Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR ILMU TANAH

PENENTUAN AL-DD PADA TANAH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
 FEBRI YANTI PANJAITAN D1B017031
 RAHMA YANTI SIREGAR D1B017034
 DOVI YULANDA D1B017035
 AHMAD SYUKRI RRD1B013024
 DIDIK ARIF SETIAWAN RRD1B015001
 SOFWAN FIKRI RRD1B015022

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. ERMADANI ,M.Sc.


Ir. HASRIATIN NASUTION, M.P.

AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah ,
yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanahu ntuk bersatu
menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur
tanah. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan
dengan tekstur tanah yang diperlukan. Bahkan bahan organik dapat merubah tanah
yang semula tidak berstruktur (pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau
remah dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat.
Bahan organik disamping berpengaruh terhadap pasokan unsur hara tanah
juga tidak kalah pentingnya terhadap sifat fisik , biologi , dan kimia tanah lainnya.
Syarat tanah sebagai media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik.
Keadaan fisik tanah yang baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman
dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas tanah , yang semuanya berkaitan
dengan peran bahan organik . Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat
fisik tanah meliputi : struktur , konsistensi , porositas , daya mengikat air , dan yang
tidak kalah adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain
terhadap kapasitas pertukaran kation , kapasitas pertukaran anion , pH tanah , daya
sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik kan
meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran
kation (KTK). Bahan organik memberikan kontribusi nyata terhadap KTK tanah.
Sekitar 20 – 70% kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid
humus. Sehinga terdapat korelasi antar bahan organik dengan KTK tanah.
Pengaruh penambahan bahan organik tanah terhadap pH tanah dapat
meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkt kematangan bahan organik
yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahanorganik yang belum
masak atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi , biasanya
akan menyebabkan penurunan pH tanah , karena seklam proses dekomposisi akan
melepaskan asam - asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah.
Namun apabila diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukat
tinggi , akan menyebabkan peningkatan pH tanah , karena asam –asam organik hasil
dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa kompleks, sehingga Al tidak
terhidrolisis lagi.

