Anda di halaman 1dari 13

PENGUKURAN

PENCEMARAN UDARA

Disusun Oleh:
Kelompok 9 : Satria Agung Wijaya
Vilia Nur Arifah
Kelas : 1 KIB
Dosen Pembimbing: Anerasari M. B.Eng., M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Titrasi
Kompleksometri”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
                                                                     

Palembang, Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………..1

Kata Pengantar………………………………………………………….2

Daftar Isi…………………………………………………………………3

BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang………………………………………………………4-6
I.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..6
I.3 Tujuan…………………………………………………………………6

BAB II Pembahasan
II.1 Rentet Umum Pengambilan Contoh Udara…………………………..7
II.2 Teknik Pengambilan Contoh Gas…………………………………..7-8
II.3 Teknik Pengambilan Contoh Butiran………………………………8-9
II.4 Pengukuran Hasil Pembakaran……………………………………….9
II.5 Pengukuran Keburaman……………………………………………..10
II.6 Pengukuran Bau………………………………………………….10-11

BAB III Penutup


III.1 Kesimpulan…………………………………………………………12

Daftar Pustaka……………………………………………………...…..13

3
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang
Kebanyakan orang memahami benar mengenai pentingya pengukuran
pencemaran udara. Kebanyakan orang awam tidak mengetahui tentang pengukuran-
pengukuran teliti yang harus terlebih dahulu dilakukan agar dapat melaksanakan
pengendalian secara efektif. Pengukuran-pengukuran itu penting, pertama untuk
menetapkan tingkat pencemaran udara yang dapat diterima dengan memperhatikan
data biologi yang relevan pada manusia dan hewan. Kedua, pengukuran itu perlu
dilakukan berbagai tempat untuk menentukan sumber-sumber pencemaran dan derajat
pengendalian yang diperlukan.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau
polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak
pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda
konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah
ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan
partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan.
Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam dan juga yang
dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke dalam udara dan
mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan troposfer. Apabila
bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter yang telah
ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati ambang batas
(konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam keadaan tercemar.
Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih bahan
pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO 2, SO2, SO3, gas
dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang sangat tinggi bagi
ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gas-gas tersebut dan
partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati ambang batas, maka udara di daerah

4
tersebut dinyatakan sudah tercemar.
Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya
kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO
menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut:
1. Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian
bagi manusia.
2. Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian
bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
3. Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal
tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.
4. Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit
akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Gas-gas CO, SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat cair yang dapat mencemari
udara secara alami ini disebut bahan pencemar udara alami, sedangkan yang dihasilkan
karena kegiatan manusia disebut bahan pencemar buatan. Sumber bahan pencemar
udara ada lima macam yang merupakan penyebab utama (sekitar 90%) terjadinya
pencemaran udara global di seluruh dunia yaitu:
1. Gas karbon monoksida, CO
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, titik didih -192º C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari
berat udara. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas karbon monoksida antara lain:
 Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa karbon
lainnya.
 Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industri yang
terjadi dalam tanur.
 Penguraian gas karbon dioksida pada suhu tinggi.
 Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke atmosfer lebih
sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari kegiatan manusia.
2. Gas-gas nitrogen oksida, NOx
Gas-gas Nitrogen oksida yang ada di udara adalah Nitrogen monoksida NO, dan
Nitrogen dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas Nitrogen monoksida
tidak berwarna, tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan
dan berbau tajam dan menyebabkan orang menjadi lemas.
3. Gas hidrokarbon, CH

