Kelas : 2 DIV A
TINGKAT 2
PROGRAM STUDI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643
Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website : http://poltekkesjkt2.ac.id
TA. 2018/2019
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Horizon-
horizon Tanah dan bahan penyusunan tanah dengan lancar.
Makalah ini disusun dalam upaya memaparkan hasil penelitian kepustakaan kami
mengenai pengertian profil tanah, horizon-horizon tanah, dan bagian-bagian dari
horizon-horizon tanah tersebut.
Kami menghaturkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membimbing
dan membantu kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami harap Bapak dosen dan juga para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran kepada kami agar dapat bermanfaat bagi kemajuan pemikiran bersama.
Tim penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Profil Tanah................................................................................................ 3
2.2 Pengertian Horizon Tanah............................................................................................ 3
2.3 Bahan penyusun tanah ................................................................................................. 8
2.4 Pelapukan batuan dan mineral ................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 22
3.2 Saran ........................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya
bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik
bagi akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup
berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan
untuk hidup dan bergerak. Dari segiklimatologi, tanah memegang peranan penting
sebagai penyimpan air dan menekanerosi, meskipun tanah sendiri juga dapat
tererosi.[1]Menurut soil survey staff (1975) tanah adalah kumpulan tubuh alami pada
permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya
yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di
bagian atas dibatasi oleh udara atau air yang dangkal, ke samping dapat dibatasi oleh
air yang dalam atau bahkan hamparan es atau batuan, sedangkan bagian bawah
dibatasi oleh suatu materi yang tidak dapat disebut tanah yang sulit didefinisikan.
Ukuran terkecilnya 1 sampai 10 m2tergantung pada keragaman horizonnya. Tanah
merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh berkembangnya perakaran yang menopang tegak tumbuhnya tanaman dan
penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-
unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-lain), dan
secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktifitas tanah
untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan,
industri perkebunan, maupun kehutanan.[2]
Fraksi anorganik tanah terdiri dari fragmen batuan dan mineral dengan
berbagai ukuran dan susunan. Berdasarkan ukuran, dikenal fraksi utama yaitu :
kerikil (>2 mm); pasir (2,0– 0,05 mm); debu (0,05-0,002 mm) dan liat (<0,002 mm).
Fraksi ini secara umum tersusun oleh mineral silikat sekunder (mineral liat tipe 1:1,
2:1 dan 2:2), mineral besi oksida dan aluminium oksida, serta mineral primer yang
resisten (kuarsa dan mika).[3] Tanah merupakan sistem 3 fase, yaitu padat, cair dan
gas yang selalu mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang. Dipandang dari sisi
pedologi, tanah adalah suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus
1
dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman. Tanah yang dipelajari dalam
hubungannya dengan pertumbuhan tanaman disebut edaphologi.[4]
1.3 Tujuan
a. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Horison tanah dan bahan
penyusunan tanah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tegak (vertikal),
2. Baru,
Tiap tanah di cirikan oleh susunan horizon tertentu. Secara umum dapat
disebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon utama. Tiap
horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis
lainnya.
3
Lapisan tanah atas (topsoil) terdiri dari: (1) horizon O, dan (2) horizon A. Lapisan
tanah bawah (subsoil) terdiri dari: (1) horizon E, dan (2) horizon B. Solum tanah
meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan (2) lapisan tanah bawah.
1) Horizon O
Horizon O merupakan horizon bagian atas, lapisan tanah organik, yang terdiri
dari humus daun dan alas. Utamanya dijumpai pada tanah-tanah hutan yang
belum terganggu. Merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan
tanah mineral. Horizon organik merupakan tanah yang mengandung bahan
organik > 20% pada seluruh penampang tanah, tanah mineral biasanya
kandungan bahan organik kurang dari 20% karena sifat-sifatnya didominasi oleh
bahan mineral. Ada 2 jenis horizon O yaitu :
2) Horizon A
4
yang paling kasar dan struktur longgar dibanding dengan lapisan-
lapisan lain.
3) Horizon E
Merupakan lapisan warna terang dalam hal ini adalah lapisan bawah dan di
atas A Horizon B Horizon. Hal ini terdiri dari pasir dan lumpur, setelah
kehilangan sebagian besar dari tanah liat dan mineral sebagai bertitisan melalui
air tanah (dalam proseseluviation). Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi
adalah horizon yang telah mengalami proses eluviasi (pencucian) sangat intensif
sehingga kadar bahan organik tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada
pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) serta mineral resisten lainnya tinggi,
sehingga berwarna agak terang.
