Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dunia perminyakan, pekerjaan pencarian sumber daya minyak


(cekungan produktif) sangat ditentukan oleh faktor kemampuan sumber
daya manusia yang bekerja dibidangnya dimana kemampuan serta kinerja
pengenalan lapangan yang memadai. Seorang teknisi perminyakan dituntut
agar mampu menganalisis data yang diperoleh di lapangan yang bertujuan
untuk menentukan zona produktif. Penemuan reservoir pertama kali
ditentukan pada pengeboran eksplorasi dengan menggunakan data seismik,
gravity dan magnetik.
Penilaian formasi dilakukan setelah terdapat lubang pemboran yang
membuktikan terdapatnya hidrokarbon pada cekungan tersebut. Dengan
dilakukannya penilaian formasi maka dapat ditentukan zona mana yang
prospek untuk di produksi. Penilaian Formasi adalah kegiatan
pengumpulan data-data reservoir yang dilakukan sebelum pemboran, , saat
pemboran dan sesudah pemboran berlangsung yang nantinya digunakan
dalam perencanaan pengembangan suatu lapangan minyak dan gas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapa nilai volume shale, porositas, dan saturasi air pada formasi
Cibulakan sampai formasi Jatibarang ?
2. Tentukan zona reservoir, tentukan casing design, dan zona perforasi
yang tepat !

1
1.2 Tujuan Penilaian Formasi

Sehingga keuntungan pun dapat diperoleh. Beberapa parameter yang


diperlukan untuk menentukan zona produktif, yaitu berupa karakteristik
batuan antara lain :
 Mengetahui nilai volume shale, porositas dan saturasi pada
formasi Cibulakan sampai formasi Jatibarang
 Mengetahui reservoir, penempatan casing, dan zona perforasi

2
BAB II

DASAR TEORI

1.1. Jenis Jenis Log

Terdapat 3 jenis log yang digunakan yaitu:


 log radioaktif yang terdiri dari log gamma ray, log neutron, log
densitas,
 log listirk yang terdiri dari log spontaneous potential dan log
resistivity,
 log akustik terdiri dari log sonic.

1.2. Log Radioaktif

Log radioaktif terbagi menjadi tiga yaitu log gamma ray, log density dan
log neutron.
2.2.1 Gamma Ray
Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan oleh
ionisasi yang terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi
dengan gas ideal yang terdapat didalam kamar ionisasi yang ditempatkan
pada sonde.Besarnya arus yang diberikan sebanding dengan intensitas
sinar gamma yang bersangkutan. Didalam formasi hampir semua batuan
sedimen mempunyai sifat radioaktif yang tinggi, terutama terkonsentrasi
pada mineral clay. Formasi yang bersih (clean formasi) biasanya
mengandung sifat radioaktif yang kecil, kecuali lapisan tersebut
mengandung mineral-mineral tertentu yang bersifat radioaktif atau
lapisan berisi air asin yang mengandung garam-garam potassium yang
terlarutkan (sangat jarang), sehingga harga sinar gamma akan tinggi.
Dengan adanya perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka dapat
digunakan untuk membedakan jenis batuan yang terdapat pada suatu

3
formasi.Selain itu pada formasi shaly sand, sifat radioaktif ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi kadar kandungan clay yang dapat
berkaitan dengan penilaian produktif suatu lapisan berdasarkan
intrepretasi data logging. Besarnya volume shale dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:

GR log−GRmin
Vshale=
GRmax−GRmin

dimana :
GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan
GRmax = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale
GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale
Secara khusus Gamma Ray Log berguna untuk identifikasi lapisan
permeabel disaat SP Log tidak berfungsi karena formasi yang resistif atau
bila kurva SP kehilangan karakternya (R mf = Rw), atau ketika SP tidak
dapat merekam karena lumpur yang yang digunakan tidak konduktif (oil
base mud). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1. Selain itu Gamma
Ray Log juga dapat digunakan untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap
mineral radioaktif (potassium dan uranium), mendeteksi mineral tidak
radioaktif (batubara), dan dapat juga untuk korelasi antar sumur.

