Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengolahan bahan galian atau mineral dressing adalah proses pemisahan
mineral berharga atau disebut konsentrat dari mineral pengotornya atau disebut
tailing yang memanfaatkan sifat fisik dari masing-masing mineral tersebut. Dalam
proses pengolahan mineral, penentuan kadar umpan merupakan salah satu faktor
penting yang harus diketahui sebelum proses pengolahan dilakukan. Maka dari
itu, dibutuhkan suatu teknik analisis kadar bijih dengan tujuan untuk menentukan
kadar umpan sebelum proses pengolahan mineral dilakukan. Penentuan kadar
umpan atau pengambilan conto biasa juga disebut dengan mineral sampling.
Proses mineral sampling adalah proses pengambilan data dari sebagian kecil
conto, dan data yang kita pilih mewakili sifat keseluruhan dari setiap material
yang ingin diperiksa. Metode sampling harus efektif, cukup seperlunya namun
representatif atau mewakili. Proses mineral sampling dilakukan untuk
meningkatkan akurasi proses pengolahan mineral secara keseluruhan sehingga
proses pengolahan mineral menjadi efektif dan efisien. Salah satu metode
sampling yang dapat digunakan untuk mengurangi ukuran conto dan
menghasilkan subconto yang mewakili, yaitu metode coning. Metode ini sangat
sederhana dan tidak memerlukan peralatan tertentu, hanya memerlukan tempat
kerja yang bersih dan cukup luas saja.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari teknik mineral
sampling dengan menggunakan metode coning and quartering dalam proses
pengolahan mineral.

1.3 Batasan Masalah


Dalam percobaan mineral sampling ini terdapat dua variabel, yaitu variabel
2

terikat dan variabel bebas. Variabel terikatnya yaitu kadar pasir besi dan pasir
kuarsa serta jumlah butir. Sedangkan, variabel bebasnya yaitu massa pasir besi
dan pasir kuarsa.

1.4 Sistematika Penulisan


Laporan ini memuat 5 bab yang dimana didalamnya terdapat Bab I
Pendahuluan yang sub-babnya adalah latar belakang, tujuan percobaan, batasan
masalah, dan sistematika penulisan. Lalu ada Bab II Tinjauan Pustaka. Kemudian
ada Bab III Metode Percobaan yang sub-babnya adalah diagaram alir, alat dan
bahan, serta prosedur percobaan. Setelah itu ada Bab IV Hasil dan Pembahasan
yang berisikan hasil pengamatan serta pembahasan pada percobaan. Lalu Bab V
yang berisikan kesimpulan dan saran. Terakhir yaitu daftar pustaka serta lampiran
yang berisikan contoh perhitungan, jawaban pertanyaan, tugas khusus, dan
blangko percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasir Besi


Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah, salah satunya berasal dari bahan galian alam yaitu pasir besi. Pasir besi
adalah bahan dasar untuk membuat bangunan serta industri logam. Pasir besi
merupakan pecahan batuan yang berukuran antara 1/16 – 2 mm. Kandungan
mineral pasir besi tersebut umumnya adalah oksida logam seperti besi, timah dan
silika atau kuarsa. Salah satu bahan dasar yang dibuat menggunakan pasir besi
adalah kandungan magnetit (Fe3O4) yang digunakan sebagai bahan dalam
pembuatan logam besi [1].
Pasir yang berwarna hitam, memiliki mineral yang mendominasi yaitu
magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), limonit (Fe2O3.nH2O), dan siderit (FeCO3).
Semakin gelap warna dari pasir, menunjukkan konsentrasi yang dimiliki oleh
unsur Fe makin tinggi. Pasir besi umumnya terdiri dari mineral opak yang
bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa (SiO 2),
piroksen, kalsit, biotit, ampibol, feldspar, dan tourmalin. Mineral bijih pasir besi
terutama berasal dari batuan basaltic dan andesitic vulcanic [2]. Proses
penambangan pasir besi dapat kita lihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses Penambangan Pada Pasir Besi [2]


