NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
1
Sedangkan pengelompokan lumpur bor berdasarkan fasa fluidanya, yaitu :
1. Lumpur air tawar (Fresh water Mud).
2. Lumpur air asin (Salt water Mud).
3. Oil in water emulsion Mud.
4. Oil base dan Oil base emulsion Mud.
5. Gaseous drilling fluids.
Karena sifat fisik lumpur harus selalu dikontrol, maka jika terjadi
perubahan pada sifat fisiknya, harus segera diatasi,karena itu perlu diketahui
dasar-dasar operasi pemboran khususnya mengenai lumpur pemboran. Untuk
menunjang hal itu, maka diadakan beberapa praktikum mengenai Lumpur
pemboran, diantaranya:
1. Pengukuran densitas, sand content, dan pengukuran kadar minyak dalam
lumpur pemboran.
2. Pengukuran viskositas dan gel strength.
3. Pengukuran tebal mud cake dan filtrasi.
4. Analisa kimia lumpur pemboran.
5. Kontaminasi lumpur pemboran.
6. Pengukuran harga MBT (Methylene Blue Test).
2
BAB II
DENSITAS, SAND CONTENT, DAN PENGUKURAN
KADAR MINYAK DALAM LUMPUR PEMBORAN
3
Asumsi – asumsi :
1. Volume setiap material adalah merupakan additive :
Vs + Vml = Vmb………………………………………………..………...(1)
2. Jumlah berat adalah merupakan additive :
ds x Vs + dml x Vml = dmb x Vmb………………………………………..(2)
Dimana :
Vs : Volume solid, bbl
Vml : Volume lumpur lama, bbl
Vmb : Volume lumpur baru
ds : berat jenis solid, ppg
dml : berat jenis lumpur lama, ppg
dmb : berat jenis lumpur baru, ppg
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh :
(d mb d ml ) xVml
Vs = …………………………………………...………(3)
(d s d mb )
karena zat pemberat (solid) beratnya adalah :
Ws = Vs x ds
bila dimasukkan ke dalam persaman (3)
(d mb d ml )
Ws = x(d s xVml ) …………………………………………..(4)
(d s d mn )
% volume solid :
Vs (d d ml )
x100% mb x100% ……………………………………..(5)
Vmb (d s d ml )
% berat solid :
d s xV s d (d d ml )
x100% s mb x100% ……………………………..(6)
d mb xVmb d ml (d s d ml )
maka bila yang digunakan adalah barit dengan SG = 4.3, untuk menaikkan
densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb setiap bbl
lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak :
4
(d mb d ml )
Ws = 684 x ………………………………………………..(7)
(35.8 d mb )
Keterangan :
Ws = berat solid / zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonit dengan SG = 2.5, maka untuk
tiap barrel lumpur diperlukan :
(d mb d ml )
Ws = 398 x ………………………………………………..(8)
(20.8 d mb )
Dimana Ws = kg benonite/bbl lumpur lama.
5
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desilter dapat membersihkan
lumpur dari partikel – partikel yang berukuran lebih kecil.
6
2.4 PROSEDUR PERCOBAAN
2.4.1. Densitas Lumpur
1. Mengkalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut :
a. Membersihkan peralatan mud balance.
b. Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu ditutup dan dibersihkan
bagian luarnya. menegeringkannya dengan kertas tissue.
c. Meletakkan kembali mud balance pada kedudukan semula.
d. Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg.
e. Mengecek pada level glass, bila tidak seimbang, mengatur
calibration screw sampai seimibang.
2. Menimbang beberapa zat yang digunakan sesuai dengan petunjuk
asisten.
3. Menakar air 350 cc dan mencampurnya dengan 22,5 gr bentonite.
Caranya memasukkan air ke dalam bejana, lalu memasang bejana pada
multi mixer dan memasukkan bentonite sedikit demi sedikit setelah
mixer dijalankan, selang beberapa menit setelah tercampur, mengambil
bejana dan menuangkan lumpur yang telah dibuat kedalam cup mud
balance.