4
Gambar 2.1. Respon Gamma Ray pada Suatu Formasi
(Dewan, T.J.:”Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation”, Pennwell
Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, USA, 1983)

2.2.2 Log Neutron


Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan tanpa
melihat atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun
air formasi. Neutron terdapat didalam inti elemen, kecuali hidrokarbon.
Neutron merupakan partikel netral yang mempunyai massa sama dengan
atom hidrogen. Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut,
energi tinggi dari neutron dipancarkan secara kontinyu dari sebuah sumber
radioaktif yang ditempatkan didalam sonde logging yang diletakkan pada

5
jarak spacing pendek sekitar 10-18 inch dari detektor gamma ray. Pada
operasi logging, neutron meninggalkan sumbernya dengan energi tinggi,
tetapi dengan cepat akan berkurang karena bertumbukan dengan inti-inti
elemen didalam formasi. Semua inti-inti elemen turut serta dalam
pengurangan energi ini, tetapi yang paling dominan adalah atom dengan
massa atom yang sama dengan neutron yaitu hidrogen. Setelah energi
neutron banyak berkurang kemudian neutron tersebut akan menyebar
didalam formasi tanpa kehilangan energi lagi sampai tertangkap dan
terintegrasi dengan inti-inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan
silikon. Inti-inti ini akan terangsang untuk memancarkan sinar gamma.
Kemudian detektor sinar gamma akan merekam radiasi sinar gamma
tersebut.Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung
air, minyak dan gas atau didalam lapisan shale maka energi neutron akan
diperlambat pada jarak yang sangat dekat dengan sumber dan akibatnya
hanya sedikit radiasi sinar gamma yang direkam oleh detektor. Hal ini
yang menjadi dasar hubungan antara jumlah sinar gamma per detik dengan
porositas. Hubungan ini menunjukkan apabila jumlah sinar gamma per
detik cukup tinggi maka porositasnya rendah.
Respon log neutron bervariasi deisebabkan oleh :
1. Perbedaan jenis detector dana apa yang dideteksi (gamma ray
dan/atau perbedaan energi neutron)
2. Jarak antara sumber dan detector
3. Litologi (seperti sandstone, limestone, dan dolomite)

Pembacaan nilai dari log neutron akan dipengaruhi oleh fluida pengisi dari
batuan tersebut. Dimana pori yang terisi gas nilai porositas neutronnya
akan kurang dari nilai porositas yang terisi minyak atau air. Hal ini karena
konsentrasi hidrogen gas lebih rendah daripada minyak dan air.
Penurunan porositas neutron yang signifikan oleh gas disebut dengan gas
effect.

6
2.2.3 Log Density
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan
mengukur density bulk batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya hidrokarbon atau air, digunakan besama-sama dengan
neutron log, juga menentukan densitas hidrokarbon (ρh) dan membantu
didalam evaluasi lapisan shaly. Prinsip kerja density log adalah dengan
jalan memancarkan sinar gamma dari sumber radiasi sinar gamma yang
diletakkan pada dinding lubang bor. Pada saat sinar gamma menembus
batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan elektron pada batuan
tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan sebagian dari
energinya dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali, yang
kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas sumber
radiasi.Intensitas sinar gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas
batuan formasi.
Log densitas dapat digunakan untuk menentukan :
1. Identifikasi evaporate mineral
2. Mendenteksi zona gas-bearing
3. Menentukan nilai densitas hidrokarbon
4. Mengevaluasi reservoir shaly-sand dan litologi yang kompleks
Rumus yang digunakan untuk menghitung niali porositas yaitu :
ma−b
Ø=
ma−fl

Dimana :
Ø = porositas densitas
ma = densitas matrix
b = densitas bulk
fl = densitas fluida

7
Seorang wellsite geologist atau logging unit engineer
menspesifikan nilai denitas matrix dan fluida yang akan digunakan.
Jika densitas matriks (ma) kurang dari densitas densitas matriks yang
akan digunakan untuk menghitung porositas [seperti porositas
sandstone (ma = 2.64 g/cm3) menggunakan nilai densitas matriks
(ma = 2.71 g/cm3)] maka hasil perhitungan akan lebih tinggi dari
yang seharusnya. Jika densitas fluida kurang dari densitas fluida yang
digunakan [ porositas pada formasi saltwater (fl = 1.1 gr/cm3)
menggunakan nilai freshwater (fl = 1 gr/cm3)], maka hasil
perhitungan akan lebih rendah dari yang seharusnya.

