OLEH
Nuraini
071002000032
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : NURAINI
NIM : 071002000032
KELOMPOK : F3
3. RIZKY ANUGRAH
NILAI :
( ...................... ) (Nuraini)
Asisten Lab Praktikan
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENGENALAN ALAT
Pada percobaan ke-1, berjudul “Pengenalan Alat” dibahas mengenai parameter,
jenis-jenis, fungsi dan prinsip kerja pada alat logging. Borehole environment terbagi dari 3
zonayaitu pertama flushed zone, zona kedua transition zone, dan zona ketiga uninvaded
zone. Flushed zone bisa disebut sebagai invaded zone yang berarti lumpur itu masih bisa
terinvasi ke dalam zona tersebut. Pada zona kedua (transition zone), transisi dari flushed
zone akan ter-transisi ke uninvaded zone. Transition zone berisi 50% mud filtrat dan 50%
water. zona yang terakhir (uninvaded zone), merupakan zona yang paling jauh dari lubang
bor, sehingga pada uninvaded zone hanya terdiri dari 100% air formasi. Ada beberapa alat-
alat logging, triple combo log yang terdiri dari 3 track yaitu track 1, track 2, dan track 3.
Pertama, pada track 1 yaitu mendeteksi apakah formasi yang kita teliti itu zona
yang permeable atau tidak permeable. Terdapat 3 alat logging yang digunakan yaitu, SP
(Spontaneous Potential) Log, GR (Gamma Ray) Log dan Caliper. Cara kerja SP log ini
untuk mengukur perbedaan potensial listrik. Prinsip kerjanya menurunkan alat elektroda
ke dalam lubang bor lalu alat itu mulai mengukur pada saat titik paling bawah, dia akan
ditarik dari titik paling lalu ke atas. Kegunaannya untuk mengidentifikasikan lapisanlapisan
permeable, mencari batas batas lapisan permeable, menentukan resistivitas air formasi, dan
menentukan lapisan serpih atau shale. Kelebihannya yaitu bereaksi hanya pada lapisan
permeable, pengukurannya mudah, sebagai indicator lapisan permeable dan non
permeable, dan menentukan batas lapisan. Adapun kekurangan dari SP Log yaitu SP tidak
bekerja pada lumpur berbahan dasar minyak, dapat terpengaruh oleh arus listrik, dan tidak
berfungsi baik pada formasi karbonat. Kemudian, GR Log yang berfungsi untuk
menentukan sandstone atau shale. Cara kerja GR Log dengan memasukkan detektor lalu
detektor itu menangkap pancaran sinar gamma di formasinya lalu di detektornya ini
membaca radioaktifnya. Jenis radioaktif tersebut yaitu, Potasium, Uranium, dan Thorium.
Kegunaan GR Log yaitu, untuk menentukan volume shale, menentukan lapisan permeable,
menentukan jenis radioaktif, dan lapisan mineral yang bukan radioaktif. Jenis Gamma Ray
Log ada 2 teridir dari Natural Gamma Ray Tool dan Standard Gamma Ray Tool. Caliper
Log tujuannya untuk mengetahui ukuran diameter lubang bor, sebagai penanda, dan
mengukur tebal mud cake.
Prinsip kerja alat detektor adalah ke dalam lubang bor. Formasi yang mengandung
unsur-unsur radioaktif akan memancarkan radiasi dimana intensitasnya akan diterima oleh
detektor dan dicatat di permukaan. Di dalam detektor sinar gamma tidak dapat diukur
secara langsung tetapi melalui prosesionisasi/disintegrasi yaitu proses pelepasan elektron-
elektron dari atom yang sebelumnya netral, dimana pelepasan electron ini akan
menimbulkan arus listrik yang dideteksi oleh alat.
Seperti yang disebutkan diatas bahwa gamma ray log mengukur radiasi gamma
yang dihasilkan oleh unsur-unsur radio aktif seperti Uranium, Thorium, Potassium dan
Radium. Dengan demikian besaran gamma ray log yang terdapat didalam rekaman
merupakan jumlah total dari radiasi yang dihasilkan oleh semua unsur radioaktif yang ada
di dalam batuan. Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang berpengaruh pada
bacaan gamma ray dilakukan gamma ray spectroscopy.
1
Selanjutnya, yang kedua track 2 Resistivity Log yaitu untuk mengukur nilai
resistivitas batuan jadi solid dan fluida yang dipakai untuk menentukan nilai saturasi air.
Alat yang digunakan Resistivity Log. Pada log resistivitas alat yang digunakan
berdasarkanmkedalam lubang bor. Log deep resistivity digunakan pada kedalaman 3ft
dengan menggunakan alat ILD (biasa digunakan untuk fresh water base mud) dan LLD
(biasa digunakan untuk salt water base mud), digunakan pada zona uninvated. Log medium
digunakan pada kedalaman 1.5 sampai 3 ft dengan menggunakan alat ILM (biasa
digunakan untuk fresh water base mud) dan LLM (biasa digunakan untuk salt water base
mud), digunakan pada zona transisi. Log shallow pada kedalam 1-6 ft dengan
menggunakan alat MSFL dan SFLU digunakan pada zona yang terinfasi mud filtrat.
Terakhir, pada track 3 tujuannya untuk menentukan nilai porositas pada formasi.
Terdapat 3 alat logging yang digunakan yaitu, Density Log, Neutron Log, dan Sonic Log.
Log Neutron pada prinsipnya bekerja mengukur persentase pori batuan dari intensitas atom
di dalamnya, yang diasumsikan bahwa tersebut akan berupa hidrokarbon maupun air. Hasil
pengukuran log Neutron kemudian dinyatakan dalam Porosity Unit (PU). Bila Pada
formasi yang mengandung minyak dan air, dimana kandungan hidrogennya tinggi maka
akan menyebabkan nilai Porosity Unit nya juga tinggi. Sedangkan pada formasi yang
mengandung gas yang memiliki kandungan 7ydrogen yang rendah menyebabkan nilai PU
yang rendah pula. Rendahnya nilai PU karena kehadiran gas yang kemudian disebut dengan
gas effect. Prinsip kerja Density Log ini memancarkan radioaktif berupa sinar gamma.
Neutron Log prinsip kerjanys kurang lebih sama seperti Density Log. Sonic Log berfungsi
untuk memancarkan suara. Log resistivitas adalah log yang mengukur nilai resistivitas
batuan solid dan fluida di dalamnya yang diperlukan untuk menentukan nilai saturasi. Log
pada zona resistivitas ada tiga macam yaitu Log Deep Resistivity (ILD dan LLD), Log
Medium Resistivity (ILM dan LLM), Log Shallow Resistivity (MSFL dan SFLD).
