Anda di halaman 1dari 26

PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH

Horison Tanah dan Bahan Penyusunan Tanah

Dosen Mata Kuliah : CaturPuspawati, S.T., M.K.M.

Kelas : 2 DIV A

Nama anggota : Kelompok 4

1. Cholifah Nadya A. (P231335118016)


2. Dewi Widya Ningrum (P231335118018)
3. Muhammad Dimas S. (P231335118037)
4. Serli Yulianti (P231335118060)

TINGKAT 2
PROGRAM STUDI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643
Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website : http://poltekkesjkt2.ac.id
TA. 2018/2019
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Horizon-
horizon Tanah dan bahan penyusunan tanah dengan lancar.

Makalah ini disusun dalam upaya memaparkan hasil penelitian kepustakaan kami
mengenai pengertian profil tanah, horizon-horizon tanah, dan bagian-bagian dari
horizon-horizon tanah tersebut.

Kami menghaturkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membimbing
dan membantu kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami harap Bapak dosen dan juga para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran kepada kami agar dapat bermanfaat bagi kemajuan pemikiran bersama.

Jakarta, 1 September 2019

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Profil Tanah................................................................................................ 3
2.2 Pengertian Horizon Tanah............................................................................................ 3
2.3 Bahan penyusun tanah ................................................................................................. 8
2.4 Pelapukan batuan dan mineral ................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 22
3.2 Saran ........................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya
bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik
bagi akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup
berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan
untuk hidup dan bergerak. Dari segiklimatologi, tanah memegang peranan penting
sebagai penyimpan air dan menekanerosi, meskipun tanah sendiri juga dapat
tererosi.[1]Menurut soil survey staff (1975) tanah adalah kumpulan tubuh alami pada
permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya
yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di
bagian atas dibatasi oleh udara atau air yang dangkal, ke samping dapat dibatasi oleh
air yang dalam atau bahkan hamparan es atau batuan, sedangkan bagian bawah
dibatasi oleh suatu materi yang tidak dapat disebut tanah yang sulit didefinisikan.
Ukuran terkecilnya 1 sampai 10 m2tergantung pada keragaman horizonnya. Tanah
merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh berkembangnya perakaran yang menopang tegak tumbuhnya tanaman dan
penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-
unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-lain), dan
secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktifitas tanah
untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan,
industri perkebunan, maupun kehutanan.[2]

Fraksi anorganik tanah terdiri dari fragmen batuan dan mineral dengan
berbagai ukuran dan susunan. Berdasarkan ukuran, dikenal fraksi utama yaitu :
kerikil (>2 mm); pasir (2,0– 0,05 mm); debu (0,05-0,002 mm) dan liat (<0,002 mm).
Fraksi ini secara umum tersusun oleh mineral silikat sekunder (mineral liat tipe 1:1,
2:1 dan 2:2), mineral besi oksida dan aluminium oksida, serta mineral primer yang
resisten (kuarsa dan mika).[3] Tanah merupakan sistem 3 fase, yaitu padat, cair dan
gas yang selalu mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang. Dipandang dari sisi
pedologi, tanah adalah suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus

1
dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman. Tanah yang dipelajari dalam
hubungannya dengan pertumbuhan tanaman disebut edaphologi.[4]

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimasud dengan horison tanah?

b. Apa saja bahan penyusunan tanah?

1.3 Tujuan
a. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Horison tanah dan bahan
penyusunan tanah.

b. Makalah ini bertujuan untuk menyampaikan materi-materi mengenai


horizon tanah dan bahan penyusunan tanah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Profil Tanah


Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas sampai
pada lapisan batuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horizon-horizon
O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi oleh cuaca
disebut Solum Tanah, horizon O-A disebut lapisan tanah atas dan horizon E-B
disebut lapisan tanah bawah. (Hanafiah, 2012).

Syarat-syarat profil tanah :

1. Tegak (vertikal),

2. Baru,

3. Tidak terkena sinar matahari langsung,

4. Tidak tergenang air,

5. Mewakili tapak sekeliling.

Tiap tanah di cirikan oleh susunan horizon tertentu. Secara umum dapat
disebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon utama. Tiap
horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis
lainnya.