1.3. Log Listrik

Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang
ditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai
variasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk
batuan yang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan
menghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan
dengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu
lumpur pemboran yang banyak mengandung garam akan bersifat konduktif
dan sebaliknya.
1.3.1. Log Spontaneus Potensial ( SP )

Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging


karena adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam
lubang sumur dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman
lubang sumur.Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang
terdiri dari dua buah elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda
(M) diturunkan kedalam lubang sumur dan elektroda yang lain (N)
ditanamkan di permukaan.Disamping itu masih juga terdapat sebuah
baterai dan sebuah potensiometer untuk mengatur potensial diantara kedua

8
elektroda tersebut. Bentuk defleksi positif ataupun negatif terjadi karena
adanya perbedaan salinitas antara kandungan dalam batuan dengan
lumpur. Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara arus
listrik dengan gaya-gaya elektromagnetik (elektrokimia dan elektrokinetik)
dalam batuan.

Log SP biasanya digunakan untuk :


1. Mendeteksi batas lapisan permeable
2. Menentukan formasi resistivitas air (Rw)
3. Menetukan volume shale di lapisan permeable
1.3.2. Log Resistivity

Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas
efektif,salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori
batuan.
Log Resistivitas digunakan untuk :
1. Menentukan zona hydrocarbon-bearing vs water-
bearing
2. Indikasi zona permeable
3. Menentukan porositas

Beberapa parameter yang di perhitungkan yaitu a, m, n, dan Rw, dengan


menentukan porositas dari log dan formation bulk, atau resistivitas true,
dapat menentukan nilai saturasi air formasi dari Archie :


Sw= n
a × Rw
Rt × ∅ m
Dimana :
Sw = saturasi air
a = tortuosity factor
m = eksponen sementasi
n = eksponen saturasi

9
Rw = resistivitas formasi air
Ø = porositas
Rt = resistivitas true formasi dari pembacaan deep log
resistivitas

1.4. Log Akustik


1.4.1. Log Sonic

Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas,
selain density log dan neutron log dengan cara mengukur interval transite
time (Δt), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk
merambat didalam batuan formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log
menggunakan sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua
buah receiver (penerima). Bila pada transmitter dipancarkan gelombang
suara, maka gelombang tersebut akan merambat kedalam batuan formasi
dengan kecepatan tertentu yang akan tergantung pada sifat elastisitas
batuan, kandungan fluida, porositas dan tekanan formasi. Kemudian
gelombang ini akan terpantul kembali menuju lubang bor dan akan
diterima oleh kedua receiver. Selisih waktu penerimaan ini direkam oleh
log dengan satuan microsecond per feet (μsec/ft) yang dapat dikonversikan
dari kecepatan rambat gelombang suara dalan ft/sec. Interval transite time
(Δt) suatu batuan formasi tergantung dari lithology dan porositasnya.
Sehingga bila lithologinya diketahui maka tinggal tergantung pada
porositasnya.
1.5. Log Mekanik
1.5.1. Log Caliper

Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi


(diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar
caliper log dapat dilihat pada Gambar 2.2. Untuk menyesuaikan dengan
kondisi lubang bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang

10
dapat mengembang secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas
tersebut dihubungkan dengan rod. Posisi rod ini tergantung pada kompresi
dari spring dan ukuran lubang bor. Manfaat caliper log sangat banyak,
yang paling utama adalah untuk menghitung volume lubang bor guna
menentukan volume semen pada operasi cementing, selain itu dapat
berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting packer
(misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan mengalami kesalahan
apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran pahat (bit)
oleh karena itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya,
perhitungan kecepatan lumpur di annulus yang berhubungan dengan
pengangkatan cutting, untuk korelasi lithologi karena caliper log dapat
membedakan lapisan permeabel dengan lapisan consolidated.

