Anda di halaman 1dari 37

1 Pengertian Logging

Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan reservoir terhadap


kedalaman lubang bor. Loging sumur (well logging) juga dikenal dengan borehole logging
adalah cara untuk mendapatkan rekaman log yang detail mengenai formasi geologi yang
terpenetrasi dalam lubang bor. Log dapat berupa pengamatan visual sampel yang diambil dari
lubang bor (geological log), atau dalam pengukuran fisika yang dieroleh dari respon piranti
instrumen yang di pasang didalam sumur (geohysical log). Well loging dapat digunakan dalam
bidang eksplorasi minyak dan gas, batubara, air bawah tanah dan geoteknik.
Logging sumur adalah pengukuran dalam lubang sumur menggunakan instrumen yang
ditempatkan pada ujung kabel wireline dalam lubang bor. Sensor yang terletak diujung kabel
wireline akan mendeteksi keadaan dalm sumur. Loging sumur dilakukan setelah drill string
dikeluarkan dari sumur. Terdapat dua kabel yang terkoneksi dengan permukaan, kedalaman
sumur direkam ketika sensor turun dan diangkat kembali untuk memulai pendeteksian. Subset
kecil dari data pengukuran dapat ditransmisikan ke permukaan real time menggunakan pressure
pulses dalam wells mud fluid colomn. Data telemetri dari dalam tanah mempunyai bandwidth
yang kecil kurang dari 100bit per detik, sehingga informasi dapat didapat real time dengan
bandwidth yang kecil.
2 Konsep Dasar Logging
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka hadirlah survey geofisika
tahanan jenis yang merupakan suatu metode yang dapat memberikan gambaran susunan dan
kedalaman lapisan batuan dengan mengukur sifat kelistrikan batuan. Loke (1999)
mengungkapkan bahwa survey geofisika tahanan jenis dapat menghasilkan informasi perubahan
variasi harga resistivitas baik arah lateral maupun arah vertical. Metode ini memberikan injeksi
listrik ke dalam bumi, dari injeksi tersebut maka akan mengakibatkan medan potensial sehingga
yang terukur adalah besarnya kuat arus (I) dan potensial (V), dengan menggunakan survey ini
maka dapat memudahkan para geologist dalam melakukan interpretasi keberadaan cebakancebakan batubara dengan biaya eksplorasi yang relatif murah.
Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi
geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas
lapisn batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyertai penambahan batubara. Dan juga
mengkompensasi berbagai masalah yang tidak terhindar apabila hanya dilakukan pengeboran,
yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting, terutama lapisan batubara atau
sequence rinci dari lapisan batubara termasuk parting dan lain-lain.
2.1 Log Sinar Gamma
Log Sinar Gamma adalah log yang digunakan untuk mengukur tingkat radioaktivitas suatu
batuan. Radioaktivitas tersebut disebabkan karena adanya unsur Uraniun, Thorium, Kalium pada
batuan. Ketiga elemen ini secara terus menerus memancarkan gamma ray yang memiliki energi
radiasi yang tinggi. Kekuatan radiasi sinar gamma yang paling kuat dipancarkan oleh mudstone

dan yang paling lemah dipancarkan batubara. Terutama yang dari mudstone laut menunjukan
nilai yang ekstra tinggi, sedangkan radiasi dari lapisan sandstone lebih tinggi disbanding
batubara. Log sinar gamma dikombinasikan dengan log utama, seperti log densitas, netron dan
gelombang bunyi, digunakan untuk memastikan batas antara lapisan penting, seperti antara
lapisan batubara dengan langit-langit atau lantai.
Skala log gamma ray dalam satuan API unit (APIU). Log gamma ray biasanya ditampilkan pada
kolom pertama, bersama sama dengan kurva SP dan Kaliper. Skala log gamma ray dari kiri ke
kanan biasanya 0 100 atau 0 150 API. Walaupun terdapat juga suatu kasus dengan nilai
gamma ray sampai 200 API untuk jenis organic rich shale.
Log gamma ray sangat efektif dalam menentukan zona permeable, dengan dasar bahwa elemen
radioaktif banyak terkonsentrasi pada shale yang impermeable, dan hanya sedikit pada batuan
yang permeable. Pada formasi yang impermeable kurva gamma ray akan menyimpang ke kanan,
dan pada formasi yang permeable kurva gamma ray akan menyimpang ke kiri. Log gamma ray
memiliki jangkauan pengukuran 6 12 in. Dengan ketebalan pengukuran sekitar 3 ft.
Pengukuran dilakukan dengan jalan memasukkan alat detektor ke dalam lubang bor. Oleh karena
sinar gamma dapat menembus logam dan semen, maka logging gamma ray dapat dilakukan pada
lubang bor yang telah dipasang casing ataupun telah dilakukan cementing. Walaupun terjadi
atenuasi sinar gamma karena casing dan semen, akan tetapi energinya masih cukup kuat untuk
mengukur sifat radiasi gamma pada formasi batuan disampingnya. Formasi yang mengandung
unsur-unsur radioaktif akan memancarkan radiasi radioaktif dimana intensitasnya akan di terima
oleh detektor dan di catat di permukaan.
Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang berpengaruh pada bacaan gamma ray
dilakukan gamma ray spectroscopy. Karena pada hakikatnya besarnya energy dan intensitas
setiap material radioaktif tersebut berbeda-beda. Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita
berhadapan dengan batuan non-shale yang memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif,
seperti mineralisasi uranium pada sandstone, potassium feldsfar atau uranium yang mungkin
terdapat pada coal dan dolomite.
Beberapa jenis batuan dapat dikenal dari variasi kandungan fraksi lempungnya, misalnya batu
lempung hamper seluruh terdiri dari mineral lempung, batu pasir kwarsa sangat sedikit
mengandung mineral lempung, batu lanau cukup banyak mengandung mineral lempung dan
sebagainya. Oleh karena itu respo gamma dapat digunakan untuk menafsirkan jenis litologinya.
Beberapa contoh batuan sesuai sifat radioaktifnya adalah sebagai berikut:

Radioaktifnya sangat rendah

Anhidrid, garam, batubara dan nodule silica. Silica yang berlapis mengandung radioaktif lebih
tinggi dari berbentuk nodule.

Radioaktif rendah

Batu gamping murni, dolomite dan batu pasir. Batu gamping dan dolomite yang berwarna gelap
lebih tinggi radioaktifnya daripada yang berwarna terang.

Radioaktif menengah

Arkosa, pelapukan granit, batu lanau, batu gamping lempunagn dan napal. Batu yang berwarna
gelap lebih tinggi radioaktifnya daripada yang berwarna terang.

Radioaktif sangat tinggi

Serpih, batu lempung dan abu gunung api.


Tabel 3.1. Karakteristik Respon Sinar Gamma

Radioaktif sangat
rendah

Radioaktif rendah

Radioaktif
menengah

Radioaktif sangat
tinggi

(60 100 API)

(>100 API)

(32,5 60 API)
(0 32,5 API)
AnhidritSalt

BatupasirBatugampin ArkoseBatuan
g
granit

Batuan serpihAbu
vulkanik

Dolomit

bentonit

Batubara
Lempungan
Pasiran
gamping

Cara membaca repon gamma untuk mendapatkan batas litologi adalah dengan cara mengambil
sepertiga antara respon maksimal dan respon minimal. Cara ini merupakan aturan yang ditararatakan untuk mendapat ketelitian batas litologi. Biasanya aturan demikian cukup teliti untuk
lapisan batubara yang tidak banyak mengandung lapisan pemisah (parting) di dalamnya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengkorelasi respon gamma dari beberapa lubang
bor adalah panjang probe selama pengukuran harus tetap dan kecepatan penaikan probe ari
dalam lubang harus tetap. Selain itu perlu pula ditinjau pengarh chasing walaupun kecil akan
tetap ada.
Sebelum bekerja dengan alat pngukur radiasi gamma harus diadakan kalibrasi alat tersebut
terhadap sumber radiasi sinar gamma yang telah diketahui dan pembacaannya disesuaikan
dengan selang waktu ynag sesuai. Apabila selang waktu tersebut terlalu cepat respon cenderung
menjadi rata dan kurang peka terhadap perubahan litologi yang kecil. Sebaliknya apabila selang

waktu tersebut terlalu lambat perbedaan yang kecil terekam pada respon sehingga perbedaan
besar sukar terlihat.
2.2 Log Densitas
Awalnya penggunaan log ini dipakai dalam industri explorasi minyak sebagai alat bantu
interpretasi porositas. Kemudian dalam explorasi batubara malah dikembangkan menjadi unsur
utama dalam identifikasi ketebalan bahkan qualitas seam batubara. Dimana rapat masa batubara
sangat khas yang hampir hanya setengah kali rapat masa batuan lain pada umumnya. Lebih
extrem lagi dalam aplikasinya pada idustri batubara karena sifat fisik ini (rapat masa) hampir
linier dengan kandungan abu sehingga pemakaian log ini akan memberikan gambaran khas bagi
tiap daerah dengan karakteristik lingkungan pengendapannya.
Dalam operasinya logging rapat masa dilakukan dengan mengukur sinar g yang ditembakan dari
sumber melewati dan dipantulkan formasi batuan kemudian direkam kembali oleh dua detector
yang ditempatkan dalam satu probe dengan jarak satu sama lain diatur sedemikan rupa. Kedua
detector short dan long space diamankan dari pengaruh sinar g yang datang langsung dari
sumber radiasi. Sehingga yang terekam oleh kedua detector hanya sinar yang telah melewati
formasi saja. Dalam hal ini efek pemendaran sinar radiasi seperti ditentukan dalam efek
pemendaran Compton.
Sinar gamma dari sumber radioaktif dipancar oleh tumbukan dengan elektron di dalam lapisan
tanah dan energi sinar gamma akan hilang kepada elektron untuk setiap tumbukan (efek
compton). Densitas elektron di dalam material sebanding dengan densitas curahan atau massa
(bulk or mass density) material.
Logging densitas dilakukan untuk mengukur densitas batuan disepanjang lubang bor. Densitas
yang diukur adalah densitas keseluruhan dari matriks batuan dan fluida yang terdapat pada pori.
Prinsip kerja alatnya adalah dengan emisi sumber radioaktif. Semakin padat batuan semakin sulit
sinar radioaktif tersebut ter-emisi dan semakin sedikit emisi radioaktif yang terhitung oleh
penerima (counter).
Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh lubang bor sehingga
berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya density juga dipengaruhi oleh
kekompakan batuan dengan derajat kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak batuan
maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat kompak, harga
porositasnya mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik. Log density
adalah kurva yang menunjukkan besarnya densitas bulk density (rb) dari batuan yang ditembus
oleh lubang bor. Log densitas digunakan untuk mengukur densitas semu formasi menggunakan
sumber radioaktif yang ditembakkan ke formasi dengan sinar gamma yang tinggi dan mengukur
jumlah sinar gamma rendah yang kembali ke detektor.
Karakteristik masing-masing batuan pada log densitas adalah sebagai berikut:

