Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PENYEHATAN UDARA

Faktor Lingkungan Kimia Udara ( Debu dan Gas )

Disusun oleh:

Ahmad Hafiyyan N
Annisa Rahmawati
Jihan Salma Salsabila
Kisi Rahmadevy
Muhammad Dimas Setiadi
Renaldi Ardiya
Salsabila Faradini
Zahra Hanafa

Kelompok 3

3 DIV-A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643

Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website : http://poltekkesjkt2.ac.id


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Faktor Lingkungan Kimia Udara (debu dan gas)”. Sebagai tugas dan bahan diskusi, yang
diberikan oleh dosen Mata Kuliah Penyehatan Udara - A.

Kami berterima kasih kepada para dosen yang telah membeikan arahan dan bantuan,
kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh Karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segala maaf, bila penyusunan
Makalah ini dianggap kurang berkenan, terutama oleh pihak dianggap dirugikan dan lain-lain.
Oleh karena itu keritikan yang bersikap konstruktis senantiasa kami harapkan, baik dari
pembimbing maupun yang membaca Makalah ini agar kami dapat memperbaiki diri.

Oleh sebab itu akibat segalah kekurangan isi Makalah kami, kami ucapkan banyak
terimakasih jika ada segalah kritik dan saran dari berbagai pihak pembaca. Semoga Tuhan yang
Maha Esa senantiasa membalas kebaikan yang telah diperbuat dan memaafkan setiap kekeliruan
yang telah kami lakukan. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh
sebab itu kami akan sangat berterima kasih sekirahnya mendapatkan masukan untuk
menyempurnakan.

Jakarta, September 2020

Kelompok 3

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1


1.2 Tujuan........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2

2.1 VOC..........................................................................................................................2

2.2 COX..........................................................................................................................3

2.3 CO2...........................................................................................................................7

2.4 Formadehida............................................................................................................8
2.5 Oksidan ...................................................................................................................8
2.6 NOX ........................................................................................................................10
2.7 SOX.........................................................................................................................15
2.8 HC............................................................................................................................20
2.9 Partikulat ( RSP ) ....................................................................................................23
2.10 Baku Mutu Udara Ambien .....................................................................................25

BAB III PENUTUP...............................................................................................................27

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................27

Daftar Pustaka.......................................................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Udara adalah suatu kesatuan ruangan, dimana makhluk hidup berada
didalamnya. Udara atmosfer merupakan campuran gas yang terdiri dari 78% nitrogen;
20% oksigen; 0,93% argon; 0,03% karbon monoksida dan sisanya terdiri dari neon,
helium, metan dan hidrogen. Udara dikatakan “normal“ dan dapat mendukung
kehidupan manusia, apabila komposisinya seperti tersebut di atas . Udara dikatakan
telah tercemar apabila telah terjadi perubahan terhadap komposisi di atas terutama
terjadi penambahan gas lain yang menimbulkan gangguan.
Terjadinya pencemaran udara disebabkan karena kelembaban udara
bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda konsentrasinya di
setiap daerah. Kondisi udara di dalam  atmosfer tidak pernah ditemukan dalam
keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-
partikulat yang tidak kita perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari
aktivitas alam dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus
masuk ke dalam udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya
lapisan troposfer. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau
lebih bahan pencemar yang diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO,
CO2, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang
sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
1. 2 Tujuan
 Memenuhi tugas mata kuliah Penyehatan Udara – A
 Memahami faktor lingkungan kimia udara
 Mengetahui jenis jenis bahan kimia yang ada di udara

1
BAB II

PEMBAHASAN

Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih,
melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita
perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam dan juga yang
dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke dalam udara dan
mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan troposfer.. Gas-gas CO,
SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat cair yang dapat mencemari udara secara alami ini
disebut bahan pencemar udara alami, sedangkan yang dihasilkan karena kegiatan manusia
disebut bahan pencemar buatan. Terdapat beberapa komponen kualitas kimia udara dalam
ruangan. Beberapa parameter kualitas kimia udara dalam ruangan antara lain meliputi
Volatile Organic Compound (VOC), Formaldehida, Carbon dioksida (CO2), Carbon
Monooksida (CO), Ozon (O3), Bau, Asap Rokok, dan partikulat (respirable suspended
perticulate).

2. 1 VOC ( Volatile Organic Compound )


Kehadiran pencemar organik mungkin merupakan konstituen terbesar dari aerosol
yang ada di dalam ruang. Dikarenakan jumlah spesies bahan kimia hadir di udara dalam
ruang, dan kesulitan di dalam identifikasi dan kuantifikasi dari kimia organik yang
tercampur, maka kontaminasi senyawa organik (VOC) di dalam ruangan belum dapat
diketahui dengan baik sampai saat ini. Menurut Bortoli dari senyawa-senyawa yang telah
dilakukan studi, senyawa paling banyak teridentifikas meliputi toluene, xylene dan
apinene. (Pudjiastuti, 1998). Beberapa senyawa organik volatile yang ditemukan di
dalam ruangan telah menunjukkan adanya hubungan dengan sejumlah gejala penyakit.
Beberapa gejala penyakit yang ada di dalam ruang yang banyak dijumpai yaitu sakit
kepala, iritasi mata dan selaput lendir, iritasi sistem pernapasan, drowsiness (mulut
kering), fatigue (kelelahan), malaise umum.
Dalam ruangan gedung dapat dideteksi ratusan jenis VOC, yaitu bahan organik yang
mudah menguap. Bahan-bahan itu muncul dari peluruhan degradasi, penguapan dari
bahan material bangunan, bahan perekat dan pelarut, pembersih ruangan, pewangi
ruangan, kosmetik, cat, serta asap rokok. Beberapa jenis VOC dikenal bersifat racun
(toxic), menimbulkan perubahan sel dan kanker. Salah satu jenis VOC yang penting

2
adalah formaldehid. Dalam konsentrasi normal dan waktu yang relatif pendek, pada
umumnya VOC kurang serius bagi kesehatan manusia (Roe, Perry & Gee, 1995).

