LAPORAN
III
Nuraini
071002000032
i
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
III.1 Mud Properties Sumur B130....................................................................... 5
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. TUGAS INTERNET ........................................................................... 13
B. HASIL PENGAMATAN .................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tahap evaluasi formasi biasanya dilakukan dalam suatu kegiatan eksplorasi detil setelah
pemboran,dalam kenyataannya lumpur bor mendesak hidrokarbon masuk ke dalam formasi
menjauhi lubang bor dan mencegah hidrokarbon menyembur ke permukaan dengan
serangkaian investigasi dari data-data suervei geologi dan survey geofisika yang dilaukan pada
zona yang diperkirakan produktif untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan data secara lebih
detail dan akirat dari reservoirnya seperti : porositas, permeabilitas dan kejenuhan air dari
batuan tersebut. Pemeriksaan berkas batuan bor yang kembali ke permukaan dapat memberi
petunjuk tentang lithologi secara umum dari formasi yang ditembus oleh bit dan mungkin juga
mampu memperkirakan banyakya minyak dan gas di lapangan formasi. Kurva log memberikan
informasi yang cukup tentang fisik batuan dan fluida. Penilaian formasi adalah salah satu
bagian yang sangat penting dalam proses dan penyelesaian sumur. Mud logging adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dilapangan dengan mengamati,meneliti, dan mencatat kondisi lumpu
yang disirulasikan dalam pemboran dengan mengamati dan mendiskripsikan cutting hasil
pemboran atau kandungan hidrkarbon yang ikut terbawa aliran lumur dengan menggunakan
beberapa jenis peralatan dalam sirkulasi lumpur. Dugaan adanya potensi hidrokarbon pada
suatu area yaitu data permukaan (seismic,logging,coring dan cutting). Dari data permukaan
seismic kemudian dilakukan untuk mendapatkan data di bawah permukaan beruupa lithologi
batuan. Jika litologi batuann mengindikasikan adanya suatu reservoir , maka untuk
membuktikan ada tidaknya hidrokarbon dilakukan pemboran lubang sumur serta serangakaian
pengukuuran di dalam sumur (logging) dan evaluasi data hasil rekaman untuk memastikan ada
tidaknya kandungan hidrokarbon di bawah tanah. Logging yaitu suatu kegiatan atau proses
perekaman sifat-sifat fisik batuan reservoir dengan menggunakan wireline log. Salah satu
factor untuk menentukan kualitas sumur adalah dengan melakukan penilaian formasi batuan
(evaluasi formasi). Penilaian formasi adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah
tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (logging). Penilaian formasi dapat
dilakukan dengan interpretasi pintas atau quick look adalah membuat suatu evaluasi log pada
zona bersih ( celan formation) dengan cepat di lapangan tanpa menggunakan koreksi dampak
lingkungan lubang bor. Sebelum dilakukan pengeboran kita harus melakukan evaluasi formasi
untuk mengetahui karakteristik formasi batuan yang akan di bor. Berbagai macam metode
digunakan untuk mengetahui karakteristik formasi yang akan di bor. Berbagai macam metode
digunakan untuk mengetahui karakteristik formasi baik melalui analisis batu inti, analisi
cutting,maupun analisis data well logging. Analisi well logging saat ini banyak digunakan
karena biayanya yang relative lebih murah dan kualitas datanya yang akurat. Dari data
penilaian formasi ini dapat diketahui kedalaman formasi produktif serta Batasan-batasannya
dengan formasi di atas atau di bawahnya, jenis reservoir dengan mengetahui sifat fisik batuan
dan fluida reservoir , gangguan pada sumur yang disebabkan oleh kerusakan formasi disekitar
lubag bor pada formasi produktif sebagai akibat aktivitas pemboran.
1
1.2 TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengetahui gradient tekanan yang dapat terjadi pada zona kedalaman prospek.
2. Untuk mengetahui temperature pada tiap kedalaman zona prospek.
3. Untuk mengetahui resistivity mud pada tiap kedalaman zona prospek.
4. Untuk mengetahui resistivity mud cake pada tiap kedalaman zona prospek.
5. Untuk mengethui resistivity mud filtrate pada tiap kedalama zona prospek.
2
BAB II
TEORI DASAR
Log Resistivity adalah Suatu log yang digunakan untuk merekam sifat kelistrikan fluida.
Keberadaan hidrokarbon akan menunjukkan resistivitas yang besar, sedangkan untuk
kandungan air akan menunjukkan resistivitas yang kecil. Kandungan fluida yang ada juga
menunjukkan besaran porositas yang dimiliki batuan tersebut. Karena volume fluida akan
berbanding lurus terhadap besaran porositasnya.
Resistivitas listrik merupakan salah satu sifat fisik batuan yang paling awal ditemukan dan
paling sering dilakukan pengukuran. Batuan beku, sedimen kering, maupun metamorf adalah
media dengan konduktivitas atau kemampuan menghantarkan listrik yang buruk. Pada batuan
reservoir, pori-pori batuan akan cenderung terisi oleh fluida (umumnya terisi oleh air formasi
yang konduktif). Hal ini menyebabkan batuan tersebut menjadi elektrolit konduktor dengan
nilai resistivitas menengah. Salah satu parameter yang mempengaruhi resistivitas daribatuan
reservoir adalah volume hidrokarbon yang terkandung dalam pori-pori batuan sehingga dapat
dijadikan parameter untuk mengetahui dan menganalisis keberadaan minyak dan gas
(Bassiouni,1994). Untuk mempelajari log resistivitas, diperlukan pengetahuan mengenai sifat
kelistrikan batuan.
Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam
skala logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.Didalam
pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis ‘penetrasi’ resistivity, yakni shallow
(borehole), medium (invaded zone) dan deep (virgin) penetration. Perbedaan kedalaman
penetrasi ini dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir pada pembacaan log resistivity
karena mud invasion (efek lumpur pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat mobilitas
minyak.Sebagaimana yang kita ketahui untuk mengantisipasi pressure (e.g. pore pressure), saat
pengeboran biasanya dipompa oil based mud atau water based mud. Sebagai contoh, jika kita
menggunakan water based mud (resistivity rendah) sebagai lumpur pemboran, kemudian
lumpur tersebut meng-invasi reservoir yang mengandung minyak, maka kita akan
mendapatkan profil deep penetration resistivity lebih tinggi daripada shallow-medium
penetration resistivity.Jika medium penetration dan deep penetration mirip (tidak ada efek
invasi), maka situasi ini mengindikasikan minyak didalam reservoir tersebut sangat susah
untuk mobile (hal ini kurang bagus dalam production).
3
Log resistivitas mengukur nilai resistivitas batuan (solid dan fluida di dalamnya) yang
diperlukan untuk menentukan nilai saturasi air. Log pada zona resistivitas ada tiga macam,
yaitu Log Deep Resistivity Log Deep Resistivity yaitu Log yang digunakan untuk mengukur
resistivitas pada zona uninvaded / zona yang tidak terinfasi rentangnya sekitar > 3 meter,
dimana log ini terbagi menjadi dua macam berdasarkan lumpur yang digunakan saat pemboran,
yaitu Induction Deep Log (ILD), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan fresh water
base mud (air tawar). Lateral Deep Log (LLD), yang mana digunakan jika lumpur yang
digunakan salt water mud (air asin). Selanjutnya, Log Medium Resistivity Log Medium
Resistivity yaitu log yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona transisi rentangnya
sekitar 1.5 – 3 feet.
4
BAB III
HASIL PENGAMATAN
5
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN
(𝑇𝑜+6,77)
𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 𝑅𝑚 𝑥 (𝑇𝑓+6,77)
(83+6,77)
1. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,30+6,77) = 0,9862
(83+6,77)
2. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,35+6,77) = 0,9859
(83+6,77)
3. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,41+6,77) = 0,9856
(83+6,77)
4. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,46+6,77) = 0,9853
(83+6,77)
5. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,52+6,77) = 0,9851
(83+6,77)
6. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,57+6,77) = 0,9848
(83+6,77)
7. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,63+6,77) = 0,9845
(83+6,77)
8. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,68+6,77) = 0,9842
(83+6,77)
9. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,74+6,77) = 0,9839
(83+6,77)
10. 𝑅𝑚@𝑇𝑓 = 2,11 𝑥 (185,79+6,77) = 0,9836
6
(𝑇𝑜+6,77)
𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 𝑅𝑚𝑓 𝑥 (𝑇𝑓+6,77)
(83+6,77)
1. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,30+6,77) = 0,7665
(83+6,77)
2. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,35+6,77) = 0,7663
(83+6,77)
3. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,41+6,77) = 0,7661
(83+6,77)
4. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,46+6,77) = 0,7659
(83+6,77)
5. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,52+6,77) = 0,7656
(83+6,77)
6. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,57+6,77) = 0,7654
(83+6,77)
7. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,63+6,77) = 0,7652
(83+6,77)
8. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,68+6,77) = 0,7650
(83+6,77)
9. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,74+6,77) = 0,7648
(83+6,77)
10. 𝑅𝑚𝑓@𝑇𝑓 = 1,64 𝑥 (185,79+6,77) = 0,7645
(𝑇𝑜+6,77)
𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 𝑅𝑚𝑐 𝑥 (𝑇𝑓+6,77)
(83+6,77)
1. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
2. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
3. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
4. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
5. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
6. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
7. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
8. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
9. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
(83+6,77)
10. 𝑅𝑚𝑐@𝑇𝑓 = 2,31 𝑥 (185,30+6,77) = 1,0797
7
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan Percobaan
Spontaneous Potential Log bertujuan untuk menentukan lapisan permeable sekaligus
ketebalannya. Pada praktikum ini, terdapat dua zona permeable. Diantaranya yaitu Zona A
dengan kedalaman 3060 ft - 3080 ft,sehingga ketebalannya 20 ft dan zona B dengan kedalaman
3150 - 3160 ft,sehingga ketebalannya 10 ft. Selain itu, SP Log juga bertujuan untuk
menentukan Rw. Untukmenentukan Rw, dilakukan tahapan-tahapan perhitungan Tf, Rm’,
Ri/Rm, ESSP, Kc, dan Rweq. Selain itu, dilakukan pembacaan grafik untuk menentukan
Rmf,Ri, ESP, K, dan terakhir Rw. Dari interpretasi log SP ini diperoleh Rw rata-rata pada zona
A, yaitu 0,271 dan Rw rata-rata pada zona B, yaitu 0,225.
8
zona tersebut mengandung air tetapijika cross over NPHI dan RHOB nya saling membesar
maka zona tersebut shale.
Temperatur formasi pada zona prospek di sepuluh kedalamanantara 1650sampai 1663
meter. Di dapat temperature formasinya pada zona satu yaitu 185,30,pada zona dua temperature
formasinya 185,35, pada zona tiga temperatureformasinya 185,41, pada zona empat
temperature formasinya 185,46, pada zonalima temperature formasinya 185,57, pada zona
enam temperature formasinya185,57, pada zona tujuh temperature formasi 185,63, pada zona
delapantemperature formasi 185,68, pada zona Sembilan temperature formasinya 185,74dan
pada zona sepuluh temperature formasinya yaitu 185,79.
Setelah di dapat nilai temperature formasi di setiap kedalaman selanjutnyamenentukan
nilairesistivitas mud pada setiap kedalamannya di peroleh berturut-turut yaitu 0,9862 0,9859
0,9856 0,9853 0,9851 0,9848 0,9845 0,9842 0,9839 dan0,9836. Dan selanjutnya menentukan
nilairesistivitas mud filtrate pada setiapkedalaman diperoleh berturut–turut yaitu 0,7665 0,7663
0,7661 0,7659 0,76560,7654 0,7652 0,7650 0,7648 0,7645. Danmenentukan nilairesistivitas
mudcakenya pada setiap kedalaman di peroleh berturut–turut yaitu 1,0797 1,07931,0790
1,0787 1,0784 1,0781 1,0778 1,0775 1,0772 dan 1,0769. Menentukan nilairesistivitas mud,
resitivitas mud filtrate, dan resistivitas mud cake di gunakan untukperhitungan induction log.
Salinitas dan resistivitas dua hal yang bertolak belakang. Adapun hubungan resistivitas
dan salinitas yaitu semakin tinggi salinitas maka semakin konduktif atausemakin rendah
resistivitas, begitupun sebaliknya semakin rendah salinitasmakasemakin tidak konduktif atau
resistivitasnya semakin tinggi.
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling jauh dari lubang bor,serta seluruh pori
terisi oleh kandungan semula, dengan ini zona tersebut samasekali tidak dipengaruhi oleh
adanya infiltrasi air filtrat Lumpur. Kurva SPdihasilkan karena adanya perbedaan potensial dari
suatu elektroda yang berjalan(dari lubang bor) dengan elektroda yang tetap dipermukaan,
karena elektrodamelewati berbagai jenis batuan yang berbeda sifat serta
kandungannya.Defleksi negatif ataupun positif terjadi karena adanya perbedaan salinitasantara
lumpur dan kandungan dalam batuan. Dengan menggunakan jenis Lumpur pemboran dari
“fresh water mud ” berbagai defleksi SP dapat terbentuk, bentuk itu disebabkan adanya
hubungan antara arus listrik dengan gaya-gaya elektromotif(elektrokimia dan elektrokinetik)
dalam formasi.
Harga SP untuk serpih cenderung konstan (shale base line). PenyimpanganSP dapat kekiri atau
kekanan tergantung pada kadar garam dari air formasi danfiltrasi lumpur. Lapisan permeabel
ditandai dengan adanya defleksi SP dari shalebase line . Defleksi kurva SP Log yang tergambar
pada slip log akan memberikan bentuk- bentuk sebagai berikut:
1. Lurus dan biasa disebut shale base line
2. Untuk lapisan yang permeabel (air asin), kurva SP log berkembangnegatif (kekiri) dari
shale base line
3. Untuk lapisan yang permeabel (hidrokarbon), kurva SP log akan berkembang negative
(kekiri) dari shale base line
4. .Untuk lapisan yang permeabel (air tawar), kurva SP log akan berkembang positif
(kekanan) dari shale base line
9
5.2 Tugas Internet
10
BAB VI
KESIMPULAN
Dari pecobaan Mud Properties dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Robello G. Samuel, Xiushan Liu.(2009).Advanced Drilling Engineering–Principles
and Design. Houston Texas : Gulf Publishing Company.
2. Sitaresmi, Ratnayu. 2018.DiktatPetunjuk Praktikum Penilaian Formasi.Jakarta :
Universitas Trisakti.
3. Bagus, Pandhta. 2004.Logging Well. Semarang : PT.Cahaya Asri.
4. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-10/20379329-TA1442-
Sita%20Amalia.pdf(Diakses pada hari Senin, 28-09-2020. Jam 12.46 WIB)
5. 5.https://www.researchgate.net/publication/334679606_Integrated_Logging-
WhileDrilling_LWD_Methods_identify_Borehole_Breakouts_in_Hostile_Environm
ents(Diakses pada hari Rabu, 30-09-2020. Jam 13.51 WIB)
12
LAMPIRAN A
TUGAS INTERNET
Sumber : https://www.osti.gov/biblio/7327501-analysis-resistivity-mud-mud-filtrate-mud-
cake-applied-drilling-muds-used-cambay-basin-india-comparison-two-methods-calculation
13
LAMPIRAN B
HASIL PENGAMATAN
14