Batubara mempunyai densitas yang rendah (1,20 1,80 gr/cc)

Konglomerat mempunyai densitas menegah (2,25 gr/cc)

Mudstone, batupasir, batugamping mempunyai densitas menengah sampai tinggi (2,65


2,71 gr/cc)

Batuan vulkanik basa dan batuan vulkanik non basa mempunyai densitas tinggi (2,7
2,85 gr/cc)

Tabel 3.2. Nilai Rapat Massa Batuan

Jenis batuan

Sandstone
Limestone
Dolomites
Anhidrid
Antrasite coal
Bituminous coal

Rapat massa
sebenarnya (gr/cc)
2,650
2,710
2,870
2,960
1,400-1,800
1,200-1,500

Rapat massa saat


logging (gr/cc)
2,684
2,710
2,876
2,977
1,355-1,796
1,173-1,514

3 Perekaman Data Logging


Perekaman data logging menggunakan software WellCad. Data logging yang telah diperoleh
kemudian dicetak dalam lembaran data logging dimana terdapat nama perusahaan, nomor lubang
bor, lokasi pengeboran, jenis log, kedalaman pengeboran, kedalaman alat logging, batas atas
logging mulai dieksekusi, batas bawah logging selesai dieksekusi, nama perekam log, nama
geologist penanggung jawab serta kedalaman penggunaan chasing. Selain itu lembar data
logging juga memuat informasi mengenai grafik hasil pembacaan log gamma dan log densitas
yag kemudian dilakukan interpretasi jenis lapisan batuan beserta kedalaman dan ketebalannya.
4 Interpretasi Data Logging
Interpretasi didefenisikan sebagai suatu kegiatan untuk menjelaskan arti dari sesuatu. Sedangkan
interpretasi log merupakan suatu kegiatan untuk menjelaskan hasi perekaman mengenai berat
jenis elektron. Interpretasi log dapat menyediakan jawaban mengenai ketebalan lapisan batubara,
kedalamannya, korelasi lapisan batubara, jenis batuan roof (20 cm di atas lapisan batubara), jenis
floor (20 cm di bawah lapisan batubara), mengetahui kondisilubang bor dan sebagainya. Log
gamma digunakan bersamaan dengan log densitas yang merupakan log geofisika yang utama
dalam eksplorasi batubara.
https://shantamaria.wordpress.com/2013/05/29/interpretasi-data-logging-geofisikadi-daerah-tambang-batubara/

Sejarah Wellloging

Geofisika well logging pertama kali dikembangkan untuk industri minyak bumi oleh
Marcel dan Conrard Schlumberger pada tahun 1927.

Schlumberger bersaudara ini mengembangkan alat Resistivitas untuk mendeteksi


perbedaan dalam porositas dari batupasir untuk lapangan minyak di MerkwillerPechelbronn, di Perancis bagian Timur.

Instrumen yang digunakan untuk well logging ini disebut sonde. Sonde ini
diberhentikan dalam lubang bor pada interval periodik tertentu dan resistivitasnya
langsung dicatat di dalam kertas grafik. Pada tahun 1929 log resistivitas elektrik
dikenalkan pada skala komersial di Venezuela, Amerika Serikat dan Rusia. Dalam
perkembangan selanjutnya well logging digunakan untuk korelasi dan identifikasi
hydrocarbon. Perekam data filmnya kemudian dikembangkan pada tahun 1936
dengan kurva SN,LN dan LAT. Untuk penentuan kedalaman dalam geofisika well
logging dikembangkan pada tahun 1930. Kemudian log gamma ray dan log neutron
mulai digunakan pada tahun 1941.

Sejak log pertama dijalankan, geofisika well


logging telah mengalami perkembangan hingga satu miliar dolar pada industri
global yang melayani berbagai kegiatan industri dan penelitian. Geofisika well
logging adalah teknologi kunci dalam industri minyak bumi. Dalam industri mineral,
merupakan metode yang banyak digunakan baik untuk kegiatan eksplorasi dan
untuk memantau kerja dalam pertambangan. Dalam eksplorasi dan penilaian
airtanah juga dapat digunakan untuk penggambaran zona akifer dan produksi.
Dalam studi regolith, geofisika well logging dapat memberikan wawasan yang unik
ke dalam komposisi, struktur, dan variabilitas dari bawah permukaan, dan juga
banyak digunakan untuk koreksi kumpulan data geofisika airbone, seperti airbone
elektromagnetik.
Dalam geofisika well logging, banyak sifat-sifat fisik berbeda yang dapat
diidentifikasi untuk ciri geologi yang mengelilingi sumur. Kemampuan untuk
mengidentifikasi berbagai sifat adalah kemampuan terbaik dalam geofisika well
logging. Berbagai jenis informasi yang diperoleh merefleksikan aspek yang berbeda
dari geologi dan sering saling melengkapi di alam.

Di dalam eksplorasi batubara, memerlukan pengukuran yang akurat dan tepat agar
bisa dipergunakan untuk menentukan sumberdaya dan cadangan batubara.
Estimasi sumberdaya atau cadangan merupakan fungsi dari panjang, lebar, tebal,
dan specific gravity. Hasil pengukuran dengan menggunakan well loging
memberikan hasil yang sangat akurat terhadap fungsi tebal. Fungsi-fungsi jarak dan
panjang merupakan kondisi titik informasi sesuai data jarak di lapangan.
Bentuk tiga dimensi atau geometri dari tubuh lapisan batubara di pengaruhi secara
langsung oleh letak pengendapan dimana sekuen tersebut terakumulasi. Kontrol
topografi ini akan berpengaruh terhadap ketebalan, kadar dan kemenerusan
lapisan. Variasi ketebalan batubara juga dipengaruhi oleh proses proses yang
bekerja selama pengendapan dan sesudah pengendapan. Kemenerusan lateral
lapisan batubara di lapangan sering terbelah pada jarak yang relatif dekat oleh

bentuk yang membaji dari sedimen bukan batubara yang kemudian membentuk
dua lapisan batubara yang terpisah dan di sebut autosedimentational split. Dalam
lapisan batubara kemungkinan kehadiran lapisan bukan batubara, lapisan ini
dikenal dengan istilah partings. Setelah mengetahui seberapa besar partings
yang ada maka dapat mengetahui perhitungan cadangan yang akurat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sangat jelas bahwa Well logging merupakan
metode yang sangat tepat untuk menentukan tebal lapisan batubara, karena well
logging memberikan data yang di perlukan untuk mengevaluasi secara kuantitas
banyaknya batubara di lapisan pada saat situasi dan kondisi sesungguhnya .
Selanjutnya akan memberikan kepastian terhadap hasil estimasi sumberdaya dan
cadangan. Oleh karena itu, penggunaan well logging di dalam eksplorasi batubara
adalah penting dan perlu, terutama di dalam penentuan tebal dan estimasi
sumberdaya atau cadangan.
http://ozonisasi.blogspot.com/2011/04/sejarah-wellloging.html

TAHAP-TAHAP METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBUATAN SUMUR


DALAM

1. TAHAP PERSIAPAN
2. TAHAP PEMBORAN AWAL (PILOT HOLE)
3. TAHAP ELECTRICAL LOGING
4. TAHAP PEMBERSIHAN LUBANG BOR (REAMING HOLE)
5. TAHAP KONSTRUKSI PIPA CASING DAN SARINGAN (SCREEN)
6. TAHAP PENYETORAN KERIKIL PEMBALUT (GRAVEL PACK)
7. TAHAP PENCUCIAN DAN PEMBERSIHAN (WELL DEVELOPMENT)
8. TAHAP PENGECORAN
9. TAHAP UJI PEMOMPAAN (PUMPING TEST)
10.TAHAP FINISHING

