Pada bagian tinjauan umum dari penelitian ini, akan dibahas mengenai landasan teori
yang mendukung dan berkaitan dengan penelitian ini, yang dimana berkaitan besar dengan
penilaian fommasi serta logging.
II.2 Logging
Logging adalah metode atau teknik untuk mengkarakterisasi formasi di bawah
permukaan dengan pengukuran parameter – parameter fisis batuan dalam lubang bor,
sedangkan log adalah hasil rekaman dalam fungsi kedalaman terhadap proses
logging[ CITATION Ser84 \l 1033 ]. Logging memiliki tujuan utama untuk mengetahui
karakteristik batuan, kandungan fluida pada formasi yang telah ditembus. Hasil analisa data
logging dapat digunakan untuk mengetahui antara lain untuk menentukan zona prospek
hidrokarbon dan dapat digunakan untuk menghitungan cadangan hidrokarbon yang ada di
suatu lapangan.
Secara umum, analisa log dibedakan atas tiga komponen, berupa log litologi, log
resistivity dan log porosity. Log litologi antara lain log gamma ray (GR) dan log spontaneous
potential (SP). Untuk log resistivity diantaranya adalah log induction, short normal log,
microlog, log lateral dan MSFL. Sedangkan untuk log porosity terdiri dari log neutron dan
log sonic. Pada logging sumuran interpretasi log digunakan untuk identifikasi lapisan
permeable, ketebalan dan batas lapisan, litologi dan gas, minyak dan air, evaluasi shalliness
(analisa kualitatif). Harga porositas, tahanan jenis air formasi, tahanan air formasi, saturasi
air, permeabilitas (analisa kuantitatif). Pemilihan kombinasi logging yang tepat juga sangat
mendukung keakuratan data yang diperoleh selama operasi logging, namun ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan dalam memilih kombinasi logging yang tepat, yaitu: faktor
fluida pemboran, batuan formasi (reservoir) dan kondisi lubang bor. Pengumpulan data
setelah operasi pemboran yang terdiri dari analisa fluida reservoir, adapun tujuan utamanya
adalah menghitung faktor volume formasi minyak / gas awal [ CITATION Hen19 \l 1033 ].
Induction Deep Log (ILD) merupakan jenis log deep resistivity dengan menggunakan
fresh water base mud
Lateral Deep Log (LLD) merupakan jenis log deep resistivity dengan menggunakan salt
water mud.
II.2.2.2 Log Medium Resistivity
Log medium resistivity yaitu log yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada
zona transisi rentangnya sekitar 1.5 – 3 ft. Log ini terdiri dari dua macam, yaitu :
Induction Medium Log (ILM) merupakan jenis log medium resistivity dengan
menggunakan water base mud.
Lateral Medium Log (LLM) merupakan jenis log medium resistivity dengan menggunakan
salt water mud.
Sistem kerja pada alat ini yaitu terdapatnya sound pada alat resistivity yang memiliki
elektroda penyangga (bucking electrode) yang berfungsi untuk memfokuskan arus survey dan
memaksanya mengalir dalam arah yang tegak lurus terhadap sound. Arus yang terfokuskan
ini memungkinkan pengukuran dilakukan pada batuan dengan arah yang lebih jelas. Log
lateral merupakan perbaikan terhadap pengukuran yang memakai arus yang tidak terfokus,
yaitu alat ES (Electrical Survey) yang terdahlu, dimana arus survey lebih suka mengalir
dalam lumpur karena resistivitas lumpur yang lebih rendah dari resistivitas
batuan[ CITATION Hen19 \l 1033 ].
Sistem kerja dari log density ialah dengan menggunakan sumber radioaktif yang
memancarkan sinar gamma dengan intensitas energi tertentu yang mampu menembus
batuan / formasi, dimana sinar gamma akan berinteraksi dengan elektron-elektron batuan
(Compton Scattering) hingga membentuk awan gamma ray disekitar source, jika semakin
banyak elektron batuan maka akan semakin sedikit gamma ray yang sampai ke detektor.
II.4.1 Sand
Pembacaan defleksi kurva peralatan logging pada batuan pasir dapat dicirikan, yaitu
memiliki harga log gamma ray yang rendah, terbentuknya mud cake karena kecilnya
diameter lubang bor. Pembentukan batu pasir terjadi dua tahap. Pertama, sebuah perlapisan
atau kumpulan perlapisan terakumulasi sebagai akibat dari sedimentasi, baik oleh air ( di
aliran, danau, atau laut) atau oleh udara ( di padang pasir). Biasanya, Sedimentasi terjadi
ketika pasir terlepas dari suspensi di mana pasir tersebut menggelinding atau terseret di
sepanjang dasar aliran atau di bagian bawah tubuh air( juga di padang pasir). Akhirnya,
ketika telah berakumulasi, pasir berubah menjadi batu pasir ketika dikompaksi oleh tekanan
dan endapan diatasnya serta disementasi oleh presipitasi mineral-mineral di dalam pori-pori
antar butiran[ CITATION Hen19 \l 1033 ].
