Anda di halaman 1dari 20

INTERPRETASI KUALITATIF

LAPORAN II

Oleh

Josua Christian Katuuk

071001900047

LABORATORIUM PENILAIAN FORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Josua Christian Katuuk


NIM : 071001900047
KELOMPOK : H2
PARTNER : 1. Nine Widiawati
: 2. Novi S Effendi
TGL. PRAKTIKUM : 14 September 2021
TGL. PENERIMAAN : 21 September 2021
ASISTEN : 1. Alviona Nabyla Akbary
: 2. Dewi Latifatul Aini
: 3. Yanni F. Sairlela

NILAI :

Tanda Tangan Tanda Tangan

(………………………) (Josua Christian Katuuk)

Asisten Praktikan

i
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
I.2. Tujuan Percobaam ........................................................................................ 2
BAB II TEORI DASAR .................................................................................................. 3
BAB III HASIL PENGAMATAN ................................................................................... 5
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................ 6
IV.1 Pembahasan ................................................................................................ 6
IV.2 Tugas Internet ............................................................................................. 8
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 11
LAMPIRAN A TUGAS INTERNET ............................................................................ 12
LAMPIRAN B HASIL PENGAMATAN ..................................................................... 14

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
III.1 Zona Prospek Sumur B-130 ..................................................................................... 5

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
A. TUGAS INTERNET ................................................................................................. 12
B. HASIL PENGAMATAN .......................................................................................... 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya energi terpenting di dunia. Industri
minyak dan gas di Indonesia pun mengalami perkembangan yang sangat maju dari tahun ke
tahun untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri akan bahan bakar yang semakin meningkat.
Sektor minyak dan gas bumi merupakan penghasil devisa terbesar yang merupakan tulang
punggung pembangunan nasional, oleh sebab itu perlu upaya-upaya konkrit untuk terus
meningkatkan devisa negara melalui sektor minyak dan gas bumi tersebut dengan
mengoptimalkan peningkatan produksi dan mengembangkan lapanganlapangan baru.
Mengingat pentingnya peran minyak dan gas bumi bagi kelangsungan hidup manusia, maka
perlu dilakukan estimasi cadangan hidrokarbon yang akurat pada setiap reservoir yang ada
seperti analisa properti reservoir (porositas, permeabilitas, saturasi, resistivitas, penyebaran
batuan reservoir, dan kandungan hidrokarbon) dengan menggunakan data sumur yang bisa
didapat dengan penilaian formasi.
Penilaian formasi adalah suatu kegiatan ada tahap pada insdutri perminyakan yang
tujuannya untuk mengumpul data reservoir yang dilakukan sebelum operasi pemboran, saat
pemboran terjadi, dan juga saat sesudah pemboran dilakukan yang nantinya akan digunakan
dalam perencanaan pengembangan suatu lapangan minyak dan gas. Penilaian formasi dapat
dlakukan dalam 3 tahap, yaitu pada tahap eksplorasi formasi untuk menilai lokasi dari lapangan
yang mengandung hidrokarbon, tahap deliniasi untuk menilai batas reservoir yang akan
digunakan untuk menentukan volume bulk batuan reservoir dan ketebalan formasi produktif,
dan tahap pengembangan untuk melaksanakan program perencanaan pengembangan lapangan.
Penilaian formasi memiliki beberapa metode, yaitu coring dan analisa core, logging, analisa
cutting dll. Pada laporan ini akan dibahas tentang metode logging.
Metode logging ini sangat berperan penting dalam perkembangan eksplorasi
hidrokarbon. Pekerjaan logging atau evaluasi formasi merupakan kegiatan mempelajari
karakteristik formasi pada suatu reservoir serta segala aspek yang menyangkut perhitungan
cadangan hidrokarbon. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi dalam perhitungan
cadangan hidrokarbon yaitu porositas, saturasi air, dan tebal lapisan. Untuk mengetahui
parameter diatas diperlukan beberapa jenis kegiatan, antara lain pengambilan contoh batuan
(coring), interpretasi dengan bantuan alat log (logging), analisa hasil uji sumur (well testing)
dan lain-lain. Tetapi, ada pula masalah jika interpretasi kurang tepat, seperti jenis batuan
reservoir yang salah diinterpretasikan ataupun cadangan hidrokarbon yang terlalu optimis atau
terlalu pesimis diinterpretasikan. Oleh karena itu, evaluasi interpretasi melalui data logging
perlu dilakukan untuk mengurangi angka kesalahan interpretasi dan menghasilkan data yang
lebih akurat. Dengan demikian akan diketahui dengan lebih baik keadaan yang sebenarnya
didalam reservoir tersebut mengenai jumlah dan jenis fluida yang dapat diproduksikan,
sehingga dapat menghindari tidak diproduksinya lapisan hidrokarbon di reservoir karena
ketidak akuratan dari pengukuran dengan alat logging.

