PENGOLAHAN MINERAL
Oleh :
Oleh :
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… v
BAB
I. PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
II. TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN ………… 3
2.1. PREPARASI …………………………………………………… 3
2.2. KONSENTRASI ………………………………………………. 5
2.2.1. Warna, Kilap, Bentuk Kristal ……………………………. 6
2.2.2. Berat Jenis (Specific Gravity) …………………………… 6
2.2.3. Sifat Kemagnetan (Magnetic Susceptibility) ……………. 9
2.2.4. Sifat Konduktor dan Non Konduktor ……………………. 9
2.2.5. Sifat Permukaan Mineral Senang Tidaknya Terhadap
Gelembung Udara ……………………………………….. 9
2.3. DEWATERING ………………………………………………. 10
III. PETUNJUK MENYUSUN LAPORAN …………………………… 11
3.1. Penyusunan Laporan …………………………………………... 11
3.2. Ketentuan Praktikum ………………………………………….. 12
IV. PETUNJUK PRAKTIKUM…………………………………….. 13
4.1. Crushing dan Grinding ………………………………………… 13
4.2. Sampling dan Analisis Ayakan ………………………..……… 14
4.3. Mineral Separation…………………………………………… 15
4.4. Flotasi …………………………………………………... …… 15
4.5. Settling Test …………………………………………………… 16
4.6. Gravity Concentration………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 20
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar : Halaman
4.1 Proses Crushing …………………………………………………………… 6
4.2 Riffler Sampler …………………………………………………………. 7
LABORATORIUM PENGANTAR PENGOLAHAN MINERAL
PROGRAM STUDI TENIK PERTAMBANGAN - FTM
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
KARTU PRAKTIKUM
Nama : …………………………………………
No. Mhs. : ……………………
Jurusan : Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknologi Mineral
Praktikum : Pengantar Pengolahan Mineral
Th. Akademik : 20.. / 20..
TANDA PENDAFTARAN
Telah mendaftar Praktikum pada tanggal ………….
Tata Usaha Lab.
Pas foto
………………………..
2. Dorr John, VN and Bosqui, Francis L., 1950, “Cyanidation and Concentration of
Gold and Silver Ore”, Mc. Graw Hill Book Company Inc., New York, Toronto,
London.
A.1. LAPORAN
1. Praktikan wajib mengikuti praktikum secara seksama.
2. Praktikan wajib menggunakan APD sesuai dengan arahan asisten saat
praktikum.
3. Laporan Hasil Praktikum dan Laporan Resmi wajib mendapat ACC dari
asisten masing-masing.
4. Lama ACC Laporan Hasil Praktikum maksimal 3 hari setelah praktikum
dihitung dari hari praktikum.
5. Lama ACC Laporan Resmi maksimal 7 hari setelah praktikum dihitung dari
hari praktikum.
6. ACC Laporan Resmi maksimal 7 hari ditambah maksimal 3 hari dengan
pengurangan nilai. Apabila setelah 7 hari ditambah 3 hari setelah itu
praktikan belum melakukan ACC laporan resmi maka dinyatakan GUGUR
tanpa pengecualian.
7. INHAL lebih dari 3x dinyatakan GUGUR.
8. Praktikan yang melakukan tindakan curang seperti fotocopy laporan
dinyatakan GUGUR.
9. Semua acara praktikum Pengantar Pengolahan Mineral wajib diikuti oleh
seluruh Praktikan. Tidak mengikuti salah satu acara praktikum dianggap
GUGUR kecuali bagi yang mengulang hanya mengikuti responsi peraga,
tertulis, dan mengerjakan tugas yang diberikan asisten.
10. Laporan resmi dijilid setelah mendapat ACC dari asistennya masing-masing.
BAB I
PENDAHULUAN
Pengolahan Bahan Galian (ore dressing) adalah suatu proses pengolahan bijih
(ore) secara mekanik sehingga mineral berharga dapat dipisahkan dari mineral
pengotornya dengan didasarkan pada sifat fisika atau sifat kimia-fisika permukaan
mineral.
