Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

KELOMPOK 3
SIFAT-SIFAT DASAR TANAH

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1. Riko Septian Dwi Sasongko (20230710057)
2. Firdhotul Arroisy (20230710053)
3. Arum Budi Utami (20230710047)
4. Isna Meijayanti (20230720064)
5. Bayu D. Tarigan (20230710048)
6. Annisa Widyaresti (20230720062)

UNIVERSITAS NEGERI KUNINGAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah tentang
“SIFAT-SIFAT DASAR TANAH”. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Nurdin,
S.Hut., M.Si. selaku pengajar mata kuliah Ilmu Tanah Hutan yang telah memberikan
tugas ini.
Harapan kami, makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kepada pembaca dan yang terpenting yaitu kepada kami sendiri mengenai “
SIFAT-SIFAT DASAR TANAH”. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kata yang sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritikan dan saran serta usulan demi perbaikan makalah ini di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan mohon kritikan dan sarannya yang membangun.

Ciamis, Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I ................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3. Tujuan ............................................................................................................. 2

1.4. Manfaat ........................................................................................................... 2

BAB II............................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

2.1. Sifat Fisik Tanah ............................................................................................. 3

2.2. Air Tanah ...................................................................................................... 12

2.3. Sifat Kimiawi Tanah ..................................................................................... 19

2.4. Bahan Organik Tanah ................................................................................... 22

2.5. Biota Tanah ................................................................................................... 29

BAB III ........................................................................................................................... 36

PENUTUP ...................................................................................................................... 36

3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 36

3.2. Saran ............................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah merupakan salah satu sumber daya yang berperan penting terhadap
keberlangsungan hidup organisme. Fungsi tanah tidak hanya sebagai tempat
berjangkarnya tanaman, penyedia unsur hara, tetapi juga berfungsi sebagai salah satu
bagian dari ekosistem. Sebagai bagian dalam sebuah ekosistem, maka fungsi tanah
tersebut harus diperhatikan, sebab bila penurunan fungsi tanah terus terjadi akan
menyebabkan terganggunya ekosistem dan tentunya akan berdampak tehadap makhluk
hidup di sekitarnya, terutama manusia.
Sebagian orang melihat tanah tidak hanya sekadar sebagai bangunan dua dimensi,
tetapi merupakan bangunan tiga dimensi. Tanah tidak hanya dilihat dari dimensi panjang
dan dimensi lebar, tetapi juga dari dimensi kedalaman. Memasukkan dimensi kedalaman
memiliki dampak yang luar biasa. Dengan melihat tanah sebagai bangunan tiga dimensi,
maka tidak hanya menghargai tanah berdasarkan luasannya saja, tetapi juga berbagai
sifat-sifat yang dimilikinya, baik sifat fisika, sifat kimia, maupun sifat biologinya.
Sifat fisika dapat mencakup tekstur, struktur, konsisitensi tanah, bobot tanah,
porositas, aerasi tanah, temperatur tanah, warna tanah dan seterusnya. Sifat kimia dapat
meliputi anion dan kation, Fungsi pH tanah sebagai indikator kesuburan tanah dan
pengapuran tanah masam. Sifat biologi tanah dapat mencakup populasi dan aktivitas
makroorganisme tanah seperti cacing tanah dan mikroorganisme tanah seperti jamur dan
bakteri. Aktivitas biologi dapat juga diukur di antaranya dengan produksi CO2 atau
konsumsi O2. Dalam beberapa hal, populasi dan aktivitas biologi tanah juga dapat diukur
berdasarkan kotoran yang dikeluarkannya per satuan luas dan waktu. Misalnya, cacing
tanah mengeluarkan kotoran dalam bentuk kasting yang jumlahnya sangat terkait dengan
populasi dan aktivitasnya di dalam sistem tanah.
Dari sifat-sifat dasar tanah ini lah dapat dirasakan manfaat tanah bagi kehidupan.
Tanah memegang peranan yang sangat vital bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan unsur hara dan air sekaligus
sebagai penopang akar. Beberapa manfaat yang dirasakan seperti keanekaragaman hayati

1
yang bergantung pada tanah, produktivitas pertanian, penyedia air bersih dan resapan air,
mitigasi perubahan iklim, serta bisnis dan pembangunan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan kami angkat
dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa sajakah sifat-sifat tanah ?
2. Bagaimana manfaat tanah menurut sifat-sifat dasar penyusunnya?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang kami ingin capai dalam
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui sifat-sifat tanah (Fisik, kimiawi, biologi).
2. Mengetahui manfaat dari setiap unsur sifat dasar tanah.

1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan adalah agar penulis serta pembaca dapat mengetahui
bagaimana sifat-sifat tanah serta manfaatnya sebagai salah satu komponen yang
memegang peranan vital dalam kehidupan manusia dan lingkungannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sifat Fisik Tanah


Fisika tanah adalah penerapan konsep dan hukum-hukum fisika pada kontinum tanah
tanaman-atmosfer. Sifat fisik tanah berperan penting dalam mendukung pertumbuhan
tanaman. Sifat fisik tanah, seperti kerapatan isi dan kekuatan tanah sudah lama dikenal
sebagai parameter utama dalam menilai keberhasilan teknik pengolahan tanah (Afandi,
2005).
Sifat fisik tanah juga sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah yang lain dalam
hubungannya dengan kemampuannya untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan
kemampuan tanah untuk menyimpan air. Walaupun sifat fisika tanah telah lama dan
secara luas dipahami sebagai salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan
tanaman, sampai dewasa ini perhatian terhadap kepentingan menjaga dan memperbaiki
sifat fisik tanah masih sangat terbatas (Utomo, 1994, dalam Damayani 2008).
a. Tekstur

Tekstur Tanah adalah perbandingan relatif persentase fraksi pasir, fraksi debu, dan
fraksi liat di dalam sistem tanah, yang juga menggambarkan tingkat kekasaran atau
kehalusan suatu jenis tanah. Setiap jenis tanah memiliki persentase pasir, debu, dan liat
tersendiri. Ada tanah yang didominasi oleh fraksi pasir sehingga memiliki tekstur Pasir.
Ada tanah yang didominasi oleh fraksi debu sehingga memiliki tekstur Debu. Ada juga
tanah yang memiliki tekstur Liat karena tanah ini didominasi oleh fraksi liat. Sebagian
tanah juga memiliki tekstur tertentu dengan suatu fraksi cukup signifikan. Dengan alasan
ini, ada tanah dengan tekstur berpasir, berdebu, atau berliat. Misalnya, tanah Lempung
Berpasir, Lempung Berdebu, atau Lempung Berliat.
Kelas tekstur tanah dapat ditetapkan di laboratorium dengan menggunakan
Hidrometer atau di lapang dengan menggunakan indera ‘perasaan’. Pengukuran di
laboratorium akan memunculkan angka persentase pasir, debu, dan liat. Angka-angka ini
kemudian digunakan untuk menetapkan kelas tekstur tanah dengan menggunakan
segitiga tekstur, misalnya yang dibuat oleh United States Department of Agriculture
(USDA).

3
Gambar 1. Segitiga Tekstur (Singer dan Munns, 1987)

Segitiga Tekstur adalah sebuah diagram untuk menetapkan tekstur tanah. Pada
segitiga tekstur terdapat 3 sisi segitiga sama-sisi. Pada setiap sisi terdapat label yang
menunjukkan fraksi tanah dengan skala 0 – 100% untuk masing-masing fraksi, yaitu:
fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi liat. Pada bagian dalam segitiga tekstur terdapat garis-
garis pembagi antara kelas tekstur. Keseluruhan jenis kelas tekstur terdiri dari 12 buah.
Jenis kelas tekstur tanah yaitu :
No. Kelas Tekstur
1. Liat (Clay)
2. Liat Berdebu (Silty Clay)
3. Liat Berpasir (Sandy Clay)
4. Debu (Silt)
5. Pasir (Sand)
6. Pasir Berlempung (Loamy Sand)
7. Lempung (Loam)
8. Lempung Liat (Clay Loam)
9. Lempung Liat Berdebu (Silty Clay Loam)
10. Lempung Liat Berpasir (Sandy Clay Loam)
11. Lempung Debu (Silt Loam)
12. Lempung Berpasir (Sandy Loam)
Tabel 1. Kelas Tekstur Tanah

4
Dalam jangka pendek kelas tekstur tanah tidak berubah, khususnya bila proses
perkembangan tanah berjalan relatif lambat. Namun demikian, dengan berjalannya waktu
tekstur tanah dapat berubah sebagai akibat dari terus berlangsungnya proses pelapukan
tanah. Fraksi pasir dan debu yang menyimpan mineral primer akan mengalami
perlapukan sehingga menjadi mineral sekunder atau mineral liat. Akibatnya, terjadi
perubahan komposisi fraksi pasir, debu, dan liat. Dalam jangka pendek, kelas tekstur juga
dapat berubah sebagai akibat masuknya anasir-anasir dari luar sistem tanah yang bersifat
masif. Misalnya, tanah berliat dapat berubah menjadi tanah berpasir karena masukan
partikel-partikel pasir secara masif akibat ledakan gunung berapi, seperti yang terjadi di
wilayah sekitar G. Galunggung atau G. Merapi sesaat setelah letusan gunung terjadi.

b. Struktur

Bersatunya fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi liat membentuk bangunan tiga
dimensi dalam bentuk agregat mengakibatkan terjadinya struktur tanah. Dalam
pembentukan struktur tanah, fraksi pasir dan debu berfungsi sebagai kerangka sedangkan
fraksi liat, humus, dan/atau sesquioksida berfungsi sebagai perekat yang menyatukan
fraksi pasir dan fraksi debu. Keberadaan liat, humus, dan sesquioksida tanah
mengakibatkan struktur tanah menjadi lebih mantap sehingga lebih tahan terhadap
kekuatan fisik yang menekan, misalnya energi kinetik butiran air hujan. Selain sebagai
perekat partikel-partikel tanah, humus juga menyebabkan partikel – partikel tanah yang
didominasi debu dan pasir menjadi tidak padat bila diolah secara berulang. Secara umum
terdapat beberapa jenis struktur tanah yang berkembang di dalam tanah, yang dapat
dibedakan berdasarkan bentuknya: Bulat, Lempeng, Kubus, Prismatik, dan Silinder.
Derajat Struktur Tanah yaitu :
• Tak beragregat, butir-butir tunggal terlepas-lepas
• Lemah, apabila struktur tersentuh mudah hancur
• Sedang, agregat jelas terbentuk dan masih dapat dipecahkan
• Kuat, agregatnya mantap dan jika dipecahkan terasa agak sukar dan berketahanan