1
I.2 Tujuan Percobaan
Pada percobaan penilaian formasi yang berjudul Pengenalan alat ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dan tujuan interpretasi logging
2. Menentukan besar permeabilitas suatu batuan
3. Menentukan besar resistivity suatu batuan
4. Menentukan besar porositas suatu batuan
5. Menemukan keberadaan fluida hidrokarbon melalui interpretasi track 1 sampai track 3

2
BAB II
TEORI DASAR

Well logging merupakan suatu metode untuk mendapatkan data bawah permukaan
dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan ke dalam lubang sumur untuk evaluasi
formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan di bawah permukaan. Tujuan dari well logging adalah
untuk mendapatkan informasi lithologi, pengukuran porositas, pengukuran resestivitas, dan
kejenuhan hidrokarbon pada batuan formasi. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah
praktikum penilaian formasi yang berjudul “Interpretasi Kualitatif” untuk menentukan zona
dan memperkirakan keterdapatan hidrokarbon minyak dan gas bumi berdasarkan analisa
kualitatif menggunakan persamaan tertentu, untuk identifikasi tahap lanjut terhadap tingkat
porositas, permeabilitas batuan reservoir, dan saturasi air.Di dalam industri eksplorasi minyak
dan gas bumi, terdapat berbagai macam jenis pengukuran log sesuai dengan prinsip kerja dan
fungsinya. Namun dari bermacam pengukuran log yang tersedia terdapat jenis pengukuran log
yang utama, yaitu gamma ray log, spontaneous potential log, caliper log, resistivity log, density
log, dan neutron log.
Dalam analisa kualitatif, gamma ray log (GR log) dapat digunakan untuk identifikasi
dan korelasi lithologi serta estimasi tingkat kelempungan, karena prinsipp kerjanya yang
mengukur tingkat radioaktif alami dari unsur-unsur tertentu pada mineral yang umumnya
ditemukan pada batuan serpih dan lempung seperti mineral mika, glaukonit, dan potasium
feldspar. Secara umum, kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mencari hidrokarbon pada batuan
reservoir yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik, yaitu batu pasir dan batu
gamping. Karena karakteristik batu serpih dan lempung yang memiliki porositas dan
permeabilitas yang kecil, dan bersifat “menyerpih” dalam suatu batuan, maka dengan analisa
gamma ray log ini dapat dilakukan identifikasi lithologi membedakan zona reservoir dan zona
non-reservoir.
Spontaneous log atau SP log dapat digunakan untuk identifikasi batuan permeable,
identifikasi lapisan non reservoir dan reservoir, membantu korelasi lithologi, dan menghitung
nilai salinitas fluida formasi (Rw). Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial karena
perbedaan salinitas antara lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi (Rw) dimana pada
dasarnya nilai salinitas berbanding terbalik dengan resistivitas. Dimana elektroda ini
diturunkan ke dalam lubang sumur lalu alat tersebut akan merekam potensial listrik pada
berbagai titik dengan reference potensial elektroda di permukaan tanah. Lumpur yang
digunakan harus bersifat conductif. Logging speed yang dicapai alat ini bisa mencapai 1500
m/hr.
Resistivity log dapat digunakan untuk membedakan lapisan reservoir dan non
reservoir, identifikasi jenis fluida (air formasi dam hidrokarbon) dan batas kontak fluidanya,
menghitung nilai resistivitas air formasi dan salinitas air formasi. Terdapat dua macam
pengukuran resistivity log, yaitu lateral log dan induction log. Lateral log adalah log elektroda
dan dirancang untuk mengukur resistivitas formasi pada kondisi lubang bor yang terinvasi
dengan lumpur berbahan dasar saltwater (di mana Rmf ~ Rw). Ketika sebuah sumur dibor
dengan lumpur air asin nilai resistivitas filtrat lumpur kira-kira akan sama dengan resistivitas