Bijih yang dilakukan pengolahan bahan galian akan dapat ditingkatkan
kadarnya, sehingga dari hasil pengolahan tersebut diharapkan diperoleh keuntungan
antara lain adalah :
1. Mengurangi ongkos transport dari tempat pengolahan sampai tempat peleburan.
Hal ini karena mineral pengotor (gangue mineral) sudah dapat dipisahkan
sehingga tidak ikut terangkut.
2. Mengurangi biaya peleburan. Dengan naiknya kadar bijih maka logam berharga
semakin banyak untuk setiap berat yang sama, sehingga dalam satuan waktu
tertentu logam hasil peleburan akan lebih banyak jika dibanding dengan peleburan
bijih kadar rendah.
3. Mengurangi bahan imbuh (flux) selama peleburan. Semakin tinggi kadar bijih
berarti kadar mineral pengotor semakin kecil, sehingga flux yang dibutuhkan juga
semakin sedikit.
Bijih dari tambang umumnya masih berukuran relatif besar, sehingga mineral
berharga belum terliberasi, maka perlu direduksi ukurannya dengan menggunakan
alat peremuk (crusher) dan alat penggiling/penggerus (grinding mill). Supaya hasil
peremukan dan penggilingan mempunyai ukuran yang sama, maka perlu dilakukan
pengelompokan ukuran (sizing) yaitu dengan cara pengayakan (screening) maupun
classifying.
Konsentrasi dilakukan dengan menggunakan alat yang dirancang bangun
mendasarkan sifat fisik mineral atau sifat kimia-fisika permukaan mineral pada bijih,
diantaranya adalah :
1
Sifat fisika atau sifat kimia-fisika Cara pemisahan
permukaan
2
BAB II
TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
2.1. PREPARASI
Preparasi merupakan operasi atau tahap persiapan sebelum dilakukan
konsentrasi, yaitu usaha untuk meliberasi/ membebaskan bijih antara mineral
berharga dengan mineral pengotornya dengan jalan mereduksi / memperkecil ukuran
butir. Tujuannya agar sifat mineralnya tampak murni / aseli dan tidak terikat lagi
dengan mineral pengotornya. Pada preparasi sering dilakukan pengendalian /
pengelompokan ukuran butir material (sizing) dengan menggunakan pengayak
(screen) maupun classifyer.
Bijih yang berupa padatan (solid ore), umumnya antara mineral berharga
dengan yang tidak berharga saling terikat satu sama lain, oleh sebeb itu perlu
dilakukan peremukan dan penggerusan. Operasi pembebasan dari ikatan masing-
masing mineral sering disebut liberation / unlocking. Bijih berukuran bongkah
diremuk dengan menggunakan peremuk (crusher) maupun penggerus / penggiling
(grinder), sehingga didapat produk yang berukuran lebih kecil / halus.
Kominusi (crushing dan grinding) umumnya dilakukan dalam 3 tahap, sebab
kemampuan alat peremuk atau penggerus terbatas, yaitu :
1) Primary crushing, umumnya ukuran umpan 5 cm – 225 cm ( 2 inchi – 90 inchi)
yang merupakan bijih hasil bongkaran dari tambang. Alat yang digunakan dapat
berupa jaw crusher, gyratory crusher, maupun cone crusher.
2) Secondary crushing, umumnya ukuran umpan 2,5 cm – 7,5 cm ( 1 inchi – 3 inchi)
yang merupakan produk dari primary crusher. Alat yang digunakan dapat berupa
gyratory crusher, cone crusher, roll crusher.
3
3) Tertiary crushing / fine crushing / grinding, umumnya ukuran umpan 0,5 cm – 1
cm ( 1/4 inchi – 3/8 inchi) yang merupakan produk dari secondary crusher. Alat
yang digunakan dapat berupa ball mill, rod mill, tube mill.
Umumnya distribusi ukuran produk dari peremuk maupun penggerus sudah
standar dan dinyatakan dalam bentuk grafik yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat
alat peremuk / penggerus yang bersangkutan.
Perbandingan antara ukuran / dimensi terbesar umpan dengan ukuran /
dimensi terbesar produk disebut nisbah reduksi (reduction ratio). Untuk tahap
primary crushing nisbah reduksi berkisar 4 – 7, secondary crushing berkisar 8 – 50,
dan tertiary crushing / fine crushing biasanya lebih besar 50. Pembatasan harga
nisbah reduksi ini dimaksudkan agar kerja alat peremuk maupun penggerus lebih
efektif untuk menghasilkan produk sesuai dengan target produksi.
Pada proses peremukan, pecahnya batuan / bijih disebabkan gaya dari luar
lebih besar dari gaya tahan batuan / bijih, disamping itu nip angle (sudut jepit dari
alat peremuk) memenuhi. Gaya yang bekerja pada umumnya : gaya tekan, gravitasi,
gesek, chipping (menyudut), sedangkan pada proses penggilingan pecahnya bijih
dapat disebabkan adanya grinding media yang dapat menimbulkan gaya : gesek,
impact atau jatuhan.
Pada operasi penggilingan menggunakan mill maka kecepatan putar mill
perlu diperhitungkan karena sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan.
Kecepatan kritis mill, yaitu batas kecepatan putar silinder mill yang membuat semua
isian (beban) didalam mill mulai menempel pada dinding bagian dalam silinder,
sehingga tidak terjadi penggerusan / penggilingan. Besarnya kecepatan / putaran
kritis mill ini menurut B.A.Wills (1985) dapat didekati dengan persamaan :
42,3
Nc rpm
(D d)
2.2. KONSENTRASI
Konsentrasi merupakan suatu operasi untuk memisahkan antara mineral yang
berharga dengan mineral tak berharga / pengotornya (gangue mineral) dalam sustu
bijih / material yang memanfaatkan sifat fisik atau sifat kimia-fisika permukaan
mineral yang akan dipisahkan. Sifat fisik yang sering digunakan sebagai dasar
pemisahan adalah :
5
2.2.1. Warna, kilap, bentuk kristal
Cara pemisahan mineral yang didasarkan pada warna, kilap, bentuk kristal
dapat dilakukan secara manual, dan cara ini disebut dengan hand picking atau hand
sorting. Umumnya mineral/ material yang dipisahkan ukurannya tidak terlalu halus
dan biasanya merupakan pemisahan tahap paling awal.
6
sedangkan gaya dorong air akan dominan terhadap mineral ringan dan gaya
gravitasi akan mengenai pada mineral berat maupun ringan.
Gambar 2.1.
Meja Goyang (Shaking Table)
Akibat pengaruh gaya-gaya, maka mineral yang berat, kecil dan bentuknya datar
atau pipih akan didapatkan pada hulu dari suatu aliran, sedangkan partikel
ringan, kasar dan bentuknya membulat akan didapatkan di bagian hilir, dengan
kata lain bahwa mineral ringan akan lebih jauh diangkut oleh air daripada
mineral berat. Untuk membantu kerja gaya-gaya ini pada umumnya
ditambahkan perlengkapan berupa pengaduk seperti cangkul, head motion.
Peralatan konsentrasi yang berprinsip pada flowing film concentration adalah :
shaking table (meja goyang), sluice box dan humphrey spiral.
