Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Ilmu Tanah

Al-dd dan H-dd Pada Tanah

Di susun oleh :
Citra Ayu Nanda
(L1A117011)

Dosen Pengampu :
Ir. GINDO TAMPUBOLON, M.S.
Ir. ITANG AHMAD MAHBUB, M.P

Fakultas Kehutanan
Universitas Jambi
Tahun 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana diatasnya dapat
digunakan untuk berbagai usaha misalnya pertanian, kehutanan, peternakan, mendirikan
bangunan, dan lain-lain. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media
tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa
bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau di dalamnya.
Selain itu didalam tanah terdapat pula udara dan air.Air dalam tanah berasal dari air hujan
yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ketempat lain.

Disamping percampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam proses
pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon-horison. Oleh karena
itu, dalam definisi ilmiahnya (soil) adalah kumpulan dari benda alam dipermukaan bumi yang
tersusun dalam horizon-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan
udara, dan media untuk tumbuhnya tanaman. Tanah (soil) berbeda dengan lahan (land)
karena lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor fisik lingkungannya seperti lereng,
hidrologi, iklim dan sebagainya. Dalam penggunaan lahan tanah untuk pertanian/ perkebunan
harus disesuaikan antara jenis tanaman dan jenis tanah yang akan dipergunakan. Oleh karena
itu, pentingnya mempelajari morfologi tanah, sifat fisik (bobot isi, porisitas tanah, kurva pF,
kadar air, dll) dan kimia (KTK, Aldd, fosfor dan kalium tersedia dalam tanah, kandungan
basa-basa, pH) yang terjadi di dalamnya agar pemanfaatannya bisa disesuaikan. Sehingga
akan memberikan hasil yang lebih optimal. Yang akan dibahas pada praktikum ini adalah
pengukuran kadar Alumunium (Al) dan Hidrogen ( H). Hal inilah yang melatarbelakangi
kami dalam mempelajari ilmu tanah dan meneleti kandungan Aluminium dan Hidrogen
dalam tanah. Tanah yang mengandung kadar Aluminum dan Hidrogen yang berlebihan(
terlalu tinggi) dapat menyebabkan tanaman keracunan.
.

1.2 TUJUAN

Praktikum Penetapan Al-dd, H-dd dan Daya Netralisasi Kapur


bertujuan untuk mengetahui berapa banyak jumlah Aluminium dan Hidrogen yang dapat
dipertukarkan dalam tanah dan mengetahui daya netralisasi kapur yang dibutuhkan serta
menetapkan BKM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Aluminium yang dapat dipertukarkan (Al-dd) dan Kejenuhan Aluminium


Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah.Al dalam bentuk dapat ditukarkan (Al-dd)
umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini
sangat aktif karena berbentuk Al3+ ,monomer yang sangat merugikan dengan meracuni
tanaman atau mengikat fosfor. Oleh karena itu untuk mengukur sejauh mana pengaruh Al ini
perlu ditetapkan kejenuhannya. Semakin tinggi kejenuhan aluminium, akan semakin besar
bahaya meracun terhadap tanaman. Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi
jumlah bahan kapur yang diperlukan untuk meningkatkan kemasaman tanah dan
produktivitas tanah (Anonimous, 2009). Kadar aluminium sangat berhubungan dengan pH
tanah. Semakin rendah pH tanah, maka semakin tinggi aluminium yang dapat dipertukarkan
dan sebaliknya. Disamping kadar aluminium yang dapat dipertukarkan, pengaruh jelek
aluminium diukur dengan derajat penjenuhan aluminium yang dinyatakan dengan:
Kejenuhan Al =

Bila kejenuhan aluminium > 60%, tanah tersebut sering dikatakan tidak layak untuk tanah
pertanian sebelum direklamasi atau ameliorasi terlebih dahulu. Oleh karena kejenuhan
aluminium dipengaruhi oleh KTK dan juga dipengaruhi oleh tekstur, maka semakin kasar
tekstur tingkat kebahayaan aluminium semakin tinggi (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Hakim, dkk (1986) menyatakan bahwa keracunan aluminium menghambat perpanjangan dan
pertumbuhan akar primer, serta menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar.
Apabila pertumbuhan akar terganggu, serapan hara dan pembentukan senyawa organik
tersebut akan terganggu. Sistem perakaran yang terganggu akan mengakibatkan tidak
efisiennya akar menyerap unsur hara.

2. Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan Hidrogen


Hdd adalah kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah. Kemasaman tanah mempunyai 2
komponen yaitu (1) H aktif yang terdapat di dalam larutan tanah (potensial), (2) H yang dapat
dipertukarkan atau disebut kemasaman cadangan. Kedua bentuk tersebut cenderung
membentuk keseimbangan sehingga perubahan pada yang satu mengakibatkan perubahan
pada yang lain. Apabila basa dibubuhkan pada tanah yang asam, H terlarut dinetralisasi dan
sebagian H yang dapat dipertukarkan terionisasi untuk mengembalikan keadaan seimbang.
Jumlah H yang dapat dipertukarkan dengan perlahan-lahan berkurang. H terlarut akan
menurun dan pH akan lambat laun meningkat (Foth, 1994).Kemasaman tanah dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

(1) unsur P kurang tersedia,

(2) kekurangan unsur-unsur Ca dan Mg sebagai basa tanah,

(3) kekurangan unsur Mo,


(4) Aktivitas mikroorganisme seperti fiksasi N dari tanaman kacang-kacangan terhambat,

(5) kandungan Mn dan Fe yang berlebih sehingga dapat menjadi racun bagi tanah dan
tanaman, dan

(6) kelarutan ion Al dan H yang sangat tinggi, sehingga merupakan faktor penghambat
tumbuh tanaman yang utama pada tanah masam (Rafi’i, 1990).

Peningkatan pH tanah tidak dapat diubah dengan mudah jika terdapat banyak
hambatan/sanggaan tanah (buffer), yang merupakan suatu sifat umum dari campuran asam
basa dengan garamnya. Komponen tanah yang mempunyai sifat menyangga adalah gugus
asam lemah seperti karbonat serta kompleks-kompleks koloidal tanah. Asam lemah tersebut
mempunyai tingkat disosiasi yang lemah dan sebagian besar dari ion H masih tetap terjerap
dalam permukaan koloid. Adanya bahan penyangga tanah, dapat menjaga penurunan pH
yang drastis akibat bertambahnya ion H oleh suatu proses biologis atau pemupukan.
Kegiatan jasad mikro atau penambahan pupuk yang bersifat masam akan menyumbangkan
sejumlah ion H (Hakim, dkk, 1986). Ion H yang dapat dipertukarkan adalah sumber utama
H+ sampai pH tanah menjadi di bawah 6, bila Al pada lempeng liat Oktahedral Al menjadi
tidak mantap dan diserap sebagai Al yang dapat dipertukarkan tersebut adalah sumber H+ .H
yang bebas hidrolisis oleh Al . Yang dapat dipertukarkan ialah meningkatnya konsentrasi H+
larutan tanah yang dihasilkan dari didosiasi H (misel) dapat dipertukarkan dan
yang dihasilkan dari hal tersebut adalah H terjerap H larutan (Foth, 1994). Kejenuhan H
memiliki kesamaan dengan kejenuhan Al.

Tingkat kejenuhan hidrogen di dalam tanah disebabkan ion H yang terjerap pada permukaan
koloid yang merupakan penyebab kemasaman. Hal ini akan menyebabkan menurunnya pH
tanah semakin drastis.

pH KCl dapat menunjukkan Al tukar, jika pH KCl < 5,5 maka jumlah Al nyata dilarutan
(Mukhlis, 2007). Hakim dkk (1986), menyatakan dalam keadaan yang sangat masam, Al
menjadi sangat larut yang dijumpai dalam bentuk kation Al3+ dan hidroksida Al. Kedua ion
Al itu lebih mudah terjerap pada koloid liat daripada ion H. Oleh karena Al berada dalam
larutan tanah mudah terhidrolisis, maka Al merupakan penyebab kemasaman atau
penyumbang ion H. Ion H yang dibebaskan secara demikian akan memberikan nilai pH
rendah bagi larutan tanah dan mungkin merupakan sumber utama ion H dalam sebagian besar
tanah masam.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

 Alat : Mesin pengocok (shaker), gelas piala (botol plastik) , pipet tetes, kertas saring,
corong, buret penyangga, timbangan, labu Erlenmeyer,
 Bahan : Aquades, 5 gr tanah kering angin, larutan KCl, indicator Fp (Fenoplaten),
larutan NaOH, larutan NaF, larutan HCl

3.2 WAKTU DAN TEMPAT

WAKTU : 02 April 2018 , Pukul 15.00 WIB

TEMPAT : Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian , Universitas Jambi

3.3 CARA KERJA

1. Timbang 5 gr tanah kering angin dan masukkan kedalam botol plastik

2. Tambahkan 50 ml 1 N KCl

3. Tutup botol plastik dan kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit

4. Menyaring dengan kertas saring whatman dan menampungnya di tabung reaksi


sebanyak 30-40 ml.

