Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN

Disusun Oleh:

Mutiara Nurul Akbari (D1A020115)

Kelas B – SDL

Dosen Pengampu:

1. Dr. Ir. Asmadi Sa`ad, M.Si.


2. Yudhi Achnopha, S.P., M.Si

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Laporan yang berjudul “Pengambilan Sampel Tanah Dengan Menggunakan
Metode Sistematik” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan laporan
ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Survey Tanah dan Evaluasi
Lahan.

Terlebih dahulu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.
Asmadi Sa`ad, M.Si. dan Bapak Yudhi Achnopha, S.P., M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Survey Tanah dan Evaluasi Lahan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan semua, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini.
Kemudian, Penulis menyadari bahwa laporan praktikum yang penulis tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Jambi, 13 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 3

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5

2.1 Klasifikasi Tanah ...................................................................................... 5

2.2 Metode Penentuan Titik Sampel .............................................................. 6

2.3 Metode Pengamatan Tanah di Lapangan ................................................. 6

2.3.1 Pemboran Tanah ................................................................................... 6

2.3.2 Profil Tanah .......................................................................................... 7

BAB III METODE PRAKTIKUM ......................................................................... 9

3.1 Tempat dan Waktu ................................................................................... 9

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 9

3.3 Cara Kerja................................................................................................. 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 11

4.1 Hasil Pengamatan Boring Kelompok 2 .................................................. 11

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 14

BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

LAMPIRAN .......................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan salah satu komponen abiotik yang ada di dalam bumi, serta
memiliki peranan yang sangat penting untuk menunjang dan menyokong
pertumbuhan tanaman. Setiap tanah pada luasan tertentu memiliki karakteristik dan
jenis yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik tersebut akan menentukan
penggunaan lahan berdasarkan sifat dan kesesuaian lahan. Penentuan penggunaan
lahan perlu dilakukan dengan identifikasi tanah melalui karakteristik tanah dan
tingkat kesesuaian lahan. Untuk itu perlu dilakukan survei tanah dan evaluasi lahan
dalam meneliti sifat-sifat tanah dan sebarannya.
Survei tanah adalah salah satu cara atau metode untuk mengevaluasi lahan
guna mendapat data dari lapangan. Kegiatan survei terdiri dari kegiatan lapangan,
mencari analisis data, interpretasi data terhadap tujuan dan membuat laporan
survey. Informasi dari survei tanah dapat membantu dalam membedakan tanah satu
dengan yang lain, yang akan disajikan dalam peta tanah. Sedangkan, Evaluasi
kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi
sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya serta berhubungan dengan
evaluasi untuk satu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, jagung dan
sebagainya. Evaluasi kesesuaian mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari
lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan
produksi atau penggunaannya, sementara evaluasi kemampuan sering dinyatakan
dalam hubungan dengan pembatas-pembatas negatif, yang dapat menghalangi
beberapa atau sebagian penggunaan lahan yang sedang dipertanyakan/pakan
dipertimbangkan (Sitorus, 2004).
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi
bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa
tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan
tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas
ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang
pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia,
dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang
terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut
profil tanah.
Dengan kata lain, profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh
tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah
sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain
dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga
terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi tanah pada setiap titik sampel pengeboran
2. Untuk mengetahui cara pembuatan Satuan Peta Tanah (SPT) pada area
Kebun Percobaan dan di area Hutan Teaching Farm, Universitas Jambi.
3. Untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah survey tanah dan evaluasi
lahan
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanah


Menurut Hardjowigeno (2015) klasifikasi tanah merupakan ilmu yang
digunakan untuk mengidentifikasi berbagai tingkat (kategori) tanah. Dalam
kategori atas, tanah dibedakan secara garis besar, pada kategori berikutnya
dibedakan lebih terperinci dan seterusnya sehingga pada kategori yang paling
rendah tanah dibedakan dengan sangat rinci. Klasifikasi tanah juga mempelajari
bagaimana sifat-sifat tanah dapat dibagi ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan
kesamaan sifat yang dimiliki. Tiga sistem klasifikasi tanah yang saat ini dikenal di
Indonesia, yaitu sistem Pusat Penelitian Tanah Bogor, FAO/UNESCO, dan Soil
Taxonomy USDA (Amerika Serikat). Keberadaan horizon diagnostik maupun sifat
penciri profil lainnya, klasifikasi tanah dalam sistem Soil Taxonomy dibagi menjadi
6 kategoti (Soil Survey Staff, 2014), yaitu:
a. Ordo (Order)
Ordo tanah dibedakan berdasarkan ada tidaknya horizon penciri serta sifat
dari horizon penciri tersebut.
b. Sub-ordo (Sub-order)
Sub-ordo tanah dibedakan berdasarkan perbedaan genetik tanah, contohnya:
ada tidaknya sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim
kelembaban, bahan induk utama dan vegetasi.
c. Kunci Grup (Great group),
Great group tanah dibedakan berdasarkan perbedaann jenis, tingkat
perkembangan, susunan horizon, kejenuhan basa, regim suhu, kelembaban, dan
ada tidaknya lapisan penciri lain.
d. Kunci Subgrup (Sub-group)
Sub grup tanah dibedakan berdasarkan sifat inti dari great group dan diberi
nama Typic, sifat-sifat tanah peralihan ke great group lain, sub ordo lain, ordo
lain dan ke bukan tanah.
e. Famili (Family)
Famili tanah dibedakan berdasarkan sifat-sifat tanah yang penting untuk
pertanian dan atau teknik, meliputi sifat tanah, sebaran besar butir, susunan
mineral liat, regim temperatur pada kedalaman 50 cm.
f. Seri (Series)
Seri tanah dibedakan berdasarkan jenis dan susunan horizon, warna, tekstur,
struktur, konsistensi dan reaksi tanah dari masing-masing.