2. 2 COx ( Carbon Monoksida )


Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan juga tidak
berasa, serta diproduksi oleh segala proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung karbon atau oleh pembakaran di bawah tekanan dan
temperature tinggi seperti yang terjadi di dalam mesin (internal combustion engine).
Karbon monoksida secara praktis diproduksi oleh proses-proses yang artifisial dan
80% nya diduga berasal dari asap kendaraan bermotor. Konsentrasi CO di udara
perkotaan menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu lintas, dan korelasi
yang negatif dengan kecepatan angin. Secara alamiah CO diproduksi oleh Hydrozoa
(siphonophores), suatu makhluk laut, juga oleh reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam
atmosfer.

Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses sebagai
berikut:

 Pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen yang mengandung


karbon.
 Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu
tinggi.
 Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi CO dan O.
Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara,
berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas
CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Secara alamiah gas CO dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti
gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain.

Secara sederhana pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi melalui beberapa
tahap sebagai berikut :

2C + O2 2CO
2CO + O2 2CO2
Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua, oleh
karena itu CO merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat

3
merupakan produk akhir jika jumlah O2 tidak cukup untuk melangsungkan reaksi kedua.
CO juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen di dalam campuran
pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak tercampur rata.
Pencampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan udara menghasilkan beberapa
tempat yang kekurangan oksigen. Semakin rendah perbandingan antara udara dengan
minyak bakar, semakin tinggi jumlah karbon monoksida yang dihasilkan.

Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan CO yang utama (sekitar 59,2%),


maka daerah-daerah yang berpenduduk padat dengan lalu lintas ramai memperlihatkan
tingkat polusi CO yang tinggi.Konsentrasi CO di udara pada tempat tertentu dipengaruhi
oleh kecepatan emisi (pelepasan) CO di udara dan kecepatan dispersi dan pembersihan
CO dari udara. Pada daerah perkotaan kecepatan pembersihan CO dari udara sangat
lambat, oleh karena itu kecepatan dipersi dan pembersihan CO dari udara sangat
menentukan konsentrasi CO di udara.

Umur Karbon Monoksida dalam udara diperkirakan 0,3 tahun. CO akan berubah
menjadi CO2 apabila terdapat O2 yang tereksitasi dan bereaksi dengannya. Oksidasi
berjalan kurang lebih 0,1 % per jam apabila terdapat cukup cahaya matahari. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa menghilangnya CO dari atmosfer berjalan lebih cepat
daripada yang dapat dijelaskan oleh proses oksidasi biasa. Hal ini, antara lain,
disebabkan karena terdapat mikroorganisme dalam tanah yang dapat menghilangkannya.
Berbagai jenis fungsi seperti Penicillium dan Aspergillus dan mungkin pula berbagai
jenis bakteri dapat menghilangkan CO dari udara. Dikatakan bahwa, kadar CO sebesar
120 ppm dapat dihilangkan dalam waktu tiga jam setelah kontak dengan tanah seberat
2,8 kg.Sumber CO dapat berasal dari sumber alami ataupun sumber antropogenik.
Sumber alami berupa pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan,
misalnya dari lautan, oksidasi metal di atmosfer, pegunungan, aktivitas gunung berapi
dan kebakaran hutan. Sedangkan sumber antropogenik antara lain berasal dari bermotor,
terutama pengguna bahan bakar bensin.

Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai


perkotaan. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat
mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta
kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung
pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan

4
karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan
yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.Sumber CO dari dalam ruang (indoor)
termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Sumber lain CO
adalah gas arang batu yang mengandung lebih 5% CO, yaitu alat pemanas berbahan
bakar gas, lemari es gas, kompor gas, dan cerobong asap yang bekerja tidak baik.

Berikut merupakan dampak CO terhadap berbagai aspek.

a. Kesehatan Manusia
CO diserap melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin secara
reversible, membentuk karboksi-hemoglobin (COHb). Selebihnya mengikat diri
dengan mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskular lain, seperti
cytochrome c oxidase dan cytochrome P-450. Afinitas CO terhadap protein heme
bervariasi 30 sampai 500 kali afinitas oksigen, tergantung pada protein heme
tersebut. Untuk hemoglobin, afinitas CO 208-245 kali afinitas oksigen. Efeknya
terhadap kesehatan disebabkan karena CO dapat menggeser oksigen yang terikat
pada hemoglobin (Hb) dan mengikat Hb menjadi karboksi-hemoglobin (COHb)
seperti pada reaksi berikut.

O2Hb + CO  COHb + O2

Reaksi ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas darah untuk


menyalurkan O2 kepada jaringan-jaringan tubuh. Kadar COHb akan bertambah
dengan meningkatnya kadar CO dalam atmosfer. Sebagai contoh, pada konsentrasi
CO sebesar 10 ppm, akan terdapat 2% COHb darah pada keadaan seimbang.
Gejala yang terasa dimulai sebagai pusing-pusing, kurang dapat memperhatikan
sekitarnya, kemudian terjadi kelainan fungsi susunan saraf pusat, perubahan fungsi
paru-paru dan jantung, terjadi rasa sesak napas, pingsan pada 250 ppm, dan
akhirnya dapat menyebabkan kematian pada 750 ppm. Sekalipun demikian, kadar
CO di dalam udara bebas jarang dapat mencapai kadar 100 ppm, oleh karenanya
jarang menyebabkan bahaya terhadap kesehatan orang yang sehat. Bagi mereka
yang telah mengidap penyakit-penyakit lain, maka CO dalam dosis rendah akan
menimbulkan efek/gangguan. Hal ini terjadi misalnya, pada penderita penyakit
paru-paru, jantung, ataupun pada perokok yang sebagian dari hemoglobinnya

5
sudah terikat oleh CO, maka adanya CO dalam atmosfer dapat memperparah
keadaan.

