DAN PENANGGULANGANNYA
Reactive shale
Shale jika tersuspensi dalam air maka
dapat menyebabkan swelling
(Hydrophilic)
Non-Reactive Shale
Shale jika tersuspensi dalam air tidak
dapat mengembang atau swelling
(Hydrophobic)
1. Bit Balling
2. Mud Rings
3. Tight Hole (Swelling Clay)
B. Masalah Pada Hard/ Brittle Shale
1. Bit Balling
• Beberapa shale dapat menempel pada BHA menyebabkan
penyumbatan pada drill bit, stabilizer dan drill collars.
• Umumnya terjadi di soft-firm shale dan khususnya plastic shale dan
ketika lumpur yang digunakan mempunyai inhibitor pada water base
mud yang jelek.
• Bit balling sangat jarang ditemui pada oil base mud
2. Mud Rings
• Cutting yang lembut dapat beranglomerasi pada annulus membentuk
ring donat yang dapat menghalangi aliran lumpur dan transportasi
cutting.
• Ring donat dapat berpindah ke atas atau ke bawah tergantung pada
aliran lumpur, dan dapat menghambat aliran.
• Cutting yang terakumulasi dapat memicu terjadinya hole pack-off.
• Dan mud rings ini cenderung terjadi pada water base mud.
Masalah Pada SOFT/ FIRM Shale…. (Lanjutan)
Pressured Shale
1. pada proses pengendapan Batuan, akan
terendapkan pula batu pasir diantara endapan shale.
2. Sehingga terjadi penekanan lapisan shale oleh
batuan yang terendapkan diatasnya (overbuden
pressure).
3. Akibatnya dari lapisan shale timbul tekanan yang
disebut tekanan potensial untuk mengimbangi
tekanan lapisan batuan.
4. Pada saat shale ditembus dalam pemboran, dimana
lapisan shale yang terdapat disana bertekanan
relatif tinggi bahkan dapat menyamai tekanan
overburden akan mengakibatkan dinding lubang bor
runtuh.
TES PENGUJIAN IDENTIFIKASI
PROBLEM SHALE
Defraksi Sinar-X
Analisa difraksi Sinar-X (XRD) digunakan untuk mengetahui jumlah jenis
mineral (termasuk lempung) didalam batuan.
Rolling Test
Rolling test merupakan peralatan yang digunakan untuk mensimulasikan
pengaruh komposisi lumpur pemboran dan komponen fluida secara
individual terhadap kemampuan shale untuk tetap bertahan
(kecenderungan dispersi dari shale).
IDENTIFIKASI TIMBULNYA
PROBLEM SHALE
Tekanan pompa naik
Serbuk bor bertambah
Terjadi gumpalan pada pahat (bit balling)
Terjadi perubahan sifat-sifat lumpur, antara lain : berat
jenis lumpur bertambah, viscositas lumpur naik, dan
bertambahnya air tapisan (air filtrat).
SEBAB-SEBAB TIMBULNYA PROBLEM
SHALE
Penyebab shale problem menurut J.L.Lumnus dan J.J. Azar (1986) dapat diklasifisikasikan sbb :
1. Hidrasi dan Swelling Clay.
Sifat mineral clay yang menyebabkan terjadinya pengembangan (swelling) adalah Bila
permukaan clay bersentuhan dengan air maka plat – plat clay akan terpisah adan kationya
akan terlepas.
3. Terdapatnya selang waktu yang terlewat pada kondisi lubang bor terbuka.
Sumur yang terbuka dengan selang waktu yang cukup lama akan menimbulkan masalah
karena kontaminasi antara shale/clay dengan lumpur akan menjadi lama.
Mineral Allophone
Mineral Halloysite
Mineral Kaolinite
Mineral Illite
Mineral Montmorillonite
Mineral Clay Lainnya
Mineral Allophone
Berbentuk- bulatan dan seperti bulu halus pads
permukaannya, kadang-kadang berbentu serpih
atau vibrous ( serat ). Struktur amorp seperti
gelas, sehingga sulit mendeteksi kehadirannya
dan juga kandungannya dalam material clay.
Pada diskripsi material clay, jika tidak 100 %
kristalin, maka sisanya dianggap sebagai mineral
allophone. Struktur kristalnya terdiri dan silika
pada, smiktur tetrahedral dan metalik ion pada
struktur oktahedral, misalnya pada phosphate
tetrahedron.