2
BAB II
INTERPRETASI KUALITATIF
Pada percobaan ke-2, berjudul “Interpretasi Kualitaif” dibahas untuk mengetahui lithologi
batuan, lapisan permeabel, dan kandungan fluida. Pada praktikum ini praktikan juga telah
diberikan data log sumur dari data yang didapat saat praktikum. Pada kesempatan kali ini
saya mendapatkan data dari sumur B 137 data ini yang harus saya amati. Analisa kualitatif
bertujuan untuk menentukan zona permeable dan non permeable, korelasi antar tiap – tiap
sumur dan mengenali lapisan yang diharapkan. Lapisan permeable dapat diidentifikasikan
dengan Log gamma ray, dikarenakan log gamma ray mendeteksi unsur radioaktif pada
batuan, Unsur radioaktif pada umumnya bernilai tinggi terdapat pada shale/clay dan sedikit
sekali terdapat dalam sandstone, limestone, dolomite, coal, gypsum, dan lain lain. Oleh
karena itu dicarilah zona permable berdasarkan nilai log gamma ray yang rendah. Hasil
dari pekerjaan well logging adalah rekaman data log yang dapat berupa chart atau tabulasi
angkaangka. Data awal tersebut lah yang digunakan untuk mengevaluasi formasi batuan.
Untuk mengetahui jenis fluida pengisi pori – pori batuan pada lapisan yang prospek
hidrokarbon dapat dilakukan dengan melihat pada track 3 yang merupakan kombinasi alat
neutron log dan density log. Apabila pada lapisan yang mengandung hidrokarbon defleksi
kurva neutron akan mengecil dan kurva density akan mengecil juga. Hasil rekaman kedua
alat ini akan menghasilkan persilangan (cross over) yang mengindikasikan terdapatnya
hidrokarbon. Apabila persilangan menimbulkan separasi besar, maka dapat diindikasikan
fluida pengisi pori – pori tersebut adalah gas. Sedangkan minyak menghasilkan separasi
yang tidak terlalu besar dan apabila defleksi kedua alat ini berhimpitan fluida pengisinya
adalah air.
3
nilai densitas batuan yang ditembus lubang bor, dinyatakan dalam gr/cc. besaran densitas
ini
selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai porositas batuan tersebut, atau sekarang
dikenal
dengan formation density compensated (FDC Log) yang mengukur langsung besarnya
porositas batuan pasir yang ditembus sumur .Adanya lapisan yang mengandung
hidrokarbon harus dilihat melalui rekaman ketiga alat log, yaitu log permeabel, log
resistivitas dan log porositas. Ketiga alat ini harus dikombinasikan karena mempunyai
keterkaitan satu sama lain. Apabila pada suatu lapisan mengandung hidrokarbon, maka
pada rekaman log permeabel harga GR akan mengecil dan resistivitas pada lapisan tersebut
cenderung tinggi serta pada porositas log akan menimbulkan separasi antara kurva neutron
dan density. Pada Log B137 terdapat zona 3 zona yang berbeda-beda dan memiliki
kedalaman yang berbeda-beda. Zona yang pertama memiliki kedalaman 1545 m sampai
kedalaman 1550 m. Zona yang kedua memiliki kedalaman 1817 m sampai kedalaman 1824
m. Dan zona yang ketiga atau zoba yang terakhir memiliki kedalaman 2150 m sampai
kedalaman 2166 m.
4
BAB III
MUD PROPERTIES
Spontaneous Potential Log bertujuan untuk menentukan lapisan permeable
sekaligus ketebalannya. Pada praktikum ini, terdapat dua zona permeable. Diantaranya
yaitu Zona A dengan kedalaman 3060 ft - 3080 ft,sehingga ketebalannya 20 ft dan zona B
dengan kedalaman 3150 - 3160 ft,sehingga ketebalannya 10 ft. Selain itu, SP Log juga
bertujuan untuk menentukan Rw. Untukmenentukan Rw, dilakukan tahapan-tahapan
perhitungan Tf, Rm’, Ri/Rm, ESSP, Kc, dan Rweq. Selain itu, dilakukan pembacaan grafik
untuk menentukan Rmf,Ri, ESP, K, dan terakhir Rw. Dari interpretasi log SP ini diperoleh
Rw rata-rata pada zona A, yaitu 0,271 dan Rw rata-rata pada zona B, yaitu 0,225. Pada
percobaan ketiga pada laboratorium penilaian formasi dilakukan percobaan tentang mud
properties.
Pada percobaan ini dilakukan perhitungan dari sumur B-130. Hasil interpretasi
logging atau zona prospek yang di dapat padasumur B-130pada kedalaman 1650sampai
1663 meterdimana pada kedalaman inidibagi menjadi 10 zona yaitu 1655, 1655,89,
1656,78, 1657,67, 1658,56, 1659,44,1660,33, 1661,22, 1662,11 dan terakhir yaitu 1663,00
meter. Dari hasil zonaprospek ini dibagi menjadi sepuluh zona untuk mencari nilai
temperature formasi,resistivitas mud, resistivitas mud filtrate dan resistivitas mud cake
pada setiap zona prospeknya. Sebelumnya untuk gradient temperature di dapat 0,06181247.
Setiap trayek 1, 2 dan 3 memiliki pembacaan yang berbeda–beda.
5
Temperatur formasi pada zona prospek di sepuluh kedalamanantara 1650sampai
1663 meter. Di dapat temperature formasinya pada zona satu yaitu 185,30,pada zona dua
temperature formasinya 185,35, pada zona tiga temperature formasinya 185,41, pada zona
empat temperature formasinya 185,46, pada zona lima temperature formasinya 185,57,
pada zona enam temperature formasinya185,57, pada zona tujuh temperature formasi
185,63, pada zona delapan temperature formasi 185,68, pada zona Sembilan temperature
formasinya 185,74 dan pada zona sepuluh temperature formasinya yaitu 185,79.
Salinitas dan resistivitas dua hal yang bertolak belakang. Adapun hubungan
resistivitas dan salinitas yaitu semakin tinggi salinitas maka semakin konduktif
atausemakin rendah resistivitas, begitupun sebaliknya semakin rendah
salinitasmakasemakin tidak konduktif atau resistivitasnya semakin tinggi.
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling jauh dari lubang bor,serta seluruh
pori terisi oleh kandungan semula, dengan ini zona tersebut samasekali tidak dipengaruhi
oleh adanya infiltrasi air filtrat Lumpur. Kurva SPdihasilkan karena adanya perbedaan
potensial dari suatu elektroda yang berjalan(dari lubang bor) dngan elektroda yang tetap
dipermukaan, karena elektrodamelewati berbagai jenis batuan yang berbeda sifat serta
kandungannya.Defleksi negatif ataupun positif terjadi karena adanya perbedaan salinitas
antara lumpur dan kandungan dalam batuan. Dengan menggunakan jenis Lumpur
pemboran dari “fresh water mud ” berbagai defleksi SP dapat terbentuk, bentuk itu
disebabkan adanya hubungan antara arus listrik dengan gaya-gaya
elektromotif(elektrokimia dan elektrokinetik) dalam formasi.