2.2 Pasir Kuarsa
Pasir kuarsa dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan
batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil
pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan
ditepi sungai, danau atau laut. Bahan pengisi pasir kuarsa merupakan bahan galian
yang mengandung kristal silika (SiO2). Pasir kuarsa ini dapat digunakan untuk
dijadikan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan karpet karet, serta mendapatkan
komposisi yang tepat dan memenuhi persyaratan [3].
Kandungan SiO2 memiliki dua fasa yaitu SiO2 kristalin dan amorf yang
memiliki banyak manfaat. SiO2 dalam dunia industri dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan, diantaranya untuk industri pasta gigi, karet, adsorben dan
catalyst support. Saat ini seiring dengan perkembangan zaman, berkembangnya
teknologi nano-material, silika dalam prosesnya membentuk nano silika yang
penggunaannya cukup luas dan bernilai ekonomis bagi industri. Selain itu, silika
ini juga dipakai sebagai bahan aditif dalam kosmetik, obat-obatan, dan industri
keramik [3].

2.3 Pengolahan Mineral


ROM atau Run of Mine terbagi menjadi 2, yaitu gangue dan mineral
berharga. Pengolahan mineral yang dapat dikenal juga sebagai mineral dressing,
merupakan proses setelah penambangan untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut
yaitu diekstrasi logamnya dan menghasilkan sebuah produk akhir yang memiliki
nilai jual yang tinggi. Tahap pengolahan yang pertama yaitu dilakukan proses
preparasi, yang dimana bongkahan–bongkahan mineral yang merupakan hasil
penambangan tidak dapat langsung digunakan dalam proses metalurgi ekstraksi.
Apabila proses preparasi tidak dilakukan maka efisiensi dari proses metalurgi
ekstraksi itu sendiri akan rendah bahkan akan menyebabkan kerugian yang cukup
besar [4].
Pada proses preparasi mineral ini dilakukan proses penyesuaian, mulai dari
ukuran hingga konsentrasi atau kandungan mineral itu sendiri. Hasil dari proses
preparasi tersebut yaitu konsentrat, sedangkan pengotornya disebut tailing.
Didalam mineral yang telah diolah akan terbagi menjadi 3, yaitu konsentrat,
middling, dan tailing. Konsentrat merupakan mineral berharga yang masih
mengandung pengotor, namun hanya sedikit saja. Middling merupakan mineral
berharga yang masih bercampur dengan pengotor yang lumayan banyak, sehingga
dapat diproses ulang untuk mendapatkan mineral yang diinginkan. Dan tailing
merupakan produk pengotor yang sudah tidak ada lagi mineral berharganya [4].
Pengolahan mineral terbagi menjadi dua tahapan utama, yaitu: pengurangan
ukuran untuk membebaskan mineral berharga dari mineral gangue, dan
pemisahan partikel mineral berharga dari gangue, untuk menghasilkan konsentrat
yang mengandung banyak mineral berharga. Di zaman sekarang ini, mempelajari