Mineral Halloysite
Mempunyai bentuk memanjang dan seperti
tubular, tetapi ada juga yang berbentuk serabut
dan kristal memanjang, merupakan transisi dan
allophone ke halloysite. Struktur mineral ini
menyerupai kaolinite, hanya perbedaannya pada
mineral halloysite kelebihan air. Kelebihan air ini
menyebabkan ikatan pada mineral halloysite
lebih lemah.
Mineral Kaolinite
Memiliki kristal dan sudut sisi yang baik, namun
ada juga yang berbentuk kristal tidak sempurna
dengan tepi bergerigi. Mineral kaolinite
merupakan gabungan dari satu sheet silika
tetrahedral dan satu sheet silika oktahedral
dalam satu unit, sehingga ujung dari sheet
tetrahedral dan oktahedral membentuk struktur.
Komposisi kaolinite adalah Al2Si2O5(OH)4
dengan komposisi dari perhitungan teoritis adalah
46,54% SiO2, 39,5% Al2O3 dan 12,96% H2O.
Ketebalannya kira-kira 7 Angstrom- Ikatan
(hydrogen bounding) antar kristal/sheet sangat
lemah dan penyerapan molekul-molekul H2O
sangat kecil sekali. Karena itu kaolinite tidak
swelling pada kondisi dalam formasi.
Pengelompokkan partikel-partikel kaolinite
biasanya berbuku-buku. Bentuk partikelnya lebih
teratur (persegi). Mineral ini tidak mudah larut ke
dalam air karena superposisi antara atom-atom
oksigen dan gugus hidroksil. Anggota dari
kelompok mineral kaolinite adalah dickite dan
nacrit.
Mineral Illite
Illite disebut juga sebagai three-layer clay
seperti halnya dengan montmorillonite karena
struktur sheetnya sama (yaitu dua silica
tetrahedral sheet dan satu octahedral sheet).
Bedanya adalah bahwa permukaan unit kristal
mengikat kation kalium (K+) dan sifatnya
relative tetap. Walaupun K+ dapat menarik
molekul-molekul H2O tetapi karena ikatan
antara unit-unit kristalnya kuat maka
penyerapan molekul-molekul H2O sangat
terbatas dan tidak menyebabkan pengembangan
partikel-partikel illite secara signifikan.
Ujung tiap sheet silica oktahedral menuju ke
pusat bergabung dengan ujung sheet tetrahedral
dimana pada bagian ini terjadi penggantian
hidroksil oleh oksigen, dimana mineral ini kurang
reaktif terhadap air. Partikel-partikel illite
berbentuk panjang (rambut) dan
montmorillonite berbentuk pipih kecuali yang
“stacked” (pelapisan). Ukuran bervariasi, mulai
dari yang lebih kecil dari 1 micron sampai
beberapa micron.
Mineral Montmorillonite
Mineral ini yang paling banyak terdapat pada lumpur
bor. Mineral ini terdiri dari dua unit silika tetrahedral
sheet dengan pusatnya adalah sheet aluminat
oktahedral, dimana semua ujung unit tetrahedral
menuju ke pusat unit, sehingga masing-masing
bertemu dengan gugusan hidroksil dari unit
oklahedral. Komposisi mineral montmorillonite adalah
: 66,7% SiO2, 28,31% Al2O3, dan 5% H2O.
Pergantian kation terjadi pada pelapisan silika yang
mengalami hidrasi dengan sempurna. Bilamana
sebagian atau seluruh unsur Al3+ digantikan oleh
Fe2+ atau Mg2+, dan Si4+ oleh Al3+ maka
permukaan partikel-partikel montmorillonite akan
bermuatan negatif. Muatan negatif ini biasanya
diimbangi dengan mengikat (ikatan kimiawi) ion-ion
Ca2+ dan atau Mg2+, H+, K+, Na+. Ikatan (fisik)
antar layer (kristal) yang lemah mengakibatkan
kemudahan bagi molekul-molekul air untuk masuk
terabsorbsi kedalam celah-celah antar layer/kristal.
Hal ini sebetulnya diakibatkan oleh kecenderungan
kation-kation (Ca2-, Na+ dsb.) untuk terhidrasi (yaitu
mengikat molekul-molekul H2O). Setiap unit-unit
struktur / kristal montmorillonite yang ukurannya
sekitar 9 – 12 oA bisa mencapai mengembang dua
kalinya pada kondisi terhidrasi. Derajat hidrogen
(swelling affinity) tergantung pada jenis kationnya dan
komposisi airnya.
Mineral Clay Lainnya
Mineral clay tersusun atas unit silika dan aluminat
dimana tiap susunan tersebut spesifik untuk
suatu mineral tertentu. Disamping itu mineral
clay mengandung magnesium, besi dan alkali
dalam jumlah yang cukup besar, disamping
mineral tambahan non clay dan mineral organik,
SIFAT KIMIA MINERAL CLAY
Pertukaran Kation
Pertukaran Anion
SIFAT KELISTRIKAN MINERAL CLAY
Hidrasi Permukaan
Apabila suatu mineral clay berhubungan dengan
air dan dianggap sebagai satu plat clay terpisah
dari matrik, maka ion-ion positif (kation) akan
memisahkan diri dari permukaan mineral clay
tersebut (plat clay bermuatan negatif). Oleh
karena molekul air adalah polar, maka baik
kation maupun permukaan plat clay saling
menarik molekul-molekul air. Molekul-molekul air
yang positif akan mengelilingi ion-ion yang
bermuatan negatif pada permukaan plat clay,
sedangkan molekul-molekul air yang bermuatan
negatif mengelilingi ion-ion yang bermuatan
positif.
HIDRASI CLAY
Lempung (Clay) adalah material dari tanah
dengan ukuran koloid yang mengembang bila
basah dan bersifat mengabsorbsi terhadap air.
Bentuk partikel lempung merupakan plat - plat
datar tipis yang terikat satu diatas lainnya,
dimana ikatan antara plat - platnya lemah hanya
dikarenakan oleh ion Na+ pada batas-batas
permukaan yang memungkinkan masuknya air ke
dalam ruang antar plat - plat. Proses ini
menyebabkan hidrasi dan pengembangan pada
clay dan clay akan menjadi koloid yang akan
menaikan viscositas lumpur.
Apabila posisi ion Na+ dalam clay diganti ion
Ca++, maka pada clay tidak akan terjadi swelling
dan partikel clay tidak akan membentuk koloid.
Hal ini dikarenakan ion Ca++ lebih kuat menahan
perpecahan di antara pertikel - partikel clay.
Hidrasi Osmosis
Hidrasi osmosis terjadi karena adanya perbedaan
konsentrasi ion yang ada pada permukaan plat
clay dengan konsentrasi ion dalam lumpur.
Karena itu hidrasi clay tergantung pada
konsentrasi elektrolit dalam cairan pemboran.
Hidrasi osmosis ini dapat menyerap air dalam
jumlah besar, yang akan mengakibatkan
lemahnya ikatan-ikatan ion yang ada pada kisi-
kisi mineral yang bersangkutan, sehingga volume
dapat membengkak atau swelling.
ASOSIASI PARTIKEL CLAY
Dispersi
Lempengan-lempengan yang tersuspensi di dalam larutan dalam keadaan
tersebar merata dan tidak terdapat ikatan antara permukaan maupun tepi
dari lempengan-lempengan. Menyebabkan kenaikan viscositas dan gel
strenght, karena jumlah dari partikel yang tersuspensi besar.
Flokulasi
Lempengan clay bergabung, dimana terdapat ikatan muka dengan tepi
lempeng, tepi dengan tepi lempengyang tidak tersebar secara merata di
dalam fasa cairnya. Menghasilkan clay yang menggupal, sehingga akan
menghasilkan gel yang berlebihan.
Agregasi
Terjadi antar muka dengan muka atau tepi dengan tepi lempeng claysaling
berikatan satu dengan yang lainnya dan tersebar dalam fasa cairnya.
Deflokulasi
Bila larutan yang terflokulasi terjadi pemutusan ikatan antara muka dengan
tepi, yaitu dengan penambahan thinner kedalam sistem, sehingga sistem
kembali ke dalam fasa terdispersi.
MEKANISME FLOKULASI
LUMPUR PEMBORAN
Sifat-sifat fisik :
- Densitas, ppg.
Pm 0.052 m Depth
- Viskositas, cp.
600 rpm reading
n 3.32 log
300 rpm reading
oInert Solid.
Inert solid merupakan komponen padatan dari lumpur yang tidak bereaksi dengan zat-zat cair lumpur bor.
Didalam lumpur bor inert solid berguna untuk menambah berat atau berat jenis lumpur, yang tujuannya
untuk menahan tekanan dari formasi.
Inert solid dapat pula berasal dari formasi-formasi yang di bor dan terbawa oleh lumpur seperti chert, pasir
atau clay-clay nonswelling, dan padatan seperti ini bukan disengaja untuk menaikkan density lumpur dan
perlu dibuang secepat mungkin (biasanya menyebabkan abrasi dan kerusakan pompa dan lain-lain).
Sebagai contoh yang umum digunakan sebagai inert solid dalam lumpur pemboran adalah :
Barite (BaSO4).
Oksida Besi (Fe2O3).
Calcium Carbonat (CaCO3).
Galena (PbS).
KOMPONEN PADAT
o Reactive Solid.
Reactive Solid atau fasa koloid adalah merupakan suspensi reaktif terdispersi dalam
fasa kontinyu (sifat koloid lumpur yang merupakan lembaran clay (lempung) yang
berukuran 10 – 20 Amstrong dan terdispersi dalam fasa kontinyu air. Semakin kecil
ukuran partikelnya, maka luas bidang kontak antara partikel solids dengan cairan
mediumnya, sehingga interconnected properties (sifat saling berhubungan) dengan
medianya besar.
ADDITIVE LUMPUR PEMBORAN
1. Menaikan densitas
• Barite (BaSO4)
• Galena (PbS)
• Carbonat (CaCO3)
2. Menaikan viskositas (Viscosifier)
• Wyoming Bentonite (Montmorilonite)
• Attapulgite
• Asbestos
3. Menurunkan viskositas (Thinner)
• Phospat
• Surfactant
• Air
4. Menurunkan filtration loss
• Starch (Pregelantized)
• Sodium Carboxymethyl Cellulose (CMC)
• Lignins
ADDITIVE LUMPUR PEMBORAN
• Water in oil emulsion mud • Dapat digunakan pada • Dapat terjadi bahaya
pemboran dalam dan kebakaran
temperatur tinggi • Sebuk bor lebih sukar
• Untuk pemboran yang diambil dibanding dengan
mengalami Problem shale water base mud, karena
plastic viscosity dari emulsi
sangat tinggi
JENIS-JENIS ADDITIVE LUMPUR
(lanjutan)
Additive Khusus
Additive yang digunakan merupakan bahan yang ditambahkan
pada kondisi tertentu yang menjadi keharusan,
perbandingan berat per unit volume lumpur. Sifat ini berpengaruh terhadap
pengontrolan tekanan subsurface dari formasi, sehingga dalam operasi
pemboran densitas lumpur harus selalu dikontrol terhadap kondisi
formasinya agar diperoleh performance atau kelakuan lumpur yang sesuai
dengan fungsi yang diharapkan terhadap formasi yang dibor.
Densitas atau berat jenis, didefinisikan sebagai berat lumpur per satuan
volume total lumpur. Densitas ini menyebabkan kemungkinan untuk
membantu dalam pengaturan tekanan-tekanan di lubang subsurface
formasi, sehingga dalam operasi pemboran densitas lumpur ini harus selalu
dikontrol terhadap kondisi formasinya agar diperoleh kelakuan lumpur yang
sesuai dengan fungsi yang diharapkan terhadap formasi yang dibor.
Densitas lumpur yang relatif berat bagi suatu formasi kemungkinan akan
menyebabkan terjadinya lost circulation, sebaliknya jika densitas lumpur
relatif kecil dapat menyebabkan terjadinya blow out. Pengontrolan densitas
lumpur dapat dilakukan dengan menambahkan zat-zat aditif, yang bersifat
menaikkan maupun menurunkan densitas lumpur.
• Yield Point
Yield Point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya
tarik – menari antar partikel. Gaya tarik menarik ini disebabkan
oleh muatan – muatan pada permukaan partikel yang didispersi
dalam fasa fluida. yield point adalah parameter fluida dinamik,
sedangkan sifat mengagar (gel strength) adalah parameter fluida
static.
Titik keliatan (yield point) dilapangan disebutkan dalam satuan
lb/100ft2
Dan diukur dengan fann VG meter. Harga YP pada Fann VG
meter. Harga YP pada Fann VG meter adalah pembacaan skala
pada putaran 300 rpm dikurangi harga µp.
• pH Lumpur
Bila bahan dasar lumpur adalah air maka lumpur disebut dengan water
base mud. Air yang digunakan dapat berupa air tawar maupun air asin.
Lumpur yang mempunyai bahan dasarnya air disebut dengan Fresh Water
Mud dan jika bahan dasarnya adalah air asin lumpur tersebut disebut Salt
Water Mud.
Fresh Water Mud : Lumpur yang fasa cairnya berupa air tawar dengan kadar
garam yang kecil yaitu( kurang dari 1% berat garam = 10000 ppm )
Salt Water Base Mud =Disebut juga dengan lumpur air asin, Lumpurnini
menghasilkan pH dibawah 8 , dan jenis lumpur ini menghasilkan mud cake
yang tebal jika tidak ditambahkan organik kolloid seperti stach / cmc.
Oil Base Muds
`
Mempunyai faedah yang sama dengan seperti oil base mud yaitu
fitratnya minyak dan karena itu tidak menghidratkan shale/clay yang
sensitive. Perbedaan utamanya dgn OBM bahwa air ditambahkan sebagai
tambahan yang berguna (bukan kontaminasi) air yang teremulsi dapat
antara 15-50% volume. Tergantung density dan temperature yang
diinginkan dalam pemboran. Karena air merupakan bagian lumpur ini
maka lumpur ini mempunyai sifat lain dari OBM Mengurangi bahaya api,
toleran terhadap air, dan pengontrolan flow propertisnya dapat seperti
pada water base mud.
Gaseous Drilling Fluid
adalah suatu cara pertengahan antara lumpur cair dengan gas, yaitu
1. Aliran Laminer
merupakan aliran dimana masing-masing partikel dalam fluida bergerak
maju dalam suatu garis lurus.
2. Aliran Turbulen
fluida bergerak dengan kecepatan aliran yang lebih besar dan partikel-
partikel bergerak dengan garis-garis tidak teratur sehingga menghasilkan
aliran yang berputar.
SIFAT ALIRAN
Aliran laminer, NRe < 2000 Aliran turbulent, NRe > 3000
- Gerak aliran partikel- - Fluida bergerak
partikel fluida yang
bergerak pada rate yang
dengan kecepatan
lambat, adalah teratur aliran yang lebih
dan gerakannya sejajar besar dan
dengan aliran (dinding). partikel-pertikel
- Distribusi kecepatan fluida bergerak
aliran maksimum dengan garis-garis
terdapat pada fluida
yang tidak teratur,
yang mengalir di pusat,
sehingga cutting di pusat
sehingga
aliran tersebut lebih menghasilkan
cepat mencapai aliran yang
permukaan. berputar.
keterangan :
vd = density fluida, ppg.
N Re 928 V = kecepatan aliran, fps.
d = diameter pipa, in.
= viscositas, cp.
Konsep Reynold Number
Untuk dapat menentukan pola atau tipe aliran tersebut laminar
atau turbulen, digunakan bilangan Reynold (Re)
dimana :
Re : Bilangan Reynold, dimensionless
: Viscositas fluida, cp
v : Kecepatan aliran,fps
: Densitas fluida,ppg
D : Diameter pipa,inch
Klasifikasi lumpur pemboran berdasarkan rheologi fluidanya :
- Bingham-plastic Model
Calcium mud
Jenis lumpur tersebut sangat baik digunakan untuk formasi
clay yang bersifat swelling (dan Clay Hydration). Selain itu sangat
baik untuk pemboran gypsum dan Anhydrite. Kalsium yang
ditambahkan pada suspensi air dan bentonite akan menggantikan
Kation sodium pada Lempengan Clay. Secara umum dengan
penambahan Kalsium akan menurunkan derajat hidrasi Clay (Clay
Hydration) dan Clay Swelling. Sebagai gambaran jika kandungan
Kalsium dalam sistem sebanyak 150 ppm akan menurunkan
pemebentukan Clay Swelling sebanayk 50%. Jenis Calcium Mud
yang dikenala adalah : Lime Mud, jika konsentrasi Kalsium terlarut
maksimum 120 ppm, dan Gyp Mud, jika konsentrasi Kalsium
terlarut maksimum 1200 ppm.
Penggunaan Water Based Muds
pada Reactive Shale
Lignosulphonate mud
Jenis lumpur ini digunakan jika :
(1) memerlukan densitas lumpur (> 14 ppg atau SG > 1.68),
(2) dipakai pada pemboran formasi dengan suhu tinggi (250 oF (121-149
oC),