2.2 Pengertian Horizon Tanah


Horizon tanah adalah lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan
permukaan bumi dan mempunyai ciri-ciri tertentu (khas). Profil dari tanah yang
berkembang lanjut biasanya memiliki horizon-horizon tanah. Pembentukan lapisan
atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang disebut tanah. Profil
dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki horizon-horizon
sebagai berikut:

3
Lapisan tanah atas (topsoil) terdiri dari: (1) horizon O, dan (2) horizon A. Lapisan
tanah bawah (subsoil) terdiri dari: (1) horizon E, dan (2) horizon B. Solum tanah
meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan (2) lapisan tanah bawah.

1) Horizon O

Horizon O merupakan horizon bagian atas, lapisan tanah organik, yang terdiri
dari humus daun dan alas. Utamanya dijumpai pada tanah-tanah hutan yang
belum terganggu. Merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan
tanah mineral. Horizon organik merupakan tanah yang mengandung bahan
organik > 20% pada seluruh penampang tanah, tanah mineral biasanya
kandungan bahan organik kurang dari 20% karena sifat-sifatnya didominasi oleh
bahan mineral. Ada 2 jenis horizon O yaitu :

a) O1: bentuk asli sisa-sisa tanaman masih terlihat berupa guguran


daun-daun dan puing-puing organik yang belum terombak.

b) O2: bentuk asli sisa-sisa tanaman tidak terlihat merupakan campuran


bahan bahan dan rombakan bahan organik.

2) Horizon A

Horizon A merupakan horizon di permukaan yang tersusun oleh campuran


bahan organik dan bahan mineral. Horizon A juga disebut sebagai horison
eluviasi (pencucian). Ada 3 jenis horison A, antara lain :

a) A1 : Horizon ini merupakan horizon percampuran antara horizon


organik dan mineral sehingga pada lapisan ini berwarna kelam/ gelap
(dark). Keterdapatan bahan organik pada lapisan ini burujud partikel
tersendiri atau bahan organik yang menyelaputi bahan mineral.

b) A2 : Horizon ini dikenal juga sebagai horizon ”eluviasi” atau lapisan


yang mengalami pencucian secara maksimal. Kation bahan organik,
besi, alumunium dan atau basa lain yang berwarna telah mengalami
pencucian dan yang tertinggal adalah bahan-bahan resisten kuarsa
yang kasar dan tidak berwarna, sehingga pada lapisan iniditandai
dengan warna yang pucat/terang/cerah, namun mempunyai tekstur

4
yang paling kasar dan struktur longgar dibanding dengan lapisan-
lapisan lain.

c) A3 Horizon ini merupakan peralihan A ke horizon B atau C dengan


ciri warna yang mendekati horizon A.2. Namun, apabila peralihan
kurang jelas dan hanya menampakkan ciri dan warna campuran maka
horizon ini diberi simbol AB jika beralih ke B, atau AC jika langsung
beralih ke C.

3) Horizon E

Merupakan lapisan warna terang dalam hal ini adalah lapisan bawah dan di
atas A Horizon B Horizon. Hal ini terdiri dari pasir dan lumpur, setelah
kehilangan sebagian besar dari tanah liat dan mineral sebagai bertitisan melalui
air tanah (dalam proseseluviation). Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi
adalah horizon yang telah mengalami proses eluviasi (pencucian) sangat intensif
sehingga kadar bahan organik tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada
pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) serta mineral resisten lainnya tinggi,
sehingga berwarna agak terang.

4) Horizon B

Horizon B adalah horizon illuvial atau horison pengendapan sehingga terjadi


akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horizon diatasnya. Horizon iluviasi
(penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan
organik).

Ciri lain dari lapisan ini ialah :

a. Terdapat konsentrasi residu sesquioksida dan atau lempung yang


terbentuk karena larutnya karbonat atau garam-garam lainnya.

b. Adanya ”alterasi” atau perubahan bahan-bahan dari keadaan asalnya den


terbentuk struktur berbutir (granuler), gumpal (blocky) atau tiang
(prismatic).

Ada 3 Jenis Horizon B, yaitu :

5
a) B1 : Horizon peralihan dengan horizon A yang mempunyai warna dan ciri
yang lebih mendekati warna dan ciri horizon B.

b) B2: Horizon yang paling maksimal menampakkan horizon B, sehingga


warnanya paling kelam/tua,tekstur paling berat dan struktur paling padat.

c) B3: Horizon peralihan dari horizon B ke C atau R dengan warna dan ciri
mendekati warna dan ciri horizon B. Jika horizon percampuran ini sulit
dengan horizon di bawahnya maka diberi simbol BC jika dibawahnya adalah
horizon C, dan BR jika dibawahnya langsung horizon R.

