Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISA INTI BATUAN


“PENGUKURAN POROSITAS”

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIZAL ARIF FIRMANSYAH


NIM : 113170001
PLUG : C

LABORATORIUM ANALISA INTI BATUAN


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
ANALISA INTI BATUAN
PENGUKURAN POROSITAS

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktikum Analisa Inti Batuan Minggu I


Pengukuran Porositas, 2019/2020, Jurusan Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIZAL ARIF FIRMANSYAH


NIM : 113170001
PLUG :C

Disetujui untuk Laboratorium


Analisa Inti Batuan
Oleh :
Asisten Praktikum

Fakhri Khaulany
NIM. 113150001
ii
2.7. Pembahasan
Praktikum minggu pertama acara pertama berjudul Pengukuran Porositas.
Pengukuran porositas bertujuan untuk menentukan nilai porositas yang mana
dalam percobaan ini adalah porositas efektif dari sampel core. Alat-alat yang
dipergunakan dalam percobaan ini yaitu timbangan manual, timbangan digital,
dan vacuum desiccator. Prinsip kerja yang diterapkan pada percobaan ini yaitu
mengukur porositas efektif sampel core dengan metode menimbang.
Percobaan ini diawali dengan menyiapkan sebuah sampel core kering
menggunakan timbangan digital, nilai yang tertera merupakan nilai dari berat core
kering di udara (Wdry). Kemudian core kering dijenuhi dengan air dengan
menggunakan alat vacuum desiccator yang bertujuan untuk memvakumkan udara
dari dalam sampel core sehingga mempermudah proses penyerapan air ke dalam
sampel core. Core jenuh tersebut ditimbang dalam rendaman air dan nilainya
merupakan berat core jenuh di air (Wsatinfluid). Selanjutnya angkat core yang masih
jenuh air tersebut untuk ditimbang dengan mencatatkan hasilnya sebagai berat
core jenuh di udara (Wsat).

Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh plug C, didapat data kuantitatif


berupa berat core kering di udara (Wdry) sebesar 22,67 gr, berat core jenuh di air
(Wsatinfluid) sebesar 29,53 gr, dan berat core jenuh di udara (Wsat) sebesar 25,98 gr,
kemudian didapat pula melalui perhitungan yaitu nilai volume bulk (Vb) sebesar
11 cm3, dan volume pori (Vp) sebesar 3,3 cm3. Data-data tersebut kemudian diolah
kembali melalui perhitungan sehingga pada percobaan pengukuran porositas yang
dilakukan oleh plug C didapat nilai porositas efektif sebesar 30 %, maka dengan
porositas efektif sebesar 30 % dikategorikan sebagai porositas excelent (istimewa)
karena memiliki nilai yang lebih dari 25 % .
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya porositas antara lain, yaitu
bentuk butiran (grain) dimana batuan yang mempunyai bentuk butiran
membundar maka porositasnya akan besar jika dibandingkan dengan batuan yang
bentuk butirannya menyudut, harga porositasnya kecil. Kemas (packing), Susunan
butiran cubic packing memberikan porositas lebih besar dari pada rhombic
packing. Sortasi, batuan dimana semakin baik sortasi (tingkat keseragaman butir)
maka porositas semakin besar dan begitu juga sebaliknya. Sementasi, batuan yang
butirannya tersemenkan dengan baik, mempunyai nilai porositas yang kecil dan
apabila batuan yang butirannya tersemenkan dengan buruk, mempunyai nilai
porositas yang besar. Kompaksi, batuan yang mana semakin besar dan lama
tingkat kompaksinya maka porositas semakin kecil dan sebaliknya. Hal tersebut
diakibatkan karena penekanan batuan diatasnya, sehingga batuan menjadi rapat
dan harga porositas menjadi kecil. Porositas diklasifikasikan menjadi dua yaitu
menurut pembentukannya, dan ditinjau dari sudut reservoir. Menurut
pembetukannya porositas dibagi menjadi dua yaitu porositas primer adalah
porositas yang terjadi bersamaan dengan proses pengendapan (deposisi) batuan.
Porositas sekunder adalah porositas yang terjadi setelah proses pengendapan
batuan, seperti porositas larutan, porositas rekahan, celah, dan kekar, dan porositas
dolomitasi. Sedangkan ditinjau dari reservoirnya porositas dibagi menjadi dua
yaitu Porositas Absolut adalah perbandingan antara seluruh volume pori dengan
volume total batuan (bulk volume). Porositas Efektif adalah perbandingan antara
volume pori yang berhubungan dengan volume total batuan. Perbedaan porositas
logging dengan porositas core yaitu pada pengukuran porositas dengan
menggunakan logging didapatkan porositas absolut, sedangkan porositas dengan
menggunakan sampel core didapatkan porositas efektif.
Aplikasi lapangan dari percobaan pengukuran porositas adalah untuk
mengetahui volume pori dan volume bulk sehingga dapat diketahui estimasi
cadangan hidrokarbon dari suatu sumur (inplace).

2.8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum “Pengukuran Porositas”, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil percobaan didapat data :
a. Berat core kering di udara (Wdry) = 22,67 gr
b. Berat core jenuh di air (Wsatinfluid) = 29,53 gr
c. Berat core jenuh di udara (Wsat) = 25,98 gr
d. Densitas air = 1 gr/cc
e. Densitas Minyak = 0,8 gr/cc
f. Volume bulk (Vb) = 11 cm3
g. Volume pori (Vp) = 3,3 cm3
h. Porositas efektif (øeff) = 30 %
2. Hasil porositas efektif yang diperoleh plug C tergolong porositas baik
(excelent).
3. Faktor yang mempengaruhi porositas :
a. Sortasi
b. Kemas (packing)
c. Sementasi
d. Bentuk grain
e. Overburden stress (compaction)
4. Aplikasi lapangan dari percobaan pengukuran porositas adalah untuk
menentukan volume bulk dan volume grain untuk estimasi cadangan
hidrokarbon.

Anda mungkin juga menyukai