Anda di halaman 1dari 34

INTERPRETASI LOGGING SUMUR IW-02

MAKALAH

Oleh :

AGUNG INDRA WIJAYA (071.015.007)


AMRINA ROSYADA PUTRI (071.015.016)
BRYAN ANGKASA (071.015.032)

LABORATORIUM PENILAIAN FORMASI

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam penentuan kandungan hidrokarbon, diperlukan beberapa rangkaian

penelitian survei geologi dan geofisika. Survei geofisika yang dilakukan dalam

penentuan hidrokarbon adalah metode seismik. Survei geologi dan seismik

permukaan mungkin mampu memberikan dugaan potensi hidrokarbon dibawah

permukaan, namun sampai saat ini belum ada satu solusi nyata selain melakukan

penggalian lubang sumur serta mengadakan serangkaian pengukuran didalam sumur

dan evaluasi data hasil rekaman untuk memastikan ada tidaknya kandungan

hidrokarbon di bawah permukaan.

Metode logging sangat berperan penting dalam perkembangan eksplorasi

hidrokarbon. Hasil metode logging adalah gambaran bawah permukaaan yang lebih

detail berupa kurva-kurva nilai parameter fisika yang terekam secara kontinu. Metode

logging dapat mengetahui lengkap dari lingkungan bawah permukaan tanah, tepatnya

mengetahui dan menilai batuan-batuan yang mengelilingi lubang bor tersebut.

Metode ini juga dapat memberikan keterangan kedalaman lapisan yang mengandung

hidrokarbon serta jauh mana penyebaran hidrokarbon pada suatu lapisan. Sebelum

melakukan proses logging sangat penting untuk mengerti dasar-dasar well logging
dan pengetahuan fisika yang luas, dengan tujuan supaya dapat melakukan interpretasi

dan analisis hasil rekaman log dengan baik.

Petrofisika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat fisik batuan.

Analisis petrofisika adalah suatu metode pendukung dalam usaha evaluasi formasi

dengan cara mengggunakan hasil rekaman logging sebagai sumber utama. Data data

diluar data logging juga diperlukan, seperti data core dan data lumpur pemboran.

Analisis ini sangat penting untuk mengetahui kualitas reservoar, jenis fluida, porositas

dan permeabilitas dari suatu batauan atau formasi, karena hal ini hanya dapat

diketahui berdasarkan sifat fisik dari batuan tersebut.

Dengan cara menggunakan data log sebagai sumber utama, parameter fisika

analisis berdasarkan ilmu petrofisika untuk mengevaluasi formasi yang akan dapat

memberikan informasi secara akurat mengenai zona reservoar dan sejauh mana

penyebaran hidrokarbon didasarkan pada evaluasi dan analisis parameter petrofisika

seperti kandungan serpih (Vsh), Porositas (Ф), dan Saturasi air (Sw). Analisis

petrofisika dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu kuantitatif dan kualitatif baik

secara manual maupun menggunakan software. Hasil akhir analisis petrofisika adalah

penentuan zona reservoar serta jumlah hidrokarbon yang dikandung suatu formasi

serta dapat dihitung jumlah cadangan yang terkandung.


1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari interpretasi formasi sumur IW-02, yaitu:

1. Menentukan lapisan permeabel

2. Menentukan nilai resistivitas air formasi (Rw)

3. Menentukan nilai resistivitas formasi (Rt)

4. Menentukan nilai saturasi air (Sw)

5. Menentukan nilai porositas formasi (ɸ)


BAB II

TEORI DASAR

2.1 Bore Hole Environment

Borehole environment adalah zona-zona yang terpengaruh secara langsung

karena adanya proses pemboran, dimana fluida pemboran tersebut masuk ke

formasi. .Zona-zona yang terpengaruhi oleh fluida pemboran dibagi atas 3, yaitu;

invaded zone,transition zone, dan, uninvaded zone.

Gambar 2.1

Borehole Environment
Borehole Environment dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona invasi, zona transisi

dan zona tidak terinvasi. Zona invasi (invaded zone) adalah zona terdekat dari lubang

bor dan banyak terdapat filtrat lumpur. Parameter-parameter pada zona ini adalah

Rmf, Rxo, dan Sxo. Zona transisi (transition zone) adalah zona antara invaded zone

dan uninvaded zone. Pada zona ini hanya terdapat filtrat lumpur. Parameter diukur

pada zona ini adalah Ri dan Rz. Zona tidak terinfasi (unvinvaded zone) adalah zona

yang tidak terjadi invasi lumpur pemboran dan hanya terisi oleh air. Sehingga pada

zona ini dapat diketahui parameter Rt, Rw, dan Sw.