3
air formasi (Rmf~ Rw), invasi tidak sangat mempengaruhi pemabacaan nilai Rt yang berasal
dari lateral log. Lateral log paling efektif digunakan dalam kondisi menggunakan lumpur
conductive (seawater base mud atau brine), ratio antara Rmf dengan Rw kurang dari 3, Rt lebih
besar dari 150 ohm.m, dan bed thickness kurang dari 10 ft. Induction log merupakan log yang
mengukur konduktivitas dari suatu formasi namun memberikan pembacaan yang berupa
resistivitasnya. Keakuratan pembacaan induction log sendiri tidak dipengaruhi oleh kontak
langsung antara alat logging dengan dinding lubang bor. Prinsip kerja dari Induction tool
adalah arus listrik dipancarkan ke suatu kumparan listrik. Akibat dari hal tersebut maka timbul
medan magnet dimana menghasilkan arus induksi. Arus Induksi tersebut mengalir ke formasi
melalui media lumpur non konduktif. Induction log di rancang untuk bekerja di sumur yang
menggunakan non conductive fluid (seperti lumpur berbasis udara dan minyak) atau lumpur
air tawar (di mana Rmf> 3 Rw). Matriks dan butiran dalam batuan dianggap sebagai insolator
atau non konduktif (buruk dalam mengalirkan arus listrik), sehingga kemampuan suatu batuan
untuk mengalirkan listrik sangat berhubungan dengan jumlah air (konduktif) dalam pori.
Semakin banyak jumlah air yang terdapat dalam pori maka semakin kecil resistivitas yang
terhitung. Sebaliknya, semakin banyak jumlah hidrokarbon yang terdapat dalam pori maka
semakin besar resistivitas yang terhitung.
Density log digunakan untuk mengidentifikasi mineral dalam pengendapan evaporite,
mengidentifikasi gas, penentuan densitas hidrokarbon, evaluasi shaly formation dan lithologi
kompleks, perhitungan tekanan overburden dan sifat mekanik batuan (Schlumberger,1989).
Density log memiliki depth of investigation yang relatif dangkal dan sebagai hasilnya, alat
harus ditahan pada sisi lubang bor selama proses logging untuk memaksimalkan
pembacaannya. Alat ini terdiri dari sumber sinar gamma energi sedang (kobalt 60, cesium 137,
atau dalam beberapa desain baru, berbasis akselerator). Dua detektor sinar gamma digunakan
untuk meningkatkan akurasi pembacaan. Ketika sinar gamma yang dipancarkan bertabrakan
dengan elektron dalam formasi, tabrakan mengakibatkan hilangnya energi dari partikel sinar
gamma.
Neutron log pada dasarnya digunakan untuk menggambarkan formasi berpori dan
penentuan nilai porositasnya. Log ini merespon jumlah hidrogen dalam formasi. Pada suatu
clean formation yang pori-porinya terisi dengan air atau minyak, log neutron dapat
menggambarkan besarnya pori-pori batuan yang terisi fluida. Zona gas sering dapat
diidentifikasi dengan membandingkan log neutron dengan log porositas lain atau analisis core.
Kombinasi neutron log dengan log porositas lainnya dapat menghasilkan nilai porositas yang
lebih akurat dan identifikasi litologi - bahkan evaluasi shale content. Neutron adalah partikel
yang netral secara listrik, masing-masing memiliki suatu massa yang hampir identik dengan
massa atom hidrogen. Neutron berenergi tinggi (cepat) terus-menerus dipancarkan dari sumber
radioaktif di sonde. Neutron ini bertabrakan dengan inti atom dari material dalam formasi.Pada
setiap tumbukan, neutron kehilangan sebagian energinya. Jumlah energi yang hilang tiap
tumbukan bergantung pada massa relatif dari inti atom yang bertabrakan.dengan neutron.
Hilangnya energi yang lebih besar terjadi ketika neutron menumbuk inti atom dengan massa
yang hampir sama yaitu, inti hydrogen.

