


𝜋

3
= 8√ x 0,04
4 3

,14
=8√0,009525 = 0,21 𝑐𝑚
Jumlah tetes = 3 tetes
Volume air = Vol. Tiap tetes x jumlah tetesan penghancur agregat
= 0,04 x 3 = 0,12
Massa (m) = Volume air x BJ air
= 0,12 x 1
= 0,12 gram
Energi potensial = m.g.h
= 0,12 x 980 x 20

10
= 2.352 erg
2) Percobaan 2
Jumlah tetesan = 10 tetes
Volume tetes total = 0,4 cm3

Volume tetes tiap 1 tetes = 𝑏= 0 ,4= 0,04 cm³

𝑎 10
Jari-Jari tiap tetes = x 𝑉𝑜𝑙.𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛
𝜋

3 0,04
= 8√ x
4 3

,14
=8√0,009525 = 0,21 𝑐𝑚
Jumlah tetes = 3 tetes
Volume air = Vol. Tiap tetes x jumlah tetesan penghancur agregat
= 0,04 x 3 = 0,12
Massa (m) = Volume air x BJ air
= 0,12 x 1 = 0,12 gram
Energi potensial = m.g.h
= 0,12 x 980 x 20
= 2.352 erg

3) Percobaan 3
Jumlah tetesan = 10 tetes
Volume tetes total = 0,4 cm3

Jari-jari tiap tetes 𝑥 𝑉𝑜𝑙


.𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛
𝜋

3 0,04
= 8√ x
4 3

,14
=8√0,009525 = 0,21 𝑐𝑚
Jumlah tetes = 2 tetes
Volume air = Vol. Tiap tetes x jumlah tetesan penghancur agregat

11
= 0,04 x 2 = 0,08
Massa (m) = Volume air x BJ air
= 0,08 x 1 = 0,08
Energi potensial = m.g.h
= 0,08 x 980 x 20
= 1,568 erg

Lampiran 2. Dokumentasi

Gambar 1. Proses Penetesan Air

Gambar 2. Perhitungan Tetesan

Gambar 3. Penetesan Air Pada Agregat

12
Gambar 4. Sampel Tanah Agregat

13

Anda mungkin juga menyukai