4) Horizon B
5
a) B1 : Horizon peralihan dengan horizon A yang mempunyai warna dan ciri
yang lebih mendekati warna dan ciri horizon B.
c) B3: Horizon peralihan dari horizon B ke C atau R dengan warna dan ciri
mendekati warna dan ciri horizon B. Jika horizon percampuran ini sulit
dengan horizon di bawahnya maka diberi simbol BC jika dibawahnya adalah
horizon C, dan BR jika dibawahnya langsung horizon R.
5) Horizon C
Horizon ini sudah tidak terbagi lagi dimana sama sekali tidak
mempunyai sifat-sifat horizon O, A, dan B tetapi tersusun atas bahan-bahan
yang telah dirubah:
c. Gleysasi,
6) Horizon R
6
Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan
masih berupa batuan. Dalam profil tanah terdapat 4 batas peralihan horizon
yang terlihat secara visual dalam beberapa kategori, yaitu :
Bentuk topografi dari batas horizon dalam profil tanah yang terlihat secara
visual dibagi dalam 4 kategori, yaitu: (1) bentuk topografi datar, (2) berombak, (3)
tidak teratur, dan (4) terputus
Menurut Kemas (2012), meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun
bagi tetanaman yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya
7
memiliki ketebalan dibawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti
padi, palawija, dan sesayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20
cm. Oleh karena itu, istilah kesuburan tanah[5] biasanya mengacu kepada
ketersediaan hara pada lapisan setebal ini, yang biasa disebut lapisan olah. Namun
bagi tetanaman perkebunan dan kehutanan (pepohonan) untuk jangka
panjang lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air.
Tanah tersusun atas 4 bahan utama, yaitu: bahan mineral, bahan organik, air
dan udara.
1. Bahan Mineral
Berasal dari hasil pelapukan batuan.
Susunan mineral dalam tanah berbeda-beda sesuai susunan mineral
batuan induknya (beku, malihan dan endapan)
Ukuran mineral :
· kerikil, kerakal, batuan : > 2 mm
· pasir : 2 mm – 50 u
· debu : 50 u – 2 u
· liat : < 2 u
Mineral dapat dibedakan menjadi : mineral primer dan mineral
sekunder.
Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan
yang dilapuk, umumnya dalam fraksi-fraksi pasir dan debu.
Mineral sekunder baru yang terbentuk selama proses pembentukan
tanah berlangsung, umumnya dalam fraksi liat.
2. Bahan Organik
Hasil penimbunan sisa-sisa tumbuhan dan binatang, sebagian telah
mengalami pelapukan dan pembentukan kembali menjadi mangsa
jasad mikro, sehingga sifatnya selalu berubah atau tidak mantap
Kadar bahan organik pada tanah mineral umumnya < 3%.
8
Berfungsi sebagai perekat butiran tanah, sumber utama unsur N, P
dan S, meningkatkan kemampuan tanah dan menahan air dan hara
serta sebagai sumber energi bagi jasad mikro.
Komposisi :
a. jaringan asli (bagian akar dan atas tanaman) dan bagian baru yang
telah mengalami pelapukan.
b. humus : telah diubah dari sifat aslinya secara menyeluruh,
berwarna hitam, bersifat kolodial, kemampuan menahan air dan ion
lebih besar dari liat.
3. Air
Dalam tanah terdapat dalam ruang pori tanah.
Kuat atau tidaknya air ditahan oleh tanah yang mempengaruhi
tingkat ketersediaan air tanah bagi tanaman.
Air dalam pori besar umumnya tidak tersedia bagi tanaman karena
segera hilang merembves ke bawah.
Air dalam pori sedang: mudah diserap oleh tanah
Air dalam pori halus : sulit diambil oleh tanaman. Jadi, tidak semua
air dalam tanah tersedia bagi tanaman, sebagian tetap tinggal dalam
tanah.
Larutan tanah mengandung garam-garam larut, sebagian besar
berupa hara tanaman :
· N, P ,K Ca, Mg dan S (hara makro)
· Fe,Mn, B, Mo,Cu, Zn dan Cl (hara mikro)
Terjadi dinamika hara dengan adanya pertukaran antara hara dalam
larutan dengan yang terdapat di permukaan tanah.