2.2 Metode Penentuan Titik Sampel


Penentuan titik pengamatan pada kegiatan survei tanah harus disesuaikan
dengan metode survei yang digunakan. Sebelum menentukan titik pengamatan,
terlebih dahulu harus diketahui pendekatan yang akan digunakan dalam survei
tanah tersebut. Pendekatan ini dilakukan untuk memudahkan surveyor membagi
lanskap ke dalam satuan-satuan peta. Menurut Gaol dan Melissa (2013), terdapat
dua pendekatan utama yang dilakukan, yaitu pendekatan sintetik dan pendekatan
analitik.
Pendekatan sintetik merupakan pendekatan survei tanah dimana dilakukan
pengamatan lapang terlebih dahulu, yang kemudian dilakukan berdasarkan kisaran
sifat-sifat tertentu, sehingga dihasilkan satuan peta tanah. Sedangkan pada
pendekatan analitik, sebelum dilakukan survei, lanskap dibagi terlebih dahulu
berdasarkan karakteristik eksternal, seperti landform, vegetasi dan taan permukaan.
Kemudian ditentukan karateristik tanah pada masing-masing satuan tanah. Metode
penentuan titik survei tanah pada praktikum kali ini dilakukan menggunakan
pendekatan sintetik, yaitu dengan menggunakan metode sistematis (grid).
2.3 Metode Pengamatan Tanah di Lapangan
2.3.1 Pemboran Tanah
Pengamatan tanah di lapangan bertujuan untuk memperoleh data sifat-sifat
morfologi tanah dan penyebarannya. Berdasarkan jenis data sifat-sifat morfologi
yang ingin diketahui, pengamatan tanah dapat dilakukan melalui pengamatan
pemboran.
Pengamatan melalui pemboran ini diperlukan apabila ingin memperoleh data
sifat-sifat morfologi tanah secara terbatas, pengecekan batas satuan peta tanah, dan
penyebaran tanahnya. Dalam pengamatan pemboran terdapat sifat-sifat morfologi
yang tidak dapat dideskripsi, misalnya struktur tanah, pori-pori tanah, batas
horizon, sebab tanah yang terambil oleh bor kondisinya sudah terganggu atau
tertekan (bukan merupakan profil utuh). Sifat tanah yang diamati: tekstur, warna,
konsistensi, adanya konkresi, kerikil dan karatan. Pemboran dilakukan juga pada
profil minipit untuk mengetahui lapisan-lapisan tanah di bawahnya. Bor tanah
mineral yang lazim digunakan adalah tipe Belgia dengan panjang 1,20 meter.
2.3.2 Profil Tanah
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran tertentu dan kedalaman tertentu pula
sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative
terhadap tekanan atmosfet dinamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan
jenuh walaupun sebenamya tidak demikian karena adanya rongga-rongga udara
Horizon tanah merupakan suatu lapisan tanah yang hampir sejajar dengan
permukaan bumi yang merupakan hasil evolusi dan terdapat perbedaan sifat-sifat
diantara horizon-horizon yang berbatasan (Henry D Foth, 1985).
Ada enam horizon dan lapisan utama dalam tanah yang masing-masing diberi
symbol dengan satu huruf capital yaitu (dari atas ke bawah) 0. A., E. B. C dan
horizon yang berbentuk batuan atau horizon R (Harjowigeno, 2003). Horizon yang
diberi simbol huruf besar dan kombinasi huruf tersebut merupakan simbol untuk
horizon peralihan, sedangkan lapisan tanah yang terbentuk bukan karena proses
pembentukan tanah (misalnya kerena proses pengendapan) diberi symbol angka
romawi (I, II, III).
Horizon O didominasi oleh bahan organik pecahan-pecahan mineral
volumenya kecil dan beratnya biasa kurang dari separuhnya (Henry D Foth, 1985).
Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk
meresap ke bawah horizon E atau zona pencucian (Elevas) Pencucian mineral
lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon tanah berwama pucat seperti pasir
(Henry D Foth, 1985)
Horizon B atau zona akumulasi kadang agak melempung dan berwarna merah
coklat karena akibat kandungan hematite dan lionitnya (Pairunan, 1985)
Horizon C merupakan suatu lapisan yang sukar dipengaruhi oleh proses-
proses pembentukan tanah dan tidak memiliki sifat-sifat horizon lainnya
(Henry D Foth 1985).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan praktikum Mata Kuliah Survey Tanah dan Evaluasi Lahan ini
dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2023 sampai dengan 27 Mei 2023. Bertempat
di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi dan Hutan Kampus, di
depan Teaching Farm.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan adalah bor Belgia, cangkul, pisau lapangan, meteran,
abney level, GPS (Global Positioning System), buku Munsell Colour Chart, karung,
plastik ukuran 2kg, tali karet, dodos, kartu profil, kertas label, alat tulis dan alat
dokumentasi
Adapun bahan yang digunakan yaitu tanah dan air.
3.3 Cara Kerja
1. Pemilihan lokasi praktikum pada lahan percobaan fakultas pertanian
universitas jambi
2. Penentuan titik boring dengan cara sistematis dengan metode grid yaitu
Panjang pengamatan 100 meter yang dibagi kedalam 4 titik boring
3. Terdapat 2 jalur boring sehingga terdapat 8 titik boring
4. Tentukan titik koordinat dari setiap titik boring serta tracking areal
praktikum menggunakan GPS
5. Tentukan kemiringan lereng menggunakan abney level
6. Ukur Panjang lereng menggunakan meteran roll baja
7. Lakukan pengeboran tanah pada setiap titik yang telah ditentukan setiap
titik dilakukan hingga kedalam 120 cm
8. Sampel tanah per kedalam 20 cm diletakkang diatas karung dan
diurutkan darsarkan kedalaman
9. Lakukan pengamatan warna tanah, tekstur,struktur serta konsistensi
tanah
10. Amati areal perakaran pada titik boring
11. Catat semua data pengamatan dengan jelas yang dicantumkan pada kartu
profil/pengamatan yang telah disediakan
12. Masukkan sampel tanah perkedalam 20 cm ke dalam prastik ukuran 1 kg
sebagai sampel analisis pada laboratorium jika diperlukan
13. Lakukan hal yang sama pada metode survey dengan metode taktis
,dimana metode taktis merupakan metode survey yang memberi
kebebasan pada peneliti dalam mengambil sampel tanpa terikat dengan
satuan jarak dan arah namun harus mewakili Kawasan wilayah tertentu
14. Kemudian lakukan Langkah kerja 4 hingga 11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Boring Kelompok 2


