Anda di halaman 1dari 18

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Disusun Oleh:
Kelompok 4 : Jannah
Panggih Syambudi
Vilia Nur Arifah
Kelas : 1KIB
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Rusdianasari, M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Titrasi
Kompleksometri”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
                                                                     

Palembang, November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………..1

Kata Pengantar………………………………………………………….2

Daftar Isi…………………………………………………………………3

BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang………………………………………………………...4
2. Rumusan Masalah…………………………………………………..4-5
3. Tujuan…………………………………………………………………5

BAB II Teori Titrasi Kompleksometri


1. Pengertian Titrasi Kompleksometri………………………………...6-7
2. Jenis-jenis Titrasi Kompleksometri…………………………………...7
3. Indikator Ion Logam………………………………………………..7-9
4. Stabilitas………………………..………………………………….9-10
5. Ligan ……………………………………………………….….…10-11
6. EDTA………….…………………………………………………..11-12
7. Kurva Titrasi Kompleksometri…………………………………..12-14

BAB III Aplikasi Titrasi Kompleksometri……………………….15-16

BAB IV Penutup……………………………………………………….17

Daftar Pustaka…………………………………………………………18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Bagi orang awam, mendengar zat kimia aja mereka sudah beranggap bahwa
itu adalah zat yang berbahaya, tetapi tanpa disadarinya di dalam kehidupan
sehari-hari kita berhadapan langsung dengan zat-zat kimia seperti makanan,
minuman, pernafasan, pakaian, obat-obattan, sabun, pasta gigi bahkan proses
dalam tubuh kita sendiri juga berupa proses kimia. Jadi dengan kata lain kita
tidak bisa lari dari zat kimia. Kenyataannya memang zat kimia itu ada yang
berfaedah buat kehidupan kita manusia tetapi juga berbahaya bagi kehidupan kita
manusia pada khususnya dan makhluk hidup pada umumnya.
Analisa kimia farmasi kuantitatif untuk zat-zat anorganik yang mengandung
ion logam seperti aluminium, bismuth, kalsium, magnesium dan zink dengan cara
gravimetrik memakan waktu yang lam, karena prosedurnya meliputi
pengendapan, peyaringan, pencucian dan pengeringan atau pemijaran sampai
bobot tetap. Untuk menganalisa senyawa-senyawa tersebut dapat dilakukan
dengan analisa kompleksometri.
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi
kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation bervalensi banyak dalam
air. Di dalam dunia farmasi, metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar
suatu senyawa obat yang mengandung ion logam, misalnya penentuan kadar
MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai
antiseptik.

I.II. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kompleksometri?
2. Apa saja jenis-jenis dari titrasi kompleksometri?
3. Apa sajakah syarat-syarat indikator ion logam dalam titrasi kompleksometri?

4
4. Apa itu stabilitas dalam titrasi kompleksometri?
5. Apa itu ligan dalam titrasi kompleksometri?
6. Apa itu EDTA dalam titrasi kompleksometri?
7. Bagaimana cara menggambar kurva pada titrasi kompleksometri?

I.III. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kompleksometri.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari titrasi kompleksometri.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat indikator ion logam dari titrasi kompleksometri.
4. Untuk mengetahui stabilitas dalam titrasi kompleksometri
5. Untuk mengetahui ligan pada titrasi kompleksometri.
6. Untuk mengetahui EDTA pada titrasi kompleksometri.
7. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat kurva pada titrasi kompleksometri.

5
BAB II
TEORI TITRASI KOMPLEKSOMETRI

II.I Pengertian Kompleksometri

Kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan reaksi

pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks

(ligan) atau ligan adalah suatu unsur yang memiliki pasangan  elektron bebas untuk di

donorkan pada logam.Ligan yang banyak digunakan adalah dinatrium etilen,dianida

tetra asetat (Na2EDTA).

Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan

memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum

di indonesia EDTA ( disodium ethylen diamin tetra asetat/ tritiplex/ komplekson, dll ).