I. TAHAP PERSIAPAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan pemboran tahap pekerjaan persiapan meliputi :
1. Pekerjaan Mobilisasi
Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, dilakukan mobilisasi atau mendatangkan
peralatan dan bahan-bahan pemboran beserta personelnya ke lokasi pemboran.
Tahap mobilisasi ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan.
2. Pekerjaan Persiapan Lokasi
Pada tahap pekerjaan ini meliputi :
a. Pembersihan, perataan dan pengerasan lokasi untuk posisi tumpuan mesin bor.
b. Pembuatan bak Lumpur, bak control dan selokan untuk sirkulasi Lumpur bor.
c. Penanaman casing pengaman sedalam 1-2 m pada posisi titik bor apabila formasi
lapisan tanah paling atas yang akan dibor merupakan lapisan formasi yang mudah
runtu.
d. Penyetelan (setting) mesin bor beserta menara (rig), penyetelan (setting) pompa
Lumpur beserta selang-selangnya.
e. Penyedian air serta pengadukan Lumpur bor untuk sirkulasi pemboran.
II. TAHAP PEMBORAN AWAL
Sistem pemboran yang diterangkan disini adalah menggunakan system bor putar
(rotary drilling) dan tekanan bawah (pull down pressure) yang dibarengi dengan
sirkulasi Lumpur bor (mud flush) kedalam lubang bor.
Pemboran pilot hole adalah pekerjaan pemboran tahap awal dengan diameter
lobang kecil sampai kedalaman yang dikehendaki, diameter pilot hole biasanya
antara 4 sampai dengan 8 inchi, Selain itu juga ditentukan dengan kemampuan
atau spesifikasi mesin bor yang digunakan.
Hal-hal yang perlu diamati dalam pekerjaan pemboran pilot hole adalah :
Kekentalan (viskositas) Lumpur bor
Kecepatan mata bor dalam menebus formasi lapisan tanah setiap meternya
(penetrasi waktu permeter)
Contoh gerusan (pecahan) formasi lapisan dalam setiap meternya.
Contoh (sample) pecahan formasi lapisan tanah (cutting) dimasukkan dalam plastik
kecil atau kotak sample dan masing-masing diberi nomor sesuai dengan
kedalamanya. Adapun maksud pengambilan sample cutting adalah sebagai data

pendukung hasil electrical logging untuk menentukan posisi kedalaman sumber air
(akuifer)
III. TAHAP ELECTRICAL LOGING
Electrical Loging tujuannya adalah untuk mengetahui letak (posisi) akuifer air, tahap
pekerjaan ini sebagai penentu konstruksi saringan (screen).
Electrical Loging dilakukan dengan menggunakan suatu alat, dimana alat tersebut
menggunakan konfigurasi titik tunggal dimana eletroda arus dimasukakan kedalam
lubang bor dan elektroda yang lain ditanam dipermukaan. Arus dimasukkan
kedalam lubang elektroda yng kemudian menyebar kedalam formasi disekitar
lubang bor. Sebagian arus kembali ke elektroda di permukaan dengan arus yang
telah mengalami penurunan. Penurunan inilah yang diukur.
IV. TAHAP PEMBERSIHAN LUBANG BOR (REAMING HOLE)
Yang dimaksud dengan reaming adalah memperbesar lubang bor sesuai dengan
diameter konstruksi pipa casing dan saringan (screen) yang direncanakan.
Hal-hal yang diamati dalam tahap pekerjan reaming adalah sama seperti pada
tahap pekerjaan pilot hole, hanya pada pekerjaan reaming cutting (formasi lapisan
tanah) tidak perlu diambil lagi. Ideal selisih diameter lobang bor dengan pipa casing
adalah 6 inchi. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah masuknya konstruksi pipa
casing dan saringan (sreen) serta masuknya penyetoran kerikil pembalut (gravel
pack).
V. TAHAP KONSTRUKSI PIPA CASING DAN SARINGAN (SCREEN)
Pada tahap ini peletakan pipa casing dan saringan (screen) harus sesuai dengan
gambar konstruksi yang telah direncanakan. Terutama peletakan konstruksi
saringan (screen) harus didasarkan atas hasil electrical logging dan analisa cutting.
Selain itu juga didasarkan atas kondisi hydrogeology daerah pemboran. Dari
pemahaman aspek-aspek hydrogeology diharapkan perencanaan sumur dalam
yang dihasilkan mampu memberikan sumur pemanfatan (life time) yang maksimal
dan kapasitas yang optimal dengan memperhatikan kelestarian lingkungan
didaerah sekitar pemboran.
VI. TAHAP PENYETORAN KERIKIL PEMBALUT(GRAVEL PACK)
Maksud dan tujuan penyetoran kerikil pembalut (gravel pack) adalah untuk
menyaring masuknya air dari formasi lapisan akuifer kedalam saringan (screen) dan
mencegah masuknya partikel kecil seperti pasir ke dalam lubang saringan (screen).
Adapun cara penyetoran kerikil pembalut (gravel pack) adalah dibarengi dengan
sirkulasi (spulling) air yang encer supaya kerikil pembalut (gravel pack) dapat
tersusun dengan sempurna pada rongga antara konstruksi pipa casing dengan

dinding lubang bor.


VII. TAHAP PENCUCIAN DAN PEMBERSIHAN (WELL DEVELOPMENT)
Tahap pekerjaan pencucian dan pembersihan sumur dalam dilakukan dengan
maksud untuk dapat membersihkan dinding zona invasi akuifer erta kerikil
pembalut dari partikel hlus, agar seluruh bukaan pori atau celah akuifer dapat
terbuka penuh sehinga ar tanah dapat mengalir kedalam lubang saringan (screen)
dengan sempurna.
Manfaat dari tahap Well Development ini adalah :
Menghilangkan atau mengurangi penyumbatan (clogging) akuifer pada dinding
lobang bor.
Meningkatkan porositas dan permeabilitas akuifer disekeliling sumur dalam.
Menstabilakan formasi lapisan pasir disekeliling saringan, sehingga pemompaan
bebas dari kandungan pasir.
Pelaksanaan tahap Well Development dilakukan dengan cara :
1. Water Jetting
Peralatan yang digunakan disebut Jetting Tool, yaitu suatu alat dari pipa yang
mempunyai 4 lobang (dozzle). Alat ini dimasukkan kedalam sumur dalam pada tiaptiap interval saringan secara berurutan dari bawah keatas dengan penghantar pipa
bor yang dihubungkan dengan pompa yang dihubungkan dengan pompa tekan
yang memompakan air bersih kedalam sumur dalam.
Pada pengoperasiannya, alat ini digerakkan berputar-putar atau dengan memutarmutar pipa penghantarnya dan naik turun sepanjang saringan (screen).
2. Air Lift
Pada metode air lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara kedalam sumur
dalam dari tekanan kecil kemudian perlahan-lahan diperbesar. Pekerjaan air lift ini
dilakukan mulai dari interval saringan paling atas ke bawah secara berurutan
hingga ke dasar sumur dalam.
VIII. TAHAP PENGECORAN (GROUTING)
Maksud dan tujuan dari tahap grouting ini adalah :
- Sebagai penguat (tumpuan) konstruksi pipa casing.

- Untuk menutup (mencegah) masuknya air permukaan (air atas) kedalam pipa
casing melalui saringan (screen).
IX. TAHAP UJI PEMOMPAAN (PUMPING TEST)
Maksud dan tujuan uji pemompaan (pumping test) ini adalah untuk mengetahui
kondisi akuifer dan kapasitas jenis sumur dalam, sehingga dapat untuk memilih
jenis serta kapasitas pompa ang sesuai yang akan dipasang disumur dalam
tersebut.
Data-data yang dicat dalam uji pemompaan adalah :
a. Muka air tanah awal (pizometrikawal)
b. Debit pemompaan
c. Penurunan muka air tanah selama pemompaan (draw-down)
d. Waktu sejak dimulai pemompaan
e. Kenaikan muka air tanah setelah pompa dimatikan
f. Waktu setelah pompa dimatikan
Uji pemompaan dilakukan melalui 2 tahap :
1) Uji pemompaan bertahap (step draw-doen test)
Uji pemompaan yang dilakukan 3 step, masing-masing selama 2 jam dengan variasi
debit yang berbeda.
2) Uji pemompaan panjang
Uji pemompaan ini umumnya dilakukan selama 2x 24 jam dengan debit tetap.
Pada uji pemompaan ini dimbil sample air 3 kali, yaitu pada awal pemompaan,
pertengahan dan akhir pemompaan. Maksud dan tujuan pengambilan sample air
adalah untuk pemeriksaan (analisa) kualitas air, apakah air yang dihasilkan dari
sumur dalam tersebut memenuhi standar air minum yang diizinkan.
Kualitas air yang dianalisa adalah :
- PH (keasaman atau kebasaan) air tersebut.
- Kadar unsure-unsur kimia terkandung dalam air tersebut.
- Jumlah zat pada terlarut (TDS).
X. TAHAP FINISHING
Tahap finishing meliputi :
o Pemasangan pompa submersible permanent, panel listrik serta instalasi kabelkabelnya.
o Pembuatan bak control (manhole) apabila well head posisinya dibawah level

tanah, pembuatan apron apabila well head posisinya diatas level tanah.
o Pembuatan instalasi perpipaan, asesoris serta Well Cover.
o Pembersihan dan perapihan lokasi.
http://arsipteknikpertambangan.blogspot.com/2010/06/tahap-tahap-metodepelaksanaan.html

TEORI DASAR LOGGING


TEORI DASAR LOGGING

Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan reservoir


terhadap kedalaman lubang bor. Sesuai dengan tujuan logging yaitu menentukan
besaran-besaran fisik batuan reservoir (porositas, saturasi air formasi, ketebalan
formasi produktif, lithologi batuan) maka dasar dari logging itu sendiri adalah sifatsifat fisik atau petrofisik dari batuan reservoir itu sendiri, yaitu sifat listrik, sifat
radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari batuan reservoir.
3.1. Jenis-Jenis Logging
Berdasarkan kemampuan, kegunaan, dan prinsip kerja maka jenis logging ini dibagi
menjadi log listrik, log radioaktif, log sonic, dan log caliper.
3.1.1. Log Listrik
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang ditembus
lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai variasi
konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk batuan yang poriporinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan menghantarkan listrik
dan mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan dengan pori-pori yang terisi
minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu lumpur pemboran yang banyak
mengandung garam akan bersifat konduktif dan sebaliknya.
Untuk formasi clean sand yang mengandung air garam, tahanan formasinya dapat
dinyatakan dengan suatu faktor tahanan formasi (F), yang dinyatakan dengan
persamaan :
Ro = F x Rw . (3-1)
dimana :
F = faktor formasi
Ro = tahanan formasi dengan saturasi air formasi 100 %
Rw = tahanan air garam (air formasi)
Hubungan antara tahanan formasi, porositas dan faktor sementasi dikemukakan
oleh G.E. Archie dan Humble sebagai berikut :
Persamaan Archie : F = -m .. (3-2)
Persamaan Humble : F = 0,62 x -2,15 .... (3-3)
dimana :
m = faktor sementasi batuan