Dibawah merupakan tabel hasil pengamatan dari keempat sampel boring
tanah kelompok 2, yaitu disajakin pada Tabel 1., Tabel 2., Tabel 3. Tabel 4.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Boring 1


Horizon Kedalaman Warna Tekstur Kosistensi
1 0-20 10 YR 4/2 Lempung berliat Teguh
2 20-40 10 YR 5/6 lempung Teguh
3 40-60 10 YR 5/8 Liat keras Teguh
4 60-80 10 YR 6/8 liat Teguh
5 80-100 10 YR 6/8 Liat keras Sangat Teguh

Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada titik boring 1 kelompok 1


menggunakan metode pemboran didapatkan 5 horizon tanah. Tekstur tanah yang
ditemukan pada keempat horizon berbeda, pada horizon pertama didapatkan tekstur
tanah lempung berliat, pada horizon kedua didapatkan tekstur tanah lempung, pada
tekstur ketiga dan kelima didapatkan liat keras, dan pada horizon keempat
didapatkan tekstur liat. Warna yang didapat pada keempat horizon berbeda, mulai
dari horizon pertama didapatkan (10 YR 4/2), pada horizon kedua didapatkan warna
(10 YR 5/6), horizon ketiga didapatkan warna (10 YR 5/8), pada horizon keempat
dan kelima didapatkan warna (10 YR 6/8). Konsistensi pada kedua horizon
didapatkan hasil yang berbeda yaitu pada horizon pertama hingga horizon keempat
memiliki konsisten teguh, dan pada horizon kelima memiliki konsistensi sangat
teguh.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Boring 2


Horizon Kedalaman Warna Tekstur Kosistensi
0-20 10 YR 3/2 Lempung Berpasir Gembur
1

2 20-40 10 YR 4/3 Lempung Berpasir Gembur


3 40-60 10 YR 4/4 Liat Berpasir Teguh
4 60-80 10 YR 5/6 Liat Berpasir Teguh
5 80-100 10 YR 5/8 Liat Sangat Teguh
6 100-120 7,5 YR 5/8 Liat Sangat Teguh

Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada titik boring 2 kelompok 1


menggunakan metode pemboran didapatkan 6 horizon tanah. Tekstur tanah yang
ditemukan pada ketiga horizon berbeda, pada horizon pertama dan kedua
didapatkan tekstur tanah lempung berpasir, pada horizon ketiga dan keempat
didapatkan tekstur tanah liat berpasir, dan pada horizon kelima dan keenam
didapatkan tekstur liat. Warna yang didapat pada semua horizon berbeda, mulai dari
horizon pertama didapatkan (10 YR 3/2), pada horizon kedua didapatkan warna (10
YR 4/3), horizon ketiga didapatkan warna (10 YR 4/4), pada horizon keempat
didapatkan warna (10 YR 5/6) dan pada horizon kelima didapatkan warna (1o YR
5/6) dan keenam didapatkan warna (7,5 YR 5/8). Konsistensi pada ketiga horizon
didapatkan hasil yang berbeda yaitu pada horizon pertama dan horizon kedua
memiliki konsisten gembur, pada horizon ketiga dan keempat memiliki konsistensi
teguh dan pada horizon kelima dan keenam memiliki konsistensi sangat teguh.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Boring 3