4. .Untuk lapisan yang permeabel (air tawar), kurva SP log akan berkembang
positif (kekanan) dari shale base line
6
BAB IV
RESISTIVITY CORECCTION
Pada percobaan kelima mengenai saturation parameters, dilakukan interpretasi
logging dari data logging sumur B-130. Pada percobaan ini, lebih ditekankan untuk
membahas perhitungan yang berguna untuk mengetahui jenis-jenis batuan atau
lithologinya dan menentukan nilai koreksi dari log reading.
Hasil data logging dapat memprediksi letak lapisan permeable yag prospek
hidrokarbon dan menghitung besarnya cadangan awal hidrokarbon sebelum hidrokarbon
tersebut harus diproduksikan. Data-data yang diperoleh dari penilaian formasi adalah sifat-
sifat fisik dari batuan 2 reservoir, sifat-sifat fisik fluida reservoir, kondisi reservoir itu
sendiri, dan jenis-jenis reservoirnya.
Pada log reading, ditentukan nilai NPHI, RHOB, dan NPHI%. Nilai NPHI ini
diperoleh pada track 3. Nilai NPHI yang diperoleh dari percobaan ini adalah 0.3, 0.27, 0.31,
0.15, 0.15, 0.192, 0.192, 0.174, 0.18, dan 0.192. Selanjutnya, untuk mengetahui nilai
RHOB ditentukan berdasarkan track 3 juga. Nilai RHOB yang diperoleh pada percobaan
ini adalah 2.06, 2.3, 2.27, 2.25, 2.25, 2.25, 2.22, 2.23, 2.2, 2.24, dan 2.43.
Setelah itu, mencari nilai NPHI% yang berada pada log reading dengan cara
mengkalikan nilai NPHI sebelumnya dengan 100%. Nilai RHOB berfungsi untuk
mengetahui nilai pada porositas por Dcorr sedangkan nilai NPHI% berfungsi untuk
mengetahui nilai por Ncorr.
Kemudian pada kolom logs reading terdapat pembacaan nilai NPHI dan RHOB
yang dimana nilai ini dapat dibaca dari hasil log track III. NPHI berarti log yang mengukur
porositas dan RHOB berarti log yang mengukur densitas bulk atau densitas batuan. Hasil
interpretasi nilai NPHI untuk zona prospek kedalaman 1775 hingga 1800 secara berurut
adalah 0.3, 0.27, 0.31, 0.15, 0.15, 0.192, 0.192, 0.174, 0.18, dan 0.192. Sedangkan nilai
RHOB untuk zona 1 hingga zona 10 adalah 2.06, 2.3, 2.27, 2.25, 2.25, 2.25, 2.22, 2.23, 2.2,
2.24, dan 2.43.
Dari hasil pembacaan log RHOB dan NPHI ini bisa digunakan untuk menentukan
jenis batuan pada suatu formasi. Caranya adalah dengan plot nilai RHOB dan NPHI pada
grafik Schlumberger Por-14. Hasil yang didapat dari plot untuk jenis batuan pada zona 1
7
hingga 10 adalah quartz sandstone kecuali zona 7 adalah limestone. Sehingga dari sini
dapat disimpulkan bahwa jenis batuan untuk kedalaman 1775-1800 adalah sandstone.
Parameter NPHI memerlukan nilai dh, hmc, dan Tf yang diperoleh melalui chart
slb. Nilai dh pada parameter NPHI adalah -2.5, -3, -1, -1, -1, -1, -1, -0.5, -1, dan -1. Lalu,
nilai hmc atau ketebalan mud cake pada parameter NPHI adalah -3, -2, -4, -8, -8, -6, -6, -
9, - 10,bdan -6. Dan, nilai Tf pada parameter NPHI adalah 3, 4, 6, 3, 3, 3, 3, 1, 2, dan 1.
Nilai dh, hmc, dan Tf pada parameter NPHI digunakan untuk menghitung nilai por
Ncorr dengan menambahkan nilai tersebut dan nilai NPHI% yang sudah didapatkan
sebelumnya. Nilai por Ncorr yang diperoleh adalah 27.5, 26, 32, 9, 9, 15.2, 15.2, 8.9, 9,
dan 15.2.
Selanjutnya, nilai dh yang diperoleh adalah nilai dh pada calliper yang berada pada
track 1. Nilai dh tersebut adalah 11, 11, 8.5, 8.5, 8.5, 8.5, 8.5, 8.5, 8.5, dan 8.5. Lalu
didapatkan nilai hmc atau ketebalan mud cake dengan pengurangan antara diameter lubang
dengan bit size dan dibagi dua. Nilai hmc yang diperoleh adalah 6.5, 6.5, 9, 9, 9, 9, 9, 9, 9,
dan 9.
Nilai GR min diperoleh pada track 1 bagian log GR atau gamma ray. Nilai GR min
ini dilihat secara keseluruhan dari data lognya yang mendefleksikan nilai GR akan
mencondong atau mengarah ke arah kiri atau mendekati 0 sehingga nilai yang diperoleh
adalah 10.
Lalu, nilai GR max juga sama seperti GR min, tetapi nilai GR max dicari dengan
melihat log GR defleksi ke kanan atau mendekati nilai maksimalnya 120. Nilai yang
diperoleh pada GR min adalah 115. Nilai Rtsh diperoleh sama seperti nilai rho sh dan por
Nsh, berada pada track 2 dengan menarik nilai saat gamma ray hingga nilai ILD atau LLD
sehingga nilainya 50. Nilai rho sh didapatkan dari gamma ray ditarik menuju RHOB
sehingga didapatkan sebesar 2.
Pada percobaan ini membahas mengenai nilai porositas efektif. Dimana porositas
efektif yatu perbandingan antara nilai volume pori-pori batuan yang saling berhubungan
dengan volume pori batuan secara keseluruhan. Pada percobaan ini dicari nilai parameter-
parameter yang ada pda saturasi parameter dan porositas yang salig berhubungan dengan
nilai porositas efektif. Setelah itu menghitunga nilai-nilai pada gamma ray pada zona
prospek,nilai spontaneous potential log pada zona prospek , volume shale gamma ray dan
volume shale spontaneous potential;,nilai porositas ncorecction, yang dikoresikan lagi dan
nilai dcorecction yang dikoresikan lagi,dan yang terakhir ialah nilai dari porositas efektif.
Dilakukan interpretasi logging dari data logging pada sumur B-130. Pada percobaan ini,
lebih ditekan kan untuk mengetahui nilai dari porositas efekktif, porositas efektif perlu
ditentukan karena fluida hidrokarbon yang berada pada dalam pori-pori batuan saling
berhubungan.
8
BAB V
SATURASI PARAMETER
Pada percobaan kelima mengenai saturation parameters, dilakukan
interpretasi logging dari data logging sumur B-130. Pada percobaan ini, lebih
ditekankan untuk membahas perhitungan yang berguna untuk mengetahui jenis-
jenis batuan atau lithologinya dan menentukan nilai koreksi dari log reading.