2.2 Jenis-jenis Log

Analisa petrofisika suatu lapangan meliputi, analisa secara kualitatif dan

kuantitatif. Analisa kualitatif, adalah analisa yang dilakukan untuk menentukan zona

permeable, jenis fluid content, dan oil water contact (OWC). Sedangkan analisa

kuantitatif, adalah analisa yang dilakukan untuk memperoleh nilai parameter awal

suatu lapangan. Nilai evaluasi formasi yang didapatkan dari analisa ini adalah volume

shale (Vsh), porositas (ɸ), permeabilitas (K), saturasi air (Sw) dan net to gross (NTG)

pada zona reservoir.

Berdasarkan kegunaannya jenis-jenis log yang biasa digunakan untuk

interpretasi kualitatif dan kuantitatif adalah, log permeabel, log resisvititas, dan log

porositas.
2.2.1 Log Permeabel

Log permeable berfungsi untuk mengetahui lapisan permeable dan

impermeabel. Alat log yang termasuk kedalam Log Permeable yaitu Spontaneous

Potential Log dan Gamma Ray Log.

2.2.1.1 Spontaneous Potential Log

SP Log adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara

elektroda dipermukana dengan elektroda yang terdapat di lubang bor.

Agar SP dapat berfungsi dengan baik maka lubang bor harus diisi

dengan lumpur konduktif karena diperlukan medium yang dapat

menghantarkan arus listrik antara elektroda alat dan formasi.

Selain berfungsi untuk mengidentifikasi lapisan-lapisan

permeabel log SP juga berfungsi untuk mencari batas-batas lapisan

permeabel, korelasi antar sumur berdasarkan batas lapisan tersebut,

menentukan batas air formasi dan memberikan indikasi kualitatif

lapisan serpih.

2.2.1.2 Gamma Ray Log

Log Gamma Ray merupakan suatu kurva yang menunjukkan

besaran intensitas radioaktif yang berada di formasi. Radioaktif

tersebut adalah potasium (K), Thorium (Th), dan Uranium (U). Batuan
yang memiliki kandungan batuan lempung akan mempunyai

konsentrasi radioaktif yang tinggi, sehingga nilai GR juga tinggi, dan

berdefleksi ke kanan. Kelebihan GR adalah bersifat non-konduktif

terhadap fluida pemboran dan digunakan pada sumur yang sudah

dipasang casing (casedhole). Penentuan nilai Vsh dengan

menggunakan GR dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut

GR log−GRmin
Vsh=
GR max−GR min ............................................(1)

2.2.1.3 Caliper Log

Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan

gambaran kondisi (diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang

bor. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang bor, peralatan caliper

log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang secara fleksibel.

Pada lapisan permeabel diamter lubang bor akan semakin kecil, karena

terbentuknya mud cake pada dinding lubang bor. Sedangkan pada

lapisan impermeabel, diameter lubang bor akan bertambah besar

karena ada dinding yang runtuh.

2.2.2 Log Resistivitas

Log Resistivitas digunakan untuk menentukan resistivitas batuan di invaded

zone dan uninvaded zone. Resistivitas adalah suatu kemampuan batuan untuk
menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan tersebut. Resistivitas

formasi tergantung pada resistivitas air formasi, jumlah air formasi yang ada, dan

struktur geometri batuan. Jenis log yang termasuk log resistivitas adalah electric log,

induction log, laterolog, dan microresistivity log.

2.2.2.1 Induction Log

Induction log digunakan untuk menggantikan elektrik log

dimana media logging atau lumpur pemboran bersifat nonkonduktif.

Prinsip kerja induction log adalah suatu kumparan dialiri arus listrik

kemudian akan menghasilkan medan magnet. Jika terdapat 2

kumparan medan magnet, kumparan tersebut akan menginduksi

kumparan lain sehingga menghasilkan arus induksi (sekunder).

Alat yang biasa digunakan adalah Induction Deep Log (ILD)

dan Induction Medium Log (ILM). Dalam pengukuran

resistivitas dengan induction log diperlukan koreksi terhadap pengaruh

ketebalan formasi dan pengaruh lubang sumur. ILD dan ILM biasanya

dikombinasikan dengan sensor lain seperti porosity log dan GR atau

SP log yang direkam secara simultan.

2.2.2.2 Laterolog

Alat laterolog yang umum digunakan adalah DLT (Dual

Laterolog Tool). DLT merupakan kombinasi resistivity tool, yaitu


Laterolog Deep, Laterolog Shallow, dan Microspherical Focused Log

(MSFL). Sama seperti induction log, laterolog juga membutuhkan

koreksi. Koreksi yang dilakukan adalah koreksi terhadap ukuran

lubang sumur dan invasi mud cake. Hal tersebut disebabkan MSFL

sensitif terhadap ketebalan mud cake (hmc) dan resistivitas mud cake

(Rmc).

2.2.2.3 Microresistivity Log

Microresistivity merupakan alat untuk mengukur resistivitas

dengan jangkauan pengamatan dekat (shallow investigation).

Microresistivity digunakan untuk menentukan flushed zone saturation

(Sxo), residual oil saturation (Sor), hidrocarbon movability,

hidrocarbon density, dan diameter invasi. Kondisi lubang bor

mempengaruhi pengukuran jenis log ini.

2.2.3 Log Porositas

Log porositas digunakan untuk menentukan porositas batuan. Jenis log yang

termasuk log porositas adalah density log, neutron log, dan sonic log.

2.2.3.1 Neutron Log

Alat neutron log adalah Compensated Neutron Tool (CNT).

Prinsip kerja CNT adalah partikel neutron dipancarkan dari sumber


neutron ke dalam formasi. Pada CNT terjadi tumbukan elastis yaitu

partikel neutron terpental setelah bertumbukan setelah init atom

formasi. CNT dirancang untuk memberikan dua buah pengukuran

porositas dari proses thermal dan epithermal. CNT merekam jumlah

atom hidrogen perunit volume dalam formasi (Hydrogen index).

Secara umum respon neutron yang dipengaruhi oleh efek shale dapat

di tuliskan sebagai

φ N =φT +(V sh φ sh ) ...........................................(2)

2.2.3.2 Density Log

Densitas merupakan indikator utama porositas. Pengukuran

densitas menggukan interaksi gamma ray. Gamma ray tersebut

berinteraksi dengan materi, melalui 3 mekanisme, yaitu; compton

scattering, photoelectric effect, dan pair production. Prinsip dasar

pengukuran densitas adalah gamma ray secara kontinyu dipancarkan

dari source tool melalui mud cake dan masuk kedalam formasi.

Dalam formasi, gamma ray akan mengalami kehilangan energi,

hingga secara keseluruhan terabsorbsi oleh matrix batuan atau

sebagian kembali ke salah satu gamma ray detector.


Penentuan porositas dari log densitas untuk clean formation

(porositas absolut) dapat ditentukan dengan rumus:

ρma −ρb
φ D=
ρma−ρ f ....................................................(3)

Sedangkamn untuk shaly formation (porositas efektif)

dirumuskan dengan:

φ Dcorr =φ D −(φ Dsh ×V sh )


ρma− ρsh
φ Dsh =
ρma− ρfluida ...........................................(4)

2.2.3.3 Sonic Log

Hasil dari pencatatan accoustic log menunjukkan adanya suatu

hubungan yang kuat diantara kecepatan dan porositas. Sehingga alat

ini dapat digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan,

mengukur volume batuan yang digunakan dalam interpretasi seismic

serta indikasi adanya rekahan.

Selain menggunakan single parameter, pengukuran porositas

dapat ditentukan dengan mengkombinasikan log-log porositas diatas.


Penentuan porositas untuk reservoir minyak (tidak terdapat

gas) dari kombinasi neutron-densitas log dapat ditentukan dengan

rumus:

φNcorr ∗+φ Dcorr∗¿


φ efektif =
2
¿ ......................................(5)

Parameter resistivitas dan porositas tersebut berhubungan dengan penentuan

parameter saturasi air (Sw). Perhitungan saturasi air dibedakan dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu:

a) Rumus Archie

Sw= n
√ a Rw
m
×
φ Rt ..............................................................................(6)

Dimana

a
F=
φm ..................................................................................................(7)

b) Metode Simandoux


5φ 2 V sh 2 V sh
Sw=
c×Rw
φ2
× e
+
Rt ×Rw R sh
e

Rsh ( ) ..........................................(8)

c) Metode Indonesia
V

( )
V sh
( 1− ) φ n
1
m
2
sh efektif 2
= + ¿ Sw 2
√ Rt √ R sh √ a×Rw ................................................(9)

BAB III

HASIL PENGAMATAN
Gambar 3.1

Log Sumur IW-02

Tabel 3.1

Data sumur IW-02

DATA
Well Name IW-02
Field IW
Country INDONESIA
State LAMPUNG
Rm 1,13 ohm.m
Rmf 1,34 ohm.m
Rmc 1,54 ohm.m
Rm @ 25 C
77 F
Rmf @ 24 C
75,2 F
Rmc @ 25 C
77 F
To 76,4 F
TD 1367 F
Temp Grad 0,015 F/f
Log tool
diameter 3 3/4 inch
Average dh 10,51 inch
Bit size 10 1/2 f
Rmf @ 75 F 1,363 ohm.m
SATURATION PARAMETERS
GR min 22 gAPI
GR max 105 gAPI
SP min -59 mV
SP max -20 mV
NPHI at
ΦNsh 0,14 GRmax
RHOB at
ρsh 2,37 GRmax
ΦDsh 0,17
ρf 1,025 kg/L
Rock type Sandstone
ρma 2,65 kg/L
Rtsh 7 LLD at GRmax
a 0,65
m 2,15
n 2
Rt2 46,5 ohm.m
Rt1 0,11 ohm.m
Por2 0,06
Por1 1
Slope -0,465278259
m 2,149251508
0,16923
Rw @ Φ=100% 1 ohm.m
Rw @ water 0,16923
zone 1 ohm.m
c for clastic 0,4

Tabel 3.2

Qualitative Interpretation

QUALITATIVE INTERPRETATION
Zon Interval Depth (ft)
e Permea Hydrocarb Gas OW GWC/G
1 ble on Effe C OC
2
3
4
5 1214 - 1220 - 1260
No
6 1262 ft ft
7
8
9
10
Tabel 3.3

Resistivity Correction
Table 3.4

Porosity

POROSITY
Logs Reading ΦNcorr
Dh hmc Tf
RHOB NPHI Correction (Por-14c) ΦNcorr ΦD
In in F g/cc frac dh hmc Tf
11,4 0,45 94,61 2,39 0,11 -2 -2 0,5 0,075 0,160
10,7 0,10 94,69 2,4 0,12 -2,5 -0,5 0,5 0,095 0,154
10 0,25 94,77 2,24 0,23 -1,5 -0,5 0,5 0,215 0,252
10 0,25 94,85 2,36 0,15 -2 -0,5 0,5 0,13 0,178
10 0,25 94,93 2,22 0,25 -2 0 0,5 0,235 0,265
10 0,25 95,01 2,25 0,21 -1 -0,5 0,5 0,2 0,246
10 0,25 95,09 2,24 0,22 -2 -0,5 0,5 0,2 0,252
10 0,25 95,17 2,25 0,22 -2 -0,5 0,5 0,2 0,246
11 0,25 95,25 2,25 0,23 -4 -1 0,5 0,185 0,246
12 0,75 95,33 2,25 0,22 -4 -1 0,5 0,175 0,246

Tabel 3.5

Effective Porosity

EFFECTIVE POROSITY
Logs
Reading Vsh ΦNcorr* ΦDcorr* ΦEf
GR SP GR SP
gAPI mV (%) (%) (%) (%) (%)
85 -30 75.904 74.359 -3.127 3.708 0.29
40 -30 21.687 74.359 6.464 12.211 9.338
30 -30 9.639 74.359 20.151 24.710 22.431
40 -30 21.687 74.359 9.964 14.792 12.378
30 -30 9.639 74.359 22.151 26.001 24.076
25 -30 3.614 74.359 19.494 25.154 22.324
23 -30 1.205 74.359 19.831 26.234 23.033
27 -30 6.024 74.359 19.157 24.718 21.937
28 -31 7.229 71.795 17.488 24.501 20.994
75 -55 63.855 10.256 8.560 14.271 11.416
Tabel 3.6

Archie’s Formation Resistivity

Archie's Formation Water Resistivity


Depth Tf
Rt Φ (%) Rwa Rw = Rwa
ΦD (%) Φ Ef (%) F min
f f ohm.m NPHI reading RHOB reading ΦN (%) ohm.m (ohm.m)
1112,86 93,093 12 0,22 2,25 0,22 24,615 12,418 57,640 0,208 0,031
1114,46 93,117 11 0,12 2,40 0,12 15,385 7,752 158,722 0,069
1116,07 93,141 10 0,14 2,47 0,14 11,077 5,608 318,346 0,031
1117,67 93,165 11 0,10 2,45 0,10 12,308 6,204 256,267 0,043
1119,28 93,189 12 0,20 2,29 0,20 22,154 11,177 72,280 0,166

Table 3.7

Rw from SP

Rw from SP
Depth Tf
SP SSP Rmf Rmfe Rwe Rw
Correction Factor Kc
Ft f mV mV ohm.m ohm.m ohm.m ohm.m
1112,86 93,093 -36 1 -36 73,381 1,116 0,949 0,307 0,35
1114,46 93,117 -30 1 -30 73,385 1,116 0,948 0,370 0,50
1116,07 93,141 -23 1 -23 73,388 1,115 0,948 0,461 0,64
1117,67 93,165 -23 1 -23 73,391 1,115 0,948 0,461 0,64
1119,28 93,189 -36 1 -36 73,394 1,115 0,948 0,306 0,36
Table 3.8

Ratio’s Formation Resistivity

Resistivity Ratio Method


Depth Tf
Rt Rxo Rmf Rw
f f ohm.m ohm.m ohm.m ohm.m
1112,86 93,093 12 9 1,12 1,49
1114,46 93,117 11 7 1,12 1,75
1116,07 93,141 10 6 1,12 1,86
1117,67 93,165 11 8 1,12 1,53
1119,28 93,189 12 9 1,11 1,49

Tabel 3.9

Picket Plot

Depth Rt ΦN (%) RHOB Φef


Zone ΦD (%)
f ohm.m NPHI frac
1 1112,86 12 22 2,25 24,62 0,23
2 1113,57 11 22 2,3 21,54 0,22
3 1114,28 11 18 2,4 15,38 0,17
4 1115,00 10 18 2,4 15,38 0,17
5 1115,71 10 17,6 2,41 14,77 0,16
6 1116,42 10 16,8 2,42 14,15 0,15
7 1117,14 11 16,2 2,45 12,31 0,14
8 1117,85 11 15,6 2,44 12,92 0,14
9 1118,56 12 15 2,45 12,31 0,14
10 1119,28 12 14,4 2,46 11,69 0,13
Pickett Plot Graph
1.00
Pi c
kett
Pl o
t
Dat
a
Log
ari t
0.10
ΦEf

hm
ic
(Pic
kett
Pl o
t
Dat
a)
0.01 Sw
0.01 0.1 1 10 100 =10
1000
0%
Rt (Ωm)

Gambar 3.2

Picket Plot

Table 3.9

Formation Water Saturation

Depth SW
Tf
(MD) Archie Ratio Indonesia Simandoux
f F % chart Sw-2 (%) % %
1214 94,61 100 30 100 100
1219,33 94,69 9,119 30 37,315 11,162
1224,67 94,77 2,308 30 18,866 2,828
1230 94,85 5,245 30 28,226 6,427
1235,33 94,93 1,701 25 14,635 2,086
1240,67 95,01 1,965 25 15,731 2,410
1246 95,09 1,769 20 14,398 2,171
1251,33 95,17 1,848 20 14,712 2,268
1256,67 95,25 1,902 20 14,820 2,336
1262 95,33 1,776 25 14,227 2,180
Table 3.10

Cutoff

CUT OFF
Depth Sw Net Sand Net Pay
h Vsh ΦEf
(MD) Indonesia
h h Por.h Por.h.Sw
f f GR (gAPI) frac frac
1214 0 0.759 0.29 1.000 0 0 0 0
1219.33 5.33 0.217 9.34 0.253 0 0 0.00 0.00
22.4
1224.67 5.33 0.096 3 0.159 5.333333 5.333333 1.20 0.19
12.3
1230 5.33 0.217 8 0.216 0 0 0.00 0.00
24.0 1.28
1235.33 5.33 0.096 8 0.125 5.333333 5.333333 4 0.160
22.3 1.19
1240.67 5.33 0.036 2 0.130 5.333333 5.333333 1 0.155
23.0 1.22
1246 5.33 0.012 3 0.119 5.333333 5.333333 8 0.146
21.9 1.17
1251.33 5.33 0.060 4 0.122 5.333333 5.333333 0 0.143
20.9 1.12
1256.67 5.33 0.072 9 0.123 5.333333 5.333333 0 0.138
11.4
1262 5.33 0.639 2 0.169 0 0 0 0
h gross 48.00 Sum 32.00 7.19 0.93
Cutof Parameter NTG 66.67 %
20.0
ΦEf % PorAvg 22.47 %
19.0
Vsh % SwAvg 12.96 %
20.0
Sw %
BAB IV

PEMBAHASAN

Analisa data log pada lapangan IW, sumur IW-02, Lampung, Indonesia
memperlihatkan bahwa pada data log tersebut terdapat lapisan prospek
hidrokarbon. Dari Analisa yang dilakukan, zona prospek hidrokarbon pada sumur
IW-02 berada pada kedalaman 1214 ft hingga 1462 ft. Interpretasi ini didukung
dengan data-data Analisa baik secara kualittif maupun kuantitatif. Pada
interpretasi secara kualitatif, telah ditentukan zona permbeablenya pada
kedalaman 1220 ft hingga 1260 ft, karena pada kedalaman tersebut defleksi dari
log gamma ray berada lebih ke kiri, sehingga merupakan sand. Pada track 2 dari
zona yang telah kami tentukan, defleksi dari log MLL dan ILD juga lebih ke
kanan, sehingga merupakan hidrokarbon dan bukan air. Kemudian pada track ke 3
tidak terlihat adanya cross over. Dikarenakan terdapat kesalahan pada alat
logging. Zona ini tidak memiliki gas effect dikarenakan seperasi antara NPHI dan
RHOB tidak besar, sehingga diperkirakan tidak terdapat gas.

Analisa kuantitatif juga dilakukan untuk dapat membuktikan zona prospek


tersebut. Sebelumnya kami membagi lapisan prospek tersebut menjadi 10 zona
agar data yang didapat lebih akurat. Analisa pertama yang dilakukan adalah mud
properties. Dari Analisa tersebut kami mendapat nilai gradien temperaturenya
pada lapisan prospek tersebut sebesar 0.015 F/ft. Untuk nilai To didapatkan
dengan merata-ratakan nilai temperature pada resistivity measurement dan dibagi
3, sehingga diperoleh nilai To tersebut sebesar 76.4 F. Dengan mengetahui nilai-
nilai tersebut dapat diketahui nilai temperature formasi pada setiap kedalaman
zona prospek. Pada Analisa ini juga dilakukan perhitungan resistivitas baik itu
Rm, Rmc, dan Rmf pada setiap kedalaman zona prospek dimana semakin dalam
kedalaman maka temperature formasi akan mengingkat dan nilai resistivitas akan
semakin kecil.

Kemudian dilakukan koreksi terhadap resistivitas dari alat logging MLL


dan LLD. Koreksi terhadap MLL dilakukan dengan mengkoreksinya terhadap
resistivitas dari mud cake dan dilihat perbandingannya dengan ketebalan mudcake
pada chart schlumberger rxo-2. Untuk resistivitas flushed zone dilakukan dengan
mengkorekssi dari koreksi RMLL yang sudah di dapat sebelumnya. Selanjutnya
koreksi terhadap ILD dilakukan dengan mengkoreksi terhadap resistivitas mud
dan dibandingkan dengan diameter hold pada char schlumberger Rcor-2b.
kemudian dapat dihitung true resistivitasnya.

Analisa selanjutnya yaitu analisa porositas pada zona prospek yang


dilakukan dengan cara membaca LDL (Lithodensity Log) dan CNL (Compensated
Neutron Log) pada data log. LDL merupakan pembacaan densitas dari formasi
dan CNL membaca neutron porosity dari formasi. Setelah melakukan pembacaan
CNL pada data log, maka dapat diketahui besar porositas neutron. Namun, nilai
dari porositas neutron ini perlu dilakukan koreksi terhadap diameter hole (dH),
ketebalan mudcake (hmc) dan borehole temperature dengan menggunakan chart
schlumberger Por-14C. Nilai dari koreksi menggunakan chart tersebut ditambah
dengan nilai CNL hasil pembacaan log, sehingga didapatkan nilai nilai porositas
density correction.

Selanjutnya, dari hasil pembacaan LDL dapat dihitung nilai porositas


densitas dengan menggunakan rumus, dimana jenis fluidanya yaitu fresh water
mud. Hal ini dapat dilihat di track 1 pada kurva SP terdefleksi positif. Defleksi SP
yang positif ini biasanya menunjukan lapisan yang mengandung fresh water.
Sehingga pada perhitungan ini digunakan nilai massa jenis fluida yaitu 1 gr/cc.
Untuk mengetahui nilai dari porositas densitas juga perlu diketahui jenis litologi
batuannya. Maka dari itu, digunakan chart schlumberger CP-1D dengan memplot
nilai porositas neutron yang telah dikoreksi dengan nilai LDL. Dari hasil plot
didapatkan bahwa jenis batuan yaitu Sandstone. Sehingga pada perhitungan
digunakan massa jenis matriks batuan yaitu 2,65 gr/cc. Pada analisa ini juga
ditentukan nilai GR max dan GRmin. Nilai GRmax dapat dilihat pada saat kurva
GR terdefleksi maksimal kekanan pada zona prospek, sedangkan nilai GRmin
dapat dilihat pada saat kurva GR terdefleksi maksimal ke kiri pada zona prospek.
Dari hasil pembacaan didapatkan nilai GRmax yaitu 105 gAPI dan GRmin yaitu
22 gAPI. Selain itu pada analisa ini juga ditentukan nilai dari porositas neutron,
Rt, dan massa jenis dari batuan shale pada zona prospek. Dari hasil pembacaan
didapatkan nilai ØNsh, ρsh, dan Rtsh berturut-turut yaitu yaitu 0,14 ; 2,37 dan 7.

Analisa selanjutnya yaitu mengukur nilai porositas efektif dari analisa


porositas sebelumnya. Pengukuran porositas efektif ini dilakukan karena
keberadaan shale pada formasi mempengaruhi pembacaan log porositas menjadi
cenderung lebih tinggi dari semestisnya. Hal ini dikarenakan adanya pori-pori non
efektif yang dimiliki shale. Dengan kata lain shale memiliki porositas yang tinggi
tetapi tidak melakukan aliran fluida. Oleh karena itu nilai dari porositas neutron
dan density pada analisa sebelumnya perlu dilakukan koreksi terhadap batuan
shale. Sehingga perlu diketahui nilai dari Vshale pada setiap interval zona. Setelah
mendapatkan nilai porositas neutron dan density hasil koreksi, maka dapat
diketahui nilai porositas efektif. Sebelumnya perlu diketahui apakah terdapat gas
atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilihat di track 3 crossover antara LDL dan
CNL. Pada data log terlihat separasi antara LDL dan CNL kecil. Hal ini
menandakan jenis fluidanya yaitu minyak atau dapat dikatakan tidak ada gas.
Maka, nilai porositas efektif didapatkan dengan merata-ratakan nilai dari porositas
neutron dan density yang telah dikoreksi. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
porositas efektif berturut-turut yaitu 0.03% , 4.518% , 16.284% , 7.499% ,
17.900% , 15.648% , 16.125% , 15.480% , 14.886% , dan 15.704% .
Analisa selanjutnya yaitu menentukan resistivitas air formasi pada zona air
yang ditentukan menggunakan 4 metode yaitu Rwa, SP, Ratio dan Pickett Plot.
Dari data log kami menentukan letak zona air yaitu pada kedalaman 1112.86 ft
sampai 1119.28 ft karena dilihat pada track 1 nilai GR kecil yang menandakan
zona ini permeabel. Lalu pada track 2 memiliki nilai HLLD yang kecil dan pada
track 3 memiliki separasi antara LDL dan CNL yang berhimpit yang berarti
terdapat kandungan air. Dari zona air ini kemudian dihitung resistivitas airnya
menggunakan metode Rwa dengan membagi kedalaman tersebut menjadi 10 zona
dimana pertama menghitung gradien temperatur pada zona air tersebut. Setelah itu
membaca nilai HLLD, nilai hasil pembacaan ini merupakan nilai Rt. Kemudian
dilakukan juga pembacaan LDL dan CNL untuk mendapatkan nilai porositas
neutron dan density. Sehingga, dengan rumus Archie akan didapatkan nilai
formation factor pada setiap zona. Dari nilai formation ini akan didapatkan nilai
Rwa pada setiap zona dengan membagi nilai Rt terhadap formation factor. Untuk
mendapatkan nilai Rw dari metode Rwa ini, maka diambil nilai Rwa terkecil dari
semua zona. Nilai Rw yang didapatkan yaitu 0,031 Ωm pada kedalaman 1116.07
ft.

Metode kedua yaitu metode SP. Perbedaan metode ini dengan metode Rwa
yaitu pada metode ini tidak perlu mengetahui jenis litologi batuannya. Dari 10
zona yang ada dilakukan pembacaan SP dan kemudian dilakukan perhitungan
temperatur formasi pada setiap interval kedalaman. Dari hasil temperatur formasi
tersebut, digunakan untuk menghitung nilai Rmf. Dari hasil perhitungan pada
semua interval kedalaman, nilai Rmfe didapatkan dengan cara mengkalikan nilai
Rmf dengan 0,85. Hasil Rmfe ini digunakan untuk menghitung nilai Rwe. Yang
selanjutnya dari nilai Rwe tersebut dapat ditentukan nilai Rw dengan membaca
chart schlumberger SP-2. Dari hasil pembacaan chart, didapatkan nilai Rw yaitu
0,64 Ωm.

Metode ketiga perhitungan resistivitas air formasi yaitu metode ratio.


Untuk itu perlu dilakukan pembacaan MSFL sebagai nilai Rxo dan HLLD sebagai
nilai Rt. Kemudian dengan menggunakan nilai Rmf yang telah dihitung pada
metode SP, dapat dihitung nilai resitivitas air menggunakan metode ratio. Dari
perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai Rw berturut-turut yaitu 1,49
Ωm, 1,75 Ωm, 1,86 Ωm, 1.53 Ωm, dan 1.49 Ωm. Hasil metode ini dibandingkan
metode Rwa dan SP perbedaannya cukup besar. Hal ini dikarenakan metode ini
hanya menggunakan parameter nilai resistivitas dari pembacaan log saja, tanpa
perlu mengetahui jenis litologi batuan dan tidak menghitung nilai porositas
formasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa perhitungan menggunakan metode rasio
ini kurang akurat. Lalu metode keempat yaitu metode pickett plot. Pada garis sw
100% , nilai Rt menunjukkan angka 0,11 Ωm. Nilai Rw dapat dihitung dengan
membagi nilai Rt terhadap faktor tortuositas, dimana faktor tortuositas batuan
sandstone yaitu 0,65. Sehingga nilai Rw dengan metode Pickett plot yaitu 0,17
Ωm.

Selanjutnya analisa berikutnya yaitu menghitung nilai saturasi air pada


zona prospek dengan menggunakan empat metode yaitu metode Archie, metode
Ratio, metode Indonesia, dan metode Simandoux. Sebelumnya perlu ditentukan
nilai Rw pada zona prospek yang dapat dilakukan dengan cara perbandingan
antara nilai Rw pada zona air yang sudah dicari sebelumnya. Nilai Rw pada zona
air yang kami gunakan yaitu nilai metode SP dan Archie yaitu 0,031 Ωm.
Kemudian untuk menghitung nilai Sw hanya memasukkannya kedalam rumus
masing-masing metode dan kemudian didapat nilai Sw pada masing-masing zona.
Perbedaan metode ini yaitu metode archie dan ratio tidak memperhitungkan nilai
Vshale, sedangkan metode Indonesia dan Simandoux yang merupakan turunan
dari rumus Archie, sudah memeperhitungkan nilai dari volume shale. Sehingga
dari perhitungan ini didapatkan nilai Sw dari metode Archie lebih besar
dibandingkan metode Indonesia dan Simandoux dikarenakan hal tersebut.

Analisa yang terakhir yaitu analisa cut off dimana ada beberapa hal yang
dicari pada analisa ini diantaranya yaitu nilai Net to gross, Net sand, Net pay,
porositas rata-rata dan saturasi air rata-rata. Net sand adalah zona yang
diperkirakan prospek berdasarkan harga cut off dari porositas dan volume shale.
Sedangkan net pay yaitu zona yang diperkirakan prospek berdasarkan harga cut
off dari porositas, volume shale dan Sw. Fungsi dilakukannya cut off yaitu
membuang bagian yang tidak prospek, menentukan titik mana yang produktif dari
zona prospek, menentukan ketebalan produktif dan menentukan titik perforasi.
Perhitungan ini dilakukan dengan memasukan nilai interval kedalaman, porositas
efektif, volume shale, saturasi air dengan metode Archie, Indonesia dan
Simandoux. Hal ini berarti pada perhitungan net pay dilakukan cut off terhadap
Porositas, volume shale dan Sw metode Indonesia. Harga cut off yang digunakan
yaitu untuk porositas sebesar 14,5%, untuk volume shale sebesar 21% dan untuk
Sw sebesar 21%. Dari hasil perhitungan didapat nilai net pay yaitu 32 ft. Dari
hasil net pay ini dapat diketahui nilai net to gross. Net to gross merupakan
perbandingan tebal hasil cut off terhadap tebal keseluruhan, didapat nilai net to
gross yaitu 66.67%. Kemudian dilakukan perhitungan untuk menghitung porositas
efektif rata-rata dan Sw rata-rata, didapat nilai porositas rata-rata yaitu 16.05%
dan nilai Sw rata-rata yaitu 15.53. Kedua nilai tersebutlah yang pada nantinya
akan digunakan pada perhitungan mencari cadangan minyak atau original oil in
place (OOIP). Dari semua perhitungan kuantitatif, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa zona prospek yang kami pilih yaitu pada kedalaman 1214 ft
sampai 1262 ft adalah lapisan yang produktif, memiliki porositas yang baik dan
juga memiliki saturasi air yang cukup sedikit.
BAB V

KESIMPULAN

Dari analisa terhadap data log sumur IW - 22 yang telah dilakukan, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Zona propek hidrokarbon terdapat pada kedalaman 1220 ft sampai

1260 ft.
2. Zona air terdapat pada kedalaman 1112,86 ft sampai 1119,28 ft.
3. Nilai net pay yaitu 32 ft.
4. Nilai porositas efektif rata-rata yaitu 12,41%.
5. Nilai Sw rata-rata yaitu 15,53%.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nugrahanti, Asri. 2013. Penilaian Formasi I. Jakarta: Universitas Trisakti.


2. Schlumberger. 2000. Log Interpretation Charts. Texas: Oilfields

Communications.
3. Sitaresmi, Ratnayu. 2017. Diktat Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi.

Jakarta: Universitas Trisakti.


4. http://petrophysics-interpretation.blogspot.co.id/2010/03/formation-water-

resistivity-rw.html (1 Desember 2017)


5. http://wiki.aapg.org/Water_resistivity_determination (1 Desember 2017)
6. http://fatmapetroleum.blogspot.co.id/2011/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html (1

Desember 2017)
7. http://gede-siddiarta.blogspot.co.id/2011/10/teori-dasar-logging.html (1

Desember 2017)
8. http://petroleumgeoscience.blogspot.co.id/ (1 Desember 2017)
9. https://repository.ugm.ac.id/135147/1/420-437%20M2P-03.pdf (1 Desember

2017)

Anda mungkin juga menyukai