CO bukan merupakan racun yang kumulatif. Ikatan Hb dengan CO bersifat


reversible dan setelah Hb dilepaskan oleh CO, sel darah merah tidak mengalami
kerusakan. Absorbsi atau ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO dalam udara
lingkungan (ambient air), kadar COHb sebelum pemaparan (kadar COHb inisial),
lamanya pemaparan, dan ventilasi paru. Bila orang yang telah mengabsorbsi CO
dipindahkan ke udara bersih dan berada dalam keadaan istirahat, maka kadar
COHb semula akan berkurang 50% dalam waktu 4,5 jam. Dalam waktu 6-8 jam
darahnya tidak mengandung COHb lagi. Inhalasi oksigen mempercepat ekskresi
CO sehingga dalam waktu 30 menit kadar COHb telah berkurang setengahnya dari
kadar semula. Umummya kadar COHb akan berkurang 50% bila penderita CO
akut dipindahkan ke udara bersih dan selanjutnya sisa COHb akan berkurang 8-
10% setiap jamnya. Hal ini penting untuk dapat mengerti mengapa kadar COHb
dalam darah korban rendah atau negatif pada saat diperiksa, sedangkan korban
menunjukkan gejala dan atau kelainan histopatologis yang lazim ditemukan pada
keracunan CO akut.

6
Tabel 1 Efek CO pada Berbagai Konsentrasi
b. Ekosistem dan Lingkungan
Di udara,karbon monoksida (CO) terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di perkotaan dengan lalu lintas yang padat
konsentrasi gas CO antara 10-15 ppm.
c. Hewan
Pada hewan, dampak dari kadar karbon monoksida yang berlebihan hampir
menyerupai dampak yang terjadi pada manusia, dapat menyebabkan kematian.
d. Tumbuhan
Bagi Tumbuhan, kadar CO 100ppm pengaruhnya hampir tidak ada
khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200ppm dengan waktu kontak 24
jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas terutama
yang terdapat pada akar tumbuhan.
e. Material
Karbon monoksida sendiri tidak terlepas dari efeknya yang menimbulkan sisi
negatif pada benda material. Pada material, dampak pencemaran udara oleh karbon
monoksida dapat berupa perubahan warna kehitaman pada daerah yang telah
tercemar oleh karbon monoksida. Selain itu, apabila gas CO teroksidasi menjadi
CO2, maka dapat menimbulkan efek hujan asam juga yang dapat mengakibatkan
peningkatan laju korosi pada benda-benda logam.

2. 3 CO₂ ( Carbon Dioksida )


Berdasarkan studi BASE konsentrasi CO2 di udara dalam ruangan secara statistik
memiliki hubungan positif dengan kejadian SBS. 70% bangunan dengan ventilasi
mekanik dan menggunakan air conditioner dalam studi menunjukkan hubungan yang
signifikan antara CO2 dan SBS. (EPA, 2002).
Karbon dioksida bersifat inert dan tidak dapat bereaksi dengan material bangunan,
memiliki berat jenis yang lebih tinggi dari udara sehingga terakumulasi di tempat-tempat
yang lebih rendah. CO2 dalam ruangan tertutup bersumber dari hasil pernapasan

7
manusia. Pada ruangan yang menggunakan sistem pengatur udara, udara yang dihasilkan
dari penghuni tidak dapat keluar sehingga secara langsung penghuni menghirup kembali
CO2. Pada udara dalam ruangan khususnya ruangan yang menggunakan sistem sirkulasi
udara terpusat, keberadaan CO2 semakin meningkat, sementara keberadaan O2 semakin
menurun, hal ini karena manusia pada proses respirasi membutuhkan oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida (Fardiaz, 1992).

2. 4 Formadehida
Formaldehid adalah gas yang tidak berwarna dengan bau yang menyengat. Banyak
bahan yang ada dalam ruang dapat mengemisikan gas formaldehid termasuk bahan yang
diisolasi, plafon, kayu lapis, furniture kantor, lem karpet, plastik, serat sintetis dalam
karpet, pestisida, cat, dan kertas. Tingkat emisi gas formaldehid naik sebanding dengan
kenaikan suhu (Pudjiastuti, 1998). Formaldehid adalah aldehida yang paling sederhana
yang memiliki sifat mudah menguap. Dalam industri sering digunakan sebagai bahan
pelarut, perekat, dan pengawet. Untuk kesehatan, formaldehid sering digunakan sebagai
antiseptik, sterilisasi khususnya untuk alat pembersih ginjal (Fardiaz, 1992).
Formaldehid merupakan salah satu pencemar udara dalam ruang dan dapat
menyebabkan terganggunya kesehatan manusai yang berada di dalam ruangan tersebut.
Formaldehid banyak didapati pada perlengkapan gedung. Selain itu, Formaldehid
merupakan molekul reaktif dan kovalen dengan protein serta Formaldehid dapat
menimbulkan alergi kontak dermatitis. Kebanyakan akibat Formaldehid yang dilaporkan
adalah adanya iritasi pada sistem pernapasan, iritasi pada mata dan tenggorokan serta
sakit kepala. Sifat-sifat iritan Formaldehid sebagian besar merupakan penyebab sejumlah
keluhan yang berhubungan dengan iritasi pada mata, saluran pernafasan atas dan kulit.
Menurut Molhave pada tahun 1984 dalam suatu penyelidikan dan studi epidemiologi,
iritasi membran mucus paling banyak dijumpai. Ini termasuk iritasi mata, hidung, dan
sinus, tenggorokan, hidung yang berair, dan batuk.
Keluhan yang muncul ini termasuk kedalam golongan keluhan SBS. Jika terpapar
formaldehid dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebkan kematian.
Dalam tubuh manusia, formaldehid dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan
keasaman darah, tarikan napas menjadi lebih pendek, hiportemia, juga koma, atau
sampai kepada kematiannya. Di dalam tubuh, formaldehid bisa menimbulkan terikatnya
DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Ada studi yang
menunjukkan apabila formaldehid dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang

8
digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsiogenik terhadap makhluk
hidup yang terpapar zat (Hodgson, 2002).

2. 5 Oksidan Fotokimia
Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai
pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses
fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi
komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk
merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi antara bahan
pencemar primer dengan sinar. Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam
produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO2. Polutan
sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan
peroksiasetilnitrat.
Oksidan fotokimia adalah komponen atmosfer yang diproduksi oleh proses fotomikia,
yaitu suatu proses kimia yang mebutuhkan sinar, yang akan mengoksidasi komponen-
komponen yang tidak segera dapat dioksidasi oleh gas oksigen. Senyawa yang terbentuk
merupakan polutan sekunder yang diproduksi karena interaksi antara polutan primer
dengan sinar matahari. Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam
produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO2 . Polutan
sekunder yang paling berbahaya yang dihasilkan oleh reaksi hidrokarbon dalam siklus
tersebut adalah ozon (O3) dan peroksiasetilnitrat, yaitu salah satu komponen yang paling
sederhana dari grup peroksiasilnitrat (PAN).
Yang dimaksud dengan oksidan fotokimia meliputi Ozon, Nitrogen dioksida, dan
peroksiasetilnitrat (PAN) karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk
ozon maka hasil monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon. Karena
pengaruh pencemaran udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya perubahan pola
pencemaran selama sehari dan dari suatu tempat ketempat lain, maka waktu dimana
kadar Ozon paling tinggi secara umum ditentukan dalam pemantauan. Mencatat jumlah
perjam per hari, perminggu, per musim atau per tahun selama kadar tertentu dilampaui
juga merupakan cara yang berguna untuk melaporkan sejauh mana Ozon menjadi
masalah. Kadar ozon alami yang berubah-ubah sesuai dengan musim pertahunnya
berkisar antara 10–100mg/m3 (0,005–0,05 ppm).
Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu
proses pernafasan normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi

9
mata. Beberapa gejala yang dapat diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak
dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak ditemukan pengaruh apapun, pada
kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan Ozon
pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat
mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak
dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema
pulmonari. Pada kadar di udara ambien yang normal, peroksiasetilnitrat (PAN) dan
Peroksiabenzoilnitrat (PbzN) mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi tidak berbahaya
bagi kesehatan. Peroksibenzoilnitrat (PbzN) lebih cepat menyebabkan iritasi mata.
Ozon bukan merupakan hidrokarbon tetapi konsentrasi O3 di atmosfer naik sebagai
akibat langsung dari reaksi hidrokarbon, sedangkan PAN merupakan turunan
hidrokarbon. Hasil reaksi antara O dengan hidrokarbon merupakan produk intermediat
yang sangat reaktif yang disebut hidrokarbon radikal bebas (RO2 ). Radikal bebas
semacam ini dapat bereaksi lebih lanjut dengan berbagai komponen termasuk NO, NO2 ,
O2 , O3 , dan hidrokarbon lainnya. Beberapa reaksi yang mungkin terjadi di antara
bermacam-macam reaksi tersebut adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1992):
 Radikal bebas bereaksi cepat dengan NO membentuk NO2 . Karena NO
dihilangkan dari siklus tersebut, akibatnya mekanisme normal untuk
menghilangkan O3 dari siklus tidak terjadi, sehingga konsentrasi O3 meningkat.
 Radikal bebas dapat bereaksi dengan O2 dan NO2 membentuk peroksiasilnitrat.
 Radikal bebas dapat bereaksi dengan hidrokarbon lainnya dan komponen oksigen
membentuk komponen-komponen organik lainnya yang tidak diinginkan.

Campuran produk-produk sebagai akibat gangguan hidrokarbon di dalam siklus


fotolitik NO2 disebut smog fotokimia, yaitu terdiri dari kumpulan O3 , CO, PAN dan
komponen-komponen organik lainnya termasuk aldehide, keton, dam alkil nitrat.
Konsentrasi oksidan di udara dipengaruhi oleh ada tidaknya sinar matahari dan kadar
bahan-bahan pencemar primernya di udara. Pada siang hari kadar oksidan mencapai
titik maksimum dan malam hari kadar oksidant berada pada titik minimumnya.

2. 6 NOx ( Nitrogen Oksida )

Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfer
yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2). Walaupun ada

10
bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui
sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna
dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau
tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada nitrogen
dioksida. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen
diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak
oksigen membentuk NO2.