4
BAB III
HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan imterpretasi kualitatif yang dilakukan pada sumur B-130 didapatkan 3


zona yang diprediksikan sebagai zona prospek hidrokarbon.

Tabel III.1
Zona Prospek pada Sumur B-130
Zona Kedalaman (m)

1 1448,5 - 1450

2 1605 - 1607

3 1658 - 1660

5
BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 Pembahasan
Pengukuran log atau yang disebut logging adalah perekaman dan pengukuran data
bawah permukaan di sepanjang lubang pemboran, guna membuktikan keberadaan minyak dan
gas bumi yang kemungkinannya terindikasi dari interpetasi seismic. Data log yang diperoleh
kemudian dievaluasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Perbedaan dari analisa
kuantitatif dan kualitatif adalah analisa kuantitatif digunakan untuk mengetahui karakteristik
fisik batuan reservoir atau petrofisik yang terindikasi dari analisa kualitatif. Sedangkan analisa
secara kualitatif adalah dengan menganalisa karakteristik grafik data log, untuk langkah awal
identifikasi dan zonasi reservoir hidrokarbon. Di dalam industry migas, terdapat berbagai
macam jenis pengukuran log sesuai dengan prinsip kerja dan fungsinya. Namun, dari berbaai
macam pengukuran log yang tersedia, terdapat jenis pengukuran log yang utama, yaitu:
Gamma Ray Log, Spontaneus Potential Log, Resistivity Log, Density Log, Neutron Log, Sonic
Log, dan Caliper Log.
Pada track 1 terdapat Gamma Ray Log dan Spontaneus Potential Log. Dalam analisa
kualitatif, GR Log memiliki kegunaan untuk identifikasi dan korelasi lithologi serta estimasi
tingkat kelempungan karena prinsip kerja GR log yang mengukur tingkat radioaktif alami
(sinar gamma) dari unsur-unsur tertentu, yang umum ditemukan pada batu serpih (shale) dan
lempung (clay). Tak jauh berbeda dengan GR Log, SP Log dapat digunakan untuk identifikasi
lapisan permeable, membantu korelasi lithologi, dan menghitung nilai salinitas fluida formasi
(Rw). Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial karena perbedaan salinitas antara
lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi (Rw), dimana pada dasarnya nilai salinitas
berbanding terbalik dengan resistivitas. Singkatnya, GR Log dan SP Log dapat membantu
menentukan jenis lapisan suatu formasi apakah termasuk zona permeable atau tidak. Semakin
ke kiri garis yang ditunjukkan, maka menunjukkan zona yan memiliki permeabilitas tinggi
karena formasi tersebut terdiri dari batuan pasir yang memiliki permeabilitas tinggi karena
porinya saling berhubungan. Sedangkan jika semakin ke kanan, maka formasinya memiliki
permeabilitas yang rendah karena diasumsikan mengandung batuan shale yang dimana batuan
shale memiliki permeabilitas yang rendah. Selain itu juga terdapat Caliper Log yang
merupakan alat untuk mengukur diameter dan bentuk lubang bor.
Pada track 2, terdapat log resistivitas yang digunakan untuk membedakan lapisan
reservoir dan non-reservoir, identifikasi jenis fluida (air formasi dan hidrokarbon) dan batas
kontak fluidanya, menghitung nilai resistivitas air formasi dan salinitas air formasi. Terdapat
dua macam pengukuran log resistivitas, yaitu; Lateral Log yang meiliputi Laterolog Deep
(LLD), Lateralog Shallow (LLS), Micro Spherically Focused Log (MSFL), dan; Induction Log
yang meliputi Induction Log Deep(ILD), Induction Log Shallow(ILS), dan Micro Spherically
Focused(MFS). Log ini paling terpengaruh oleh lumpur berbahan dasar air asin dan paling
efektif digunakan pada formasi dengan nilai resistivitas rendah hingga sedang. Ketidakpastian
dalam pengukuran akan meningkat bila log ini digunakan pada 6 formasi dengan resistivitas
tinggi yang membuat induction log kurang dipertimbangkan dibandingkan laterolog.