2) Jigging :
Jigging adalah operasi pengerjaan mineral mendasarkan atas perbedaan
kecepatan mengendap antara mineral berharga dengan gangue mineral. Ada 3
peristiwa penting dalam jigging, yaitu :
i. Hindered Settling Classification
ii. Differential Acceleration
iii. Consolidation Trickling pada akhir suction
7
Agar ketiga peristiwa ini bisa terjadi berulang-ulang dan untuk membantu proses
pemisahan, maka pada alat ini dilengkapi dengan peralatan penimbul pultion
(dorongan) dan suction (isapan). Peralatan pembantu ini dapat berupa plunger,
diaphragma, pulsator maupun air pulsator. Akibat dari adanya ketiga peristiwa
dan gaya di atas, maka mineral berat akan terletak di bawah dan mineral ringan
terletak di bagian atas dengan pemisah berupa screen yang ada jig bed-nya. Pada
umumnya jig bed ini mempunyai berat jenis diantara mineral berat dan ringan
sehingga kecepatan mengendapnya di antara mineral berat dan ringan. Alat yang
digunakan mendasarkan atas sieve-nya dan dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Movable Sieve Jig (Hand Jig)
b. Fixed Sieve Jig (Plunger, Diaphragma, Pulsator dan Air Pulsator Jig)
Gambar 2.2.
Bagian – bagian Jig
9
2.3. DEWATERING
Adalah operasi pemisahan antara cairan dengan padatan yang pada umumnya
melalui 3 tahapan, yaitu :
1) Thickening : merupakan tahapan pertama dari dewatering dengan mendasarkan
atas kecepatan jatuh material pada media, sehingga solid factor mencapai = 1
(%solid = 50 %).
2) Filtrasi : merupakan operasi pemisahan antara cairan dengan padatan
menggunakan saringan (filter) yang terbuat dari kain, hingga diperoleh solid
factor = 4 (%solid = 80 %).
3) Drying : merupakan operasi pemanasan material sampai 110 oC, sehingga
didapat %solid = 100 %.
Pekerjaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah sampling, yaitu
pengambilan conto material yang sesedikit mungkin namun dapat mewakili material
keseluruhan. Sampling selalu dilakukan disetiap pekerjaan pengolahan bahan galian,
dengan tujuan untuk meneliti apakah operasi yang sedang berjalan sesuai dengan
yang dikehendaki atau tidak. Prinsip di dalam sampling adalah lebih baik mengambil
conto berkali-kali dengan jumlah yang sedikit, dari pada mengambil conto hanya
sekali tetapi dalam jumlah yang besar / banyak.
10
BAB III
PETUNJUK MENYUSUN LAPORAN
11
percobaan, maupun factor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
percobaan.
V. KESIMPULAN
Pada Bab ini yang ditulis adalah kesimpulan dari pembahasan, tidak perlu
diuraikan lagi, dapat pula berisikan factor-faktor yang berpengaruh terhadap
hasil percobaan secara ringkas.
4). Daftar Bacaan / Daftar Pustaka
Disusun sesuai dengan petunjuk menyusun laporan.
5). Lampiran
Data-data yang harus dilampirkan adalah :
a. Jawaban pertanyaan (tulis dahulu pertanyaannya, baru kemudian jawabannya)
b. Hasil percobaan atau perhitungannya.
c. Data-data yang mendukung isi laporan.
*SESUAI FORMAT YANG TELAH ADA
12
BAB IV
PETUNJUK PRAKTIKUM
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasikan bijih.
Yang dimaksud dengan proses meliberasi adalah proses melepaskan bijih tersebut
dari ikatannya yang berupa “gangue mineral” dengan menggunakan alat crusher
dan grinding mill. Pada prinsipnya tujuan operasi pengecilan ukuran bijih, mineral
atau bahan galian adalah:
1. Membebaskan ikatan mineral berharga dari gangue-nya.
2. Menyiapkan ukuran umpan sesuai dengan ukuran operasi konsentrasi atau
ukuran pemisahan.
3. Mengekspos permukaan mineral berharga, Untuk proses hyrometalurgi tidak
perlu benar-benar bebas dari gangue.