F = faktor formasi
= porositas
Resistivity Index (I) adalah perbandingan antara tahanan listrik batuan sebenarnya
(Rt) dengan tahanan yang dijenuhi air formasi 100 % (Ro), yaitu sesuai dengan
persamaan berikut :
. (3-4)
dimana :
n = eksponen saturasi, untuk batupasir besarnya sama dengan 2.
Untuk formasi clean sand, terdapat hubungan antara saturasi air formasi (Sw),
porositas (), tahanan formasi sebenarnya (Rt), tahanan air formasi (Rw) serta
eksponen saturasi (n). Secara matematis hubungan ini dapat dinyatakan sebagai
berikut :
. (3-5)
Pada umumnya log listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis:
Spontaneous Potensial Log (SP Log)
Resistivity Log
3.1.1.1. Spontaneous Potensial Log (SP Log)
Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging karena
adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang sumur
dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman lubang sumur.
Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri dari dua buah
elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M) diturunkan kedalam
lubang sumur dan elektroda yang lain (N) ditanamkan di permukaan. Disamping itu
masih juga terdapat sebuah baterai dan sebuah potensiometer untuk mengatur
potensial diantara kedua elektroda tersebut. Bentuk defleksi positif ataupun negatif
terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara kandungan dalam batuan dengan
lumpur. Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara arus listrik
dengan gaya-gaya elektromagnetik (elektrokimia dan elektrokinetik) dalam batuan.
Gambaran skematis dari gejala SP pada formasi degan resistivity tinggi dapat dilihat
pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Gambaran Skematis dari Gejala SP pada Formasi dengan Resistivity
Tinggi
(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)
Adapun komponen elektromagnetik dari SP tersebut adalah sebagai berikut:
A. Elektrokimia, dibagi menjadi dua bagian,yaitu:
Membran Potensial, terjadi karena adanya struktur dan muatan maka lapisan
shale bersifat permeable terhadap kation Na+ dan kedap terhadap anion Cl-. Jika

lapisan shale memisahkan dua larutan yang mempunyai perbedaan konsentrasi


NaCl, maka kation Na+ bergerak menembus shale dari larutan yang mempunyai
konsentrasi tinggi ke larutan yang mempunyai konsentrasi rendah, sehingga terjadi
suatu potensial.
Liquid Junction Potential, terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara air
filtrat dengan air formasi, sehingga kation Na+ dan ion Cl- dapat saling berpindah
selama ion Cl- mempunyai mobilitas yang lebih besar dari Na+, maka terjadi aliran
muatan negatif Cl- dari larutan yang berkonsentrasi tinggi ke larutan yang
berkonsentrasi rendah.
B. Elektrokinetik
Potensial elektrokinetik merupakan hasil suatu aliran elektrolit yang melewati
unsure-unsur dalam media berpori. Besarnya elektrokinetik ini tergantung dari
perbedaan tekanan yang menghasilkan aliran dan tahanan dari elektrolit pada
suatu media porous. Potensial elektrolit disini dapat diabaikan karena pada
umumnya perbadaan tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi tidak
begitu besar dan untuk lapisan shale pengaruh filtrasi dari alir lumpur kecil.
Jika pengaruh SP log melalui lapisan cukup tebal dan kondisinya bersih dari clay,
maka defleksi kurva SP akan mencapai maksimum. Defleksi SP yang demikian
disebut statik SP atau SSP, yang dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
.. (3-6)
dimana :
SSP = statik spontaneous potensial, mv
Kc = konstanta lithologi batuan
= , dalam oF
= , dalam oC
Rmfeq = tahanan filtrat air lumpur, ohm-m
Rweq = tahanan air formasi, ohm-m
SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan permeabel,
menentukan batas-batas lapisan, menentukan harga tahanan air formasi (Rw) dan
dapat juga untuk korelasi batuan dari beberapa sumur di dekatnya.
Defleksi kurva SP selalu dibaca dari shale base line yang mana bentuk dan besar
defleksi tersebut dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan batuan formasi, tahanan
lapisan batuan, tahanan shale dalam lapisan batuan, diameter lubang bor, dan
invasi air filtrat lumpur. Satuan ukuran dalam spontaneous potensial adalah millivolt
(mv).
3.1.1.2. Resistivity Log (Log Tahanan Jenis)
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi
beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas
air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan. Gambar resistivity
log dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Kurva Resistivity Log

(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1


Mei 1997)
A. Normal Log
Skema rangkaian dasar normal log dapat dilihat pada gambar 3.3, dengan
menganggap bahwa pengukurannya pada medium yang mengelilingi electrodeelektrode adalah homogen dengan tahanan batuan sebesar R ohm-meter. Elektroda
A dan B merupakan elektroda potensial , sedangkan M dan N merupakan elektroda
arus. Setiap potensial (V) ditransmisikan mengalir melingkar keluar melalui formasi
den besarnya potensial tersebut adalah:
(3-7)
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
= konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri dari dua
spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inchi
Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki. Short
normal device digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi, sedang
long normal device digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak
terinvasi filtrat lumpur atau true resistivity (Rt).
B. Lateral Log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang terinvasi.
Skema dasar dari lateral log device dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat ini terdiri
dari dua elektrode arus A dan B serta dua elektrode potensial M dan N. Jarak spasi
M dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan O adalah 18,8 inch. Titik O merupakan
titik referensi dari pengukuran terhadap kedalaman, sedangkan elektrode B
diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik yang konstan dialirkan melalui elektrode
A, sedangkan perbedaan potensial antara M dan N di tempatkan pada permukaan
lingkaran yang berpusat di titik A. Perbedaan potensial yang dipindahkan ke
elektrode M dan N adalah :
..................................................................... (3-8)
Persamaan (3-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan
lapisan cukup tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya
potensial yang dicatat pada referensi O adalah sebanding dengan besarnya
resistivitas formasi (R) dengan syarat anggapan tersebut dipenuhi dan pengaruh
diameter lubang bor diabaikan.
Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah resistivity
semu bukan resistivity yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan pengukuran
dipengaruhi oleh diameter lubang bor (d), ketebalan formasi (e), tahanan lumpur

(Rm), diameter invasi air filtrat Lumpur (Di), tahanan zone invaded (Ri) dan
uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan diatas dan dibawahnya (Rs). Pembacaan
yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan resistivity relative tinggi. Log ini
digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale yang tebal dengan
ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500 ohm-m.

Gambar 3.3. Skema Rangkaian Dasar Normal Log


(Resistivity Measurement Tools, Schlumberger, October 1984)

Gambar 3.4. Skema Rangkaian Dasar Lateral Log


(Resistivity Measurement Tools, Schlumberger, October 1984)
C. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan lumpur yang
konduktif sebagai penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu tidak satu pun
peralatan pengukuran resistivity diatas dapat digunakan pada kondisi lubang bor
kosong, terisi minyak, gas, oil base mud dan fresh water serta udara. Untuk
mengatasi ini maka dikembangkan peralatan terfokuskan yang dapat berfungsi
dalam kondisi tersebut. Rangkaian peralatan dari dasar Induction log secara
skematis dapat dilihat pada gambar 3.5.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi
( 20000 cps) yang mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui transmitter coil
yang ditempatkan pada insulating sehingga menimbulkan arus induksi didalam
formasi. Medan magnet ini akan menimbulkan arus berputar yang akan
menginduksi potensial dalam receiver coil. Coil kedua ini ditempatkan pada mandrel
yang sama dengan jarak tertentu dari coil pertama. Besarnya signal yang dihasilkan
receiver akan diukur dan dicatat di permukaan yang besarnya tergantung pada
konduktivitas formasi yang terletak diantara kedua coil tersebut. Nilai konduktifitas
formasi (Cf) berbanding terbalik dengan nilai resistivity.

Gambar 3.5. Skema Rangkaian Dasar Induction Log


(Gatlin, C. :Petroleum Engineering Drilling and Well Completion, Prentice Hall Inc.,
New York, 1962)
Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah investigasi yang
jauh didalam lapisan-lapisan tipis untuk menentukan harga Rt. Induction log dapat
diturunkan didalam semua jenis lumpur dengan syarat sumur belum dicasing. Hasil
terbaik dari induction log adalah dalam suatu kondisi sebagai berikut, didalam
susunan shale dengan Rt lebih kecil dari 100 ohm-m dan ketebalan lapisan lebih
besar dari 20 m, Rxo lebih besar dari Rt dan jika Rxo lebih kecil dari Rt maka

induction log akan kurang memberikan hasil yang memuaskan. Induction log tidak
sensitif terhadap perubahan Rt bila resistivitynya tinggi. Perbedaan resistivity
sekitar 400-500 ohm-m tidak dapat dideteksi. Kondisi yang baik untuk operasi
induction log ini adalah menggunakan lumpur yang tidak banyak mengandung
garam (Rmf > Rw) serta pada formasi dengan Rt kurang dari 100 ohm-m tapi akan
lebih baik lagi jika kurang dari 50 ohm-m.
Induction log ini mempunyai beberapa kelebihan dari log-log sebelumnya, antara
lain :
1. Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang diukur tidak
dipengaruhi oleh batas tersebut.
2. Dalam fresh mud, pengukuran Rt hanya memerlukan koreksi yang sederhana
atau tidak memerlukan sama sekali.
3. Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga dapat
melengkapi informasi yang diperoleh.
D. Laterolog (Guard Log)
Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil pengaruh lubang bor,
lapisan yang berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis serta kondisi lumpur
yang konduktif atau salt mud.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 3.6.), suatu arus Io yang
konstan dialirkan melalui elektrode Ao lewat elektrode A1 dan A2 dimana arus
tersebut diatur secara otomatis oleh kontak pengontrol sehingga dua pasang
elektrode penerima M1M2 dan M1M2 mempunyai potensial yang sama. Selisih
potensial diukur diantara salah satu elektrode penerima dengan electrode
dipermukaan. Jika perbedaan antara potensial pasangan M1M2 dan M1M2 dibuat
nol, maka tidak ada arus yang mengalir dari Ao. Disini arus listrik dari Ao dipaksa
mengalir horizontal kearah formasi.
Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan Laterolog 8.
Perbedaan dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada jumlah
elektrodenya, dan ketebalan lapisan yang dideteksi berbeda. Alat ini mengukur
harga Rt terutama pada kondisi pengukuran Rt dengan Induction Log mengalami
kesulitan (banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat digunakan dalam jenis
lumpur water base mud. Dianjurkan pada kondisi Rt/Rm dan Rt/Rs besar (salt mud,
resistivity tinggi yaitu lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak berfungsi di dalam oil
base mud, inverted mud, lubang berisi gas, atau sumur sudah dicasing.