Tujuan dari logging adalah menentukan besaran-besaranfisik batuan
reservoir ( sepertilithologu, ketebalan formasi produktif, porositas, dan saturasi air
formasi ) maka dasar dari logging adalah sifat fisik batuan atau petrofisik dari batuan
reservoir itu sendiri, yaitu sifat fisiklistrik, sifat radioaktif, dan sifat rambat suara
(gelombang) elastis dari batuan reservoir.
Hasil data logging dapat memprediksi letak lapisan permeable yag
prospek hidrokarbon dan menghitung besarnya cadangan awal hidrokarbon
sebelum hidrokarbontersebut harus diproduksikan. Data-data yang diperoleh dari
penilaian formasi adalah sifat-sifat fisik dari batuan 2 reservoir, sifat-sifat fisik
fluida reservoir, kondisi reservoir itu sendiri, dan jenis-jenis reservoirnya.
Perhitungan measured depth atau kedalaman berdasarkan hasil
interpretasi kualitatif yang lalu, yaitu pada kedalaman 1775 – 1800 meter.
Measured depth dibagi menjadi 10 zona, dimana kedalaman tiap measured depth
dihitung dengan rumus kedalaman akhir yaitu 1800 meter dikurang kedalaman
awal yaitu 1775 meter kemudian dibagi menjadi sembilan.
Pada log reading, ditentukan nilai NPHI, RHOB, dan NPHI%. Nilai
NPHI ini diperoleh pada track 3. Nilai NPHI yang diperoleh dari percobaan ini
adalah 0.3, 0.27, 0.31, 0.15, 0.15, 0.192, 0.192, 0.174, 0.18, dan 0.192.
Selanjutnya, untuk mengetahui nilai RHOBditentukan berdasarkan track 3 juga.
Nilai RHOB yang diperoleh pada percobaan ini adalah2.06, 2.3, 2.27, 2.25, 2.25,
2.25, 2.22, 2.23, 2.2, 2.24, dan 2.43.
Setelah itu, mencari nilai NPHI% yang berada pada log reading dengan
cara mengkalikan nilai NPHI sebelumnya dengan 100%. Nilai RHOB berfungsi
untuk mengetahui nilai pada porositas por Dcorr sedangkan nilai NPHI%
berfungsi untuk mengetahui nilai por Ncorr.
Kemudian pada kolom logs reading terdapat pembacaan nilai NPHI dan
RHOB yang dimana nilai ini dapat dibaca dari hasil log track III. NPHI berarti
log yang mengukur porositas dan RHOB berarti log yang mengukur densitas
bulk atau densitas batuan. Hasil interpretasi nilai NPHI untuk zona prospek
kedalaman 1775 hingga 1800 secara berurut adalah 0.3, 0.27, 0.31, 0.15, 0.15,
0.192, 0.192, 0.174, 0.18, dan 0.192. Sedangkan nilai RHOB untuk zona 1
hingga zona 10 adalah 2.06, 2.3, 2.27, 2.25, 2.25, 2.25, 2.22, 2.23, 2.2, 2.24,
dan 2.43.
Dari hasil pembacaan log RHOB dan NPHI ini bisa digunakan untuk
9
menentukan jenis batuan pada suatu formasi. Caranya adalah dengan plot nilai
RHOB dan NPHI pada grafik Schlumberger Por-14. Hasil yang didapat dari plot
untuk jenis batuan pada zona 1 hingga 10 adalah quartz sandstone kecuali zona 7
adalah limestone. Sehingga dari sini dapatdisimpulkan bahwa jenis batuan untuk
kedalaman 1775-1800 adalah sandstone.
Parameter NPHI memerlukan nilai dh, hmc, dan Tf yang diperoleh melalui
chart slb. Nilai dh pada parameter NPHI adalah -2.5, -3, -1, -1, -1, -1, -1, -0.5, -1,
dan -1. Lalu, nilai
hmc atau ketebalan mud cake pada parameter NPHI adalah -3, -2, -4, -8, -8, -6, -6,
-9, - 10,
dan -6. Dan, nilai Tf pada parameter NPHI adalah 3, 4, 6, 3, 3, 3, 3, 1, 2, dan 1.
10
percobaan ini, lebih ditekan kan untuk mengetahui nilai dari porositas efekktif,
porositas efektif perlu ditentukan karena fluida hidrokarbon yang berada pada
dalam pori-pori batuan saling berhubungan.
11
BAB VI
POROSITAS EFEKTIF
Pada percobaan ke-6, berjudul “ Effective Porosity” tujuan dilakukannya
praktikum porositas efektif ini yait guna untuk mengetahui parameter-parameter
porositas efektif, yang dimana porositaas efektif itu sendiri merupakan
perbandingan atau rasio antara volume seluruh pori yang saling berhubungan
dengan volume batuan. Dilakukannya praktikum tentang porositas ini ada guna
untuk mengetahui kemampuan batuan untuk meyimpan hidrokarbon. Tujuan dari
logging adalah menentukan besaran-besaranfisik batuan reservoir ( seperti
lithologu,ketebalan formasi produktif,porositas,dan saturasi air formasi ) maka
dasar dari logging adalah sifat fisik batuan atau petrofisik dari batuan reservoir itu
sendiri, yaitu sifat fisik listrik, sifat radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang)
elastis dari batuan reservoir. Seperti halnya pada analisa kualitatif, analisa
kuantitatif merupakan analisa log yang memperhitungkan besaran angkanya
dengan memperhatikan skala ukuran gridnya sesuai kedalaman yang didapat. Dari
data-data yang dihasilkan diatas dengan bantuan grafik (chart-book), dengan
rumus-rumus mana yang berlaku maka dapat menentukan jumlah volume
kandungan lempung (Vsh), nilai porositas (Ø), nilai resistivitas air formasi (Rw),
nilai resisitivitas formasi (Rt), dan nilai saturasi air formasi (Sw).
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada data log yang telah
dibagi per kelompok serta mencari 10 zona prospek yang berada dikedalaman
yang berada pada track 1, 2, dan 3 berbeda befungsi untuk menentukan zona yang
mengandung hidrokarbon setelah itu menentukan mud properties, dan resistivivity
correction, maka sekarang dilakukan track 3 yaitu menentukan parameter pada
porositas efektif.
12
BAB VII
Dengan cara melihat dari track 1, dimana letak zona yang permeable, yang mana
bisa dilihat dari nilai SP Log dan juga gamma ray yang kecil atau garis tracknya mengarah
ke kiri. Lalu lihat dari track 2, yang mena merupakan log resistivitas, dari track ini kita
mencari resistivitas mana yang kecil namun tidak teralu kecil, setelah itu praktikan melihat
ke track 3, pada track ini kita meliat yang yang ada cross plot yang kecil, karena kalau besar
itu kemungkinan terisis oleh gas, kalau sedang kemungkinan terisi oleh minyak, dan jika
kecil, kemungkinan terisi oleh air, karena kita mencari resistivtas air, maka kita mencari
formasi yang kemungkinan mengandung air, yang mana mempunyai cross plot yang kecl.