4. Memenuhi keinginan konsumen atau tahapan berikutnya.
Mekanisme peremukan dalam kominusi :
Prinsip peremukan adalah adanya gaya luar yang bekerja atau diterapkan pada
bijih dan gaya tersebut harus lebih besar dari kekuatan bijih yang akan diremuk.
Mekanisme peremukannya tergantung pada sifat bijihnya dan bagaimana gaya
diterapkan pada bijih tersebut. Setidaknya ada empat gaya yang dapat digunakan
untuk meremuk atau mengecilkan ukuran bijih.
1. Compression, gaya tekan. Peremukan dilakukan dengan memberi gaya
tekan pada bijih. Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat.
Gaya diberikan oleh satu atau kedua permukaan plat. Pada Kompresi,
energi yang digunakan hanya pada sebagian lokasi, bekerja pada sebagian
tempat. Terjadi ketika Energi yang digunakan hanya cukup untuk
membebani daerah yang kecil dan menimbulkan titik awal peremukan.
Alat yang dapat menerapkan gaya compression ini adalah: Jaw crusher,
gyratory crusher dan roll crusher.
2. Impact, gaya banting. Peremukan terjadi akibat adany gaya impak yang
bekerja pada bijih. Bijih yang dibanting pada benda keras atau benda keras
yang memukul bijih. Gaya impak adalah gaya compression yang bekerja
dengan kecepatan sangat tinggi. Dengan gaya Impact, energi yang
digunakan berlebihan, berkerja pada seluruh bagian. Terjadi ketika energi
yang digunakan berlebih dari yang dibutuhkan untuk peremukan. Banyak
daerah yang menerima beban berlebih. Alat yang mampu memberikan
gaya impak pada bijih adalah impactor, hummer mill.
3. Attrition atau abrasion. Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya
gaya abrasi atau kikisan. Peremukan dengan Abrasi , Gaya hanya bekerja
pada daerah yang sempit (dipermukaan) atau terlokalisasi. Terjadi ketika
energi yang digunakan cukup kecil, tidak cukup untuk memecah/meremuk
bijih. Alat yang dapat memberikan gaya abrasi terhadap bijih adalah
ballmill, rod mill.
4. Shear, potong. Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan
gergaji. Cara ini jarang dilakukan untuk bijih.
b. Grinding Media
- Ball Mill (bola-bola baja)
Contoh untuk mill ini adalah ball mill, yang telah diterangkan pada
conical mill.
- Peable Mill (batu api/flint)
- Rod Mill (batang-batang baja)
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep dasar acara ini.
2. Untuk mengetahui prosedur praktikum.
3. Untuk mengetahui aplikasi dalam dunia pertambangan.
4. Untuk mendapatkan parameter :
a. Limiting Reduction Ratio (LRR)
b. Working Reduction Ratio (WRR)
c. Apparent Reduction Ratio (ARR)
d. Product 80 (P80)
Faktor yang Mempengaruhi
1. Lebar lubang pengeluaran
2. Variasi dari throw
3. Kecepatan
4. Ukuran umpan
5. Reduction ratio
6. Kapasitas yang dipengaruhi oleh jumlah umpan per jam dan berat jenis
umpan.
Gambar 4.1
Proses Crushing
2. SAMPLING DAN ANALISIS AYAKAN
Sampling adalah proses pengambilan conto dari bahan galian untuk dilakukan
proses pengujian conto tersebut. Secara garis besar, sampling dibedakan menjadi
2 yaitu hand sampling dan mechanical sampling . hand sampling adalah sampling
yang dilakukan menggunakan tangan secraa sederhana. Dan dibagi mnejadi 5
macam . yaitu :
- Riffle sampler
- Vezin sampler
1. Neraca Ohauss
2. Cawan
3. Kuas
4. Lup
5. Riffle Sampler
6. Satu set ayakan
7. Ayakan duduk
8. Ayakan Gantung
1. Pasir Besi
2. Sarung Tangan
Prosedur Praktikum
Note :
1. ( )
2.
3.
4.
( ) ( )
5.
Dimana
a = persentase partikel yang llebih besar dari ukuran yang ditentukan oleh
ayakan yangada dalam umpan
*( ) ( )+
Gambar 4.2
Rifler Sampler
3. MINERAL SEPARATOR
Gambar 4.3
Prinsip kerja magnmetic separator
Tujuan Praktikum
1. Neraca Ohauss
2. Alat dulang
3. Cawan
4. Magnet
5. Bak Air
Perlengkapan yang digunakan pada praktikum adalah:
1. Pasir Besi
Prosedur Praktikum
Pada praktikum kali ini kita hanya mempraktikkan cara kerja panning
(mendulang) yaitu sebagai berikut :
1. Ambil cawan dan timbang dengan neraca ohauss, kemudian cawan diisi
pasir besi 150 gram sebagai sampel A dan timbang pasir besi kembali
seberat 150 gram sebagai sampel B.
2. Sampel A dimasukkan ke alat dulang, lalu kita bawa ke kolam air untuk
dilakukan pendulangan.
3. Pada proses pendulangan, air dimasukkan ke dalam alat dulang, hingga
air kira-kira berada 1cm diatas pasir besi.
4. Goyangkan alat pendulang diatas air / permukaan air secara
berkelanjutan, jika air dalam alat dulang habis tambahkan kembali.
4. FLOTASI
Flotasi merupakan suatu cara konsentrasi kimia fisika untuk memisahkan mineral
berharga dengan mendasarkan atas sifat permukaan mineral yaitu senang atau
tidaknya terhadap udara. Pada proses flotaasi terdapat 3 fase yaitu, padat, cair, dan
gas.
Secara umum terdapat dua jenis mineral, yaitu :
1. Polar (aerophobic/hidrofilik) : mineral bersifat tidak suka dengan udara
tetapi suka dengan air.
2. Non Polar (aerofilik/hydrophobic) : mineral bersifat suka dengna udara
tetapi tidak suka denga air.
Persyaratan dalam flotasi, yaitu :
1. Diameter partikel sesuai dengan butiran mineral.
2. Persen solid yg baik 25%-45% dan 15%-30%.
3. Sudut kontak yang baik sekitar 60-90, berarti usaha adhesinya besar
sehingga udara dapat menempel pada permukaan mineral yang berakibat
pada mineral dapat mengapung.
4. pH kadar air merupakan pH larutan yang mengakibatkan mempengaruhi
konsentrasi collector yang digunakan dalam pengapungan mineral.
Langkah-langkah dalam flotasi, yaitu :
1. liberasi : Material yang akan digunakan dalam flotasi diperkecil ukurannya
dengan crushing maupun grinding, kemudian diayak agar didapatkan
ukuran butir yang seragam.
2. Conditioning : Proses pembuatan gelembung/pulp, disesuaikan dengan
molekul collector yang dapat terionisasi dalam air, atau yang tidak dapat
terionisasi dengan air.
3. Proses Flotasi : proses flotasi itu sendiri, dimana mineral yang suka udara
akan menempel pada gelembung udara, dan yang tidak suka akan tetap
mengendap didasar cell flotasi.
Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui material balance dan nisbah konsentrasi.
2. Untuk mengetahui macam-macam reagen yang digunakan dalam flotasi.
3. Untuk memisahkan mineral dan mineral pengotornya berdasarkan sifat
permukaan mineral yaitu senang atau tidaknya terhadap udara.
Faktor yang mempengaruhi
1. Laju Udara
Sebagai pengikat partikel yang mempunyai sifat hydrophobic.
2. Persen Padatan
Penentuan persen padatan pada flotasi tergantung keadaan buih yang
dipisahkan. Ada kecenderungan bahwa flotasi untuk partikel kasar dapat
dilakukan dengan persen padatan besar, begitu juga sebaliknya.