6
Pembacaan pada track 2, jika semakin ke kanan maka formasi diasumsikan mengandung
batuan dimana tempat terakumulasinya hidrokarbon dan apabila semakin ke kiri maka
resistivitas rendah karena semakin ke kiri merupakan formasi yang mengandung air asin akan
tetapi memiliki konduktivitas besar. Tingkat resistivitas terbesar hingga terkecil yaitu batuan,
gas, minyak, lalu air.
Pada track 3, terdapat density log dan neutron log. Kedua log ini dapat digunakan untuk
perhitungan porositas dan densitas batuan, identifikasi evaluasi litologi dan deteksi keberadaan
gas. Jika digambarkan dalam garis semakin ke kiri maka menandakan formasi tersebut
mengandung hidrokarbon. Pada track 3 juga digunakan alat density log atau dikenal sebagai
RHOB untuk membaca densitas dari suatu batuan. Semakin berongga batuan karena energi
receiver bertambah, maka garis menunjukan ke arah kanan, sebaliknya apabila batuan tersebut
semakin padat karena energi berkurang maka akan semakin ke kiri. Jadi pada track 3 dapat
ditentukan jenis fluida yang terdapat dalam batuan tersebut. Apabila garis neutron log dan
density log terjadi cross over yang sedang maka kemungkinan minyak, lalu jika cross over
yang dihasilkan besar maka kemungkinan besar batuan tersebut mengandung gas, dan jika
garisnya menunjukan lurus tidak ke kanan atau kiri maka kemungkinan besar jenis fluidanya
adalah air. Kemudian ada sonic log, digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan
sebagaimana pada log density dan log neutron. Log sonic menggambarkan waktu kecepatan
suara yang dikirimkan / dipancarkan ke dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh receiver.
Pada data sumur B-130 yang diberikan, zona prospek dimana tempat terakumulasinya
hidrokarbon menurut praktikan adalah pada kedalaman 1448,5 m - 1450 m ; 1605 m - 1607 m
; 1658 m - 1660 m. Pembacaan pada track pertama membelok ke kiri, yang berarti
kemungkinan prospek hidrokarbon. Karena pada zona permeable, ditunjukkan pada kurva yang
berharga minimal, dikarenakan GR log akan menunjukkan harga yang besar ketika
menemukan suatu batuan yang memiliki radioaktif yang besar seperti shale. Jika garis pada
track 1 berbelok ke kiri, kurva pada track ke 2 membelok kea rah sebaliknya yaitu ke kanan.
Karena pada track 2, yang dicari adalah harga yang besar, karena pada lapisan yang memiliki
zona kemungkinan prospek akan memiliki ketahanan terhadap listrik yang lebih baik dibanding
zona air atau zona yang tidak memiliki hidrokarbon. Pada hasil pengamatan, kurva berbelok
ke kanan yang mengartikan bahwa zona hidrokarbon terdapat diantaranya. Dan pada track 3,
adalah penentuan bahwa pada kedalaman tersebut mengandung hidrokarbon apa. Track 3 ini
merupakan kelanjutan dari track 1 dan 2. Pada track 1 jika sudah dinyatakan permeable dan
pada track 2 dinyatakan mengandung hidrokarbon, maka untuk penentuan isinya dilihat pada
track 3. Kemungkinan adanya hidrokarbon ditandai dengan adanya crossover. Crossover
terjadi karena RHOB dan NPHI mengecil. Cross over yang besar menandakan jenis
hidrokarbon yang terkandung adalah gas, sedangkan apabila cross over sedang maka
menandakan jenis hidrokarbon yang terkandung adalah minyak. Namun apabila tidak adanya
cross over tetapi kedua garis saling bertumpukan sehingga membentuk garis lurus, maka
menandakan bahwa jenis hidrokarbon yang terkandung adalah air.

