MAKALAH
Oleh :
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
penelitian survei geologi dan geofisika. Survei geofisika yang dilakukan dalam
permukaan, namun sampai saat ini belum ada satu solusi nyata selain melakukan
dan evaluasi data hasil rekaman untuk memastikan ada tidaknya kandungan
hidrokarbon. Hasil metode logging adalah gambaran bawah permukaaan yang lebih
detail berupa kurva-kurva nilai parameter fisika yang terekam secara kontinu. Metode
logging dapat mengetahui lengkap dari lingkungan bawah permukaan tanah, tepatnya
Metode ini juga dapat memberikan keterangan kedalaman lapisan yang mengandung
hidrokarbon serta jauh mana penyebaran hidrokarbon pada suatu lapisan. Sebelum
melakukan proses logging sangat penting untuk mengerti dasar-dasar well logging
dan pengetahuan fisika yang luas, dengan tujuan supaya dapat melakukan interpretasi
Analisis petrofisika adalah suatu metode pendukung dalam usaha evaluasi formasi
dengan cara mengggunakan hasil rekaman logging sebagai sumber utama. Data data
diluar data logging juga diperlukan, seperti data core dan data lumpur pemboran.
Analisis ini sangat penting untuk mengetahui kualitas reservoar, jenis fluida, porositas
dan permeabilitas dari suatu batauan atau formasi, karena hal ini hanya dapat
Dengan cara menggunakan data log sebagai sumber utama, parameter fisika
analisis berdasarkan ilmu petrofisika untuk mengevaluasi formasi yang akan dapat
memberikan informasi secara akurat mengenai zona reservoar dan sejauh mana
seperti kandungan serpih (Vsh), Porositas (Ф), dan Saturasi air (Sw). Analisis
petrofisika dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu kuantitatif dan kualitatif baik
secara manual maupun menggunakan software. Hasil akhir analisis petrofisika adalah
penentuan zona reservoar serta jumlah hidrokarbon yang dikandung suatu formasi
TEORI DASAR
formasi. .Zona-zona yang terpengaruhi oleh fluida pemboran dibagi atas 3, yaitu;
Gambar 2.1
Borehole Environment
Borehole Environment dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona invasi, zona transisi
dan zona tidak terinvasi. Zona invasi (invaded zone) adalah zona terdekat dari lubang
bor dan banyak terdapat filtrat lumpur. Parameter-parameter pada zona ini adalah
Rmf, Rxo, dan Sxo. Zona transisi (transition zone) adalah zona antara invaded zone
dan uninvaded zone. Pada zona ini hanya terdapat filtrat lumpur. Parameter diukur
pada zona ini adalah Ri dan Rz. Zona tidak terinfasi (unvinvaded zone) adalah zona
yang tidak terjadi invasi lumpur pemboran dan hanya terisi oleh air. Sehingga pada
kuantitatif. Analisa kualitatif, adalah analisa yang dilakukan untuk menentukan zona
permeable, jenis fluid content, dan oil water contact (OWC). Sedangkan analisa
kuantitatif, adalah analisa yang dilakukan untuk memperoleh nilai parameter awal
suatu lapangan. Nilai evaluasi formasi yang didapatkan dari analisa ini adalah volume
shale (Vsh), porositas (ɸ), permeabilitas (K), saturasi air (Sw) dan net to gross (NTG)
interpretasi kualitatif dan kuantitatif adalah, log permeabel, log resisvititas, dan log
porositas.
2.2.1 Log Permeabel
impermeabel. Alat log yang termasuk kedalam Log Permeable yaitu Spontaneous
Agar SP dapat berfungsi dengan baik maka lubang bor harus diisi
lapisan serpih.
tersebut adalah potasium (K), Thorium (Th), dan Uranium (U). Batuan
yang memiliki kandungan batuan lempung akan mempunyai
GR log−GRmin
Vsh=
GR max−GR min ............................................(1)
Pada lapisan permeabel diamter lubang bor akan semakin kecil, karena
zone dan uninvaded zone. Resistivitas adalah suatu kemampuan batuan untuk
menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan tersebut. Resistivitas
formasi tergantung pada resistivitas air formasi, jumlah air formasi yang ada, dan
struktur geometri batuan. Jenis log yang termasuk log resistivitas adalah electric log,
Prinsip kerja induction log adalah suatu kumparan dialiri arus listrik
ketebalan formasi dan pengaruh lubang sumur. ILD dan ILM biasanya
2.2.2.2 Laterolog
lubang sumur dan invasi mud cake. Hal tersebut disebabkan MSFL
sensitif terhadap ketebalan mud cake (hmc) dan resistivitas mud cake
(Rmc).
Log porositas digunakan untuk menentukan porositas batuan. Jenis log yang
termasuk log porositas adalah density log, neutron log, dan sonic log.
Secara umum respon neutron yang dipengaruhi oleh efek shale dapat
di tuliskan sebagai
dari source tool melalui mud cake dan masuk kedalam formasi.
ρma −ρb
φ D=
ρma−ρ f ....................................................(3)
dirumuskan dengan:
rumus:
parameter saturasi air (Sw). Perhitungan saturasi air dibedakan dilakukan dengan
a) Rumus Archie
Sw= n
√ a Rw
m
×
φ Rt ..............................................................................(6)
Dimana
a
F=
φm ..................................................................................................(7)
b) Metode Simandoux
√
5φ 2 V sh 2 V sh
Sw=
c×Rw
φ2
× e
+
Rt ×Rw R sh
e
−
Rsh ( ) ..........................................(8)
c) Metode Indonesia
V
( )
V sh
( 1− ) φ n
1
m
2
sh efektif 2
= + ¿ Sw 2
√ Rt √ R sh √ a×Rw ................................................(9)
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Gambar 3.1
Tabel 3.1
DATA
Well Name IW-02
Field IW
Country INDONESIA
State LAMPUNG
Rm 1,13 ohm.m
Rmf 1,34 ohm.m
Rmc 1,54 ohm.m
Rm @ 25 C
77 F
Rmf @ 24 C
75,2 F
Rmc @ 25 C
77 F
To 76,4 F
TD 1367 F
Temp Grad 0,015 F/f
Log tool
diameter 3 3/4 inch
Average dh 10,51 inch
Bit size 10 1/2 f
Rmf @ 75 F 1,363 ohm.m
SATURATION PARAMETERS
GR min 22 gAPI
GR max 105 gAPI
SP min -59 mV
SP max -20 mV
NPHI at
ΦNsh 0,14 GRmax
RHOB at
ρsh 2,37 GRmax
ΦDsh 0,17
ρf 1,025 kg/L
Rock type Sandstone
ρma 2,65 kg/L
Rtsh 7 LLD at GRmax
a 0,65
m 2,15
n 2
Rt2 46,5 ohm.m
Rt1 0,11 ohm.m
Por2 0,06
Por1 1
Slope -0,465278259
m 2,149251508
0,16923
Rw @ Φ=100% 1 ohm.m
Rw @ water 0,16923
zone 1 ohm.m
c for clastic 0,4
Tabel 3.2
Qualitative Interpretation
QUALITATIVE INTERPRETATION
Zon Interval Depth (ft)
e Permea Hydrocarb Gas OW GWC/G
1 ble on Effe C OC
2
3
4
5 1214 - 1220 - 1260
No
6 1262 ft ft
7
8
9
10
Tabel 3.3
Resistivity Correction
Table 3.4
Porosity
POROSITY
Logs Reading ΦNcorr
Dh hmc Tf
RHOB NPHI Correction (Por-14c) ΦNcorr ΦD
In in F g/cc frac dh hmc Tf
11,4 0,45 94,61 2,39 0,11 -2 -2 0,5 0,075 0,160
10,7 0,10 94,69 2,4 0,12 -2,5 -0,5 0,5 0,095 0,154
10 0,25 94,77 2,24 0,23 -1,5 -0,5 0,5 0,215 0,252
10 0,25 94,85 2,36 0,15 -2 -0,5 0,5 0,13 0,178
10 0,25 94,93 2,22 0,25 -2 0 0,5 0,235 0,265
10 0,25 95,01 2,25 0,21 -1 -0,5 0,5 0,2 0,246
10 0,25 95,09 2,24 0,22 -2 -0,5 0,5 0,2 0,252
10 0,25 95,17 2,25 0,22 -2 -0,5 0,5 0,2 0,246
11 0,25 95,25 2,25 0,23 -4 -1 0,5 0,185 0,246
12 0,75 95,33 2,25 0,22 -4 -1 0,5 0,175 0,246
Tabel 3.5
Effective Porosity
EFFECTIVE POROSITY
Logs
Reading Vsh ΦNcorr* ΦDcorr* ΦEf
GR SP GR SP
gAPI mV (%) (%) (%) (%) (%)
85 -30 75.904 74.359 -3.127 3.708 0.29
40 -30 21.687 74.359 6.464 12.211 9.338
30 -30 9.639 74.359 20.151 24.710 22.431
40 -30 21.687 74.359 9.964 14.792 12.378
30 -30 9.639 74.359 22.151 26.001 24.076
25 -30 3.614 74.359 19.494 25.154 22.324
23 -30 1.205 74.359 19.831 26.234 23.033
27 -30 6.024 74.359 19.157 24.718 21.937
28 -31 7.229 71.795 17.488 24.501 20.994
75 -55 63.855 10.256 8.560 14.271 11.416
Tabel 3.6
Table 3.7
Rw from SP
Rw from SP
Depth Tf
SP SSP Rmf Rmfe Rwe Rw
Correction Factor Kc
Ft f mV mV ohm.m ohm.m ohm.m ohm.m
1112,86 93,093 -36 1 -36 73,381 1,116 0,949 0,307 0,35
1114,46 93,117 -30 1 -30 73,385 1,116 0,948 0,370 0,50
1116,07 93,141 -23 1 -23 73,388 1,115 0,948 0,461 0,64
1117,67 93,165 -23 1 -23 73,391 1,115 0,948 0,461 0,64
1119,28 93,189 -36 1 -36 73,394 1,115 0,948 0,306 0,36
Table 3.8
Tabel 3.9
Picket Plot
hm
ic
(Pic
kett
Pl o
t
Dat
a)
0.01 Sw
0.01 0.1 1 10 100 =10
1000
0%
Rt (Ωm)
Gambar 3.2
Picket Plot
Table 3.9
Depth SW
Tf
(MD) Archie Ratio Indonesia Simandoux
f F % chart Sw-2 (%) % %
1214 94,61 100 30 100 100
1219,33 94,69 9,119 30 37,315 11,162
1224,67 94,77 2,308 30 18,866 2,828
1230 94,85 5,245 30 28,226 6,427
1235,33 94,93 1,701 25 14,635 2,086
1240,67 95,01 1,965 25 15,731 2,410
1246 95,09 1,769 20 14,398 2,171
1251,33 95,17 1,848 20 14,712 2,268
1256,67 95,25 1,902 20 14,820 2,336
1262 95,33 1,776 25 14,227 2,180
Table 3.10
Cutoff
CUT OFF
Depth Sw Net Sand Net Pay
h Vsh ΦEf
(MD) Indonesia
h h Por.h Por.h.Sw
f f GR (gAPI) frac frac
1214 0 0.759 0.29 1.000 0 0 0 0
1219.33 5.33 0.217 9.34 0.253 0 0 0.00 0.00
22.4
1224.67 5.33 0.096 3 0.159 5.333333 5.333333 1.20 0.19
12.3
1230 5.33 0.217 8 0.216 0 0 0.00 0.00
24.0 1.28
1235.33 5.33 0.096 8 0.125 5.333333 5.333333 4 0.160
22.3 1.19
1240.67 5.33 0.036 2 0.130 5.333333 5.333333 1 0.155
23.0 1.22
1246 5.33 0.012 3 0.119 5.333333 5.333333 8 0.146
21.9 1.17
1251.33 5.33 0.060 4 0.122 5.333333 5.333333 0 0.143
20.9 1.12
1256.67 5.33 0.072 9 0.123 5.333333 5.333333 0 0.138
11.4
1262 5.33 0.639 2 0.169 0 0 0 0
h gross 48.00 Sum 32.00 7.19 0.93
Cutof Parameter NTG 66.67 %
20.0
ΦEf % PorAvg 22.47 %
19.0
Vsh % SwAvg 12.96 %
20.0
Sw %
BAB IV
PEMBAHASAN
Analisa data log pada lapangan IW, sumur IW-02, Lampung, Indonesia
memperlihatkan bahwa pada data log tersebut terdapat lapisan prospek
hidrokarbon. Dari Analisa yang dilakukan, zona prospek hidrokarbon pada sumur
IW-02 berada pada kedalaman 1214 ft hingga 1462 ft. Interpretasi ini didukung
dengan data-data Analisa baik secara kualittif maupun kuantitatif. Pada
interpretasi secara kualitatif, telah ditentukan zona permbeablenya pada
kedalaman 1220 ft hingga 1260 ft, karena pada kedalaman tersebut defleksi dari
log gamma ray berada lebih ke kiri, sehingga merupakan sand. Pada track 2 dari
zona yang telah kami tentukan, defleksi dari log MLL dan ILD juga lebih ke
kanan, sehingga merupakan hidrokarbon dan bukan air. Kemudian pada track ke 3
tidak terlihat adanya cross over. Dikarenakan terdapat kesalahan pada alat
logging. Zona ini tidak memiliki gas effect dikarenakan seperasi antara NPHI dan
RHOB tidak besar, sehingga diperkirakan tidak terdapat gas.
Metode kedua yaitu metode SP. Perbedaan metode ini dengan metode Rwa
yaitu pada metode ini tidak perlu mengetahui jenis litologi batuannya. Dari 10
zona yang ada dilakukan pembacaan SP dan kemudian dilakukan perhitungan
temperatur formasi pada setiap interval kedalaman. Dari hasil temperatur formasi
tersebut, digunakan untuk menghitung nilai Rmf. Dari hasil perhitungan pada
semua interval kedalaman, nilai Rmfe didapatkan dengan cara mengkalikan nilai
Rmf dengan 0,85. Hasil Rmfe ini digunakan untuk menghitung nilai Rwe. Yang
selanjutnya dari nilai Rwe tersebut dapat ditentukan nilai Rw dengan membaca
chart schlumberger SP-2. Dari hasil pembacaan chart, didapatkan nilai Rw yaitu
0,64 Ωm.
Analisa yang terakhir yaitu analisa cut off dimana ada beberapa hal yang
dicari pada analisa ini diantaranya yaitu nilai Net to gross, Net sand, Net pay,
porositas rata-rata dan saturasi air rata-rata. Net sand adalah zona yang
diperkirakan prospek berdasarkan harga cut off dari porositas dan volume shale.
Sedangkan net pay yaitu zona yang diperkirakan prospek berdasarkan harga cut
off dari porositas, volume shale dan Sw. Fungsi dilakukannya cut off yaitu
membuang bagian yang tidak prospek, menentukan titik mana yang produktif dari
zona prospek, menentukan ketebalan produktif dan menentukan titik perforasi.
Perhitungan ini dilakukan dengan memasukan nilai interval kedalaman, porositas
efektif, volume shale, saturasi air dengan metode Archie, Indonesia dan
Simandoux. Hal ini berarti pada perhitungan net pay dilakukan cut off terhadap
Porositas, volume shale dan Sw metode Indonesia. Harga cut off yang digunakan
yaitu untuk porositas sebesar 14,5%, untuk volume shale sebesar 21% dan untuk
Sw sebesar 21%. Dari hasil perhitungan didapat nilai net pay yaitu 32 ft. Dari
hasil net pay ini dapat diketahui nilai net to gross. Net to gross merupakan
perbandingan tebal hasil cut off terhadap tebal keseluruhan, didapat nilai net to
gross yaitu 66.67%. Kemudian dilakukan perhitungan untuk menghitung porositas
efektif rata-rata dan Sw rata-rata, didapat nilai porositas rata-rata yaitu 16.05%
dan nilai Sw rata-rata yaitu 15.53. Kedua nilai tersebutlah yang pada nantinya
akan digunakan pada perhitungan mencari cadangan minyak atau original oil in
place (OOIP). Dari semua perhitungan kuantitatif, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa zona prospek yang kami pilih yaitu pada kedalaman 1214 ft
sampai 1262 ft adalah lapisan yang produktif, memiliki porositas yang baik dan
juga memiliki saturasi air yang cukup sedikit.
BAB V
KESIMPULAN
Dari analisa terhadap data log sumur IW - 22 yang telah dilakukan, maka
1260 ft.
2. Zona air terdapat pada kedalaman 1112,86 ft sampai 1119,28 ft.
3. Nilai net pay yaitu 32 ft.
4. Nilai porositas efektif rata-rata yaitu 12,41%.
5. Nilai Sw rata-rata yaitu 15,53%.
DAFTAR PUSTAKA
Communications.
3. Sitaresmi, Ratnayu. 2017. Diktat Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi.
Desember 2017)
7. http://gede-siddiarta.blogspot.co.id/2011/10/teori-dasar-logging.html (1
Desember 2017)
8. http://petroleumgeoscience.blogspot.co.id/ (1 Desember 2017)
9. https://repository.ugm.ac.id/135147/1/420-437%20M2P-03.pdf (1 Desember
2017)