1.2 Al - dd
Al-dd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat ditukarkan (Al-
dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0.
Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk Al3+ ,monomer yang sangat merugikan
dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor. Oleh karena itu untuk mengukur
sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan kejenuhannya. Semakin tinggi kejenuhan
aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap tanaman. Kandungan
aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan kapur yang diperlukan
untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas tanah. Kadar aluminium
sangat berhubungan dengan pH tanah. Semakin rendah pH tanah, maka semakin tinggi
aluminium yang dapat dipertukarkan dan sebaliknya (Anonimous, 2009).
Pengeringan contoh tanah juga menurunkan nilai pH H2O, pH KCL, H-dd, EA, Ca-
dd, Mg-dd, Na-dd, jumlah basa, dan KB, serta meningkatkan nilai Al-dd, K-dd, KTK
tanah, dan C-organik. Pengaruh perlakuan sangat nyata terhadap perubahan nilai pH, H-
dd, Al-dd, EA, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, jumlah basa, dan KB, tetapi tidak nyata terhadap
nilai Na-dd, KTK tanah,dan organic. Sifat irreversible dicerminkan oleh sebagian besar
sifat kimia kecuali pH, Al-dd, K-dd, C-organik, dan KTK tanah. Rata-rata nilai
perubahan sifat tanah vertik yang disebabkan pengeringan contoh tanah umumnya kecil
dari segi Ilmu Tanah, kecuali Mg dan Na. Hasil klasifikasi tanah vertik menurut Sistem
Taksonomi Tanah tidak dipengaruhi oleh pengeringan contoh. Namun pengeringan
menurunkan kualitas data penciri klasifikasi.Dengan demikian kelembaban contoh
tanah yang lebih tepat untuk persiapan analisis labolatorium adalah lembab lapang,
kecuali untuk C-organik lebih baik kering udara.Contoh lembab tanah bersifat vertik
dapat dipersiapkan dari contoh kering udara yang telah diayak sesuai kebutuhan dan
selanjutnya dilembabkan dengan inkubasi kira-kira satu minggu(Djunaedi, 1992).
Keracunan aluminium menghambat perpanjangan dan pertumbuhan akar primer,
serta menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar. Apabila pertumbuhan akar
terganggu, serapan hara dan pembentukan senyawa organik tersebut akan terganggu.
Sistem perakaran yang terganggu akan mengakibatkan tidak efisiennya akar menyerap
unsur hara Hakim, 1986).
Penetapan Al-dd dapat dilakukan melalui uji tanah. Tanah yang mengandung ion-
ion (-) sehingga kation yang dapat dipertukarkan hanyalah kation yang menempel pada
tanah diantaranya Ca+,Mg,K,Na, dll. Penetapan Al-dd jugan dapat dilakukan dengan
menggunakan larutan NaOH 0,1 N,HCl 0,1 N, dan 10 ml NaF. Tanah yang
mengandung mineral liat smektit mempunyai prospek yang cukup besar untuk diolah
menjadi lahan pertanian tanaman pangan jika dibarengi dengan pengelolaan tanaman
dan tanah yang tepat. Tanah yang mengandung mineral liat smektit umumnya terdapat
pada order Vertisol dan order lain bersubgrup vertik. Tanah-tanah vertik mempunyai
sifat irreversible terhadap pengeringan namun intensitasnya rendah(Nursyamsi,2008).
Al-dd merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan sangat menentukan
kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini berpengaruh langsung terhadap
pertumbuhan tanaman dengan cara berinteraksi meracuni perakaran, khususnya tanah
masam yang erat hubungannya dengan persentase ion H+ dan Al3+ yang dipertukarkan
karena Aluminium merupakan sumber keasaman yang sangat penting. Dengan
persentase Al-dd yang tinggi berarti menunjukkan tingkat kemasaman suatu jenis tanah.
Semakin masam suatu tanah, berarti pHnya menurun sehingga ketersediaan unsur hara
dalam tanah semakin menurun karena kemampuan unsur Al untuk mengikat unsure P
membentuk Al-P yang tidak tersedia dan tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
Keracunan Al ini akan merugikan tanaman yang akhirnya akan menurunkan
produksi sehingga pendapatan akan tanaman itu akan berkurang. Keracunan alumunium
langsung merusak akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan menghalangi
pengambilan dan translokasi kalsium maupun fopor. Didalam tanah yang memiliki pH
yang rendah atau bereaksi masam permasalahan utama adalah kelarutanAl, Fe, Mn dan
unsur mikro lainnya yang cukup tinggi, yang bersifat racun bagi tanaman. Selain itu
akan terjadi interaksi antar ion Al dan P, dimana Al akan mengikat P tanah ataupun dari
pupuk dalam bentuk persenyawaan yang tidak larut dan merupakan masalah yang
banyak dihadapi oleh tanah-tanah masam. Kejenuhan Al yang ada sangat tergantung
pada tanaman. Ion OH- yang dihasilkan segera menetralkan H+ dan Al3+, sehingga pH
tanah dpat mengikat dan Al mengendap sebagai aluminium hidroksida, kompleks
jerapan yang bebas dari Al dapat diisi oleh kation. Kation dari Ca dari kapur atau
kation-kation lain yang berasal dari pupuk atau mineral.
Pada umumnya tanaman tidak dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai
kemasaman tinggi,akibatnya beracun bagi tanah yang memiliki tanah sangat masam
dikarenakan kelarutan yang tinggi. Apabila kejenuhan Al-dd melebihi 69% dari
kapasitas ukuran kalium efektif jumlah Al dalam larutan meningkat sehingga ketidak
aktifan Al merupakan keuntungan utama pengapuran pada tanah-tanah yang melakukan
pengapuran secara intensif dan perkembangan lebih lanjut sehingga pH rendah
menunjukkan bahwa Al-dd diikat oleh Al lainnya lebih kuat dan merupakan kation
yang dominan kemasaman tanah yang disebabkan oleh Al yang dapat dipertukarkan
(Rusdi,2003).
Jika kejenuhan basah Al-dd melebihin 69% dan kapasitas-kapasitas tukar kation
efektif,jumlah aluminium dalam larutan mengikat nyata,sehingga ketidakaktifan Al
tampak dan merupakan sumber ion kedua dalam tanah. Ion terserap dalam koloid
humus masam dan pada umumnya pada muatan yang demikian berada pada muatan
yang seimbang larutan menjadi rendah disini akan jelas bahwa ion Al dan H
dalamlarutan sehingga dapat menyebabkan reaksi tanah masam atau pH rendah
(Handayani,2003).

1.3 Tujuan
Untuk menentukan kemasaman pertukaran melalui penetapan Al dan H dapat
ditukar. Selanjutnya angka ini dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan kapur
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Bahan
1. Larutan 1 N KCl (74,5 g KCl / l air suling)
2. Air suling
3. Indindikator penolftalein (0,1 g indikator / 100 ml 95% etanol)
4. Larutan baku 0,1 N NaOH dan 0,1 N HCl
5. Larutan 4 % NaF ( 40 g NaF / l air suling
6. Kertas tissue dan kertas saring whatman

Alat
1. Labu Erlenmeyer 100 dan 200 ml, corong, dan gelas ukur 100 ml
2. Tabung plastik atau botol 150 ml
3. Mesin pengocok
4. Pipet 25 ml, buret 10 dan 5 ml

2.2 Cara Kerja


1. Memasukkan 5 g tanah ke Erlenmeyer 250 ml
2. Menambahkan 50 ml 1 N KCl , menutup Erlenmeyer dan mengocok selama 15
menit
3. Menyaring dengan kertas saring whatman dan menampung di tabung plastic
150 ml
4. Pipet hasil saringan 25 ml ke Erlenmeyer 100 ml dan menambahkan 5 tetes
indikator penolftalein
5. Titan dengan 0,1 N NaOH sampai timbul warna merah muda, mencatat jumlah
NaOH yang terpakai ( memakai buret 10 ml untuk NaOH)
6. Menambahkan 0,1 ml N HCl kira-kira satu tetes, sehingga warna merah hilang
( pakai buret 5 ml untuk HCl)
7. Menambahkan 10 ml 4% NaF, warna merah akan timbul kembali bila tanah
tersebut mengandung Al ( berbentuk AlF 6-3)
8. Titan dengan 0,1 N HCl sampai warna merah hilang kembali ( mencatat jumlah
HCl yang terpakai)

2.3 Hasil Pengamatan


NaOH terpakai Al-dd me/100
kelompok HCl terpakai (ml) H-dd me/100 gr
(ml) gr
1 3 0.5 10 2
2 3,5 0,5 12 2
3 2,5 0,5 8 2
4 2,1 0,4 6,8 1,6
5 3,5 0,4 12,4 1,6
6 3 0,4 10,4 1,6
7 4,7 0,5 16,8 2

Dik : Berat tanah = 5,0 gram


ml NaOH = 4,7 ml
N NaOH = 1 N
ml HCl = 0,5 ml
N HCl = 1 N

ml H- dd/ 100 g = {(ml NaOH x N NaOH ) – ( ml HCl x N HCl)} x 40


100 100
konstanta 40 berasal dari = x
25 10

= 40
ml H- dd / 100 g = {(4,7 x 0,1) – (0,5x 0,1)} x 40
= (0,47 – 0,05) x 40
= 0,42 x 40
= 16,8 ml/ 100 g
ml Al- dd / 100 g = (ml HCl x N HCl ) x 40
= (0,5 x 0,1) x 40
= 2 ml/ 100 g

2.4 pembahasan
Al-dd merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan sangat menentukan
kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan
tanaman dengan cara berinteraksi meracuni perakaran, khususnya tanah masam yang erat
hubungannya dengan persentase ion H+ dan Al3+ yang dipertukarkan karena Aluminium
merupakan sumber keasaman yang sangat penting. Dengan persentase Al-dd yang tinggi
berarti menunjukkan tingkat kemasaman suatu jenis tanah. Semakin masam suatu tanah,
berarti pHnya menurun sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah semakin menurun
karena kemampuan unsur Al untuk mengikat unsur P membentuk Al-P yang tidak tersedia
dan tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Perubahan warna larutan ektraksi tanah yang
berubah warna setelah di titrasi dengan NaOH pada saat ditambahkan larutan 5 ml NaF
berubah warna menjadi Pink pekat yang menunjukkan tanah mengandung Alumunium
tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan tentang penetapan kadar Al-dd dari tanah sampel
dapat menganalisis penetapan Al-dd menambahkan 5 ml 4% NaF menimbulkan warna
merah muda (pink) yang berarti terdapat kandungan Al-dd. Adapun, kelompok 1,2,3 dan 7
menghasilkan Al-dd sebesar 2 me/100 gr, dan kelompok 4,5 dan 6 menghasilkan Al-dd
sebesar 1,6.
Untuk hasil H-dd tanah, semua kelompok terdapat H-dd tanah dengan menambahkan
NaOH, didapatkan H-dd pada kelompok1 dengan menambahkan NaOH sebanyak 3 ml
menghasilkan H-dd sebesar 10 me/100 gr. Pada kelompok 2 ditambahkan NaOH sebanyak
3,5 ml menghasilkan H-dd sebesar 12 me/100 gr. Kemudian pada kelompok 3
menambahkan NaOH pada titrasi sebanyak 2,5 ml menghasilkan H-dd sebesar 8 me/100 gr.
Untuk kelompok 4 menambahkan NaOH sebanyak 2,1 ml menghasilkan H-dd sebesar 6,8
me/100 gr . Sedangkan pada kelompok 5 ditambahkan NaOH sebanyak 3,5 ml
menghasilkan H-dd sebesar 12,4 me/100 gr . Pada kelompok 5 ditambahkan NaOH
sebanyak 3 ml menghasilkan H-dd sebesar 10,4 me/100 gr . Dan yang terakhir untuk
kelompok 7 ditambahkan NaOH 4,7 ml menghasilkan H-dd sebesar 16,8 me/100 gr

2.5 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Sampel tanah yang diambil sebagai objek penelitian merupakan tanah yang
mengandung Aluminium dan Hidrogen karena hasil pengamatan sesuai dengan
teori yaitu saat di titrasi warnanya berubah.
2. Kandungan Al dan H yang tinggi dapat bersifat racun dan meracuni tanaman
yang tumbuh pada tanah tersebut.
3. Kandungan Al-dd dan H-dd dapat ditetapkan dengan menggunakan metode
titrasi:
4. Penerapan Al-dd bermanfaat sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah
masam.
5. Tanah Non-organik memiliki nilai Al-dd yang tinggi dari pada tanah organik.
6. Al-dd yang dihasilkan pada tanah itu berbeda - beda, sehinggga Al-dd yang di
peroleh oleh setiap kelompok berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai