Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR

LAPORAN
XII

Oleh

KUMALA GALUH HAIVA

071002000024

LABORATORIUM PENILAIAN FORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2022
LEMBARAN PENGESAHAN

NAMA : KUMALA GALUH HAIVA


NIM : 071002000024
KELOMPOK : A1
PARTNER : 1. DZHULVIEQAR
2. RADEN FADLI
3. MUHAMMAD AR-RAFII S
TGL. PRATIKUM : 20 JUNI 2022
TGL. PENERIMAAN : 24 JUNI 2022
ASISTEN : 1. FIRMANSYAH ACHMAD
2. NILA MUTIYA HANI
3. DEWI LATIFATUL AINI
NILAI :

Tanda Tangan Tanda Tangan

(………………….) (KUMALA GALUH HAIVA)

Asisten Pratikan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i


BAB I PENGENALAN ALAT ....................................................................... 1
BAB II INTEPRETASI KUALITATIF ......................................................... 3
BAB III MUD PROPERTIES ........................................................................ 5
BAB IV CORRECTION RESISTIVITY ...................................................... 8
BAB V SATURATION PARAMETER ......................................................... 10
BAB VI POROSITAS EFEKTIF ................................................................... 12
BAB VII RESISTIVITAS AIR FORMASI 1 ................................................ 14
BAB VIII RESISTIVITAS AIR FORMASI 2 .............................................. 16
BAB IX SATURASI AIR FORMASI ............................................................ 18
BAB X CUT OFF DAN PENENTUAN CADANGAN ................................. 20
BAB XI INTERACTIVE PETROPHYSICS ................................................ 22

i
BAB I
PENGENALAN ALAT

Pada praktikum kali ini kita akan membahas mengenai penenalan alat , dimana nanti
akan digunakan untuk proses penilaian formasi. Di dalam nya terdapat yang namanya
Borehole Environtment yaitu merupakan suatu gambaran dimana lumpur memasukki
lubang bor dan terbentuknya mud cake pada zona permeable Dimana di dalamnya ada 3
zona, zona pertama adalah Terinvasi (Flushed Zone)Merupakan zona infiltrasi yang
terletak paling dekat dengan lubang bor sertaterisi oleh filtrat lumpur yang mendesak
kandungan semula (seperti gas, minyak,maupun air). Air formasi atau hidrokarbon yang
terdapat pada formasi terdesakkedalam oleh filtrat lumpur pemboran. Daerah ini disebut
daerah terinvasi dengantahanan jenisnya dan kejenuhan airnya,zona selanjutnya adalah
Zona Peralihan (Transition Zone)Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam dari zona
terinvasi, dimana dalamzona ini ditempati oleh campuran dari filtrat lumpur dengan
kandungan semula.Karena zona ini posisinya semakin jauh dari lubang bor maka semakin
berkurangfiltrasi dari lumpur pemboran, dan yang terakhir adalah zona Jauh/Tidak
Terinvasi (Undisturbed Zone); zona yang tidak terpengaruh oleh mud filtrate.Zona
terinvasi memiliki diameter df, ketebalan sekitar 6 inch, dan mengandung mud filtrate
dengan nilai resistivitas Rmf, serta mengandung residual hydrocarbon dengan nilai
resistivitas Rxo. Sedangkan zona transisi dengan diameter dj dan rentang beberapa kaki.
Setelah membahas mengenai borehole environtment kita masuk lebih dekat mengenai
loging, Logging sumur adalah pengukuran dalam lubang sumur menggunakan instrumen
yang ditematkan pada ujung kabel wireline dalam lubang bor. untuk mencari zona
hidrokarbon dalam formasi geologi yang menarik dengan borehole. Prosedur logging
terdiri dari menurunkan “logging tool”pada wireline kedalam sumur minyak atau lubang,
untuk mengukur properti batuan dan fluida pada formasi. Interpretasi dari pengukuran ini
digunakan untuk menentukan letak kedalaman potensial dari zona yang mengandung
minyak dan gas (hydrocarbon). Alat loging dikembangkan selama puluhan tahun untuk
mengukur kelistikan, akustik, radioaktif, elektromagnetik, dan properti lain pada batuan.
Logging biasanya dilakukan dengan menggunakan alat logging yang ditarik keluar dari
lubang sumur. Data direkam dalam bentuk print kertas yang biasa disebut sebagai ‘Well
log’ dan dikirim ke kantor dalam bentuk digital. Log sumur merekam pada interval
tertentu saat pengeboran pada lubang sumur dan kedalaman pengeboran berkisar antara
300m sampai 8000m (1000 ft sampai 25000 ft) atau lebih.
Pada track 1 kita akan membahas mengenai permeable zone, dimana fungsi nya
adalah mengetahui mana zona yang permeable dan mana zona yang impermeable ,
permeabilitas suatu material batuan merupakan hal yang amat penting pada proyek seperti
pada pemompaan air tanah, minyak atau gas dari atau kedalam suatu formasi dan lain
sebagainya.jenis nya antara lain SP log dimana nilai tertinggi atau terendah yang
dihasilkan antara suatu lapisan permeabel dibawah sana (dalam lubang bor tentunya)
dengan acuan yang nilainya kemudian statis. pada lapisan shale yang tebal nilai SP log
yang tidak bergeser signifikan (cenderung stabil). Defleksi maksimum nilai SP log harus

1
diukur dari formasi yang bersih dari shale (biasanya dari lapisan clean sand yang cukup
tebal.) Tetapi daro kelebihan tersebut, Log SP memiliki beberapa kekurangan,
diantaranya adalah tidak dapat bekerja pada OBM (Oil Based Mud), tidak Tetapi dari
kelebihan – kelebihan tersebut, Log SP memiliki beberapa kekurangan, diantaranya
adalah tidak dapat bekerja pada OBM (Oil Based Mud), tidak bereaksi jika harga Rmf
(mud filtrate) sama dengan Rw (air formasi), dan tidak dapat bekerja pada formasi
karbonat. Gamma Ray Log (GR Log) digunakan untuk menentukan sand atau shale yang
terdapat pada formasi. GR Log merupakan hasil pengukuran besar intensitas radioaktif
Formasi yang mengandung unsur – unsur radioaktif (uranium, thorium, dan potassium)
akan memancarkan radiasi radioaktif dimana intensitasnya akan diterima oleh detektor
dan dimasukkan dalam data saat mencapai permukaan. Log Calliper biasanya digunakan
untuk mengetahui ukuran lubang bor jika terjadi fenomena caving (formasi yang runtuh)
dan sloughing shale (mud cake). Pengukuran dilakukan dengan melihat ukuran lubang
bor dari bit size yang ada, jika ukuran formasi lebih besar dari bit size, maka dapat
diindikasi adanya caving, dan jika lebih kecil diindikasi bahwa terjadi sloughing shale.
Selanjutnya pada track 2 yaitu resistivity log. Resistivity log dilakukan untuk
mengukur nilai resistivitas batuan yang diperlukan untuk menentukan nilai saturasi air.
Log resistivitas dibagi menjadi 3 zona sesuai dengan DOI (Depth Of Investigation),
antara lain Deep, Shallow, dan Medium. Log Deep Resistivity digunakan untuk
mengukur resistivitas sampai zona uninvaded (lebih dari 3 ft). Log tersebut dibagi
menjadi 2 berdasarkan jenis lumpur yang digunakan, yaitu Induction (ILD) yang
digunakan untuk fresh water mud dan Lateral (LLD) untuk salt water mud. Medium
Resistivity digunakan pada zona transisi (1.5 – 3 ft) dan terbagi sesuai dengan jenis
lumpur yang digunakan. Shallow Resistivity digunakan pada zona terinflasi mud filtrate
(1 – 6 ft) dan menggunakan MSFL ataupun SFLU.
Pada track 3 kita mengukur porositas, dibagi menjadi 3 yaitu Log Densitas, Log
Neutron, dan Log Sonic. Log Densitas dilakukan dengan memancarkan radioatif
(gamma) dengan energi tertentu untuk menembus formasi, dimana akan membentur
electron – electron sehingga energi kembali akan lebih kecil dari apa yang telah
dipancarkan. density log diukur menggunakan alat RHOB, fungsinya adalah membaca
jumlah energi yang kembali untuk menentukan densitasnya dari electron yang telah
terserap dalam formasi. Neutron log dapat menginterpretasikan besarnya pori batuan yang
terisi fluida. Prinsip kerja induction log adalah menyebarkan arus listrik ke segala arah,
dengan memancarkan resistivitas, Jika resistivitasnya tinggi maka produktivitasnya juga
tinggi. Jika lateral log merupakan konduksi, memancarkan listrik yang tegak lurus dan
horizontal sehingga pengukuran batuan lebih pasti.
Logging While Drilling (LWD), diperkenalkan degan menghasilkan informasi tentang
sumur. Pada sensor yang terletak diujung kabel wireline, sensor terintegrasi dengan drill
string dan pengukuran dilakuka saat pengeboran. Ketika melakukan loging sumur setelah
drill string dikeluarkan dari sumur. LWD mengukur parameter geologi didalam sumur
yang telah dibor. Karena terdapat dua kabel yang terkoneksi dengan permukaan, data
direkam kebawah dan diangkat kembali ketika drill string dikeluarkan.

2
BAB II
INTEPRETASI KUALITATIF

Interpretasi Logging merupakan suatu perkerjaan yang merekam sifat-sifat fisik


batuan seperti porositas dan resistivitas dengan cara memasukan suatu alat ke lubang bor
dengan menggunakan wireline. Interpretasi Logging bertujuan untuk mengidentifikasi
reservoir, memperkirakan cadangan hidrokarbon, serta memperkirakan perolehan
hidrokarbon. Terdapat istilah borehole environment dimana pada saat alat logging di
masukan, hasil data akan menunjukan lapisan ke kiri dan kanan dimana lapisan tersebut
disebut sebagai borehole environment yang terbagi menjadi dua zona yaitu zona
uninvended dan invended. Mud terbagi menjadi dua yaitu mud filtrat dan mud cake. Mud
filtrat yang merupakan fasa cair akan menembus zona invended melalui formasi yang
permeable dimana di dalam zona itu terbagi lagi menjadi dua yaitu flush zone dan
transition zone. Flush zone merupakan zona yang dapat tercapai oleh mud, sedangkan
transition zone merupakan zona yang terdapat dicapai oleh mud dan juga terdapat air
formasi. Uninvended zone adalah zona yang tidak mampu dicapai oleh mud sehingga
pada zona tersebut hanya tedapat air formasi saja.
Pembacaan log terbagi menjadi 3 track yaitu track pertama dengan menggunakan
Caliper, SP Log, dan GR Log, track kedua dengan mengggunakan Resistivity Log, dan
Track ketiga dengan menggunakan Density Log, Neutron Log, dan Sonic Log. Pada suatu
formasi terdapat batuan reservoir yang merupakan batuan yang berpori dimana tempat
terakumulasinya hidrokarbon. Batuan itu sendiri terbagi atas dua jenis yaitu batuan
permeable yang porinya saling berhubungan dan impermeable dimana porinya tidak
saling berhubungan sehingga sangat sulit untuk melewatkan fluida reservoir. Track 1
dapat membantu untuk menentukan jenis lapisan pada suatu formasi apakah zona tersebut
permeable atau tidak dengan menggunakan Gamma Ray Log atau Spontaneus Potential
Log. Semakin ke kiri garis yang ditunjukkan pada track 1 maka menunjukan bahwa
formasi tersebut terdiri dari batuan pasir dimana batuan pasir memiliki permeabilitas
yang tinggi karena porinya yang saling berhubungan, sedangkan jika semakin ke kanan
maka formasi itu mengandung batuan shale dimana memiliki permeabilitas yang rendah.
Pada track 2 digunakan resistivity log untuk mengukur besar resistivitas suatu formasi,
apa bila garis semakin ke kiri maka resistivitasnya rendah karena semakin ke kiri
merupakan formasi yang mengandung air asin akan tetapi memiliki konduktivitas yang
besar, sebaliknya apabila semakin ke kanan maka formasi tersebut mengandung batuan
dimana tempat terakumulasinya hidrokarbon dan apa bila garis semakin ke kanan, maka
resistivitasnya semakin besar. Pada pembacaan track 3 digunakan neutron log atau dapat
disebut sebagai neutron porosity hydrogen index dimana jika energi receiver berkurang
maka fluidanya akan semakin banyak dan porositas semakin meningkat, sebaliknya
apabila energi receiver meningkat, maka menandakan bahwa fluida sedikit, sehingga
porositas kecil. Jika digambarkan dalam garis semakin ke kiri maka menandakan formasi
tersebut mengandung hidrokarbon. Pada track 3 juga digunakan alat density log atau
dikenal sebagai RHOB untuk membaca densitas dari suatu batuan. Jika energi receiver

3
bertambah maka formasi tersebut terdiri dari batuan yang berongga, sebaliknya apabila
energi berkurang maka formasi tersebut terdiri dari batuan yang padat. Semakin berongga
suatu batuan maka garis menunjukan kea rah kanan, sebaliknya apabila batuan tersebut
semakin padat maka akan semakin ke kiri. Jadi pada track 3 dapat ditentukan jenis fluida
yang terdapat dalam batuan tersebut. Apabila garis neutron log dan density log
menunjukan lurus tidak ke kanan atau kiri maka kemungkinan besar jenis fluidanya
adalah air, apabila dihasilkan cross over dari garis kedua alat maka kemungkinan fluid
aitu minyak atau gas, jika cross over yang dihasilkan besar maka kemungkinan besar
batuan tersebuut mengandung gas dan apabila terjadi cross over yang sedang maka
kemungkinan jenis fluida yang terkandung dalam batuan tersebut merupakan minyak.
Dari pembacaan ketiga track, dapat diketahui di kedalaman berapakah zona yang prospek
yaitu zona dimana formasi nya terdapat batuan reservoir yang mengandung minyak di
dalamnya.
Pada data log B-129 yang diberikan, zona yang prospek dimana berpotensi sebagai
tempat terakumulasinya hidrokarbon adalah pada kedalaman 1333 – 1335 m. Pada
kedalaman 1333- 1335 m, pembacaan dari gamma ray log membelok ke kiri, hal ini
menunjukan bahwa formasi mengandung batuan sandstone dimana sandstone memiliki
pori-pori yang saling berhubungan sehingga dapat diakui bahwa bataun tersebut memiliki
permeabilitas yang baik. Jika suatu batuan memiliki permeabilitas yang baik, maka
batuan tersebut dapat melewatkan fluida yang ada direservoir dan batuan tersebut
berpotensi untuk menjebak hidrokarbon yang ada dalam reservoir. Pada hasil pembacaan
dari resistivity log pada track 2, garis yang dihasilkan cenderung berbelok kekanan
dimana semakin ke kanan maka suatu formasi mengandung batuan memiliki resistivitas
yang sangat tinggi karena apa bila garis semakin ke kiri itu menandakan formasi yang
mengandung air asin dimana resistivitas air asin sangat lah rendah. Jika garis pada track 1
berbelok ke iri dan track 2 berbelok kekanan maka itu bertanda bahwa adanya
hidrokarbon di formasi pada kedalaman tertentu, sebagaimana halnya pada kedalaman
1333-1335 m. Pembacaan pada track 1 dan track 2 hanya dapat mengetahui ada atau
tidaknya keberadaan hidrokarbon pada formasi di kedalaman tertentu, apabila ingin
mengetahui jenis hidrokarbon dalam batuan tersebut, harus dilakukan pembacaan pada
track 3 dimana keberadaan hidrokarbon ditandai oleh hasil pembacaan log neutron yang
garisnya berbelok kekiri dan log density yang garisnya berbelok kekanan sehingga
terjadinya cross over. Cross over yang besar menandakan jenis hidrokarbon yang
terkandung adalah gas, sedangkan apabila cross over tidak besar, maka menandakan jenis
hidrokarbon yang terkandung adalah minyak. Apabila tidak adanya cross over tetapi
kedua garis saling bertumpukan sehingga membentuk garis lurus, maka menandakan
bahwa jenis hidrokarbon yang terkandung adalah air. Pada kedalaman 1333-1335 track 3
menunjukan cross over yang tidak terlalu besar, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
jenis hidrokarbon yang terkandung adalah minyak.

4
BAB III
MUD PROPERTIES

Dalam praktikum ketiga, dibahas mengenai Mud Properties. Pada percobaan ini
dilakukan analisa secara kuantitatif dari data log sumur B-129 yang dalam percobaan
sebelumnya telah dilakukan analisa kualitatif untuk menentukan kedalaman zona yang
dianggap prospek mengandung hidrokarbon. Pada percobaan sebelumnya, telah
didapatkan fluida formasi akan didapatkan pada kedalaman dari 1762 meter sampai 1770
meter. Kedalaman tersebut dipilih dari 3 zona terpilih yang dianggap prospek
sebelumnya. Dua zona prospek lainnya yaitu berada pada kedalaman 1520 – 1529 meter
dan juga pada kedalaman 1604 – 1610 meter. Berdasarkan analisa kualitatif yang telah
dilakukan, dilihat pada track 1 yaitu pada log gamma ray dilihat terdapat defleksi kekiri,
track 2 deflkesi ke kanan dan terdapat crossover pada track ke-3. Dalam percobaan Mud
Properties ini, digunakan data-data yang terdapat pada header log sumur B-129. Data dari
header log yang dipakai untuk analisa kuantitatif Mud Properties ini antara lain
kedalaman dalam operasi logging (Depth – Logger), Resistivity of Mud, Resistivity of
Mud Filtrate, Resitivity of Mud Cake, dan juga Rm@To, Rmc@To, Rmf@To, dan juga
nilai temperatur dari Bottom Hole Temperature (BHT).
Analisa kuantitaif Mud Properties ini harus dilakukan dengan tujuan untuk
mendeteksi adanya mud filtrate, mud, dan mid cake yang mana kandungan tersebut
merupakan suatu pengoreksi. Mud Properties ini juga bertujan untuk melihat bermacam
faktor yang menjadi indikasi terjadi perubahan nilai resistivitas. Nilai resistivitas yang
berubah ini dapat mengindikasikan adanya kandungan hidrokarbon, dimana hal ini
digunakan untuk mengoreksi, menghitung nilai saturasi, dan lain-lain. Parameter yang
dapat ditentukan dalam percobaan Mud Properties ini yaitu gradien temperatur,
kedalaman zona prospek hidrokarbon dengan interval yang dihitung atau biasa disebut
sebagai Measure Depth, temperatur formasi, Rm@Tf, Rmf@Tf, dan juga Rmc@Tf.
Hal pertama yang perlu ditentukan dalam percobaan ini yaitu mencatat data-data
yang diperoleh dari data sumur log-129, dimana didapat RM BHT 107 °F, Trm senilai 37
°F, Trmf sebesar 23,5 °F, Trmc sebesar 23,7 °F. Selain data-data tersebut, dari data pada
header log juga diperoleh nilai TD dimana nilai depth yang digunakan yaitu Depth-
Logger. Dari header log, diperoleh Depth-Logger sebesar 2541 meter. Dan juga diperoleh
nilai Rm@To, Rmf@To, dan juga Rmc@To dengan nilai berturut-turut yaitu sebesar
3,66; 4,08; dan 2,97. Perhitungan pertama yang perlu dilakukan perhitungan nilai To.
Nilai To didapat dengan merata-ratakan nilai Trm, Trmf, dan Trmc. Dari perhitungan,
diperoleh nilai To sebesar 28,06666667 °F. Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu
melakukan perhitungan nilai gradien temperatur. Nilai gradien temperatur ini merupakan
perbandingan atas selisih RM BHT dan To dengan nilai Td. Dari perhitungan di dapat
nilai gradien temperatur yaitu sebesar 0,03106386. Nilai gradien yang positif
menunjukkan suatu pergerakan grafis dari temperatur yang berubah dengan gradien yang
mana temperatur ini akan terus meningkat semakin tinggi seiring dengan semakin

5
dalamnya suatu zona yang dilakukan operasi logging. Kemudian, dari kedalaman zona
yang dipilih yaitu pada kedalaman 1762 – 1770 meter. Zona ini dibagi menjadi 10 lapisan
dengan interval yang kita hitung. Interval di dapat dengan membagi 9 selisih dari
kedalaman akhir dan kedalaman awal pada interval tersebut. Dari perhtiungam diperoleh
nilai interval kedalaman sebesar 0,888888889 meter. Jadi, kedalaman zona ke-n pada
perhitungan yaitu pada kedalaman dengan menjumlahkan kedalaman 10 sebelumnya
dengan interval 0,888888889 meter.
Parameter selanjutnya yang perlu dilakukan perhitungan yaitu menghitung
temperatur pada masing-masing kedalaman yaitu pada 10 lapisan. Nilai temperatur yang
didapat yaitu dalam satuan Fahrenheit. Nilai temperatur pada formasi dapat ditentukan
dengan menambahkan tekanan di surface dengan perkalian antara gradien temperatur
dengan kedalaman. Kedalaman yang digunakan di sini adalah kedalaman yang hendak
diukur temperaturnya. Dari perhitungan yang telah dilakukan, nilai temperatur formasi
pada kedalaman 1762 meter yaitu sebesar 82,80123 °F. Selanjutnya diukur pada
1762,889 ; 1763,778 ; 1764,667 ; 1765,556; dan 1766,444 meter didapat nilai temperatur
pada formasi berturut-turut yaitu sebesar 82,82885; 82,85646 ; 82,88407 ; 82,91168 ;
82,93929 °F. Kemudian temperatur diukur pada kedalaman 1767,333 meter didapat
temperatur formasi sebesar 82,96691 meter. Selanjutnya, temperatur diukur pada
formasi1768,222 dan 1769,111 meter diperoleh temperatur pada formasi yaitu sebesar
82,99452 °F dan 83,02213. Terakhir, pada lapisan terakhir dari kedalaman yang dipilih
yaitu pada kedalaman 1770 meter diukur temperatur formasi dan didapat tekanan formasi
sebesar 83,04974 °F. Dari perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa semakin
ke bawah, maka nilai temperatur akan menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan adanya
geothermal profile yang memberikan panas.
Perhitungan dilanjutkan dengan menghitung nilai Rm pada formasi. Nilai Rm
merupakan resistivity mud yang mana nilai ini diukur sesuai kedalaman. Nilai resistivity
of mud yang didapat ohm-meter (Ω𝑚). Nilai resistivity mud diperoleh dengan melakukan
perkalian pada niai Rm@To dengan perbandingan nilai To dan Tf, dimana nilai To dan
Tf ditambah dengan 6,77. Dari perhitungan yang telah dilakukan pada kedalaman yang
dipilih didapat pada kedalaman 1762 meter diperoleh nilai Rm sebesar 1,423472644 Ω𝑚.
Selanjutnya pada kedalaman 1762,889 ; 1763,778 ; 1764,667 ; 1765,556; dan 1766,444 ;
1767,333 ; 1768,222 ; dan 1769,111 meter, diperoleh nilai Rm berturut-turut seebsar
1,423033962 ; 1,42259555 ; 1,422157408 ; 1,421719536 ; 1,421281933 ; 1,4208446 ;
1,420407536 ; dan 1,419970741 ohm meter. Kemudian, pada kedalaman terakhir didapat
nilai dari resistivity of mud yaitu pada kedalaman 1770 meter diperoleh resistivity sebesar
1,419534214 ohm-meter.
Selanjutnya adalah perhitungan Rmf pada tiap kedalaman. Persamaan yang
digunakan dalam penentuan Rmf mirip seperti perhitungan Rm pada formasi, tetapi nilai
yang digunakan bukan Rm@To, melainkan Rmf@To. Berdasarkan perhitungan,
diperoleh nilai resistivity of mud filtrate berdasarkan lapisan secara berurutan dari lapisan
pertama antara lain 1,586821964 ; 1,586332941 ; 1,585844219 ; 1,585355799 ;
1,584867679 ; 1,58437986 ; 1,583892341 ; 1,583405122 ; dan 1,582918203 ohm-meter.

6
Kemudian, diukur resistivity of mud cake dari masing-masing lapisan. Berdasarkan
perhitungan, diperoleh nilai resistivity of mud cake berdasarkan lapisan secara berurutan
dari lapisan pertama antara lain 1,155113047 ; 1,154757067 ; 1,154401307 ;
1,154045765 ; 1,153690443 ; 1,153335339 ; 1,152980454 ; 1,152625788; 1,152271339;
dan 1,151917108 ohm-meter. Dari perhitungan yang telah dilakukan, dapat dilihat nilai
resistivity of mud akan semakin kecil apabila diukur pada kedalaman yang semakin
dalam. Begitu juga pada nilai resistivity dari mud filtrate dan resistivity dari mud cake.
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan Mud Properties inidigunakan pada
percobaan selanjutnya yaitu pada percobaan Resistivity Correction. Dalam percobaan
mud properties ini, dilakukan perhitungan yang mana nilai resistivity yang didapat akan
digunakan untuk analisa selanjutnya, Seperti yang diketahui, air memiliki resistivitas
yang rendah, sedangkan fluida hidrokarbon memiliki nilai resistivitas yang lebih tinggi.
Hal ini dapat dianalisa dari nilai resistivitas mud, resistivoitas mud filtrate, dan resistivitas
mud cake.

7
BAB IV
CORRECTION RESISTIVITY

Pada tanggal 27 Maret 2022 praktikan melakukan percobaan keempat pada

laboratorium penilaian formasi mengenai resistivity correction dimana koreksi harus

dilakukan setalah praktikan mendapatkan nilai yang akurat. Dalam percobaan ini,

praktikan berkesempatan untuk mencari nilai-nilai dari data log B129 dimana pada data

log tersebut diketahui bit size sebesar 8.5 inch dan diameter alat 9.625 inch. Pertama-

tama praktikan harus menentukan kedalaman zona prospek tersebut sehingga didapat

pada kedalaman 1333 feet sampai 1335 feet, kemudian karena kedalaman tersebut dibagi

menjadi 10 zona, maka dicari nilai interval untuk melakukan penambahan kedalaman

setiap zonanya dengan cara mengurang kedalaman yang paling dalam dengan kedalaman

yang paling atas dan hasilnya dibagi 9 dan di dapat secata berurutan kedalaman tersebut

adalah 1333, 1333.22222, 1333.44444, 1333.66666, 13333.88888, 1334.11111,

1334.33333, 1334.55555, 1334.77777, dan 1335.

Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai hmc yang didapat dari diameter

lubang bor dikurang bit size dan dibagi 2 dengan begitu nilai mutlak yang didapat dari

percobaan adalah 0.25 inch. Stand off merupakan nilai jarak antara lubang dengan alat

yang dapat dihitung dari pengurangan dari bore hole dan bit size yang dibagi dengan 2

dimana hasil stand off dari semua zona adalah 0.3125 inch. untuk menentukan nilai CILD

maka dibutuhkan pembacaan ILD pada data log B129 dan didapat secara berurutan

adalah 2 Ωm,2 Ωm,5 Ωm, 7 Ωm, 10 Ωm, 800 Ωm, 400 Ωm,10,9 Ωm, dan 5.5 Ωm, yang

kemudian untuk menentukan nilai CILD dengan membagi 1000 dengan nilai ILD

8
masing-masing setiap zona sehingga didapat hasil secara berurutan, yaitu 500 Ωm, 500

Ωm, 200 Ωm, 142.85 Ωm, 100 Ωm, 1.25 Ωm, 2.5 Ωm, 100 Ωm, 111.11 Ωm, dan 181.81

Ωm yang kemudian dicari nilai koreksinya (CILD Corr) dengan mengurangi nilai-nilai

tersebut dengan hs atau hole signel yang bernilai 3 sehingga besar CILD Corr yang

didapat secara berurutan adalah 497 Ωm, 497 Ωm, 197 Ωm, 139.85 Ωm, 97 Ωm, -1.75

Ωm, -0.5 Ωm, 97 Ωm, 108.1 Ωm, dan 178,81 Ωm. Setelah itu nilai CILD Corr ini

digunakan untuk mencari nilai RILD Corr yang memiliki rumus 1000/CILDCorr dan

secara berututan hasil perhitungan setiap zonanya adalah 2.01 Ωm, 2.01 Ωm, 5.07 Ωm,

7.15 Ωm, 10.3 Ωm, -571.42 Ωm, - 2000 Ωm, 10.3 Ωm, 9.25 Ωm, dan 5.6 Ωm. Terakhir,

dibutuhkan nilai resistivitas pada flushed zone dimana merupakan zona yang dapat

tercapai oleh lumpur pemboran dimana untuk mencari nilai-nilai dari resistivitas pada

flushed zone (Rxo) dibutuhkan pembacaan MSFL dari data log B129 yang secara

berurutan adalah 4, 4, 3, 100, 6, 30, 100, 60, 6, dan 9 dan nilai rmsfl/rmc secara berurutan

adalah 4.15, 4.15, 3.11, 103.84, 6.23, 31.15, 103.84, 62.3, 6.23, 9.3 yang kemudian hasil

dari perkalian antara msfl/rmc dengan msfl menghasilkan nilai Rxo yang secara berurutan

adalah 3.6 Ω𝑚,3.6 Ω𝑚, 2.61 Ω𝑚, 300 Ω𝑚, 5.88 Ω𝑚, 90 Ω𝑚, 300 Ω𝑚, 180 Ω𝑚, 5.8

Ω𝑚, dan 10.98 Ω𝑚.

9
BAB V
SATURATION PARAMETER
Dalam percobaan kelima praktikum penilaian formasi ini, dibahas mengenai
Saturation Parameter dengan dilakukannya suatu interpretasi logging dari data logging
B-137. Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui jenis-jenis batuan atau lithologinya lalu dilakukannya nilai koreksi dari
pembacaan data log. Dalam praktikum kali ini, praktikkan dapat menghitung penentuan
nilai saturation parameter ini yaitu untuk mengetahui parameter-parameter yang
digunakan untuk melakukan perhitungan saturasi dan porositas yang nantinya nilai nilai
tersebut juga dikoreksi terhadap nilai parameter – parameter yang diperoleh disebabkan
oleh faktor – faktor yang dapat mempengaruhi nilai interpretasi secara kualitatif
maupun interpretasi kuantitatif.
Terdapat beberapa parameter – parameter yang dapat diperhatikan dalam praktikum
saturation ini berupa kedalaman tiap zona prospek yang dibagi menjadi sepuluh zona
yang kemudian dilanjuti hasil pembacaan data kualitatif hasil rekaman data logging
reading yang diperoleh dari ketiga track berupa nilai NPHI, RHOB, diameter lubang bor
atau diameter hole sebagai hasil pembacaan dari log caliper, height mud cake atau
ketebalan mud cake, temperature formasi dan dilakukan perhitungan untuk nilai
parameter NPHI%, ∅Ncorr, ∅Dcorr. Serta nilai Parameter NPHI yaitu diameter hole,
height mud cake dan nilai temperatur formasi yang nilainya didapatkan dari hasil
koreksi dengan cara melihat Schlumberger Log Interpretation Chart. Yang nantinya
hasil koreksi interpretasi data – data tersebut digunakan untuk menentukan nilai ∅Ncorr.
∅Ncorr ini dapat dihitung dengan suatu persamaan.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah untuk menentukan zona yang
kemungkinan atau biasa disebut prospek pada kedalaman tersebut terdapat hidrokarbon.
Berdasarkan Analisa kualittaif zona prospek hidrokabonnya berada di kedalaman 1762
meter hingga 1770 meter. Selanjutnya, daerah ini dibagi menjadi 10 zona dengan
menggunakan rumus, dimana pada zona pertama berada di kedalaman 1762 meter lalu,
di zona ke 2 di kedalaman 1762,89 meter. zona ke 3 berada di kedalaman 1763,78
meter, zona ke 4 berada di kedalaman 1764,67 meter, zona 5 berada di kedalaman
1765,56 meter, zona ke 6 berada di kedalaman 1766,44 meter zona, selanjutnya adalah
zona ke 7 yang berada di kedalaman 1767,33 meter, zona ke 8 berada di kedalaman
1768,22 meter, zona ke 9 berada di kedalaman 1769,11 meter, dan terakhir adalah zona
ke 10 yang berada di kedalaman 1770 meter.
Pada percobaan ini, kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan
interpretasi pada data log sumur B-137. Data log yang perlu dibaca pada percobaan ini
adalah NPHI dan RHOB. Kedua jenis log ini berada pada track ke-3 dimana merupakan
log porositas. Kemudian, pembacaan log track tiga ini dilakukan untuk mendapatkan
hasil interpretasi kualitatif yaitu mencari nilai NPHI yang praktikkan dapatkan pada
kedalaman 1762 meter yaitu sebesar 0,22. Pada kedalaman 1762,89 meter sebesar 0,19.
Pada kedalaman 1763,78 meter sebesar 0,19. Pada kedalaman 1764,67 meter sebesar
0,19. Selanjutnya adalah pada kedalaman 1765,56 sebesar 0,21. Pada kedalaman
1766,44 meter dan pada kedalaman 1767,33 diperoleh nilai pembacaan yaitu sebesar

10
0,21 dan 0,22. Pada kedalaman 1768,22 diperoleh nilai pembacaan 0,21. Kemudian,
pada kedalaman 1769,11 diperoleh hasil pembacaan sebesar 0,15.
Terakhir yaitu nilai NPHI untuk kedalaman 1770 meter yaitu sebesar 0,27. Langkah
selanjutnya adalah membaca atau biasa disebut sebagai interpretasi data log yaitu pada
RHOB. Dari hasil pembacaan log didapat nilai RHOB berturut-turut dari lapisan paling
atas antara lain 2,45 ; 2,32 ; 2,28 ; 2,31 ; 2,285 ; 2,28 ; 2,24 ; 2,27 ; 1,9; dan terakhir
adalah 2,1. Setelah didapat nilai NPHI dan RHOB, langkah selanjutnya adalah
menjadikan NPHI sebagai bilangan persen dengan mengkalikannya 100. NPHI
mengacu pada log porositas berdasarkan efek pembentukan pada neutron cepat yang
dipancarkan oleh sumber. Hidrogen sejauh ini memiliki efek terbesar dalam
memperlambat dan menangkap neutron. Karena hidrogen ditemukan terutama dalam
cairan pori, log porositas neutron terutama merespon porositas.
Dalam percobaan ini, hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menentukan
parameter-parameter NPHI yang mana terdiri dari DH, HMC, dan Tf. Nilai DH, HMC,
dan Tf dapat diperoleh melalui Schlumberger Chart porr 14C. Nilai DH pada parameter
NPHI berturut-turut pada zona 1 sampai 10 antara lain sebagai berikut -0,5 , -3,1 , -3 , -
3,2 , -1,1 , -1 , -0,8 , -1,15 , -0,1 , dan yang terakhir adalah -1,2. Selanjutnya untuk nilai
HMC digunakan chart yang sama, tetapi untuk kolom yang digunakan adalah mud
thickness pada sumbu y. Setelah dilakukan pemetaan, didapat nilai-nilai HMC dari
lapisan 1 sampai 10 berturut-turut sebagai berikut =1,3 , -2,4 , -2,2 , -2,8 , -4,1 , -4 , -1 ,
0 , -2,8 , dan terakhir adalah -1. Untuk parameter NPHI yang terakhir yaitu adalah
temperatur pada formasi, di mana hal ini biasa disebut sebagai Tf. Setelah dilakukan
pemetaan pada chart Schlumberger, didapat nilai parameter NPHI pada Tf secara
berturut-turut dari lapisan paling atas yaitu -2,7 , -4,6 , -4,6 , - 1,6 , -1,6 , -2,7 , -1,6 ,
=0,6 , dan terakhir adalah -2,8.
Sesudah didapatmya parameter nilai nilai DH, HMC, dan Tf pada parameter NPHI
pada kedalaman zona prospek praktikkan dapat melakukan perhitungan untuk dapat
menentukan nilai dari porositas neutron correction. Nilai ini didapat dengan
menjumlahkan NPHI%, dan parameter-parameter NPHI antara lain DH, HMC. Dam Tf.
Adapun nilai ini secara berturut-turut sebagai berikut 17,5 , 8,9 , 9,2 , 8,4 , 14,2 , 14,4 ,
17,5 , 18,25 , 11,5, dan terakhir yaitu berniai 22. Sedangkan untuk nilai porositas
density corr didapat secara berturutturut dari kedalaman paling atas yaitu 15,2047 ,
22,807 , 25,1462 , 23,3918 , 24,8538 , 25,1462 , 27,4854 , 25,731 , 47,3684, dan
terakhir yaitu dengan nilai 35,6725.
Dalam kegiatan logging menentukan parameter ini, log perlu dikalibrasi untuk
membaca porositas yang benar dengan asumsi bahwa pori-pori diisi dengan air tawar
dan untuk matriks tertentu (batu kapur, batu pasir atau dolomit). Ini disajikan dalam
satuan porositas untuk matriks yang dipilih. Log lama disajikan dalam hitungan per
detik atau unit API. Kedalaman penyelidikan beberapa inci, sehingga log dibaca
terutama di zona memerah. Log porositas neutron sangat dipengaruhi oleh tanah liat dan
gas. Hidrogen terjadi di tanah liat dan mineral terhidrasi serta cairan pori. Gas memiliki
densitas hidrogen yang rendah, sehingga zona gas memiliki porositas semu yang sangat
rendah.
Yang perlu diperhatikan adalah jarak yang mencirikan seberapa jauh alat logging
mengukur ke dalam formasi dari muka pahat atau dinding lubang bor. Kedalaman
penyelidikan merangkum respons radial pengukuran dalam satu atau lebih arah. Untuk