Contoh reaksi titrasi kompleksometri:

Ag+ + 2 CN- = Ag(CN)2

Hg2+ + 2Cl- = HgCl2

Kompleks yang dimaksud disini adalah komplek yang dibentuk melalui reaksi

ion logam,sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral. Titrasi

kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukkan

molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya

kompleks adalah mempunyai  tingkat kelarutan tinggi.  

Kompleksometri juga merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks,membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri adalah

titrasi berdasarkanpembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat

pembentuk kompleks. Salah satuzat pembentuk kompleks yang banyak digunakan

dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat

(dinatrium EDTA). Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator

6
yang berguna sebagaitanda tercapai titik akhir titrasi.

II.II. Jenis Titrasi Kompleksometri


Macam-macam titrasi yang sering digunakan dalam kompleksometri, antara
lain:
1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang tidak
mengendappada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan cepat.
Contoh : penentuannya ialahuntuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.
2. Titrasi kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam yang
mengendap pada pH titrasi,reaksi pembentukan kompleksnya berjalan lambat.
     Contoh : penentuannya ialah untukpenentuan ion Ni.
3. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan
untuk ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam
yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-
ion logam lainnya.
Contoh : penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.
4.  Titrasi tidak langsung
Titrasi ini dilakukan dengan cara, yaitu :
a. Titrasi kelebihan kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat, dan
fosfat).
b. Titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya
penetapan ion sianida)

II.III. Indikator Ion Logam

Ada beberapa syarat suatu indikator ion logam dapatdigunakan pada

pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu :

1.     Mudah dalam penglihatan

Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion

logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.

2.    Spesifik

7
Reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.

3.    Stabil
Kompleks indikator logam tersebut harus memiliki kestabilan yang cukup, karena jika
tidak, akan terjadi disosiasi dan tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam.
Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks
logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion
logam darikompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan
cepat.
4. Peka
Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus
sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam
(yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik
ekivalen.
Beberapa indikator yang paling banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri.
1.    Eriochrom Black-T (EBT)  
Digunakan pada daerah pH 7 – 11. Suatu kelemahan dari EBT bahwa
larutannya tidak stabil, bila disimpan akan terjadi peruraian secara
lambat,sehingga setelah janka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi.
Suatu kesulitan yang dialami indikator metalokromik adalah pembentukan
kelat dengan logam yang tidak reversibel atau terlalu kuat. Bila hal ini terjadi
maka tidak dapat terjadi perubahan warna dan indikator kehilangan
fungsinya. Kejadian ini disebut blocking indikator.  Mengalami blocking
dengan Fe³⁺. Merupakan asam lemah, tidak stabil dalam air karena senyawa
organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna
dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat dalam air.
Penggunaan : Penentuan kadar Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg.
2.    Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada
pH=12.
3.    Jingga Xylenol
Kompleks dengan logam memberikan warna merah.
4.    Calmagite

8
Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil,
daerah terjadinya pada pH 8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru.
Mengalami blocking dengan Cu, Ni, Fe³⁺, dan Al.
5.   Arzenazo
Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV)
dengan EDTA. Keuntungan menggunakan indikator ini adalah :
      Tidak mengalami blocking oleh Cu(II) dan Fe(III) dalam jumlah kecil.
Bereaksi cepat sehingga terjadinya perubahan warna juga lebih cepat.

II.IV. Stabilitas
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang
umum di indonesia EDTA (Disodium ethylene diamin tetra asetat/ tritiplex/
komplekson, dll).
Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa komplek dinyatakan sebagai berikut
ini :
Besarnya harga konstanta pembentukan komplek menyatakan tingkat
kestabilan suatu senyawa komplek :
“Semakin besar harga konstanta pembentukan senyawa komplek, maka
semakin stabil senyawa komplek tersebut dan sebaliknya makin kecil harga
konstanta kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin
tidak (kurang) stabil”.
Harga konstanta kestabilan komplek logam dengan EDTA (KMY) (Fritz dan
Schenk, 1979).
Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana
spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika
sistem itu dibiarkan mencapai keseimbangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :
1.    Kemampuan mengkompleks logam-logam.
Kemampuan mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan
dengan baik menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis besarnya

9
didasarkan atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan
elektron) kelas A dan kelas B.
2.    Ciri-ciri khas ligan :
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi
kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1.    Kekuatan basa dari ligan itu
2.    Sifat-sifat penyepitan (jika ada)
3.    Efek-efek sterik (ruang)
Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi
pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku
kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1.    Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.
2.    Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris
pertama, membentuk kompleks-kompleks labil.
3.    Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk
kompleks-kompleks inert.

