Pengolahan bahan galian atau mineral dressing adalah proses pemisahan mineral berharga atau disebut konsentrat dari mineral pengotornya atau disebut tailing yang memanfaatkan sifat fisik dari masing-masing mineral tersebut. Dalam proses pengolahan mineral, penentuan kadar umpan merupakan salah satu faktor penting yang harus diketahui sebelum proses pengolahan dilakukan. Maka dari itu, dibutuhkan suatu teknik analisis kadar bijih dengan tujuan untuk menentukan kadar umpan sebelum proses pengolahan mineral dilakukan. Penentuan kadar umpan atau pengambilan conto biasa juga disebut dengan mineral sampling. Proses mineral sampling adalah proses pengambilan data dari sebagian kecil conto, dan data yang kita pilih mewakili sifat keseluruhan dari setiap material yang ingin diperiksa. Metode sampling harus efektif, cukup seperlunya namun representatif atau mewakili. Proses mineral sampling dilakukan untuk meningkatkan akurasi proses pengolahan mineral secara keseluruhan sehingga proses pengolahan mineral menjadi efektif dan efisien. Salah satu metode sampling yang dapat digunakan untuk mengurangi ukuran conto dan menghasilkan subconto yang mewakili, yaitu metode coning. Metode ini sangat sederhana dan tidak memerlukan peralatan tertentu, hanya memerlukan tempat kerja yang bersih dan cukup luas saja.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari teknik mineral sampling dengan menggunakan metode coning and quartering dalam proses pengolahan mineral.
1.3 Batasan Masalah
Dalam percobaan mineral sampling ini terdapat dua variabel, yaitu variabel 2
terikat dan variabel bebas. Variabel terikatnya yaitu kadar pasir besi dan pasir kuarsa serta jumlah butir. Sedangkan, variabel bebasnya yaitu massa pasir besi dan pasir kuarsa.
1.4 Sistematika Penulisan
Laporan ini memuat 5 bab yang dimana didalamnya terdapat Bab I Pendahuluan yang sub-babnya adalah latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Lalu ada Bab II Tinjauan Pustaka. Kemudian ada Bab III Metode Percobaan yang sub-babnya adalah diagaram alir, alat dan bahan, serta prosedur percobaan. Setelah itu ada Bab IV Hasil dan Pembahasan yang berisikan hasil pengamatan serta pembahasan pada percobaan. Lalu Bab V yang berisikan kesimpulan dan saran. Terakhir yaitu daftar pustaka serta lampiran yang berisikan contoh perhitungan, jawaban pertanyaan, tugas khusus, dan blangko percobaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasir Besi
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, salah satunya berasal dari bahan galian alam yaitu pasir besi. Pasir besi adalah bahan dasar untuk membuat bangunan serta industri logam. Pasir besi merupakan pecahan batuan yang berukuran antara 1/16 – 2 mm. Kandungan mineral pasir besi tersebut umumnya adalah oksida logam seperti besi, timah dan silika atau kuarsa. Salah satu bahan dasar yang dibuat menggunakan pasir besi adalah kandungan magnetit (Fe3O4) yang digunakan sebagai bahan dalam pembuatan logam besi [1]. Pasir yang berwarna hitam, memiliki mineral yang mendominasi yaitu magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), limonit (Fe2O3.nH2O), dan siderit (FeCO3). Semakin gelap warna dari pasir, menunjukkan konsentrasi yang dimiliki oleh unsur Fe makin tinggi. Pasir besi umumnya terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa (SiO 2), piroksen, kalsit, biotit, ampibol, feldspar, dan tourmalin. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltic dan andesitic vulcanic [2]. Proses penambangan pasir besi dapat kita lihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Proses Penambangan Pada Pasir Besi [2]
2.2 Pasir Kuarsa Pasir kuarsa dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan ditepi sungai, danau atau laut. Bahan pengisi pasir kuarsa merupakan bahan galian yang mengandung kristal silika (SiO2). Pasir kuarsa ini dapat digunakan untuk dijadikan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan karpet karet, serta mendapatkan komposisi yang tepat dan memenuhi persyaratan [3]. Kandungan SiO2 memiliki dua fasa yaitu SiO2 kristalin dan amorf yang memiliki banyak manfaat. SiO2 dalam dunia industri dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya untuk industri pasta gigi, karet, adsorben dan catalyst support. Saat ini seiring dengan perkembangan zaman, berkembangnya teknologi nano-material, silika dalam prosesnya membentuk nano silika yang penggunaannya cukup luas dan bernilai ekonomis bagi industri. Selain itu, silika ini juga dipakai sebagai bahan aditif dalam kosmetik, obat-obatan, dan industri keramik [3].