4. Udara
Menempati pori tanah (terutama sedang dan besar)
Jumlahnya berubah-ubah tergantung kondisi air tanah.
Susunannya tergantung dari reaksi yang terjadi dalam tanah :
· uap air > atmosfer
· CO2 > atmosfer
· O2 < atmosfer (bervariasi dipengaruhi kandungan CO2 dalam
tanah
9
Gambar 2.2 (sumber: http://agus-wandy.blogspot.com/2013/11/definisi-tanah-
bahan-bahan-penyusun.html)
I. Pasir
II. Debu
III. Liat
Pemisahan tanah biasanya dikelompokkan menjadi partikel-partikel mineral
dengan ukuran yang lebih kecil dari kerikil. Pasir merupakan suatu fraksi ukuran 2,0-
0,05 mm dan dibedakan menjadi pasir sangat halus ,halus,sedang,kasar,dan sangat
kasar.Butiran pasir biasanya tersusun dari kuarsa, feldspar, mika dan kadang-kadang
mineral berat seperti sircon,tourmaline, hourblande.Umumnya pasir mempunyi
dimensi relative seragam dan bisa dinyatakan berbetuk bulat, dan kadang bergerigi.
Debu adalah fraksi dengan ukuran 0,05-0,002 mm. partikel debu mirip partikel
pasir tapi memiliki ukuran luas permukaan yang lebih besar persatuan massa dan
sering di lapisi oleh lempung yang mengikat kuat .
Liat dengan ukuran kurang dari 0,002 mm merupakan fraksi koloid. Partikel liat
mencirikan bentik lempeng atau bentuk jarum dan biasanya termasuk dalam
kelompok aluminosilikat. Karena liat mempuayi luas permukaan per satuan massa
lebih besar dan aktifitas fisika kimia aktif , liat berperan sebagai penentu yang
mempunyai pengaruh besar pada sifat tanah. Partikel dapat mengikat air sehingga
tanah mengembang pada saat pembasahan dan menyusut saat kering Liat akan
bersifat plastis dan menjadi lengket bila lembabdan kemudian mengeras danretak
membentuk fraksi semen keras bila kering.
10
2.4 Pelapukan batuan dan mineral
A. Batuan
Ada banyak sekali elemen- elemen dari alam yang pasti telah kita ketahui
bersama. Dari cakupan yang sangat luas, yakni tata surya yang dihuni oleh planet-
planet (baca: planet di tata surya), bintang- bintang, asteroid (baca: ciri- ciri asteroid),
hingga satelit- satelit alami. Selain dari tata surya sendiri, kita juga telah mempelajari
mengenai tempat tinggal tinggal kita yakni planet Bumi. Selain Bumi, ada planet-
planet lainnya yang juga menjadikan matahari sebagai pusat. Planet- planet yang
mengitari matahari ini mempunyai karekateristik yang berbeda- beda (baca: ciri
planet di tata surya). Meski karakteristik atau ciri yang dimilikinya berbeda- beda,
namun terkadang ada beberapa elemen dari planet Bumi yang juga dimiliki oleh
planet lainnya. Salah satu elemen yang dimiliki oleh banyak planet dan hampir semua
adalah batuan.
Berbicara mengenai batuan, batuan adalah salah satu elemen di Bumi yang
keberadaannya sangat banyak. Batuan bahkan merupakan salah satu unsur penyusun
Bumi (baca: batuan penyusun Bumi). Batuan merupakan salah satu benda yang
memiliki siklus. Siklus tersebut berputar dan akan menciptakan batuan yang baru.
Salah satu tahapan dari siklus batuan adalah pelapukan. Batuan akan mengalami
pelapukan dan berubah menjadi tanah.
11
Selain sangat dipengaruhi oleh waktu, adanya pelapukan batuan ini juga dipengaruhi
berbagai macam faktor lainnya
1. Waktu
Faktor yang sangat erat dan sangat identik dengan peristiwa pelapukan
adalah waktu. Sering orang- orang mengatakan bahwasannya pelapukan ini terjadi
karena sebuah batuan sudah terlalu lama atau terlalu tuan, hingga akhirnya batuan
tersebut megalami pelapukan. Bahkan waktu merupakan faktor pertama yang akan
digunakan sebagai alasan mengapa pelapukan tersebut terjadi.