5
Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuhtumbuhan. Gas metana CH4
adalah senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari penguraian senyawa organik
oleh bakteri anaerob yang terjadi dalam air, dalam tanah dan dalam sedimen yang
masuk ke dalam lapisan atmosfer.
4. Gas belerang oksida, SOx
Gas belerang dioksida SO2 tidak berwarna, dan berbau sangat tajam. Gas belerang
dioksida dihasilkan dari pembakaran senyawasenyawa yang mengandung unsur
belerang. Gas belerang dioksida SO2 terdapat di udara biasanya bercampur dengan gas
belerang trioksida SO3 dan campuran ini diberi simbol sebagai SOx.
5. Partikulat-partikulat (padat dan cair)
Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padat
dan tetes-tetes air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan
merupakan bahan pencemar udara yang sangat berbahaya.
Pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup,
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api yang
meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak
hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang (SO 2 dan SO3)
bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang
dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga mengakibatkan
tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk ke
dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya keracunan
darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengambil contoh udara dengan tepat?
2. Bagaimana teknik pengambilan contoh gas?
3. Bagaimana teknik pengambilan contoh butiran?
4. Bagaimana prinsip kerja instrumen pengukur hasil pembakaran?
5. Bagaimana prinsip kerja pengukuran keburaman?
6. Bagaimana prinsip kerja pengukuran bau?

I.3 Tujuan
1. Menjelaskan rentet umum pengambilan contoh udara.
2. Menjelaskan teknik pengambilan contoh gas.
3. Menjelaskan teknik pengambilan contoh butiran.
4. Menjelaskan prinsip kerja instrumen pengukur hasil pembakaran.
5. Menjelaskan prinsip kerja pengukuran keburaman
6. Menjelaskan prinsip kerja pengukuran bau,

6
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Rentet Umum Pengambilan Contoh Udara

Pada gambar tersebut diperlihatakan rentet umum pengambilan contoh udara.


Tidak semua penerapan harus menggunakan keseluruhan unsur perangkat itu.
Perangkat pengambilan contoh udara terdiri dari 4 bagian dasar :
1.Peranti –peranti persiapan Contoh
2.Peralatan pengambilan contoh
3.Peranti ukur
4.Sumber vakum

Peranti-peranti persiapan contoh mengubah contoh masuk sehingga komponen gas


atau partikel yang dikehendaki dapat dikumpulkan dengan mudah .Persiapan itu terdiri
dari :
1.Penyaringan
2.Pengeringan untuk mengeluarkan kelembaban
3.Penjenuhan dengan uap air
4.Berbagai reaksi untuk mengeluarkan bahan pencemar yang tidak dikehendaki yang
dapat mengganggu pengukuran nanti.

Setelah itu, pada bagian pengumpulan contoh disini kita mengumpulkan contoh
terlebih dahulu lalu dianalisa contoh tersebut termasuk dibagian yang berbentuk gas
atau butiran. Dalam pengambilan ini diperlukan teknik dalam mengambilnya yang
akan dijelaskan pada materi dibawah. Jika sudah terkumpul, contoh diukur secara
kuantitatif, sesudah pengumpulan contoh maka melakukan pengukuran laju aliran dan
suhu dengan metode-metode yang telah dijelaskan pada materi terdahulu. Udara ditarik
dengan bantuan sumber penghampa(vakum).Untuk melindungi sumber vakum itu,pada
pengukuran dipasang penyaringan atau pemisah. Sebagai catatan bahwa semua
penghubung harus bersifat nonreaktif terhadap zat pencemar yang akan diukur.

II.2 Teknik Pengambilan Contoh Gas


Ada beberapa metode untuk menumpulkan contoh-contoh berwujud gas dari
contoh udara:
1. Teknik Absorbsi
Dalam teknik absorpsi ini contoh udara dibuat menggelembung–gelembung
melalui zat cair tertentu sehingga zat pencemar yang dikandungnya diserap dengan

7
reaksi kimia. Proses absorbsi terjadi didalam kolom absorbsi yang berbentuk silinder.
Laju absorbsi dipengaruhi oleh laju aliran gas melalui absorber, konsentrasi larutan
penyerap dan waktu kontak menyeluruh. Setelah diserap zat cair pereaksi itu dianalisis
untuk menentukan konsentrasi komponen yang sebanding dengan gas pencemar
semula.

2. Teknik Adsorbsi
Dalam proses adsorbsi molekul gas yang akan dianalisis ditempatkan dalam
keadaan kontak dengan permukaan zat padat, dimana molekul gas itu melekat. Contoh
zat padat yang biasa digunakan dalam proses ini adalah karbon aktif, alumina(AlO2)
aktif, dan gel silika (SiO2). Zat padat itu dapat dicuci dengan zat pereaksi yang lalu
menyerap (adsorbsi) pencemar yang kemudian dianalisis. Proses adsorpsi ini tentu
memerlukan regenerasi zat padat itu secara berkala.

3. Teknik Kondensasi dalam Perangkap Beku Pisah


Jika contoh udara itu dilewatkan melalui kamar-kamar pendingin yang dijaga pada
suhu sangat. Hal ini dapat menyebabkan berbagai komponen gas itu mengkondensasi
atau membeku dan terpisah.

II.3 Teknik Pengambilan Contoh Butiran


Ukuran bahan-bahan butiran yang ditemukan dalam pencemaran udara sangat
bervariasi berkisar 0,001 sampai 500 µm, dimana kebanyakan partikel atmosfer jauth
diantara 0,1 dan 10 µm.untuk partikel yang sangat kecil yaitu dibawah 0,1 µm,
gerakkan dan perpindahan sangat ditentukan oleh tumbukan molekul, sedang yang
lebih besar dari 20 µm cenderung untuk mengendap keluar dari atmosfer dan
mengumpul lingkungan lokalnya. Laju pengendapan partikel bergantung pada ukuran
dan densitasnya.

1. Pengendapan dan sedimentasi


Salah satu mekanisme pengumpulan contoh lain ialah berupa bejana sederhana
yang diletakkan di tempat yang tepat dan mengamatinya setelah beberapa waktu.jadi
pencemaran butiran dari pabrik pengecoran besi diukur dengan menempatkan sebuah
bejana disekitar pabrik itu dan mengukur akumulasi butiran setelah beberapa hari.

2.Pengumpulan dengan cara mekanik


Contoh gas dikumpulkan dalam bejana yang terlebih dahulu divakumkan dan
ditutup. Setelah terkumpul, contoh itu lalu sianalisis si laboratorium.

3.Teknik filtrasi
Dengan menggunakan sumber vakumperangkat pengambilan contoh, Kita dapat
melewatkan suatu volume tertentuudara melintasi penyaring(filter) yang tepat untuk
mengumpulkan benda-benda butiran.setelah beberapa waktu, dikeluarkan dan dibawa
ke laboratorium untuk diperiksa.
Salah satu teknik pengumpulan dengan filtrasi menggunakan pengambil contoh
volume besar yang dilengkapi dengan motor sapu penyedot debu untuk menarik
contoh itu melintas filter besar yang terbuat dari kertas serat gelas. Filter demikian
biasanya beroperasi selama 24 jam dengan laju aliran volume kira-kira 1,5 m 3/min.
Untuk partikel yang besarnya antara 0,5 μm dan 1,0 μm dapat digunakan kertas filter
analitik biasa.

8
4.Kolektor tubruk dan presipitator
Dalam piranti pengumpulan contoh yang bekerja atas dasar tubrukan, contoh udara
mula-mula dipercepat hingga kecepatan tinggi lalu dipaksa mengalami perubahan arah
dengan cepat. Dalam beberapa piranti tertentu permukaan itu dibuat basah dan butiran-
butiran yang terkumpul dibuat dihanyutkan dengan zat cair itu. Pada piranti yang
kering, biasanya digunakan susunan kaskade, dimana arus itu mendapat kecepatan
yang makin lama makin tinggi, dan dengan demikian memisahkan butiran-butiran
yang makin kecil pula.
Presipitator elektrostatik merupakan alat yang paling efisien untuk mengumpulkan
partikel. Contoh udara dihisap melalui kisi kawat yang bermuatan 12 sampai 30 kV.
Partikel-partikel itu menjadi bermuatan pula, dan selanjutnya dikumpulkan pada plat
pengumpul yang mempunyai muatan berlawanan. Bila piranti itu dimatikan, partikel-
partikel itu dapat dikeluarkan dari plat dan dianalisa di laboratorium. Presipitator dapat
bekerja dengan efektif dalam jangkau ukuran partikel yang cukup luas, yaitu dari 0,01
- 10 μm.

II.4 Pengukuran Hasil Pembakaran


Analisa hasil pembakaran tidak saja penting untuk pengendalaian pencemaran
udara, tetapi juga untuk menjaga agar laju pembakaran dan penggunaan energi
berlangsung efisien.

Pada gambar tersebut terlihat apparatus sederhana yang digunakan untuk


menganalisis hasil pembakaran. Alat itu terdiri dari sebuah buret ukur dan tiga buah
pipet pereaksi yang digunakan berturut-turut untuk menyerap karbon dioksida,
oksigen, dan karbon monoksidadari campuran itu. Mula-mula hasil pembakaran ditarik
kedalam buret ukur. Kemudian manifold pengambilan contoh ditutup dan contoh itu
didorong masuk ke pipet pereaksi pertama, dimana karbo dioksida diserap. Contoh itu
dikembalikan ke buret ukur dan penurunan volume dicatat. Prosedur ini diulangi lagi
dengan kedua pipet berikutnya. Yang masing-masiing secara berturut-turut menyerap
O2 dan CO. dalam proses pengukuran volumetric zat-zat tersebut didapatkan atas dasar
kering artinya tanpa memperhitungkan uap air yang ada.
Sebagai pereaksi biasanya digunakan kalium hoidroksida untuk menyerap karbon
dioksida. Untuk menyerap oksigen digunakan campuran asam pirogalat dan larutan
kalium hidroksida, sedang kupro klorida digunakan untuk menyerap karbon
monoksida. Zat pereaksi harus dijaga agar selalu keadaan segar utuk mengurangi
kesalahan. Kupro klorida harus diganti kira-kira 10 kali absorpsi jika kandungan
karbon monokisda lebih dari 1 %.

9
II.5 Pengukuran Keburaman
Keburaman arus gas yang keluar dari cerobong asap memang merupakan ukuran
konsentrasi zat butiran didalam gas itu.Namun warna gas buangan bergantung pada
bahan butirana apa yang terdapat dalam proses itu. Karbon yang tak terbakar bewarna
hitam, sedangkan partikel timbal/asbes yang berbahaya berwarna abu-abu.
Untuk membantu penmbakuan pengamatan visual telah dikembangkan system
peta asap ringleman.lima buah cart disusun denagn peningkatan kehitaman yang
teratur seperti pada tabel berikut.
Cart Ringleman  Tebal Garis Hitam (mm) Tebal Bidang Putih (mm) % Hitam

0 Putih Semua 0
1 1 9 20
2 2,3 7,7 40
3 3,7 6,3 60
4 5,5 4,5 80
5 Hitam Semua 100

Pengamatan lalu dilatih untuk membandingkan pengamatannya dengan cart


tersebut.Daalam proses latihan,cart tersebut ditempatkan pada jarak 50ft dari
pengamatan,pada garis pandang yang sama denagn asap itu.pada jarak itu,cart-cart
terssebut akan tampak seperti beberapa tingkat keabu-abuan.dalam pengamatan
itu,pengamat harus berdiri membelakangi matahari. Untuk latihan, pengukuran
trabsmisi optic dapat pula dilaakukan pada asap untuk dikolerasikan.
Keburaman buangan cerobong dapat dengan mudah diubah tanpa mengubah emisi
total pencemar.Oleh karena keburaman merupakan fungsi dari panjang lintas
optic,salah satu cara untuk mengubah keburaman ialah memperkecil diameter
cerobong dan meningkatkan kecepatan aliran.cara lain ialah menambah jumlah
cerobong yang digunakan.peraturan-peraturan pengenddalian pencemaran udara
sering tidak memungkinkan penggunaan teknik-teknik tersebut bila pabrik itu sudah
dituduh mempunyai keburaman buangan terlalu tinggi. Semua pengamatan itu
mungkin meleset (tidak pas) bila gas-gas cerobong mengandung uap air dalam jumlah
yang cukup besar hingga mungkin memisah dengan kondensasi.