2.3 Pengolahan Mineral
ROM atau Run of Mine terbagi menjadi 2, yaitu gangue dan mineral berharga. Pengolahan mineral yang dapat dikenal juga sebagai mineral dressing, merupakan proses setelah penambangan untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut yaitu diekstrasi logamnya dan menghasilkan sebuah produk akhir yang memiliki nilai jual yang tinggi. Tahap pengolahan yang pertama yaitu dilakukan proses preparasi, yang dimana bongkahan–bongkahan mineral yang merupakan hasil penambangan tidak dapat langsung digunakan dalam proses metalurgi ekstraksi. Apabila proses preparasi tidak dilakukan maka efisiensi dari proses metalurgi ekstraksi itu sendiri akan rendah bahkan akan menyebabkan kerugian yang cukup besar [4]. Pada proses preparasi mineral ini dilakukan proses penyesuaian, mulai dari ukuran hingga konsentrasi atau kandungan mineral itu sendiri. Hasil dari proses preparasi tersebut yaitu konsentrat, sedangkan pengotornya disebut tailing. Didalam mineral yang telah diolah akan terbagi menjadi 3, yaitu konsentrat, middling, dan tailing. Konsentrat merupakan mineral berharga yang masih mengandung pengotor, namun hanya sedikit saja. Middling merupakan mineral berharga yang masih bercampur dengan pengotor yang lumayan banyak, sehingga dapat diproses ulang untuk mendapatkan mineral yang diinginkan. Dan tailing merupakan produk pengotor yang sudah tidak ada lagi mineral berharganya [4]. Pengolahan mineral terbagi menjadi dua tahapan utama, yaitu: pengurangan ukuran untuk membebaskan mineral berharga dari mineral gangue, dan pemisahan partikel mineral berharga dari gangue, untuk menghasilkan konsentrat yang mengandung banyak mineral berharga. Di zaman sekarang ini, mempelajari tentang pengolahan mineral sangat penting, hal tersebut karena pengolahan mineral kuno sekitar seabad lebih yang lalu, konsentrasi bijih masih dioperasikan dengan cukup kasar, yang melibatkan teknik berbasis kepadatan dan penyortiran tangan yang relatif sederhana, sehingga tidak memiliki nilai jual yang tinggi [4]. Pengolahan mineral terdiri dari 4 tahapan, yaitu: kominusi, sizing atau klasifikasi, konsentrasi dan dewatering. a. Kominusi (Comminution) adalah proses pengecilan ukuran untuk melepaskan atau membebaskan mineral-mineral yang diinginkan dari mineral-mineral yang tidak diinginkan (tailing). Dalam proses kominusi terdapat 2 tahap, yaitu crushing dan grinding. Pada tahap crushing dibagi menjadi 3 jenis, antara lain: - Primary crushing: dari ROM menjadi berukuran 8” – 6” - Secondary crushing: dari 8” – 6” menjadi berukuran 3” – 2” - Tertiary crushing: dari 3” – 2” menjadi berukuran 3/8” – 1/2” Sedangkan tahap grinding adalah salah satu proses abrasif yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi sehingga produk berkualitas dan toleransi ukuran pun sangat kecil [5]. Grinder akan menghaluskan partikel-partikel keluaran crusher sekunder. Produk dan grinder antara intermediate grinder memiliki ukuran sekitar 40 mesh. Penghalusan sampai ukuran sekitar 200 mesh dilakukan oleh grinder halus (fine grinder). Ukuran partikel yang Iebih halus (antara 1 sampai 50 pm) dapat diperoleh dengan ultrafine grinder. b. Sizing atau klasifikasi adalah proses pengelompokkan mineral berdasarkan ukurannya dengan menggunakan proses pengayakan atau classifier [5]. c. Konsentrasi adalah proses pemisahan mineral yang diinginkan berdasarkan sifat kemagnetan, berat jenis, dan sifat permukaan mineral. Konsentrasi sendiri dibagi menjadi enam bagian, antara lain: Ore Sorting, Dense Medium Separation, Gravity Concentration, Magnetic Separation, Electrostatic Separation, dan Flotation and Other Surface separation [5]. d. Dewatering adalah proses pemisahan air dari zat padat dengan proses thickening, filtering dan drying. Mineral yang dilakukan pengolahan mineral akan dapat ditingkatkan kadarnya. Oleh karena itu, hasil pengolahan tersebut dapat diperoleh keuntungan antara lain adalah mengurangi biaya proses pengolahan baik biaya pengiriman maupun biaya proses lainnya, mengurangi flux, dan mendapatkan proses yang sederhana, karena pengolahan secara fisik memberi keuntungan dan lebih sederhana dibandingkan dengan proses pengolahan secara kimia [5]. Adapun proses tambahan pada pengolahan mineral, yaitu: feeding dan sampling. Proses feeding adalah proses yang dilakukan dengan memasukkan feed kedalam unit konsentrasi secara konstan baik dari volumenya maupun beratnya. Sedangkan proses sampling adalah proses yang dilakukan dengan mengambil conto yang jumlahnya sedikit mungkin namun tetap dapat mewakili bijih seluruhnya [6].
