Anda di halaman 1dari 19

MUD PROPERTIES

LAPORAN
III

Nuraini

071002000032

LABORATORIUM PENILAIAN FORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : NURAINI
NIM : 071002000032
KELOMPOK : B2
PARTNER : 1. MUHAMMAD ZAIDAN IBRATA
2. EVANGELIKA PUTRI PAI
3. RIZKY ANUGRAH
TGL.PRAKTIIKUM : 29 MARET 2022
TGL.PENERIMAAN : 5 APRIL 2022
ASISTEN : 1. YANNI FLORENSIA IMANUELA SAIRLELA
2. NILA MUTIYA HANI
3. DEWI LATIFATUL AINI
NILAI :

Tanda Tangan Tanda Tangan

(Asisten Lab) Nuraini


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .................................................................................. 2
BAB II TEORI DASAR ........................................................................................... 3
BAB III HASIL PENGAMATAN ............................................................................ 5
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN............................................................ 6
BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................... 8
5.1 Pembahasan percobaan .......................................................................... 8
5.2 Tugas Internet ..................................................................................... 10
BAB VI KESIMPULAN ........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12
LAMPIRAN A TUGAS INTERNET ..................................................................... 13
LAMPIRAN B HASIL PENGAMATAN .............................................................. 14

i
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
III.1 Mud Properties Sumur B130....................................................................... 5

ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. TUGAS INTERNET ........................................................................... 13
B. HASIL PENGAMATAN .................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tahap evaluasi formasi biasanya dilakukan dalam suatu kegiatan eksplorasi detil setelah
pemboran,dalam kenyataannya lumpur bor mendesak hidrokarbon masuk ke dalam formasi
menjauhi lubang bor dan mencegah hidrokarbon menyembur ke permukaan dengan
serangkaian investigasi dari data-data suervei geologi dan survey geofisika yang dilaukan pada
zona yang diperkirakan produktif untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan data secara lebih
detail dan akirat dari reservoirnya seperti : porositas, permeabilitas dan kejenuhan air dari
batuan tersebut. Pemeriksaan berkas batuan bor yang kembali ke permukaan dapat memberi
petunjuk tentang lithologi secara umum dari formasi yang ditembus oleh bit dan mungkin juga
mampu memperkirakan banyakya minyak dan gas di lapangan formasi. Kurva log memberikan
informasi yang cukup tentang fisik batuan dan fluida. Penilaian formasi adalah salah satu
bagian yang sangat penting dalam proses dan penyelesaian sumur. Mud logging adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dilapangan dengan mengamati,meneliti, dan mencatat kondisi lumpu
yang disirulasikan dalam pemboran dengan mengamati dan mendiskripsikan cutting hasil
pemboran atau kandungan hidrkarbon yang ikut terbawa aliran lumur dengan menggunakan
beberapa jenis peralatan dalam sirkulasi lumpur. Dugaan adanya potensi hidrokarbon pada
suatu area yaitu data permukaan (seismic,logging,coring dan cutting). Dari data permukaan
seismic kemudian dilakukan untuk mendapatkan data di bawah permukaan beruupa lithologi
batuan. Jika litologi batuann mengindikasikan adanya suatu reservoir , maka untuk
membuktikan ada tidaknya hidrokarbon dilakukan pemboran lubang sumur serta serangakaian
pengukuuran di dalam sumur (logging) dan evaluasi data hasil rekaman untuk memastikan ada
tidaknya kandungan hidrokarbon di bawah tanah. Logging yaitu suatu kegiatan atau proses
perekaman sifat-sifat fisik batuan reservoir dengan menggunakan wireline log. Salah satu
factor untuk menentukan kualitas sumur adalah dengan melakukan penilaian formasi batuan
(evaluasi formasi). Penilaian formasi adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah
tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (logging). Penilaian formasi dapat
dilakukan dengan interpretasi pintas atau quick look adalah membuat suatu evaluasi log pada
zona bersih ( celan formation) dengan cepat di lapangan tanpa menggunakan koreksi dampak
lingkungan lubang bor. Sebelum dilakukan pengeboran kita harus melakukan evaluasi formasi
untuk mengetahui karakteristik formasi batuan yang akan di bor. Berbagai macam metode
digunakan untuk mengetahui karakteristik formasi yang akan di bor. Berbagai macam metode
digunakan untuk mengetahui karakteristik formasi baik melalui analisis batu inti, analisi
cutting,maupun analisis data well logging. Analisi well logging saat ini banyak digunakan
karena biayanya yang relative lebih murah dan kualitas datanya yang akurat. Dari data
penilaian formasi ini dapat diketahui kedalaman formasi produktif serta Batasan-batasannya
dengan formasi di atas atau di bawahnya, jenis reservoir dengan mengetahui sifat fisik batuan
dan fluida reservoir , gangguan pada sumur yang disebabkan oleh kerusakan formasi disekitar
lubag bor pada formasi produktif sebagai akibat aktivitas pemboran.