Baik NO maupun NO2 didapat dalam udara yang tidak tercemar, sedangkan N 2O
adalah zat yang tidak pernah ada di dalam udara yang murni. Sumber utama nitrogen
oksida adalah pembakaran. Di Amerika Serikat, kendaraan bermotor diperkirakan
memberi kontribusi 50% terhadap kadar nitrogen oksida atmosfer setiap tahunnya
(1965). Pada hakekatnya semua pembakaran akan menghasilkan NOx, karena banyaknya
nitrogen dan oksigen di dalam udara sewaktu terjadi proses pembakaran. Kendaraan
bermotor memproduksi nitrogen oksida dalam bentuk NO sebanyak 98%. Di dalam
udara NO ini kaan berubah menjadi NO2.

NO2 adalah gas yang toksis bagi manusia. Efek yang terjadi tergantung pada dosis
serta lamanya pemaparan yang diterima seseorang. Konsentrasi NO2 yang berkisar antara
50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan paru-paru bila orang terpapar selama
beberapa menit saja. Pada fase ini orang masih dapat sembuh kembali dalam waktu 6-8
minggu. Konsentrasi 150-200 ppm dapat menyebabkan pemampatan bronkhioli dan
disebut “bronchiolitis fibrosis obliterans”. Orang dapat meninggal dalam waktu 3-5
minggu setelah pemaparan. Konsentrasi lebih dari 500 ppm dapat mematikan dalam
waktu 2 – 10 hari.

Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu
kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama
lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (di atas 1210°C) keduanya dapat bereaksi
membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara.
Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C,
oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan
NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.

Secara umum, sumber NOx di alam berasal dari bakteri dan akitivitas vulkanik,
proses pembentukan petir, dan emisi akibat aktivitas manusia (antropogenik). Emisi

11
antropogenik NOx terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti
pembangkit tenaga listrik dan kendaraan bermotor. Sumber lain di atmosfer berupa
proses tanpa pembakaran, contohnya dari hasil produksi asam nitrat, pengelasan, dan
penggunaan bahan peledak.

Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen (NOx) yang dibebaskan ke udara, jumlah
yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan
tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar
secara merata sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah
pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan
meningkat pada tempat tertentu.

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100
ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian
tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2
sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji
dalam waktu 29 menit atau kurang. Percobaan dengan pemakaian NO2 dengan kadar 5
ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas. Selain
itu juga gas NO2 dapat menyebabkan hujan asam seperti sulfur oksida yang bersifat
korosif dan dapat melarutkan logam berat yang ada ditanah serta mengganggu ekosistem
yang ada.

Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara
pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb).
Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber
utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan
pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan
sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang,
minyak, gas, dan bensin. Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari
tergantung dari intensitas sinar mataharia dan aktivitas kendaraan bermotor. Berikut
merupakan grafik konsentrasi dan emisi NO2 selama periode 1986-1995.

12
Gambar 2 Konsentrasi dan Emisi NO2 Periode 1986-1995

Berikut merupakan dampak NOx terhadap berbagai aspek.

a. Kesehatan Manusia
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian
menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum
pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian.
Diudara ambien yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang
bersifat racun. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih
tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90%
dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema
pulmonari ). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian
pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan
NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan
kesulitan dalam bernafas. Beberapa bahaya atau dampak paparan nitrogen oksida
(NOx) pada manusia yaituk eracunan akut/infeksi saluran pernafasan, lemah, sesak
nafas, batuk menimbulkan gangguan pada jaringan paru-paru, dan dapat
menyebabkan asma.

13
Tabel 2 Efek NO2 pada Konsentrasi Tertentu

b. Ekosistem dan Lingkungan


Pencemaran oksida nitrogen (NOx) bagi tumbuhan menyebabkan bintik-
bintik pada permukaan daun, bila konsentrasinya tinggi dapat mengakibatkan
nekrosis atau kerusakan jaringan daun yang mengakibatkan proses fotosintesis
terganggu. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai
temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman
tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm
sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga
70% (Pohan, 2002).

Di udara oksida nitrogen dapat menimbulkan PAN (Peroxy Acetyl


Nitrates) yang dapat menyebabkan iritasi mata (pedih dan berair). PAN bersama
senyawa yang lain akan menimbulkan kabut foto kimia (Photo Chemistry
Smog) yang dapat mengganggu lingkungan dan dapat merusak tanaman. Daun
menjadi pucat karena selnya mati. Jika hidrokarbon bercampur bahan lain
toksitasnya akan meningkat (Anonim, 2008).

c. Hewan
Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan, pengaruh yang
membahayakan seperti   misalnya meningkatnya kepekaan terhadap radang saluran

14
pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat pajanan sebesar 100 μg/m3 (Tugaswati,
2004).

d. Tumbuhan
Selain mempengaruhi ekosistem perairan, peningkatan jumlah nitrogen
yang terserap dalam tanah akibat adanya hujan asam juga dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan nutrisi di dalam tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya
pencucian mineral  seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang merupakan yamg
merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mineral
tersebut digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru menghambat
pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian mulai
mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan
terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman.Akibatnya produktivitas
tumbuhan menurun dan menghilangkan keragaman hayati karena hanya sepesies
tertentu saja yang dapat bertahan. Pada tumbuhan Nitrogen dioksida (NO2)
menimbulkan kerusakan jaringan sel mesophyll. Kerusakan ditandai oleh adanya
bercak warna putih atau coklat pada permukaan daun. Kebutuhan nitrogen dalam
tanaman hanya diperlukan dalan jumlah yang tidak terlalu banyak.

e. Material
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa
material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada dinding beton serta
logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monumen
termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan
melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah
menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.

