Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENYEHATAN TANAH

SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH

Disusun Oleh: Kelompok 8


2D3A

1. Alia Vivi Az Zahra (P21345120005)


2. Cholifah Wahyu Ari Handayani (P21345120015)
3. Dindya Luthfiah Fa’izah (P21345120018)
4. Muhammad Raihan Rizky Nugroho (P21345120038)

PROGRAM STUDI D-III JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JAKARTA 2 2021
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120
Telp. 021.739741, 7397643 Fax. 021.7397769
E-mail: info@poltekkesjkt2.ac.id
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, petunjuk dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Sifat-sifat
Kimia Tanah” ini telah selesai disusun untuk memenuhi tugas Penyehatan Tanah.

Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini, terutama kepada Ibu Dr.Wartiniyati,
SKM. M.Kes selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing kami sehingga
makalah ini telah selesai disusun.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan, untuk itu kami meminta maaf dan tentunya juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi kami dan bagi para pembaca.

                                                                                                           

Jakarta, 18 September 2021

Kelompok 8

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Pengertian dan Peranan Sifat Kimia Tanah.................................5
2.2 Macam-macam Sifat Kimia Tanah (pH, Koloid Tanah dan
KTK)........................................................................................................6
2.3 Pengambilan Sampel Untuk Sifat Kimia Tanah.........................11
2.4 Pengukuran Sifat Kimia Tanah....................................................11
Daftar Pustaka......................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata ”tanah” seperti banyak kata umum lainnya, mempunyai beberapa pengertian.
Dalam pengertian tradisional tanah adalah medium alami untuk pertumbuhan
tanaman daratan, tanpa memperhitungkan tanah tersebut mempunyai horizon yang
keliatan atau tidak. Pengertian ini masih merupakan arti yang paling umum dari kata
tersebut, dan perhatian yang terbesar pada tanah terpusat pada pengertian ini. Orang
menganggap tanah adalah penting, oleh karena tanah mendukung kehidupan tanam-
tanaman yang memaso pangan, serat, obat-obatan, dan berbagai keperluan lain
manusia, juga karena mampu menyaring air serta mendaur ulang limbah. Tanah
menutupi permukaan bumi sebagai lapisan yang sambung menyambung, terkecuali
pada batuan tandus, pada wilayah yang terus menerus membeku, atau tertutup air
dalam, atau pada lapisan es terbuka suatu glester. Dalam pengertian ini, tanah
memiliki suatu ketebalan yang ditentukan oleh kedalaman akar tanaman.

Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral
dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati
ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-
lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses
penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau
berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alami (Soil
Survey Staff, 1999).

Schoeder (1972) mendefinisikan tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang
mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup,

3
yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun
waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang
khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. Menurut
Jooffe dan Marbut (1949), dua orang ahli Ilmu Tanah dari Amerika Serikat, Tanah
adalah tubuh alam yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-
gaya alam terhadap bahan-bahan alam dipermukaan bumi. Tubuh alam ini dapat
berdiferensiasi membentuk horizon-horizon mieneral maupun organik yang
kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifat- sifatnya dengan bahan induk yang
terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun
kehidupan biologinya. Ada tiga hal penting yang dari definisi ini :

- Tanah itu terbentuk dan berkembang dari proses-proses alami


- Adanya diferensiasi profil tanah membentuk horizon-horizon
- Terdapat perbedaan yang menyolok antara sifat-sifat bahan induk

Tanah adalah hasil dari pelapukan batuan selama jutaan tahun Tanah disebut
subur jika: keadaan fisik, biologis, maupun kimia dalam keadaan baik dan seimbang.
Fisik = gembur (udara mudah bersirkulasi) Biologis= banyak aktivitas organisme
(cacing & bakteri pembusuk) Kimia = susunan zat haranya mencukupi Tanah Subur
Ciri tanah subur jika dilihat akan nampak kehitaman karena banyak humus dan jika
dipegang gembur.

Profil Tanah Jika tanah dipotong melintang maka bagian yang tersubur ada di
bagian atas karena banyak mengandung humus Humus Sampah dari daun, ranting
yang membusuk yang nantinya jadi humus Lapisan atas Lapisan bawah Lapisan
bahan induk Lapisan batuan induk

Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swis yang bekerja di Amerika
Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami
modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia),
dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu.

4
Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan
dapat dilakukan klasifikasi tanah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan peranan sifat kimia tanah?
2. Apa saja macam-macam sifat kimia tanah (pH, Koloid Tanah dan KTK)?
3. Bagaimana cara pembambilan sampel untuk sifat kimia tanah?
4. Bagaimana pengukuran sifat kimia tanah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dan peranan sifat kimia tanah.
2. Mengetahui dan memahami macam-macam sifat kimia tanah (pH, Koloid
Tanah dan KTK).
3. Mengetahui dan memahami pembambilan sampel untuk sifat kimia tanah
4. Mengetahui dan memahami pengukuran sifat kimia tanah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Peranan Sifat Kimia Tanah


2.1.1 Pengertian Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah menggambarkan karakteristik bahan kimia tanah dalam


lingkungannya yang sangat penting untuk memprediksi fungsi tanah dari sudut
pandang kelarutan dan ketersediaan unsur dalam tanah. Sifat kimia tanah penting
dalam perencanaan kesuburan

2.1.2 Peranan Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah menggambarkan karakteristik bahan kimia tanah dalam


lingkungannya yang sangat penting untuk memprediksi fungsi tanah dari sudut
pandang kelarutan dan ketersediaan unsur dalam tanah.Komponen kimia tanah sangat
berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah dan kesuburan tanah

2.2. Sifat Kimia Tanah

Sifat Kimia tanah menggambarkan karakteristik bahan kimia tanah dalam


lingkungannya yang sangat penting untuk memprediksi fungsin tanah dari sudut
pandang kelarutan dan ketersediaan unsur dalam tanah.

1. Drajat Keasaman (pH)

Dalam tanah terjadi reaksi yang menunjukkan sifat kemasaman atau


alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan
banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+ ) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion
H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-
ion lain ditemukan pula ion OH- , yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+ . pada tanah-tanah asam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH,
sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+ . Bila

6
kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH
= 7.Fungsi pH tanah antara lain adalah:

a. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, pada


umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah
sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah
larut dalam air
b. Menunjukan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah-
tanah masam banyak ditemukan ion-ion A1
c. Mempengaruhi perkembangan mokroorganisme

Setelah Saudara memahami materi kimia tanah mengenai pH tanah, mari kita
mencoba mempraktekannya. Perhatikan langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam memeriksa pH tanah, ikuti langkah tersebut dengan baik. Penentuan pH tanah
dapat dilakukan secara langsung di tempat atau diambil sampel tanah kemudian di
periksa di laboratorium. Untuk pengukuran langsung di tepat dapat menggunakan
alat pengukur pH tanah yaitu Soil tester. Adapun cara melakukannya dapat dilakukan
dengan mengikuti langkah berikut :

a. Siapkan lahan yang akan diambil sampel tanahnya.


b. Sebelum tanah dijadikan sampel atau diukur pH tanahnya, basahi dulu
tanah 2 jam sebelum dilakukan pengukuran
c. Gali tanah yang akan dijadikan sampel dengan menggunakan sekop
atau auger sedalam 10 cm – 20 cm
d. Siapkan soil tester, masukan Soil tester ke dalam tanah yang sudah
digali, pastikan sensor pada alat soil tester masuk ke dalm tanah.
e. Diamkan selama 2 menit, biarkan sensor alat pada soil tester bekerja
f. Tekan tombol pH pada alat soil tester tersebut, amati jarum yang
terdapat dalam soil tester, tunggu sampai jarum penunjuk pH berhenti
g. Setelah jarum penunjuk pH berhenti, catat hasilnya pada lembar kerja

7
2. C-Organik

Keberhasilan suatu budidaya ditentukan oleh kandungan bahan organik dalam


tanah. Bahan organik merupakan unsur yang berperan dalam meningkatkan
kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Bahan organik tanah sangat
menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah.
Kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan
tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak
menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu
pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.
Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas
Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik
dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak
agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah. Saat tanah memadat
akan menurunkan tingkat kesuburan.

3. P (Fosfor)

Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral- mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH
sekitar 6-7. Di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik dan fosfor
anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih
kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama
kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik
dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga
penanaman tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat
defisiensi P .Jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan
pertumbuhannya kerdil.

4. Kalium (K)

8
Kalium merupakan unsur hara diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+ .
Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang
disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Ketersediaan
Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman.Kalium tanah terbentuk
dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui
proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan
kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci
atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman
dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah.
Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan
ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk
diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium.

5. Natrium (Na)

Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer yaitu 2,75% yang berperan


penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di
daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya
kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau muatan negatif
koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan
komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral
sumber utamanya adalah halit (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah
halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan
berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman
jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan.

6. N-Total

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro esensial, menyusun sekitar
1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Nitrogen
dalam tanah berasal dari :

9
a. Bahan Organik Tanah
b. Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara
c. Pupuk
d. Air Hujan

Sumber primer N berasal dari atmosfer dan lainnya berasal dari aktifitas
didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya
terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik
juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi
oleh aktifitas jasad renik tanah.Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan
oleh tanaman atau mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara
2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang
3 % dari jumlah tersebut. Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan
tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam
amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain. Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam
bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2,
N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun
bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam
bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah
mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian
N terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan
kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada
yang hilang atau bertambah karena pengendapan.