5
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur tanah :
• Pembasahan & pengeringan
• Pembekuan & pencairan
• Aktivitas perakaran tanaman
• Kation terjerap
• Pengolahan tanah
• Bahan organic

c. Konsistensi Tanah

Derajat kohesi dan adesi partikel tanah dan resistensi terhadap perubahan bentuk
Penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan pada 3 fase keadaan :
1) Tanah Basah, kandungan air di atas kapasitas lapangan
a) Kelekatan, kekuatan melekat dengan benda lain :
• tidak lekat
• agak lekat
• lekat
• sangat lekat
b) Plastisitas, kemampuan tanah membentuk gulungan :
• Tidak plastis
• Agak plastis
• Plastis
• Sangat plastis
2) Tanah Lembab, kandungan air mendekati kapasitas lapangan menyebabkan
kering angin :
• Sangat gembur
• Gembur
• Teguh
• Sangat teguh
• Luar biasa teguh

6
3) Tanah Kering, tanah dalam keadaan kering angin
• Lepas
• Lunak
• Agak Keras
• Keras
• Sangat Keras
• Luar Biasa Keras

d. Bobot Tanah

Bobot isi adalah perbandingan antara bobot tanah kering dengan volume tanah,
termasuk dengan volume pori tanah yang biasanya dinyatakan dalam g cm-3 dan pada
umumnya tanah mineral memiliki bobot isi antara 1,1–1,6 g cm-3, pengukuran bobot isi
bermanfaat untuk mengevaluasi kemampuan akar dalam menembus tanah
(Hardjowigeno, 1992).
Akar tanaman akan sulit dalam menembus tanah apabila tanah tersebut padat,
pemadatan tanah dicirikan dengan nilai bobot isi yang tinggi (>1,2 g cm-3) hal ini akan
berdampak pada berkurangnya ruang pori yang tersedia didalam tanah dan dapat
menyebabkan sulitnya tanah dalam meloloskan air serta perkembangan akar menjadi
terganggu (Hakim et al., 1986). Hal ini berbanding terbalik apabila bobot isi tanah rendah
(<1,2 g cm-3), pada umumnya akan terbentuk banyak ruang pori pada tanah sehingga
menyebabkan tanah mudah meloloskan air, serta memudahkan perkembangan perakaran
tanaman (Hardjowigeno, 1992).
Praktik-praktik pertanian yang dilakukan contonya penggunakan alat berat dalam
proses pengolahan tanah, membakar atau menghilangkan sisa tanaman dari permukaan
tanah, dapat menyebabkan pemadatan tanah. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencegah hal ini terjadi yaitu dengan meningkatkan masukan bahan organik tanah,
mengembalikan sisa tanaman, meningkatkan keanekaragaman vegetasi permukaan tanah
(Arshad et al., 1996).

7
e. Porositas

Jumlah pori sangat penting bagi keseimbangan antara udara dan air bagi
pertumbuhan tanaman; air diperlukan untuk bahan fotosintesis dan media pengangkutan
unsur hara sedangkan udara khususnya oksigen diperlukan dalam proses respirasi akar
tanaman dan mikroorganisme tanah. Volume total tanah yang merupakan pori tanah
disebut Porositas Tanah. Dalam rangka mempertahankan porositas tanah yang cukup
tinggi biasanya dilakukan dengan Pengolahan Tanah.

f. Aerasi Tanah

Aerasi tanah adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam tanah. Proses ini
penting untuk mempertahankan sirkulasi udara di dalam tanah dan membantu
pertumbuhan tanaman. Sirkulasi udara di dalam tanah dapat mempengaruhi ketersediaan
oksigen, karbondioksida, dan nitrogen bagi tanaman.
Tanah yang terlalu padat atau terlalu basah dapat menghambat aerasi tanah dan
mengurangi ketersediaan oksigen bagi tanaman. Kelebihan air di dalam tanah dapat
mengurangi ruang udara di antara butiran tanah dan menghalangi masuknya oksigen ke
akar tanaman. Selain itu, akar tanaman juga membutuhkan oksigen untuk melakukan
respirasi, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Aerasi tanah dapat ditingkatkan dengan cara mengendapkan bahan organik di dalam
tanah dan penggemburan tanah. Bahan organik yang terkumpul di dalam tanah dapat
membantu menjaga kelembaban tanah dan meningkatkan sirkulasi udara. Sedangkan,
penggemburan tanah dapat membantu meningkatkan ruang udara di antara butiran tanah
dan membantu masuknya oksigen ke dalam tanah.
Pentingnya aerasi tanah terutama dirasakan pada tanaman yang membutuhkan
kondisi lingkungan yang baik untuk tumbuh dan berkembang, seperti sayuran dan
tanaman perkebunan. Jika kondisi aerasi tanah buruk, maka pertumbuhan tanaman dapat
terhambat dan produktivitas dapat menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan
tanah yang baik untuk menjaga keseimbangan aerasi tanah dan menjaga kualitas tanah
serta produktivitas tanaman.

8
g. Suhu atau Temperature Tanah

Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena dapat digunakan
untuk menggolongkan sifat-sifat panas dari suatu sistem. Selain itu, suhu tanah
merupakan faktor penting dalam menentukan proses-proses físika yang terjadi di dalam
tanah, serta pertukaran energi dan massa dengan atmosfer, termasuk proses evaporasi dan
aerasi. Suhu tanah juga mempengaruhi proses biologi seperti perkecambahan biji,
pertumbuhan benih dan perkembangannya, perkembangan akar, maupun aktivitas
mikrobia di dalam tanah.
Suhu tanah sangat bervariasi, sejalan dengan perubahan proses pertukaran energi
matahari, terutama melalui permukaan tanah. Fenomena ini berlaku di dalam penampang
tanah melalui serangkaian proses yang kompleks. Parameter tanah yang mempengaruhi
suhu antara lain kapasitas panas spesifik, penghantar panas, difusivitas panas, serta
sumber dan keluaran panas internal pada waktu tertentu.
Suhu tanah beragam menurut pola harian atau musiman. Di kedalaman 3 m, suhu
agak konstan. Fluktuasi suhu terbesar berada di antara udara dan tanah, daripada di atas
atau di bawah tanah. Di bawah 15 cm, variasi suhu tanah harian sangat kecil, namun bila
terdapat bahan organik di atas permukaan tanah, dapat mengurangi fluktuasi suhu tanah.
Penggunaan mulsa dan berbagai macam naungan dapat mengurangi umlah radiasi
matahari yang diserap tanah, hilangnya energi dari tanah akibat radiasi, dan hilangnya air
melalui evaporasi.
Suhu tanah dapat mempengaruhi tekanan air tanah, dan akibat adanya perubahan
suhu dapat menyebabkan pergerakan air serta panas. Oleh sebab itu, cara mengukur
perpindahan panas melalui contoh tanah yang didasarkan aliran panas yang dibatasi oleh
dua bidang tanah, akan menimbulkan risiko merubah penyebaran kelembapan tanah, dan
sifat-sifat panas. Selama proses pengukuran, tanah di dekat bidang yang lebih panas akan
menjadi lebih kering, sedangkan tanah di dekat bidang yang lebih dingin akan lebih basah.
Salah satu metode praktis untuk mengukur penghantaran panas adalah sumber panas
batang silinder, yang dimasukkan ke dalam tanah pada kedalaman tertentu, yang juga bisa
digunakan di laboratorium (de Vries dan Peck, 1958; Woodside, 1958).
Salah satu temuan lain yang lebih teliti dan tepat dibandingkan dengan sebelumnya
adalah termometer radiasi inframerah, yaitu penginderaan jauh untuk mengamati suhu

9
permukaan tanah, baik tanah kosong maupun yang ditanami tanpa menganggu
permukaan tanah. Pemahaman tentang suhu permukaan tanah dan keragamannya
menurut waktu, penting dalam memperkirakan pertukaran energi antara tanah dan
atmosfer, serta dalam menentukan kondisi pembatas bagi perpindahan panas di dalam
tanah.
Suhu tanah merupakan salah satu sifat tanah yang digunakan dalam klasifikasi tanah.
Kelas-kelas suhu tanah atau rejim tanah dibatasi berdasarkan suhu tanah rata-rata tahunan
(mean annual soil temperature) di daerah perakaran pada kedalaman 5 ~ 100 cm. Oleh
karena itu, penggunaan tanah untuk usaha pertanian maupun kehutanan, biasanya
dihubungkan dengan rejim suhu tanah. Suhu tanah diukur pada kedalaman sekitar 50 cm
di bawah permukaan tanah dan dinyatakan dalam derajat Celcius. Beberapa jenis alat
yang digunakan untuk mengukur suhu tanah diantaranya termometer air raksa,
termometer metal atau logam ganda, termometer bourdon dan termometer tahanan listrik.