4. Menutup cup dan membersihkan lumpur yang melekat pada dinding
bagian luar dan penutup cup sampai bersih.
5. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, lalu mengatur rider
hingga seimbang dan membaca densitas yang ditunjukkan pada skala.
6. Mengulang langkah 5 untuk kompisisi campuran yang diberikan
asisten.
7
2.4.2. Sand Content
1. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai.
Menambahkan air pada batas berikutnya. Menutup mulut tabung dan
mengocoknya dengan kuat.
2. Menuangkan campuran tersebut ke dalam saringan. Bairkan cairan
mengalir keluar melalui saringan. Menambahkan air ke dalam tabung,
mengocok dan menuangkan kembali ke dalam saringan. Mengulangi
hingga tabung menjadi bersih. Mencuci pasir yang tersaring untuk
melepaskan sisa – sisa dari lumpur yang masih melekat.
3. Memasang funnel tersebut pada sisi atas sieve. Membalikkan
rangkaian tersebut dengan perlahan – lahan dan memasukkan ujung
funnel ke dalam gelas ukur. Menghanyutkan pasir ke dalam tabung
dengan menyemprotkan air melalui saringan hinggga semua pasir
tertampung ke dalam gelas ukur. Membiarkan pasir mengendap. Dari
skala yang ada dalam tabung, membaca prosen volume dari pasir
yang mengendap.
4. Mencatat sand content dari lumpur dalam prosen volume.
8
Hal – hal yang perlu dicatat selama pengujian berlangsung, adalah :
1. % volume minyak = ml minyak x 10
2. % volume air = ml air x 10
3. % volume padatan = 100 – (ml minyak + ml air) x 10
4. gram minyak = ml minyak x 0,8
5. gram lumpur = lb/gall lumpur x 1,2
6. gram padatan = gram lumpur – (gram minyak + gram air)
7. ml padatan = 10 – (ml minyak + ml air)
8. specific gravity padatan rata – rata = gram padatan/ml padatan
% berat padatan = (gram padatan/gram lumpur) x 100%.
9
BAB III
PENGUKURAN VISCOSITAS DAN GEL STRENGTH
10
mempunyai viscositas yang disebut apparent viscosity dari fluida pada shear rate
tersebut.
Berbeda dengan fluida newtonian yang mempunyai viscositas konstan,
fluida Non-Newtonian memperlihatkan suatu yield stress suatu jumlah tertentu
dari tahanan dalam yang harus diberikan agar fluida mengalir seluruhnya.
Dalam percobaan ini pengukuran viscositas yang sederhana dilakukan
dengan menggunakan alat mars funnel. Viscositas ini adalah jumlah detik yang
dibutuhkan lumpur sebanyak 0,9463 liter untuk mengalir keluar dari colong mars
funnel. Bertambahnya viscositas ini direfleksikan dalam bertambahnya apparent
viscosity. Untuk fluida Non-Newtonian, informasi yang didapatkan dengan marsh
funnel memberikan suatu gambaran rheology fluida yang tidak lengkap sehingga
biasa digunakan untuk membandingkan fluida yang baru (awal) dengan kondisi
sekarang.
Viscositas plastik sering kali digambarkan sebagai bagian dari redidtensi
untuk mengalir yang disebabkan oleh fraksi mekanik.
Yield point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik-
menarik antar partikel. Gaya tarik menarik ini disebabkan oleh muatan-muatan
pada permukaan partikel yang didispersi dalam fasa fluida. Gel strength dan yield
point keduanya merupakan ukuran dari gaya tarik menarik antar partikel. Gaya
tarik menarik dalam suatu sistem lmpur. Bedanya, gel strength merupakan ukuran
gaya tarik menarik yang statik sedangkan yield point merupakan ukuran gaya
tarik menarik yang dinamis.
11
= 1,704 x RPM .....................................................................................(2)
dimana :
= Shear stress, dyne/cm2
= Shear rate, detik-1
C = Dial reading, derajat
RPM = Revolution per minute dari rotor
3.3.2. Bahan
a. Bentonite
b. Aquadest
c. CMC dan Spersene
13
3. Mencatat waktu yang diperlukan (detik) lumpur untuk mengisi bejana
yang tertentu isinya tadi.
14
BAB IV
FILTRASI DAN MUD CAKE
15
dan diberi tekanan sebesar 100 psi dengan lama waktu pengukuran 30 menit.
Volume filtrate ditampung dengan gelas ukur dengan cubic centimeter (cc).
Persamaan untuk volume filtrate yang dihasilkan dapat diturunkan dari
persamaan Darcy, persamaannya adalah sebagai berikut:
1
Cc 2
2k Cm 1
Vf A Pt ……………………...……………. (1)
di mana:
A = Filtration Area
k = Permeabilitas Cake
Cc = Volume fraksi solid dalam mud cake
Cm = Volume fraksi solid dalam lumpur
P = Tekanan filtrasi
t = Waktu filtrasi = Viskositas filtrat
Pembentukan mud cake dan filtration loss adalah dua kejadian dalam
pemboran yang berhubungan erat, baik waktu, kejadiannya maupun sebab dan
akibatnya. Oleh sebab itu maka pengukurannya dilakukan secara bersamaan.
Persamaan yang umum digunakan untuk static filtration loss adalah:
0,5
t
Q 2 Q1 2
t1 ……………………………………………. (2)
di mana:
Q1 = Fluid loss pada waktu t1
Q2 = Fluid loss pada waktu t2
16
c. Gelas ukur 50 cc
d. Jangka Sorong
e. Filter Paper
f. Stop Watch
4.3.2. Bahan
a. Bentonite 22,5 gr
b. Aquadest 350 cc
c. Additive CMC
d. Additive Spersen 0,5 gr
17
BAB V
ANALISA KIMIA LUMPUR BOR
18
Analisa kandungan ion klor (Cl-) diperlukan untuk mengetahui
kontaminasi garam yang masuk ke sistem lumpur pada waktu pemboran
menembus formasi garam ataupun kontaminasi garam yang berasal dari air
formasi.
Air yang mengandung sejumlah besar ion Ca+2 dan Mg+2 dikenal sebagai
Hard Water atau air sadah. Ion-ion ini bisa berasal dari lumpur pada waktu
membor formasi gypsum (CaSO 4 .2H2 O).
Analisa kandungan ion besi diperlukan untuk pengontrolan terjadinya
korosi pada peralatan pemboran.
Metode utama yang digunakan dalam analisa kimia lumpur pemboran
adalah titrasi. Titrasi meliputi reaksi dari sample yang diketahui volumenya
dengan sejumlah volume suatu larutan standar yang diketahui konsentrasinya.
Konsentrasi dari ion yang kita analisa dapat ditentukan dari pengetahuan tentang
reaksi yang terjadi pada waktu titrasi.
5.3.2. Bahan
NaHCO 3 , NaOH, CaCO 3 , serbuk MgO, Kalium, Khromat, Bentonite, Gypsum,
Aquadest, Quobracho.
Larutan H2 SO 4 0.02 N, Larutan EDTA 0.01 M, Larutan AgNO 3 , Larutan KMnO 4
0.1 N.
Indikator EBT, Phenolpthalein, Methyl jingga, Murexid, HCl kosentrat, Hidrogen
Peroxide 3%, Larutan indikator besi, Larutan Buffer besi.
19
5.4. PROSEDUR PERCOBAAN
5.4.1. Analisa Kimia Alkalinitas
Membuat lumpur dengan komposisi sebagai berkut :
350 ml Aquadest + 2.5 gram Bentonite + 0.4 gram NaHCO 3 + 0.4 gram
Aquadest NaOH + 0.2 gram CaCO 3 .