tentang pengolahan mineral sangat penting, hal tersebut karena pengolahan
mineral kuno sekitar seabad lebih yang lalu, konsentrasi bijih masih dioperasikan
dengan cukup kasar, yang melibatkan teknik berbasis kepadatan dan penyortiran
tangan yang relatif sederhana, sehingga tidak memiliki nilai jual yang tinggi [4].
Pengolahan mineral terdiri dari 4 tahapan, yaitu: kominusi, sizing atau
klasifikasi, konsentrasi dan dewatering.
a. Kominusi (Comminution) adalah proses pengecilan ukuran untuk
melepaskan atau membebaskan mineral-mineral yang diinginkan dari
mineral-mineral yang tidak diinginkan (tailing). Dalam proses kominusi
terdapat 2 tahap, yaitu crushing dan grinding. Pada tahap crushing
dibagi menjadi 3 jenis, antara lain:
- Primary crushing: dari ROM menjadi berukuran 8” – 6”
- Secondary crushing: dari 8” – 6” menjadi berukuran 3” – 2”
- Tertiary crushing: dari 3” – 2” menjadi berukuran 3/8” – 1/2”
Sedangkan tahap grinding adalah salah satu proses abrasif yang
memiliki tingkat akurasi yang tinggi sehingga produk berkualitas dan
toleransi ukuran pun sangat kecil [5]. Grinder akan menghaluskan
partikel-partikel keluaran crusher sekunder. Produk dan grinder antara
intermediate grinder memiliki ukuran sekitar 40 mesh. Penghalusan
sampai ukuran sekitar 200 mesh dilakukan oleh grinder halus (fine
grinder). Ukuran partikel yang Iebih halus (antara 1 sampai 50 pm)
dapat diperoleh dengan ultrafine grinder.
b. Sizing atau klasifikasi adalah proses pengelompokkan mineral
berdasarkan ukurannya dengan menggunakan proses pengayakan atau
classifier [5].
c. Konsentrasi adalah proses pemisahan mineral yang diinginkan
berdasarkan sifat kemagnetan, berat jenis, dan sifat permukaan mineral.
Konsentrasi sendiri dibagi menjadi enam bagian, antara lain: Ore
Sorting, Dense Medium Separation, Gravity Concentration, Magnetic
Separation, Electrostatic Separation, dan Flotation and Other Surface
separation [5].
d. Dewatering adalah proses pemisahan air dari zat padat dengan proses
thickening, filtering dan drying.
Mineral yang dilakukan pengolahan mineral akan dapat ditingkatkan
kadarnya. Oleh karena itu, hasil pengolahan tersebut dapat diperoleh keuntungan
antara lain adalah mengurangi biaya proses pengolahan baik biaya pengiriman
maupun biaya proses lainnya, mengurangi flux, dan mendapatkan proses yang
sederhana, karena pengolahan secara fisik memberi keuntungan dan lebih
sederhana dibandingkan dengan proses pengolahan secara kimia [5]. Adapun
proses tambahan pada pengolahan mineral, yaitu: feeding dan sampling. Proses
feeding adalah proses yang dilakukan dengan memasukkan feed kedalam unit
konsentrasi secara konstan baik dari volumenya maupun beratnya. Sedangkan
proses sampling adalah proses yang dilakukan dengan mengambil conto yang
jumlahnya sedikit mungkin namun tetap dapat mewakili bijih seluruhnya [6].