3. Topografi
12
batuan. Batuan- batuan yang berada di lereng yang curam cenderung akan mudah
untuk mengalami pelapukan dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat
yang landai.
4. Organisme
6. Keadaan vegetasi
13
batuan melapuk. Hal ini disebabkan karena serasah batuan mengandung zat- zat
asam arang dan juga humus yang dapat merusak kekuatan pada batuan.
1. Pelapukan Fisika
Jenis pelapukan yang pertama adalah pelapukan fisika. Pelapukan fisika merupakan
pelapukan yang sering disebut sebagai pelapukan mekanik. Pelapukan fisika adalah
proses pelapukan dari batuan yang diakibatkan adanya pengaruh faktor fisik pada
batuan. Ada faktor utama yang paling berperan dalam pelapukan ini. Faktor yang
paling dominan tersebut adalah suhu udara, tekanan, dan juga kristalisasi garam.
Pelapukan fisika ini juga dikenal sebagai pelapukan yang disebabkan oleh adanya
perubahan suhu atau iklim. Jenis pelapukan fisika ini hanya bisa ditemukan di
daerah yang mempunyai iklim ekstrim, seperti sub tropis, gurun (baca: gurun
terbesar di dunia), pesisir pantai (baca: manfaat pantai), dan daerah-daerah yang
mempunyai topografi yang curam. Adapun beberapa contoh pelapukan fisika ini
antara lain adalah sebagai berikut:
14
Melapuknya batuan di daerah gurun akibat adanya perubahan cuaca harian secara
ekstrim. Suhu udara tinggi pada siang hari akan membuat batuan memuai,
kemudian pada malam hari suhu udara akan turun dan membuat batuan menjadi
mengkerut. Karena proses ini berlangsung secara berulang- ulang akan
memungkinkan ikatan mineral dalam batuan mengalami pelemahan sehingga pada
akhirnya batuan akan hancur menjadi beberapa bagian.
Kristalisasi air garam yang terjadi pada batuan di pantai. kristalisasi garam yang
terjadi pada pori batuan di sekitarekosistem pantai akan menekan batuan secara
endogen sehingga akan memunculkan kemungkinan batuan akan pecah.
2. Pelapukan Kimia
Hidrolisis air hujan yang akan mengakibatkan naiknya tingkat keasaman di sekitar
batuan. I on H+ ynag muncul akan memungkinkan terjadinya korosi pada batuan.
15
Oksidasi yang terjadi pada batuan yang kaya mineral besi akan memungkinkan
ikatan mineral di permukaan batuan menjadi lemah dan pada akhirnya mengalami
pelapukan.
Proses pelarutan batuan kapur gamping akibat reaksinya terhadap air (baca: jenis
air).
Berbicara mengenai pelapukan kimia, kita akan mengenal adanya 4 proses yang
termasuk dalam pelapukan kimia. Adapun 4 proses tersebut antara lain adalah
adalah:
Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.
Hidrolisa, yaitu peroses penguraian air atas unsur- unsurnya menjadi ion- ion yang
bersifat positif dan negatif.
Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi.
Karbonasi, yaitu pelapukan batuan yang disebabkan karena karbondioksida.
Itulah beberapa proses yang akan kita temukan dalam pelapukan batuan secara
kimiawi. Proses tersebut hanya akan kita temui pada pelapukan yang bersifat
kimiawi saja.
Jenis pelapukan yang selanjutnya adalah pelapukan biologi atau pelapukan organik.
Pelapukan biologi merupakan jenis pelapukan batuan yang dilakukan oleh
organisme melalui aktivitasnya di sekitar lingkungan batuan tersebut berada.
16
Dengan kata lain pelapukan biologi ini terjadi karena disebabkan oleh makhluk
hidup.
Pelapukan ini terjadi karena adanya peranan organisme- organisme tertentu. adapun
organisme- organisme yang berperan dalam pelapukan ini antara lain berupa
binatang, tumbuhan, jamur, bakteri, atau bahkan manusia. Proses pelapukan biologi
atau organik ini melibatkan 2 cara, yaitu cara biokimia dan cara mekanis. Adapun
contoh pelapukan secara biologi atau organik ini antara lain adalah:
Penetrasi akar tumbuhan ke dalam sela- sela batuan akan menekan batuan tersebut,
sehingga akan mengalami perpecahan.