II.V. Ligan
Ligan adalah (dari kata latin ligare = mengikat) . Jumlah ligan ini berbeda-
beda dari dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan
koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6.
Ion logam univalen biasanya mempunyai bilangan koordinasi dua.

Muatan sebuah kompleks dapat positif, negatif atau nol. Muatan tersebut
merupakan jumlah muatan inti dan semua ligan yang diikatnya. Ligan yang
mempunyai satu atom donor pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯) monodentat
atau unidentat, sedang Ligan yang mempunyai atom donor lebih dari stu disebut
poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor, terdentat bila 3,
kuadridentat, pentedentat, heksadentat dan seterusnya.
Bila mislanya ion Zn²⁺ berkompleks dengan ligan etilendiamin (dua
molekul ligan perion Zn karena bilangan koordinasi Zn mencapai 4), maka
terbentuk ikatan – ikatan yang mempunyai bentuk cincin atau lingkaran

10
(ring). Lingkaran demikian lingkaran kelat (chelat ring) dari kata yunani chele
yang berarti cakar. Jenis Ligan :
1. Unidentat,
yaitu ligan yang mempunyai 1 gugus donor pasangan elektron.
Contoh : NH3, CN.
2. Bidentat,
yaitu  ligan yang mempunyai 2 gugus donor pasangan elektron.
Contoh : Etilendiamin
3.  Polidentat, yaitu ligan yang mempunyai banyak gugus donor pasangan
elektron.
Contoh : asam etilendiamintetraasetat (EDTA).

II.VI. EDTA
Asam etilen diamin tetra asetat, merupakan salah satu jenis asam amina
polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi
dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau
disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per
molekul.
Keunggulan EDTA:
1. Mudah larut dalam air
2. Dapat diperoleh dalam keadaan murni

Struktur EDTA

Faktor yang membuat EDTA sebagai titrasi:


1. Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam
2. Kestabilannya dalam membentuk kelat konstan.
3. Dapat bereaksi cepat.
4. Telah dikembangkan indikator khusus.

11
5. Mudah diperoleh bahan baku primernya.
6. Dapat digunakan sebagai bahan yang dianalisis atau standardisasi.

II.VII. Kurva Titrasi Kompleksometri


Kurva titrasi untu titrasi kompleksometri dapat dibuat dan analog dengan kurva
titrasi asam dan basa. Kurva-kurva semacam ini terdiri dari plot logaritma negatif dari
konsentrasi ion logam (pM) versus mililiter titran. Seperti titrasi asam-basa, kurva ini
berguna untuk menilai kelayakan dari sebuah titrasi dan dalam memilih indikator
yang cocok.
Contoh :
 Sebanyak 50,0 mL larutan 0,0100 M dalam Ca 2+ yang disangga pada pH 10,0
dititrasi dengan 0,0100 M larutan EDTA. Hitung nilai dari pCa pada berbagai
tingkat titrasi dan plotlah kurva titrasinya.
Jawab :
Kabs untuk CaY2- adalah 5,0 × 1010. Dari tabel, α 4 pada pH 10,0 adlah 0,35. Untuk itu,
Keff adalah 5,0× 1010 × 0,35 = 1,8 × 1010.
a. Awal titrasi
[Ca2+] = 0,0100 mmol/mL
pCa = -log [Ca2+] = 2,00
b. Setelah penambahan 10,0 mL titran. Kita mulai dengan 50,0 mL × 0,0100
mmol/mL = 0,500 mmol Ca2+ dan menambahkan 10,0 mL × 0,0100
mmol/mL = 0,100 mmol EDTA. Reaksinya adalah :
Mmol Ca2++ Y4-→ CaY2-
Awal 0,500 0,100 -
Perubahan -0,100 -0,100 +0,100
Kesetimbangan 0,400 - 0,100
Ada kelebihan Ca2+ cukup besar pada titik ini, dan dengan sebuah nilai K
pada kelipatan 1010 kita dapat beranggapan bahwa reaksinya berjalan
secara lengkap. Sehingga
0,400 mmol
[Ca2+] = = 0,0067 M
60,0 mL
pCa = 2,17