Horizon Kedalaman Warna Tekstur Kosistensi
1 0-20 10 YR 3/3 Liat Berpasir Teguh
2 20-40 10 YR 4/6 Liat Teguh
3 40-60 10 YR 5/4 Liat Keras Teguh
4 60-80 10 YR 6/6 Liat Keras Sangat Teguh
5 80-100 10 YR 5/6 Liat Keras Sangat Teguh

Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada titik boring 3 kelompok 1


menggunakan metode pemboran didapatkan 5 horizon tanah. Tekstur tanah yang
ditemukan pada ketiga horizon berbeda, pada horizon pertama didapatkan tekstur
tanah liat berpasir, pada horizon kedua didapatkan tekstur tanah liat, pada tekstur
ketiga hingga kelima didapatkan liat keras. Warna yang didapat pada kelima
horizon berbeda, mulai dari horizon pertama didapatkan (10 YR 3/3), pada horizon
kedua didapatkan warna (10 YR 4/6), horizon ketiga didapatkan warna (10 YR 5/4),
pada horizon keempat didapatkan warna (10 YR 6/6) dan kelima didapatkan warna
(10 YR 5/6). Konsistensi pada kedua horizon didapatkan hasil yang berbeda yaitu
pada horizon pertama hingga horizon ketiga memiliki konsisten teguh, dan pada
horizon keempat dan kelima memiliki konsistensi sangat teguh.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Boring 4


Horizon Kedalaman Warna Tekstur Kosistensi

1 0-20 10 YR 4/2 Lempung Berpasir Gembur

2 20-40 10 YR 6/8 Liat Berpasir Teguh


3 40-60 10 YR 5/8 Liat Berdebu Teguh
4 60-80 7,5 YR 5/8 Liat Berdebu Teguh
5 80-100 7,5 YR 6/8 Liat Sangat Teguh
6 100-120 7,5 YR 5/6 Liat Berpasir Teguh

Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada titik boring 2 kelompok 1


menggunakan metode pemboran didapatkan 6 horizon tanah. Tekstur tanah yang
ditemukan pada keempat horizon berbeda, pada horizon pertama didapatkan tekstur
tanah lempung berpasir, pada horizon kedua dan keenam didapatkan tekstur tanah
Liat Berpasir, pada horizon ketiga dan keempat didapatkan tekstur tanah Liat
Berdebu, dan pada horizon kelima didapatkan tekstur liat. Warna yang didapat pada
keempat horizon berbeda, mulai dari horizon pertama didapatkan (10 YR 4/2), pada
horizon kedua dan kelima didapatkan warna (10 YR 6/8), horizon ketiga dan
keempat didapatkan warna (10 YR 5/8), dan keenam didapatkan warna (7,5 YR
5/6). Konsistensi pada ketiga horizon didapatkan hasil yang berbeda yaitu pada
horizon pertama memiliki konsisten gembur, pada horizon kedua, ketiga, keempat
dan kelima memiliki konsistensi teguh dan pada horizon keenam memiliki
konsistensi sangat teguh.
4.2 Pembahasan

Gambar Peta Lokasi Praktikum

Dapat dilihat pada legenda dalam peta lokasi praktikum, bahwa areal
praktikum dibagi menjadi 2 yaitu pada areal kebun percobaan dan pada areal hutan
sekunder yang berada di depan teaching farm. Pada areal kebun percobaan
praktikum dilakukan menggunakan pendekatan sistematis menggunakan metode
grid, yaitu dimana titik boring ditentukan terlebih dahulu berdasarkan skala luasan
yang akan menjadi areal praktikum, sehingga seluruh titik pengambilan sampel
dapat mewakili areal tersebut. Titik boring pada kebun percobaan terdapat
sebanyak 8 titik boring dan 2 jalur boring, masing-masing jarak antar titik boring
adalah 25 meter.

Selanjutnya, Hutan kampus dipilih menjadi areal praktikum karena ingin


membedakan kondisi tanah pada lahan yang belum pernah dilakukan pengolahan
sebelumnya. Pada hutan sekunder survey dilakukan dengan menggunakan sistem
taktis dimana kami diberi kebebasan dalam menentukan titik boring pada areal
tersebut, namun harus mewakili satuan kawasan sehingga data yang dihasilkan
memiliki keakuratan yangbaik. Jumlah titik boring pada areal ini sebanyak 6 titik
boring dimana pengamatan dibagi kedalam 2 jalur untuk mempercepat pelaksanaan
pengambilan sampel tanah, sehingga 1 jalur taktis memiliki 3 titik boring.
Gambar Satuan Peta Tanah

Berdasarkan data hasil pengamatan dan beberapa studi literatur didapatkan


bahwa jenis tanah pada areal pengamatan kebun percobaan dan hutan kampus
universitas jambi adalah kambisol distrik.
Kambisol adalah tanah-tanah yang sudah berkembang, ditunjukkan oleh
susunan horison A-Bw-C pada lahan berdrainase baik, dan susunan horison A-Bg-
C pada tanah berdrainase terhambat. Di daerah ini Kambisol berkembang dari
batuliat dan batupasir pada grup landform tektonik; dan tufa masam pada landform
volkan tua. Tanah Kambisol yang dijumpai pada tingkat Macam Tanah
diklasifikasikan sebagai Kambisol Distrik. Uraian sifat tanahnya adalah sebagai
berikut: Kambisol Distrik. Padanannya Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff
2014) adalah Typic Dystrudepts. Tanah ini dijumpai pada landform punggung
antiklin, depresi sinklin, dataran tektonik datar sampai bergelombang; dataran
volkan tua datar sampai berombak. Tanah sangat dalam sampai sangat dalam,
drainase baik, dan tekstur halus sampai agak halus. Reaksi tanah masam, kapasitas
tukar kation (KTK) rendah sampai sedang, dan kejenuhan basa (KB) rendah sangat
rendah. C-organik dan Ntotal rendah sampai sedang, P2O5 total rendah, demikian
juga dengan K2O total. Berdasarkan sifat tanah tersebut, Kambisol Disrik
mempunyai tingkat kesuburan tergolong rendah
BAB V
KESIMPULAN

Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri mencakup semua watak yang
melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi dan populasi tumbuhan
dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur, serta
kegiatan manusia di atasnya. Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulandata
kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan
pendugaan penggunaan lahan umum maupun khusus.Tujuan survei tanah adalah
mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan
tanah-tanah, sama sifatnya kedalam satuan peta tanah tertentu.

Berdasarkan dari hasil kegiatan praktikum yang telah dilakukan pada lokasi
yang berbeda bahwa pada praktikum survey didapatkan hasil bahwa jenis tanah
yang terdapat pada areal kebun percobaan dan hutan kampus adalah tanah kambisol
distrik
DAFTAR PUSTAKA

Foth, D Henry. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjahmada University:


Yogyakarta.
Hardjowigono, H.S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta
Pairunan, AK, dkk 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. BKPT INTIM. Ujung
Sitorus, S.R.P. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito Bandung.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Pemboran Tanah Kelompok 2 di Kebun

Gambar 1. BOR 1 KELOMPOK 2 Gambar 2. BOR 2 KELOMPOK 2

Gambar 3. BOR 3 KELOMPOK 2 Gambar 4. BOR 4 KELOMPOK 2


Lampiran 2. Dokumentasi Pemboran Tanah Kelompok 2 di Hutan

Gambar 5. Titik Boring Hutan Gambar 6. Titik Boring Hutan


Lampiran 3. Gambar Peta Lokasi Praktikum, Peta Penggunaan Lahan dan Satuan
Peta Tanah

Gambar 7. Peta Lokasi Praktikum Titik Boring

Gambar 8. Peta Penggunaan Lahan


Gambar 9. Satuan Peta Tanah

Anda mungkin juga menyukai