2. 7 SOx (Sulfur Dioksida )

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx, terdiri dari gas SO2 dan gas
SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO 2 berbau sangat tajam dan tidak
mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi
dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfas atau H2SO4. Asam sulfat
ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan
kerusakan, seperti proses pengkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.

15
Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfer merupakan hasil dari
aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk SO2 . Sebanyak dua pertiga dari jumlah
sulfur di atmosfer berasal dari sumber-sumber alam seperti volcano, dan terdapat dalam
bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh polutan yang dibuat manusia
adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah
tertentu, bukan dari jumlah keseluruhannya, sedangkan polusi dari sumber alam biasanya
lebih tersebar merata. Transportasi bukan merupakan sumber utama polutan SOx tetapi
pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber utama polutan SOx,
misalnya pembakaran batu arang, minyak bakar, gas, kayu dan sebagainya.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua
bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, SO2 selalu
terbentuk dalam jumlah terbesar. Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam
dua tahap reaksi sebagai berikut :
S + O2    SO2
2SO2 + O2  2SO3
SO3 biasanya diproduksi dalam jumlah kecil selama pembakaran. Hal ini
disebabkan oleh dua faktor yang menyangkut reaksi terakhir tersebut di atas. Faktor
pertama adalah kecepatan reaksi yang terjadi, dan faktor kedua adalah konsentrasi SO 3
dalam campuran ekuilibrium yang dihasilkan dari reaksi tersebut.
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur
bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO 2) dan Sulfur trioksida (SO3),
yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap
manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa
individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang
berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami
penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Pencemaran SOx diudara juga berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan
pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara
berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida
lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS 2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja
(tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat

16
dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida
logam.
Pengaruh SO2 pada masyarakat dan lingkungan sangat bervariasi tergantung pada
jumlah gas yang terbuang ke atmosfer, jarak tempuh gas ke atmosfer bumi, troposfer
atau stratosfer, dan angin regional atau global dan pola iklim yang dapat menyebarkan
gas. Berikut merupakan grafik konsentrasi dan emisi SO2 selama periode 1986-1995.

Gambar 3 Konsentrasi dan Emisi SO2 Periode 1986-1995

Berikut merupakan dampak SO2 terhadap berbagai aspek.

a. Kesehatan Manusia
SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat),
beracun karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa gasnya.
SOx menimbulkan gangguan sitem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm akan
sangat berbahaya, 8-12 ppm menimbulkan iritasi mata, 3-5 ppm menimbulkan bau.
Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium
baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm.
Dalam bentuk gas, SO2 dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru yang
menyebabkan timbulnya kesulitan bernafas, terutama pada kelompok orang yang
sensitive seperti orang berpenyakit asma, anak-anak dan lansia. SO2 juga mampu
bereaksi dengan senyawa kimia lain membentuk partikel sulfat yang jika terhirup

17
dapat terakumulasi di paru-paru dan menyebabkan kesulitan bernapas, penyakit
pernapasan, dan bahkan kematian (EPA, 2007).

Tabel 3 Pengaruh Konsentrasi Sulfur Dioksida

b. Ekosistem dan Lingkungan


Tingginya kadar SO2 di udara merupakan salah satu penyebab terjadinya
hujan asam. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan
pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan
oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi
ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam
nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam
tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang
terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species
yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling
pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki
pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang.

c. Tumbuhan
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tumbuhan karena dengan konsentrasi
tinggi dapat membunuh jaringan pada daun, pinggiran daun dan daerah diantara
tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya kshlorosis.
Kerusakan tanaman ini akan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2
diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan
adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol
asam sulfat.

18
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada
permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari
analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang
rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi
tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari
tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian
magnesium di daun.
Dalam sejumlah kasus terjadi seleksi genetik didalam beberapa komunitas
tanaman alamiah terhadap daya tahan pencemaran atmosfer. Pengaruh sulfur
dioksida dan presipitasi asam paling nyata dan buruk dalam ekosistem hutan yang
berbatasan dengan peleburan atau beberapa sumber pusat pencemaran lainnya.
Sejalan dengan penelitian lainnya, spesies lumut bertambah dan diversivitas
meningkat dengan meningkatnya jarak dari gedung dibandingkan dengan sisi arus
angin naik. Jenis pepohonan tertentu, sweet birch dan pinus putih, diketahui paling
rentan terhadap pencemaran atmosfer.

d. Hewan
The National Academy Of Sciences (1978) juga menyimpulkan pengaruh
pH terhadap ikan. Di Norwegia, presipitasi asam juga mempunyai pengaruh
terhadap perikanan komersial. Wright dkk (1977) melaporkan bahwa penurunan
penangkapan ikan salmon di sungai-sungai selama seratus tahun yang lalu,
disebabkan oleh penurunan pH yang tetap.Dengan penurunanya pH terjadi
serangkaian perubahan kimiawi yang menyebabkan penurunan laju daur zat
makanan dalam sistem perairan. Dengan demikian, terdapat penurunan jumlah
bahan organik dalam suatu daerah dansuatu pergeseran keadaan oligotropik
didanau. Perubahan ekologis mengikuti pengaruh umum zat toksik terhadap
ekosistem.Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi
terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati
saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik
dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain
juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai
penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan
keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.

19
e. Material
Kerusakan oleh pencemaran SO2 juga dialami oleh bangunan yang bahan-
bahannya seperti batu kapur, batu pualam, dolomit akan dirusak oleh SO 2 dari
udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada penampilannya, integritas
struktur, dan umur dari gedung tersebut. Ancaman serius juga dapat terjadi pada
bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat
merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal
pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan
merusak batuan.

2. 8 HC ( Hidrocarbon )

Hidrokarbon di udara dapat berasal dari proses alamiah dan proses buatan manusia.
Secara alamiah hidrokarbon diproduksi oleh tanaman, dekomposisi zat organik; sumber
alamiah bagi karbon adalah sumur-sumur minyak dan gas bumi. Tanaman, terutama
pohon, seperti genus Citrus dan family Coniferae memproduksi hidrokarbon, yaitu
terpene yang didapat sebagai bagian dari minyak esensial dari tumbuhan. Dekomposisi
anaerobic oleh bakteri menghasilkan metan sebagai berikut :

2CH2O  CO2 + CH4

Bakteri

HC merupakan polutan primer karena dilepas ke udara ambien secara langsung.


Sumber dari pencemar HC ini dapat berasal dari  proses industri yang diemisikan ke
udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon. Kegiatan industri yang
berpotensi menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah industri plastik, resin,
pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet. Diperkirakan emisi industri sebesar
10 % berupa HC.

Selain industri, sumber HC dapat   berasal dari sarana transportasi yang


menggunakan mesin kurang baik. Metana, salah satu contoh senyawa HC juga dihasilkan
dari sumber –sumber alami seperti proses biologi aktivitas geothermal seperti explorasi
dan pemanfaatan gas alam dan minyakbumi. Jumlah yang cukup besar juga berasal dari
proses dekomposisi bahan organik pada permukaan tanah. Demikian juga pembuangan
sampah, kebakaran hutan dan kegiatan manusia lainnya mempunyai peranan yang cukup

20
besar dalam memproduksi gas hidrakarbon di atmosfer. Hidrokarbon di udara akan
bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut
plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan
padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan
merangsang terbentuknya sel-sel kanker.

Berikut merupakan dampak pencemar HC pada berbagai aspek.

a. Kesehatan Manusia
Di udara, Hidrokarbon akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan
membentuk ikatan baru yang disebut polycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang
banyak dijumpai di daerah industri dan daerah padat lalu lintas. Bila PAH masuk
dalam paru-paru manusia akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya
sel-sel kanker. Pengaruh hidrokarbon aromatik pada kesehatan manusia dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 Dampak Hidrokarbon terhadap Kesehatan

b. Ekosistem dan Lingkungan


Senyawa kimia hidrokarbon seperti minyak dan gas bumi merupakan salah
satu pencemaran yang sering terjadi di perairan laut. Polutan hidrokarbon di laut
banyak merugikan ekosistem laut, bahkan mematikan komoditi tertentu yang
akhirnya terjadi kepunahan. Polutan-polutan itu dapat berasal dari tumpahan
minyak oleh kapal-kapal niaga dan apal-kapal tanker. Laut yang tercemar oleh
tumpahan minyak akan membawa pengaruh negatif  bagi biota laut, karena emulsi
lemak dapat menghambat difusi oksigen dari atmosfer dalam badan air laut, serta
menghambat penetrasi sinar matahari ke permukaan perairan, yang akhirnya
mengakibatkan kematian fatal bagi biota.
Selain itu, reaksi pembakaran hidroakarbon yang melibatkan O2 akan
menghasilkan panas yang tinggi. Panas yang tinggi ini menimbulkan peristiwa

21
pemecahan (Cracking) menghasilkan rantai hidrokarbon pendek atau partikel
karbon. Gas hidrokarbon dapat bercampur dengan gas buangan lainnya. Cairan
hidrokarbon membentuk kabut minyak (droplet). Padatan hidrokarbon akan
membentuk asap pekat dan menggumpal menjadi debu/partikel. Hidrokarbon
bereaksi dengan NO2 dan O2 menghasilkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates) yang
bersifat toksik.

c. Hewan
Tumpahan minyak yang merupakan senyawa hidrokarbon di laut biasanya
lengket dan dapat menempel pada bulu burung laut yang berenang di sekitarnya.
Akibatnya  burung tersebut tidak dapat terbang. Lapisan minyak di permukaan
dapat juga menghambat kehidupan biota perairan, sehingga ikan atau hewan laut
lainnya tidak dapat bernafas dan akhirnya mati dan tenggelam .
Hidrokarbon yang bersifat mutagenik akan sangat rentan pada hewan.
Beberapa percobaan pada hewan telah membuktikan adanya indikasi perubahan
gen pada hewan tersebut. Hidrokarbon dapat memberikan dampak toksisitas akut
dan kronis .Secara umum efek akut hidrokarbon pada hewan yaitu iritasi pada kulit
dan mata. Penelitian menunjukkan hasil positif pada pengujian karsinogenik,
teratogenik, genotoksik, dan imunotoksik pada hewan uji. Keturunan binatang
laboratorium yang terpapar hidrokarbon menunjukkan penurunan berat badan yang
signifikan, pertumbuhan yang lambat, dan imunitas yang lemah.
d. Tumbuhan
Di udara, reaksi Hidrokarbon, NO2 dan O2 yang membentuk PAN akan
bereaksi lagi dengan  gas CO dan O3 membentuk kabut foto kimia (Photo
Chemistry Smog). Kabut tersebut dapat merusak tanaman dimana daun menjadi
pucat karena selnya mati. Jika hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya akan
meningkat.
e. Material
Dampak hidrokarbon pada material biasanya disebabkan oleh sifat kimiawi
hidrokarbon. Conthnya yaitu karet gelang yang direndam dalam bensin makan
akan bertambah volumenya tetapi berkurang sifat elastisnya. Dengan demikian,
hidrokarbon mampu melarutkan beberapa senyawa penting lain dalam material
sehinga akan mengubah tidak hanya sifat fisik, tetapi juga kimia.

22
Selain itu, pembakaran senyawa hidrokarbon yang tidak sempurna akan
menimbulkan jelaga dan nilai estetika material. Jelaga menimbulkan noda
kehitaman sehingga mengurangi estetika bangunan ataupun stuktur lain.

2. 9 Partikulat ( Respirable Suspended Perticulate )

Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan
tersuspensi di udara, misalnya embun, debu, asap, fumes, dan fog. Debu adalah zat
padat berukuran antara 0,1 – 25 mikron, sedangkan fumes adalah zat padat hasil
kondensasi gas, yang biasanya terjadi setelah proses penguapan logam cair. Dengan
demikian fumes berukuran sangat kecil, yakni kurang dari 0,1 mikron. Asap adalah
karbon ( C) yang berdiameter kurang dari 0,1 mikron, akibat pembakaran hidrat
karbon yang kurang sempurna; demikian pula halnya dengan jelaga. Jadi, partikulat
ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik.
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan
atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit
sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertian
yang lebih luas, dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemar
partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana
sampai dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan
bentuk pencemaran udara.
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan
campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang
terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai
dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam
waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang di udara dan masuk kedalam
tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga
mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya
mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan
bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya.
Sumber alamiah particulat atmosferik adalah debu yang memasuki atmosfer
karena terbawa oleh angina. Sumber artifisial debu terutama adalah pembakaran;
apakah itu pembakaran batu bara, minyak bumi, dan lain-lainnya yang dapat

23
menghasilkan jelaga (partikulat yang terdiri atas karbon dan lain-lain zat yang
melekat padanya). Sumber lain adalah segala proses yang menimbulkan debu seperti
pabrik semen, industri-industri, dan juga kendaraan bermotor.
Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga
berasal dari aktivitas manusia. Pencemaran partikel yang berasal dari alam, adalah
sebagai berikut  :
a. Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.
b. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke duara akibat letusan gunung
berapi.
c. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah
pegunungan.
Sumber pencemaran partikel akibat aktivitas manusia sebagian besar berasal
dari pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat
transportasi. Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang
berukuran 0,1 – 25 mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang
dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara,
misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog.
Partikel menyebar di atmosfer akibat dari berbagai proses alami, seperti letusan
vulkano, hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktifitas manusia juga berperan
dalam penyebaran partikel, misal dalam bentuk partikel debu dan asbes dari bahan
bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses pembakarana
tidak sempuran, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama adalah
pembakaran bahan bakar dari sumbernya. Diikuti oleh proses– proses industri.

Dampak Partikulat terhadap kesehatan :


Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam
hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa
senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan
senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh
partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung
kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada
diudara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang
membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10

24
mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat
udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli.
Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron
tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran
pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.
Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik
dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga. Selain itu partikulat debu yang melayang
dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat
menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun
yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi
kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya
sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam
tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik
pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara
yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama
yang besaral dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang
terikat pada partikulat patut mendapat perhatian .

2. 10 Baku Mutu Udara Ambien Nasional


Dalam Pasal 5 PP. No. 41 Tahun 1999 dinyatakan bahwa daerah dapat menetapkan
BMUA daerah berdasarkan status mutu udara ambien di daerah yang bersangkutan
melalui keputusan gubernur. BMUA daerah ditetapkan sebagai batas maksimum
kualitas udara ambien daerah yang diperbolehkan dan berlaku diseluruh wilayah
udara di atas batas administrasi daerah, dengan ketentuan sama dengan atau lebih
ketat dari baku mutu udara ambien nasional. Tabel di bawah ini menunjukkan BMUA
sebagaimana tercantum dalam Lampiran PP. No. 41 Tahun 1999.

25
26
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan


bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang
tidak kita perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam
dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke dalam
udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan
troposfer.Terdapat beberapa komponen kualitas kimia udara dalam ruangan. Beberapa
parameter kualitas kimia udara dalam ruangan antara lain meliputi Volatile Organic
Compound (VOC), Formaldehida, Carbon dioksida (CO2), Carbon Monooksida
(CO), Oksida (O3), NOX, SOX, H2S, dan partikulat (respirable suspended
perticulate). Dari masing masing komponen kimia tersebut memiliki dampak terhadap
kesehatan manusia jika melebihi baku mutu.

27
Daftar Pustaka

Polutan Gas Penyebab Pencemaran Udara, http://www.ebiologi.com/2015/07/6-polutan-gas-


penyebab-pencemaran-udara.html

Prof.dr. Soemirat,Juli. 2011. Kesehatan Lingkungan Revisi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Prabowo, Kuat. Muslim, Burhan. 2018. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan: Penyehatan
Udara. Jakarta : Politeknik Kesehatan Jakarta II

Setiawan, Budi, (2014). Jenis Polutan Pencemar Udara Beserta Dampaknya,


http://ilmulingkungan.com/jenis-polutan-pencemar-udara-beserta-dampaknya/

Asriani, April. 2016. Kimia Udara, https://sriscribo.wordpress.com/2016/04/22/kimia-udara/

Drajat, Agus. 2010. Parameter Pencemar Udara Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan,
https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/pedoman-paramater-pencemaran-
udara1.pdf

Ludrya, Gianini. https://e-journal.unair.ac.id/JKL/article/download/10186/Hidrogensulfida

https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/PERMENLH_12_2010.pdf

PERATURAN PEMERINTAH NO 41 THN 1999

28

Anda mungkin juga menyukai