5) Horizon C

Horizon C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih


serupa dengan batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan. Horizon C
disebut juga dengan regolith: di lapisan bawah dan di atas Horizon B R
Horizon. Terdiri dari sedikit rusak bedrock-up. Tanaman akar tidak
menembus ke dalam lapisan ini, sangat sedikit bahan organik yang ditemukan
di lapisan ini.

Horizon ini sudah tidak terbagi lagi dimana sama sekali tidak
mempunyai sifat-sifat horizon O, A, dan B tetapi tersusun atas bahan-bahan
yang telah dirubah:

a. Pelapukan di luar daerah kegiatan biologi utama,

b. Pemadatan (cementasi) reversibel berupa proses perabuhan,


penambahan berat volume dan sifat-sifat lain dari fragipan (padas),

c. Gleysasi,

d. Penimbunan dan pemadatan karbonat kapur atau Mg atau garam-


garam lain yang terlarut,

e. Pemadatan bahan-bahan silikat dan alkali besi dan silika.

6) Horizon R

6
Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan
masih berupa batuan. Dalam profil tanah terdapat 4 batas peralihan horizon
yang terlihat secara visual dalam beberapa kategori, yaitu :

a) Batas horizon nyata, apabila peralihan kurang dari 2,5 cm,

b) Batas horizon jelas, apabila peralihan terjadi dengan jarak


berkisar antara 2,5 cm sampai 6,5 cm,

c) Batas horizon berangsur, apabila peralihan terjadi dengan


jarak berkisar antara 6,5 cm sampai 12,5 cm, dan

d) Batas horizon baur, apabila peralihan terjadi dengan jarak


lebih dari 12,5 cm.

Bentuk topografi dari batas horizon dalam profil tanah yang terlihat secara
visual dibagi dalam 4 kategori, yaitu: (1) bentuk topografi datar, (2) berombak, (3)
tidak teratur, dan (4) terputus

Gambar 2.1 (sumber: http://mbojo.wordpress.com/2007/06/13/ilmu-tanah/)

Gambar di atas menggambarkan batas horizon yang nyata terjadi pada


peralihan dari horizon A ke horison B, dan batas horizon yang jelas terjadi pada
peralihan antara horizon B ke horison C. Kedua batas tersebut bertopografi datar.

Menurut Kemas (2012), meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun
bagi tetanaman yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya

7
memiliki ketebalan dibawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti
padi, palawija, dan sesayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20
cm. Oleh karena itu, istilah kesuburan tanah[5] biasanya mengacu kepada
ketersediaan hara pada lapisan setebal ini, yang biasa disebut lapisan olah. Namun
bagi tetanaman perkebunan dan kehutanan (pepohonan) untuk jangka
panjang lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air.

2.3 Bahan penyusun tanah


Seperti yang telah di bahas di atas bahwa tanah adalah Lapisan permukaan
bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan penopang tumbuhan
serta penopang dari berbagai jenis bangunan yang di di buat oleh manusia . Proses
pembntukan tanah ini akan membentuk lapisan-lapisan yang terbentuk memiliki
tekstur yang berbrda dan setiap lapisan juga akan mencerminkan proses-proses
fisika, dan biologi yang telah terjadi selama proses pembentukannya.

Tanah tersusun atas 4 bahan utama, yaitu: bahan mineral, bahan organik, air
dan udara.

1. Bahan Mineral
 Berasal dari hasil pelapukan batuan.
 Susunan mineral dalam tanah berbeda-beda sesuai susunan mineral
batuan induknya (beku, malihan dan endapan)
 Ukuran mineral :
· kerikil, kerakal, batuan : > 2 mm
· pasir : 2 mm – 50 u
· debu : 50 u – 2 u
· liat : < 2 u
 Mineral dapat dibedakan menjadi : mineral primer dan mineral
sekunder.
Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan
yang dilapuk, umumnya dalam fraksi-fraksi pasir dan debu.
Mineral sekunder baru yang terbentuk selama proses pembentukan
tanah berlangsung, umumnya dalam fraksi liat.

2. Bahan Organik
 Hasil penimbunan sisa-sisa tumbuhan dan binatang, sebagian telah
mengalami pelapukan dan pembentukan kembali menjadi mangsa
jasad mikro, sehingga sifatnya selalu berubah atau tidak mantap
 Kadar bahan organik pada tanah mineral umumnya < 3%.

8
 Berfungsi sebagai perekat butiran tanah, sumber utama unsur N, P
dan S, meningkatkan kemampuan tanah dan menahan air dan hara
serta sebagai sumber energi bagi jasad mikro.
 Komposisi :
a. jaringan asli (bagian akar dan atas tanaman) dan bagian baru yang
telah mengalami pelapukan.
b. humus : telah diubah dari sifat aslinya secara menyeluruh,
berwarna hitam, bersifat kolodial, kemampuan menahan air dan ion
lebih besar dari liat.

3. Air
 Dalam tanah terdapat dalam ruang pori tanah.
 Kuat atau tidaknya air ditahan oleh tanah yang mempengaruhi
tingkat ketersediaan air tanah bagi tanaman.
 Air dalam pori besar umumnya tidak tersedia bagi tanaman karena
segera hilang merembves ke bawah.
 Air dalam pori sedang: mudah diserap oleh tanah
 Air dalam pori halus : sulit diambil oleh tanaman. Jadi, tidak semua
air dalam tanah tersedia bagi tanaman, sebagian tetap tinggal dalam
tanah.
 Larutan tanah mengandung garam-garam larut, sebagian besar
berupa hara tanaman :
· N, P ,K Ca, Mg dan S (hara makro)
· Fe,Mn, B, Mo,Cu, Zn dan Cl (hara mikro)
 Terjadi dinamika hara dengan adanya pertukaran antara hara dalam
larutan dengan yang terdapat di permukaan tanah.

4. Udara
 Menempati pori tanah (terutama sedang dan besar)
 Jumlahnya berubah-ubah tergantung kondisi air tanah.
 Susunannya tergantung dari reaksi yang terjadi dalam tanah :
· uap air > atmosfer
· CO2 > atmosfer
· O2 < atmosfer (bervariasi dipengaruhi kandungan CO2 dalam
tanah

9
Gambar 2.2 (sumber: http://agus-wandy.blogspot.com/2013/11/definisi-tanah-
bahan-bahan-penyusun.html)

Untuk lebih kuantitatif , istiah tekstur tanah menyatakan distribusi ukuran


partikel yang terdapat pada suatu tanah. Metode tradisional pencirian ukuran
partikel tanah adalah membagi susunan partikel tanah menjadi tiga bahan tunggal
yaitu:

I. Pasir
II. Debu
III. Liat
Pemisahan tanah biasanya dikelompokkan menjadi partikel-partikel mineral
dengan ukuran yang lebih kecil dari kerikil. Pasir merupakan suatu fraksi ukuran 2,0-
0,05 mm dan dibedakan menjadi pasir sangat halus ,halus,sedang,kasar,dan sangat
kasar.Butiran pasir biasanya tersusun dari kuarsa, feldspar, mika dan kadang-kadang
mineral berat seperti sircon,tourmaline, hourblande.Umumnya pasir mempunyi
dimensi relative seragam dan bisa dinyatakan berbetuk bulat, dan kadang bergerigi.

Debu adalah fraksi dengan ukuran 0,05-0,002 mm. partikel debu mirip partikel
pasir tapi memiliki ukuran luas permukaan yang lebih besar persatuan massa dan
sering di lapisi oleh lempung yang mengikat kuat .

Liat dengan ukuran kurang dari 0,002 mm merupakan fraksi koloid. Partikel liat
mencirikan bentik lempeng atau bentuk jarum dan biasanya termasuk dalam
kelompok aluminosilikat. Karena liat mempuayi luas permukaan per satuan massa
lebih besar dan aktifitas fisika kimia aktif , liat berperan sebagai penentu yang
mempunyai pengaruh besar pada sifat tanah. Partikel dapat mengikat air sehingga
tanah mengembang pada saat pembasahan dan menyusut saat kering Liat akan
bersifat plastis dan menjadi lengket bila lembabdan kemudian mengeras danretak
membentuk fraksi semen keras bila kering.

10
2.4 Pelapukan batuan dan mineral
A. Batuan

Ada banyak sekali elemen- elemen dari alam yang pasti telah kita ketahui
bersama. Dari cakupan yang sangat luas, yakni tata surya yang dihuni oleh planet-
planet (baca: planet di tata surya), bintang- bintang, asteroid (baca: ciri- ciri asteroid),
hingga satelit- satelit alami. Selain dari tata surya sendiri, kita juga telah mempelajari
mengenai tempat tinggal tinggal kita yakni planet Bumi. Selain Bumi, ada planet-
planet lainnya yang juga menjadikan matahari sebagai pusat. Planet- planet yang
mengitari matahari ini mempunyai karekateristik yang berbeda- beda (baca: ciri
planet di tata surya). Meski karakteristik atau ciri yang dimilikinya berbeda- beda,
namun terkadang ada beberapa elemen dari planet Bumi yang juga dimiliki oleh
planet lainnya. Salah satu elemen yang dimiliki oleh banyak planet dan hampir semua
adalah batuan.

Berbicara mengenai batuan, batuan adalah salah satu elemen di Bumi yang
keberadaannya sangat banyak. Batuan bahkan merupakan salah satu unsur penyusun
Bumi (baca: batuan penyusun Bumi). Batuan merupakan salah satu benda yang
memiliki siklus. Siklus tersebut berputar dan akan menciptakan batuan yang baru.
Salah satu tahapan dari siklus batuan adalah pelapukan. Batuan akan mengalami
pelapukan dan berubah menjadi tanah.

Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara fisika,


kimiawi, maupun secara biologis. Selain pengertian tersebut, pelapukan juga dapat
dijelaskan sebagai proses perubahan komposisi dan pemecahan batuan atau material-
material lainnya yang terjadi di atas permukaan Bumi (baca:kerak Bumi) akibat
adanya proses secara fisika, kimia, maupun biologi. Pelapukan ini merupakan proses
alami yang bekerja menghancurkan batuan menjadi tanah. Pengertian lain
mmengenai pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan juga material
tanah pada atau dekat dengan permukaan Bumi yang disebabkan proses fisika, kimia,
maupun biologi. Adapun proses pelapukan ini terjadi dalam waktu yang sangat lama.

11
Selain sangat dipengaruhi oleh waktu, adanya pelapukan batuan ini juga dipengaruhi
berbagai macam faktor lainnya

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pelapukan

Pelapukan batuan dapat terjadi karena berbagai macam faktor.


Setidaknya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
pelapukan, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Waktu

Faktor yang sangat erat dan sangat identik dengan peristiwa pelapukan
adalah waktu. Sering orang- orang mengatakan bahwasannya pelapukan ini terjadi
karena sebuah batuan sudah terlalu lama atau terlalu tuan, hingga akhirnya batuan
tersebut megalami pelapukan. Bahkan waktu merupakan faktor pertama yang akan
digunakan sebagai alasan mengapa pelapukan tersebut terjadi.

2. Jenis batuan dan struktur batuan tersebut

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan


adalah jenis batuan dan strukturnya. Telah kita ketahui bersama bahwasannya
batuan di dunia ini memiliki berbagai macam jenis batuan yabg berbeda- beda
antara satu dengan yang lainnya. Kemudian mengenai struktur batuan, yaitu sifat
fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan itu sendiri. Sifat fisik batuan meliputi
warna batuan (baca: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf).
Sementara sifat kimia batuan adalah unsur- unsur kimia yang terkandung di dalam
batuan tersebut.

3. Topografi

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi pelapukan adalah topografi.


Keadaan topografi muka Bumi juga mempengaruhi proses terjadinya pelapukan

12
batuan. Batuan- batuan yang berada di lereng yang curam cenderung akan mudah
untuk mengalami pelapukan dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat
yang landai.

4. Organisme

Faktor selanjutnya yang akan mempengaruhi proses pelapukan adalah


adanya organisme. Organisme marupakan hal yang cukup penting dalam proses
pelapukan, seperti halnya dengan proses penguraian tumbuh- tumbuhan secara
alami.

5. Iklim dan cuaca

Faktor selanjutnya yang sangat kuat kaitannya dengan pelapukan adalah


mengenai cuaca dan juga iklim (baca: iklim di Indonesia). Unsur- unsur cuaca dan
juga iklim yang akan mempengaruhi proses pelapukan antara lain adalah suhu
udara, curah hujan, sinar matahari, angin, dan lain sebagainya. Di daerah yang
memiliki iklim lembab dan juga panas, batuan akan cepat mengalami proses
pelapukan. Selain itu pergantian antara siang dan juga malam yang dingin akan
semakin membuat pelapukan mudah terjadi, apabila hal ini dibandingkan dengan
daerah yang memiliki iklim dingin.

6. Keadaan vegetasi

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi adanya pelapukan adalah keadaan


vegetasi. Vegetasi atau tumbuh- tumbuhan juga merupakan hal yang sangat
mempengaruhi proses pelapukan. Hal ini disebabkan akar- akar tumbuhan tersebut
dapat menembus celah- celah batuan. Apabila akar- akar tersebut semakin
membesar maka kekuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos batuan.
Selain akar- akar, serasah dedaunan yang gugur juga akan membantu mempercepat

13
batuan melapuk. Hal ini disebabkan karena serasah batuan mengandung zat- zat
asam arang dan juga humus yang dapat merusak kekuatan pada batuan.

Jenis- jenis Pelapukan

Pelapukan merupakan proses berubahnya batuan menjadi tanah secara


alamiah melalui proses kimia, fisika atau biologi. Pelapukan yang terjadi secara
alami ini terdiri atas berbagai macam jenis. Secara umum, jenis- jenis pelapukan ini
terdiri atas 3 macam, yaitu pelapukan fisika, kimia, dan biologi atau organik.
Penjelasan mengenai masing- masing jenis pelapukan ini adalah sebagai berikut:

1. Pelapukan Fisika

Jenis pelapukan yang pertama adalah pelapukan fisika. Pelapukan fisika merupakan
pelapukan yang sering disebut sebagai pelapukan mekanik. Pelapukan fisika adalah
proses pelapukan dari batuan yang diakibatkan adanya pengaruh faktor fisik pada
batuan. Ada faktor utama yang paling berperan dalam pelapukan ini. Faktor yang
paling dominan tersebut adalah suhu udara, tekanan, dan juga kristalisasi garam.

Pelapukan fisika ini juga dikenal sebagai pelapukan yang disebabkan oleh adanya
perubahan suhu atau iklim. Jenis pelapukan fisika ini hanya bisa ditemukan di
daerah yang mempunyai iklim ekstrim, seperti sub tropis, gurun (baca: gurun
terbesar di dunia), pesisir pantai (baca: manfaat pantai), dan daerah-daerah yang
mempunyai topografi yang curam. Adapun beberapa contoh pelapukan fisika ini
antara lain adalah sebagai berikut:

14
 Melapuknya batuan di daerah gurun akibat adanya perubahan cuaca harian secara
ekstrim. Suhu udara tinggi pada siang hari akan membuat batuan memuai,
kemudian pada malam hari suhu udara akan turun dan membuat batuan menjadi
mengkerut. Karena proses ini berlangsung secara berulang- ulang akan
memungkinkan ikatan mineral dalam batuan mengalami pelemahan sehingga pada
akhirnya batuan akan hancur menjadi beberapa bagian.
 Kristalisasi air garam yang terjadi pada batuan di pantai. kristalisasi garam yang
terjadi pada pori batuan di sekitarekosistem pantai akan menekan batuan secara
endogen sehingga akan memunculkan kemungkinan batuan akan pecah.

2. Pelapukan Kimia

Jenis pelapukan yang selanjutnya adalah pelapukan kimia. Pelapukan kimia


merupakan proses pelapukan yang diakibatkan perubahan struktur kimiawi yang
ada pada batuan melalui reaksi tertentu. Dalam pelapukan kimia ini, reaksi yang
terjadi pada proses pelapukan dibedakan menjadi tiga macam. 3 macam reaksi yang
terjadi pada pelapukan kimia ini antara lain adalah solution, hidrolisis, dan oksidasi.
Adapun beberapa contoh pelapukan kimia ini antara lain adalah sebagai berikut:

 Hidrolisis air hujan yang akan mengakibatkan naiknya tingkat keasaman di sekitar
batuan. I on H+ ynag muncul akan memungkinkan terjadinya korosi pada batuan.

15
 Oksidasi yang terjadi pada batuan yang kaya mineral besi akan memungkinkan
ikatan mineral di permukaan batuan menjadi lemah dan pada akhirnya mengalami
pelapukan.
 Proses pelarutan batuan kapur gamping akibat reaksinya terhadap air (baca: jenis
air).

Berbicara mengenai pelapukan kimia, kita akan mengenal adanya 4 proses yang
termasuk dalam pelapukan kimia. Adapun 4 proses tersebut antara lain adalah
adalah:

 Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.
 Hidrolisa, yaitu peroses penguraian air atas unsur- unsurnya menjadi ion- ion yang
bersifat positif dan negatif.
 Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi.
 Karbonasi, yaitu pelapukan batuan yang disebabkan karena karbondioksida.

Itulah beberapa proses yang akan kita temukan dalam pelapukan batuan secara
kimiawi. Proses tersebut hanya akan kita temui pada pelapukan yang bersifat
kimiawi saja.

3. Pelapukan Biologi atau Organik

Jenis pelapukan yang selanjutnya adalah pelapukan biologi atau pelapukan organik.
Pelapukan biologi merupakan jenis pelapukan batuan yang dilakukan oleh
organisme melalui aktivitasnya di sekitar lingkungan batuan tersebut berada.

16
Dengan kata lain pelapukan biologi ini terjadi karena disebabkan oleh makhluk
hidup.

Pelapukan ini terjadi karena adanya peranan organisme- organisme tertentu. adapun
organisme- organisme yang berperan dalam pelapukan ini antara lain berupa
binatang, tumbuhan, jamur, bakteri, atau bahkan manusia. Proses pelapukan biologi
atau organik ini melibatkan 2 cara, yaitu cara biokimia dan cara mekanis. Adapun
contoh pelapukan secara biologi atau organik ini antara lain adalah:

 Penetrasi akar tumbuhan ke dalam sela- sela batuan akan menekan batuan tersebut,
sehingga akan mengalami perpecahan.
 Adanya lumut di atas batuan. Tumbuhnya lumut di permukaan batuan
memungkinkan batuan mengalami degradasi. Kelembapan di permukaan batuan
akibat adanya proses penyerapan akar disertai dengan tingginya pH di sekitar
permukaan batuan akan membuat permukaan batuan tersebut mengalami korosi.

2. Mineral

A. Definisi dan Klasifikasi Mineral

Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara


alamiah, terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-
atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Beberapa jenis
mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai
perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Kristal secara umum dapat
didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal
susunan tiga dimensi yang teratur. Studi khusus yang mempelajari sifat-sifat, bentuk
susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari
bagian yang padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat dari
bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, dengan
mengambil lithosdari bahasa latin yang berarti batu , dan sphere yang berarti selaput.

17
B. Sifat Fisik Mineral

Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah
dengan melakukan analisis secara kimiawi, dan yang kedua yang paling umum
dilakukan adalah dengan cara mengenali sifat-sifat fisiknya. Sifat-sifat fisik mineral
antara lain bentuk kristalnya, berat jenis, bidang boleh, warna, goresan, kilap,
dan kekerasan.

1. Bentuk kristal (crystall form) :


Pembentukan kristal suatu mineral tergantung pada ada atau tidaknya hambatan.
Contohnya suatu cairan panas terdiri dari unsur-unsur Natrium dan Chlorit.
Selama suhu tetap dalam keadaan tinggi, ion-ion tetap bergerak bebas dan tidak
terikat satu dengan yang lain. Jika suhu turun, kebebasan bergeraknya berkurang,
mulai terikat dan berkelompok membentuk Natrium Chlorida. Semakin
menurunnya suhu cairan, kelompok tersebut membesar dan membentuk mineral
Halit yang padat. Pada umumnya pertumbuhan mineral Kuarsa terbatas, namun
bentuknya yang tidak teratur tetap memperlihatkan susunan ion-ionnya dengan
struktur kristalnya yang khas berupa prisma bersisi enam. Kristal mineral intan
berbentuk segi-delapan atau Oktahedron dan mineral grafit dengan segi enam
yang pipih, keduanya mempunyai susunan kimiawi sama, terdiri dari unsure
karbon (C). Perbedaan terjadi karena susunan atom karbonnya yang berbeda.
Setiap mineral mempunyai sifat bentuk Kristal yang khas perwujudan
kenampakan luar, terjadi sebagai akibat susunan kristal didalamnya. Bentuk-
bentuk kristal : Prismatik, Orthorombik, Kubus, Tetrahedral, Heksagonal,
Trigonal dll

2. Berat jenis (specific gravity) :


Berat jenis setiap mineral ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta
kepadatan ikatan unsur-unsur dalam susunan kristalnya.