1
1.2 TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dilakukannya percobaan megenai mud properties adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui gradient tekanan yang dapat terjadi pada zona kedalaman prospek.
2. Untuk mengetahui temperature pada tiap kedalaman zona prospek.
3. Untuk mengetahui resistivity mud pada tiap kedalaman zona prospek.
4. Untuk mengetahui resistivity mud cake pada tiap kedalaman zona prospek.
5. Untuk mengethui resistivity mud filtrate pada tiap kedalama zona prospek.

2
BAB II
TEORI DASAR
Log Resistivity adalah Suatu log yang digunakan untuk merekam sifat kelistrikan fluida.
Keberadaan hidrokarbon akan menunjukkan resistivitas yang besar, sedangkan untuk
kandungan air akan menunjukkan resistivitas yang kecil. Kandungan fluida yang ada juga
menunjukkan besaran porositas yang dimiliki batuan tersebut. Karena volume fluida akan
berbanding lurus terhadap besaran porositasnya.

Penilaian formasi dilakukan setelah terdapat lubang pemboran yangmembuktikan


terdapatnya hidrokarbom pada cekungan tersebut. Dengan dilakukannya penilaian formasi
maka dapat ditentukan zona prospek unutkdiproduksi, sehingga keuntungan pun dapat
diperoleh, beberapa parameter yangdiperlakukan untuk menentukan zona produktif yaitu
berupa parameter yang diperlukan yaitu berupa karakteristiknya batuan antara lain porositas,
permeabilitas,saturasi air, dan kemampuan bergeraknya hidrokarbon, tiper hidrokarbon,
litologi batuan, kemiringan dan struktur formasi.

Resistivitas listrik merupakan salah satu sifat fisik batuan yang paling awal ditemukan dan
paling sering dilakukan pengukuran. Batuan beku, sedimen kering, maupun metamorf adalah
media dengan konduktivitas atau kemampuan menghantarkan listrik yang buruk. Pada batuan
reservoir, pori-pori batuan akan cenderung terisi oleh fluida (umumnya terisi oleh air formasi
yang konduktif). Hal ini menyebabkan batuan tersebut menjadi elektrolit konduktor dengan
nilai resistivitas menengah. Salah satu parameter yang mempengaruhi resistivitas daribatuan
reservoir adalah volume hidrokarbon yang terkandung dalam pori-pori batuan sehingga dapat
dijadikan parameter untuk mengetahui dan menganalisis keberadaan minyak dan gas
(Bassiouni,1994). Untuk mempelajari log resistivitas, diperlukan pengetahuan mengenai sifat
kelistrikan batuan.

Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam
skala logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.Didalam
pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis ‘penetrasi’ resistivity, yakni shallow
(borehole), medium (invaded zone) dan deep (virgin) penetration. Perbedaan kedalaman
penetrasi ini dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir pada pembacaan log resistivity
karena mud invasion (efek lumpur pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat mobilitas
minyak.Sebagaimana yang kita ketahui untuk mengantisipasi pressure (e.g. pore pressure), saat
pengeboran biasanya dipompa oil based mud atau water based mud. Sebagai contoh, jika kita
menggunakan water based mud (resistivity rendah) sebagai lumpur pemboran, kemudian
lumpur tersebut meng-invasi reservoir yang mengandung minyak, maka kita akan
mendapatkan profil deep penetration resistivity lebih tinggi daripada shallow-medium
penetration resistivity.Jika medium penetration dan deep penetration mirip (tidak ada efek
invasi), maka situasi ini mengindikasikan minyak didalam reservoir tersebut sangat susah
untuk mobile (hal ini kurang bagus dalam production).