2.4 Mineral Sampling
Sampel atau conto adalah satu bagian yang representif atau satu bagian dari keseluruhan yang dapat menggambarkan berbagai karakteristik. Tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas dan merupakan statistika untuk mendapatkan informasi keseluruhan. Secara khusus, conto dapat disebut dengan sekumpulan material yang mewakili jenis batuan, formasi atau bijih (endapan). Dalam arti kuantitatif dan kualitatif dengan catatan termasuk dalam lokasi, komposisi dari batuan tersebut [7]. Sampling merupakan proses yang dilakukan dengan pengambilan conto dengan jumlah yang sedikit, dan conto yang diambil tersebut dapat mewakili keseluruhan. Teknik sampling ini umumnya digunakan pada proses ekplorasi tambang dalam menentukan seberapa besar cadangan yang terkandung dalam daerah yang ingin ditentukan. Teknik sampling dilakukan bertujuan untuk memprediksi kadar atau kandungan dari mineral, dan mengontrol dan mengetahui kualitas dari mineral sehingga mengendalikan produksi pabrik pengolahan [7]. Dalam teknik sampling, conto yang baik sedapat mungkin dapat merepresentasikan karakteristik objek. Seberapa besar conto yang digunakan untuk dapat dikatakan mampu merepresentasikan objek tersebut itu tergantung dari tingkat kepercayaan (convidennce level) dan kesalahan (significance level), dapat dikatakan apabila semakin besar tingkat kepercayaan yang dikehendaki maka akan semakin banyak conto yang dibutuhkan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat kepercayaan yang dikehendaki maka semakin sedikit conto yang dibutuhkan. Dalam percobaan di labolatorium, besar kecilnya tingkat kepercayaan yang dikehendaki sangat bergantung pada kecukupan tenaga, waktu dan fasilitas yang tersedia yanga digunakan oleh peneliti. Banyak metode yang dapat digunakan untuk dapat menghitung besarnya sampel. Selain jumlah sampel, hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan conto yaitu teknik pengambilan conto (teknik sampling), teknik sampling bertujuan agar tidak terjadi bias dalam pemilihan conto [8]. Persyaratan tahap sampling yang harus dipenuhi agar generalisasi dapat menjadi maksimal. Beberapa persyaratan tersebut, yaitu: digunakan prinsip probabilitas (Random Sampling), jumlah sampel memadai, ciri-ciri populasi dipenuhi secara ketat, dan variasi antar populasi sekecil mungkin. Secara umum, metode teknik sampling ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 metode, yaitu metode acak (probability sampling) dan metode tak acak (non probability sampling). a. Probability sampling merupakan metode pemilihan sampel atau conto secara acak yang dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Metode ini meliputi simple random sampling, systematic sampling, stratified sampling, dan cluster sampling [8]. b. Non Probability Sampling merupakan metode pemilihan sampel atau conto secara tidak acak, yang dimana tidak didasarkan atas hukum probabilitas, dan oleh sebab itu tidak mengharuskan adanya peluang yang sama terhadap anggota populasi untuk dipilih. Dalam pemilihan memanfaatkan kriteria subjektif tertentu, namun harus tetap jelas agar tidak menimbulkan bias. Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode tak acak ini, yaitu metode ini dapat digunakan apabila hanya sekedar mendeskripsikan sebuah objek penelitian tanpa melakukan generalisasi terhadap populasi. Jenis-jenis metode ini, antara lain: convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, dan snowball sampling [8].
2.5 Metode Coning dan Quartering
Metode coning dan quartering merupakan salah satu metode sampling tertua dan banyak digunakan dalam laboratorium. Metode coning dan quartering merupakan proses pengecilan jumlah berat atau massa dari sampel atau conto. Conto yang diperlukan untuk analisa fisik atau kimia biasanya diperlukan hanya dengan jumlah yang sedikit, hanya beberapa gram saja. Maka conto perlu dilakukan reduksi dari jumlah yang banyak menjadi jumlah yang sedikit [9]. Prinsip kerja dari metode coning and quartering ini, yaitu dengan membagi dua conto dengan alat coning. Metode ini dapat dilakukan dengan membuat conto menumpuk berbentuk (cone) kemudian dibagi empat, dari pembagian tersebut di antara dua bagian yang bersebrangan dibuang dan dua bagian yang lainnya dikecilkan. Tahapan yang dilakukan dalam metode ini adalah [9]: 1. Dilakukan pencampuran terhadap material yang akan diambil sebagai conto 2. Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut 3. Kerucut tersebut ditekan hingga bagian atasnya rata membentuk kerucut terpotong, kemudian dibagi menjadi tempat bagian yang sama besarnya 4. Seperempat bagian yang bersilangan diambil sebagai conto untuk dianalisa. Berikut adalah gambar tahapan metode coning and quartering dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tahapan Metode Coning dan Quartering [9]