5. Pipet hasil saringan 30-40 ml ke Erlenmeyer dan tambahkan 3 tetes indicator pp (


Phenoplatein).

6. Mentitrasikan dengan 0,1 N (0,08649 N) sampai timbul warna merah muda kemudian
mencatat jumlah NaOH yang terpakai.

7. Menambahkan 0,1 N (0,09391 N) kira-kira satu-dua tetes, sehingga warna merahnya


hilang lagi.

8. Menambahkan 10 ml 4% NaF untuk menguji kandungan Aluminium (jika warna


merah timbul kembali maka tanah tersebut mengandung Aluminium).

9. Mentitrasikannya dengan 0,1 N (0,09391 N) HCl sampai warna merah hilang kembali
kemudian mencatat jumlah HCl yang terpakai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

NaOH HCl Al-dd


terpakai terpakai H-dd (me/100
Kelompok (ml) (ml) (me/100gr) gr)

1 0,1 - 0,4 -

2 1 0,3 2,8 1,2

3 0,5 0,1 1,6 0,4

4 0,5 - 2 -

Rata-rata 0, 525 0,1 1,95 0,4

4.2 PEMBAHASAN

Secara matematis me Hdd dan me Aldd dihitung dengan :

me Hdd/100 gr = {(ml NaOH x N NaOH) – (ml HCl x NHCl)} x 40


me Aldd/100 gr = (ml HCl x N HCl) x 40

Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah.Al dalam bentuk dapat ditukarkan (Al-dd)
umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0. Semakin tinggi
kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap tanaman. Kandungan
aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan kapur yang diperlukan untuk
meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas tanah. Hdd adalah kadar hydrogen yang
terkandung didalam tanah. Tingkat kejenuhan hidrogen di dalam tanah disebabkan ion H
yang terjerap pada permukaan koloid yang merupakan penyebab kemasaman. Hal ini akan
menyebabkan menurunnya pH tanah semakin drastis.

Kandungan Al-dd dapat ditetapkan dengan menggunakan metode titrasi. Kegiatan titrasi pada
tahap pertama akan mengukur jumlah total asam yang dititrasi dapat digantikan oleh ion K+,
yang setara dengan jumlah H-dd dan Al-dd. Titrasi pada tahap kedua akan mengukur jumlah
ion H yang diganti sehingga jumlah ion Al yang digantikan dapat dihitung dengan
pengurangan. Kandungan H-dd dan Al-dd ini dinyatakan dalam me terhadap kation per 100
gram tanah kering.

Penerapan Al-dd bermanfaat sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah masam.
Perkiraan jumlah kapur didasarkan oleh jumlah Al-dd yang terdapat didalam tanah. Jumlah
Al-dd yang dikendalikan kapur ditunjukkan untuk mencapai pH tertentu yang paling sesuai
untuk pertumbuhan suatu tanaman

Dapat dilihat dari tabel pengamatan dan perhitungan bahwa tanah Non-organik memiliki nilai
Aldd yang tinggi dari pada tanah organik. Hal itu terjadi karena bahan organik mampu
mengikat yang terdapat dalam tanah sehingga Al yang dapat ditukar lebih sedikit atau sukar
untuk dilepas dari ikatan bahan organik dibandingkan tanah non-organik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sampel
tanah yang diambil sebagai objek penelitian merupakan tanah yang mengandung Aluminium
dan Hidrogen karena hasil pengamatan sesuai dengan teori yaitu saat di titrasi warnanya
berubah. Kandungan Al dan H tinggi dapat bersifat racun dan meracuni tanaman yang
tumbuh pada tanah tersebut. Semakin masam tanah atau pH rendah maka Al-dd semakin
tinggi.

5.2 SARAN

Dalam pelaksanaan pratikum disarankan kepada praktikan melakukannya dengan hati-hati,


seperti dalam melakukan titrasi, pembuatan larutan, serta prosedur-prosedur lainnya. Hati-
hati dalam bekerja di laboratorium karena menggunakan peralatan yang mahal dan mudah
pecah. Selain itu sikap disiplin dan teliti juga sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo


Kebutuhan nitrogen pada tanaman.

http://www.acehpedia.org./
Kebutuhan_Nitrogen_Pada_Tanaman/. Diakses pada tanggal 08 April 2018

http://www.scribd.com/doc/55093696/Pengantar-Dasar-dasar-Ilmu-Tanah-resmi. Diakses
pada tanggal 08 April 2018

Anonim, 2011. C-organik dan bahan organik.


http://dc313.4shared.com/doc/MKcfHfsv/preview.
Diakses pada tanggal 08 April 2018
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai