GEOGRAFI TANAH
TENTANG SIFAT KIMIA TANAH
DOSEN :
RATNA WILIS S.Pd,M.Pd
NAMA KELOMPOK:
Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa, yang telah memberikan
kemudahan bagi kami dalam menyusun tugas ini dan menyelesaikannya tepat
waktu. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah geografi tanah dengan judul
materi “sifat kimia tanah”.
Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkan dalam pembahasan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang
terutama bagi penyusun sendiri.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini saran dan kritik yang membangun
dengan terbuka kami terima demi meningkatkan kualitas makalah ini.
penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bagaimana cara kita mengetahui sifat-sifat kimia tanah serta mengkajinya melalui
sifat kimia tanah yang telah diketahui?
1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengkaji lebih lanjut
tentang sifat kimia tanah, dan mengetahui sifat-sifat kimia tanah. Selain itu tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
geografi tanah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
"Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa
3
organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca,
Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari
organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan
produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura,
tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan.
Kimia Tanah studi terutama yang terlibat reaksi dalam larutan tanah dan
antarmuka cair-padat.
c. Pemupukan
d. Adsorpsi / desorpsi
4
OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah
masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis
kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- ,
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
2.2.2 C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini
dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun
biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-
Organik (Anonim 1991).
5
bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang
dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Anonim
1991).
2.2.3 N-Total
b. Pupuk
c. Air Hujan
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal
dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik
khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan
organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses
dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
6
urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organic
di dalam tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami
imobilisasi. Sebagian N terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang
ke atmosfer dan kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui
pemupukan. Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.
2.2.4 P-Bray
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH
sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003). Siklus Fosfor sendiri dapat dilihat pada Gambar 2.
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan antara
suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan
mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi
dan pelindian (Hanafiah 2005).
Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu
fosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak
di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahan
organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah
tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan
berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P
kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2005). Menurut Foth
(1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan
pertumbuhannya kerdil.
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan
membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat,
7
Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan
Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang
tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya
penambahan dari kaliumnya sendiri.
8
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,
diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali
sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun
manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta
menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan
sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno
2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu
sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
1. Reaksi tanah
9
Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam,
karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-
beda pula.
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan
dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah
berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal
alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH.
Akan tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan
kation-kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid
berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Anonim
1991).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanah sebagai benda alam mempunyai sifat-sifat yang bervariasi. Sifat tanah
yang berbeda-beda pada berbagai tempat mencerminkan pengaruh dari berbagai
faktor pembentuknya di alam. Tanah dipandang sebagai alat produksi pertanian,
karena tanah berfungsi sebagai media tumbuhnya tanaman. Produktivitas tanaman
pertanian yang diusahakan banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah yang
bersangkutan, baik sifat fisika tanah, kimiawi tanah, maupun biologi tanah yang
bersangkutan. Sebagai media tumbuhnya tanaman tanah mampu berperan sebagai:
3.2 Saran
Dari pembahasan singkat kami mengenai sifat kimia tanah, kiranya dapat
menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca.
Akhir kata, tiada hal yang sempurna karena masih dalam proses belajar, dan
harapan kami semoga ini bermanfaat bagi kita semua.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://belajargeo-erinz.comoj.com/Page1190.htm
http://belajargeo-erinz.comoj.com/Page1190.htm
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian
12