7. Kalsium (Ca)

Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti


Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,
diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali
sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun

10
manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta
menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan
sel, membantu aktivitas beberapa enzim.

8. Magnesium (Mg)

Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan


beberapa unsur hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan
warna yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya
merupakan akibat dari kekurangan magnesium.

9. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Nilai KTK tanah
sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya
KTK tanah dipengaruhi oleh:

a. Reaksi tanah
b. Tekstur atau jumlah liat
c. Jenis mineral liat
d. Bahan organik dan,
e. Pengapuran serta pemupukan.

Kation adalah ion bermuatan positif. Di dalam tanah kation-kation tersebut


terlarut di dalam air tanah atau diserap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation
yang dapat diserap oleh oleh tanah persatuan berat tanah (biasanya per 100 g)
dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam
satuan kimia yaltu miliekivalen per 100 g (me/100 g). Kapasitas tukar kation tiap
koloid tanah berbeda. Humus mempunyai KTK yang jauh lebih tingi dibanding

11
dengan mineral liat. Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap
dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah-
tanah dengan kandungan bahan organic atau dengan kadar liat tinggi mempunyai
KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan organic rendah atau
tanah-tanah berpasir Kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah
humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.

10. Kejenuhan Basa (KB)

Kejenuhan basa dan pH terdapat hubungan yang positif.Kejenuhan basa


adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar
kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah
kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Akan
tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-
kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid
berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan derajat disosiasi ion H + yang diserap pada permukaan koloid. Kejenuhan
basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah.
Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada
derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan
sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50
%. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan
membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan
kejenuhan basa 50%.

2.3. Pengambilan Sampel Kimia Tanah


Tingkat kesuburan tanah merupakan salah satu faktor yang perlu dalam
meningkatkan produksi tanaman. Tanah yang subur akan menghasilkan produksi
relatif lebih tinggi dibandingkan tanah yang kurang subur. Tingkat kesuburan tanah

12
dapat dilakukan analisis tanah di laboratorium untuk mengerahui sifat kimia, sifat
fisik dan biologi tanah.
Sifat kimia tanah yang penting untuk diketahul antara lain pH, kadar organik,
kapasitas tukar kation, dan unsur hara (N, P, K, Ca, Mg dan sebagainya), serta fakor
penghambat pertumbuhan seperti kadar aluminium dan besi.

Tidaklah mungkin bisa melakukan analisis tanah seluruh zona perakaran


(kedalaman 0-20 cm) pada daerah yang diteliti, sehingga perlu ditentukan metode
ilmiah bahwa sampel tanah yang diambil mewakili dari areal penelitian tersebut. Oleh
sebab itu, cara pengambilan sampel tanah merupakan satu tahap terpenting.

Sampel Tanah Komposit

Sampel komposit merupakan sampel tanah gabungan dari beberapa sub tanah
individu yang berada pada hamparan tanah yang homogen. Sebelum sampel tanah
diambil, pertu diperhatikan keseragaman areal/hamparan, misalnya diamati dahulu
keadaan topografi, tekstur tanah, warna tanah, kondisi tanaman, penggunaan tanah
dan masukan (pupuk. kapur, bahan organik, dsb) yang diberikan, serta sejarah
penggunaan lahannya,

Satu sampel tanah komposit bisa mewakil 5 ha (tergantung skala peta) yang
terdiri 10 15 anak sampel individu. Sampel tanah individu tersebut diambil dari
lapisan olah (lapisan perakaran). Sampel tanah individu tersebut kemudian diaduk
merata, dibagi kuadran/4 bagian. Diambil salah satu kuadran sebagai sampel
komposit yang diambil.

Peralatan

- Bor tanah (Auger dan tabung) atau cangkul atau sekop,


- Ember plastik untuk mengumpulkan dan mengaduk sampel tanah
individu,
- Plastik sampel, label, spidol, form pengamatan,

13
- Peralatan survei: peta kerja, GPS,

Cara Pengambilan

Tentukan titik pengambilan sampel tanah individu dengan salah satu dari 4
cara, yakni: cara diagonal, zig-zag, sistematik, atau acak.

1) Sampel tanah sebaiknya diambil dalam keadaan lembab, tidak terlalu basah
atau kering.
2) Sampel tanah individu diambil dengan bor tanah, cangkul, atau sekop pada
kedalaman 0-20 cm.
3) Sampel tanah diaduk merata dalam ember plastik

Hal yang Perlu Diperhatikan

- Hindari mengambil sampel tanah dari galengan, selokan, tanah sekitar


rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/sisa tanaman/jerami, bekas
timbunan pupuk, kapur, pinggir jalan, dan bekas pengembalaan ternak.
- Sampel tanah yang diambil pastikan merupakan perwakilan dari hamparan
lahan.

Pengambilan sampel tanah individu ada dua cara, yaitu cara sistematis dan cara
acak. Cara sistematis dibagi menjadi dua cara yaitu diagonal dan zig-zag.

1) Sistem Diagonal

Pertama-tama ditetapkan satu titik sebagal pusat pada lahan yang akan diambil
sampel tanahnya. Kemudian ditentukan titik-titik disekelilingnya, jumlah titik yang
dibuat sebanyak 5 buah (1 titik pusat + 4 titik diagonal). Jarak antara setiap titik
kurang lebih 50 meter diukur dari titik pusat.

Sampel-sampel tanah individu tersebut diambil dengan cangkul atau bor tanah
pada lapisan olah (lapisan perakaran) kemudian dicampur sampau benar-benar

14
merata. Lalu diambil 1 kg dan dimasukkan kedalam kantong plastik, kemudian diberi
label.

2) Sistem Zig-Zag

Cara pengambilan tanah seperti ini dilaksanakan dengan menentukan titik


yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan sampel tanah secara zig-zag
(Gambar 1b). Adapun persyaratan dan cara pengambilan tempat seperti ini sama
dengan sistem diagonal. Hanya saja perbedaan dalam cara penentuan tempat
pengambilan sampel tanah.

3) Cara Acak

Pengambilan sampel tanah secara acak dilaksanakan dengan menentukan titik-


titik pengambilan sampel tanah secara acak, tetapi menyebar rata di seluruh bidang
tanah yang diwakili. Setiap titik yang diambil mewakili daerah sekitarnya (Gambar
1d).

Pengemasan Sampel

Semua sampel tanah komposis dimasukan kedalam kantong plastik yang


diberi label (keterangan) luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus dengan plastik
supaya tulisan tidak kotor atau basah, sehingga label tersebut bisa dibaca
sesampainya di laboratorium tanah. Sedangkan label luar disatukan pada saat
pengikatan plastik.

2.4. Pengukuran Sifat Kimia Tanah

a. Mengukur C-organik

15
Prinsip kerjanya yaitu Bahan organik tanah dioksidasi dengan larutan 1 mol
K2Cr2O7 (kalium dikhromat). Reaksi ini dibantu oleh panas yang dihasilkan
saat 2 volumes H2SO4 dicampur dengan 1 volume dichromat. Dichromat yang
tersisa dititrasi dengan ferrous sulphate.

Dengan rumus :

b.Mengukur Nitrogen

Prinsip kerjanya yaitu Nitrogen total tanah didestruksi dengan H2SO4 pekat dan
tablet Kjeldahl pada temperatur 300°C. Hasil Destruksi diencerkan dengan
aquadest hingga volume 100 ml dan ditambah NaOH 40%, lalu di destilasi.
Hasil destilasi ditampung dengan 20 ml Asam Borat sampai warna hijau dan
volumenya sekitar 50 ml. Kemudian dititrasi dengan H2SO4 0.01 mol (n)
sampai titik akhir titrasi.

Perhitungan/rumus :

c.Mengukur Fosfor

Prinsip kerjanya yaitu Phosphorus diekstrak dari tanah dengan meng-gunakan


larutan Olsen (H2CO3). P- terekstrak diukur secara kolorimetri didasarkan
pada reaksi dengan amonium molybdate dan pengembangan dari warna “
biru ‘Molybdenum’. Absorbance senyawa diukur pada panjang gelombang 660

16
nm dalam sutau spectrophotometer dan langsung sebanding dengan jumlah
phosphorus yang terekstrak dari tanah

Perhitungan/rumus :

d, Mengukur Kapasitas Tukar Kation

Prinsip Kerjanya yaitu Metode ini untuk pengukuran KTK simultaneous dan kation-
kation dapat ditukar didasarkan pada sangat tingginya affinitas senyawa amonium
asetat untuk menduduki sisi pertukaran pada koloid tanah. Amonium sisa dalam
tanah diukur seperti N –total,. Kation yang terdepak juga dikur dengan AAS, atau
flamefotometer untuk Na dan K , serta titrasi EDTA untuk Ca dan Mg.

Perhitungan/rumus:

e, Mengukur Kalium dan Natrium

Prinsip kerjanya yaitu Kandungan Kalium dan Natrium larutan tanah ektraksi
Ammonium asetat 1 N pH 7,0. dibaca dengan Flamephotometer

Perhitungan/rumus:

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan,
yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang
terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan.

Fisika tanah adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tanah seperti tekstrur tanah,
struktur tanah, konsistensi, bulk density, porositas tanah, warna tanah dan lain-lain.

18
Daftar Pustaka

Catur Puspawati, Haryono, Modul Penyehatan Tanah, 2018

Unknown. Online. https://kabartani.com/. (Diakses pada 18 september 2021)

19

Anda mungkin juga menyukai