3
Log resistivitas mengukur nilai resistivitas batuan (solid dan fluida di dalamnya) yang
diperlukan untuk menentukan nilai saturasi air. Log pada zona resistivitas ada tiga macam,
yaitu Log Deep Resistivity Log Deep Resistivity yaitu Log yang digunakan untuk mengukur
resistivitas pada zona uninvaded / zona yang tidak terinfasi rentangnya sekitar > 3 meter,
dimana log ini terbagi menjadi dua macam berdasarkan lumpur yang digunakan saat pemboran,
yaitu Induction Deep Log (ILD), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan fresh water
base mud (air tawar). Lateral Deep Log (LLD), yang mana digunakan jika lumpur yang
digunakan salt water mud (air asin). Selanjutnya, Log Medium Resistivity Log Medium
Resistivity yaitu log yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona transisi rentangnya
sekitar 1.5 – 3 feet.

Resistivitas berpengaruh besar terhadap temperature namun sedikit terhadap tekanan.


Semakin tiggi temperature, maka resistivitas akan semakin kecil. Komposisi garam, resistivitas
fluida formasi tergantung pada konsentrasi dan jenis garam yang terlaur didalamnya.
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat megukur tahan batuan formasi berupa isinya yang
mana tahanan ini tergantung pada porositas efektid, salinitas air formasi dan banyaknya
hidrkoarbon pada pori. Resistivitas adalah tahanan jenis listrik dan suatu batuan berpori (butir
batuan dan potensi fluida) yang besarnya dipengaruhi oleh jeis batuan (lithologi ),porositas
dannjenis fuida pengisi pori. Resistivitas fluida seperti Rw dan Rmf adalah tahanan jenis listrik
fluida pengisi pori batuan yang esarnya dipengaruhi oleh salinitas fluida tersebut. Semakin
besar dari salinitas fluida tersebut maka resitivitynya akan semakin kecil sedangkan bila semaki
kecil dari salinitas fluida tersebut maka resistivitynya semakin kecil. Selain itu resitivitasnya
yang perlu diukur yaitu resistivitas lumpur (Rm), resistivitas mud cake (Rmc).

Rm dan Rmf umumnya digunakan sebagai faktor pengkoneksianpembacaanhasil rekaman


log yang akan di interpretasikan. Resistivitas suatu fluidamemiliki suatu hubungan yang dekat
dengan temperaturnya. Suatu formasimemiliki kaitan yang cukup erat dengan kedalamannya.
Semakin dalam suatuformasi maka akan semakin besar pulasuhu formasi tersebut. Sedangkan.
Bilasemakin dangkal suatu formasi maka akan semakin kecil juga temperatur atau suhudi
fromasi tersebut.

Temperature adalah sifat thermodinamis cairan yang dikarenakan olehaktivitas dari


molekul dan atom di dalam cairantersebut. Semakin besaraktivitasnya maka akan semakin
tinggi pula temperaturnya. Sedangkan semakin kecil aktivitasnya maka akan semakin rendah
pula temperaturnya. Temperaturemenunjukan kandungan energy panas. Dimana energy panas
spesifik sendiri secarasederhana dapat dialirkan sebagai jumlah dari energy panas yang
dibutuhkan untukmenaikan temperature dari suatu satuan massa fluida sebesar 1°.
Temperaturereservoir ini sangatlah bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya,
dimanatergantung darikedalaman suatu sumur dan gradient temperature ditempat tersebut.
Pada batuan reservoir, pori-pori batuan akancenderung terisi oleh fluida (umumnya terisi oleh
air formasi yang konduktif). Hal ini menyebabkan batuantersebut menjadi elektrolit konduktor
dengan nilai resistivitas menengah. Salah satu parameter yang mempengaruhi resistivitas dari
batuan reservoir adalah volume hidrokarbon yang terkandung dalam pori-pori batuan.

4
BAB III
HASIL PENGAMATAN

Table III.1 Mud Properties Sumur B-130

DEPTH T FORMASI Rm @ Tf RmF @ Tf RmC @ Tf


ZONA
MD F miu m miu m miu m
1 1655 185,30 0,9862 0,7665 10,797
2 1655,89 185,35 0,9859 0,7663 10,793
3 1656,78 185,41 0,9856 0,7661 10,790
4 1657,67 185,46 0,9853 0,7659 10,787
5 1658,56 185,52 0,9851 0,7656 10,784
6 1659,44 185,57 0,9848 0,7654 10,781
7 1660,33 185,63 0,9845 0,7652 10,778
8 1661,22 185,68 0,9842 0,7650 10,775
9 1662,11 185,74 0,9839 0,7648 10,772
10 1663,00 185,79 0,9836 0,7645 10,769

5
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN

TF = To + (Gradien Temperature x Depth)

TF 1 = 83 + (0,06181247 x 1655,00) = 185,30

TF 2 = 83 + (0,06181247 x 1655,89) = 185,35

TF 3 = 83 + (0,06181247 x 1656,78) = 185,41

TF 4 = 83 + (0,06181247 x 1657,67) = 185,46

TF 5 = 83 + (0,06181247 x 1658,56) = 185,52

TF 6 = 83 + (0,06181247 x 1659,44) = 185,57

TF 7 = 83 + (0,06181247 x 1660,33) = 185,63

TF 8 = 83 + (0,06181247 x 1661,22) = 185,68

TF 9 = 83 + (0,06181247 x 1662,11) = 185,74

TF 10 = 83 + (0,06181247 x 1663,00) = 185,79

(𝑇𝑜+6,77)
𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 𝑅𝑚 𝑥 (𝑇𝑓+6,77)

(83+6,77)
1. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,30+6,77) = 0,9862
(83+6,77)
2. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,35+6,77) = 0,9859
(83+6,77)
3. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,41+6,77) = 0,9856
(83+6,77)
4. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,46+6,77) = 0,9853
(83+6,77)
5. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,52+6,77) = 0,9851
(83+6,77)
6. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,57+6,77) = 0,9848
(83+6,77)
7. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,63+6,77) = 0,9845
(83+6,77)
8. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,68+6,77) = 0,9842
(83+6,77)
9. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,74+6,77) = 0,9839
(83+6,77)
10. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,79+6,77) = 0,9836

6
(𝑇𝑜+6,77)
𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 𝑅𝑚𝑓 𝑥 (𝑇𝑓+6,77)

(83+6,77)
1. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,30+6,77) = 0,7665
(83+6,77)
2. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,35+6,77) = 0,7663
(83+6,77)
3. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,41+6,77) = 0,7661
(83+6,77)
4. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,46+6,77) = 0,7659
(83+6,77)
5. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,52+6,77) = 0,7656
(83+6,77)
6. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,57+6,77) = 0,7654
(83+6,77)
7. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,63+6,77) = 0,7652
(83+6,77)
8. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,68+6,77) = 0,7650
(83+6,77)
9. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,74+6,77) = 0,7648
(83+6,77)
10. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,79+6,77) = 0,7645

(𝑇𝑜+6,77)
𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 𝑅𝑚𝑐 𝑥 (𝑇𝑓+6,77)

(83+6,77)
1. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
2. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
3. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
4. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
5. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
6. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
7. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
8. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
9. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
10. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797

7
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan Percobaan
Spontaneous Potential Log bertujuan untuk menentukan lapisan permeable sekaligus
ketebalannya. Pada praktikum ini, terdapat dua zona permeable. Diantaranya yaitu Zona A
dengan kedalaman 3060 ft - 3080 ft,sehingga ketebalannya 20 ft dan zona B dengan kedalaman
3150 - 3160 ft,sehingga ketebalannya 10 ft. Selain itu, SP Log juga bertujuan untuk
menentukan Rw. Untukmenentukan Rw, dilakukan tahapan-tahapan perhitungan Tf, Rm’,
Ri/Rm, ESSP, Kc, dan Rweq. Selain itu, dilakukan pembacaan grafik untuk menentukan
Rmf,Ri, ESP, K, dan terakhir Rw. Dari interpretasi log SP ini diperoleh Rw rata-rata pada zona
A, yaitu 0,271 dan Rw rata-rata pada zona B, yaitu 0,225.

Pada percobaan ketiga pada laboratorium penilaian formasi dilakukan percobaan


tentang mud properties. Pada percobaan ini dilakukan perhitungan dari sumur B-130. Hasil
interpretasi logging atau zona prospek yang di dapat padasumur B-130pada kedalaman
1650sampai 1663 meterdimana pada kedalaman inidibagi menjadi 10 zona yaitu 1655,
1655,89, 1656,78, 1657,67, 1658,56, 1659,44,1660,33, 1661,22, 1662,11 dan terakhir yaitu
1663,00 meter. Dari hasil zonaprospek ini dibagi menjadi sepuluh zona untuk mencari nilai
temperature formasi,resistivitas mud, resistivitas mud filtrate dan resistivitas mud cake pada
setiap zona prospeknya. Sebelumnya untuk gradient temperature di dapat 0,06181247. Setiap
trayek 1, 2 dan 3 memiliki pembacaan yang berbeda–beda.

Trayek1 untuk menetukan zona permeable atau impermeable dan lithologibatuannya,


dimana ditrayek1 menggunakan alat gamma ray (GR), spontaneous potential (SP) log dan
caliper log. Dalam analisa kualitatif, log Gamma Ray (GRLog) dapat digunakan untuk
identifikasi dan korelasi litologi serta estimasi tingkat kelempungan,
Trayek 2, menggunakan resistivity log. Dalam teknik interpretasinya, analisalog
resistivitas, utamanya adalah untuk mengetahui indikasi batuan yang porousdan permeable
yang mengandung fluida hidrokarbon atau air. Nilai-nilai LLD/ILD,LLS/ILS, dan MSFL
umumnya ditampilkan pada satu kolom grafik,
Trayek 3 menggunakan log density. Log Densitas dapat digunakan untukperhitungan
densitas, perhitungan porositas, dan identifikasi kandungan fluida.Interpretasi log Densitas
dilakukan dengan mengamati karakteristik grafik yang akan mengalami defleksi ke nilai yang
lebih rendah apabila melalui suatu yangmengandung fluida berupa gas, sedangkan akan
mengalami defleksi ke arah nilaiyang lebih tinggi apabila melalui suatu yang mengandung
fluida air maupun fluidaminyak. Selain density log, digunakan juga Log Neutron.
Apabila nilai dari cross overnya antara NPHI dan RHOB cukup besar, makadapat di
identifikasi kemungkinan pada zona tersebut yaitu terdapat antara minyakdan gas. Sedangkan
apabila nilai cross overnya sangat besar maka dapat dipastikanzona tersebut terindikasi
mengandung gas. Apabila cross overnya sedang, makazona tersebut mengandung minyak.
Sedangkan apabila nilai cross overnya kecilbahkan hamper berhimpit, maka bisa dikatakan