7
IV.2 Tugas Internet
String alat Triple Combo selalu dijalankan terlebih dahulu dan memperoleh sebagian
besar log kal petrofisika dan litologi dasar (densitas, porositas, resistivitas, sinar gamma).
String ini juga mengukur lebar lubang bor, indikator penting dari lubang bor dan kualitas kayu
gelondongan. Log porositas, densitas, dan resistivitas mengumpulkan informasi fisik dan
geoteknik petro tentang formasi penetrasi. Dalam sedimen, kecenderungan umum dalam log
ini didominasi oleh peningkatan konsolidasi dengan kedalaman. Penyimpangan dari tren ini
disebabkan oleh perubahan litologi, litifikasi (sementasi), underconsolidation (misalnya,
tekanan pori-fluida tinggi), atau adanya hidrat gas (hidrat di pori-pori) ruang meningkatkan
resistivitas dan kecepatan sonik). NS keuntungan utama dari log ini dibandingkan yang setara
pengukuran inti adalah bahwa log mencatat properti in situ, sedangkan inti diperluas dan
tertekan dan dapat menderita efek akhir dan biskuit.
Alat logging Triple Combo standar dapat terdiri gabungan tiga alat berikut; Accelerator
Porosity Sonde (APS*), Hostile Environment Litho-Density Sonde (HLDS*), Hostile
Environment Natural Gamma Ray Sonde (HNGS*)/Enhanced Digital Telemetry Cartridge
(EDTC-B*), High-Resolution Laterolog Array (HRLA*)/Phasor Dual Induction-Spherically
Focused Resistivity Tool (DIT*), dan Magnetic Susceptiblility Sonde (MSS-B) (developed by
Lamont).
APS adalah modul kunci dalam komponen sistem Litologi Porositas Terpadu. Sumber
neutron elektronik (minitron) memungkinkan pengukuran neutron epitermal dan pelindung
detektor, menghasilkan nilai porositas yang kurang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Rasio
porositas epitermal rasio dekat-array adalah pengukuran porositas utama. Jarak sumber-ke-
detektornya dioptimalkan untuk menghasilkan pengukuran indeks hidrogen formasi yang pada
dasarnya bebas dari efek kepadatan matriks formasi. Lima detektor memberikan informasi
untuk porositas, deteksi gas, evaluasi tanah liat, peningkatan resolusi vertikal dan koreksi
lubang bor.
HLDS menggunakan bantalan yang secara mekanis identik dengan alat Litho-Density
Lingkungan Bermusuhan HLDT, tetapi mencakup pelindung magnetik dan elektronik
berkecepatan tinggi. Seluruh spektrum tinggi pulsa dari kedua detektor direkam dan diproses
ke dalam jendela yang identik dengan pengukuran Litho-Density konvensional. Densitas curah
dan pembentukan faktor fotolistrik diturunkan secara konvensional; oleh karena itu, respons
alat tetap tidak berubah. Informasi spektral yang tersedia digunakan untuk kontrol kualitas log
dan kalibrasi yang lebih baik.
HNGS menggunakan dua detektor kilau bithmus-germanate (BGO) untuk mengukur
radiasi sinar gamma alami dari formasi. Volume detektor yang lebih besar dan daya henti sinar
gamma yang lebih tinggi dari BGO menjadikan HNGS alat gamma spektral yang sangat
efektif. HNGS melakukan pengukuran serupa dengan NGT; namun, HNGS lebih akurat dan
mampu melakukan pengukuran dalam kondisi lubang yang sulit. HNGS menggunakan
detektor kilau yang lebih besar dan lebih baik daripada NGT yang memberikan statistik
peluruhan nuklir yang lebih baik. HNGS mengukur total gamma dan spektroskopi 256-jendela
untuk menyelesaikan spektrum yang terdeteksi menjadi tiga komponen paling umum dari

8
radiasi alami: kalium, torium, dan uranium. Bagian spektrum energi tinggi dibagi menjadi tiga
jendela energi, masing-masing mencakup puncak karakteristik dari tiga seri radioaktivitas.
EDTC-B adalah alat downhole yang menggabungkan dua sensor yang biasa dijalankan
dengan modem downhole telemetri berkecepatan tinggi yang dapat digunakan di lingkungan
bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan komunikasi
berkecepatan tinggi (lebih dari 1 Mbps) antara lubang alat wireline dan sistem akuisisi di
permukaan. Selain itu, ini mencakup detektor sinar gamma kilau yang menyediakan jumlah
GR total sederhana dalam unit API yang digunakan untuk korelasi antara proses logging. Oleh
karena itu, penggunaan EDTC menghilangkan kebutuhan akan alat sinar gamma spektral
(HNGS), sehingga mengurangi panjang senar.
HRLA adalah alat yang menyediakan enam pengukuran resistivitas dengan kedalaman
penyelidikan yang berbeda (termasuk lubang bor, atau resistivitas lumpur, dan lima
pengukuran resistivitas formasi dengan meningkatnya kedalaman penetrasi ke dalam formasi).
Sonde mengirimkan arus terfokus ke dalam formasi dan mengukur intensitas yang diperlukan
untuk mempertahankan penurunan tegangan yang konstan melintasi interval tetap,
memberikan pengukuran resistivitas langsung. Array tersebut memiliki satu elektroda pusat
(sumber) dan enam elektroda di atas dan di bawahnya, yang berfungsi secara bergantian
sebagai elektroda pemfokus dan arus balik. Dengan mengubah peran elektroda ini secara cepat,
pengukuran resistivitas simultan pada 6 kedalaman penetrasi tercapai. Alat ini dirancang untuk
memastikan bahwa semua sinyal diukur pada waktu dan posisi alat yang sama persis, dan untuk
mengurangi sensitivitas terhadap efek "shoulder bed" saat melintasi alas tajam yang lebih tipis
dari jarak elektroda. Desainnya, yang menghilangkan kebutuhan akan elektroda referensi
permukaan, meningkatkan evaluasi resistivitas formasi dibandingkan dengan dual laterolog
sonde (DLL) tradisional.
DIT menyediakan pengukuran potensi spontan (SP) dan tiga nilai resistivitas yang
berbeda: IDPH (induksi dalam), IMPH (induksi sedang), dan SFLU (dangkal fokus pada
resistivit). Karena konstituen padat adalah orde besarnya lebih resistif daripada cairan pori di
sebagian besar batuan, resistivitas dikendalikan terutama oleh konduktivitas cairan pori dan
dengan jumlah dan konektivitas ruang pori. Biasanya DIT dijalankan dengan APS, HLDS, dan
HNGS. DIT memiliki pengukuran suhu internal yang mungkin berguna di lingkungan suhu
tinggi.
MSS-B adalah alat logging wireline yang mengukur kerentanan magnetik lubang bor
pada dua resolusi vertikal dan kedalaman penyelidikan. Alat ini menggabungkan sensor
kumparan tunggal yang dirancang untuk memberikan pengukuran kerentanan magnetik
resolusi tinggi. Sensor ini dikembangkan oleh Bartington Instruments. Sensor adalah induktor
listrik yang dibangun sedemikian rupa sehingga ketika diposisikan pada dinding lubang bor,
induktansinya dipengaruhi oleh kerentanan volume formasi terhadap volume penyelidikan.
Kumparan digabungkan dalam rangkaian resonansi untuk menghasilkan frekuensi yang
berubah secara linier dengan kerentanan lubang bor. Frekuensi ini diukur oleh mikroprosesor
MSS-B dan diubah menjadi kerentanan dengan menerapkan konstanta kalibrasi skala dan
offset.