Gambar 3.6. Skema Alat Laterolog


(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)
E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo) dan
sebagai indikator lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya mud cake.
Hasil pembacaan Rxo dipengaruhi oleh tahanan mud cake(Rmc) dan ketebalan mud

cake (hmc). Ketebalan dari mud cake dapat dideteksi dari besar kecilnya diameter
lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat microresistivity log yang sering
digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL), Proximity Log (PL),
MicroSpherical Focused Log (MSFL).
Microlog (ML)
Microlog dirancang untuk mengukur secara tepat lapisan tipis dan permeabel,
karena dengan pengukuran ini dapat ditentukan secara tepat net pay dalam suatu
interval total. Pada prinsipnya microlog menggunakan tiga electrode dengan ukuran
kecil yang dipasang didalam lempeng (pad) karet, dengan tujuan agar tetap dapat
mengikuti variasi bentuk lubang bor. Alat ini mempunyai tiga electrode yang
mempunyai jarak 1 inch. Elektrode-elektrode tersebut yaitu A0, M1, dan M2 yang
dipasang pada salah satu baris pada rubber (lihat gambar 3.7.)

Gambar 3.7. Skema Posisi Microlog di Dalam Sumur


(Resistivity Measurement Tools, Schlumberger, October 1984)
Pada elektrode A0 diberikan arus listrik tertentu kemudian potensialnya diukur pada
elektrode M1 dan M2 yang dicatat dipermukaan oleh Galvanometer. Pada saat
pengukuran, ketiga elektrode tersebut ditempatkan pada dinding lubang bor
dengan menggunakan pegas yang dapat dikembangkan antara 6 inch sampai 16
inch.
Ada dua sistem pengukuran yang umum dilakukan :
1. Sistem A0M1M2 yang merupakan short lateral/inverse (R1x1) dengan spacing
A0O = 1 inch, dimana O adalah titik tengah antara M1 dan M2. Pada sistem ini
arus listrik yang diberikan dari Ao kemudian diukur perbedaan potensialnya pada
titik antara elektrode M1 dan M2. Sistem inverse pada intinya mengukur resistivity
mud cake pada lapisan permeable.
2. Sistem A0M2 merupakan micronormal dengan spacing AM2 = 2 inch. Sistem ini
mempumyai investigasi pengukuran lebih kurang dua kali lebih jauh dari sistem
A0M1M2 dan pada sistem ini arus listrik yang diberikan dari A0 diukur perbedaan
potensialnya pada M2. Micronormal digunakan untuk mengukur resistivity dari flush
zone (Rxo). Adanya mud cake inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan dari
kedua kurva microlog tersebut. Lapisan porous permeable ini ditandai dengan
adanya mud cake pada permukaan dinding lubang bor yang dinyatakan oleh
munculnya separasi dari dua kurva microlog.
Microlog tidak akan memberikan keterangan yang berarti jika arus yang
dipancarkan hanya berada di sekitar mud cake (short circuit). Hal ini dapat terjadi
jika resistivity formasi sangat tinggi dan tidak berfungsi pada keadaan oil base mud.
Separasi dua kurva positif jika R2 > R1x1 dan fluida hidrokarbon yang
terkandung dalam batuan porous tersebut merupakan hidrokarbon air tawar.
Separasi negatif dapat terjadi jika R2 < R1x1 dan fluida yang terkandung
biasanya air asin. Bila SP log tidak menghasilkan kurva yang baik, microlog dapat
digunakan untuk menentukan letak lapisan-lapisan yang porous dan permeabel.

Kriteria yang harus dipertimbangkan agar pengukuran microlog optimum yang


pertama sebagai indikator lapisan porous permeabel didalam susunan sand-shale
dengan range tahanan batuan formasi 1 200 ohm-m, porositas batuan lebih besar
dari 15 %, Rxo/Rmc lebih kecil dari 15, ketebalan mud cake kurang dari inch dan
kedalaman invasi lumpur lebih besar atau sama dengan 4 inch. Microlog juga
bermanfaat dalam memperkirakan porositas, menghitung faktor formasi (F),
melokasikan lapisan permeable dan memperkirakan water-oil contact dibawah
kondisi tertentu. Dan juga mencarikan batasan yang akurat dari batas lapisan dan
deliniasi dari zone produktif dan zone non produktif. Microlaterolog (MLL) Alat ini
digunakan untuk menentukan Rxo pada batuan yang keras, dimana lumpur yang
digunakan mempunyai kadar garam yang tinggi. Sehingga dengan mengetahui Rxo
maka harga F bisa ditentukan berdasarkan F = Rxo/Rmf sehingga selanjutnya
besarnya porositas efektif dapat ditentukan. MLL hanya merekam satu kurva yaitu
tahanan flush zone (Rxo). Alat ini mempunyai 4 elektrode yaitu sebuah elektrode
pusat (Ao) dan 3 elektrode cincin M1, M2, dan A1 yang letaknya konsentris terhadap
Ao, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.8. Gambar 3.8. Distribusi Arus dan
Posisi Elektrode MLL didalam Lubang Bor (Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan
Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei 1997) Cara kerja MLL pada
prinsipnya sama dengan laterolog, yaitu sejumlah arus konstan Io yang diketahui
intensitasnya dialirkan melalui elektrode pusat Ao dan lainnya dialirkan melalui
elektrode paling luar A1. Kemudian arus listrik secara otomatis dan kontinyu diatur
sedemikian rupa sehingga perbedaan potensial antara elektrode M1 dan M2 praktis
sama dengan nol sehingga tidak ada arus yang mengalir dari Ao tapi dari M1 dan
M2. Jadi arus dari Ao dipaksa mengalir horizontal kearah formasi. Resistivity yang
diukur adalah sebanding dengan potensial yang dicatat. MLL hanya dapat
digunakan dalam kondisi water base mud khususnya salt mud, dan tidak berfungsi
didalam oil base mud, inverted emulsion mud serta keadaan lubang bor yang terisi
gas atau sudah dicasing. Jika invasi lumpur dangkal (kurang dari 4 inch) MLL
mungkin mengukur tahanan batuan zone uninvaded (Rt) karena MLL digunakan
untuk daerah penyelidikan sampai 4 inch. Ketebalan mud cake juga mempengaruhi
pembacaan harga Rxo. Proximity Log (PL) Proximity Log pada prinsipnya adalah
sama dengan ML ataupun MLL, akan tetapi PL dirancang untuk mengukur daerah
yang lebih dalam lagi yaitu pada penyelidikan 16 inch dan tidak tergantung pada
ketebalan mud cake yang terbentuk. Proximity Log mempunyai beberapa
karakteristik, yaitu: dapat mengukur Rxo tanpa dipengaruhi oleh mud cake sampai
ketebalan mud cake - 1 inch, mempunyai radius investigasi yang lebih besar dari
ML maupun MLL, kurang sensistif terhadap ketidakhomogenan lubang bor, biasanya
alat ini diturunkan bersama-sama dengan ML untuk mendeteksi adanya mud cake.
Dalam pembacaan PL banyak dipengaruhi oleh besarnya harga tahanan batuan
zone uninvaded (Rt). Oleh karena itu harus diadakan koreksi. Hasil pembacaan
proximity log (RPL) dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : RPL
.... (3-9) dimana J adalah faktor pseudogeometric dari
zone invaded. Harga J merupakan fungsi dari diameter invasi (Di). Sebagai harga

pendekatan, jika Di > 40 inch harga J mendekati 1 (satu). Jika Di < 40 inch maka
harga RPL berada diantara Rxo dan Rt, biasanya lebih mendekati harga Rxo. PL
akan mengukur Rt jika invasi filtrat lumpur sangat dangkal, sehingga secara praktis
harga RPL = Rt. Operasi pengukuran dengan alat ini akan memperoleh hasil yang
optimum pada kondisi batuan invaded karbonat atau sand, range tahanan
batuannya 0.5 100 ohm-m, invasi lumpur dalam, dan ketebalan mud cake lebih
kecil dari inch.
MicroSpherical Focused Log (MSFL)
MSFL biasanya di-run bersama dengan alat log induksi atau laterolog. Serupa
dengan alat microlog, pengukuran terhadap MSFL dibuat dengan sebuah bantalan
elektroda khusus yang ditekan ke dinding lubang bor dengan batuan sebuah kaliper.
Pada bantalan tersebut dipasang suatu rangkaian bingkai logam yang konsentrik
(lihat gambar 3.9.) disebut elektroda yag mempunyai fungsi memancarkan,
mengfokuskan, dan menerima kembali arus istrik yang hamper sama dengan cara
kerja elektroda laterolog. Bantalan pada MSFL ini kecil dan elektrodenya berdekatan
sehingga hanya beberapa inchi dari formasi dekat lubang bor yang diselidiki yang
mengakibatkan kita mempunyai suatu pengukuran dari resistivity didaerah
rembesan. Pengukuran terhadap diameter lubang bor secara bersamaan oleh
caliper yang merupakan bagian tak terpisahkan dari alat MSFL.