8
zona tersebut mengandung air tetapijika cross over NPHI dan RHOB nya saling membesar
maka zona tersebut shale.
Temperatur formasi pada zona prospek di sepuluh kedalamanantara 1650sampai 1663
meter. Di dapat temperature formasinya pada zona satu yaitu 185,30,pada zona dua temperature
formasinya 185,35, pada zona tiga temperatureformasinya 185,41, pada zona empat
temperature formasinya 185,46, pada zonalima temperature formasinya 185,57, pada zona
enam temperature formasinya185,57, pada zona tujuh temperature formasi 185,63, pada zona
delapantemperature formasi 185,68, pada zona Sembilan temperature formasinya 185,74dan
pada zona sepuluh temperature formasinya yaitu 185,79.
Setelah di dapat nilai temperature formasi di setiap kedalaman selanjutnyamenentukan
nilairesistivitas mud pada setiap kedalamannya di peroleh berturut-turut yaitu 0,9862 0,9859
0,9856 0,9853 0,9851 0,9848 0,9845 0,9842 0,9839 dan0,9836. Dan selanjutnya menentukan
nilairesistivitas mud filtrate pada setiapkedalaman diperoleh berturut–turut yaitu 0,7665 0,7663
0,7661 0,7659 0,76560,7654 0,7652 0,7650 0,7648 0,7645. Danmenentukan nilairesistivitas
mudcakenya pada setiap kedalaman di peroleh berturut–turut yaitu 1,0797 1,07931,0790
1,0787 1,0784 1,0781 1,0778 1,0775 1,0772 dan 1,0769. Menentukan nilairesistivitas mud,
resitivitas mud filtrate, dan resistivitas mud cake di gunakan untukperhitungan induction log.
Salinitas dan resistivitas dua hal yang bertolak belakang. Adapun hubungan resistivitas
dan salinitas yaitu semakin tinggi salinitas maka semakin konduktif atausemakin rendah
resistivitas, begitupun sebaliknya semakin rendah salinitasmakasemakin tidak konduktif atau
resistivitasnya semakin tinggi.
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling jauh dari lubang bor,serta seluruh pori
terisi oleh kandungan semula, dengan ini zona tersebut samasekali tidak dipengaruhi oleh
adanya infiltrasi air filtrat Lumpur. Kurva SPdihasilkan karena adanya perbedaan potensial dari
suatu elektroda yang berjalan(dari lubang bor) dengan elektroda yang tetap dipermukaan,
karena elektrodamelewati berbagai jenis batuan yang berbeda sifat serta
kandungannya.Defleksi negatif ataupun positif terjadi karena adanya perbedaan salinitasantara
lumpur dan kandungan dalam batuan. Dengan menggunakan jenis Lumpur pemboran dari
“fresh water mud ” berbagai defleksi SP dapat terbentuk, bentuk itu disebabkan adanya
hubungan antara arus listrik dengan gaya-gaya elektromotif(elektrokimia dan elektrokinetik)
dalam formasi.
Harga SP untuk serpih cenderung konstan (shale base line). PenyimpanganSP dapat kekiri atau
kekanan tergantung pada kadar garam dari air formasi danfiltrasi lumpur. Lapisan permeabel
ditandai dengan adanya defleksi SP dari shalebase line . Defleksi kurva SP Log yang tergambar
pada slip log akan memberikan bentuk- bentuk sebagai berikut:
1. Lurus dan biasa disebut shale base line
2. Untuk lapisan yang permeabel (air asin), kurva SP log berkembangnegatif (kekiri) dari
shale base line
3. Untuk lapisan yang permeabel (hidrokarbon), kurva SP log akan berkembang negative
(kekiri) dari shale base line
4. .Untuk lapisan yang permeabel (air tawar), kurva SP log akan berkembang positif
(kekanan) dari shale base line

9
5.2 Tugas Internet

Rm, Rmc, & Rmf


Resistivitas penyaringan lumpur (Rm) dan cake lumpur (Rmc) adalah parameter yang
sangat penting yang terlibat dalam penafsiran batang. Ini langsung ke komputasi ketahanan air
pembentukan, saturasi air di zona memerah dan porositas.
Ada dua metode untuk menentukan ketahanan penyaringan lumpur dan kue lumpur,
satu sedang mengukur suhu permukaan dan yang lain konversi resistensi lumpur (Rm) yang
diukur pada suhu permukaan menjadi resistivasi lumpur filtrasi dan kue lumpur menggunakan
tabel yang tepat.
Resistivitas Mud Filtrate (Rmf) memunculkan efek kuat pada batang listrik yang
diambil dalam lumpur itu. Ketahanan lumpur sangat bervariasi dari nilai resistensi yang
sebenarnya karena berbagai faktor yang dihadapi dalam operasi yang sebenarnya.
Resistensi (Wm) lumpur pengeboran dipengaruhi oleh garam yang terlarut (PPM) atau
(GPG, biji-bijian per galon) dalam bagian air dan bahan padat yang tidak dapat larut yang
terdapat dalam bagian air. Semakin tinggi konsentrasi garam yang terlarut, semakin rendah
resistivasi solusinya.

10
BAB VI
KESIMPULAN
Dari pecobaan Mud Properties dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada sumur B-130 gradien temperaturnya yaitu 0,06181247


2. Hasil pada zona pertama untuk kedalaman 1655 m mempunyai temperature formasi
sebesar 185,30oF dengan Rm@TF sebesar 0,9862, Rmf@TF sebesar 0,7665, dan
Rmc@TF sebesar 1,0797.
3. Hasil pada zona kedua untuk kedalaman 1655,89 m mempunyai temperature formasi
sebesar 185,35oF dengan Rm@TF sebesar 0,9589, Rmf@TF sebesar0,7663, dan
Rmc@TF sebesar 1,0793.
4. Hasil pada zona kesembilan untuk kedalaman 1662,11 m mempunya itemperature
formasi sebesar 185,74oF dengan Rm@TF sebesar 0,9839, Rmf@TF sebesar 0,7648,
dan Rmc@TF sebesar 1,0772.
5. Hasil pada zona terakhir untuk kedalaman 1663 m mempunyai temperature formasi
sebesar 185,79oF dengan Rm@TF sebesar 0,9836, Rmf@TF sebesar, dan Rmc@TF
sebesar 1,0769.

11
DAFTAR PUSTAKA
1. Robello G. Samuel, Xiushan Liu.(2009).Advanced Drilling Engineering–Principles
and Design. Houston Texas : Gulf Publishing Company.
2. Sitaresmi, Ratnayu. 2018.DiktatPetunjuk Praktikum Penilaian Formasi.Jakarta :
Universitas Trisakti.
3. Bagus, Pandhta. 2004.Logging Well. Semarang : PT.Cahaya Asri.
4. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-10/20379329-TA1442-
Sita%20Amalia.pdf(Diakses pada hari Senin, 28-09-2020. Jam 12.46 WIB)
5. 5.https://www.researchgate.net/publication/334679606_Integrated_Logging-
WhileDrilling_LWD_Methods_identify_Borehole_Breakouts_in_Hostile_Environm
ents(Diakses pada hari Rabu, 30-09-2020. Jam 13.51 WIB)

12
LAMPIRAN A
TUGAS INTERNET

Rm, Rcm, dan Rmf


Every log analyst is aware that the resistivities of mud filtrate (R/sub mf/) and mud cake (R/sub
mc/) are very important parameters involved in log interpretation. These go directly into the
computation of formation water resistivity, water saturation in the flushed zone and porosity.
As such, their accurate measurement needs no emphasis. There are two methods of determining
the resistivity of mud filtrate and mud cake, one being direct measurement at surface
temperature and the other the conversion of mud resistivity (R/sub m/) measured at surface
temperature into resistivity of mud filtrate and mud cake using appropriate charts. This paper
presents a comparison of the mud filtrate and mud cake resistivity obtained by the two methods
(150 measurements) mentioned above for nine major fields in the Cambay Basin.
The resistivity (Wm) of a drilling mud is influenced by the dissolved salts (ppm) or
(gpg, grain per gallon) in the water portion and the insoluble solid material contained in the
water portion. The greater the concentration of dissolved salts, the lower resistivity of the
solution. Unlike metals, the resistivity of a solution decreases as temperature increases. It is
necessary to measure resistivity because the mud, mud cake, mud filtrate resistivity exert a
strong effect on the electric logs taken in that mud. The mud resistivity varies greatly from the
actual resistivity values due to the various factors encountered in the actual operation.

Sumber : https://www.osti.gov/biblio/7327501-analysis-resistivity-mud-mud-filtrate-mud-
cake-applied-drilling-muds-used-cambay-basin-india-comparison-two-methods-calculation

13
LAMPIRAN B
HASIL PENGAMATAN

14

Anda mungkin juga menyukai