18
3. Bidang belah (fracture) :
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang
mempunyai arah tertentu yang ditentukan susunan dalam atom-atomnya, yang
merupakan bidang lemah suatu mineral.

4. Warna (color) :
Meskipun warna bukan menjadi ciri utama untuk membedakan antar mineral,
namun terdapat warna-warna khas untuk mengetahui unsur tertentu di
dalamnya. Contohnya warna gelap mengindikasikan adanya unsur besi,
sedangkan warna terang mengindikasikan kandungan aluminium.
5. Goresan pada bidang (streak) :
Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada
mineral kuarsa dan pyrite yang terlihat jelas dan khas.
6. Kilap (luster) :
Kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu mineral.
Ada 2 jenis kilap, yaitu kilap Logam dan Non-logam.Kekerasan (hardness) :
Kekerasan yaitu sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan
mengalami abrasi atau mudah tergores. Kekerasan bersifat relatif, maksudnya jika
mineral saling digoreskan dengan yang lain maka mineral yang tergores relatif lebih
lunak dibanding lawannya. Skala kekerasan mineral dari yang terlunak (skala 1)
hingga terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala
Kekerasan Mohs.

Mineral
Kekerasan (Hardness)

1
Talc

2
Gypsum

19
3
Calcite

4
Fluorite

5
Apatite

6
Orthoclase

7
Quartz

8
Topaz

9
Corundum

10
Diamond

C. Penggolongan Mineral

Berdasarkan senyawa kimianya, mineral dikelompokkan menjadi mineral


Silikat dan Non-silikat. Dari 2000 jenis mineral yang dikenal, hanya beberapa yang
terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan Mineral
Pembentuk Batuan atau Rock Forming Minerals, yang merupakan penyusun utama
batuan kerak dan mantel Bumi. Mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi
empat yaitu Silikat, Oksida, Sulfida, Karbonat dan Sulfat:

20
1. Mineral Silikat

90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Silikat
merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu seperti batuan beku
maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

2. Mineral Non-Silikat
Mineral non silikat adalah kelompok mineral yang unsure
pembentuknya bukan dari silica. Secara garis besar hampir semua
mempunyai komposisi kimia yang sederhana ; berupa unsur, sulfida
(bila unsur logam bersenyawa dengan sulfur), atau oksida (bila unsur
logam bersenyawa dengan oksigen). Native element seperti
tembaga, perak atau emas agak jarang terdapat. Sulfida kecuali Pirit,
tidak jarang ditemukan, tetapi hanya cukup berarti bila relatif
terkonsentrasi dalam urat (Vein) dengan cukup besar.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran yang menopang tegak
tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara. Tanah terbentuk dari
proses pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun kimia. Tanah terbentuk
atas horizon-horizon, yaitu Horizon O, Horizon A, Horizon E, Horizon B,
Horizon C, dan Horizon R.
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit
bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin).
Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi
butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan
dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan
pelapukan biologis. Pelapukan batuan disebabkan 3 faktor yaitu pelapukan
pelapukan kimia pelapukan fisika

3.2 Saran
Diharapkan melalui penulisan makalah ini mahasiswa mampu menggali dan
menghimpun fakta dan informasi seputar horizon-horizon tanah serta mampu
menganalisis bahan-bahan penyusun tanah secara detail.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://mbojo.wordpress.com/2007/06/13/ilmu-tanah/
https://mukegile08.wordpress.com/2012/02/10/bahan-penyusun-
tanah/
https://mbojo.wordpress.com/2007/06/13/ilmu-tanah/
https://aldofernandonasir.wordpress.com/2014/03/16/horizon-
horizon-tanah/
Hanafiah, K.A. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Mustafa, Muslimin. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Nurmala, Tati, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Holmes Arthur (1978). Principles of Physical Geology(edisi ke-3rd).
Wiley1958: The tectonic approach to continental drift. In: S. W. Carey
(ed.): Continental Drift – A Symposium. University of Tasmania, Hobart,
Korgen Ben J (1995). "A Voice From the Past: John Lyman and the Plate
Tectonics Story"
Spiess Fred, Kuperman William (2003). "The Marine Physical Laboratory
at Scripps"

23

Anda mungkin juga menyukai