Gambar 3.9. Penampang Bantalan MSFL


(Resistivity Measurement Tools, Schlumberger, October 1984)
3.1.2. Log Radioaktif
Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased hole) maupun
yang tidak dicasing (open hole). Keuntungan dari log radioaktif ini dibandingkan
dengan log listrik adalah tidak banyak dipengaruhi oleh keadaan lubang bor dan
jenis lumpur. Dari tujuan pengukuran, Log Radioaktif dapat dibedakan menjadi: alat
pengukur lithologi seperti Gamma Ray Log, alat pengukur porositas seperti Neutron
Log dan Density Log. Hasil pengukuran alat porositas dapat digunakan pula untuk
mengidentifikasi lithologi dengan hasil yang memadai.
3.1.2.1. Gamma Ray Log
Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan oleh ionisasi yang
terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi dengan gas ideal yang
terdapat didalam kamar ionisasi yang ditempatkan pada sonde. Besarnya arus yang
diberikan sebanding dengan intensitas sinar gamma yang bersangkutan.
Didalam formasi hampir semua batuan sedimen mempunyai sifat radioaktif yang
tinggi, terutama terkonsentrasi pada mineral clay. Formasi yang bersih (clean
formasi) biasanya mengandung sifat radioaktif yang kecil, kecuali lapisan tersebut
mengandung mineral-mineral tertentu yang bersifat radioaktif atau lapisan berisi air
asin yang mengandung garam-garam potassium yang terlarutkan (sangat jarang),

sehingga harga sinar gamma akan tinggi.


Dengan adanya perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka dapat
digunakan untuk membedakan jenis batuan yang terdapat pada suatu formasi.
Selain itu pada formasi shaly sand, sifat radioaktif ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi kadar kandungan clay yang dapat berkaitan dengan penilaian
produktif suatu lapisan berdasarkan intrepretasi data logging. Besarnya volume
shale dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
..... (3-10)
dimana :
GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan
GRmax = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale
GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale
Dengan pertimbangan adanya efek densitas formasi, maka untuk formasi dengan
kandungan satu mineral, gamma ray yang terbaca pada log adalah :
. (3-11)
dimana :
1 = densitas dari mineral radioaktif
V1 = volume batuan mineral
A1 = faktor perimbangan radioaktif dari mineral
= konsentrasi berat dari mineral
Untuk formasi yang mengandung lebih dari satu mineral radioaktif, respon GR
adalah penjumlahan dari beberapa mineral tersebut dengan menggunakan
persamaan (3-12). Sedangkan untuk formasi dengan kandungan dua mineral
radioaktif, densitas dan kekuatannya berbeda, serta keberadaannya dalam jumlah
yang berbeda maka GR yang terbaca pada log adalah :
.... (3-12)
persamaan (3-12) diatas dapat disamakan dengan mengalikan dengan b sehingga
persamaannya dapat ditulis menjadi :
.GR = B1 V1 + B2 V2 (3-13)
dimana :
B1 = 1 A1
B2 = 2 A2
Secara khusus Gamma Ray Log berguna untuk identifikasi lapisan permeabel disaat
SP Log tidak berfungsi karena formasi yang resistif atau bila kurva SP kehilangan
karakternya (Rmf = Rw), atau ketika SP tidak dapat merekam karena lumpur yang
yang digunakan tidak konduktif (oil base mud). Hal tersebut dapat dilihat pada
gambar 3.10. Selain itu Gamma Ray Log juga dapat digunakan untuk mendeteksi
dan evaluasi terhadap mineral radioaktif (potassium dan uranium), mendeteksi
mineral tidak radioaktif (batubara), dan dapat juga untuk korelasi antar sumur.
3.1.2.2. Neutron Log
Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan tanpa melihat
atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air formasi.
Neutron terdapat didalam inti elemen, kecuali hidrokarbon. Neutron merupakan
partikel netral yang mempunyai massa sama dengan atom hidrogen.

Gambar 3.10. Respon Gamma Ray pada Suatu Formasi


(Dewan, T.J.:Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation, Pennwell Publishing
Company, Tulsa-Oklahoma, USA, 1983)
Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi dari neutron
dipancarkan secara kontinyu dari sebuah sumber radioaktif yang ditempatkan
didalam sonde logging yang diletakkan pada jarak spacing pendek sekitar 10-18
inch dari detektor gamma ray. Pada operasi logging, neutron meninggalkan
sumbernya dengan energi tinggi, tetapi dengan cepat akan berkurang karena
bertumbukan dengan inti-inti elemen didalam formasi. Semua inti-inti elemen turut
serta dalam pengurangan energi ini, tetapi yang paling dominan adalah atom
dengan massa atom yang sama dengan neutron yaitu hidrogen. Setelah energi
neutron banyak berkurang kemudian neutron tersebut akan menyebar didalam
formasi tanpa kehilangan energi lagi sampai tertangkap dan terintegrasi dengan
inti-inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan silikon. Inti-inti ini akan
terangsang untuk memancarkan sinar gamma. Kemudian detektor sinar gamma
akan merekam radiasi sinar gamma tersebut.
Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air, minyak dan gas
atau didalam lapisan shale maka energi neutron akan diperlambat pada jarak yang
sangat dekat dengan sumber dan akibatnya hanya sedikit radiasi sinar gamma
yang direkam oleh detektor. Hal ini yang menjadi dasar hubungan antara jumlah
sinar gamma per detik dengan porositas. Hubungan ini menunjukkan apabila jumlah
sinar gamma per detik cukup tinggi maka porositasnya rendah. Proses pelemahan
partikel neutron dapat dilihat pada gambar 3.11. Porositas dari neutron log ( ) dalam
satuan limestone dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
...... (3-14)
dimana:
= porositas terbaca pada kurva neutron log
Terdapat beberapa jenis neutron log yang dapat digunakan, yaitu:
Thermal neutron log, digunakan secara optimal untuk formasi non shaly yang
mengandung liquid dengan porositas antara 1 % 10 %.
Sidewall neutron porosity log (SNP), yang mempunyai kondisi optimum pada
formasi non shaly yang mengandung liquid dengan porositas kurang dari 30%.
Compensated neutron log (CNL), merupakan pengembangan dari kedua alat
sebelumnya.
3.1.2.3. Density Log
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan mengukur
density bulk batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya
hidrokarbon atau air, digunakan besama-sama dengan neutron log, juga

menentukan densitas hidrokarbon (h) dan membantu didalam evaluasi lapisan


shaly.

Gambar 3.11. Proses Pelemahan Partikel Neutron


(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)
Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma dari
sumber radiasi sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada saat
sinar gamma menembus batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan
elektron pada batuan tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan
sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali, yang
kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi.
Intensitas sinar gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan formasi.
Skema rangkaian dasar density log dapat dilihat pada gambar 3.12. Berkurangnya
energi sinar gamma tersebut sesuai dengan persamaan:
.............. (3-15)
dimana:
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
= densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma

Gambar 3.12. Skema Rangkaian Dasar Density Log


(Dewan, T.J.:Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation, Pennwell Publishing
Company, Tulsa-Oklahoma, USA, 1983)
Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan akan
menunjukkan besarnya densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi
akan menghasilkan jumlah elektron yang rendah pada detektor. Densitas elektron
merupakan hal yang penting disini, hal ini disebabkan yang diukur adalah densitas
elektron, yaitu jumlah elektron per cm3. Densitas elektron akan berhubungan
dengan densitas batuan sebenarnya, b yang besarnya tergantung pada densitas
matrik, porositas dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi penggunaan
untuk density log adalah pada formasi dengan densitas rendah dimana tidak ada
pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada lubang bor
yang sudah di casing. Kurva density log hanya terpengaruh sedikit oleh salinitas
maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand dengan
porositas 20 % - 40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik apabila

operasi penurunan peralatan kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar
alat tetap menempel pada dinding bor, sehingga pada rangkaian tersebut biasanya
dilengkapi dengan spring.
Hubungan antara densitas batuan sebebnarnya dengan porositas dan lithologi
batuan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
......... (3-16)
dimana:
b = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
f = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1), gr/cc
= porositas dari density log , fraksi
Tabel III-1. Harga Density Matrik Batuan
(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)

Adanya pengotoran clay dalam formasi akan mempengaruhi ketelitian, oleh karena
itu dalam pembacaan b perlu dikoreksi. Sehingga persamaan dapat ditulis sebagai
berikut:
.. (3-17)
dimana:
clay = densitas clay, gr/cc
Vclay = volume clay, %
3.1.3. Sonic Log
Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas, selain
density log dan neutron log dengan cara mengukur interval transite time (t), yaitu
waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk merambat didalam batuan
formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log menggunakan sebuah transmitter
(pemancar gelombang suara) dan dua buah receiver (penerima). Jarak antar
keduanya adalah 1 ft.
Bila pada transmitter dipancarkan gelombang suara, maka gelombang tersebut
akan merambat kedalam batuan formasi dengan kecepatan tertentu yang akan
tergantung pada sifat elastisitas batuan, kandungan fluida, porositas dan tekanan
formasi. Kemudian gelombang ini akan terpantul kembali menuju lubang bor dan
akan diterima oleh kedua receiver. Selisih waktu penerimaan ini direkam oleh log
dengan satuan microsecond per feet (sec/ft) yang dapat dikonversikan dari
kecepatan rambat gelombang suara dalan ft/sec.
Interval transite time (t) suatu batuan formasi tergantung dari lithologi dan
porositasnya. Sehingga bila lithologinya diketahui maka tinggal tergantung pada
porositasnya. Pada tabel III-2. dapat dilihat beberapa harga transite time matrik
(tma) dengan berbagai lithologi.