Adanya lumut di atas batuan. Tumbuhnya lumut di permukaan batuan
memungkinkan batuan mengalami degradasi. Kelembapan di permukaan batuan
akibat adanya proses penyerapan akar disertai dengan tingginya pH di sekitar
permukaan batuan akan membuat permukaan batuan tersebut mengalami korosi.
2. Mineral
17
B. Sifat Fisik Mineral
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah
dengan melakukan analisis secara kimiawi, dan yang kedua yang paling umum
dilakukan adalah dengan cara mengenali sifat-sifat fisiknya. Sifat-sifat fisik mineral
antara lain bentuk kristalnya, berat jenis, bidang boleh, warna, goresan, kilap,
dan kekerasan.
18
3. Bidang belah (fracture) :
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang
mempunyai arah tertentu yang ditentukan susunan dalam atom-atomnya, yang
merupakan bidang lemah suatu mineral.
4. Warna (color) :
Meskipun warna bukan menjadi ciri utama untuk membedakan antar mineral,
namun terdapat warna-warna khas untuk mengetahui unsur tertentu di
dalamnya. Contohnya warna gelap mengindikasikan adanya unsur besi,
sedangkan warna terang mengindikasikan kandungan aluminium.
5. Goresan pada bidang (streak) :
Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada
mineral kuarsa dan pyrite yang terlihat jelas dan khas.
6. Kilap (luster) :
Kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu mineral.
Ada 2 jenis kilap, yaitu kilap Logam dan Non-logam.Kekerasan (hardness) :
Kekerasan yaitu sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan
mengalami abrasi atau mudah tergores. Kekerasan bersifat relatif, maksudnya jika
mineral saling digoreskan dengan yang lain maka mineral yang tergores relatif lebih
lunak dibanding lawannya. Skala kekerasan mineral dari yang terlunak (skala 1)
hingga terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala
Kekerasan Mohs.
Mineral
Kekerasan (Hardness)
1
Talc
2
Gypsum
19
3
Calcite
4
Fluorite
5
Apatite
6
Orthoclase
7
Quartz
8
Topaz
9
Corundum
10
Diamond
C. Penggolongan Mineral
20
1. Mineral Silikat
90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Silikat
merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu seperti batuan beku
maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
2. Mineral Non-Silikat
Mineral non silikat adalah kelompok mineral yang unsure
pembentuknya bukan dari silica. Secara garis besar hampir semua
mempunyai komposisi kimia yang sederhana ; berupa unsur, sulfida
(bila unsur logam bersenyawa dengan sulfur), atau oksida (bila unsur
logam bersenyawa dengan oksigen). Native element seperti
tembaga, perak atau emas agak jarang terdapat. Sulfida kecuali Pirit,
tidak jarang ditemukan, tetapi hanya cukup berarti bila relatif
terkonsentrasi dalam urat (Vein) dengan cukup besar.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran yang menopang tegak
tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara. Tanah terbentuk dari
proses pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun kimia. Tanah terbentuk
atas horizon-horizon, yaitu Horizon O, Horizon A, Horizon E, Horizon B,
Horizon C, dan Horizon R.
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit
bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin).
Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi
butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan
dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan
pelapukan biologis. Pelapukan batuan disebabkan 3 faktor yaitu pelapukan
pelapukan kimia pelapukan fisika
3.2 Saran
Diharapkan melalui penulisan makalah ini mahasiswa mampu menggali dan
menghimpun fakta dan informasi seputar horizon-horizon tanah serta mampu
menganalisis bahan-bahan penyusun tanah secara detail.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://mbojo.wordpress.com/2007/06/13/ilmu-tanah/
https://mukegile08.wordpress.com/2012/02/10/bahan-penyusun-
tanah/
https://mbojo.wordpress.com/2007/06/13/ilmu-tanah/
https://aldofernandonasir.wordpress.com/2014/03/16/horizon-
horizon-tanah/
Hanafiah, K.A. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Mustafa, Muslimin. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Nurmala, Tati, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Holmes Arthur (1978). Principles of Physical Geology(edisi ke-3rd).
Wiley1958: The tectonic approach to continental drift. In: S. W. Carey
(ed.): Continental Drift – A Symposium. University of Tasmania, Hobart,
Korgen Ben J (1995). "A Voice From the Past: John Lyman and the Plate
Tectonics Story"
Spiess Fred, Kuperman William (2003). "The Marine Physical Laboratory
at Scripps"
23