h. Warna Tanah

Warna Tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang dapat ditentukan dengan
menggunakan Munsell Soil Color Chart menyangkut tiga sifat tanah yaitu: Hue, Value,
dan Chroma. Warna hitam Horizon O dan/atau Horizon A tanah menunjukkan bahwa
tanah tersebut subur dan karenanya dianggap dapat menyediakan berbagai jenis unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Selain
itu, kita juga tahu bahwa warna hitam dari tanah tersebut diakibatkan oleh bahan organik
yang disumbangkan oleh vegetasi yang tumbuh di atasnya.
Sebaliknya, bila kita melihat tanah berwarna merah maka kita akan menganggap bahwa
tanah tersebut telah tua dan tidak produktif lagi. Warna merah menunjukkan bahwa tanah
didominansi oleh mineral sekunder berupa oksida atau hidroksida besi, yang
menunjukkan fase akhir dari perkembangan tanah.
Warna tanah sangat ditentukan oleh kuantitas humus dan bentuk kimia Fe di dalam
tanah. Bila humus di dalam tanah terdapat dalam kuantitas tinggi, tanah berwarna hitam.
Tanah merah menunjukkan bahwa drainase baik, Fe teroksidasi dan tidak terhidrasi. Besi
terdapat dalam keadaan teroksidasi (Fe3+) misalnya sebagai mineral sekunder hematit
(Fe2O3) yang berwarna merah. Warna kuning menunjukkan bahwa Fe terhidrasi dan

10
kadang-kadang oksidasi terjadi dalam jumlah rendah. Besi dalam bentuk teroksidasi dan
terhidrasi, misalnya dalam bentuk mineral sekunder limonit (Fe2O3.3H2O) yang
berwarna kuning coklat. Warna kelabu menunjukkan bahwa tanah selalu tergenang dan
kekurangan oksigen sehingga besi berada dalam keadaan tereduksi (Fe2+) . Dalam tanah
yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, selain berwarna abu-abu (di
daerah yang tereduksi) terlihat juga becak-becak merah atau kuning, yaitu di bagian O2
dapat masuk, yang menyebabkan terjadinya oksidasi Fe. Dari penjelasan ini terlihat jelas
bahwa warna tanah sangat ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
• Jenis mineral dan jumlahnya
• Kandungan bahan organik tanah, dan
• Kadar air tanah dan tingkat hidrasi

Namun demikian, untuk menetapkan warna tanah hanya berdasarkan pandangan


kasat mata saja bisa menyesatkan karena kemampuan mata manusia tidak standar. Oleh
karena itu, kita memerlukan warna standar sebagai pembanding. Untuk menentukan
warna secara cerdik dan standar, kita dapat menggunakan Munsell Soil Color Chart, yang
banyak digunakan dalam ilmu tanah modern. Dengan menggunakan Munsell Soil Color
Chart, penetapan warna tidak bersifat subyektif, tetapi didasarkan pada warna yang telah
dibakukan. Munsell Soil Color Chart terdiri dari tiga sifat warna, yaitu: Hue, Value, dan
Chroma (Harpstead dkk.,1988). Hue adalah warna dominan sesuai dengan panjang
gelombangnya. Value menunjukkan derajat terangnya warna sesuai dengan banyaknya
sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna atau
gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu
atau putih netral ke warna lainnya.
Penyebab beberapa warna tanah :
Warna Penyebab
Hitam Humus tanah sangat tinggi
Merah Fe teroksidasi, tidak terhidrasi
Kuning Fe teroksidasi sedikit; terhidrasi
Kelabu Tanah tergenang; oksigen rendah sehingga Fe tereduksi
Tabel 2. Penyebab Warna Tanah

11
Contoh rekaman warna tanah :
No. Rekaman Hue Value Chroma Warna
1 7,5 YR 5/4 7.5 YR 5 4 Coklat
2 10 R 4/6 10 R 4 6 Merah
3 10 YR 3/2 10 YR 3 2 Coklat
Tabel 3. Rekaman Warna Tanah

Bila untuk suatu tanah di lapang ditemukan dengan beberapa warna, semua warna
harus disebutkan dengan menyebutkan juga warna tanah yang dominan. Warna tanah juga
berbeda tergantung pada kadar airnya: basah, lembab, atau kering. Oleh karena itu, dalam
menentukan warna tanah perlu dicatat apakah warna tanah ditetapkan dalam keadaan
basah, lembab, atau kering.

2.2. Air Tanah


a. Peran Utama

Air Tanah adalah air yang terdapat di dalam pori mikro dan pori meso tanah, yang dalam
keadaan basah (khususnya dalam keadaan jenuh) bisa juga berada di dalam pori makro
tanah. Tanaman menyerap air dari jenis Air Tanah. Bila air tanah diserap oleh akar
tanaman, potensial air di sekitar perakaran tanaman meningkat atau kadar air tanah
menurun. Pada saat demikian, air tanah dari sekitarnya yang masih lembab atau
berpotensial air lebih rendah akan bergerak memasok air ke permukaan akar tanaman.
Di dalam tanah, air diikat oleh gaya adhesi dan gaya kohesi. Gaya adhesi
dimunculkan oleh gaya tarik permukaan partikel tanah terhadap molekul air. Gaya ini
sangat kuat. Kohesi dimunculkan oleh gaya tarik menarik antara molekul air yang satu
dengan molekul air yang lainnya. Kerjasama kedua gaya ini mengakibatkan terikatnya
molekul-molekul air oleh partikel-partikel tanah. Umumnya tanah dengan partikel halus
(liat) mengikat lebih banyak air karena partikel kecil memiliki luas permukaan per satuan
massa yang lebih tinggi dibandingkan dengan partikel kasar (pasir). Air tanah akhirnya
akan diserap oleh akar tanaman. Jumlah air yang diikat oleh tanah dan yang tersedia bagi
tanaman beragam tergantung pada tekstur tanah. Setelah air gravitasi (air yang keluar dari

12
pori tanah akibat gaya gravitasi) bergerak keluar dari sistem tanah, air yang tertinggal di
dalam pori tanah adalah yang paling tersedia bagi tanaman.

b. Siklus Air Tanah

Siklus Air tanah adalah proses siklus yang di alami air di dalam tanah dimulai dari
air yang berada di permukaan bumi yang bergerak meninggalkan tanah dengan cara
menguap karena terpapar cahaya matahari, saat berada di atmosfer uap air berubah
menjadi awan, lalu awan mencair dalam bentuk air hujan dan kembali ke permukaan
bumi, sebagian air hujan akan meresap kedalam tanah dan sebagian lagi akan ke danau,
rawa, sungai hingga kembali ke laut.
Air tanah yang terikat ini tidak bersifat statis, namun dapat bergerak ke segala arah.
Air dapat bergerak ke bawah karena pengaruh gaya gravitasi dan ke segala arah karena
gaya kapiler, yang merupakan kombinasi antara gaya adhesi dan gaya kohesi. Gerakan
air ke bawah oleh gravitasi biasanya melalui pori-pori yang lebih besar. Namun
bersamaan dengan itu, partikel tanah menarik air dari segala arah dengan gaya adhesi dan
gaya kohesi. Bila gaya gravitasi lebih rendah daripada gaya adhesi dan gaya kohesi,
gerakan air ke bawah akan terhenti dan air akan tertahan di dalam tanah, yang kemudian
akhirnya dapat dimanfaatkan oleh tanaman atau menguap. Akar tanaman akan menyerap
air dari lapisan air di sekitar partikel tanah. Air kemudian akan bergerak dari lapisan lebih
tebal ke lapisan air yang lebih tipis. Perpindahan ini disebut dengan gerakan kapiler. Air
akan menuju permukaan akar dari segala arah. Bersamaan dengan gerakan air ini, unsur
hara bergerak menuju akar tanaman. Gerakan ini sangat lambat, sehingga akar tanaman
harus selalu berkembang menuju tempat terdapatnya air.
Gerakan air gravitasi akan melambat bila mencapai wilayah tubuh tanah yang lebih
kering atau mencapai permukaan air bawah tanah, yang merupakan permukaan air tempat
pori tanah semuanya terisi air. Permukaan air bawah tanah ini bisa terdapat di lapisan atas
atau lapisan bawah atau padas. Permukaan danau, sungai, dan lahan basah adalah
permukaan air bawah tanah yang berada di permukaan bumi. Air tanah akhirnya
dimanfaatkan oleh tanaman atau hilang melalui transpirasi, evaporasi, atau drainase. Yang
digunakan oleh tanaman sebagian besar akan hilang melalui transpirasi. Evaporasi
menunjukkan kehilangan air dari permukaan tanah sebagai akibat tanggapan tanah

13
terhadap energi matahari, gerakan air, dll. Dalam kondisi kering, air tanah akan bergerak
ke permukaan tanah secara kapiler dan menguap bila permukaan tanah mengering.
Evaporasi dan transpirasi (Evapotranspirasi) merupakan proses terpenting yang dapat
mengurang cadangan air tanah secara drastik.

c. Sifat-Sifat Fisik – Kimiawi Tanah

Kualitas air tanah ditentukan oleh berbagai sifat fisik dan sifat kimia yang terkandung.
Berdasarkan sifat fisik, kualitas air dapat diketahui mulai dari warna, bau, rasa,
kekeruhan, kekentalan dan suhu air. Rasa air tanah juga dipengaruhi oleh unsur-unsur
garam yang terlarut atau tersuspensi dalam air. Kekentalan air disebabkan oleh partikel
yang terkandung dalam air, dimana semakin banyak kandungan yang ada maka akan
semakin kental airnya. Selain itu, keberadaan suhu air yang tinggi akan membuat air
kemudian semakin ecer. Kekeruhan air ini juga turut dipengaruhi oleh kandungan zat
yang tidak larut oleh air. Misalnya saja pada partikel lempung, lanau, zat organik dan
mikroorganisme. Suhu air juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan, seperti kondisi musim
ataupun cuaca yang terjadi saat siang dan malam serta lokasi air tanah. Zat kimia yang
terdapat dalam air tanah juga berpengaruh terhadap kualitas air, antara lain Kesadahan,
Zat Padat Terluar (Total Disolve Solid atau TDS), Daya Hantar Listrik (DHL), Keasaman
dan Kandungan Ion.
• Kesadahan Air merupakan tingkat kekerasan air yang pada umumnya disebabkan
oleh unsur Ca dan Mg. Air tanah dengan beberapa kandungan metal terlarut,
seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Jika air tanah kemudian mengandung komponen
logam dengan jumlah tinggi maka kemudian akan menyebabkan air sadah.
• Zat Padat yang Terlarut adalah total zat padat yang terlarut dalam air tanah atau
semua zat yang tertinggal setelah air diuapkan pada suhu 103 derajat hingga 105
derajat Celcius. Air baku yang digunakan pada kebutuhan rumah tangga, dan air
minum memiliki batas maksimal kandungan 1.000 mg/l atau disebut dengan baku
mutu air kelas I. Zat-zat terlarut ini diantaranya seperti zat organik lain dalam
jumlah kecil, serta gas, dan garam anorganik.