11
pengukuran nuklir dan resistivitas, kedalaman penyelidikan harus dikaitkan dengan
persentase sinyal yang diterima dari kedalaman tersebut, biasanya 50% atau 90%.
Dimana angka tersebut merupakan angka yang cukup besar.

BAB VI
POROSITAS EFEKTIF

Pada percobaan yang dilakukan hari senin tanggal 04 April 2022 pada percobaan
ke enam, praktikan melakukan peraktikum penilaian formasi via zoom dengan
mempelajari materi mengenai porositas efektif. Materi mengenai porositas efektif
tersebut tidak lagi asing bagi para mahsiswa dan mahasiswi lain karena pada semester
muda pun porositas efektif sudah dikenal oleh para mahasiswa dan mahasiswi trisakti,
akan tetapi pada praktikum penilaian formasi ini nilai yang digunakan untuk mencari
porositas efektif adalah dari data log yang terdapat pada track pertama karena pada track
pertama kami dapat melihan tingkat permeabilitas dan porositas suatu zona. Porositas
efektif merupakan pori-pori batuan yang saling berhubungan, karena saling
berhubungan maka peluang untuk mendapatkan jumlah hidrokarbon yang sangat besar
karena bisa jadi suatu fluida berada dalam 1 pori yang sama dan saling berhubungan.
Jadi dapat dikatakan, apabila suatu batuan memiliki porositas yang baik maka akan
memiliki permeabilitas yang baik dimana permeabilitas adalah kemampuan suatu
batuan untuk melewatkan fluida.

Pada track 1 untuk mengetahui zona permeable digunakan log GR dan log SP
dimana GR Log adalah Gamma Ray Log dan SP Log adalah Spontaneous Log. Dari
hasil pembacaan log, nilai GR Log pada kedalaman 1333 adalah 24, pada kedalaman
1333.22 adalah 20, pada kedalaman 1333.44 adalah 18, pada kedalaman 1333.66 adalah
14, pada kedalaman 1333.88 adalah 12, pada kedalaman 1334.11 adalah 12, pada
kedalaman 1334.33 adalah 14, pada kedalaman 1334.55 adalah 18, pada kedalaman
1334.77 adalah 20, dan yang terakhir pada kedalaman 1335 adalah 24 dan nilai SP Log
pada kedalaman 1333 adalah -34, pada kedalaman 1333.22 adalah -34, pada kedalaman
1333.44 adalah -34, pada kedalaman 1333.66 adalah -35, pada kedalaman 1333.88
adalah -35, pada kedalaman 1334.11 adalah -34, pada kedalaman 1334.33 adalah-34,
pada kedalaman 1334.55 adalah -34, pada kedalaman 1334.77 adalah-33, dan yang

12
terakhir pada kedalaman 1335 adalah -33. Dalam excel ini, dibutuhkan juga beberapa
data dari table saturation parameter untuk mencari besar Vsh GR dimana nilai tersebut
didapat dari pengurangan dari GR pada kedalaman tertentu dan GR min dibandingkan
dengan pengurangan dari GR max dan GR min, lalu penentuan nilai Vsh SP yang
didapat dari pengurangan SP min dan SP log pada kedalaman tertentu dibandingkan
dengan pengurangan SP min dan SP max, kemudian dibutuhkan juga data dari table
porositas yang telah dicari pada percobaan 5 yaitu nilai 𝟇Dsh, 𝟇Nsh, 𝟇NCorr, dan
𝟇DCorr untuk mencari nilai 𝟇NCorr**, 𝟇DCorr**, dan 𝟇Effectif. Untuk mencari nilai
𝟇NCorr** adalah dengan mengurangi nilai 𝟇NCorr dengan hasil perkalian dari 𝟇Nsh
dan VshGR yang kemudaian didapat hasilnya secara berurutan adalah 35.38, 45.9,
49.91, 49.93, 54.94, 62.44, 54.43, 50.41, 44.4, dan 25.38. Selanjutnya nilai dari
𝟇DCorr** didapat dari nilai 𝟇DCorr yang dikurangi dengan hasil kali antara VshGR
dan 𝟇Dsh sehingga didapatkan hasil secara berurutan adalah 26.95, 33.06, 45.2, 51.32,
57.41, 51.35, 45.26, 39.15, 33.06, dan 26.16. Setelah mendapatkan nilai dari 𝟇NCorr**
dan 𝟇DCorr**, barulah praktikan dapat mencari nilai dari porositas effective dimana
porositas efektif didapat dari penjumlahan antara 𝟇NCorr** dan 𝟇DCorr** yang
kemudian hasilnya dibagi dengan dua sehingga di dapatkan nilai porositas efektif pada
kedalaman 1333 adalah 31.16, pada kedalaman 1333.22 adalah 39.48, pada kedalaman
1333.44 adalah 47.56, pada kedalaman 1333.66 adalah 50.62, pada kedalaman 1333.88
adalah 56.17, pada kedalaman 1334.11 adalah 56.89, pada kedalaman 1334.33 adalah
49.84, pada kedalaman 1334.55 adalah 44.78, pada kedalaman 1334.77 adalah 38.73,
dan yang terakhir pada kedalaman 1335 adalah 26.16.

13
BAB VII

RESISTIVITAS AIR FORMASI 1

Pada praktikum kali ini, praktikan diajarkan mengenai penentuan resistivitas air.
Pada dasarnya, metode pencarian resistivitas air dibagi menjadi beberapa metode,
seperti metode menggunakan spontaneous potential, metode archie, metode rasio,
metode cross plot, serta metode apparent water resistivity. Pada praktikum ini hanya
digunakan 3 metode. Sebelum masuk ke ketiga metode tersebut, praktikan harus
menetukan zona prospek yang megandung air. Dengan cara melihat dari track 1, dimana
letak zona yang permeable, yang mana bisa dilihat dari nilai SP Log dan juga gamma
ray yang kecil atau garis tracknya mengarah ke kiri. Lalu lihat dari track 2, yang mena
merupakan log resistivitas, dari track ini kita mencari resistivitas mana yang kecil
namun tidak teralu kecil, setelah itu praktikan melihat ke track 3, pada track ini kita
meliat yang yang ada cross plot yang kecil, karena kalau besar itu kemungkinan terisis
oleh gas, kalau sedang kemungkinan terisi oleh minyak, dan jika kecil, kemungkinan
terisi oleh air, karena kita mencari resistivtas air, maka kita mencari formasi yang
kemungkinan mengandung air, yang mana mempunyai cross plot yang kecl. Kedalaman
pada sumur B-132 yang mengandung air adalah dari kedalaman 1772 hingga 1776 m.
Dari kedalaman tersebut dibagi menjadi 10 zona kedalaman. Setelah ditetuakan
kedalamannya yang urut melalui interval kedalaman yang hasilnya 0,44 maka
selanjutnya dilakukan metode percobaan yang pertama. Metode yang pertama metode
menggunakan Spontaneous Potential (Rw from SP). Metode ini, pertama-tama
praktikan harus melihat pada track 1, dan melihat berapa nilai atau harga dari
spontaneous potential yang tepat pada kedalaman yang telah ditentukan. Harga SP Log
dari setiap zona yang telah ditentukan secara berurutan adalah -5 ; - 10 ; -18 ; -30 ; -35 ;
-42 ; -44 ; -45 ; -44 ; -40. Dari data SP log ini, praktikan harus mencari nilai SSP yang
merupakan perkalian antara nilai SP log dengan Corretion Factor yang bernilai 1. Nilai
SSP yang didapat dari setiap kedalaman yang sudah ditentukan adalah sama dengan
nilai SP yang sudah diketahui karena dari rumus SSP hanya dikali dengan 1, maka
hasilnya akan sama dengan nilai SP log awal.
Nilai Kc yang diperoleh secara berurutan adalah 83,140 ; 83,144 mD ; 83,147 mD ;
83,150 mD ; 83,154 mD ; 83,157 mD ; 83,160 mD ; 83,164 mD ; 83,167 mD ; 83,171
mD. Lalu selanjutnya mencari nilai Rmf yang mana rumusnya sama dengan rumus
untuk mencari Rmf@Tf pada percobaan 3 yaitu Mud Properties, yang didapat nilainya
secara berturut adalah 0,4070 Ω𝑚 ; 0,4069 Ω𝑚 ; 0,4069 Ω𝑚 ; 0,4068 Ω𝑚 ; 0,4068
Ω𝑚 ; 0,4067 Ω𝑚 ; 0,4066 Ω𝑚 ; 0,4066 Ω𝑚 ; 0,4065 Ω𝑚 ; 0,4064 Ω𝑚. dengan satuan
Ωm. Selanjutnya, untuk mencari nilai Rmfe, dalam mencari nilai Rmfe, apabila
Rmf@Tf yang telah dicari lebih besar dari 0,1, maka nilai Rmfe dicari dengan
menggunakan rumus. Jika nilai Rmf@Tf kurang dari 0,1, maka nilai Rmfe dicari
menggunakan chart SP-2.

14
Pada praktikum ini, Rmfe dicari dengan menggunakan rumus, karena nilai rmf-nya
lebih dari 0,1 dilihat dari perhitungan rata-rata nilai Rmf yaitu 0,7032. Nilai Rmfe pada
setiap kedalaman adalah 0,346 Ω𝑚 ; 0,3459 Ω𝑚 ; 0,3458 Ω𝑚 ; 0,3458 Ω𝑚 ; 0,3457
Ω𝑚 ; 0,3457 Ω𝑚 ; 0,3456 Ω𝑚 ; 0,3456Ω𝑚 ; 0,3455 Ω𝑚 ; 0,3455 Ω𝑚. Kemudian,
mencari nilai Rwe yang dapat ditentukan dengan rumus. Nilai Rwe pada setiap
kedalaman adalah 0,425 Ω𝑚 ; 0,425 Ω𝑚 ; 0,4 Ω𝑚 ; 0,35 Ω𝑚 ; 0,2 Ω𝑚 ; 0,35 Ω𝑚 ;
0,35 Ω𝑚 ; 0,3 Ω𝑚 ; 0,42 Ω𝑚 ; 0,52 Ω𝑚. Setelah semua data perhitungan telah
diketahui, maka Langkah selanjutnya mencari nilai Rw dengan menggunakan Chart
Schlumberger SP-2 dan menggunakan data-data nilai Rwe dan Tf pada setiap
kedalaman. Maka nilai Rw diperoleh disetiap kedalaman adalah 0,4070 Ω𝑚 ; 0,4069
Ω𝑚 ; 0,4069 Ω𝑚 ; 0,4068 Ω𝑚 ; 0,4068 Ω𝑚 ; 0,4067 Ω𝑚 ; 0,4066 Ω𝑚 ; 0,4066 Ω𝑚 ;
0,4065 Ω𝑚 ; 0,4064 Ω𝑚.
Lalu selanjutnya menghitung Rw dengan Resistivity Ratio Method, yang artinya
pembandingan antara nilai di zona Uninvaded dan zona Invaded (zona jauh dan zona
dangkal) yang mana memiliki beberapa parameter, yaitu Tf, Rt, Rxo, Rmf@Tf, dan Rw.
Pada Rt dan Rxo dapat ditentukan dari pembacaan track 2 yang mana membaca ILD
yang ada di zona Uninvaded serta MSFL yang berada di zona Invaded (Zona Dangkal).
Nilai Rmf dapat ditentukan dari percobaan menggunakan SP method. Untuk mencari
nilai Resistivitas air dengan metode terakhir yaitu metode Archie yang mana biasa
digunakan pada formasi yang bersih atau clean formation dan dibutuhkan parameter-
parameter yaitu Tf dan Rt yang dapat dilihat pada data Resistivity Ratio Method. Dan
dilakukan pembacaan pada log track 3 untuk menentukan nilai NPHI dan RHOB.
Sebelumnya untuk metode Archie, nilai Rt itu dibagi dengan 100.Selanjutnya, setelah
didapatkan nilai RHOB dan NPHI maka praktikan dapat menentukan nilai øD yang
dibutuhkan parameter 𝜌ma dan 𝜌fluida yang sudah diperoleh nilainya yaitu 2,65 (batuan
sandstone) dan 1. Nilai øD berturut-turut adalah 10,30; 16,97; 19,39; 20,00; 16,36;
15,76; 17,58; 18,18; 21,21; dan 27,27.
Selanjutnya menentukan nilai øN yang didapatkan dengan rumus NPHI dikalikan
dengan 100 maka hasilnya adalah 30, 28, 29, 29, 27, 29, 28, 27, 33, dan 33. Setelah
parameter tersebut terpenuhi maka dapat mencari nilai øEffective dengan rumus øD
ditambahkan dengan øN lalu dibagi 2 yang masilnya ditiap kedalaman adalah 10,30 ;
16,97 ; 19,39 ; 20,00 ; 16,36 ; 15,76 ; 17,58 ; 18,18 ; 21,21 ; 27,27. Dalam menghitung
nilai Factor Formation (F) diperlukan parameter a dan m yang mana nilai a adalah 1 dan
m adalah 2 dan nilai F ditiap kedalaman adalah 419.15 ; 378.32 ; 932.36 ; 599.46 ;
409.49 ; 98.616 ; 107.52 ; 117.68 ; 98.61 ; 59.23. Selanjutnya menghitung nilai Rwa
yang didapatkan dengan rumus nilai Rt dibagi dengan nilai F dan hasilnya dibagi
dengan 1000 maka nilai Rwa tiap kedalaman adalah 0.0357 Ω𝑚 ; 0.0396 Ω𝑚 ; 0.0171
Ω𝑚 ; 0.0300 Ω𝑚 ; 0.0610 Ω𝑚 ; 0.1419 Ω𝑚 ; 0.1674 Ω𝑚 ; 0.1274 Ω𝑚 ; 0.1014 Ω𝑚 ;
0.1350 Ω𝑚. Penentuan Resistivity Air ditentukan dari nilai Rwa yang paling kecil, dari
data yang sudah dihitung nilai Rwa terkecil 0,0357.

15
BAB VIII
RESISTIVITAS AIR FORMASI 2

Pada percobaan yang dilakukan hari senin tanggal Pada tanggal 23 Mei 2022, praktikan

melakukan peraktikum penilaian formasi via zoom dengan mempelajari materi

mengenai resistivitas air formasi dimana materi mengenai resistivitas air tersebut tidak

lagi asing bagi para mahsiswa dan mahasiswi lain karena pada semester muda pun

resistivitas sudah dikenal oleh para mahasiswa dan mahasiswi trisakti, akan tetapi pada

praktikum penilaian formasi ini nilai yang digunakan untuk mencari restivitas air

formasi adalah dari data log yang terdapat pada track kedua karena pada track kedua

kami dapat melihan tingkat resistivitas dan konduktivitas suatu formasi. Resistivitas air

merupakan ketahanan batuan terhadap air formasi dimana nilai resistivitas pada

percobaan kali ini dicari untuk di plot pada sumbu x dan porositas efektif pada sumbu y.

Porositas efektif merupakan pori-pori batuan yang saling berhubungan, karena saling

berhubungan maka peluang untuk mendapatkan jumlah hidrokarbon yang sangat besar

karena bisa jadi suatu fluida berada dalam 1 pori yang sama dan saling berhubungan.

Jadi dapat dikatakan, apabila suatu batuan memiliki porositas yang baik maka akan

memiliki permeabilitas yang baik dimana permeabilitas adalah kemampuan suatu

batuan untuk melewatkan fluida. Pada track 2 pembacaan dari nilai resistivitas secara

berurutan pada kedalaman 1562 adalah 15, pada kedalaman 1562.5556 adalah 14, pada

kedalaman 1563.11111 adalah 12, pada kedalaman 1563.66667 adalah 11, pada

kedalaman 1564.22222 adalah 10, pada kedalaman 1564.77778 adalah 10, pada

kedalaman 1565.33333 adalah 10, pada kedalaman 1565.88889 adalah 10, pada

16
kedalaman 1566.44444 adalah 10, dan pada kedalaman 1567 adalah 9.5. Dalam excel

ini, dibutuhkan juga nilai GR untuk mencari Vsh GR pada masing-masing kedalaman,

data yang di dapat dari pembacaan GR log secara berurutan adalah

49,42,47,52,54,46,49,36,37, dan 35. Vsh GR dapat diperoleh dari pengurangan dari GR

pada kedalaman tertentu dan GR min dibandingkan dengan pengurangan dari GR max

dan GR min, Nilai vsh GR yang di dapat secara berurutan adalah 0.354, 0.290, 0.336,

0.381, 0.4, 0.327, 0.354, 0.236, 0.245, dan 0.227. kemudian dibutuhkan juga data dari

pembacaan NPHI dan RHOB agar mendapatkan Nilai Por N dan Por D yang nantinya

akan digunakan untuk mencari nilai porositas efektif. Nilai NPHI yang diperoleh pada

masingmasing kedalaman secara berurutan adalah 0.24, 0.24, 0.3, 0.36, 0.23, 0.22,

0.245, 0.28, 0.24, dan 0.244 dan Nilai Por N yang diperoleh secara berurutan adalah

1.46, 1.46, 1.42, 1.38, 1.46, 1.47, 1.45, 1.43, 1.46, dan 1.45. Nilai RHOB yang

diperoleh pada masing-masing kedalaman secara berurutan adalah 2.3, 2.2, 2.2, 2.11,

2.18, 2.28, 2.25, 2.23, 2.3, dan 2.22 dan Nilai Por D yang diperoleh secara berurutan

adalah 0.21, 0.27, 0.27, 0.32, 0.28, 0.22, 0.24, 0.25, 0.21, dan 0.26. Setelah

mendapatkan nilai Por N dan Por D, barulah dapat mencari besar dari Porositas efektif.

