1
t 2
Q2 = Q1x 2
t1 ………………………………………………………(4-2)
Dimana:
Q2 t
: Fluida loss pada waktu 2
Dimana :
V30 = Volume filtrat pada menit 30
V7.5 = Volume filtrat pada menit 7,5
Vsp = Volume filtrat yang terbentuk mud cake
Q1 = fluida loss pada waktu t1
Q2 = fluida loss pada waktu t2
5.3. Alat Dan Bahan
5.3.1. Alat
Filter Press
Mud Mixer
Gelas ukur 50 cc dan 350 cc
Jangka Sorong
Filter Paper
Stop Watch
5.3.2. Bahan
Bentonite
Aquadest
Additive PAC-R
Additive XCD
KOH
5.3.3 Gambar Alat
2
3
4 5
7
9
10 8
Keterangan:
1. T-Screw 6. Base Cup
2. Pressure Inlet 7. Support Rod
3. Top Cup 8. Thumb Screw
4. Frame 9. Graduated Cilinder
5. Cell 10. Support
Gambar 5.1.
Filter Press
Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran
Keterangan :
1. Jangka sorong
Gambar 5.2.
Jangka Sorong
Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran
Keterangan :
1. Filter Paper
Gambar 5.3.
Filter Paper
Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran
3
1 2
Keterangan:
1. Mixer Cup
2. Mixer Hanging
3. Mixer
Gambar 5.4.
Multimixer
Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran
Keterangan :
1. Stopwatch
Gambar 5.5.
Stopwatch
Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran
5.4. PROSEDUR PERCOBAAN
5.4.1. Prosedur Operasi Standar
5.4.1.1 Filter Press
1. Letakkan rubber gasket di atas base cup.
2. Letakkan screen di sebelah atasnya.
3. Pasang filter paper, atur serapat mungkin.
4. Letakkan rubber gasket di atas filter paper, pasang mud cup.
5. Letakkan rubber gasket di atas silinder dan terakhir pasang topcap.
6. Tuang lumpur ke dalam silinder lalu tutup rapat.
7. Pasang silinder pada filter press.
8. Letakkan gelas ukur tepat di bawah silinder.
9. Alirkan udara dengan tekanan 100 psi.
10. Catat volumefiltrate dengan interval yang telah ditentukan.
11. Setelah batas waktu, hentikan penekanan udara, buang tekanan udara
dalam silinder (bleed off) .
12. Tuangkan sisa lumpur ke dalam breaker.
13. Ambil filter paper dan tentukan tebalnya.
14. Lepas susunan peralatan pada silinder, cuci dengan air bersih dan
keringkan.
5.4.1.1.2 Multimixer
1. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat lumpur.
2. Mengisi cup lumpur dengan air.
3. Mengkaitkan cup pada multimixer dengan menekan pada penjepit atas
dan meletakkan cup pada penyangga bawah hingga mixerberputar.
4. Memasukkan bahan-bahan solid yang akan digunakan.
5. Setelah campuran lumpur selesai dibuat, lepas cup dengan menaikkan
cup, kemudian tarik ke bawah.
6. Membersihkan mixer dengan memasang cup berisi air bersih lalu lap
hingga bersih
30
25
Filtrat (ml)
20
15
10
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
XCD (gr)
Grafik 5.1.
Additive XCD Vs Volume Filtrat (mL)
PAC-R vs Filtrat
35
30
25
Filtrat (ml)
20
15
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
PAC-R (gr)
Grafik 5.2.
Additive PAC-R Vs Volume Filtrat (mL)
PAC-L vs Filtrat
35
30
25
Filtrat (ml)
20
15
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
PAC-L (gr)
Grafik 5.3.
Additive PAC-R Vs Volume Filtrat (mL)
XCD vs Mud Cake
3.5
2.5
Mud Cake (mm)
1.5
0.5
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
XCD (gr)
Grafik 5.4.
Additive XCD Vs Mud Cake (mm)
PAC-R vs Mud Cake
3.5
2.5
Mud Cake (mm)
1.5
0.5
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
PAC-R (gr)
Grafik 5.5.
Additive PAC-R Vs Mud Cake (mm)
PAC-L vs Mud Cake
6
4
Mud Cake (mm)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
PAC-L (gr)
Grafik 5.6.
Additive PAC-L Vs Mud Cake (mm)
5.6. Pembahasan
Pada Praktikum Analisa Lumpur Pemboran kali ini dibahas mengenai
percobaan filtration loss dan mud cake yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh
komposisi lumpur bor terhadap filtration loss dan mud cake, mengenal dan,
memahami alat-alat dan prinsip kerja filter press.
Prinsip kerja dari praktikum menggunakan filter press ini adalah tekanan,
dengan cara memasukkan lumpur kemudian diberi tekanan sebesar 100 psi.
Pertama-tama harus membuat lumpur dengan komposisi yang telah ditentukan 350
ml air ditambah 22,5 gr bentonite, lalu ditambahkan zat additive berupa KOH
sebanyak 0,3 gram, PAC-R sebanyak 0,2 gr, dan XCD sebanyak 0,1 gr. Kemudian
alat filter press disiapkan dan dipasang filter paper lalu meletakkan gelas ukur di
bawah silider untuk menampung Mempersiapkan alat filter press dan segera
memasang filter paper dan meletakkan gelas ukur dibawah silinder untuk
menampung fluid filtrate. Pemakaian filter paper karena diasumsikan seperti
formasi. Selanjutnya menuangkan campuran lumpur ke dalam silinder dan segera
menutup rapat. Kemudian mengalirkan udara dengan tekanan 100 psi. Tekanan 100
psi adalah tekanan pada batas mud window agar tekanan hidrostatik tetap pada zona
aman. Selanjutnya mencatat volume filtrate sebagai fungsi dari waktu dengan stop
watch. Interval pengamatan setiap 7,5 menit, lalu saat 15 menit, dan terakhir saat
30 menit. Lalu menghentikan penekanan udara, membuang tekanan udara dalam
silinder (bleed off) dan menuangkan kembali sisa lumpur dalam silinder ke dalam
breaker. Terakhir menentukan tebal mud cake yang terjadi dan mengukur pH-nya.