Kedalaman pada sumur B-130 yang mengandung air adalah dari kedalaman 1240 hingga
1246 m. Dari kedalaman tersebut dibagi menjadi 10 zona kedalaman. Maka selanjutnya
dilakukan metode percobaan yang pertama. Metode yang pertama metode menggunakan
Spontaneous Potential (Rw from SP).
Metode ini, pertama-tama praktikan harus melihat pada track 1, dan melihat berapa
nilai atau harga dari spontaneous potential yang tepat pada kedalaman yang telah
ditentukan. Harga SP Log dari setiap zona yang telah ditentukan secara berurutan adalah
58; 59; 59 ; 59 ; 59 ; 59 ; 59 ; 59 ; 59 ; 59. Dari data SP log ini, praktikan harus mencari
nilai SSP yang merupakan perkalian antara nilai SP log dengan Corretion Factor yang
bernilai 1.Nilai SSP yang didapat dari setiap kedalaman yang sudah ditentukan adalah sama
dengan nilai SP yang sudah diketahui karena dari rumus SSP hanya dikali dengan 1, maka
hasilnya akan sama dengan nilai SP log awal.
Selanjutnya, untuk mencari nilai Rmfe, dalam mencari nilai Rmfe, apabila
Rmf@Tf yang telah dicari lebih besar dari 0,1, maka nilai Rmfe dicari dengan
menggunakan rumus. Jika nilai Rmf@Tf kurang dari 0,1, maka nilai Rmfe dicari
menggunakan chart SP-2. Pada praktikum ini, Rmfe dicari dengan menggunakan
rumus, karena nilai rmf-nya lebih dari 0,1 dilihat dari perhitungan. Nilai Rmfe pada
setiap kedalaman adalah 0,346 Ω𝑚 ; 0,3459 Ω𝑚 ; 0,75196 Ω𝑚 ; 0,75177 Ω𝑚;
0,75159 Ω𝑚 ; 0,7514 Ω𝑚 ; 0,75122 Ω𝑚 ; 0,75103Ω𝑚 ;
0,75085 Ω𝑚 ; 0,75066 Ω𝑚 ; 0,75047 Ω𝑚 ; 0,75029 Ω𝑚.
13
Metode berikutnya yaitu metode ratio. Dalam metode ini parameter -
parameter yan dibutuhkan adalah resistivitas univanded zone,resistivitas flushed
zone dan resistivitas mudfiltrat.
Kemudian, mencari nilai Rwe yang dapat ditentukan dengan rumus. Nilai
Rwe pada setiap kedalaman adalah 0,10661 Ω𝑚 ; 0,75177 Ω𝑚 ; 0,75159 Ω𝑚 ;
0,7514 Ω𝑚 ; 0,75122
Ω𝑚 ; 0,75103 Ω𝑚 ; 0,75085 Ω𝑚 ; 0,75066 Ω𝑚 ; 0,75047 Ω𝑚 ; 0,75029 Ω𝑚.
Metode yang selanjutnya dalam percobaan ini adalah metoda archie. Dalam
metoda ini parameter yang dibutuh adalah Rt.porositas effective, F dan Rwa.
Porositas effective dapat pada percobaan sebelumnya. Nilai F yang didapat dari
perhitungan perbandingan a dengan porositas effective pangkat m , disini nilai a
dan m yang digunakan merupakan konstanta dari batuan sandstone. Kemudia
praktika menentukan nilai Rwa dengan menggunakan perhitungan perbandingan
antra nilai Rt dengan nilai F. nilai Rwa yang didapat adalah 1.080,96 ; 5.520,36;
5.838,56 ; 2.694,8 ; 2.694,8 ; 3.072,8 ; 2.741,7 ; 2.994,0 ; 2.983,4 ;
1.852,8
Untuk mencari nilai Resistivitas air dengan metode terakhir yaitu metode
Archie yang mana biasa digunakan pada formasi yang bersih atau clean
formation dan dibutuhkan parameter-parameter yaitu Tf dan Rt yang dapat
dilihat pada data Resistivity Ratio Method. Dan dilakukan pembacaan pada log
track 3 untuk menentukan nilai NPHI dan RHOB.
14
BAB VIII
15
formasi (Rw). Metode ini
didasarkan pada formula Archie. Selain digunakan untuk memperkirakan Sw,
metode ini dapat pula digunakan untuk memperkirakan Rw, yaitu dengan
membuat crossplot antara Rt dan porositas padakertas log-log. Titik- titik yang
terluar pada crossplot tersebut terletak pada suatugaris yang disebut Ro line.
Semua titik pada garis ini mempunyai Sw = 100% atauSw = 1. Pada titik potong
antara garis Sw = 1 dengan porositas 100%.
Pada praktikum ini hanya digunakan Metode pickett plot dapat
digunakan dengan baik bila formasinya bersih dan litologinya konsisten.
Metode inididasarkan pada formula Archie. Selain digunakan untuk
memerkirakan Sw, metode ini dapat pula digunakan untuk memerkirakan Rw,
yaitu: dengan membuat crossplot antara Rt dan porositas pada kertas
log.praktikan harus menetukan zona prospek yang megandung air. Dengan
cara melihat dari track 1, dimana letak zona yang permeable, yang mana bisa
dilihat dari nilai SP Log dan juga gamma ray yang kecil atau garis tracknya
mengarah ke kiri. Lalu lihat dari track 2, yang mena merupakan log resistivitas,
dari track ini kita mencari resistivitasmana yang kecil namun tidak teralu kecil,
setelah itu praktikan melihatke track 3, pada track ini kita meliat yang yang
ada cross plot yang kecil, karena kalau besar itu kemungkinan terisisoleh gas,
kalau sedang kemungkinan terisi oleh minyak, dan jika kecil, kemungkinan
terisi olehair, karena kita mencari resistivtas air, maka kita mencariformasi yang
kemungkinan mengandung air, yang mana mempunyai cross plot yang kecil.
Kedalaman pada sumur B-130 yang mengandung air adalah dari kedalaman
1240 m hingga 1246 m. Dari kedalaman tersebutdibagi menjadi 10 zona
kedalaman. Salah satu metode yang paling sering dilakukan untuk menentukan
resistivitas air formasi adalah metode Pickett Plot karena metode ini hanya
membutuhkan log yang ada dan cukup akurat. Picketplot adalah metode yang
digunakan dalam menentukan resistivitas formasi air dimana pada metode ini
membuat sebuah grafik berdasarkan nilai gradien kemiringan,dari kemiringan
ini kita berasumsi untuk mendapatkan garis berupa Rt dan juga nilai porositas
dari nilai sw yang diinginkan , sebelum itu yang harus dilakukan adalah
menentukan nilai daripada gradien kemiringan atau “m” nilai ini sebenarnya
sudah diketahui berdasarkan tipe batuannya apabila batuan tersebut adalah
batuan sandstone atau batu pasir maka nilai dari kemiringannya adalah sebesar
2 .Namun jika pada formasi tersebut memiliki jenis batuan yang paling banyak
nya berupa dolomite maka nilai nya pun berbeda. Pada percobaan kali ini nilai
gradien yang didapatkan harus menggunakan rumusyang sudah terteradiatas
dan membutuhkan beberapa data Rt. Untuk mencari resistivitas air dengan
menggunakan metode plot yaitu dengan zona air yang sudah dimiliki bagi
lapisan menjadi 10 zona yaitu pada kedalaman 120 meter sampai 1246 meter.