14
• Daya Hantar Listrik sebagai kemampuan air dalam menghantarkan listrik. Daya
hantar ini dipengaruhi oleh kandungan unsur garam dalam air. Dengan semakin
tingginya unsur garam tersebut maka akan semakin tinggi pula daya hantar listrik
yang ia miliki. Konduktivitas air kemudian dipengaruhi oleh zat pada terlarut,
suhu air dan ion klorida.
• Keasaman Air kemudian dinyatakan dalam pH dengan skala ukur antara 1-14.
Air dengan kualitas yang baik adalah yang memiliki kandungan pH netral yaitu
pH 7, jika pH air lebih dari 7 maka akan bersifat basa sementara jika kurang dari
7 maka akan bersifat asam.
• Kandungan Ion baik itu kation dan anion yang terkandung pada air diukur dalam
satuan part per million (ppm) atau mg/l. Ion-ion yang terkandung dalam air antara
lain Na, K, Zn, Cl, SO4, H2SF, NH4, NO3, NO2, CO2, CO3, HCO3, Ca, Mg,
Al, Fe, Mn, Cu, KMnO4, SiO2, Cr, Cd, Hg, Co, boron, ion-ion logam yang
biasanya jarang dan bersifat racun antara lain Pb, Sn, As.

d. Konsep Energi Air Tanah

Tensiometer adalah alat yang dapat mengukur matriks potensial air tanah, yang
merupakan variabel penting dari lingkungan tanah yang dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman, produksi/hasil tanaman, recharge akuifer, dan pembuangan serta
penimbunan buangan/menghilangkan buangan (buried waste disposal). Total potensial
air tanah adalah jumlah dari komponen-komponen yang tergantung dari gaya/kekuatan
yang menahannya. Komponen-komponen tersebut adalah :
1) Potensial gravitasi (φg) yang proporsional dengan perbedaan elevasi/ketinggian
dari pemilihan pustaka yang berubah-ubah.
2) Potensial matriks (φm), termasuk pengaruh adsorpsi dan kapiler dari fase padat
(solid).
3) Pneumatik tekanan (pressure) potensial (φa) hasil dari tekanan gas luar yang
digunakan terhadap air.
4) Potensial osmotik (φo) yang disebabkan oleh solute dalam air.

15
5) Overburden potensial (φf) yang dipengaruhi oleh berat dari batuan diatasnya, di
atas air pada kondisi nonrigir porous material (Papendick and Campbell, 1981).

Potensial air tanah total :

e. Supply dan Penyerapan Air Tanah

Pergerakan air dari permukaan tanah ke dan melalui tanah disebut asupan air. Ini
adalah ungkapan beberapa faktor termasuk infiltrasi atau penyerapan air tanah.
Infiltrasi yaitu istilah yang diterapkan pada proses masuknya air ke dalam tanah pada
umumnya (tapi tidak harus) melalui permukaan tanah dan vertikal ke bawah. Proses ini
sangat penting karena tingkat suku bunga menentukan jumlah di atas permukaan tanah.
Dengan kata lain, infiltrasi mengacu pada pergerakan masuk dan ke bawah air ke
permukaan tanah. Infiltrasi adalah karakteristik permukaan suatu tanah
1) Tingkat infiltrasi:

Ini adalah tingkat di mana air masuk dari permukaan ke tanah. Awalnya laju infiltrasi
lebih banyak tapi kemudian turun karena tanah menjadi basah. Menurut tingkat masuknya
air dari permukaan ke tanah, laju infiltrasi dikelompokkan ke dalam empat kategori.
• Sangat Lambat: tanah dengan kurang dari 0,25 cm per jam misalnya tanah
liat;
• Lambat: tingkat infiltrasi 0,25 cm sampai 1,25 cm per jam misalnya tanah
dengan tanah liat tinggi;
• Sedang: tingkat infiltrasi 1,25 sampai 2,5cm per jam. misalnya tanah liat
berpasir / silt;

16
• Tingkat infiltrasi yang cepat lebih dari 2,5 cm per jam misalnya tanah liat
lumpur dalam / berpasir;

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi :


• Kompatibilitas permukaan tanah: Permukaan tanah yang kompak
memungkinkan infiltrasi lebih sedikit sedangkan infiltrasi lebih banyak
terjadi dari permukaan tanah yang longgar.
• Dampak turunnya hujan: kekuatan (kecepatan) yang turunnya hujan turun di
lapangan dikatakan berdampak pada turunnya hujan. Ukuran biasa bervariasi
dari 0,5 sampai 4mm diameter. Kecepatan tetesan air hujan 30ft per detik
dan kekuatannya 14 kali beratnya sendiri. Bila dampak tetesan air hujan
lebih dari itu menyebabkan penyegelan dan penutupan pori-pori (kapiler)
terutama pada tanah yang mudah diserap sehingga menghasilkan tingkat
infiltrasi.
• Tutupan tanah: Permukaan tanah dengan tutupan vegetatif memiliki tingkat
infiltrasi yang lebih banyak daripada tanah kosong karena penyegelan kapiler
tidak diamati.
• Tanah Basah: Jika tanah basah, infiltrasi kurang. Di tanah kering, infiltrasi
lebih banyak.
• Suhu tanah : Tanah yang hangat menyerap lebih banyak air daripada tanah
yang dingin.
• Tekstur tanah: Di tanah bertekstur kasar, tingkat infiltrasi lebih banyak
dibandingkan dengan tanah berat. Di tanah bertekstur kasar, jumlah pori
makro lebih banyak. Di tanah liat, retak akibat pengeringan juga
meningkatkan infiltrasi pada tahap awal sampai tanah kembali membengkak
dan menurunkan infiltrasi.
• Kedalaman tanah: Tanah dangkal memungkinkan lebih sedikit air masuk ke
tanah daripada tanah yang terlalu dalam.

17
Permukaan kasar bertekstur, agregat stabil air yang tinggi, lebih banyak bahan organik
di permukaan tanah dan jumlah pori mikro yang lebih banyak, semuanya membantu
meningkatkan infiltrasi. Karena sifatnya yang dinamis dan cukup bervariasi, bisa
dikendalikan oleh praktik manajemen. Praktek budidaya yang melonggarkan tanah
permukaan membuatnya lebih mudah menerima infiltrasi mis. Tentu mulsa bahan organik
meningkatkan infiltrasi.

f. Manajemen Air Tanah

Manajemen atau pengelolaan air tanah merupakan Upaya merencanakan,


melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi tanah,
pendayagunaan air tanah dan pengendalian daya rusak air tanah.
Sesuai pasal 12 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya
Air, dikatakan bahwa didalam pengelolaan ar tanah didasarkan pada konsep Cekungan
Air Tanah (CAT) yaitu suatu wilayah yang dibatasi oleg batas hidrogeologis tempat semua
kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah
berlangsung. CAT meliputi CAT lintas Negara, CAT lintas Provinsi, CAT lintas
Kabupaten/Kota dan CAT dalam satu Kabupaten/Kota. CAT ditetapkan dengan
Keputusan Presiden atas usul Menteri (pasal 13 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumberdaya Air dan Landasan Kebijakan :
• Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan dan penghidupan
rakyat, mengingat fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup.
• Air Tanah harus dikelola secara bijaksana, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.
• Pengelolaan air tanah secara teknis perlu disesuaikan dengan perilaku air tanah
meliputi keterdapatan, penyebaran, ketersediaan dan kualitas air tanah serta
lingkungan keberadaannya.
• Pengelolaan air tanah perlu diarahkan pada keseimbangan antara konservasi dan
pendaya-gunaan air tanah yang terintegrasi dalam kebijakan dan pola
pengelolaan sumberdaya air.

18
• Kegiatan utama dalam pengelolaan air tanah yang mencakup konservasi dan
pendayagunaan air tanah diselenggarakan untuk mewujudkan kelestarian dan
keseimbangan ketersediaan air tanah dan kemanfaatan air tanah yang
berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Prinsip Kebijakan Pengelolaan air tanah meliputi :


• Kelestarian kondisi dan lingkungan air tanah
• Prioritas kebutuhan air pokok hidup sehari-hari dan pertanian rakyat
• Kesejahteraan masyarakat Provinsi atau Kabupaten/Kota pada CAT
• Keadilan dalam memenuhi kebutuhan air
• Penggunaan yang saling menunjang antara air tanah dan air permukaan dengan
mengutamakan penggunaan air permukaan
• Keseimbangan antara konservasi dan penggunaan air tanah.

2.3. Sifat Kimiawi Tanah


a. Anion dan Kation

Di dalam tanah terjadi berbagai reaksi kimia dan biokimia yang penting bagi
pengelolaan pertanian dan lingkungan. Di antara reaksi kimia yang terjadi di dalam tanah
adalah pertukaran kation dan pertukaran anion atau pertukaran ion, reaksi asam-basa, dan
reaksi hidrolisis. Pertukaran Kation adalah sebuah reaksi pertukaran antara kation yang
diikat oleh koloid tanah dengan kation larut di dalam air tanah yang berbatasan langsung
dengan koloid tanah. Pertukaran Anion merupakan reaksi yang sama dengan pertukaran
kation, namun yang dipertukarkan adalah anion.
Anion adalah ion yang bermuatan negatif sehingga dapat berinteraksi secara
elektrostatik dengan ion bermuatan positif. Contoh anion adalah NO3-dan SO42-.
Sedangkan kation adalah ion yang bermuatan positif. contoh kation adalah Cu2+ dan
Zn2+. Pertukaran kation atau anion atau disebut Pertukaran Ion
memiliki sifat-sifat: stoikiometrik, dapat balik, dan dapat dimanipulasi secara kimia.

19
b. Fungsi pH Tanah Sebagai Indikator Kesuburan Tanah

Ada tanah subur dan ada tanah tidak subur. Di tanah yang subur kita tidak mengalami
kesulitan saat menanam tanaman untuk tujuan tingkat produksi tertentu. Di tanah yang
tidak subur, mengharapkan produksi optimum sama artinya dengan menyediakan
berbagai persyaratan yang menuntut input tertentu, misalnya dalam bentuk masukan air
dan pupuk.
Kesuburan tanah selalu berkaitan dengan berbagai sifat fisika, sifat kimia, dan sifat
biologi tanah yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah
subur memiliki sifat-sifat fisika yang baik mencakup: tekstur, struktur, porositas, kadar
air tanah; sifat kimia yang baik mencakup pH, ketersediaan unsur hara makro dan unsur
hara mikro, kandungan bahan organik, C-Organik dan NTotal tanah; dan juga sifat biologi
yang baik mencakup: jenis, populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah.
Tingkat Kesuburan tanaman dipengaruhi oleh kemampuan tanaman menyerap unsur
hara yang tersedia dalam tanah, dan faktor penting yang mempengaruhi proses
penyerapan unsur hara oleh akar tanaman adalah derajat keasaman tanah (pH Tanah). pH
atau potensial of hydrogen tanah merupakan standar pengukuran tingkat keasaman atau
kebasaan suatu lahan dengan skala 0-14. suatu tanah dikatakan asam bila pH tanah
kurang dari 7, dan dikatakan basa bila lebih dari 7. Kondisi tanah yang paling ideal untuk
pertumbuhan tanaman adalah bila pH tanah dalam skala netral (pH 6,5 - 7,8).
Dengan mengetahui pH tanah, petani dapat menentukan tanaman apa yang cocok
untuk ditanam atau dibudidayakan karena setiap tanaman memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Untuk mengetahui tingkat pH tanah dapat menggunakan pH- meter atau
dengan menggunakan kertas lakmus. Pengukuran pH tanah dengan menggunakan pH
meter adalah cara paling mudah. Alat ini kini dapat dibeli bebas dengan harga yang cukup
terjangkau bagi petani. Adapun pengukuran pH tanah dengan menggunakan kertas
lakmus relatif lebih sulit akan tetapi biaya yang dikeluarkan cukup murah.
Manfaat pengukuran pH tanah diantaranya :
• Menentukan tinggi rendahnya unsur hara yang diserap oleh tanaman
• Dapat diketahui bila ada unsur yang beracun dalam tanah
• Mengetahui potensi perkembangan mikroorganisme

20
• Dapat memonitor pengolahan pertanian terhadap penggunaan bahan kimia dan
diketaui dampaknya terhadap lingkungan.

c. Pengapuran Tanah Masam dan Pengaruhnya

Konsep Kemasaman Tanah adalah salah satu prinsip dasar kimia tanah yang
mengindikasikan reaksi tanah. Pada daerah iklim Tropis Basah, pengasaman tanah adalah
proses alamiah (natural). Kemasaman tanah merupakan salah satu masalah utama bagi
pertumbuhan tanaman karena pada tanah dengan pH sangat masam, yaitu pH lebih rendah
dari 4,5 dalam sistem tanah akan terjadi perubahan kimia sebagai berikut : Aluminium
menjadi lebih larut dan beracun untuk tanaman, sebagian besar hara tanaman menjadi
kurang tersedia bagi tanaman, sedangkan beberapa hara mikro menjadi lebih larut dan
beracun, penurunan hasil tanaman, mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang
bersimbiosis dengan tanaman seperti fiksasi nitrogen oleh Rhizobium.
Tanah asam tentunya adalah tanah yang memiliki jumlah pH yang lebih banyak
daripada tanah lainnya. Kedua kondisi ekstrem, yaitu: terlalu asam dan terlalu basa
merupakan kondisi yang sangat merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Akan tetapi, ada beberapa reaksi kimia di alam yang terjadi dalam kondisi pH
netral. Pengelompokan kemasaman tanah berbeda dengan pengelompokkan terhadap
sifat kimia tanah lain, karena untuk kemasaman tanah (pH) dikelompokkan dalam enam
kategori berikut :
• Sangat Masam untuk pH tanah lebih rendah dari 4,5
• Masam untuk pH tanah berkisar antara 4,5 s/d 5,5
• Agak Masam untuk pH tanah berkisar antara 5,6 s/d 6,5
• Netral untuk pH tanah berkisar antara 6,6 s/d 7,5
• Agak Alkalis untuk pH tanah berkisar antara 7,6 s/d 8,5
• Alkalis untuk pH tanah lebih besar dari 8,5.

21
Berikut faktor-faktor yang jadi penyebab tanah menjadi lebih asam (pH lebih rendah) :
• Tata kelola drainase yang buruk sehingga menyebabkan air tergenang secara terus
menerus pada lahan.
• Tanah kekurangan unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
• Kandungan unsur tembaga (Cu), almunium (Al) dan besi (Fe) yang berlebihan
pada tanah
• Dekomposisi bahan organikyang mengeluarkan kalsium (Ca) dari dalam tanah.
• Tingginya curah hujan yang mengakibatkan tercucinya unsur hara pada tanah.
• Berlebihan menggunaankan pupukberbahan kimia.

Mengatasi keasaman tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya
yaitu pengapuran. Tujuan pengapuran ini adalah untuk menaikkan PH tanah dalam jangka
pendek pengapuran efektif, sementara dalam dalam waktu berjalan tanah akan kembali
asam lagi. Selain itu, pengapuran dapat meningkatkan KTK (kapasitas tukar kation) tetapi
sekali lagi, ini dalam waktu yang relatif, karena tanah selelu memiliki system penyangga.
Pengapuran dengan ditambahd olomit (Ca, Mg(Co)2) akan dapat membatu menurunkan
kadar logam dalam tanah. Tetapi perlu menjadi perhatian kebanyakan Ca dan Mg dalam
tanah juga akan mempengaruh ikeseimbangan hara dalam tenah, sehingga penggunaan
dolomite perlu bijaksana.

2.4. Bahan Organik Tanah


Bahan organik tanah merupakan semua senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
baik bersal dari tanaman maupun hewan. Dari segi prespekti biologi tanah bahan organik
merupakan sumber makanan utama bagi organisme tanah dan merupakan titik awal rantai
energy atau aliran energy bagi organisme (organotrof/ heterotroph) yang tidak dapat
menggunaan sinar matahari sebagai sumber energynya dalam ekosistem tanah. Secara
umumnya bahan organic adalah bahan bakar bagi organisme tanah sehingga tanah tetap
produktif (aktif) atau bahan bakar bagi mesin biologis dalam tanah.

22
a. Komposisi Biokimiawi

Dalam melakukan aktivitasnya untuk memperoleh energi dari bahan organik,


mikroorganisme, makroorganisme, dan akar tanaman memproduksi berbagai jenis enzim.
Karena bekerja dalam biosiklus berbagai jenis unsur hara di dalam sistem tanah (Tate III,
1987; Tabatabai, 1982), enzim ini disebut Enzim Tanah. Seperti pada umumnya enzim,
Enzim Tanah berperan sebagai katalisator. Katalisator berperan mempercepat reaksi
biokimia tanah yang merombak reaktan membentuk produk-produk tertentu tanpa terlibat
dalam reaksi tersebut. Dengan demikian, setelah reaksi berlangsung, enzim tanah akan
kembali menjadi senyawa seperti semula sehingga dapat kembali berpartisipasi
mempercepat reaksi biokimia yang sama.
Sumber utama enzim tanah adalah berasal dari aktivitas mikro-organisme dan
sebagian kecil berasal dari akar tanaman dan hewan-hewan tanah yang berukuran
meso maupun makro. Didalam tanah enzim berinteraksi dengan komponen-komponen
tanah seperti liat (clay), bahan organik (humus) dan komponen lainnya baik organik
maupun anorganik dan dapat membentuk kompleks dengan komponen-komponen
tersebut. Dengan adanya interaksi tersebut enzim mengalami berbagai dinamika seperti
terakumulasi, ter-immobilisasi, ter-aktivasi dan berbagai dinamika lainnya. Jumlah dan
aktivitas enzim tanah sangat bervariasi untuk setiap jenis tanah tergantung oleh banyak
faktor, diantaranya sifat fisik, kimia, biologi, kandungan bahan organik tanah,
komposisi dan aktivitas organisme tanah dan intensitas proses biologi di dalam
tanah (Stevenson, 1986).
Karena enzim tanah sumber utamanya berasal dari aktivitas (metabolisme dan
reproduksi) mikroorganisme tanah, maka keberadaan enzim di dalam tanah berkaitan
2 dengan keberadaan bahan organik di dalam tanah, sebab bahan organik merupakan
sumber energi bagi mikroorganisme tanah. Oleh sebab itu, secara umum, aktivitas
enzim tanah akan menurun seiring dengan semakin dalamnya tanah karena umumnya
kandungan bahan organik juga menurun dengan semakin dalamnya tanah.