3. Laju Pengumpanan (Feed Rate)
Laju pengumpanan akan mempengaruhi terhadap kapasitas dan waktu
tinggal (residence time), semakin tinggi laju pengumpanan maka kapasitas
alat semakin tinggi dengan demikian umumnya perolehan menjadi rendah.
4. Laju Air Pembilasan (Wash Water Rate)
Laju air pembilasan digunakan (khusus pada flotasi kolam) seperti halnya
laju udara, dalam pengendalian air pembilasan diperlukan control yang
ketat. Air pembilasan berfungsi untuk membantu mengalirkan konsentrat.
5. Ketebalan Lapisan Buih (froth dept)
Lapisan buih pada flotasi kolom merupakan suatu zona dimana
berlangsungnya proses pemisahan partikel hidrofilik pada antar gelembung
udara oleh adanya air pembilasan.
6. Ukuran Gelembung Udara
Semakin besar luas permukaan gelembunng udara, maka semakin banyak
pula kemungkinan partikel dapat bertumbukan dan menempel pada
gelembung udara.
7. Ukuran Partikel
Jika ukuran partikel terlalu halus, maka perolehan akan rendah dan kadar
konsentrat menjadi rendah, akibat butiran halus ikut terangkat. Sebaiknya
digunakan ukuran partikel yang seragam.
Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan yang digunakan :
1. Cawan
2. Neraca ohaus
3. Cell flotasi
4. Mesin flotasi
Perlengkapan yang digunakan :
1. Sarung tangan
2. Masker
3. Galena
4. Reagen (collector, modifier, frother)
Prosedur Praktikum
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menimbang galena sebanyak 150 gram.
3. Memberi air pada cell flotasi sampai batas yang ditentukan.
4. Memasukkan sampel galena pada cell flotasi.
5. Memasukkan cell flotasi pada alat flotasi.
6. Menurunkan pengaduk pada alat flotasi.
7. Menyalakan alat flotasi dengan mengatur kecepatan pengadukan pada 900
rpm.
8. Pada conditioning I, yaitu 5 menit setelah alat dinyalakan, tambahkan
reagen collector kedalam cell flotasi sebanyak 3 tetes.
9. Pada conditioning II, yaitu 3 menit setelah pemberian collector, tambahkan
reagen modifier kedalam cell flotasi sebanyak 3 tetes.
10. Pada conditioning III, yaitu 3 menit setelah pemberian modifier,
tambahkan reagen frother kedalam cell flotasi sebanyak 3 tetes.
11. Menunggu 2 menit setelah penambahan frother, kemudian buka katup
udara.
12. Mengambil over flow berupa buih (konsentrat) selama 5 menit dan
masukkan dalam cawan yang telah disediakan.
13. Mengambil tailing yang berada pada cell flotasi dengan membuang air,
pindahkan dalam cawan.
14. Mengeringkan konsentrat dan tailing dalam oven.
15. Menimbang hasil pengeringan untuk mengetahui berat konsentrat dan
tailing.
16. Mengulangi prosedur praktikum dengan perbedaan pada kecepatan
pengadukan 1200 rpm untuk sampel 2.
Perhitungan :
Percobaan I
Material Balance
F=C+T
Nisbah Konsentrasi
K=F/C
Kehilangan
F – (C+T)
Percobaan II
Material Balance
F=C+T
Nisbah Konsentrasi
K=F/C
Kehilangan
F – (C+T)
Dalam praktikum ini, yang akan dibahas adalah thickening yang terjadi dalam
empat tahap :
a. Flocculating
Dalam pengendapan partikel-partikel yang halus seringkali mengalami
kesukaran karena partikel sangat kecil, sehingga tidak cepat mengendap.
Untuk itu dilakukan penggumpalan terlebih dahulu, dengan demikian
partikel akan membentuk “flocs” (gumpalan) yang akan relatif lebih cepat
mengendap bila dibandingkan dengan sebelum terjadi penggumapalan.
Untuk menggumpalkan perlu ditambahkan reagent, yaitu “flocculation
agent”.
Ada beberapa “flocculating agent”, yaitu :
- Magnesium sulfida
- Lime
- Potasium alumunium
- Forrous sulfide
b. Sedimentasi
Merupakan tahap pengendapan dari gumpalan-gumpalan yang terbentuk.
Kecepatan pengendapan akan berbeda jika memakai reagent yang berbeda
pula.
c. Compaction
Merupakan tahap pemadatan dari gumpalan-gumpalan yang telah
mengendap pada dasar thickener. Endapan yang terbentuk secara perlahan
didorong oleh “rake” dan kemudian dikeluarkan.
d. Elemination
Merupakan tahap pengeluaran hasil pemisahan cairan yang telah jernih
karena telah bebas dari solid dan dikeluarkan sebagai overflow melalui
bagian atas, sedangkan underflow dikeluarkan lewat bawah.
Pada thickening terjadi beberapa proses, yaitu :
1. Free settling, yaitu proses pengendapan yang terjadi karena tidak ada
media yang menghalangi.
2. Hindered settling, yaitu proses pengendapan yang mengalami hambatan
dari partikel-partikel yang telah ada dalam cairan.
Kecepatan mengendap dari partikel dibagi atas :
1. Rapid settling, yaitu partikel yang cepat pengendapannya.
2. Intermediete settling, yaitu kecepatan pengendapan yang relatif lambat.
3. Slow settling, yaitu partikel yang kecepatannya lambat.
Tujuan Praktikum :
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui kecepatan pengendapan partikel
2. Untuk mengetahui prosedur praktikum.
3. Untuk mengetahui aplikasi dalam dunia pertambangan.
4. Untuk mendapatkan parameter :
Kecepatan rata-rata.
Luas thickener.
Praktek:
CC =
CC = Kriteria Konsentrasi
Dh = Berat Jenis Mineral Berat
Dl = Berat Jenis Mineral Ringan
Df = Berat Jenis Fluida
Gambar 4.4
Meja Goyang
Gambar 4.5
Pengaruh Riffle dalam Shaking Table
6.2 JIGGING
Gambar 4.6
Bagian bagian JIG
= c(f-t)/f(c-t) x 100%
Keterangan :
F = Feed (umpan)
F = Kadar logam pada umpan
C = berat Konsentrat
C = Kadar logam pada konsentrat
T = Berat tailing (ampas)
T = Kadar logam pada tailing
Parameter yang mempengaruhi dalam proses Jigging
1. Ukuran lubang spigot
2. Amplitudo membran atau frekusnsi stroke
3. Kecepatan aliran vertikal
4. Ketebalan bed dan ukuran batu pada bed yang digunakan
5. Volume air tambahan (Under water)
6. Feeding dan proses padatan
7. Jig screen
8. Motor jig
9. Kemiringan jig
10. Kecepatan aliran didalam jig tank
Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui presentage recovery
2. Untuk mengetahui ratio of concentration
3. Untuk mengetahui concentration criteria
4. Untuk mengetahui material balance
5. Untuk mengetahui metallurgical balance
6. Untuk mengetahui partikel dari contoh
Alat dan Bahan
1. Neraca ohauss
2. Mesin jigging
3. Stop watch
4. Conto mineral
5. Air
Prosedur Praktikum
1. Timbang material yang akan dianaisis
2. Analisis kadar dari masing-masing material tersebut
3. Lakukan Jigging hingga didapat konsentrat dan taillingnya
4. Konsentrat dan tailing tersebut kemudian dipanaskan dan dikeringkan
5. Setelah kering, konsentrat dan tailing dianalisis kadar dan derajat
liberasinya.