Nilai Porositas efektif yang diperoleh pada praktikum kali ini secara 0.836, 0.866,

0.848, 0.857, 0.857, 0.8848, 0.85, 0.845, 0.836, dan 0.859. Setelah mendapatkan nilai

resistivitas dan porositas effective, praktikan memplot grafik kemudian mencari garis

saturasi air pada 100%, saturasi air pada 50%, dan saturasi air pada 25% dengan cara

menentukan sembarang nilai porositas efefektif kemudian dicari besar resistivitasnya

dengan cara membagi hasil dari a dikali rw dengan hasil kari dari sw pangkat n dan

porositas pangkat m dimana a, m, dan n merupakan nilai yang tetap berdasarkan jenis

batuan yang terkandung dalam formasi tersebut sehingga di dapat nilai saturasi air pada

100% di porositas 1, 0.1, dan 0.01 secara berurutan adalah 0.065, 9.2275, dan 1309.96,

17
saturasi air pada 50% di porositas 1, 0.1, dan 0.01 secara berurutan adalah 0.26, 36.91,

dan 5239.87, dan saturasi air pada 25% di porositas 1, 0.1, dan 0.01 secara berurutan

adalah 1.04, 147.64, dan 20959.5119.

BAB IX
SATURASI AIR FORMASI

Pada tanggal 30 Mei 2022, praktikan melakukan percobaan laboratorium penilaian

formasi mengenai saturasi air via zoom dimana Saturasi air atau kejenuhan air adalah

besarnya fraksi dari poripori batuan formasi yang terisi oleh air. Simbol untuk saturasi

air adalah Sw. Perhitungan saturasi air dapat dibagi menjadi dua perhitungan Sw, yaitu

pada clean formation dan shaly formation. dalam percobaan yang menggunakan excel

ini dibutuhkan nilai dari kedalaman zona prospek, temperature formasi, resistivitas,

porositas effektif, Vsh GR, Rw, Rmf/Rw, Rxo/Rt yang kemudian nilai-nilai tersebut

dapat membantu dalam mencari nilai saturasi air formasi dengan 4 metode yaitu metode

Archie, metode ratio, metode simandoux, dan metode Indonesia. Sebelumnya terdapat

pula nilai-nilai yang dibutuhkan diluar table seperti rtsh, a, n, m, dan C dimana a,m,n

adalah nilai ketetapan yang bergantung pada jenis batuan yang terkandung dalam

formasi tersebut. A merupakan factor turtuositas, m merupakan factor sementasi, dan n

merupakan eksponen saturasi. Pada percobaan kali ini nilai rtsh adalah 10, a adalah

0.65, n adalah 2, m adalah 2.15, dan C adalah 0.45. Kemudian Adanya shale atau serpih

dalam suatu formasi dapat menyebabkan kekeliruan dalam pehitungan porositas dan

saturasi air. Ketika shale terdapat dalam suatu formasi, maka peralatan log porositas

seperti sonic log, density log, dan neutron log akan merekam harga porositas yang

terlalu besar. Perhitungan volume shale dibutuhkan untuk mengoreksi log-log porositas

18
yang akan digunakan untuk perhitungan porositas efektif. Pertama -tama menghitung

saturasi air dengan metode pertama yaitu metode archie yang didapat dari hasil

perkalian antara hasil dari pembagian a dengan porositas effektif dan pembagian rw

dengan rt yang dipangkatkan seper n dan mendapatkan nilai saturasi air pada masing-

masing kedalaman secara berurutan adalah 3.66, 3.18, 5.08, 0.08, 0.0942, 0.0944,

0.0938, 0.092, dan 0.1. Kemudian hitung saturasi air dengan metode kedua yaitu

metode ratio dimana hasil perhitungannya pada kedalaman 1562, 1562.5556,

1563.11111, 1563.66667, 1564.22222, 1564.77778, 1565.33333, 1565.88889,

1566.44444, dan 1567 adalah sama yaitu 100. Selanjutnya, hitung saturasi air

menggunakan metode ketiga yaitu metode simandoux yang secara berurutan

menghasilkan nilai 2.11, 2.75, 2.77, 2.33, 2.46, 2.83, 2.46, 2.83, 2.67, 3.47, 3.38, dan

3.73. Kemudian cari nilai saturasi air dengan metode Indonesia yang menghasilkan nilai

secara berurutan adalah 3.91, 5.77, 5.32, 4.74, 4.86, 6.64, 5.85, 11.45, 10.72, dan 12.90.

menentukan ketebalan dari suatu zona produktif dari suatu reservoir diperlukan harga

cut-off. Cut-off tersebut dapat terbagi menjadi dua yaitu cut-off lithology dan cut-off

saturasi. Yang mana pada cut-off lithology yang menjadi batasan adalah nilai volume

shale, porositas, dan permeabilitas. Cut-off lapisan atau batasan lapisan merupakan

suatu nilai yang menjadi acuan untuk menghilangkan bagian reservoir yang dianggap

tidak produktif. Nilai cut- off dapat ditentukan dari data log, data core, data test

produksi dan pengalaman lapangan.

19
BAB X

CUT OFF DAN PENENTUAN CADANGAN

Pada percobaan ke sepuluh yang membahas tentang cutoff dan cadangan dari
laboratorium penilaian formasi ini adalah cutoff ini adalah Secara harfiah, cutoff berarti
suatu nilai batas. Nilai cut-off disesuaikan dengan karakter fisik dari reservoir. Nilai
cut-off bersifat subektif, tergantung dari keputusan suatu perusahaan. Nilai cut-off ini
ditentukan oleh karakter dari reservoir. nilai volume shale, porositas, dan permeabilitas.
Cut-off lapisan atau batasan lapisan merupakan suatu nilai yang menjadi acuan untuk
menghilangkan bagian reservoir yang dianggap tidak produktif. Nilai cut-off dapat
ditentukan dari data log, data core, data test produksi dan pengalaman lapangan. Faktor
yang paling dipengaruhi adalah nilai dari ketebatan efektif dari interval aliran.Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Nilai Cut-Off Efek Pembacaan Skala Saat Logging
Net pay diperoleh dari pembacaan (resolusi spasial) dari well logging. Conventional log
sampling interval adalah 0,15 m sehingga setiap data berhubungan dengan ketebalan
sub-layer 0,15 m. Resolusi menunjukkan ketebalan lapisan minimum di mana log akan
merekam nilai parameter yang benar setelah dikoreksi dengan kondisi lingkungan
reservoir.Tipe batuan tipe batuan sangat mempengaruhi nilai cut-off karena adanya
perbandingan petrofacies dari batuan. Contohnya cut-off untuk sandstone dan carbonate
berbeda karena proterti petrofacies dari sandstone dan carbonate berbeda. Bahkan dalam
jenis batuan carbonate pun nilai cut-off dibedakan untuk limestone dan dolomite. Nilai
cut-off tersebut memberikan beberapa karakteristik, yaitu nilai dinamis dari reservoir
dan sinergis meskipun nilai cut-off dari Vsh, ø, dan Sw awalnya berhubungan dengan
dengan net sand, net reservoir, dan klasifikasi net pay. Praktikan memilih zona prospek
pada kedalaman dari 1741 hingga 1750 ft dan kemudian telah di bagi menjadi 10 zona
yang memiliki interval sebesar 1. Yang dimana interval ini sebagai nilai h yang di

20
dapat. Lalu selanjutnya adalah menentukan nilai dari porositas efektif yang akan didapat
menggunakan rumus yang telah di tentukan dan mendapatkan nilai dari kedalaman zona
1 hingga 10 secara berurutan yaitu 0,0127; 0,0122 ; 0,0125 ; 0,01235 ; 0,01205 ; 0,0125
; 0,012475 ; 0,0155 ; 0,0127 dan 0,01232.

Setelah didapatkan nilai dari porositas effektif lalu selanjutnya yaitu menentukan
nilai dari vsh atau volume shale yag dimana volume shale itu didapatkan dari percobaan
sebelumnya maka telah didapatkan nilai sebesar 0,0354545 ; 0,290909; 0,336364 ;
0,381818 ; 0,4 ; 0,327273 ; 0,354545 ; 0,236364 ; 0,245455 dan 0,227273. Lalu
selanjutnya praktikan menghitung nilai dari porositas sebelum cutoff menggunakan
rumus porositas efektif dikali dengan nilai interval dan telah didapatkan hasilnya yaitu
19.837 ; 19.66 ; 19.53 ; 19.311 ; 18.848 ; 19.55 ; 19.527 ; 19.651 ; 19.89 dan 19.305.
Setelah mendapatkan porositas sebelum cutoff praktikan mencari juga nilai saturasi
sebelum cutoff yang dimana rumusnya yaitu porositas effektif dikalisaturasi air dan
dikali interval dan didapatkan hasilnya secara berurutan yaitu 72.63 ; 60.804 ; 99.327 ;
1.675 ; 1.842 ; 1.843 ; 1.843 ; 1.843 ; 1.844 ; dan 1.94.