9
BAB V
KESIMPULAN

Pada percobaan penilaian formasi yang berjudul interpretasi kualitatif ini, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penentuan zona prospek dapat dilakukan dengan interpretasi kualitatif hasil track 1
sampai dengan track 3
2. Pada track 1 logging dengan Gamma Ray Log atau Spontaneus Potential Log dapat
digunakan untuk mengetahui besar atau kecilnya permeabilitas suatu batuan. Jika
defleksi ke kiri, maka permeabilitas batuan semakin besar.
3. Pada track 2 logging dengan resistivity log jika defleksi ke kanan maka batuan
memiliki ketahanam terhadap listrik yang besar. Sebaliknya, jika defleksi ke kiri
maka batuan memiliki ketahanan terhadap listrik yang kecil.
4. Pada track 3 apabila Rhob dan Nphi mengecil sehingga membentuk cross over dan
berukuran besar berarti fluida yang terkandung dalam batuan yaitu gas, jika sedang
berarti minyak dan jika garis lurus berarti air.
5. Parameter dari penilaian formasi antara lain; porositas, permeabilitas, saturasi air,
kemampuan pergerakan hidrokarbon, tipe hidrokarbon, lithologi batuan,
kemiringan dan struktur formasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nugrahanti, Asri dan Sumantri, R. 2014. Penilaian Formasi I. Jakarta: Jurusan Teknik
Perminyakan, FTKE, Universitas Trisakti
Sitaresmi, Ratnayu. 2016. Diktat Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi. Jakarta: Jurusan
Teknik Perminyakan, FTKE, Universitas Trisakti
Sitaresmi, Ratnayu. 2020. Diktat Penilaian Formasi. Jakarta: Jurusan Teknik Perminyakan,
FTKE, Universitas Trisakti
https://media.neliti.com/media/publications/170837-ID-analisis-penentuan-zona-produktif-
dan-pe.pdf
https://www.academia.edu/38933112/ANALISA_LOG_KUALITATIF_JURNAL

11
LAMPIRAN A

TUGAS INTERNET

12
TRIPLE COMBO

The Triple Combo tool string is always run first and acquires most of the basic
petrophysical and lithological logs (density, porosity, resistivity, gamma ray). This string also
measures the borehole width, an important indicator of borehole and log quality. The porosity,
density, and resistivity logs collect petrophysical and geotechnical information about the
penetrated formations. In sediments, the general trend in these logs is dominated by increasing
consolidation with depth. Deviations from this trend are caused by lithological change,
lithification (cementation), underconsolidation (e.g., high pore-fluid pressure), or the presence
of gas hydrates (hydrate in the pore space increases resistivity and sonic velocity). The principal
advantage of these logs over the equivalent core measurements is that the logs record the insitu
property, whereas the cores are expanded and depressurized and can suffer from end-effects
and biscuiting.
The standard Triple Combo logging tool may consist of three of the following tools:
1. Accelerator Porosity Sonde (APS*)
2. Hostile Environment Litho-Density Sonde (HLDS*)
3. Hostile Environment Natural Gamma Ray Sonde (HNGS*)/Enhanced Digital Telemetry
Cartridge (EDTC-B*)
4. High-Resolution Laterolog Array (HRLA*)/Phasor Dual Induction-Spherically Focused
Resistivity Tool (DIT*)
5. Magnetic Susceptiblility Sonde (MSS-B) (developed by Lamont)
Referensi: https://rosetta.iodp.tamu.edu/A/TechDoc/8244?encoding=UTF-8

13
LAMPIRAN B

HASIL PENGAMATAN

14
Zona Prospek 1
1448,5 m - 1450 m

Zona Prospek 2
1605 m - 1607 m

Zona Prospek 3
1658 m - 1660 m

15

Anda mungkin juga menyukai