12
% Ca2+
EDTA mL [Ca2+] pCa direaksikan
0,00 0,0100 2,00 0,0
10,0 0,0067 2,17 20,0
20,0 0,0043 2,37 40,0
30,0 0,0025 2,60 60,0
40,0 0,0011 2,96 80,0
49,0 1,0 x 10-4 4,00 98,0
49,9 1,0 x 10-5 5,00 99,8
50,0 5,2 x 10-7 6,28 100,0
50,1 2,8 x 10-8 7,55 100,0
60,0 2,8 x 10-10 9,55 100,0

Dengan menganggap reaksi tidak berjalan lengkap, yaitu dengan memperhitngkan ion
Ca2+ yang dihasilkan dari penguraian CaY2- dan memecahkan persamaan kuadratnya
secara lengkap.
c. Titik ekivalen. Kita mulai dengan 50,0 mL x 0,0100 mmol/mL = 0,500
mmol Ca2+ dan menambahkan 50,0 mL x 0,0100 mmol/mL = 0,500
mmol EDTA.
Reaksinya adalah :
Mmol Ca2+ + Y4-→ CaY2-
Awal 0,500 0,100 -
Perubahan -0,500 -0,500 +0,500
Kesetimbangan - - 0,500
Pada titik ini konsentrasinya adalah
[Ca2+] = cY
0,500 mmol
[CaY2-] = = 5,0 x 10-3 M
100 mL

13
Persamaan kesetimbangan adalah
¿ ¿ = Keff
5,0 x 10−3 = 1,8 x 1010
¿¿
[Ca2+] = 5,2 x 10 -7
pCa = 6,28
d. Setelah penambahan 60,0 mL titran. Kita mulai dengan 50,0 mL x 0,0100
mmol/mL = 0,500 mmol Ca2+ dan menambahkan 60,0 mL x 0,0100
mmol/mL = 0,600 mmol EDTA. Reaksinya adalah :
Mmol Ca2+ + Y4-→ CaY2-
Awal 0,500 0,600 -
Perubahan -0,500 -0,500 +0,500
Kesetimbangan - 0,100 0,500
Konsentrasinya adalah
0,100 mmol
CY = = 9,1 x 10-4 M
100 mL
0,500 mmol
[CaY2-] = = 4,55 x 10-3 M
110 mL
Persamaan kesetimbangannya
¿ ¿ = Keff
4,55 ×1 0−3 10
= 1,8 x 10
[ C a+2 ] 9,1× 10−4
[Ca2+] = 2,8 x 10-10
pCa = 9,55

Kurva titrasinya memiliki bentuk yang lazim, dengan peningkatan tajam dari nilai
pCa pada titik ekivalen. Juga terlihat dalam gambar ini kurva untuk titrasi yang
dilakukan pada pH 8 dan pH 12. Dalam larutan-larutan ini terlihat nilai Keff masing-
masing adalah 2,6 x 108 dan 4,9 x 1010. Penambahan yang lebih besar dari pCa didapat
pada pH yang lebih besar, karena Keff lebih besar dalam larutan yang memiliki
konsentrasi ion hidrogen yang rendah. Pada pH rendah, Keff menjadi sangat kecil
sehingga titrasi menjadi tidak layak.

14
BAB III
APLIKASI TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Aplikasinya banyak digunakan dalam farmasi ,metode ini banyak digunakan


dalam penetapan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO
yang digunakan sebagai antiseptik.
 Pada bidang industry digunakan untuk menjernihkan air atau yang sering
disebut dalam penggunaannya di bidang industry adalah water treatment. Dan
untuk menentukan kesadahan air sumur, air sungai, dll.
Beberapa contoh sistem titrasi kompleksometri pada obat :
Sampel Pelarut Peniter Indikator Sediaan obat
Kalsium Air Dinatrium Kalkon (merah Injeksi kalsium
glukonat dibasakan edetat jambu menjadi glukonat
dengan biru)
NaOH
Kalsium Air Dinatrium Biru hidroksi Kalsium laktat
laktat edetat naftol (biru)
Kalsium Air Dinatrium Biru hidroksi Tablet kalsium
pantotenat edetat naftol (biru) pantotenat
Alukol Air Pb(NO3)2 Jingga xilenol Suspensi antasida
Metil Air Raksa (II) Difenilkarbazon Metil tiourasil
tiourasil asetat

   
a. Penetapan Total Kesadahan Air
Pada umumnya kesadahan jumlah air, disebabkan oleh kandungan garam
Kalsium atau Magnesium. Larutan ion Mg2+ dan ion Ca2+ dititrasi secara
kompleksometri dengan larutan EDTA dan digunakan indikator EBT. Pertama
EDTA akan bereaksi dengan ion Ca2+ , kemudian dengan ion Mg2+ dan
akhirnya dengan senyawa rangkai Mg-EBT yang berwarna merah anggur.
Titik akhir pada pH 7-11, dengan adanya perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru yang berasal dari larutan indikator yang bebas.

b. Analisis Kadar Attapulgite dalam Tablet A


Attapulgite dalam tablet A dapat ditetapkan dengan cara titrasi
kompleksometri. Attapulgite dapat dititrasi dengan EDTA 0,05 M. Dengan
indikator EBT akan menghasilkan titik akhir berwarna biru

c. Penetapan kadar Mg dan MgCl2

15
Pada pH 10, Mg dapat ditetapkan secara kompleksometri. Mg2+ dalam
contoh dapat bereaksi dengan EDTA dan menggunakan indikator EBT. Mg
dan EBT membentuk senyawa rangkai yang berwarna merah anggur. Larutan
indikator yang bebas berwarna biru pada pH 7-11 warna larutan pada titik
akhir berubah dari merah menjadi biru.

BAB IV

16
PENUTUP

Kesimpulan dari makalah ini yaitu, kompleksometri merupakan salah satu


metode kuantitatif dengan mereaksikan ligan dengan ion logam utamanya
sehingga menghasilkan senyawa kompleks. Kompleksometri merupakan jenis
titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa
kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut
kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak. Pada titrasi
kompleksometri penerapannya adalah pada penetapan total kesadahan air,
analisis kadar attapulgite dalam tablet A, penetapan kadar Mg dan MgCl2.
Kurva titrasi untu titrasi kompleksometri dapat dibuat dan analog dengan
kurva titrasiasam dan basa. Kurva-kurva semacam ini terdiri dari plot
logaritma negatif dari konsentrasiion logam (pM) versus mililiter titran.
Seperti titrasi asam-basa, kurva ini berguna untukmenilai kelayakan dari
sebuah titrasi dan dalam memilih indikator yang cocok.
Kesalahan titrasi kompleksometri:
Kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada titrasi
pengendapan. Kedua, digunakan senyawa yang membentuk senyawa
kompleks yang berwarna tajam dengan logam yang ditetapkan.
Kelebihan titrasi kompleksometri:
EDTA stabil, mudah larut, dan menujukkan komposisi kimiawi yang
tertentu. Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH

17
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi_kompleksometri#:~:text=Titrasi
%20kompleksometri%20atau%20kelatometri%20adalah,akan%20membentuk
%20suatu%20kompleks%20senyawa.&text=Kelat%20yang%20terbentuk%20melalui
%20titrasi,serta%20titrat%20yang%20hendak%20diamati.
http://amaliyadina.blogspot.com/2016/09/komplexometri-kimia-analisa.html
http://haiyulfadhli.blogspot.com/2015/08/titrasi-kompleksometri.html
http://Chem-is-try.org/Rangkuman-Kompleksometri
http://apikimia.blogspot.com/2012/06/titrasi-kompleksometri.html

18

Anda mungkin juga menyukai