Tabel III-2. Transite Time Matrik untuk Beberapa Jenis Batuan


(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1
Mei 1997)

Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log t harus terdapat hubungan
antara transit time dengan porositas. Seorang sarjana teknik, Wyllie mengajukan
persamaan waktu rata-rata yang merupakan hubungan linier antara waktu dan
porositas. Persamaan tesebut dapat dilihat dibawah ini :
.............................................................................. (3-18)
dimana :
tlog = transite time yang dibaca dari log, sec/ft
tf = transite time fluida, sec/ft
= 189 sec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec
tma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), sec/ft
S = porositas dari sonic log, fraksi
Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga dapat
digunakan sebagai indentifikasi lithologi.
3.1.4. Caliper Log
Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi (diameter)
dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper log dapat
dilihat pada gambar 3.13. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang bor,
peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang secara
fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod. Posisi
rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung
volume lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi cementing,
selain itu dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting
packer (misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan mengalami kesalahan
apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran pahat (bit) oleh karena
itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya, perhitungan kecepatan
lumpur di annulus yang berhubungan dengan pengangkatan cutting, untuk korelasi
lithologi karena caliper log dapat membedakan lapisan permeabel dengan lapisan
consolidated.

Gambar 3.13. Skema Peralatan Dasar Caliper Log


(Lynch J. S.:Formation Evaluation, Harper & Row Publisher, New York, Evanston
and London, First Edition, 1962)
3.2. Interpretasi Logging

Lapisan prospek dapat teridentifikasi degan melakukan interpretasi logging.


Interpretasi logging ini dibagi menjadi interpretasi kualitatif dan interpretasi
kuantitatif. Interpretasi kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi lapisan porous
permeabel dan ada tidaknya fluida. Sedangkan interpretasi kuantitatif dilakukan
untuk menentukan harga Vclay, , Rfluida, Sw dan permeability batuan. Simbolsimbol yang digunakan dalam interpretasi log dapat dilihat pada gambar 3.14.
3.2.1. Interpretasi Kualitatif
Setelah selesai melakukan logging maka selanjutnya yang akan dikerjakan adalah
melakukan interpretasi terhadap data pengukuran secara kualitatif guna
memperkirakan kemungkinan adanya lapisan porous permeabel dan ada tidaknya
fluida. Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat harus dilakukan pengamatan
terhadap log yang kemudian satu sama lainnya dibandingkan. Tujuan dari
interpretasi kualitatif adalah identifikasi lithologi dan fluida hidrokarbon yang
meliputi identifikasi lapisan porous permeabel, ketebalan dan batas lapisan, serta
kandungan fluidanya.
Penentuan jenis batuan atau mineral didasarkan pada plot data berbagai log
porositas, seperti plot antara log density-neutron dan log sonic-neutron. Sedangkan
lapisan berpori dapat ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap log SP, log
resitivity, log caliper, dan log gamma ray. Penentuan jenis lithologi, apakah shale
atau batupasir atau batu gamping ataupun merupakan seri pasir shale didasarkan
pada defleksi kurva SP, GR, resistivity, dan konduktivitynya. Adapun fluida
hidrokarbon dapat ditentukan pada pengamatan log induction dan FDC-CNL dengan
berdasarkan sifat air, minyak, atau gas.

Gambar 3.14. Simbol-Simbol yang Digunakan pada Interpretasi Log


(Log Interpretation Charts, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)

3.2.1.1. Identifikasi Lapisan Porous Permeabel


Untuk identifikasi lapisan permeabel dapat diketahui dengan: defleksi SP, separasi
resistivity, separasi microlog, caliper log, dan gamma ray log. Adapun masingmasing log diatas dapat diketahui sebagai berikut :
1. Defleksi SP : bilamana lumpur pemboran mempunyai perbedaan salinitas dengan
air formasi (terutama untuk lumpur air tawar), lapisan permeabel umumnya
ditunjukkan dengan adanya penambahan defleksi negatif (kekiri) dari shale base
line.
2. Separasi resistivity : adanya invasi dan lapisan permeabel sering ditunjukkan
dengan adanya separasi antara kurva resistivity investigasi rendah.
3. Separasi microlog : proses invasi pada lapisan permeabel akan mengakibatkan
terjadinya mud cake pada dinding lubang bor. Dua kurva pembacaan akibat adanya

mud cake oleh microlog menimbulkan separasi pada lapisan permeabel dapat
dideteksi oleh adanya separasi positif (micro inverse lebih kecil daripada micro
normal).
4. Caliper log : dalam kondisi lubang bor yang baik umumnya caliper log dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya ketebalan mud cake, sehingga dapat
memberikan pendeteksian lapisan permeabel.
5. Gamma Ray log : formasi mengandung unsur-unsur radioaktif akan
memancarkan radioaktif dimana intensitasnya akan terekam pada defleksi kurva
gamma ray log, pada umumnya defleksi kurva yang membesar menunjukkan
intensitas yang besar adalah lapisan shale/clay, sedangkan defleksi menunjukkan
intensitas radioaktif rendah menunjukkan lapisan permeabel.
3.2.1.2. Identifikasi Ketebalan dan Batas Lapisan
Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan kotor (gross
thickness) dan ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan kotor (gross thickeness)
merupakan tebal lapisan yang dihitung dari puncak lapisan sampai dasar lapisan
dari suatu lapisan batuan. Sedangkan ketebalan bersih (net thickness) merupakan
tebal lapisan yang dihitung atas ketebalan dari bagian-bagian permeabel dalam
suatu lapisan.
Adapun penggunaan kedua jenis ketebalan tersebut juga mempunyai tujuan yang
berbeda, dimana pembuatan ketebalan kotor (gross isopach map) adalah untuk
mengetahui batas-batas penyebaran suatu lapisan batuan secara menyeluruh,
dimana pada umumnya digunakan untuk maksud-maksud kegiatan eksplorasi.
Sedangkan penggunaan ketebalan bersih adalah untuk maksud-maksud
perhitungan cadangan. Peta yang menggambarkan penyebaran ketebalan bersih
disebut peta net sand isopach.
Jenis log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan adalah: SP log,
kurva resistivity, kurva microresistivity, dan gamma ray log. Adapun dari defleksi
kurva log log tersebut:
1. SP log, yang terpenting dapat membedakan lapisan shale dan lapisan permeabel.
2. Kurva resistivity, alat yang terbaik adalah laterolog dan induction log.
3. Kurva microresistivity, pada kondisi lumpur yang baik dapat memberikan hasil
penyebaran yang vertikal.
4. GR log, log ini dapat membedakan adanya shale dan lapisan bukan shale,
disamping itu dapat digunakan pada kondisi lubang bor telah dicasing, biasanya
dikombinasikan dengan neutron log.
3.2.2. Interpretasi Kuantitatif
Didalam analisa logging secara kuantitatif dimaksudkan untuk menentukan lithologi
batuan, tahanan jenis air formasi (Rw), evaluasi shaliness, harga porositas (),
saturasi air (Sw), dan permeabilitas (K).
3.2.2.1. Penentuan Lithologi Batuan
A. M-N Plot
Pengeplotan dari tiga data log porositas (log sonic, log neutron, dan log density)
untuk interpretasi lithologi dapat dilakukan dengan M-N plot.
Persamaan dari M-N plot ini adalah sebagai berikut:

...................................................................... (3-19)
.................................................................................. (3-20)
Pada persamaan (3-19) maksudnya dikalikan dengan 0.01 pada harga M adalah
untuk mempermudah skala, N dinyatakan dalam unit porosity limestone. Untuk
fresh mud diberikan harga , f = 1, dan Nf = 1. Untuk lebih jelas mengenai
parameter matrik dan fluida serta harga M dan N pada fresh mud dan salt mud
dapat dilihat pada tabel III-3. Sedangkan untuk mengidentifikasi mineral dan gas
yang terkandung dalam suatu lapisan dapat dilihat pada gambar 3.15.
Tabel III-3. Harga M dan N untuk Beberapa Mineral
(Log Interpretation Principle/Aplication, Schlumberger Educational Services, USA,
1989)

B. Chart Rhob dengan Nphi


Crossplot ini digunakan Untuk menentukan mineral-mineral clay yang terkandung
pada lapisan shale, dengan memasukkan harga dari density log dan dari neutron
log. Pada chart ini terdapat lima jenis mineral, yaitu quartz, montmorilonite, illite,
kaolinite, dan chlorite. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.16.
3.2.2.2. Penentuan Resistivity Air Formasi (Rw)
Tahanan jenis air (Rw) merupakan parameter penting dalam menentukan harga
saturasi air (Sw) batuan selama menggunakan log listrik. Ada beberapa metode
yang dgunakan untuk menentukan resistivity air formasi, yaitu:

Gambar 3.15. Plot M-N


(Log Interpretation Chart, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)
A. Analisis Air Formasi
Pengukuran harga Rw ini dilakukan dipermukaan dari contoh air formasi dengan
melakukan pencatatan terhadap temperatur permukaan. Untuk mendapatkan harga
Rw pada temperatur formasi dimana contoh air formasi tersebut berasal maka
digunakan persamaan:
dalam oF ......................................... (3-21)
dalam oC ......................................... (3-22)

Gambar 3.16. Chart Rhob vs Nphi


(Log Interpretation Chart, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)

B. Metode SP
Langkah penentuan Rw dari metode ini adalah sebagai berikut:
Baca SSP pada kurva SP
Menentukan resistivitas filtrat lumpur (Rmf) pada temperatur formasi:
dalam oF ............................................... (3-23)
dalam oC ................................................ (3-24)
Menentukan Rmfeq
.......................................................................... (3-25)
Menentukan konstanta SP
dalam oF ....................................................... (3-26)
dalam oC ......................................................... (3-27)
Menentukan Rweq dari SP
.................................................................................. (3-28)
Menentukan Rw dari gambar 3.17. dalam oF atau gambar 3.18. dalam oC
C. Metode Ratio
........................................................................................ (3-29)
Asumsi yang digunakan untuk metode ini adalah sebagai berikut:
R(LLD) = Rt dan R(MSFL) = Rxo
Formasi bersih (Vcl < 15%)
Rw konstan
Formasi permeabel
Kondisi lubang bor bagus
Rembesan menengah
Sxo = Sw1/5

Gambar 3.17. Grafik SP-2


(Log Interpretation Chart, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)

Gambar 3.18. Grafik SP-2m

(Log Interpretation Chart, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)


3.2.2.3. Evaluasi Shaliness
Pada shale 100% gamma ray log dapat mendeteksi adanya tingkatan radioaktif
alam yang tinggi, sehingga pada tingkatan ini dapat memberikan gambaran adanya
shale, karena shale mengandung radioaktif yang sangat tinggi. Pada formasi
reservoir bersih biasanya mempunyai tingkatan radioaktif rendah atau dapat
disebut 0% shale. Dalam batuan reservoir shaly tingkatan radioaktif tergantung dari
kandungan shale. Pada kurva SP adanya shale akan mengakibatkan defleksi SP
akan menurun (kekanan) mulai dari defleksi SP pada formasi bersih pada formasi air
asin begitu pula harga R (tahanan) juga turun.
Ada beberapa cara untuk menentukan adanya kendungan shale (Vsh) secara
kuantitatif, yaitu sebagai berikut :
a) Vsh SP Log
Harga Vsh dari SP log dapat ditentukan dari rumus:
....................................................................... (3-30)
dimana:
SP log = pembacaan kurva SP pada formasi yang dimaksud
SSP = harga pembacaan pada kurva SP maksimal
Vsh SP akan menjadi rendah pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, karena
defleksi SP tidak sebesar salt water. Oleh karena itu rumus diatas digunakan pada
lapisan pasir yang terisi air yang mempunyai tahanan batuan rendah sampai
menengah serta baik untuk laminated shale.
b) Vsh Rt (Resistivity)
Tahanan batuan dari campuran antara clay dan mineral tidak konduktif (quartz)
serta tidak dijumpai adanya porositas tergantung dari tahanan clay dan isi clay itu
sendiri.
......................................................... (3-31)
dimana:
Jika harga adalah 0,5 1 maka harga b = 1
Jika harga adalah 0,5 maka harga b = 2
Rsh = tahanan lapisan shale yang berdekatan dengan lapisan produktif
Rt = tahanan batuan dalam pengamatan
Rmax = tahanan tertinggi pada lapisan hidrokarbon (umumnya lapisan clean
hidrokarbon)
c) Vsh GR (Gamma Ray)
Bila tingkat radioaktif clay konstan dan tidak ada mineral lain yang radioaktif, maka
pembacaan gamma ray setelah koreksi terhadap kondisi terhadap kondisi lubang
bor dapat dinyatakan sebagai fungsi linier:
GR = A + (B.Vsh) ................................................................... (3-32)
Yang mana harga Vsh dapat ditulis:
............................................................. (3-33)
dimana:
GRlog = pembacaan GR pada tiap interval kedalaman

GRmin = pembacaan GR pada lapisan non shale


GRmax = pambacaan GR pada lapisan shale
d) Vsh N (Neutron)
Harga Vsh dapat dicari dengan rumus:
....................................................................... (3-34)
dimana:
N = harga porositas neutron pada pengamatan
Nsh = harga porositas neutron dari lapisan yang berdekatan
3.2.2.4. Penentuan Porositas
Ada beberapa alat untuk menentukan porositas yaitu neutron log, density log
(semua formasi, tapi pada prinsipnya bekerja pada batuan yang kurang kompak dan
batuan shaly), dan sonic log (dalam batuan keras dan consolidated atau kompak).
A. Neutron Log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung pada
porositas tetapi juga lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu penentuan
porositas harus mengetahui lithologinya. Harga dari porositas neutron (N) dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan dibawah ini (dalam limestone unit):
............................................................ (3-35)
dimana:
Nlog = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
0.0425 = koreksi terhadap limestone formation
Lalu besarnya porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale (Nc) dapat
diketahui dari persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-36)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
Nsh = porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale
B. Density Log
Dalam menentukan porositas batuan dipengaruhi juga oleh lithologi kandungan
fluida batuan. Porositas dari density log biasanya dinotasikan dengan D yang
mempunyai harga sesuai dengan persamaan dibawah ini:
................................................................................ (3-37)
Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (Dc) dapat
diketahui dari persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-38)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
Dsh = porositas dari kurva density pada lapisan shale
ma = densitas matrik batuan, gr/cc
b = densitas bulk yang dibaca pada kurva density untuk setiap kedalaman yang
dianalisa, gr/cc
f = densitas fluida (air), gr/cc
C. Sonic Log

Dalam menentukan porositas, sonic log sama seperti pada neutron log atau density
log. Harga S dapat diketahui juga dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
......................................................................... (3-39)
dimana:
tlog = transite time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonik untuk
setiap kedalaman, sec/ft
tma = transite time matrik batuan, sec/ft
tf = transite time fluida (air), sec/ft
3.2.2.5. Penentuan Saturasi Air Formasi (Sw)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan harga saturasi air formasi
(Sw), diantaranya adalah persamaan linier Archie, persamaan Indonesia, persamaan
Dual Water, persamaan Waxman-Smith, dan persamaan Simandoux. Dalam
penulisan tugas akhir ini, persamaan yang digunakan dalam menentukan saturasi
air formasi adalah persamaan Indonesia, persamaan Dual Water, dan persamaan
Simandoux.
A. Persamaan Indonesia
Menentukan volume shale (Vsh)
......................................................................... (3-40)
Menentukan porositas dari neutron log
............................................................ (3-41)
................................................................... (3-42)
Menentukan porositas dari density log
................................................................................. (3-43)
................................................................... (3-44)
Menentukan porositas dari kombinasi density dan neutron log
........................................................................ (3-45)
Menentukan harga saturasi air pada flush zone (Sxo)
.............................................. (3-46)
Menentukan saturasi hidrokarbon sisa (Shr)
....................................................................................... (3-47)
Menentukan porositas efektif
................................................................ (3-48)
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
.................................................. (3-49)
B. Persamaan Dual Water
Menentukan volume shale
......................................................................... (3-50)
Menentukan porositas koreksi dari neutron dan density log terhadap shale
................................................................... (3-51)
. (3-52)
Menentukan porositas efektif

No gas: ........................................ (3-53)


With gas: (3-54)
Menentukan porositas total didekat lapisan shale
.. (3-55)
Menentukan porositas total dan fraksi air ikat pada lapisan sand
... (3-56)
.. (3-57)
Menentukan resistivity air bebas didekat lapisan clean sand
.. (3-58)
Menentukan resistivity air ikat didekat lapisan shale
. (3-59)
Menentukan Rwa didaerah shaly sand
... (3-60)
Menentukan saturasi air total yang dikoreksi terhadap shale
. (3-61)
. (3-62)
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
.................................................................................. (3-63)
C. Persamaan Simandoux
Menentukan Indeks Gamma Ray (IGR)
........................................................................ (3-64)
Menentukan volume shale (Vsh)
- Older rocks (consolidated):
......................................................................... (3-65)
- Tertiary rocks (unconsolidated):
..................................................................... (3-66)
Menentukan porositas terkoreksi terhadap shale:
- Porositas dari sonic log
............................. (3-67)
dimana :
tlog = interval transit time formasi, sec/ft
tma = interval transit time matriks batuan, sec/ft
tf = interval transit time fluida, sec/ft (189 sec/ft untuk fresh mud, 185 sec/ft
untuk salt mud)
tsh = interval transit time shale, sec/ft
Vsh = volume shale
- Porositas dari density log
............................................... (3-68)
dimana:
Vsh = volume shale
ma = densitas matriks batuan, gr/cc

b = densitas bulk, gr/cc


f = densitas fluida, gr/cc
sh = densitas bulk pada lapisan shale, gr/cc
- Porositas dari kombinasi neutron-density log
................................................... (3-69)
................................................. (3-70)
............................................................... (3-71)

Menentukan saturasi air formasi


............................. (3-72)
dimana:
Rw = resistivity air formasi, ohm-m
Rt = resistivity formasi sebenarnya, ohm-m
= porositas koreksi terhadap volume shale, fraksi
Vsh = volume shale
Rsh = resistivity shale, ohm-m
3.2.2.6. Menentukan Permeability
Selain menghasilkan hasil akhir berupa harga Vsh, e, dan Sw ELANPlus juga
mengeluarkan hasil permeability (K). Permeability yang digunakan pada tugas akhir
ini adalah permeability dari hasil ELANPlus. Semua data log yang dimasukkan ke
ELANPlus ini diproses oleh ELANPlus itu sendiri yang menghasilkan output harga
permeability yang diinginkan. Permeability yang dihasilkan ELANPlus dapat dilihat
pada gambar 3.19.

Gambar 3.19. Permeability dari ELANPlus

(Hasil ELANPlus Geoframe 3.8.1, Data Consulting Services, Schlumberger, Jakarta,


2003)
http://gede-siddiarta.blogspot.com/2011/10/teori-dasar-logging.html

Anda mungkin juga menyukai