Selanjutnya adalah mencari nilai saturasi air. Saturasi air berfungsi
untuk menentukan zona yang mengandung hidrokarbon pada reservoar, jika air
merupakan satu-satunya fluidayang terkandung dalam pori-pori batuan, maka
nilai Sw = 1, tetapi apabila pori- pori batuan mengandung fluida hidrokarbon
maka nilai Sw < 1. Pada saat Sw 100% di dapat nilai Rt nya yaitu sebesar 0.6,
16
85,17755, dan 12092.03 ohm. Dan ketika Sw 50% di dapat nilai Rt nya yaitu
sebesar 2,4, 340.7102, 48368,,1 ohm. Danpada saat nilai Sw 25%di dapat untuk
nilai Rtnya yaitu sebesar 9,6, 1362.841, dan 193472.4ohm.
17
BAB IX
18
Indonesia. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman dan teknologi
yang ada di bumi ini maka terdapat banyak juga metode dalam penentuan nilai
saturasi air formasi yang awalnya hanya dari metode Archie dan semakin
berkembang makin banyak variasi jenis metode. Percobaan ini membutuhkan
beberapa nilai parameter yang dibutuhkan untuk dapat melakukan perhitungan
nilai saturasi air formasi yaitu sebagai berikut, Resistivitas air formasi (Rw),
Resistivity (Rt), Porositas (ø), Volume Shale (Vsh), dan nilai – nilai dari Resistivitas
Shale (Rsh). Nilai parameter – parameter tersebut dapat diperoleh dengan cara
yang telah dilakukanpada percobaan sebelumnya yaitu pada percobaan resistivitas
air formasi. Pertama kali praktikkan melakukan perhitungan untuk dapat
menentukan nilai saturasi air formasi dengan metode Archiedimana metode ini
merupakan metode dasar untuk menggunakan metode – metode lainnya. Metode
Archie ini digunakan untuk clean formation, dikarenakan pada metodeinitidak dapat
memperhatikan parameter nilai kandungan shale didalamnya. Nilai dari saturasiair
formasi yang diperoleh berdasarkan zona prospek yang telah praktikkan dengan
menggunakan persamaan metode Archie yaitu sebagai berikut: 0.00728675 ; 0
.00939 ; 0.0028335 ; 8.37299 ; 0.06615 ; 2.92604 ; 0.1323038 ; 0.126659 ;
0.121675 ; 0.11326.
Selanjutnya praktikkan melakukan perhitungan nilai saturasi air formasi dengan
menggunakanmetode Simandoux. Padametode Simandoux digunakan pada shaly
formation. Metode ini sama dengan metode Indonesia dan juga dengan jenis batuan
yang ada. Praktikkan memperolehnilai saturasi air formasi dengan menggunakan
persamaan metode Simandoux berdasarkan zona kedalamanprospek yaitu sebagai
berikut: 0.04429639 ; 0.04429639 ; 0.04217389 ; 0.0402694 ; 0.038514 ; 0.038534
; 0.038584 ; 0.0421923v; 0.04634681 ; 0.03850923. Terakhir
praktikkan melakukan perhitungan nilai saturasi air formasi dengan
menggunakanpersamaan metode Indonesia. Metode ini digunakan pada shally
formation dengan memperhitungkan nilaivolume shale dan nilai resistivity shale.
Sehingga praktikkan memperoleh nilai saturasi air formasi dengan menggunakan
metode Indonesia berdasarkan zona prospek yaitu sebagai berikut : 23.6292 ;
22.58567 ; 32.56314 ; 40.79735 ; 44.56976 ; 51.92306 ; 56.48379 ; 43.32312
; 33.15588 ; 41.6237. Pada percobaan kali ini praktikkan dapat mengetahui bahwa
metode Simandoux Metode simandoux menggunakan log densitas dan log neutron
untuk menentukan porositas. Adapun fraksi lempung dapat ditentukan dari log
Gamma Ray, SP dan indikator kehadiran shale lainnya. Metode ini baik digunakan
pada pasir yang mengandung dispersed dan laminated shale.Metode Simandoux
ini memiliki kelebihan diantaranya pada persamaan ini kehadiran shale sudah
mulai diperhitungkan. Selain itu, metode ini sangat baik dalam melakukan
perhitungan water saturation pada formasi yang memiliki kadar salinitas air yang
tinggi atau saline water. Metode Simandoux ini selain memiliki beberapa kelebihan
tentu masihmemiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah bahwa metode ini
hanya dapat mengcover zona linear pada gambar skematik di bawah ini (salinitas
tinggi). Selain itu, metode ini juga tidak memperhitungkan cara persebaran dan
jenis shale yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu akan menyebabkan
dampak yang berbeda pula pada pembacaan log. Praktikkanjuga dapat mengetahui
bahwa metode Indonesia.
19
BAB X
CUT OFF
Minyak dan gas bumi hingga sekarang merupakan sumber utama dalam pemenuhan
kebutuhan energi di dunia. Pengembangan studi dalam eksplorasi maupun eksploitasi
minyak dan gas bumi oleh ahli geologi maupun geofisika diperlukan dalam pemenuhan
kebutuhan energi selain memanfaatkan energi alternatif. Industri migas pun dituntut untuk
mencapai suatu nilai keekonomian (profit). Oleh karena itu diperlukan pemahaman
petrofisik reservoir sebagai salah satu penentu keberhasilan produksi eksplorasi maupun
eksploitasi penting untuk dipahami. Data primer yang digunakan adalah well log TRMB-
01 Langkah yang dilakukan diawali dengan determinasi litologi secara kualitatif secara
quick look berdasarkan kecenderungan nilai Gamma Ray, Resistivity, Density, dan
Neutron. Secara kuantitatif memisahkan Zona Air, Zona Transisi, dan Zona Hidrokarbon
dari kecenderungan perbedaan nilai Deep Resistivity dan Shallow Resistivity dihubungkan
juga dengan jenis litologi dari pembacaan Gamma Ray. Pada zona air diperoleh nilai Φtotal
dan Ro dimasukkan dalam Pickett Plot hingga didapat nilai aRw dan m (faktor sementasi)
untuk zona hidrokarbon. Pada zona hidrokarbon didapat hasil akhir berupa nilai Saturasi
Air (Sw), Saturasi Hidrokarbon (SH), Saturasi Air Sisa (Swir), dan Permeabilitas (K).
Berdasarkan nilai Saturasi Air (Sw) dan porositas (Φ) didapatkan nilai Gross Sand, Net
Sand, dan Net Pay yang dieliminasi dari nilai Cut Off Sw < 0,2 dan Φ > 0,1 sehingga
didapat ketebalan Net Pay reservoir Hidrokarbon yang dianggap prospektif pada
kedalaman 891 m ketebalan 1m, dan 918 – 927 m dengan ketebalan 9m dengan komposisi
gas diketahui dari besarnya separasi antara log density dan neutron.
Secara harfiah, cut-off berarti suatu nilai batas. Dalam konteks reservoir, cut-off
merupakan batasan nilai dari parameter reservoir, dalam hal ini berupa (volume shale (Vsh),
porositas (Φ), permeabilitas (k), dan saturasi air (Sw). Nilai cut-off ini digunakan untuk
mengeliminasi volume batuan yang tidak berkontribusi secara signifikan dalam evaluasi
IOIP maupun cadangan reservoir. Nilai cut-off disesuaikan dengan karakter fisik dari
reservoir. Nilai cut-off bersifat subyektif, tergantung dari keputusan suatu perusahaan.
Namun, nilai cut-off tidak dapat ditentukan dengan sewenang-wenang. Nilai cut-off ini
ditentukan oleh karakter dari reservoir. Penentuan cut-off diperlukan pada studi reservoir
yang sistemnya memiliki suatu kelainan pada batuan yang menyebabkan batuan/formasi
tersebut tidak dapat diikutsertakan pada tahap korelasi stratigrafi dan dalam penentuan nilai
cadangan. Penentuan nilai cut-off yang tidak tepat akan mempengaruhi parameter dalam
reservoir. Berikut ini adalah beberapa parameter yang dipengaruhi oleh nilai cut-off.
Pertama yaitu Konektivitas Reservoir Nilai cut-off digunakan untuk menentukan nilai net-
to-gross ratio yang digunakan untuk mengetahui kontinuitas dari sebuah reservoir.
Sehingga dibutuhkan nilai net thickness sebagai input dari net-to-gross ratio. Hal ini
mengindikasikan fraksi gross batuan yang clean dan berpori yang berpotensi sebagai
potensi resevoir hidrokarbon. Jika cut-off Vsh dan porositas dikorelasikan dengan dengan
nilai permeabilitas, maka hal ini akan menjamin aliran fluida dari reservoir dapat
mengalir. Kedua, Analisa volumetric yaitu Nilai cut-off akan mengeliminasi batuan
maupun kandungan dalam batuan yang tidak sesuai dengan cut-off tersebut. Hal ini akan
mempengaruhi penentuan dari nilai hydrocarbon-in-place (IOIP maupun IGIP). Ketiga,
model dinamis reservoir yaitu Hal ini berhubungan dengan estimasi dari nilai cadangan.
Cut-off akan dihubungkan dengan nilai parameter hidrolik, yaitu permeabilitas absolut,
20
faktor geometri pori (k/Φ)0.5, mobility ratio (k/μ), tekanan kapiler, saturasi air residual
(Swirr) atau end-point dari permeabilitas relatif yang diekstrapolasi, tergantung dari
mekanisme pendorong dari reservoir. Kelima , mekanisme recovery dan pengurasan
reservoir yaitu Dynamic cut-off sangat dibutuhkan untuk diaplikasikan dalam hukum
Darcy. Faktor yang paling dipengaruhi adalah nilai dari ketebatan efektif dari interval
aliran.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Nilai Cut-Off yaitu yang pertama efek
pembacaan skala saat logging. Net pay diperoleh dari pembacaan (resolusi spasial) dari
well logging. Conventional log sampling interval adalah 0,15 m sehingga setiap data
berhubungan dengan ketebalan sub-layer 0,15 m. Resolusi menunjukkan ketebalan lapisan
minimum di mana log akan merekam nilai parameter yang benar setelah dikoreksi dengan
kondisi lingkungan reservoir. Kedua , tipe batuan sangat mempengaruhi nilai cut-off karena
adanya perbandingan petrofacies dari batuan. Contohnya cut-off untuk sandstone dan
carbonate berbeda karena proterti petrofacies dari sandstone dan carbonate berbeda.
Bahkan dalam jenis batuan carbonate pun nilai cut-off dibedakan untuk limestone dan
dolomite. Ketiga , permeabilitas yaitu Saat nilai permeabilitas atau mobility cut-off
ditentukan, kemudian dihubungkan dengan nilai cut-off dari Vsh, Φ, dan Sw. Nilai cut-off
tersebut memberikan beberapa karakteristik, yaitu nilai dinamis dari reservoir dan sinergis
(meskipun nilai cut-off dari Vsh, Φ, dan Sw awalnya berhubungan dengan dengan net sand,
net reservoir, dan klasifikasi net pay).
Net sand merupakan formasi yang memiliki nilai porositas lebih besar dari cut off
yang telah ditentukan. Volume shale diperhitungkan karena formasi mengandung
shale,sehingga formas yang diambil adalah yang memiliki volume shale lebih besar dari
cut off yang telah ditentukan. Tujuan dari perhitungan net-pay adalah untuk menghilangkan
interval batu non-produktif dan, dari perhitungan di berbagai lubang bor, memberikan dasar
yang kokoh untuk mendeskripsikan kualitas reservoir 3D, kuantitatif hidrokarbon in-place
dan perhitungan aliran. "Net-to-gross ratio" atau "Net/Gross" (N / G) adalah jumlah total
besar pay dibagi dengan total ketebalan interval reservoir (Untuk memudahkan,
diasumsikan sumur vertikal).
Tujuan dari perhitungan net-pay adalah untuk menghilangkan interval batu non-
produktif dan, dari perhitungan di berbagai lubang bor, memberikan dasar yang kokoh
untuk mendeskripsikan kualitas reservoir 3D, kuantitatif hidrokarbon in-place dan
perhitungan aliran.Perhitungan net-pay adalah input yang diperlukan untuk menghitung
pori-pori hidrokarbon, FHCP, pada lubang sumur dan input ke Original Oil In Place
reservoir (OOIP) atau perhitungan Gas In Place (OGIP). Total FHCP di sumur adalah
penjumlahan titik-titik pada interval reservoir Persamaan. 1. Interval Top & Bottom
reservoir diinterpretasi oleh ahli geologi atas dasar deskripsi core dan log characteristic.
21
BAB XI
INTERACTIVE PETROPHYSIC
Pada percobaan kesebelas ini mengenai software IP atau Interactive
Petrophysics oleh schlumberger. Pada praktikum ini dilakukan interpretasi
logging dari suatu sumur dengan menggunakan software yang bernama
Interactive Petrophysics. Software InteractivePetrophysics ini merupakan
salah satu jenis dari banyaknya jenis software lain yang dapat digunakan untuk
menginterpretasikan atau load data hasil dari run log yang setelahnya
akandiolah atau diproses menjadi data log yang lebih detail. Analisis log
meliputi kegiatan penentuan litologi (jenis batuan), karakteristik batuan
reservoir (petrophysic), dan fluida yang terkandung di dalam batuan (fluid
content). Analisis log merupakan bagian dari penilaian formasi yang dilakukan
untuk menentukan parameter batuan reservoir sertasebagai acuan untuk
mengetahui kondisi di bawah permukaan dan kondisi formasi yang diamati.
Dalam proses analisis log terdiridari dua tahapan, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Dalam analisa kualitatif dapat diketahui litologi, fluid
content, dan permeable zone.Sedangkan dalam analisis kuantitatif dapat
diketahui porositas, saturasi air, dan ketebalan produktif formasi (net pay).
Parameter utama yang ditentukan dari perhitungan dari data log sumur adalah
porositas dan saturasi air. Selain porositas dan saturasi air, ketebalan formasi
yang mengandung hidrokarbon diperlukan untuk memperkirakan total
cadangan. Untuk mengevaluasi suatu reservoir, perlu diketahui sifat fisik atau
karakteristik batuan yang mempengaruhi pengukuran log seperti volume shale,
resistivitas air formasi, porositas, dan saturasi air.
Triple Combo merupakan kombinasi antara MWD yang menyediakan
pengukuran untuk direction and inclination, serta dua buah peralatan LWD
berupa resistivity logging dan nuclear logging. Keunggulan dari penggunaan
triple combo dalam LWD mampu memberikan real time data dari berbagai
jenis pengukuran diantaranya; direction and inclination, resistivity log serta
density and porosity log yangsemuanya akan mampu ditampilkan secara real
time. Perlu diperhatikan bahwa tampilan data real time ini merupakan data
sementara dan bukan menjadi data akhir dari layanan pengukuran yang
diberikan. Selain keunggulan data real time yang bisa dilihatpada saat yang
bersamaan dengan pengukuran berlangsung, ada kelemahan dari segi kualitas
yang terkait dengan jumlah sampling data yang bisa dikirimkan kepermukaan
melalui mud pulse. Dengan keterbatasan jumlah binary data yang bisa
dikodekan melalui mud pulse, maka binary datayang diambil sebagai sampling
data diambil yang cukup mewakili sebagai bahan yang digunakan sebagai
evaluasi pada saatyang bersamaan dengan berlangsungnya proses pengeboran.
Data lain yang diperoleh selama proses pengukuran juga akan tersimpan dalam
memory yang ada di dalam peralatan logging yang dapat diunduh pada saat
kegiatantelah selesai dan peralatan logging yang digunakan telah diangkat ke
atas permukaan lobangsumur bor. Data yang tersimpan dalam memory
peralatan logging ini akan diolah untuk ditampilkan dalam laporan akhir untuk
22
disampaikan kepada pengguna layanan. Kualitas data rekaman ini jauh lebih
baik dari kualitas data real time yang ditampilkan sebelumnya karena
kerapatan data yang lebih tinggi. Kedua jenis data yang dihasilkan, baik real
time maupun rekaman akan saling menunjang dalam pengambilan keputusan
penting selama proses kegiatan pengeboran berlangsung.
Proses akuisisi data untuk penampilan real time data dilaksanakan
dengan sistem informasi yang dipasang di permukaan dengan terhubung pada
beberapa sensor yang telah didekodekan sebelum masuk ke computer
pengolah. Sensor yang digunakan minimal terdiriatas dua buah sensor tekanan
dan satu buah sensor yang dipasang pada driller's draworks digunakan untuk
mengetahui kedalaman peralatan pengukuran pada saat proses
pengeboranberlangsung. Sensor tekanan berfungsi mendapatkan kode binary
data dari peralatan di dalam lobang sumur bor yang ditransmisikan melalui
mud pulse. Dengan keterbatasan binary data yang bisa ditransmisikan melalui
mud pulse, maka tidak semua data secara lengkap dapat ditrasnmisikan ke atas
permukaan. Cuplikan data terpenting akan dipilih untuk diberikan pada
tampilan real time data. Meskipun kualitas real time data tidak sebagus data
rekaman yang akan diperoleh sebagai hasil akhir, pentingnya fungsi real
timedata ini menjadi unsur yang sangat kritis dalam penyediaan layanan.
Saturasi air merupakan salah satu parameter fisik batuan yang sangat
penting dalam menentukan kelayakan sumur untuk diproduksi, saturasi air
pada batuan reservoar hidrokarbon sangat mempengaruhi nilai cadangan di
bawah permukaan. saturasi atau kejenuhan air formasi adalah rasio dari volume
pori yang terisi oleh air dengan volume porositas total (Harsono, 1997).
Saturasi air berfungsi untuk menentukan zona yang mengandung hidrokarbon
pada reservoar, jika air merupakan satu-satunya fluida yang terkandung dalam
pori-pori batuan, maka nilai Sw = 1, tetapi apabila pori-pori batuan
mengandung fluida hidrokarbon maka nilai Sw < 1. Dalam batuan reservoar
minyak umumnya terdapat lebih dari satu macam fluida, kemungkinan terdapat
air, minyak, dan gas yang tersebar ke seluruh bagian reservoar. Ruang pori-
pori batuan reservoar mengandung fluida yang biasanya terdiri dari air, minyak
dan gas. Untuk mengetahui jumlah masing-masing fluida, maka perlu
diketahui saturasi masing-masing fluida tersebut.
Volume clay adalah fungsi linier dari log sinar gamma antara garis
pasir dan serpih. Kedua, porositas serpih dihitung dari dua kepadatan masukan
lempung dan serpih (simbol akan dijelaskan di bawah di bagian derivasi).
Nilai cut-off ini digunakan untuk mengeliminasi volume batuan yang
tidak berkontribusi secara signifikan dalam evaluasi IOIP maupun cadangan
reservoir. Nilai cut- off disesuaikan dengan karakter fisik dari reservoir. Nilai
cut-off bersifat subyektif, tergantung dari keputusan suatu perusahaan. Namun,
nilai cut-off tidak dapat ditentukan dengan sewenang-wenang. Nilai cut-off ini
ditentukan oleh karakter dari reservoir. Penentuan cut-off diperlukan pada
studi reservoir yang sistemnya memiliki suatu kelainan pada batuan yang
menyebabkan batuan/formasi tersebut tidak dapat diikutsertakan pada tahap
korelasi stratigrafi dan dalam penentuan nilai cadangan. Penentuan nilai cut-
23
off yang tidak tepat akan mempengaruhi parameter dalam reservoir. Berikut
ini adalah beberapa parameter yang dipengaruhi oleh nilai cut-off. Pertama
yaitu Konektivitas Reservoir Nilai cut-off digunakan untuk menentukan nilai
net-to-gross ratio yang digunakan untuk mengetahui kontinuitas dari sebuah
reservoir. Sehingga dibutuhkan nilai net thickness sebagai input dari net-to-
gross ratio. Hal ini mengindikasikan fraksi gross batuan yang clean dan berpori
yang berpotensi sebagai potensi resevoir hidrokarbon.
24