Lalu yang terakhir praktikan menentukan nilai porositas setelah cutoff dengan rumus
porositas dikali netpay dan didapatkan hasilnya setiap kedalaman dan secara berurutan
yaitu sebesar 0 ; 0 ; 0 ; 0 ; 0 ; 0 ; 0 ; 0.00697; 0.0070 ; dan 0.00684 Lalu yang terakhir
praktikan menentukan nilai saturasi dengan rumus porositas efektif dikali net pay dikali
saturasi air dan telah didapatkan hasil secara berurutan sebesar 0 ; 0 ; 0 ; 0 ; 0 ; 0 ; 0;
0.000654 ; 0.65405 dan 0.000688, Lalu praktikan mendapatkan porositas rata rata
sebelum sebesar 194.53 dan porositas rata rata sesudah sebesar 0.0208872, dan
praktikan mendapatkan saturasi rata rata sebelum sebesar 245.603 dan saturasi rata rata
sesudah sebesar 0.0019965. Setelah itu praktikan juga membuat dua grafik titik plot
untuk porositas vs volume shale dan porositas vs saturasi

21
BAB XI

INTERACTIVE PETROPHYSICS

Pada percobaan kesebelas ini mengenai software IP atau Interactive Petrophysics


oleh schlumberger. Pada praktikum ini dilakukan interpretasi logging dari suatu sumur
dengan menggunakan software yang bernama Interactive Petrophysics. Software
Interactive Petrophysics ini merupakan salah satu jenis dari banyaknya jenis software
lain yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan atau load data hasil dari run log
yang setelahnya akan diolah atau diproses menjadi data log yang lebih detail. Analisis
log meliputi kegiatan penentuan litologi (jenis batuan), karakteristik batuan reservoir
(petrophysic), dan fluida yang terkandung di dalam batuan (fluid content). Analisis log
merupakan bagian dari penilaian formasi yang dilakukan untuk menentukan parameter
batuan reservoir serta sebagai acuan untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan dan
kondisi formasi yang diamati. Dalam proses analisis log terdiri dari dua tahapan, yaitu
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Dalam analisa kualitatif dapat diketahui
litologi, fluid content, dan permeable zone.Sedangkan dalam analisis kuantitatif dapat
diketahui porositas, saturasi air, dan ketebalan produktif formasi (net pay). Parameter
utama yang ditentukan dari perhitungan dari data log sumur adalah porositas dan
saturasi air. Selain porositas dan saturasi air, ketebalan formasi yang mengandung
hidrokarbon diperlukan untuk memperkirakan total cadangan. Untuk mengevaluasi
suatu reservoir, perlu diketahui sifat fisik atau karakteristik batuan yang mempengaruhi
pengukuran log seperti volume shale, resistivitas air formasi, porositas, dan saturasi air.
Pada percobaan ini, data LAS yang digunakan oleh kelompok E4 adalah data LAS
dari ITB-a. Pada percobaan ini dilakukan interpretasi beberapa parameter terdiri atas
triple combo, volume clay, saturasi air dan porositas, dan cut off. Data log yang
diperoleh masih berupa ekstensi dari data LAS. Pertama, buka dahulu aplikasi software
Interactive Petrophysics ini. Setelah dibuka, cari menu browse for IP database.
Selanjutnya, software ini akan memberi perintah untuk browse. Lalu, nanti akan
diarahkan ke menu file explorer untuk mencari tempat folder menyimpan data LAS
tersebut. Apabila data LAS sudah ditemukan, maka diklik dan pencat ok pada software
Interacive Petrophysics ini. Setelah itu, akan muncul display well API untuk diklik dan
pencet select all dan load. Selanjutnya, cari pada toolbar menu input or output sehingga
dapat dilakukan untuk mengklik load data LAS/LBS load. Apabila data sudah diload,
maka kita dapat menekan create new well. Menu dari create new well sudah muncul dan
kita harus mengisi judul, total depth, bottom depth, step, unit sesuai data dari data yang
telah diketahui. Kemudian, tekan ok dan set well.Setelah set well, diklik load. Apabila

22
sudah sampai sini, maka interpretasi sumur sudah disesuaikan dengan data yang diisi
tadi.
Selanjutnya, praktikan akan membuat Triple Combo dengan cara mencari view pada
menu toolbar software ini. Kemudian, log plot dan pilih file. Selanjutnya, pilih program
default plot triple combo untuk mendapatkan salah satu parameter yang kita inginkan.
Lalu, klik pada header RHOB NPHI untuk menentukan zona prospek jauh lebih mudah
dengan cara membuat shading left side of shading pertama adalah NPHI kemudian
Right side of Shading pertama adalah RHOB lalu pilih warna yang ingin digunakan,
disini kami kelompok E4 memakai warna kuning untuk menandakan zona shale
selanjutnya untuk menandakan zona prospek minyakan yang di tandakan oleh NPHI
berpotongan dengan RHOB, NPHI defleksi kea rah kanan dan RHOB defleksi ke kiri
disini kami gunakanan settingan left side of shading kedua yaitu RHBO dan right side
of shading kedua NPHI ditandai dengan warna Aqua maka didapatkan lah zona prospek
pada Log ITB-a. Disini, kami kelompok E4 memilih dari Top Depth 8400 ft dan
Bottom Depth 8600 ft dengan step 0,5. Zona Prospek yang kami pilih dari Zona 8475 ft
– 8503 ft. Selanjutnya, praktikan menentukan nilai volume clay, klik interpretation pada
toolbar software interactive petrophysics ini. Setelah itu, klik clay volume dan klik pada
bagian gamma ray dan density-nya. Kemudian, di run maka akan mendapatkan hasil
interpretasi dari volume clay. Apabila ingin melihat dari persebaran batuan, maka dapat
mengklik kanan dan memilih NPHI/RHOB.Xplot, nanti akan terlihat jenis lithologi
pada data ini. Apabila persebaran batuan banyak pada atas maka batuan tersebut adalah
sandstone, sedangkan tengah adalah limestone, dan bawah adalah dolomite. Pada
kelompok E4 pesebaran batuan yang di dapatkan dari zona 8400 ft sampai 8600 ft lebih
banyak di tengah yang artinya pada log ini lithologynya lebih kebanyakan limestone.
Untuk mencari interpretasi dari saturasi air dan porositas maka dapat mengklik menu
calculation pada toolbar. Setelah itu, klik temperature gradient dan isi nilai kedalaman
pada data di awal yaitu Top Depth 5987 ft, Bottom Depth 9131.5 ft dan temperaturenya
tidak dapat diketahui melalui data maka kami akan asumsikan yang pertama adalah 50
°F dan yang kedua adalah 120 °F, dan di run. Lalu, mengklik menu interpretation pada
toolbar. Pilih bagian porosity and water saturation. Kemudian, klik default saturation
equation. Selanjutnya, klik temperature unit dan output curve, dan ok. Serta, pada
terdapat Lithologynya yaitu kebanyakan formasi sandstone ditandai dengan warna
kuning kebintikan hitam dan clay bewarna hijau.
Dan terakhir, untuk cut off. Klik interpretation pada toolbar dan piluh cut off and
summation. Pilih reports set-up/default cut off. Kemudian, ganti cut valve porosity,
water saturation dan clay volume. Klik input curve dan klik clay volume pada cum
crull. Lalu, apply dan yes. Maka, akan didapatkan Reservoir Flag dan Pay Flagnya. Play
flag atau net pay ini bisa dikatan adalah zona bersihnya disini kelompok E4
mendapatkan zona Pay Flagnya pada kedalaman 8437 ft sampai kedalaman 8447.5 ft
dan ada sedikit Pay Flagnya pada kedalaman 8450.5 ft sampai kedalaman 8452 ft.
Dalam melakukan analisis log pada sumur-sumur eksplorasi dengan menggunakan
software Interactive Petrophysics untuk memperoleh nilai petrofisika batuan reservoir
dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode deterministik dan probabilistik.
Metode deterministik lebih baik digunakan jika kita memiliki banyak data, misalnya
data log standar yang biasanya terdiri dari log GR, SP, porositas, dan densitas,
dilengkapi dengan data hasil analisis laboratorium seperti data core, data fluida.
Parameter perhitungan yang dibutuhkan untuk perhitungan dengan metode

23
deterministik yang harus dimasukkan ke dalam software harus ditentukan sendiri Selain
itu pada track 2 nilai dari resistivitas harus besar atau cenderung kearah kanan dan pada
di track 3 terdapat crossover yang separasinya besar akan menandakan formasi tersebut
mengandung minyak atau gas apabila separasinya besar maka, mengandung gas apabila
sedang maka cenderung mengandung minyak.

24

Anda mungkin juga menyukai