Pada saat stopwatch menunjukkan waktu 7,5 menit volume filtrate yang
didapat sebanyak 13,2 ml. Selanjutnya pada saat 15 menit didapatkan sebanyak 20
ml. Lalu pada saat 30 menit volume akhir filtrat yang didapatkan sebanyak 30 ml.
Tebal mud cake setelah dukur menggunakan jangka sorong adalah 1,35 mm dan pH
yang terukur sebesar 9.
Pada percobaan ini digunakan additive PAC-R yang berfungsi sebagai
viscosifier dan filtration loss control agent. Namun, PAC-R lebih dominan
berfungsi sebagai viscosifier yaitu zat yang digunakan untuk menambah atau
memperbesar viskositas. Zat additive yang memiliki fungsi primer sebagai
filtration loss control agent adalah PAC-L, namun tidak digunakan dalam
percobaan ini. Zat additive kedua yang digunakan adalah XCD yang berfungsi sama
dengan PAC-R yaitu sebagai viscosifier.
Pada grafik 5.1. penambahan additive XCD mengurangi terjadinya filtration
loss. Pada grafik 5.2. dapat dilihat bahwa penambahan additive PAC-R menurunkan
filtration loss karena PAC-R berperan sebagai filtration loss agent. Pada grafik 5.3.
penambahan PAC-L berperan sebagai filtration loss agent sehingga grafiknya
cenderung turun. Pada grafik 5.4 penambahan zat additive XCD berperan terhadap
bertambahnya ketebalan mud cake. Pada grafik 5.5. dapat dilihat penambahan
ketebalan mud cake karena additive PAC-R. Pada grafik 5.6 juga dapat dilihat dari
penambahan PAC-L pertambahan ketebalan mud cake cenderung konstan. Fungsi
dari PAC – R yang seharusnya mengontrol ketebalan mud cake ketebalan mud cake
seharusnya menipis dapat terjadi apabila PAC-R yang digunakan tidak bekerja
dengan optimal begitu pula pada penambahan PAC-L.Hubungan antara filtrat dan
mud cake seharusnya sebanding, apabila filtration loss-nya besar maka mud cake
akan tebal.
Aplikasi lapangan dari pengukuran filtrat adalah untuk mencegah terjadinya
filtration damage, dapat menyebabkan terjadinya swelling diamana formasi shale
yang mengandung clay akan mengembang sehingga menyebabkan terjadinya
swelling. Dengan sedikitnya mud cake yang menginvasi daerah disekitar lubang bor
dapat mencegah kerusakan formasi seperti berkurangnya permeabilitas batuan di
sekitarnya ke pori-pori akibat tertutup clay dari lumpur pemboran. Aplikasi
lapangan pengukuran mud cake adalah untuk mencegah masalah selama operasi
pemboran berlangsung seperti pipa terjepit. Mud cake yang terlalu tebal akan
menyebabkan pipa sulit berputar dan diangkat, permeabilitas turun, serta bisa
menyebabkan kesalahan pembacaan saat logging. Sedangkan mud cake yang terlalu
tipis akan menyebabkan tidak adanya bantalan antara drill string dan formasi
sehingga drill string dapat menggerus formasi saat pemboran berlangsung.
Standar dari API (American Petroleum Insitute) untuk ketebalan mud cake
sebesar 0,8 mm – 2 mm serta untuk standar volume filtrate sebanyak 13,5 ml – 15
ml (per 30 menit). Apabila mud cake dan filtrate tidak berstandar API baik lebih
atau kurang maka akan menimbulkan masalah pada pemboran. Spurt loss adalah
volume filtrat yang hilang/tersaring kedalam lapisan partikel yang permeable
sebelum terbentuknya mud cake. Dalam filtrasi static spurt volume dapat
dihasilkan persentase besar pada 30 menit total filtrasi dalam test API.
5.7. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa :
1. Hasil perhitungan berdasarkan percobaan
Volume filtrat pada menit 30 = 30 ml
Tebal mud cake = 1,35 mm
2. PAC-R berperan sebagai viscosifier tetapi juga bisa sebagai filtration
loss agent yang mengontrol filtration loss dan ketebalan mud cake
namun dalam peran FLCA additive PAC-L lebih baik.
3. Aplikasi lapangan dari pengukuran filtrat adalah untuk mencegah
terjadinya formation damage, salah satunya swelling.
4. Pengukuran mud cake digunakan untuk mencegah terjadinya masalah
selama proses pemboran berlangsung. Mud cake yang terlalu tebal akan
menyebabkan pipe sticking. Yang terlalu tipis akan menyebabkan
tergerusnya dinding formasi. Ketebalan mud cake harus sesuai sehingga
dapat menstabilkan lubang bor.
5. Filtration loss yang semakin besar akan menyebabkan mud cake yang
semakin tebal.
6. Standar API untuk ketebalan mud cake sebesar 0,8 mm – 2 mm serta
untuk volume filtrate sebanyak 13,5 ml – 15 ml (per 30 menit). Apabila
lebih ataupun kurang dapat menimbulkan masalah pada pemboran.