II.6 Pengukuran Bau


Setiap orang akan berbeda reaksinya mengenai bau tertentu.Secara ideal,kita tentu
ingin menyatakan tingkat abau dengan konsentrasi zat bau dalam bagian
persejuta(ppm) atau microgram permeter kubik.Teknik yang biasa digunakan ialah
memberikan berbagai konsentrasi zat bau kepada sekelompok orang dan meminta
setiap anggota kelompom itu memberikan penilaian denagn skala :
5 Bau tak tertahankan
4 Sangat berbau
3 Bau mudah tercium
2 Agak berbau
1 Hampir tidak berbau
0 tidak berbau

Skala ini dapat diterapkan terhadap intensitas bau,mudahnya bau itu menjalar dan

10
tingkat bau itu disukai atau tidak disukai.
P = K log S
Bila data telah terkumpul,memenuhi hubungan,dimana P adalah respon indra
manusia atau intensitas (dari 0 sampai 5), dan S adalah rasio konsentrasi dalam bagian
persejuta terhadap respon 0. K ialah konstanta yang besarnya antara 0,3 dan
0,6,bergantung pada jenis zat bau.Dengan menggunakan teknik-teknik seperti itu, kita
dapat menentukan ambang bau berbagai zat seperti pada tabel dibawah ini..

Zat Bau Ambang Bau (ppm)
Asam asetat 1,0
Aseton 100
Amina trimetil 0,0021
Ammonia 46,8
Anilina 1,0
Karbon disulfida 0,21
Klor 0,31
Dietil formanida 100
Difenil sulfida 0,21
Formaldehida 1,0
Hydrogen sulfida 0,00047
Methanol 100
Metilena klorida 214
Nitrobenzene 0,00047
Fenol 0,047
Trimetil amina 0,00021

Pemeriksaan sepintas terhadap tabel itu menunjukkan bahwa jangkauan ambang


bau itu sangat luas dan karena itu diperlukan bermacam-macam jenis instrumen untuk
pengukurannya.

11
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya pengukuran pencemaran udara sebab
dengan melakukan pengukuran kita dapat menetapkan tingkat pencemaran udara di
suatu tempat dengan memperhatikan data biologi yang menerima dampak pencemaran
udara secara langsung seperti manusia dan hewan. Selain itu kita juga dapat
menentukan sumber-sumber penyebab pencemaran udara sehingga kita dapat
menentukan derajat pengendalian yang diperlukan.
Dalam melakukan pengukuran kita harus mengambil contoh udara yang akan
diteliti sehingga kita dapat mengetahui apakah di daerah tersebut telah terjadi
pencemaran udara atau tidak. Pengambilan contoh dilakukan oleh perangkat
pengambilan contoh yang terdiri dari 4 bagian yaitu piranti persiapan contoh, peralatan
pengumpulan contoh, peranti ukur dan sumber vakum.
Untuk melakukan pengambilan contoh udara diperlukan suatu teknik yang tepat
agar kiata dapat menegtahui bahan pencemar apa saja yang terdapat diudara.
Berdasrkan bentuknya teknik pengambilan contoh dibagi menjadi 2 yaitu teknik
pengambialn contoh udara yang berbentuk gas dan yang berbentuk butiran. Pada
teknik pengambilan contoh udara berbentuk gas dibagi menjadi 3 yaitu teknik absorbsi,
teknik adsorbsi, dan teknik perangkap beku pisah sedangkan pada megambilan contoh
udara yang berbentuk butiran dibagi menjadi 4 yaitu pengendapan dan sedimentasi,
pengumpilan dengan cara mekanik, reknik sedimentasi dan teknik kolektor tubruk dan
presipitator.
Selain bahan pencemar indikator lain yang perlu diukur dalam pengukuran
pencemaran udara yaitu pembakaran, keburaman, dan bau. Pembakaran dan
keburaman perlu diukur untuk mengetahui seberapa sempurna pembakaran itu apabila
pembakaran itu tidak sempurna maka akan banyak sekali zat pencemar yang terdapat
didalamnya yang menyebabkan hasil pembakaran berwarna hitam pekat atau buram.

12
DAFTAR PUSTAKA

Meidinariasty, Anera dan Yuniar. 2019. Instrumentasi dan Teknik


Pengukuran. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Santoso, Heru. 2012. “Pengukuran Pencemaran Udara”,
http://herusantoso17.blogspot.com/2012/06/pengukuran-pencemaran-
udara.html?m=1.

13

Anda mungkin juga menyukai