2.4 Mineral Sampling


Sampel atau conto adalah satu bagian yang representif atau satu bagian dari
keseluruhan yang dapat menggambarkan berbagai karakteristik. Tujuan inspeksi
atau menunjukkan bukti-bukti kualitas dan merupakan statistika untuk
mendapatkan informasi keseluruhan. Secara khusus, conto dapat disebut dengan
sekumpulan material yang mewakili jenis batuan, formasi atau bijih (endapan).
Dalam arti kuantitatif dan kualitatif dengan catatan termasuk dalam lokasi,
komposisi dari batuan tersebut [7].
Sampling merupakan proses yang dilakukan dengan pengambilan conto
dengan jumlah yang sedikit, dan conto yang diambil tersebut dapat mewakili
keseluruhan. Teknik sampling ini umumnya digunakan pada proses ekplorasi
tambang dalam menentukan seberapa besar cadangan yang terkandung dalam
daerah yang ingin ditentukan. Teknik sampling dilakukan bertujuan untuk
memprediksi kadar atau kandungan dari mineral, dan mengontrol dan mengetahui
kualitas dari mineral sehingga mengendalikan produksi pabrik pengolahan [7].
Dalam teknik sampling, conto yang baik sedapat mungkin dapat
merepresentasikan karakteristik objek. Seberapa besar conto yang digunakan
untuk dapat dikatakan mampu merepresentasikan objek tersebut itu tergantung
dari tingkat kepercayaan (convidennce level) dan kesalahan (significance level),
dapat dikatakan apabila semakin besar tingkat kepercayaan yang dikehendaki
maka akan semakin banyak conto yang dibutuhkan, dan sebaliknya semakin
rendah tingkat kepercayaan yang dikehendaki maka semakin sedikit conto yang
dibutuhkan. Dalam percobaan di labolatorium, besar kecilnya tingkat kepercayaan
yang dikehendaki sangat bergantung pada kecukupan tenaga, waktu dan fasilitas
yang tersedia yanga digunakan oleh peneliti. Banyak metode yang dapat
digunakan untuk dapat menghitung besarnya sampel. Selain jumlah sampel, hal
penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan conto yaitu teknik pengambilan
conto (teknik sampling), teknik sampling bertujuan agar tidak terjadi bias dalam
pemilihan conto [8].
Persyaratan tahap sampling yang harus dipenuhi agar generalisasi dapat
menjadi maksimal. Beberapa persyaratan tersebut, yaitu: digunakan prinsip
probabilitas (Random Sampling), jumlah sampel memadai, ciri-ciri populasi
dipenuhi secara ketat, dan variasi antar populasi sekecil mungkin. Secara umum,
metode teknik sampling ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 metode, yaitu metode
acak (probability sampling) dan metode tak acak (non probability sampling).
a. Probability sampling merupakan metode pemilihan sampel atau conto
secara acak yang dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih. Metode ini meliputi simple random sampling,
systematic sampling, stratified sampling, dan cluster sampling [8].
b. Non Probability Sampling merupakan metode pemilihan sampel atau
conto secara tidak acak, yang dimana tidak didasarkan atas hukum
probabilitas, dan oleh sebab itu tidak mengharuskan adanya peluang
yang sama terhadap anggota populasi untuk dipilih. Dalam pemilihan
memanfaatkan kriteria subjektif tertentu, namun harus tetap jelas agar
tidak menimbulkan bias. Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
metode tak acak ini, yaitu metode ini dapat digunakan apabila hanya
sekedar mendeskripsikan sebuah objek penelitian tanpa melakukan
generalisasi terhadap populasi. Jenis-jenis metode ini, antara lain:
convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, dan
snowball sampling [8].

2.5 Metode Coning dan Quartering


Metode coning dan quartering merupakan salah satu metode sampling
tertua dan banyak digunakan dalam laboratorium. Metode coning dan quartering
merupakan proses pengecilan jumlah berat atau massa dari sampel atau conto.
Conto yang diperlukan untuk analisa fisik atau kimia biasanya diperlukan hanya
dengan jumlah yang sedikit, hanya beberapa gram saja. Maka conto perlu
dilakukan reduksi dari jumlah yang banyak menjadi jumlah yang sedikit [9].
Prinsip kerja dari metode coning and quartering ini, yaitu dengan membagi
dua conto dengan alat coning. Metode ini dapat dilakukan dengan membuat conto
menumpuk berbentuk (cone) kemudian dibagi empat, dari pembagian tersebut di
antara dua bagian yang bersebrangan dibuang dan dua bagian yang lainnya
dikecilkan. Tahapan yang dilakukan dalam metode ini adalah [9]:
1. Dilakukan pencampuran terhadap material yang akan diambil sebagai
conto
2. Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut
3. Kerucut tersebut ditekan hingga bagian atasnya rata membentuk kerucut
terpotong, kemudian dibagi menjadi tempat bagian yang sama besarnya
4. Seperempat bagian yang bersilangan diambil sebagai conto untuk
dianalisa.
Berikut adalah gambar tahapan metode coning and quartering dilihat pada
gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tahapan Metode Coning dan Quartering [9]

Anda mungkin juga menyukai