II.4.2 Shale
Pembacaan kurva peralatan logging pada shale dapat dicirikan karena shale memiliki
harga log gamma ray yang rendah dan harga resistivitas yang tinggi.
Gambar II. 10 Simbol Batuan Shale
II.4.3 Limestone
Pembacaan kurva pada limestone dapat dicirikan dari harga defleksi log gamma ray yang
cenderung rendah, resitivitas yang tinggi, harga porositas neutron dan porositas densitas
cenderung tinggi.
II.4.4 Coal
Pembacaan kurva pada batuan coal dapat dicirikan dari harga defleksi log gamma ray yang
rendah dengan nilai resistivitas yang tinggi, dimana harga porositas neutron tinggi dan harga
pororsitas densitas cenderung lebih rendah.
II.6.1 Mobile
Hidrokarbon yang mobile akan ditunjukkan dengan adanya separasi kurva tahanan
jenis formasi untuk mengukur Rt, kurva tahanan jenis zona terusir dan kurva F. Sehingga,
pada kurva ini harga tahanan jenis formasi (Rt) lebih besar dari tahan jenis zona terusir (Rxo)
dan lebih besar dari kurva F (Rt > Rxo > F).
A. GRindex
GRread−GRmin
GRindex = ………………………………………………………..(II.1)
GRmax−GRmin
Keterangan : .
Untuk menentukan kandungan shale pada suatu formasi dapat dilihat dari kurva
Stieber dengan menggunakan data GRindex sebagai indikatornya.
C. Ø D log
Keterangan:
D. Ø Deff
Untuk menentukan harga dari porositas densitas efisien batuan dapat menggunakan
persamaan berikut:
Ø Deff = Ø D log – V Shale………………………………………………..(II.3)
Keterangan :
Ø Deff = Porositas densitas efisien (g/cc)
Ø D log = Porositas Densitas (g/cc)
Vshale = Volume shale (%)
E. Ø N log
Untuk menentukan harga porositas neutron log dapat dilihat dari hasil pembacaan
kurva NPHI.
F. Ø Neff
Keterangan :
G. Ø Eff
Untuk menentukan nilai porositas efisien pada batuan dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
( Ø D eff ) ❑2 + ( Ø N eff ) ❑2
Ø Eff = ………………………………………………(II.5)
2
Keterangan :
H. Suhu Formasi
( BHT −TS ) D
TF = x TS …………………………………………………..……(II.6)
TDL
Keterangan :
TF = Suhu Formasi (Co)
BHT = Suhu Lubang Bor (Co)
TS = Suhu Di Permukaan Lubang Bor (Co)
D = Kedalaman Yang Diinginkan (Co)
TDL = Kedalaman Lubang Bor (m)
Untuk menentukan nilai resistivitas dari mud filtrate dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:
TS+21,5
Rmf = ………………………………………………………………..(II.7)
TF+21,5
Keterangan :
Rmf = Resistivitas Mud Filtrat (Ohm-m)
TF = Suhu Formasi (Co)
TS = Suhu Dipermukaan Lubang Bor (Co)
J. Resistivitas Water
Untuk menentukan nilai resistivitas air dapat menggunakan persamaan berikut:
Rmf
RW = x Rt ………………………………………………………………(II.8)
Rxo
Keterangan :
RW =Resistivitas Air (Ohm-m)
Rmf = Resistivitas Mud Filtrate (Ohm-m)
Rxo = Resistivitas Kurva MSFL (Ohm-m)
Rt = True Resistivity (Ohm-m)
K. Saturasi Air
Untuk menentukan nilai saturasi air dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
( a x Rw )
Sw = ( m
Ø Eff ❑ x Rt )
❑1 /2…………………………………………………….(II.9)
Keterangan :
Sw = Saturasi Air
Shc = 1 – Sw ………………………………………………………………(II.10)
Keterangan:
Sw = Saturasi Air
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam upaya menyelesaikan tugas akhir ini maka di lakukan proses penelitian pada
suatu lapangan. rangkaian tersebut mencakup Desain Penelitian, Waktu Penelitian, Prosedur
Kerja, Diagram Alir, dan Pengumpulan data. Berikut merupakan paparan lampiran dari data
yang di perlukan.