1. Mengambil 3 ml filtrat tersebut, masukkan ke dalam labu titrasi
250 ml, kemudian tambahkan 20 ml Aquadest.
2. Menambahkan 2 tetes indikator phenolphthalein dan titrasi
dengan H2 SO4 standar sampai warna merah tepat hilang. Reaksi
yang terjadi:
OH - + H+ H2 O
CO3 -2 + H+ HCO 3 -
3. Mencatat Volume pemakaian H2 SO4 ( P ml )
4. Kemudian pada larutan hasil titrasi, ditambah 2 tetes indikator
methyl jingga, Lanjutkan titrasi dengan H2 SO 4 standar sampai
terbentuk warna jingga tua.
Reaksi yang terjadi :
HCO 3 - + H+ H2 O + CO 2
5. Mencatat volume pemakaian H2 SO4 total ( M ml )
Catatan :
Jika,
2P > M menunjukkan adanya gugus ion OH - dan CO 3 -2
2P = M menunjukkan adanya CO – saja
2P < M menunjukkan adanya CO 3 - dan HCO 3 -
P = 0 menunjukkan adanya HCO 3 – saja
P = M menunjukkan adanya OH - saja
20
Perhitungan :
1. TotalAlkalinity =
M x Normalitas H 2 SO 4 x 1000
= epm total alkalinity
ml filtrat
2. CO3 -2 Alkalinity =
Jika ada OH – :
( M - P ) x N H 2 SO 4 x 1000 2
ppm CO 3 –2 = x BM CO 3
ml filtrat
Jika tidak ada OH – :
P x N H 2 SO 4 x 1000 2
ppm CO 3 –2 = x BM CO 3
ml filtrat
3. OH – Alkalinity :
(2P - M) x N H 2 SO 4 x 1000
ppm OH – = x BM OH -
ml filtrat
4. HCO 3 –1 Alkalinity :
(M - 2P) x N H 2 SO 4 1000
ppm HCO 3 – = x BM HCO 3
ml filtrat
23
2. Menambahkan larutan SnCl2 setetes demi setetes sampai warna
kuning dari ion Fe+2 . Menambahkan satu tetes SnCl2 berlebih
setelah terjadi perubahan warna tadi.
3. menambahkan 20 ml larutan jenih HgCl2 , semuanya sekaligus.
(harus terbentuk endapan yang warnanya putih murni).
4. Menggoyang-goyangkan sedikit supaya zat-zatnya tercampur
kemudian diamkan selama 2 menit.
5. Menambahkan 200 ml air, 6 tetes indicator diphenylamine, dan
5 ml H3 PO 4 pekat. Lalu mentitrasi dengan larutan K 2 Cr2 O 7 0.1
N sampai timbul pertama kali warna coklat atau ungu.
24
BAB VI
KONTAMINASI LUMPUR BOR
25
limestone. Akibat adanya gypsum dalam jumlah yang cukup banyak dalam
lumpur pemboran, maka akan merubah sifat-sifat lumpur tersebut seperti
viscositas plastik, yield point, gel strength dan fluid loss.
3. Kontaminasi Semen
Kontaminasi semen dapat terjadi akibat operasi penyemenan yang kurang
sempurna atau setelah pengeboran lapisan semen dalam casing, float collar
dan casing shoe. Kontaminasi semen akan merubah viscositas plasik, gel
strength, fluid loss dan pH lumpur.
Selain dari ketiga kontaminasi diatas , bentuk kontaminasi lain yang dapat
terjadi selama operasi pemboran adalah :
a. Kontaminasi “hard water” atau kontaminasi oleh air yang mengandung
ion calsium dan magnesium cukup tinggi.
b. Kontaminasi carbon diokside.
c. Kontaminasi hydrogen sulfide.
d. Kontaminasi oxigen.
Dalam praktikum ini akan dipelajari perubahan sifat akibat kontaminasi
yang sering terjadi sekaligus cara penanggulangannya.
6.3.2 Bahan:
o Aquades
26
o NaCl
o Gypsum
o Semen
o Monosodium phosphate
o Larutan Buffer pH 10
o Asam sulfat
o Bentonite
o Gypsum
o Soda ash
o Caustic Soda
27
6.4.2 Kontaminasi Gypsum
1. Membuat Lumpur standar kemudian mengukur ph, Viscositas, gel Strength,
fluid loss dan ketebalan mud cake.
2. Membuat Lumpur baru dengan komposisi: Lumpur standard + 0,225 gr
gypsum. Kemudian mengukur ph, Viscositas, gel Strength, fluid loss dan
ketebalan mud cake.
3. Melakukan langkah 2 dengan penambahan masing-masing 0,5 gr, 1 gr, 1,5
gr gypsum. Kemudian mengukur ph, Viscositas, gel Strength, fluid loss dan
ketebalan mud cake.
4. Membuat Lumpur baru dengan komposisi: Lumpur standar + 1,5 gr
gypsum, + 0,2 gr soda ash. Kemudian mengukur ph, Viscositas, gel
Strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.
5. Melakukan langkah 4 dengan penambahan 1 gr soda ash.
28
BAB VII
PENGUKURAN HARGA MBT ( METHYLENE BLUE TEST )
29
2. Adanya subsitusi alumina bervalensi tiga di dalam kristal untuk silika
equivalent, serta ion – ion bervalensi rendah terutama magnesium di
dalam struktur tetrahedral.
3. Penggantian hidrogen yang muncul dari gugusan hidroksil yang
muncul oleh kation – kation yang dapat ditukar – tukarkan
(exchangeable). Untuk faktor ini masih disangsikan kemungkinannya
karena tidak mungkin terjadi pertukaran hidrogen secara normal.
Tabel 7-1 Kapasitas Tukar Kation Dan Beberapa Jenis Mineral Clay 1,2
Jenis Mineral Clay Kapasitas Tukar Kation, meq./100 gr
Koalinite 3 – 15
Halloysite.2H2 O 5 – 10
Halloysite.4H2 O 10 – 40
Montmorilllonite 80 – 150
Illite 10 – 40
Vermiculite 100 – 150
Chlorite 10 – 40
Spiolite – Attapulgite 20 – 30
30
3. Gelas Erlenmeyer 250 cc
4. Magnet Batang
5. Hotplate
6. Multimagnetisir
7. Pipet
8. Buret Titrasi
9. Kertas Whatman
10. Stop Watch
7.3.2. Bahan
1. Bentonite
2. Aquadest
3. H2 SO4 5 N
4. Methylene Blue
31
5. Setelah terjadi dua warna lingkaran biru tua dan muda selanjutnya
digojok manual lebih kurang 2 menit apakah warna tersebut berubah
atau hilang. Jika tidak ada perubahan berarti titrasi sudah berakhir.
6. Jika setelah digojok 2 menit dua lingkaran tersebut berubah, maka
melakukan kembali langkah nomor 4 dan seterusnya.
7. Kemudian mencatat pertukaran kation dari larutan tersebut yang sama
dengan jumlah cc dari larutan titrasi metyylene blue dalam satuan
meq/100 gram.
vol M B
8. Menghitung KTK = meq/100 gr
vol M ud
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Bambang, T., “Teknik Pemboran I”, HMTM PATRA ITB, Bandung, 1986.
3. Grim, R.E., “Clay Mineralogy”, Mc. Graw Hill Book Co., New York, USA,
1986.
4. Lummus, James L., J.J. Azaz, “Drilling Fluids Optimation. A Practical Field
Approach”, Penn-Well Publishing Co., 1986.
6. Monicard, R.P., “Drilling Mud and Cement Slurry Rheology Manual”, Gulf
Publishing Co., Edition Technique, Paris, 1982.
7. Rudi Rubiandini R.S., Diktat Kursus “Mud Design and Problem Solving”,
PT Redekatama Mitra, 1996.
33