23
b. Proses dan Laju Dekomposisi

Dekomposisi adalah proses alami yang krusial dalam sirkulasi materi dalam
ekosistem. Ini melibatkan aktivitas mikroorganisme dan organisme lainnya yang
merombak bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana, menghasilkan nutrisi
yang dapat diserap kembali oleh tanaman dan makhluk hidup lainnya.
Dekomposisi melibatkan berbagai jenis proses yang terjadi saat bahan organik terurai
menjadi komponen yang lebih sederhana. Meliputi Dekomposisi mikrobia, fisik, kimia,
aerobik dan anaerobik, daun (Litter Decomposition),tanah, air, sisa hewan, dan bahan
organik buatan manusia.
Proses dekomposisi melibatkan beberapa tahapan yang terjadi secara berturut-turut.
Meskipun tahapan-tahapan ini dapat tumpang tindih dan bervariasi tergantung pada
kondisi lingkungan dan jenis bahan organik yang terurai, umumnya proses dekomposisi
melibatkan tahapan-tahapan berikut:
• Fragmentasi dan Pemecahan: Tahap awal dekomposisi melibatkan fragmentasi
bahan organik menjadi bagian yang lebih kecil oleh aktivitas organisme seperti
serangga, cacing tanah, dan mikroorganisme. Pemecahan ini memfasilitasi akses
mikroorganisme ke permukaan bahan organik.
• Leaching (Pengeluaran Zat Larut): Air hujan dan air tanah dapat membawa zat-zat
larut dari bahan organik yang terurai ke dalam tanah. Proses ini menghasilkan lindi
atau larutan organik yang berisi senyawa-senyawa sederhana yang dapat diserap
oleh tanaman dan mikroorganisme.
• Kehilangan Nutrisi dan Energi: Selama tahap awal dekomposisi, mikroorganisme
yang terlibat dalam dekomposisi memanfaatkan nutrisi dan energi yang terkandung
dalam bahan organik. Nutrisi ini digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi
mikroorganisme.
• Aktivitas Mikrobia: Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur memainkan peran
penting dalam menguraikan bahan organik. Mereka menghasilkan enzim yang
mengurai senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, seperti gula
dan asam amino.

24
• Pertumbuhan Populasi Mikroba: Selama dekomposisi berlanjut, populasi
mikroorganisme akan berkembang dan berkembang biak karena ketersediaan nutrisi
yang meningkat. Hal ini dapat meningkatkan laju dekomposisi.
• Pemanasan dan Produksi Panas: Aktivitas mikroorganisme dalam dekomposisi
menghasilkan panas sebagai produk sampingan. Ini dapat mengakibatkan
pemanasan lokal di sekitar bahan organik yang terurai, yang dapat memengaruhi
suhu lingkungan mikro.
• Pertumbuhan Organisme Detritivor Lainnya: Organisme detritivor lainnya, seperti
cacing tanah, kutu buku, dan serangga detritivor lainnya, dapat bergabung dalam
proses dekomposisi dengan mengonsumsi bahan organik yang terurai.
• Pembentukan Humus: Humus adalah hasil akhir dari dekomposisi yang terbentuk
dari sisa-sisa organisme mikroba, produk-produk dekomposisi yang lebih
sederhana, dan bahan organik yang sudah terurai. Humus adalah materi organik
stabil yang memberikan manfaat bagi struktur tanah, penahan air, dan peningkatan
kesuburan tanah.
• Penyerapan Nutrisi oleh Tanaman: Nutrisi yang dihasilkan dari proses dekomposisi,
seperti mineral-mineral dan senyawa organik sederhana, dapat diserap oleh akar
tanaman, mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Tahapan-tahapan ini mewakili proses yang kompleks dan terus berlangsung di alam.
Dekomposisi berkontribusi pada daur ulang nutrisi, peningkatan kesuburan tanah, dan
keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

c. Pengaruh Tanaman dan Bahan Organik Tanah

Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan


organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan
cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan
organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar
mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.

25
1) Pengaruh Langsung Bahan Organik pada Tanaman

Melalui penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat
diserap langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Dulu
dianggap orang bahwa hanya asam amino, alanin, dan glisin yang diserap tanaman.
Serapan senyawa N tersebut ternyata relatif rendah daripada bentuk N lainya. Tidak
dapat disangkal lagi bahwa bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh dan
vitamin serta pada waktu-waktu tertentu dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan
jasad mikro.
Bahan organik ini merupakan sumber nutrien inorganik bagi tanaman. Jadi tingkat
pertumbuhan tanaman untuk periode yang lama sebanding dengan suplai nutrien
organik dan inorganik. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan langsung utama bahan
organik adalah untuk menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik
kedalam tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang
dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang bisa
dilakukan oleh para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena tumbuhan sudah
mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan organk yang ditambahkan kedalam tanah
tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila pememkuaan tanah dindungi
dengan bahan organik.

2) Pengaruh Tidak Langsung Bahan Organik pada Tanaman

Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan


pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Bahan organik
tanah mempengaruhi sebagian besar proses fisika, biologi dan kimia dalam tanah. Bahan
organik memiliki peran kimia di dalam menyediakan N, P, dan S untuk tanaman peranan
biologis di dalam mempnegaruhi aktifitas organisme mikroflora, dan mikrofauna, serta
peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.

26
Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut.
Besarnya pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama
lingkungan. Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat
humus maka dapat dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat dan
ciri tanah.

d. Potensi Tanaman Pupuk Hijau

Pupuk hijau adalah tanaman yang ditanam secara sementara dengan tujuan
memperbaiki kualitas tanah. Tanaman ini kemudian dicacah dan ditambahkan ke tanah
sebagai pupuk organik. Pupuk hijau umumnya terdiri dari jenis tanaman tertentu, seperti
legum atau rumput tertentu, yang memiliki kemampuan untuk menyerap nutrisi dari tanah
dan mengakumulasikan bahan organik yang berharga.
Manfaat pupuk hijau :
• Meningkatkan Kandungan Bahan Organik
Salah satu manfaat utama pupuk hijau adalah meningkatkan kandungan bahan
organik dalam tanah. Tanaman pupuk hijau tumbuh dengan cepat dan
menghasilkan biomassa yang melimpah. Setelah dicacah dan ditambahkan ke
tanah, biomassa ini akan memperkaya tanah dengan bahan organik yang penting.
Bahan organik membantu meningkatkan struktur tanah, meningkatkan retensi air,
dan meningkatkan aktivitas organisme tanah yang bermanfaat.
• Meningkatkan Kualitas Tanah dan Retensi Air
Pupuk hijau juga berperan dalam meningkatkan kualitas fisik tanah. Akar tanaman
pupuk hijau merangsang pembentukan agregat tanah, yang meningkatkan struktur
tanah dan memungkinkan sirkulasi udara dan air yang lebih baik. Selain itu,
sistem akar yang dalam membantu meningkatkan retensi air tanah, sehingga
mengurangi risiko kekeringan dan memungkinkan tanaman lain untuk mengakses
air yang tersedia dengan lebih baik.

27
• Menekan Pertumbuhan Gulma dan Mengendalikan Hama dan Penyakit
Pupuk hijau juga memiliki efek penekanan terhadap pertumbuhan gulma.
Tanaman pupuk hijau yang tumbuh rapat dapat menutupi dan menghalangi sinar
matahari yang diperlukan oleh gulma untuk tumbuh. Selain itu, beberapa tanaman
pupuk hijau juga menghasilkan senyawa kimia tertentu yang dapat menghambat
pertumbuhan gulma.
• Meningkatkan Ketersediaan Nutrisi
Salah satu manfaat utama pupuk hijau adalah kemampuannya dalam
meningkatkan ketersediaan nutrisi dalam tanah. Beberapa tanaman pupuk hijau,
seperti kacang-kacangan, memiliki kemampuan untuk memfiksasi nitrogen dari
udara ke dalam tanah melalui simbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen. Nutrisi
lainnya juga dilepaskan ke tanah saat biomassa pupuk hijau terdekomposisi, yang
kemudian dapat diambil oleh tanaman lain.
• Manfaat Lingkungan dan Ekonomi
Dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis, pupuk hijau
membantu mengurangi polusi lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Selain itu, pupuk hijau juga dapat mengurangi erosi tanah, sehingga menjaga
keberlanjutan lahan pertanian.
Dari segi ekonomi, penggunaan pupuk hijau dapat memberikan keuntungan bagi
petani. Dengan mengurangi pengeluaran untuk pupuk kimia dan pestisida, petani
dapat menghemat biaya produksi. Selain itu, meningkatnya produktivitas tanah
dan hasil panen juga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Pupuk hijau merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan kualitas
tanah di daerah tropis. Dengan meningkatkan kandungan bahan organik, mengoptimalkan
ketersediaan nutrisi, dan mengendalikan gulma dan penyakit, pupuk hijau dapat
membantu menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan. Penting bagi petani dan
praktisi pertanian untuk mengenal potensi pupuk hijau dan menerapkannya dengan baik
untuk meningkatkan kualitas tanah dan keberlanjutan pertanian di daerah tropis.

28
2.5. Biota Tanah
Tanah adalah rumah bagi seperempat keanekaragaman hayati dunia dan berada di
antara habitat paling kompleks di bumi. Biota tanah berperan dalam banyak fungsi tanah
yang esensial, seperti siklus hara, retensi karbon dan air, pembentukan tekstur tanah, dan
interaksi dengan komunitas tumbuhan. Interaksi yang paling intens antara mikroba dan
tanaman terjadi di rizosfer, di mana tanaman dapat memilih dan menggerakkan subset
komunitas mikroba dengan melepaskan rhizodeposit, berbagai zat yang mengandung
karbon.
a. Fauna Tanah

Semua kehidupan makhluk hidup di dalam tanah dapat menentukan sifat biologi
tanah. Sifat biologi tanah berkaitan dengan semua aktivitas fauna tanah baik yang hidup
di permukaan tanah maupun di dalam tanah. Fauna tanah menjadi komponen biologi
tanah karena berperan penting dalam proses penggemburan tanah. Fauna tanah tidak
hanya fauna yang hidup di tanah,tetapi juga yang berada di permukaan tanah dan di dalam
tanah. Keberadaan fauna tanah sangat bergantung pada ketersediaan energi dan sumber
makanan untuk keberlangsungan hidupnya, yaitu ketersediaan bahan organik dan
biomassa yang berkaitan dengan siklus karbon dalam tanah. Beare dkk (1995)
menyatakan bahwa fauna tanah berpengaruh terhadap karakteristik fisik, kimia dan
biologi tanah, dimana struktur komunitas biotik dapat mempengaruhi siklus biogeokimia
yang terjadi di dalam tanah. Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dibedakan
menjadi empat kelompok yaitu mikrofauna,mesofauna, makrofauna, dan megafauna
(Hindun dkk, 2020)

1) Mikrofauna

Mikrofauna adalah fauna tanah yang memiliki ukuran diameter tubuh antara
0,02-0,2Peranan dari mikrofauna tanah pada sifat fisik dan kimia memerankan mikroba
(fungi, bakteri, protozoa dan lain-lain) dalam proses perombakan bahan-bahan di dalam
tanah (Wibowo & Rizqiyah, 2014). Di dalam tanah mikrofauna berinteraksi dengan
makrofauna yang berperan dalam menjaga kesuburan tanah dengan cara menyediakan
unsur hara bagi tanaman. Mikrofauna mengendalikan populasi organisme patogen/ racun,

29
memperbaiki struktur tanah, mineralisasi dan pelepasan unsur hara, mencampur bahan
bahan organik dengan tanah, dan membantu pendistribusian mikroba. Mikrofauna dapat
dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu nematoda dan protozoa.
Nematoda adalah cacing gelang tidak bersegmen. Nematoda menjadi mikrofauna
penting selain protozoa yang memiliki keragaman tinggi dan merupakan hewan
mikroskopik dengan panjang tubuh < 2mm dengan diameter 0,05 mm. Nematoda sangat
sering digunakan menjadi bioindikator karena informasi taksonomi dan peranan
makanannya yang cukup tersedia. Nematoda juga menempati posisi sentral pada jaringan
makanan seresah (Coto dkk, 2004 ; Anwar dkk, 2008). Hewan yang termasuk nematoda
adlah Ominvorious dan Perdaceus. Nematoda tanah dikelompokkan berdasarkan
kebutuhan makanan seperti pemakan akar, pemakan rambut akar, pemakan hifa fungi,
pemakan bakteri, omnivora, dan juga predator. Kelompok lain dari mikrofauna adalah
protozoa yang mempunyai ciri bersel tunggal, memiliki membran nukleas, dapat hidup
sendiri ataupun berkelompok, merupakan parasit, dan bergerak menggunakan kaki
semua, silia, atau flagella. Jenis protozoa yang banyak dijumpai di tanah basah adalah
flagellata. Flagellata bergerak menggunakan flagel yang digunakan juga sebagai alat
indra dan alat bantu menangkap makanan. Peran protozoa dalam tanah yaitu dapat
menjaga kesuburan tanah dengan menyediakan suplai nitrogen, mengendalikan populasi
bakteri, dan sebagai indikator keberadaan sumber minyak, gas, dan mineral (Sulistyowati,
2014).

2) Mesofauna

Mesofauna tanah merupakan hewan yang hidup baik di permukaan maupun di dalam
tanah dengan ukuran tubuh 100 µ – < 2 mm. Contoh dari mesofauna tanah, diantaranya
adalah sebagai berikut :
• Collembola
Collembola disebut juga sebagai ekor pegas yang merupakan binatang renik
karena berukuran 0,1 – 0,9 mm dan memiliki tubuh yang lunak. Habitat utama
dari Collembola adalah permukaan tanah yang banyak mengandung humus dan

30
seresah. Peran dari hewan ini adalah sebagai perombak bahan organik, pemakan
jamur dan indikator perubahan keadaan tanah (Niwangtika dan Ibrohim, 2017).
• Acarina
Acarina merupakan salah satu fauna tanah yang termasuk pada fillum Arthropoda
dan kelas Arthropoda yang memiliki 3 pasang kaki, tubuh berukuran pendek, tidak
memiliki segmen yang jelas dan tidak bersayap. Acarina banyak ditemukan pada
akar – akar pohon, humus, dan banyak hidup pada tumpukan kayu yang telah
membusuk. Acarina berperan untuk dekomposisi seresah, berpengaruh dalam
dinamika populasi jamur, dan sebagai kontrol biologi atau predator terhadap telur
dan larva nematoda lainnya (Utomo et al. 2019).
• Enchytraeidae
Enchytraeidae merupakan salah satu jensi cacing tanah yang termasuk ke dalam
fillum Annelida karena tubuhnya tersusun atas segmen – segmen cincin. Peran
dari Enchytraeidae adalah untuk menyediakan nutrisi yang mudah dimanfaatkan
tanaman dari proses metabolismenya, memperbaiki aerasi dan drainase tanah,
serta dapat memperbaiki struktur tanah.
• Rotifera
Rotifera merupakan salah satu dari fillum Pseudoselomata dengan panjang sekitar
0,1 0,5 mm. Ciri khusus dari Rotifera adalah memiliki cillia / bulu getar pada
bagian kepalanya. Secara umum, mesofauna tanah ini berperan sebagai
dekomposer yang mampu mengubah bahan – bahan organik menjadi unsur hara
tertentu yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Mesofauna tanah juga dapat
mempertahankan dan mengendalikan produktivitas tanah dengan meningkatkan
aerasi tanah, infiltrasi air, agregasi tanah, serta mendistribusikan bahan organik
tanah (Purwanto et al. 2017). Mesofauna tanah dapat menjadi indikator kesuburan
tanah dan memiliki peran penting dalam proses dekomposisi bahan organik di
lantai hutan karena bahan organik tanah merupakan sumber energi yang
dibutuhkan mesofauna tanah untuk beraktivitas dan melanjutkan hidupnya.
Semakin besar kandungan bahan organik di lantai hutan, maka jumlah individu,
jumlah jenis dan tingkat keanekaragaman jenis mesofauna tanah akan semakin
tinggi (Mahendra et al. 2017).

31
3) Makrofauna

Makrofauna merupakan fauna tanah yang memiliki diameter tubuh antara 2-20 mm.
Secara umum makrofauna berperan besar dalam proses dekomposisi, aliran karbon,
redistribusi unsur hara, siklus unsur hara, bioturbasi, dan pembentukan tanah. Peran aktif
makrofauna tanah tersebut dapat mempertahankan serta meningkatkan produktivitas
tanah dengan dukungan faktor lingkungan disekitarnya. Makrofauna juga berperan besar
memperbaiki sifat-sifat fungsional tanah. Oleh karena itu, fauna tanah dapat dijadikan
bioindikator. (Nurrohman dkk, 2015).
Contoh fauna tanah yang termasuk makrofauna adalah cacing, semut, dan rayap.
Secara spesifik, makrofauna memiliki peran masing masing dalam tanah. Biomassa
cacing tanah dapat menjadi bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH,
keberadaan horison organik, kelembaban tanah, dan kualitas humus. Rayap berperan
dalam pembentukan struktur tanah dan dekomposisi bahan organik. (Anderson dalam
Maftu’ah dkk, 2018).

4) Megafauna

Megafauna tanah merupakan hewan yang hidup di permukaan tanah dengan


ukuran tubuh berkisar antara 20 – 200 mm, contohnya adalah Megascolicidae,
Insectivore atau Invertebrata besar lainnya yang dapat mengubah struktur tanah akibat
pergerakan dan perilaku makan. Pada umumnya, megafauna tanah banyak dijumpai di
permukaan tanah, seperti bekicot, serangga, cacing tanah, tikus kecil, reptil, dan amfibi.
Peran megafauna tanah adalah untuk mengatur komposisi tanah, mengatur proses
pelepasan unsur – unsur hara pada tanah dan pelepasannya, mengatur kompetisi antara
satu tumbuhan dengan tumbuhan lainnya, dan membantu mendistribusikan ulang bahan
organik tanah serta unsur hara

32
Gambar 2. Biota Tanah (Sumber : Soil Fauna Assemblages book

Fauna tanah memainkan peranan yang sangat vital bagi kesuburan tanah. Segala proses
yang ada di dalam tanah sangat bergantung pada keberadaan fauna dalam tanah. Peranan
dari fauna tanah antara lain dapat memperbaiki kesuburan tanah dengan
menghancurkannya secara fisik, memecah bahan menjadi humus, menggabungkan bahan
yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas, sebagai parameter kualitas tanah dan
membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah. Selain
itu fauna tanah berperan juga pada aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur
hara, dan pembentukan struktur tanah (Anderson, 1994).

33
Sifat fauna tanah yang sensitif terhadap perubahan kondisi lahan banyak menyebabkan
hilangnya fauna tanah. Oleh karena itu perlu dikurangi atau dihindarkan dari kemerosotan
biodiversitas fauna tanah diantaranya penggunaan herbisida atau bahan kimia lainnya
sehingga diharapkan ekosistem lahan tersebut terjaga dengan baik. Sebegitu pentingnya
peran fauna dalam kesuburan tanah menjadikan perlunya cara untuk mempertahankan
keberadaan fauna dalam tanah.

b. Mikrobia Tanah

Mikroba tanah adalah mikroorganisme yang hidup dalam tanah. Mereka termasuk
bakteri, jamur, virus, alga, dan protozoa. Mikroba tanah berperan penting dalam siklus
nutrisi tanah, dekomposisi bahan organik, pembentukan struktur tanah, dan
keseimbangan ekosistem tanah secara keseluruhan.
Berikut adalah beberapa jenis mikroba tanah dan peran mereka:
1) Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme terkecil dalam tanah. Beberapa bakteri tanah
dapat membantu dalam pengikatan nitrogen (nitrogen-fixing bacteria) dan
mengubah nitrogen atmosfer menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh
tanaman. Bakteri juga berperan dalam dekomposisi bahan organik dan
mineralisasi nutrisi dalam tanah.
2) Jamur
Jamur tanah termasuk dalam kelompok besar yang mencakup baik fungi tanah
saprofitik maupun mikoriza. Fungi saprofitik bertanggung jawab untuk
dekomposisi bahan organik, mengurai senyawa kompleks menjadi nutrisi yang
dapat diambil oleh tanaman. Jamur mikoriza berkolaborasi dengan akar tanaman
membentuk simbiosis mutualistik, di mana mereka membantu dalam penyerapan
nutrisi dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
3) Alga
Alga adalah mikroorganisme fotosintetik yang hidup di tanah. Mereka
menggunakan energi matahari untuk menghasilkan makanan melalui fotosintesis.
Alga berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan agregasi

34
tanah, serta menyediakan nutrisi dan kelembaban yang diperlukan oleh mikroba
tanah lainnya.
4) Protozoa
Protozoa adalah organisme uniseluler yang hidup di tanah. Mereka makan
bakteri, jamur, dan organisme mikroskopis lainnya dalam tanah. Peran utama
protozoa adalah sebagai predator dan konsumen dalam rantai makanan tanah.
Mereka membantu dalam mengendalikan populasi bakteri dan mempertahankan
keseimbangan ekosistem tanah.

Mikroba tanah berperan penting dalam menjaga kesehatan tanah dan keberlanjutan
pertanian. Mereka berkontribusi pada siklus nutrisi tanah, peningkatan agregasi dan
porositas tanah, serta mengurangi penyakit tanaman dengan berkompetisi dengan
patogen. Penggunaan praktik pertanian berkelanjutan seperti penggunaan pupuk organik,
penutup tanah, dan rotasi tanaman yang baik dapat mempromosikan aktivitas mikroba
tanah yang sehat dan beragam, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas tanah dan
produktivitas pertanian.

35
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tanah adalah sebuah sumberdaya alam tak terbarukan yang besifat unik. Unik karena
tanah terbentuk dari bahan induk di bawah pengaruh intensif berbagai faktor selama
ratusan bahkan ribuan tahun. Tanah memiliki berbagai sifat fisika, kimia, dan biologi
yang memungkinkan tanah dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Tanah
memiliki struktur dan membentuk pori-pori tanah yang sangat mendukung penyimpanan
air dan hara serta menopang kehidupan mikroorganisme dan makroorganisme tanah serta
akar tanaman. Tanah juga memiliki koloid tanah yang bersifat organik dan nir-organik
dengan permukaan aktif yang sangat luas, yang berguna untuk penyimpanan sementara
unsur hara pupuk dan mengurangi pengaruh pencemaran oleh berbagai logam berat serta
berbagai senyawa toksik. Tanah juga mengandung berbagai mikroorganisme tanah dan
kehidupan lain seperti cacing, semut, tikus, dan marmut yang bermanfaat dalam
pengelolaan pertanian dan lingkungan.
Dari sudut pandang pengelolaan lingkungan, tanah juga merupakan sebuah prosesor
alami yang dapat membersihkan bahan-bahan beracun sehingga hasil akhirnya tidak
membahayakan lingkungan. Misalnya, logam berat di dalam berbagai limbah dapat
diimobilisasi di dalam sistem tanah. Ini karena koloid tanah memiliki kemampuan luar
biasa dalam menyaring logam berat dalam limbah. Logam berat diikat oleh koloid tanah
atau dikompleks dan kemudian diendapkan oleh berbagai ligan yang terdapat di dalam
sistem tanah. Kedua proses ini saja sudah cukup untuk menetralkan logam berat supaya
tidak larut dan terhindar dari penyerapan oleh tanaman maupun pencucian oleh air
perkolasi yang berpotensi mencemari Air Bawah Tanah.
Bila karena suatu sebab tanah ‘rusak’ maka akan sangat sulit untuk mengembalikan
kepada sifatnya semula. Sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah tidak dapat kembali
seperti semula: agregasi dan struktur tanah terganggu, porositas tanah menurun, koloid
tanah tidak berperan maksimum akibat rendahnya pH tanah, pH tanah terlalu asam,
kandungan bahan organik tanah menurun drastis, dan kehidupan biologi bergeser.

36
Contoh-contoh kerusakan tanah ini hanya sedikit yang dapat disebut namun sangat
memengaruhi berbagai fungsi tanah.
Oleh karena itu, tanah harus dipelihara. Pemeliharaan ini tentunya tidak dapat
dilakukan oleh mereka yang tidak memahami ilmu tanah, tetapi dapat dilakukan dengan
mudah oleh mereka yang memahami ilmu tanah dengan dukungan pemerintah dan
swasta. Pemeliharaan ini harus dapat menciptakan atau memelihara sifat fisika, kimia,
dan biologi dalam kondisi yang ideal, sehingga tanah dapat menopang kehidupan dan
melaksanakan tugas-tugas lainnya dengan baik.

3.2. Saran
Dalam mempelajari makalah ini, diharapkan tidak hanya sekedar diketahui namun
benar-benar dipahami dan menjadi bahan pembelajaran materi Ilmu Tanah pada substansi
Sifat-Sifat Dasar Tanah.
Penulis menyadari kekurangan dari makalah ini sehingga diharapkan adanya
masukan berupa kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan pembuatan
makalah ini dan bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.

37
DAFTAR PUSTAKA

Afandi. 2005. Fisika Tanah I. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Bandar Lampung
Afandi, R. Widiastuti, dan M. Utomo. 1997a. Upaya rehabilitasi sifat fisika tanah Ultisol
melalui pencampuran tanah lapisan atas, lapisan bawah, dan bahan organik. J. Tanah
Trop., 4:83-88.
Afandi, Indarto, Sugiatno, dan M. Utomo. 1997b. Pemadatan tanah pada pertanaman tebu
lahan kering Keprasan I akibat penerapan beberapa cara pengolahan tanah dan
pemberian mulsa ampas tebu. J. Tanah Trop., 4:89-93.
Banuwa, I.S., M.A. Pulung, dan M. Utomo. 2003b. Pengaruh pemberian sisor (night soil)
terhadap serapan NPK dan hasil tanaman jagung (Zea mays L.). J. Tanah Trop., 16:111-
115.
Banuwa, I.S. dan A.A. Damai. 2003. Pengaruh pemberian sisor (night soil) terhadap
ketersediaan dan serapan unsur hara NPK serta produksi tanaman kedelai (Glycine
max L.). J. Tanah Trop., 17:67-72.
Corey, R.B. 1964. Soil Analysis. (Terjemahan oleh A.K. Salam, 1994). Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Direktorat Penyelidikan Masalah Air. 1983. Pengendalian Pencemaran Logam Berat
Daerah Jabotabek dan Teluk Jakarta. Direktorat Jenderal Pengairan Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Djuangsih, N. 1992. Pencemaran logam di lingkungan. Makalah Penataran Ekologi
Pencemaran di Universitas Lampung. Bandar Lampung, 3 Des.1992.
Handayani, I.P. dan P. Prawito. 1998. Dinamika mineralisasi karbon dan nitrogen pada
lahan alang-alang (Imperata cylindrica). J. Tanah Trop., 7:93-102.
Handayani, I.P. 2001. Comparison of soil quality in cultivated fields and grassland. J.
Tanah Trop., 12:135-143.
Hidayatullah, M.A. 2020. Ketersediaan dan Serapan Cu dan Zn oleh Rumput Gajah
(Penisstum purpureum) pada tanah 21 tahun setelah tercemar logam berat dan dikapur.
Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

38
Husnain, A. Rasyidin, S. Prima, dan L.R. Wiidowati. 2003. Pengaruh iklim dan topografi
terhadap ketersediaan hara C, N, dan P. J. Tanah Trop., 17:89-101.
Kurnia, Undang. F. Agus. A. Adimihardja et al. 2006. Sifat Fisik Tanah Dan Metode
Analisisinya. Bogor:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian
Milanti, M. 2019. Pengembangan Teknik Analisis Kadar Tembaga dalam Tanah Tropika.
Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Prasetyo, B.H. D. Santoso. dan L. Retno. 2009. Analisis Kimia Tanah. Tanaman. Air. dan
Pupuk. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian
Pujiyanto, Sudarsono, A. Rachim, S. Sabiham, A. Sastiono, dan J.B. Baon. 2003.
Pengaruh bahan organik dan jenis tanaman penutup tanah terhadap bentuk bahan
organik tanah distribusi agregat, dan pertumbuhan kakao (Theobroma cacao L.). J.
Tanah Trop., 17:75-87.
Salam, Abdul Kadir. 2020. ILMU TANAH. Bandar Lampung: GLOBAL MADANI
PRESS
Salam, A.K. 1989. Relative Rates of Plant Nutrient Release Through Weathering of Soil
Minerals. MS Thesis. University of Wisconsin, Madison.
Salam, A.K. dan R.B. Corey. 1993. The soil potassium-supplying capacities measured by
resin methods. Indon. J. Tropic. Agric., 4(2):47-52.
Salam, A.K. 1993. Residu kadmium dalam tanah 15 tahun setelah tanah diperlakukan
dengan limbah industri dan kapur. Pros. Sem. Nas. Penanganan Limbah Industri
Tekstil dan Limbah Organik. Bogor, 17 Nov. 1993.
Salam, A.K. dan N. Maswah. 1994. Pengaruh P dan pH terhadap besi dan mangan tersedia
pada Ultisol masam dari Lampung. Hlm. 135-142. Dalam A. Djausal, M. Utomo, dan
Yohannes (Ed.). Pros. Sem. Mitigasi Bahaya Gempa dan Hasil Penelitian Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Salam, A.K. dan P.A. Helmke. 1995. Pengukuran aktivitas ion bebas logam berat di dalam
larutan tanah dengan metode analisis Donnan. J. Ilmiah Ilmu Pertanian, 3(1):13-19.
Salam, A.K. 1995a. Imobilisasi logam berat di dalam tanah selama 15 tahun. J. Ilmiah
Ilmu Pertanian,3(1):20-27.

39
Salam, A.K. 1995b. Pola hubungan ketersediaan unsur hara mikro kelompok logam berat
dengan pH dan fosfor pada Ultisol Gunung Sugih Lampung Tengah. J. Pen. Pengb.
Wil. Lahan Kering. 16:1-11.
Salam, A.K. 1995c. Pengaruh abu volkan terhadap sifat kimia tanah masam. Hlm. 143-
159. Dalam A. Djausal, M. Utomo, dan Yohannes (Ed.). Pros. Sem. Mitigasi Bahaya
Gempa dan Hasil Penelitian. Univ. Lampung, Bandar Lampung.
Salam, A.K. 1996. Aktivitas enzim fosfatase pada lahan kopi berlereng dengan beberapa
teknik pengendalian gulma. Pros. Konf. HIGI (1996):77-84.
Saraswati, Rasti E. Husein. dan R. Simanungkalit. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah.
Bogor:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Widowati, W., A. Sastiono, dan R.J. Rumampuk. 2008. Efek Toksik Logam: Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran. Penerbit Andi, Yogyakarta.

40

Anda mungkin juga menyukai