Gambar 2.2 Skema Peralatan Dasar Caliper Log


(Lynch J. S.:”Formation Evaluation”, Harper & Row Publisher, New York,

11
Evanston and London, First Edition, 1962)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
3.1.1 Tugas 1 Perbedaan LWD dan Wireline Logging
Wireline Logging adalah analisa data log yang dilakukan setelah proses
drilling untuk mengirim informasi dengan perantara kabel surface dan
mengirimkan data berupa Gamma Ray ( GR ) , Resistivity ( RS) , Neutron ,
dan Density
Kekurangan dari LWD tersebut adalah :
1. Sulit digunakan di sumur yang horizontal
2. Informasi yang di dapatkan dari LWD ini bukan data real time atau data
Kelebihan dari LWD tersebut adalah:
1. Melakukan proses logging secara otomatis
2. Kecepatan dari transmisi datanya lebih cepat dari LWD
Logging While Drilling adalah kegiatan logging yang dilakukan
bersamaan dengan proses pengeboran berlangsung.
Kekurangan dari Wireline Logging
1. Kecepatan transmisi data lambat
2. Daya tahan batrai tergantug pada alat yang digunakan pada drill string
Kelebihan dari Wireline Logging
1. Datanya real time pada saat proses pengeboran berlangsung
2. Dapat di gunakan pada sumur yang horizontal

12
3.2 Analisa Data Mud Log
Pada praktikum penilaian formasi praktikan akan membahas tentang data
log dari suatu sumur . Dan dari data log tersebut terdapat beberapa formasi, yaitu
kedalaman 1100 m – 2300 m merupakan formasi Cibulakan pada kedalaman
2300 m – 2650 merupakan formasi Baturaja, pada kedalaman 2660 m – 2800 m
merupakan formasi Talangakar.
3.2.1 Data Mud Log Top Talangakar 2660 - 2800
Pada kedalaman 2660 - 2700 m praktikan mendapatkan hasil
analisa data Rate Of Penetration ( ROP ) yang rendah dan Rate Per
Minute ( RPM ) yang stabil dengan nilai 110 RPM, dari analisa ini dapat
disimpulkan bahwa pada kedalaman ini formasi tidak terlalu keras untuk
di tembus pada saat proses drilling. Pada kedalaman 2660 dengan analisa
didapatkan bahwa terdapat oil show dengan kategori baik, dari data mud
log dapat dilihat bahwa oil show terdapat di lithology berupa sandstone.
Pada kedalaman 2750 sampai dengan 2800 praktikan mendapatkan
analisa adanya indikasi oil show yang bernilai fair (baik) yang terdapat
dikedalaman yang lebih rinci di 2760 sampai dengan 2780. Oil show yang
terdapat di kedalaman ini dilihat dari lithologynya berada pada batuan
sandstone yang bercampur atau adanya sisipan berupa siltstone , shale,
dan coal.
3.3 Perhitungan Vshale, Porositas Density, Porositas , Dan Neutron
Pada praktikum penilaian formasi praktikan akan membahas tentang data
log dari suatu sumur. Dan dari data log tersebut terdapat beberapa formasi yang
kemudian akan diukur Vshale, Porositas Density , Porositas, dan , Neutron.
3.3.1 Perhitungan Vshale
Pada pembahasan ini praktikan akan membahas mengenai
perhitungan dari Vshale. Perhitungan volune shale dapat dilakukan dengan
menggunkan rumus Archie yaitu dengan mengetahui nilai GR max,GR
min dan GR log yang dapat dilihat di log gamma ray dimana rumus yang
digunakan adalah:

13
GR log−GR min
V-Shale =
GR max−GR min

Dimana:
1. GR max = Merupakan nilai maksimum dari gamma ray di zona
yang akan di hitung nilai v shale nya
2. GR min = Merupakan nilai terkecil dari gamma ray di zona yang
akan di hitung nilai v shale nya
3. GR log = Merupakan nilai tengah dari GR max dan GR min

Zona 1 Kedalaman 1100 – 1200


Data :
GR Max = 95
GR Min = 56
GR Log = 75
Rumus :
GR log −GR min
Vshale=
GR max−GR min

75−56 19
Vshale= = =0 , 48 v /v
95−56 39
¿ 0 , 48 ×100 %
= 48 %

3.3.2 Perhitungan Density


Menghitung dengan cara ini memerlukan nilai max untuk
mendapatkan nilai tertinggi,med untuk nilai tengah,dan min untuk nilai
terendah .Untuk mendapatkan nilai densitas bulknya, dan perlu
mengetahui jenis batuanya sehingga kita dapat menentukan ketentuan dari
densitas matrix. lalu densitas fluid tergantung jenis lumpur yang dipakai ,
jika yang dipakai WBM nilainya 1 jika yang dipakai OBM menggunakan
nilai 0,8.
Pada kedalaman 2300-2600

14
Data :

ρmatriks=2 ,71
ρBulk =2 ,2
ρfluid=1

Rumus :
ρmatriks− ρbulk
∅=
ρmatriks−ρfluid
2, 71−2 , 2
¿
2 , 71−1
0 ,51
¿ =0 ,30
1 ,71
= 0,30 x 100%
= 30%
Dari data perhitungan density didapatkan senilai 30 % dari titik cross over
perhitungan , perhitungan ini merupakan evaluasi dari data lampiran
dibelakang yang mengalami kesalahan dalam perhitungan.

3.3.3 Perhitungan Neutron


Pada perhitungan Neutron biasanya digunakan dengan cara ketika batuan
yang kita miliki sandstone, membagi wilayah cros over menjadi ¾ bagian,
dan biasa digunakan cara menentukan nilai max,med,dan min dalam
menentukan nilai porositasnya.

Pada kedalaman 2300-2600


Data :
Max = 0,30
Med = 0,19
Min = 0,4

15
Rumus :
max +med +min
∅=
3
0 ,30+ 0 ,19+ 0 , 4
¿
3
= 0,29
= 0,29 x 100 %
= 29 %
Dari perhitungan neutron diatas di dapatkan hasil sebesar 29% nilai ini
merupakan evaluasi dari data lampiran yang mengalami kesalahan dalam
perhitungan

3.3.4 Perhitungan Nilai Sw


Pada pembahasan ini praktikan akan membahas mengenai
perhitungan Sw ini ditujukan untung mengetahui saturasi water yang ada
di formasi kita dan untuk menghitung saturasi oil yang ada di formsi kita .
Dalam perhitungan nilai Sw, diperlukan nilai porositas untuk menghitung
nilai “F”, dan dalam perhitungan nilai F kita perlu mengetahui jenis
batuanya sehingga dapat mengetahu ketentuan nilai “a” dan “m”yang
digunakan, dan dalam perhitungan ini kita memerlukan nilai Rw dan nilai
Rt dalam perhitungan.
Kedalaman 2275-2400
Data :
ρbulk =2 , 48
ρmatrix =2 ,65
ρfluid=1

Rumus :
ρmatrix− ρbulk
∅=
ρmatrix −ρfluid

16
a
F=
∅m

Sw= √
n
F x Rw
Rt

2 , 73−2 , 5
∅=
2 ,73−1
0 ,23
¿
1 ,73
¿ 0,13
¿ 13 %

1, 0
F= 2
13
¿ 0,0059

Sw= √
2
0,0059 x 90
8
¿ 0,25
So + Sw = 1
So = 1 – Sw
= 1 – 0,25
= 0,75

3.4 Case Study


3.4.1Penentuan Reservoir

Formasi yang kami pilih adalah formasi Baturaja yang terletak di


Cekungan Jawa Barat Utara. Pada formasi Baturaja terdapat lapisan dari

17
batu gamping.

Gambar 3.1….Log pada aplikasi PI

Kami memilih reservoir pada kedalaman 2303-2325m. Pada


kedalaman 2303-2325m ini kami menghitung nilai volume shale,
porositas, dan saturasi water. Nilai yang didapatkan dari hasil
perhitungannya yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1. Volume Shale

Tabel 3.2 …Porositas

18
Tabel 3.3….. Saturasi water

Vshale = 57 %
Ø = 12 %
Sw = 21 %

Tabel 3.4….Result of Routine Core Analysis (RCAL)

19
Tabel 3.5…. Pressure point

Gambar 3.7….. Mud log

20
Hasil perhitungan yang kami dapatkan berdasarkan dari aplikasi PI
yang kemudian kami bandingkan dengan data Result of Routine Core
Analysis (RCAL), pressurepoint, serta data mud log. Berdasarkan data-
data tersebutlah kami memilih zona pada kedalaman 2303-2325m. Pada
kedalaman 2303-2325m ini terdapat fluida yang mengisi batuan yaitu gas
dan minyak dari data pressurepoint yang kemudian kami bandingkan
dengan data mud log dan RCAL untuk melihat jenis litologi dan
kehadiran oil show pada batuan.
3.4.2 Casing Placement
Penentuan letak conductor casing, surface casing, intermediate
casing, production casing, kami dasarkan dari data mod log yang ada
sehingga kami dapatkan seperti gambar berikut ini

Gambar 3.8……..Penempatan Casing

21
Gambar 3.9…. Conductor casing pada mud log

Gambar 3.10…. Surface casing pada mud log

Gambar 3.11…. Intermediate casing pada mud log

22
Gambar 3.12…. Production casing pada mud log

Pada kedalaman 0-40m untuk pemasangan conductor casing,


kedalaman 0-350m untuk surface casing, kedalaman 0-1190m untuk
intermediate casing, kedalaman 0-2612m untuk production casing.

3.4.3 Penentuan Zona Perforasi

Penentuan zona perforasi dilakukan setelah kami menentukan


reservoir dan penempatan casing. Penentuan zona perforasi kami yaitu
berdasakan data pressurepoint. Berdasakan data pressurepoint letak zona
perforasi kami berada pada kedalaman 2323m yang terletak pada zona oil.
Kami memilih pada kedalaman 2323m karena fluida yang ingin kami
produksi adalah minyak bukan gas atau air. Kami memilih zona tersebut
juga karena kami tidak ingin melakukan perforasi di zona yang terlalu
dekat dengan zona air karena beresiko air akan terproduksi lebih dulu
daripada minyak.

23
BAB IV

KESIMPULAN

1.6. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah di buat pada bab sebelumnya terdapat


beberapa bahasan yaitu untuk tugas mandiri mengenai perbedaan Logging
While Drilling dan Wireline Logging yang memiliki masing masing kelebihan
dan kekurangan, dan bahasan lainnya yaitu mud log, volume shale, porositas,
dan saturasi water. Pada data mud log dari formasi Talangakar (2650-2800m)
dapat diketahui dari setiap kedalaman terdapat perbedaan litologi dan
kehadiran oil show. Nilai volume shale akan berbeda tergantung pada nilai
GRlog, GRmax, dan GRmin pada log gamma ray. Porositas pada setiap
kedalaman kan berbeda tergantung nilai matrix density (ma) yang tergantung
dari litologi pada kedalaman yang akan dihitung, pembacaan bulk density (b)
berdasarkan data log densitas, dan fluid density (f) dari jenis lumpur
pemboran yang digunakan.
Dari pembahasan case study yang telah dibuat pada bab sebelumnya
penentuan reservoir yaitu terletak pada cekungan Jawa Barat Utara yaitu pada
formasi Baturaja. Pada formasi ini dipilih letak reservoir pada kedalaman
2302-2325m. Penempatan casing dilakukan beedasakan data mud log yang
ada pada kedalaman 0 – 40 m untuk conductor casing , 0 – 350 m untuk
surface casing, 0 – 1190 untuk intermediete casing dan 0 – 2612 untuk
production casing. Pemilihan zona perforasi yaitu pada kedalaman 2323m
pada zona minyak dikarenakan ingin memproduksi minyak bukan air atau gas.
Pemilihan letak kedalamn reservoir, penempatan casing, pemelihan zona
perforasi bedasarkan data mud log, Result of Routine Core Analysis (RCAL),
dan pressurepoint.

24
DAFTAR PUSTAKA

Taufiqurrahman. (2017). “MUDLOGGING SENSOR AND GAS EQUIPMENT”.


[Online]. [Diunduh 2018 Nov 20]; Tersedia:
http://tigasakau.blogspot.com/2017/04/mudlogging-sensor-and-gas-
equipment.html.

Santoso. (2011). “Log Resistivitas (Resistivity log)”. [Online]. [Diunduh 2018


Nov 20]; Tersedia: http://geologeek.blogspot.com/2011/12/log-resistivitas-
resistivity-log.html. Yogyakarta.

Surjono, S.S., Sarju Winardi., D.H.Amijaya.2010. Analisis Sedimentologi,


Pustaka Geo. [Online]. [Diunduh 2018 Nov 22];
Tersedia: http://ensiklopediseismik.blogspot.com. Yogyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai